• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan UUPR (UUPA, UU Pertambangan, UU LH, dll.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan UUPR (UUPA, UU Pertambangan, UU LH, dll.)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peraturan Pelaksanaan UUPR : Catatan Singkat Tentang Progres Penyusunan RPP

tentang Peraturan Pelaksanaan UUPR

Oleh :

DR. Dadang Rukmana

Kepala Bagian Hukum, Ditjen Penataan Ruang

Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) yang berlaku sebagai landasan hukum penataan ruang sejak diundangkan melalui penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, merupakan hukum positif yang wajib dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia. UUPR merupakan peraturan yang mengimplementasikan UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat (3). Sebagaimana sebuah Undang-Undang, UUPR belum sepenuhnya dapat diimplementasikan karena norma-norma yang dimuat masih bersifat umum sehingga memerlukan peraturan pelaksanaan.

Menurut stuffenbau theory (teori hirarki peraturan perundang-undangan), secara umum kita dapat mengelompokkan peraturan perundang-undangan ke dalan empat tingkat yaitu :

Pertama adalah ketentuan yang memuat norma dasar (grundnorm) yaitu Undang Undang Dasar, kedua adalah ketentuan legislatif yang menjabarkan norma dasar yaitu Undang Undang, ketiga adalah ketentuan yang dibentuk oleh pemerintah sebagai aturan pelaksanaan dari Undang Undang yaitu Peraturan Pemerintah (implementing legislation), dan keempat

adalah ketentuan organik untuk mengoperasionalkan secara rinci Peraturan Pemerintah yaitu antara lain: Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, dan Peraturan Daerah. Dalam praktek, banyak dijumpai bahwa penyusunan peraturan perundang-undangan tidak selalu dilakukan seraca runtut, dapat saja misalnya suatu Undang Undang memerintahkan penetapan peraturan pelaksanaan dari salah satu norma yang dimuatnya untuk diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, atau Peraturan Daerah.

Dalam UUPR, secara tersurat mengamanatkan secara tersurat 3 pokok aturan yang harus diatur lebih lanjut dengan Undang Undang, 18 substansi aturan yang harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, 2 pokok materi yang harus diatur dengan Peraturan Presiden, 8 materi yang harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri, dan 4 pokok materi yang harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.

Secara tersirat (tidak langsung diamanatkan UUPR), cukup banyak peraturan pelaksanaan setingkat Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri yang perlu ditetapkan, antara lain Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (menurut PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ada 76 Kawasan Strategis Nasional), Peraturan Menteri yang jumlahnya bisa sangat banyak karena mengatur hal-hal teknis yang berbentuk Pedoman dalam penyelenggaraan penataan ruang, dan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang di daerah. Seluruh peraturan perundang-undangan tersebut, kalau sudah ditetapkan akan membentuk suatu sistem peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang yang secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

(2)

2

Pe

ratu

ran

Pe

rund

a

ng

-un

da

ng

a

n

la

in

y

a

ng

te

rka

it

de

ng

a

n

UU

PR

(UU

P

A

,

UU

Pe

rtam

ba

ng

a

n,

UU

LH,

dll

.)

Perda Provinsi

Pergub

Perda Kab/Kota

Perbup / Perwali

Sejauh ini telah diinventarisasi, termasuk progres penyusunannya terutama sepanjang yang sedang disiapkan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, berbagai peraturan perundangan-undangan yang diperlukan sebagai peraturan pelaksanaan UUPR, termasuk penanggungjawab substansinya. Hasil inventarisasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(3)

3

No. J U D U L Penanggungjawab

Substansi Status

1. PP TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Telah ditetapkan. PP No. 26 Tahun 2008

2.

RPP TENTA NG P ERATURAN P ELAKSANAAN UNDA NG-UNDA NG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

DEPARTEMEN

PEKERJAAN UMUM Dalam proses penyusunan

3. RPP TENTA NG KRITERIA DAN TATA CARA P ENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERTAHANAN

DEPARTEMEN

PERTAHANAN Dalam proses pembahasan

4. RPP TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA

RUANG BAKORSURTANAL Dalam proses penyusunan

5. PENATA-GUNAAN RUANG SUBSTANSI P ENGATURAN TENTANG PENATAGUNAAN TANAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Dalam proses pembahasan awal

SUBSTANSI P ENGATURAN TENTANG PENATAGUNAAN AIR. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SUBSTANSI P ENGATURAN TENTANG PENATAGUNAAN UDARA. LAPAN SUBSTANSI P ENGATURAN TENTANG PENATAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM LAINNYA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

6. RPP TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT

DEPARTEMEN

DALAM NEGERI Dalam proses penyusunan

NO. JUDUL PENANGGUNGJAWAB

SUBSTANSI STATUS

1. Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekjur DJPR, Dep Dalam proses legalisasi di Setkab 2. Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)

(revisi Keppres 62/2000)

BKTRN Dalam proses pembahasan akhir 3. RTR Pulau Sumatera DJPR, Dep. PU Telah dibahas dalam forum BKTRN dan

untuk beberapa draft sudah ada kesepakatan antar para Gubernur. Sedang dilakukan penyesuaian substansi dengan ketentuan UUPR

4. RTR Pulau Jawa - Bali 5. RTR Pulau Kalimantan 6. RTR Pulau Sulawesi

7. RTR Kepulauan Nusa Tenggara 8. RTR Kepulauan Maluku 9. RTR Pulau Papua

10. RTR Kawasan Perbatasan Laut Provinsi Nangroe Aceh Darusalam-Sumatera Utara

DJPR, Dep. PU Dalam proses penyiapan penyusunan 11. RTR Kawasan Perbatasan Laut Provinsi Kepulauan Riau – Riau

12. RTR Kawasan Perbatasan Laut Provinsi Sulawesi Utara

13. RTR Kawasan Perbatasan Laut Provinsi Maluku Utara – Irian Jaya Barat – Papua

14. RTR Kawasan Perbatasan Laut Provinsi Nusa Tenggara Timur 15. RTR Kawasan Perbatasan Laut Provinsi Maluku

16. RTR Kawasan Perbatasan Darat Provinsi Nusa Tenggara Timur 17. RTR Kawasan Perbatasan Darat Provinsi Papua.

18. Penataan Ruang Kawasan Cekungan Bandung Dalam proses pembahasan 19. Penataan Ruang Kawasan Gerbangkertasusilo Dalam proses penyiapan penyusunan 20. Penataan Ruang Kawasan Kendal-Ungaran-Semarang-Purwodadi

(Kedungsepur)

21. Penataan Ruang Kawasan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita)

22. RTR Makassar- Maros- Sungguminasa- Talakar (Mamminasata) Dalam proses pembahasan, dan penyesuaian dengan UUPR

23. RTR Kawasan Perbatasan Darat Provinsi Kalimantan Barat – Kalimantan Timur

Dalam proses pembahasan, dan penyesuaian dengan UUPR

1. Peraturan Pemerintah

(4)

4

No. Judul Penanggungjawab

substansi Status

1. Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

DJPR, Dep. PU Telah ditetapkan

Permen PU No. 20/PRT/M/2007 2. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Letusan

Gunung Berapidan Kawasan Rawan Gempa Bumi

Telah ditetapkan

Permen PU No. 21/PRT/M/2007 3. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor Telah ditetapkan

Permen PU No. 22/PRT/M/2007 4. Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan ReklamasiPantai Telah ditetapkan

Permen PU No. 40/PRT/M/2007 5. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya Telah ditetapkan

Permen PU No. 41/PRT/M/2007 6. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

di Kawasan Perkotaan

Dalam proses legalisasi 7. Pedoman dan Tata Cara Penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi

Dalam proses penyusunan 8. Pedoman dan Tata Cara Penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota

9. Pedoman dan Tata Cara Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

10. Pedoman dan Tata Cara Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/Kota

11. Standar Pelayanan MinimalBidang Penataan Ruang

12. Tata Cara Pengawasan Terhadap Pengaturan, Pambinaan, dan Pelaksanaan Penataan Ruang

3. Peraturan Menteri/Keputusan Menteri

Progres Penyiapan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai Peraturan Pelaksanaan UUPR

Meskipun UUPR mengamanatkan pengaturan lebih lanjut 18 substansi yang harus diatur dengan Peraturan Pemerintah, namun hal ini tidak berarti bahwa harus ditetapkan dalam bentuk 18 PP. Untuk mengurangi resiko tumpang tindih (overlap), memudahkan harmonisasi, dan menghindari aturan yang tercecer, kebijakan yang akhir-akhir ini dijalankan oleh Departemen Hukum dan HAM serta Sekretariat Negara adalah menggabungkan substansi-substansi Undang Undang yang diamanatkan untuk diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah ke dalam satu atau beberapa PP. Pelaksanaan kebijakan tersebut tercermin pada penggabungan beberapa substansi PP ke dalam satu atau beberapa PP, seperti yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

(5)

5

Undang-Undang Jumlah PP yang

diamanatkan PP Yang Ditetapkan

UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

8 (delapan) 1) PP No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf UU No. 38 Tahun 2004

Tentang Jalan

6 (enam) 1) PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

2) PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol UU No. 28 Tahun 2002

Tentang Bangunan Gedung

26 (dua puluh enam)

1) PP No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

12 (dua belas) 1 PP

UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

20 (dua puluh) 2 PP

Rapat BKTRN pada tanggal 3 Oktober 2007, menyepakati akan menerapkan pula kebijakan penggabungan substansi PP yang diamanatkan dalam UUPR. Namun mengingat beragamnya materi muatan serta instansi yang terkait, maka akan disusun 6 PP, yaitu :

No Nama PP Diamanatkan

pada Pasal

Keterangan

1. PP tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Pasal 20 ayat (4) Telah ditetapkan, PP No. 26 tahun 2008

ttg RTRWN 2. PP tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 26

tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Merupakan gabungan 10 substansi

Pasal 13 ayat 4 Pembinaan Penataan Ruang Pasal 16 ayat 4 Kriteria dan Tata Cara

Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Pasal 40 Pengendalian Pemanfaatan

Ruang

Pasal 41 ayat 3 Kriteria Kawasan Perkotaan Pasal 47 ayat 2 Penataan Ruang Kawasan

Perkotaan

Pasal 48 ayat 5 Penataan Ruang Kawasan Agropolitan

Pasal 48 ayat 6 Penataan Ruang Kawasan Perdesaan

3. PP tentang Kriteria dan Tata Cara Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Pertahanan

(6)

6

4. PP tentang Tingkat Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang

Pasal 14 ayat 7 5. PP tentang Penatagunaan Ruang (terdiri dari

substansi Penatagunaan Tanah, Penatagunaan Air, Penatagunaan Udara, dan Penatagunaan Sumber Daya Alam laiinya)

Pasal 33 ayat 5

6. PP tentang Tata Cara dan Bentuk Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang

Pasal 65 ayat 3

Konsep Sistematika RPP Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang.

Penyusunan RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UUPR direncanakan akan mengikuti alur pikir penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi : pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Meskipun ada materi-materi aturan yang akan disusun dalam Peraturan Pemerintah tersendiri seperti Peran Masyarakat dalam Penyelengaraan Penataan Ruang, namun materi-materi tersebut akan tetap muncul secara informatif untuk menjaga konsistensi sesuai alur pikir. Secara skematis konsep sistematika RPP dapat digambarkan sebagai berikut :

(7)

7 Penyusunan RPP dimaksud dilakukan melalui berbagai tahap pembahasan meliputi pembahasan oleh Tim Substansi (Internal DJPR), pembahasan oleh Tim Penyiapan Materi RPP (Melibatkan BKTRN), pembahasan Interdep, dan harmonisasi RPP dengan peraturan perundang-undangan lain. Dalam rangka penyusunan RPP ini juga akan diadakan beberapa lokarya untuk menghimpun pemikiran dari kalangan akademisi, praktisi, dan lembaga swadaya masyarakat, serta akan diadakan konsultasi publik untuk menampung aspirasi masyarakat yang lebih luas.

Penyelesaian seluruh peraturan pelaksanaan UUPR ini patut menjadi perhatian dan prioritas kita bersama karena tujuan mulia dari ditetapkannya UUPR yaitu memberikan landasan hukum yang kuat dalam rangka Mewujudkan Ruang Nusantara yang Aman, Nyaman, Produktif, dan Berkelanjutan akan sulit dicapai kalau peraturan pelaksaan UUPR belum tersedia. Selain itu, mengingat amanat UUPR dalam Pasal 78 yang menegaskan bahwa Peraturan Pemerintah yang diamanatkan harus diselesaikan paling lambat 2 tahun, Perpres harus diselesaikan dalam 5 tahun, Peraturan Menteri harus diselesaikan dalam 3 tahun, Perda tentang RTRW Propinsi harus diselesaikan dalam 2 tahun, dan Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota harus diselesaikan dalam 3 tahun sejak UUPR diberlakukan, maka Penyusunan peraturan perundang-undangan tersebut mesti sungguh-sunguh kita laksanakan agar amanat UUPR dapat tercapai, terutama dalam penyusunan PP-PP nya mengingat PP-PP dimaksud akan menjadi landasan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah hirarkinya.

Referensi

Dokumen terkait

Mustafa Edwin Nasution, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi dan Keuangan Syariah Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia sekaligus Pembimbing Utama. Handi Risza

Pada hasil analisa maksimum tension mooring lines dengan kondisi FPSO Brotojoyo dalam keadaan Full Load, nilai safety factor yang terkecil adalah 3.546 dengan nilai tension

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan konsentrat protein biji lamtoro gung dan penambahan putih telur maka semakin tinggi kandungan kadar air

Kedudukan hukum peraturan perundang-undangan lain yang telah ada dan diundangkan sebelum UU No.10 Tahun 2004, jenis dan hierarki peraturan perundang- undangan tetap diakui

Juvenil (ukuran ≥10 cm) empat jenis ikan yang diamati memiliki kepadatan relatif yang signifikan lebih tinggi pada habitat perairan dangkal (mangrove dan padang

Mengkaji kasus pemalsuan akta yang terjadi di Pengadilan Tinggi Makasar dengan terdakwa Sangkala bin Manro pada sekitar tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.Dan

Faktor tingkat pendidikan mempengaruhi terjadinya kecelakaan dari data kepolisian kabupaten kotabaru yang sangat banyak adalah yang putus sekolah yaitu berjumlah 12 orang

Datar Mengamati Membaca dan mencermati mengenai pengertian titik, garis, sudut, bidang dan sifat-sifat pada titik,garis, sudut, dan bidang dalam geometri bidang datar, dan