• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR GAMBAR... 6 DAFTAR SINGKATAN... 7 BAB I PENDAHULUAN... 9 BAB II KEGIATAN INTERNAL...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR GAMBAR... 6 DAFTAR SINGKATAN... 7 BAB I PENDAHULUAN... 9 BAB II KEGIATAN INTERNAL..."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 5

DAFTAR GAMBAR ... 6

DAFTAR SINGKATAN ... 7

BAB I PENDAHULUAN ... 9

BAB II KEGIATAN INTERNAL ... 10

2.1 Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang ... 10

2.1.1 Koordinasi Perencanaan 2015 ... 10

2.1.2 Kajian 2016 ... 10

2.1.3 Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah ... 11

2.1.4 Anugerah Pangripta Nusantara 2015 ... 11

2.1.5 Selaku Anggota Pokja I, II, III, dan IV BKPRN ... 11

2.2 Kegiatan Utama Subdit Pertanahan ... 12

2.2.1 Sosialisasi PJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan ... 12

2.2.2 Kerjasama Adat Ulayat (Dit. OTDA dan KKDT) ... 12

2.2.3 Pembentukan Sekretariat Reforma Agraria BPN ... 12

2.2.4 Koordinasi Nomenklatur Kementrian Agraria dan Tata Ruang ... 13

2.2.5 Koordinasi Pelaksanaan Kajian Bank Tanah ... 13

2.3 Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi ... 13

2.3.1 Kajian Materi Teknis (Pengarusutamaan PRB) ... 13

2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP... 13

2.3.3 e-Performance (Kinerja) Direktorat dan Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. ... 14

2.3.4 Buletin TRP Edisi I Tahun 2015 ... 14

2.3.5 Konferensi International Conference Planning in The Era of Uncertainty 2015 ... 14

2.4 Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional ... 15

2.4.1 Evaluasi Rencana Kerja 2014 dan Penyusunan Rencana Kegiatan 2015 Dit. TRP . 15 2.4.2 Formulasi Kelembagaan PPNS... 15

2.4.3 Penyusunan Laporan Kegiatan BKPRN Tahun 2009-2014 ... 15

2.4.4 Survei Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN ... 15

2.5 Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN) ... 15

2.5.1 Penyusunan Laporan Akhir Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria... 15

(3)

3

2.6 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ... 15

BAB III KEGIATAN EKSTERNAL... 17

3.1 Pembahasan Persiapan Trilateral Meeting APBN-P 2015 Kementerian ATR ... 17

3.2 Pembahasan Perubahan Perpres No. 71 Tahun 2014 ... 17

3.3 Perbaikan Prosedur Penyusunan Peraturan Menteri ... 18

3.4 Rapat Konsolidasi Pengembangan Sistem Informasi Penataan Ruang Kawasan Perbatasan (Siprutas) ... 18

3.5 Rapat Direktur Kedeputian 7–Anugerah Pangripta, Pameran, dan Musrenbangnas ... 19

3.6 Penyusunan Grand Design Pembangunan Kota Baru Publik di Indonesia ... 19

3.7 Pembahasan Adminsitrasi Kegiatan dan Sosialisasi Inpres 1/2015 tentang Gratifikasi ... 20

3.8 Rapat Koordinasi Pelaksanaan Review Pedoman Penysuunan RDTR di Kawasan Perbatasan ... 20

3.9 Persiapan Penyusunan Kerangka Regulasi dalam RKP 2015 dan Sinkronisasinya dengan Renstra Kementerian/Lembaga... 21

3.10 Diskusi Model Think Tank ... 21

3.11 Sosialisasi dan Tata Cara Revisi Anggaran 2015 sesuai PMK No. 257 Tahun 2015 ... 22

3.12 Rapat Pembahasan Pedoman penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) ... 23

3.13 Sinkronisasi Hasil Masukan Tim terhadap Laporan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional ... 23

3.14 Rapat Penentuan Lokasi Pendayagunaan Tanah Wakaf untuk Perumahan Rakyat... 24

3.15 2nd Seminar on TOD (Transit Oriented Development) dan Urban Transportation ... 24

3.16 Lokakarya Perlindungan Lingkungan dan KLHS dalam Proses Peninjauan Kembali RTRWN ... 25

3.17 Pembahasan Draf Master Plan Pengurangan Risiko Bencana Banjir... 25

3.18 Pembahasan Nomenklatur Indikator Program Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN . ... 26

3.19 Kajian Kelembagaan PPNS ... 27

3.20 Pembahasan Pelaksanaan Affirmative Action Papua dan Papua Barat ... 27

3.21 Pembahasan Indikator RAN-API ... 27

3.22 Pemetaan Indikator RPJMN Kedalam Nawacita ... 28

3.23 Evidence Investment Strategy (EIS)/Strategi Investasi Berbasis Bukti ... 28

3.24 Penyepakatan Nomenklatur Indikator Program Kementerian ATR ... 29

3.25 Rapat Pembahasan Overlay Peta RTRW Provinsi dengan Buku III RPJMN 2015-2019 ... 29

3.26 Rapat Pembahasan Overlay Peta RTRW Provinsi dengan Buku III RPJMN 2015-2019 ... 30

3.27 Presentasi “Substansi Penting UU Perkotaan (Sumbangan Pemikiran)” ... 30

(4)

4 3.29 Rakortek Pokja IGT 2015 Tahap Pertama ... 31

BAB IV RENCANA KEGIATAN ... 33

BAB V PENUTUP ... 37

(5)

5

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Statistik Situs TRP (trp.or.id) ... 13

Tabel 2. Statistik Portal tataruangpertanahan.com ... 14

Tabel 3. Rencana Kegiatan Subdit Tata Ruang... 33

Tabel 4. Rencana Kegiatan Subdit Pertanahan ... 34

Tabel 5. Rencana Subdit Informasi dan Sosialisasi ... 35

Tabel 6. Rencana Kegiatan Sekretariat BKPRN ... 35

(6)

6

DAFTAR GAMBAR

(7)

7

DAFTAR SINGKATAN

ADB : Asian Development Bank

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan APP : Alokasi Pendanaan Pembangunan

ATR : Agraria dan Tata Ruang

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS : Badan Perencanaan Pemangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial

BIROREN : Biro Perencanaan

BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BP : Badan Pengembangan

BPN : BadanPertanahanNasional

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPHN : Badan Pembinaan Hukum Nasional BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPS : Badan Pusat Statistik

BTOR : Back to Office Report BUMN : Badan Usaha Milik Negara DIRJEN : Direktur Jenderal

DISTANBEN : Dinas Tanggap Bencana DIT : Direktorat

DITJEN : Direktorat Jenderal

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral FGD : Focus Group Discussion

FPRLH : Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup GGN : Global Geoparks Network

GUP : Ganti Uang Persediaan IKK : Indikator Kinerja Kegiatan IKU : Indikator Kinerja Utama INPRES : Instruksi Presiden INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi

JICA : Japan International Cooperation Agency KAK : Kerangka Acuan Kerja

KANWIL : Kantor Wilayah

KEMDAGRI : Kementerian Dalam Negeri KEMENKO : Kementerian Koordinator KEMHUT : Kementerian Kehutanan KEMEN PU : Kementerian Pekerjaan Umum

KKDT : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan

(8)

8 KLH : Kementerian Lingkungan Hidup

KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KSN : Kawasan Strategis Nasional

KSPPN : Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional K/L : Kementerian/Lembaga

LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAPAN : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LH : Lingkungan Hidup

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LS : Lungsum Salary

MUSRENBANG : Musyawarah Perencanaan Pembangunan OTDA : Otonomi Daerah

PEMDA : Pemerintah Daerah PERDA : Peraturan Daerah PERPRES : Peraturan Presiden POKJA : Kelompok Kerja PP : Peraturan Pemerintah

PPK : Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi PPN : Perencanaan Pembangunan Nasional PRB : Pengurangan Risiko Bencana

PU : Pekerjaan Umum

PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi RAN : Reforma Agraria Nasional RAD : Reforma Agraria Daerah RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RKA : Rencana Kerja Anggaran RKP : Rencana Kerja Pemerintah

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi SDA : Sumber Daya Alam

SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan TOR : Term of Reference

(9)

9

BAB I

PENDAHULUAN

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki 2 (dua) jenis kegiatan, yang dibagi menjadi: 1) kegiatan internal; dan 2) kegiatan eksternal. Kegiatan internal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sesuai dengan rencana kegiatan direktorat yang telah disusun pada awal tahun 2014. Khusus untuk kegiatan internal, kegiatan ini dijelaskan ke dalam bentuk kegiatan utama dan sub-kegiatan. Sedangkan kegiatan eksternal adalah kegiatan yang mengundang Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar. Umumnya, kegiatan ini bersifat koordinasi lintas sektor. Pada laporan ini dijelaskan secara rinci pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan selama Bulan Februari 2015 oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Laporan ini merupakan tanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam mengelola perencanaan pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, yang dijabarkan ke dalam kegiatan Sub-Direktorat Tata Ruang, Sub-Direktorat Pertanahan, Sub-Direktorat Informasi dan Sosialisasi, Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), dan Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN).

(10)

10

BAB II

KEGIATAN INTERNAL

Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan.

Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa mendatang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung.

2.1

Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang

2.1.1 Koordinasi Perencanaan 2015

Pada bulan Februari 2015, telah dilakukan 2 (dua) kegiatan, antara lain: (1) Pertemuan dengan ex-Direktorat Bidang Program dan Kemitraan DJPR (terkait perencanaan dan program termasuk dekon). Untuk selanjutnya, akan dilaksanakan pertemuan dengan Direktorat Bina Program dan Kemitraan DJPR setelah struktur Kementerian ATR selesai, hingga minimal telah terbentuknya struktur Eselon II; (2) Koordinasi Prioritas Nasional Pembangunan Perkotaan. Direktorat Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan dalam rapat. Hasil evaluasi dari rapat koordinasi ini adalah jumlah KSN yang sudah disetujui oleh Kementerian ATR (DJPR-PU) untuk diakomodasi dalam Revisi RTRWN sebanyak 2 (dua) KSN, bukan 5 (lima) seperti yang tercantum di dalam presentasi. 3 (tiga) lokasi yang lain adalah kota metropolitan, Penyediaan peta rencana rinci oleh Kementerian Dalam Negeri perlu diklarifikasi rencana lokasi dan kualitas peta yang akan disusun. Kualitas perlu diverifikasi oleh BIG dan lokasi perlu dikoordinasikan dengan BIG dan Kementerian ATR. Selanjutnya, akan diadakan koordinasi lanjutan pada tanggal 2 Maret 2015 setelah seluruh matriks RKA/KL dianalisis oleh Direktorat Perkotdes.

2.1.2 Kajian 2016

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam Kajian 2016, yaitu: (1) Penyelearasan Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah Bidang Tata Ruang. Hingga Bulan Februari 2015, target tersusunnya TOR kegiatan masih belum selesai karena belum adanya penjelasan dari Dit. PW selaku koordinator kegiatan. Untuk menindaklanjuti akan dilaksanakan kembali setelah ada arahan dari Direktorat Pengembangan Wilayah; (2) Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan. Dalam kegiatan tersebut, ditargetkan dapat memilih Tenaga Ahli untuk Kajian 2015 dan dapat melakukan rapat koordinasi dengan Bangda Kemendagri. Adapun kendala dalam kegiatan ini adalah belum terpilihnya Tenaga Ahli yang akan melakukan koordinasi dengan Bangda Kemendagri.

(11)

11

2.1.3 Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah

Telah dilakukan pengiriman kuesioner ke daerah, sampai Bulan Februari 2015 telah ada beberapa draft profil provinsi yang tersusun, diantaranya: Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jambi, Gorontalo, dan Jawa Tengah. Data dari daerah belum sepenuhnya terkumpul, maka perlu dilakukan penugasan khusus untuk Penyusunan Buku Profil Tata Ruang Daerah.

2.1.4 Anugerah Pangripta Nusantara 2015

Telah dilakukan Kick-off Meeting Tim Penilai Teknis APN 2015, hasil dari Kick-off tersebut adalah telah terselenggaranya rapat dengan TPT dan telah disusunnya masukan dari TIM penilai Teknis untuk pelaksanaan APN 2015. Adapun beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, yaitu: (i) dibutuhkan perbaikan parameter indikator enilaian RKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota; (ii) pembaruan tata cara penilaian RKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota; (iii) masukan untuk memberikan reward and punishment kepada daerah yang menang dan kalah dalam APN. Sesuai kesepakatan, TPT akan memberikan masukan 3 (tiga) hal tersebut di atas dan beberapa hal lainnya melaui e-mail. Untuk penetapan tata cara penilaian akan dilakukan rapat lanjutan untuk pembahasana Tata Cara Penialain RKPD Provinsi dan kabupaten/Kota.

2.1.5 Selaku Anggota Pokja I, II, III, dan IV BKPRN

Selaku anggota Pokja I BKPRN, Subdit Tata Ruang melakukan beberapa kegiatan, diantaranya: (i) Lokakarya Perlindungan Lingkungan dan KLHS dalam Proses Peninjauan Kembali RTRWN. Dalam keiatan tersebut, Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan dalam rapat, serta akan melakukan penyiapan rekomendasi hasil hasil review RTRWN; (ii) Rapat Koordinasi Rambu-Rambu Penyusunan Permen. Subdit TR telah hadir dalam sosilaisasi lintas K/L dan memperlajari langkah analisis regulasi yang telah disusun oleh Dit. APP. Adapun kendala dari kegiatan ini salah satunya adalah Kemen Hukum dan HAM tidak melakukan pembahaasan sampai dengan materi yang dicakupi di dalam berbagai Peraturan Menteri, melainkan hanya mengatur mekanisme pengesahan dan dokumentasi.

Selaku anggota Pokja II BKPRN, Subdit Tata Ruang telah hadir dan memeberikan masukan dalam Rapat Evaluasi RTRW Kabupaten Kupang, Provinsi NTT (Pembahasan Impilkasi UU 23/2014 Pasal 245 tentang Evaluasi Rancangan Perda). Keputusan sementara, mekanisme Evaluasi Rancangan Perda RTR di tingkat pusat dilakukan sampai tingkatan Perda RTRW Kab/Kota. Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri akan mengkonsultasikan implikasi UU 23/2014 kepada Biro Hukum Kemendagri terutama Pasal 245 dan 324.

Selaku anggota Pokja III BKPRN, Subdit Tata Ruang telah melakukan beberapa kegiatan, yaitu: (i) Konsolidasi Pengembangan Sistem Informasi Penataan Ruang Kawasan Perbatasan (Siprutas). Dalam kegiatan Subdit TR telah menyusun bahan masukan untuk rapat dan telah memberikan masukan dalam rapat. Namun, hingga saat ini belum adanya SOP untuk implementasi SIMTas. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan menganai SIMTas dengan BIG; (ii) Rapat Koordinasi Pelaksanaan Review Pedoman Penysuunann RDTR di Kawasan Perbatasan. Perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut dengan mengundang penyusun UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta K/L. Dibutuhkan penyusunan NSPK untuk Pedoman Penyusunan RDTR di kawasan perbatasan dengan merujuk kepada Permen PU No. 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi serta kriteria/kondisi

(12)

12 yang dimiliki kawasan perbatasan (termasuk di dalamnya pembagian kewenangan pusat dan daerah). Selanjutnya akan dilakukan penelaahan Roadmap Penyediaan Kebutuhan Peta Skala Rinci untuk Penyusunan RRTR periode 2015-2019 untuk mengetahui data kawasan perbatasan apa yang sudah/belum masuk dalam list kebutuhan peta untuk kemudian dimutakhirkan dan diprioritaskan penyusunan petanya; (iii) Diskusi Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM). Landasan hukum penyusunan RPI2JM dapat diperkuat melalui Permen yang akan disusun di Tahun 2015 oleh Dit.PW mengenai tata cara dan pedoman sinkronisasi dokumen perencanaan pembangunan antar kementerian dan lembaga di pusat dan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah. K/L yang menangani infrastruktur diharapkan dapat membuat format RPI2JM. Selanjutnya, akan dilakukan penyusunan masukan tertulis terkait konsep RPI2JM dari Dit. TRP; (iv) Koordinasi Hasil Kajian SCDRR dengan Binda II DJPR Kementerioan PU. Dalam pertemuan dengan Binda II DJPR Kementerian PU, telah disusun beberapa alternatif kegiatan lanjutan. Alternatif kegiatan yang dapat dipilih sebagai kelanjutan kegiatan penyusunan matek “revisi pedoman penyusunan RTR berdasarkan perspektif pengurangan resiko”, Melakukan pilot project untuk implementasi matek UNDP-Bappenas di RTR KSN, Melakukan GAP analisis antara matek UNDP-UNDP-Bappenas dengan matek DJPR PU, dan Melakukan pilot project implementasi matek UNDP-Bappenas dan matek DJPR PU. Selanjutnya, UNDP akan melakukan pembahasan internal untuk menilai opsi (dari kesimpulan) mana yang paling feasible untuk dipilih dan dilaksanakan mengingat jangka waktu dan pendanaan yang terbatas hanya sampai dengan Bulan Juli 2015.

Selaku anggota Poka IV BKPRN, Subdit Tata Ruang telah menyusun bahan paparan untuk Deputi Regional dan turut serta menghadiri Rakortek Pokja Pemetaan Tata Ruang. Hasil evaluasi dari Rakortek tersebut adalah K/L akan mengumpulakn peta tematik yang telah disusun kepada BIG dalam rangka pemutakhiran peta tematik, dan pelaksanaan rencana aksi yang telah disusun akan dikoordinasikan oleh BIG. Bappenas sebaiknya melakukan pendampingan di dalam pelaksanaan rencana aksi Pokja IGT Pemetaan Tata Ruang Tahun 2015.

2.2

Kegiatan Utama Subdit Pertanahan

2.2.1 Sosialisasi PJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan

Pada Bulan Februari 2015, Subdit Pertanahan telah mengikuti pengarahan terkait strategi komunikasi dalam upaya sosialisasi RPJMN Bidang Pertanahan 2015-2019 dan diskusi internal terkait metode presentasi RPJMN 2015-2019. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan dapat diketahuinya teknik sosialisasi dan presentasi yang baik dan dapat dimengerti serta diterima berbagai pihak, serta didapatnya masukan terkait teknik presentasi dalam rangka sosialisasi RPJMN 2015-2019.

2.2.2 Kerjasama Adat Ulayat (Dit. OTDA dan KKDT)

Telah dilakukan finalisasi terhadap TOR dan RAB Sosialisasi Adat Ulayat Papua, selanjutnya akan diselenggarakan Rapat Koordinasi mekanisme pelaksanaan hibah dan pelaksanaan kegiatan dengan Dit. OTDA.

2.2.3 Pembentukan Sekretariat Reforma Agraria BPN

Dalam proses pembentukan Sekretariat RAN, ditargetkan dapat disepakatinya pembentukan sekretariat RAN di BPN untk melaksanakan kegiatan teknis mendukung RPJMN 2015-2019.

(13)

13 Sampai Bulan Februari, telah disepakatinya pembagian kerja antara Sekertariat RAN BPN dan Bappenas, telah disepakatinya lingkup kerja Sek. RAN BPN, dan telah dilakukan koordinasi terkait penyusunan TOR, RAB serta SK dan TOR Individual RAN BPN. Selanjutnya perlu ditindaklanjuti dalam penyesuaian Rencana Kerja Sekr. RAN BPN dengan Sekr. RAN Bappenas TA. 2015.

2.2.4 Koordinasi Nomenklatur Kementrian Agraria dan Tata Ruang

Penyepakatan nomenklatur kegiatan ini masih perlu menyesuaikan dengan struktur baru Kementerian ATR. Dalam rangka penyepakatan nomenklatur, telah dilakukan rapat koordinasi sebanyak 4 (empat) kali bersama dengan ATR dan Keuangan. Dalam rapat koordinasi yang telah diselanggarakan, BPN tidak mengikuti saran yang diusulkan Bappenas dan Keuangan untuk menggunakan struktur Eselon II Bayangan (Satker Bayangan) dalam penetapan program, sehingga koordinasi berjalan cukup sulit. Selanjutnya akan dilaksanakan revisi penyesuaian struktur dengan indikator kegiatan melalui trilateral meeting antara keuangan, Bappenas, dan ATR setelah struktur Eselon. II ATR disetujui oleh Menpan.

2.2.5 Koordinasi Pelaksanaan Kajian Bank Tanah

Dalam kegiatan ini telah dilakukan koordinasi dengan direktorat KPS terkait hibah ADB, namun terdapat kamungkinan hibah tersebut dialihkan, bukan untuk Studi Bank Tanah. Perlu dilakukan koordinasi lanjutan bersama dengan Direktorat PKPS dan Dit. Perkim terkait pelaksanaan hibah.

2.3

Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi

2.3.1 Kajian Materi Teknis (Pengarusutamaan PRB)

Hingga Bulan November 2014, dummy laporan akhir telah dikoreksi. Laporan tersebut sedang dalam proses pencetakan, direncanakan akan dicetak sejumlah 150 eksemplar. Lamanya proses perbaikan dan pencetakan oleh pihak UNDP menjadi kendala dalam proses penyusunan laporan akhir. Akan dilakukan follow up kepada pihak UNDP dan ditargetkan akan selesai Minggu ke-2 Desember 2014.

2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP

Dit TRP memiliki 4 (empat) media informasi dan sosialisasi elektronik, yaitu: 1) Portal TRP (tataruangpertanahan.com); 2) Situs internet TRP (trp.or.id); 3) Milis TRP, dan 4) FB TRP. Kegiatan rutin dalam pengelolaan media ini adalah penambahan konten, perbaikan sistem, penambahan menu, dan evaluasi. Berikut data statistik perkembangan jumlah kunjungan Situs TRP:

Tabel 1. Statistik Situs TRP (trp.or.id)

Month Unique visitors Number of visits Pages

Jan-14 282 354 511

(14)

14 Tabel 2. Statistik Portal tataruangpertanahan.com

Month Unique visitors Number of visits Pages

Jan-14 1.848 2.195 6.332

Feb-14 1.742 2.110 6.220

Berdasarkan data statistik diatas, sepanjang Bulan Januari-Februari 2015, jumlah pengunjung Situs TRP mengalami kenaikan, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan, untuk jumlah pengunjung Portal Tata Ruang dan Pertanahan mengalami penurunan dari 2.195 pengunjung, menjadi 2.110 pengunjung, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.

2.3.3 e-Performance (Kinerja) Direktorat dan Kedeputian Bidang Pengembangan

Regional dan Otonomi Daerah.

Hingga Bulan Desember 2014, Subdit Infosos telah menyusun dan melaksanakan instrumen evaluasi implementasi e-BKPRN oleh sekretariat BKPRN, Bappenas, Kemenko, Kemen PU, dan Kemdagri. Instrumen evaluasi e-BKPRN disusun oleh Sekretariat BKPRN. Untuk pelaporan hasil realisasi kinerja Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Triwulan III, telah dilaksanakan 1 (satu) kali rapat koordinasi, tapi hingga saat ini belum seluruh direktorat melengkapi datanya sehingga kinerja Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah belum dapat diukur dan dilaporkan. Menindaklanjuti hal tersebut, Subdit Infosos akan menyelenggarakan pertemuan bersama direktorat di lingkungan Kedeputian Bidang Regional dan Otda untuk mendorong agar realisasi kinerja Triwulanan III dan IV segara dilaporkan, sekaligus mengoordinasikan Penyusunan Laporan Kinerja 2014.

2.3.4 Buletin TRP Edisi I Tahun 2015

Bahan yang telah terkumpul, pada Bulan Desember 2014 telah dimasukan semua ke dalam layout dan sedang dalam proses review, kecuali untuk 2 (dua) materi dengan narasumber BPN dan Direktur LH, materinya belum terkumpul. Adapun kendala dari kegiatan ini adalah dari pihak eksternal, yaitu adanya kesibukan narasumber sehingga pengumpulan materi terus mundur. Untuk mencapai target pengumpulan materi, akan dilakukan follow up surat dan jadwal wawancara kepada narasumber.

2.3.5 Konferensi International Conference Planning in The Era of Uncertainty

2015

Konferenci ICPEU 2015 adalah konferensi dengan beberapa tema, salah satunya adalah Regional Planning. Dalam konferensi yang akan diselenggarakan di Malang pada tanggal 3-4 Maret 2015, Direktorat TRP akan mensosialisaikan kajian tata ruang nasional tahun 2013. Pada bulan Desember 2014, Dit TRP telah menyusun dan mengirimkan abstrak makalah kepada panitia penyelenggara ICPEU, dan telah mengisi form registrasi. Untuk full paper sedang dalam penyusunan dan akan segera dikirim.

(15)

15

2.4

Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

2.4.1 Evaluasi Rencana Kerja 2014 dan Penyusunan Rencana Kegiatan 2015 Dit.

TRP

Dalam proses finalisasi laporan evaluasi BKPRN 2014 dan rencana kerja 2015, telah tersusun draft final laporan evaluasi 2014 dan telah tersusunnya draft final laporan rencana kerja 2015. Selanjutnya akan dilakukan pencetakan laporan Evaluasi Kegiatan tahunan dan Rencana Kerja pada minggu ke-1 Bulan Maret 2015.

2.4.2 Formulasi Kelembagaan PPNS

Pembahasan hasil kajian kelembagaan PPNS telah dipaparkan hasil kajian dari Kementerian PU pada Forum BKPRN pada minggu ke-2 Bulan Februari 2015. Untuk pembahasan kelembagaan PPNS dengan Kementerian PAN-RB, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kepolisian RI perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

2.4.3 Penyusunan Laporan Kegiatan BKPRN Tahun 2009-2014

Dalam proses pencetakan dan penyampaian draft laporan kepada Menteri PPN/Bappenas (melaui surat Deputi tanggal 16 Februari 2015) masih terkendala karena penyampaian draf laporan tersebut masih ada di Sesmen. BKPRN akan melakukan pemantauan pengiriman laporan hingga ke Manteri PPN.

2.4.4 Survei Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN

Telah telaksananya FGD daerah di DIY pada minggu ke-3 Bulan Februari 2015, namun pertemuan ini tidak dihadiri oleh Bangda. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan terkait kelembagaan BKPRN dalam Rakor Eselon II pada minggu ke-2 Bulan Maret 2015 untuk dapat terperolehnya gambaran ekspektasi fungsi kelembagaan BKPRN mendatang dalam perseptif Pemda.

2.5 Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN)

2.5.1 Penyusunan Laporan Akhir Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria

Pada Bulan Februari 2015 telah dilakukan finalisasi laporan tersebut. Akomodasi masukan dan revisi telah diakomodir dan laporan akhir tersebut akan disampaikan kepada Deputi untuk selanjutnya disampaikan kepada Menteri PPN/Bappenas.

2.5.2 Workshop Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria TA. 2014

Hingga Bulan Februari 2015 telah terlaksananya workshop kegiatan RAN TA. 2014 dan teridentifikasinya masukan dan saran dalam pelaksanaan koordinasi. Selanjutnya akan dilakukan pengiriman notulensi bahan rapat.

2.6 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Pada Bulan Februari 2015, beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan antara lain adalah: (a) Penelaahan Renstra K/L mitra TRP yaitu Kementerian Agraria dan Tata Ruang agar selaras dengan RPJMN 2015-2019, (b) Koordinasi Revisi APBN-P pada RKP 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, (c) Pembahasan Struktur Kelembagaan

(16)

16 BKPRN yang diinisiasi oleh Sekretariat BKPRN di Provinsi DIY dan (d) Kegiatan rutin update media informasi dan media sosialisasi TRP.

Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan hingga akhir Bulan Februari 2015 adalah 2,25 persen (%) atau sebesar Rp. 101.550.000,-. Rincian realisasi angka tersebut adalah dari pelaksanaan kegiatan: (i) Perencanaan sebesar 4,25%, (ii) Pemantauan dan Evaluasi sebesar 2,68%, (iii) Kajian sebesar 1,03%, (iv) Koordinasi Strategis BKPRN sebesar 2,82%, (v) Koordinasi Strategis RAN sebesar 0,78%, (vi) Knowledge Management (KM) sebesar 1,27%, dan (vii) Penelaahan Renstra K/L sebesar 15,96%. Realisasi ini dilakukan melalui TUP, UP, dan LS antara lain untuk Belanja Bahan untuk rapat-rapat terutama terkait Penelaahan Renstra K/L mitra TRP, Koordinasi Sekretariat BKPRN, Sekretariat RAN; Honorarium Bulanan, Belanja Jasa Konsultan dan Belanja Jasa Lainnya untuk Bulan Februari 2015.

Berikut merupakan diagram rencana dan realisasi penyerapan anggaran Direktorat TRP sampai dengan akhir Bulan Februari 2015:

Gambar 1. Rencana dan Realisasi Anggaran TRP

5 10 22 28 40 53 61 69 82 88 92 100 0 2,25 0 20 40 60 80 100

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

% Rencana % Realisasi

(17)

17

BAB III

KEGIATAN EKSTERNAL

Pada bab ini dijelaskan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas maupun kementerian/lembaga lain, pada Bulan Februari 2015. Kegiatan ini dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf.

3.1

Pembahasan Persiapan Trilateral Meeting APBN-P 2015 Kementerian ATR

Pada tanggal 2 Fabruari 2015 telah diselenggarakan Rapat Pembahasan Persiapan Trilateral Meeting APBN-P 2015 Kementerian ATR di Ruang Rapat SS 1-2, Bappenas. Rapat diselenggarakan sebagai persiapan pembahasan APBN-P 2015 Kementerian ATR/BPN. Berikut beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat tersebut:

a. Sudah diterbitkan Perpres No. 17/2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, dengan struktur Kementerian ATR terdiri dari 7 (tujuh) Eselon I. Dari jumlah tersebut terdapat Eselon I yang merupakan gabungan muatan substansi tata ruang dan pertanahan.

b. Terkait dengan tata ruang beberapa hal yang menjadi prioritas adalah penyediaan peta skala besar (1:5000), pengembangan sistem informasi tata ruang, dan penyusunan peraturan zonasi. Kemudian terdapat kegiatan quick wins yaitu penyediaan PPNS dan penyusunan pedoman perlindungan PPNS.

c. Total pagu anggaran Kementerian ATR tahun 2015 adalah sebesar Rp. 5,6 T terdiri dari Rp. 4,5 T dari BPN dan Rp. 1,1 T dari Ditjen Penataan Ruang, Kemen PU.

d. Proses APBN-P 2015 sudah berlangsung dan minggu ini harus disampaikan kepada Kementerian Keuangan terkait program dan kegiatan berdasarkan struktur baru. Dengan demikian dapat disusun pagu per program. Kementerian Keuangan menyiapkan 2 (dua) alternatif pagu yang akan dibahas oleh Komisi DPR yaitu pagu alokasi baru hasil struktur baru dan pagu alokasi yang lama (eksisting).

Perpres Kementerian ATR/BPN telah diterbitkan dengan Eselon I teknis berjumlah 7 (tujuh) Eselon I. Namun penggabungan antara tata ruang dan BPN belum sepenuhnya tergambar dalam design program dan kegiatan, sehingga perlu dipikirkan penggabungan substansi tata ruang dan pertanahan. Selanjutnya, perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut pada tanggal 5 Februari 2015 untuk membahas mengenai indikator, output, outcome dan satuannya.

3.2

Pembahasan Perubahan Perpres No. 71 Tahun 2014

Rapat ini diselenggarakan pada tanggal 2 Februari 2015 di Ruang Mahakam, Gd. Kemenko Perekonomian. Rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menko Perekonomian dengan dihadiri oleh beberapa Menteri Bidang Perekonomian seperti Menteri BUMN, Menteri Agraria dan Tata Ruang, Pejabat Eselon I Kemen PU Pera, Kemen ESDM, Kemen Perhubungan, Kemendagri, serta Pejabat Eselon I Kemen PPN/Bappenas, Kepala BPHN, Kemenkumham, Pejabat Sekretariat Kabinet, LKPP, dan Direksi PLN, bertujuan membahas alternatif dan opsi perubahan Perpres No.71 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Forum menyepakati perubahan Perpres No.71 Tahun 2014, dengan pokok-pokok perubahan berikut :

(18)

18 a. Badan Usaha Swasta dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah dan dengan kerjasama tersebut Pemerintah dapat melakukan pengadaan tanah dengan skema UU No. 2 tahun 2014;

b. Walaupun tidak dibahas, sepertinya forum menteri juga menyepakati pasal peralihan sehingga dengan batas Bulan Desember 2015, yang artinya pada Januari 2016, proyek-proyek yang belum selesai proses pengadaan tanahnya dapat melanjutkan tanpa perlu mengulang proses, pengadaan tanah tersisa dengan menggunakan skema UU No. 2 Tahun 2014.

3.3

Perbaikan Prosedur Penyusunan Peraturan Menteri

Untuk menggali permasalahan pelaksanaan Peraturan Menteri yang disusun oleh berbagai mitra kerja, Direktur Analisis Peraturan Perundang-undangan, Bappenas menyelenggarakan Rapat Perbaikan Prosedur Penyusunan Peraturan Menteri pada tanggal 3 Februari 2015 di Ruang Rapat SS-3, Bappenas.

Di dalam diskusi rapat disampaikan beberapa hal, diantaranya yaitu banyaknya peraturan menteri yang tidak serasi satu dengan yang lainnya. Kementerian Hukum dan HAM tidak melakukan pembahasan sampai dengan materi yang dicakup di dalam berbagai Peraturan Menteri, melainkan hanya mengatur mekanisme pengesahan dan dokumentasi.

Bappenas diharapkan dapat menjadi analis yang dapat menghubungkan seluruh isu secara komprehensif. Diperlukan pengetahuan tentang langkah review peraturan eksisting dan peraturan yang akan diterapkan. Dit APP telah menginventarisasi cara untuk melakukan analisis peraturan ini. Seluruh bahan dapat dilihat di KM TRP dengan kata kunci ‘kerangka regulasi’. Pada tanggal 4 Februari 2015 akan dilaksanakan sosialisasi tentang analisis kerangka regulasi kepada seluruh K/L.

3.4

Rapat Konsolidasi Pengembangan Sistem Informasi Penataan Ruang

Kawasan Perbatasan (Siprutas)

Rapat ini diselenggarakan untuk menjaring masukan dalam rangka pengembangan Siprutas. Dalam rapat tersebut dijelaskan tentang Sistem Informasi Perbatasan (SIMTas) yang berisi mengenai Data GIS (Siprutas, Gudang Data, dan Monitoring Statistik) dan Non-GIS (Asset, e-Budgeting, e-Office, dan e-Dokumen). GIS BNPP adalah aplikasi gabungan antara Aplikasi Siprutas, Aplikasi Monitoring Statistik dan Aplikasi Gudang Data. Sistem Informasi Geospasial SIMTas BNPP merupakan Sistem Informasi Geografis berbasis web yang menampilkan data spasial lokasi prioritas (LOKPRI) di wilayah perbatasan Indonesia. Informasi yang ditampilkan pada SIG SIMTas ini diantaranya posisi LOKPRI, informasi atribut LOKPRI, sekilas mengenai LOKPRI, LOKPRI dalam angka, rencana aksi monitoring, dan RDTR. Aplikasi SIG SIMTas juga mampu berintegrasi dengan berbagai layanan pada Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN) yang disediakan oleh BIG maupun institusi lain yang terkait. Format layanan yang didukung antara lain: ArcSIG Server REST Service, ArcSIG Server Map/Tile Service, WMS Service.

Aplikasi Siprutas dikembangkan untuk:

 Mengumpulkan data dan kebijakan-kebijakan pembangunan sektoral kawasan perbatasan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten, lokasi prioritas, serta peta dasar wilayah Indonesia berbasis SIG.

(19)

19  Update data, analisis spasial untuk tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

dapat dilakukan secara bersamaan dan terintegrasi.

3.5

Rapat Direktur Kedeputian 7–Anugerah Pangripta, Pameran, dan

Musrenbangnas

Pada tanggal 6 Februari 2015 telah diselenggarakan Rapat Direktur oleh seluruh Direktur di Kedeputian Regional di Ruang Deputi Bidang Pengembangan Regional dan OTDA. Pada rapat tersebut membahas tentang persiapan Anugerah Pangripta Nusantara, Pameran, dan Musrenbangnas. Beberapa kesepakatan penting dalam rapat direktur tersebut, diantaranya:

1. Usulan Revitalisasi Musrenbang, Konfirmasi Kegiatan Pameran, dan Anugrah Pangripta Nusantara (APN) akan diusulkan dibahas dalam RAPIM Bappenas. Catatan khusus, pameran diusulkan untuk ditiadakan atau diselenggarakan oleh Biro Humas Bappenas. Sementara APN diusulkan untuk diselenggarakan oleh Deputi EKP.

2. Jika Pameran tetap disepakati untuk diadakan oleh Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, penanggung jawab kegiatan akan dialihkan ke Direktorat Otda. 3. Usulan APN dialihkan ke Kedeputian EKP sepertinya sulit diwujudkan

mempertimbangkan tidak adanya Deputi EKP Definitif saat ini. Untuk itu, disepakati bahwa penanggungjawab APN adalah Direktur Tata Ruang dan Pertanahan.

4. Salah satu kendala penyelenggaraan APN adalah belum tersedianya dana yang direncanakan berasal dari Prakrasa Strategis. Untuk itu, pengeluaran pada awal kegiatan akan di 'reimburse' beberapa waktu kemudian segera setelah tersedianya dana dari Prakarsa Strategis.

Dalam persiapan Anugerah Pangripta Nusantara, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan akan segera berkoordinasi dengan Direktorat Perkotaan dan Pedesaan.

3.6

Penyusunan Grand Design Pembangunan Kota Baru Publik di Indonesia

Rapat yang dipimpin oleh Direktur Perkotaan dan Perdesaan, diselenggarakan pada 4 Februari 2015 di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN. Pertemuan ini bertujuan untuk mendengarkan pengalaman PT. Jababeka dalam pengembangan kawasan di Indonesia sebagai bahan masukan penyusunan Grand Design Pembangunan Kota Baru Publik.

Paradigma Pembangunan Kota Baru:

a. Sasaran utama pembangunan kota baru adalah membangun kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan kawasan (City for Citizens/Public) dan pemenuhan kebutuhan dasar sampai dengan aktualisasi diri.

b. Kegiatan ekonomi sebagai sumber bangkitan/kehidupan Kota Baru dan harus dapat menciptakan permintaan/pasar.

c. Mewujudkan konektivitas antar wilayah.

d. Meningkatkan daya saing wilayah, terutama di Luar Jawa.

e. Pengelolaan/manajemen Kota Baru harus efektif, efisien dan produktif. Lahan

a. Delineasi kawasan mempertimbangkan jangkauan layanan (radius concentric).

b. Pengembangan Kota Baru dilakukan secara bertahap, dengan menyesuaikan permintaan dan status tanah. Contoh: pelepasan dari kawasan hutan, penetapan status.

(20)

20 c. Dibutuhkan Land Freezing dengan tidak dikeluarkannya izin penguasaan dan pemanfaatan tanah, serta tidak bisa dijualbelikan yang melibatkan peran Kementerian ATR/BPN.

d. Land Banking: pengadaan tanah untuk kebutuhan pembangunan kota di masa yang akan datang (dilaksanakan pada tahap awal oleh swasta dan pemerintah).

Untuk dapat menjalankan rencana pengembangan kawasan, perlu dukungan rencana rinci baik Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dengan skala kedetailan peta minimal 1:5000 di tingkat kabupaten/kota maupun masterplan setiap kawasan (peta hingga skala 1:1000). Semakin detail rencana pengembangan kawasan, semakin mudah melakukan perencanaan, pemanfaatan hingga pengendalian pemanfaatan ruang. Hingga hari ini, PT. Jababeka masih berharap RDTR kabupaten/kota sekitar Cikarang dapat tersusun dan membantu pengembangan kota ke arah yang lebih baik. Pengembangan kawasan harus diawali dengan pemilihan ekonomi pembangkit seperti pusat industri atau pusat kegiatan lainnya. Selain itu, pemberian insentif dapat dilakukan pemerintah pusat guna menarik investor yang bersedia menanamkan modalnya sesuai rencana pemerintah tersebut.

3.7

Pembahasan Adminsitrasi Kegiatan dan Sosialisasi Inpres 1/2015 tentang

Gratifikasi

Rapat ini diselenggarakan oleh Inspektur Utama, Bappenas pada tanggal 4 Februari 2015 di Ruang Rapat SS-3, Bappenas. Rapat diselenggarakan untuk membahas masalah dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan di PPK serta persiapan menghadapi pemeriksaan BPK. Berikut beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat tersebut, yaitu:

 Sudah diterbitkan Inpres No. 5/2015 Tentang Pelaporan Gratifikasi Pegawai Kementerian PPN/Bappenas yang melarang pegawai menerima gratifikasi dalam bentuk uang, barang berwujud, barang tidak berwujud, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, pengobatan, dll.

 Dalam menyusun perencanaan yang matang harus tergambar dalam TOR dan RAB terkait output yang akan dihasilkan serta kesesuaian antara rencana dan output tersebut. Selain itu, perlu dilihat kelayakan pembiayaan setiap kegiatan dalam RAB.

 Hasil review oleh IBKK adalah masih terdapat ketidaksesuaian dan hubungan antara IKU Eselon I dan Eselon II. Kemudian dalam menyusun TOR dan RAB masih sama seperti tahun yang sebelumnya.

 Untuk kegiatan yang dibiayai oleh APBN maupun PHLN serta terdapat konsultan yang membantu maka perlu dibuat output yang berbeda antara output kegiatan dan output konsultan.

Penyusunan TOR dan RAB harus dilakukan sebaik mungkin dan harus menggambarkan keterkaitan antara rencana dan output kegiatan serta alokasi anggarannya. Selanjutnya akan dilakukan pertemuan rutin dalam bentuk forum diskusi PPK.

3.8

Rapat Koordinasi Pelaksanaan Review Pedoman Penysuunan RDTR di

Kawasan Perbatasan

Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Asdep Pentaan Ruang Kawasan Perbatasan, BNPP diselenggarakan pada tanggal 4 Februari 2015 di Ruang Rapat BNPP, Gedung B. Dalam rapat dibahas isu-isu yang muncul dalam pengelolaan kawasan perbatasan saat ini, yaitu:

(21)

21 a. Adanya amanat Presiden RI untuk memprioritaskan penyusunan RTR Kawasan

Perbatasan.

b. Penyusunan RTR Kawasan Perbatasan ini sudah tertuang di dalam RPJMN 2015-2019 (termasuk pengalokasian dana).

c. Amanat UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 361 ayat (3) bahwa Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk: (1) Penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR); (2) Pengendalian dan Izin Pemanfaatan Ruang; dan (3) Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan.

Perlu dilakukan pembehasan lebih lanjut dengan mengundang penyusunan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta K/L terkait untuk membahas beberapa hal, diantaranya:

a. Tingkat kedetailan RDTR yang dimaksud.

b. Bentuk izin pemanfataan ruang yang diwenangi oleh pemerintah pusat.

Dibutuhkan penyusunan NSPK untuk pedoman penyusunan RDTR di kawasan perbatasan dengan merujuk kepada Permen PU No. 20 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi serta kriteria/kondisi yang dimiliki kawasan perbatasan (termasuk di dalamnya pembagian kewenangan pusat dan daerah).

Penelaahan roadmap Penyediaan Kebutuhan Peta Skala Rinci untuk Penyusunan RRTR periode 2015-2019 untuk mengetahui data kawasan perbatasan apa yang sudah maupun yang belum masuk dalam list kebutuhan peta untuk kemudian dimutakhirkan dan diprioritaskan penyusunan petanya.

3.9

Persiapan Penyusunan Kerangka Regulasi dalam RKP 2015 dan

Sinkronisasinya dengan Renstra Kementerian/Lembaga

Rapat yang diselenggarakan pada 4 Februari 2015 di Hotel Lumire, Jakarta, merupakan sosialisasi penyusunan kerangka regulasi yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 agar disinkronkan dengan Rencana Strategis yang disusun oleh masing-masing K/L. Dalam sosialisasi tersebut hadir dua pembicara yaitu Direktur Analisa Peraturan Perundang-undangan, Bappenas dan Badan Pembinaan Hukum Nasional. Secara umum, beberapa hal yang disampaikan dalam rapat tersebut, antara lain: (1) Urgensi integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan pembangunan: (i) mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan undangan sesuai kebutuhan pembangunan; (ii) meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan (iii) meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaranuntuk keperluan pembentukan peraturan perundang-undangan; (2) Prinsip-prinsip kerangka regulasi, meliputi: kebutuhan regulasi dalam RKP untuk mendukung RPJMN; pelibatan stakeholder; kesesuaian kebutuhan dengan kebijakan dalam RPJMN; dampak biaya dan manfaat (CBA); fasilitasi dan mengatur perilaku masyarakat dan aparatur; dan memperhatikan asas-asas pembentukan regulasi. Rapat tersebut hanya bersifat sosialisasi mengenai kerangka regulasi yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 dan harus menjadi acuan bagi K/L dalam penyusunan Renstra K/L.

3.10 Diskusi Model Think Tank

Diskusi yang dipimpin oleh Sahli Menteri Bidang Hubungan Kelembagaan, diselenggarakan pada 5 Februari 2015 di Ruang Rapat SS-4, Bappenas. Dalam pembukaan, disampaikan bahwa posisi

(22)

22 Bappenas saat ini langsung berada di bawah Presiden dan diharapkan menjadi think-tank bagi Presiden. Diharapkan melalui pertemuan ini dapat memberi masukan terhadap penguatan fungsi dan juga ‘nature’ think-tank Bappenas. Narasumber dalam diskusi ini adalah: a) John Young, kepala Research and Policy in Development Program; b) Jessica MacKenzie, research fellow dari Overseas Development Institute London. Government Think-Tank (TT) memiliki 3 (tiga) karakteristik: a) Primary audience adalah pemerintah; b) Pendanaan dan kepemimpinan dari pemerintah; dan c) Sebagian besar staf merupakan aparatur pemerintah.

Beberapa model think-tank, di antaranya:

a. Korean Development Institute (KDI): autonomous, dibiayai pemerintah, clear reporting, transparan, 200-300 staf, 7(tujuh) departemen, pendekatan interdisiplin.

b. UK Behavioural Insights Team: semi autonomous, dibiayai pemerintah, clear reporting, transparan, 30 staf, direplikasi oleh White House dan Australia; semi privat, efisien. c. Phillipines Institute for Development Studies (PIDS): semi autonomous, dibiayai

pemerintah, clear reporting, 50-80 staf, manageable, middle-income country.

d. Indian Planning Commission: semi autonomous, dibiayai pemerintah, clear reporting, transparan, 150 senior officers, 30 divisi, mengarah pada lebih banyak non-government staff, dan representasi nasional.

Government think tank di Indonesia yang diidentifikasi, diantaranya: a) Wantimpres; b) BKF; c) LIPI; d) Tim Nasional Program Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K); e) Kantor Wapres; f) UKP4; g) Komite Ekonomi Nasional; h) Komite Inovasi Nasional. Dalam diskusi mengemuka pendapat TAK belum berperan secara optimal dan belum berisnergi dengan pegawai struktural.

3.11 Sosialisasi dan Tata Cara Revisi Anggaran 2015 sesuai PMK No. 257 Tahun

2015

Sosialisasi diselenggarakan pada tanggal 5 Februari 2015 di Ruang Rapat SS 1-2, Bappenas, dengan tujuan sebagai persiapan pembahasan APBN-P 2015 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN. Berikut beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat tersebut.

a. Penyusunan perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin dan dituangkan kedalam TOR dan RAB. Perencanaan yang matang akan dapat meminimalisasi pengajuan revisi anggaran.

b. Pada tahun 2014 yang lalu total jumlah revisi mencapai 8 (delapan) kali. Hal ini dianggap terlalu banyak dan mencerminkan perencanaan yang kurang baik. Untuk tahun 2015 ini jumlah revisi hanya 3 (tiga) kali yaitu pada Bulan Februari, Bulan Mei/Juni, dan Bulan Oktober.

c. Revisi anggaran harus disetujui oleh Eselon I sebagai penanggung jawab program. d. Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan revisi anggaran adalah

sebagai berikut.

 Kebijakan perjalanan dinas adalah: (i) harus selektif, efisien, dan akuntabel; (ii) memperhatikan urgensi pelaksanaan, mengurangi frekuensi, jumlah pelaksana, dan jumlah hari pelaksanaan; (iii) penerbit surat tugas bertanggung jawab atas kriteria pelaksanaan dan penunjukan pelaksana tugas perjalanan dinas.

 Kebijakan rapat, seminar, dan sejenisnya adalah; (i) menggunakan fasilitas kantor; (ii) menyajikan menu lokal; (iii) apabila ruangan rapat dalam kantor tidak tersedia maka menggunakan ruang rapat instansi pemerintah lainnya.

(23)

23  PMK No. 257/2014 Tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2015 menyebutkan bahwa revisi anggaran berlaku dalam hal terdapat perubahan atas APBN TA 2015, Inpres mengenai penghematan anggaran dan/atau perubahan atas kebijakan prioritas pemerintah yang telah ditetapkan.

Untuk menghindari banyaknya revisi, harus disusun TOR dan RAB yang baik. Selain itu, perlu dipastikan bahwa anggaran yang telah dialokasikan dapat diserap dan dipertanggungjawabkan.

3.12 Rapat Pembahasan Pedoman penyusunan Rencana Program Investasi

Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

RPI2JM adalah daftar yang memuat rencana dan program investasi infrastruktur terpadu untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yang telah mengintegrasikan kebijakan sektoral dan kebijakan spasial dengan pembiayaannya. Penyusunan RPI2JM harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. RPI2JM digunakan sebagai bahan pembahasan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Rapat Pembahasan Pedoman Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) diselenggarakan pada tanggal 2 Februari 2015 di Ruang Rapat SG 1-2 dengan tujuan untuk membahas konsep RPI2JM.

Landasan hukum penyusunan RPI2JM dapat diperkuat melalui Permen yang akan disusun di tahun 2015 oleh Dit. PW mengenai tata cara dan pedoman sinkronisasi dokumen perencanaan pembangunan antar kementerian dan lembaga di pusat dan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah. K/L yang menangani infrastruktur diharapkan dapat membuat format RPI2JM.

3.13 Sinkronisasi Hasil Masukan Tim terhadap Laporan Koordinasi Strategis

Reforma Agraria Nasional

Untuk memetakan dan mensikronisasi masukan-masukan dari anggota tim untuk revisi laporan akhir Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, Dit. TRP menyelenggarakan rapat Sinkronisasi Hasil Masukan Tim Terhadap Laporan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional pada 5 Februari 2015 di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN. Beberapa masukan yang disampaikan anggota Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, antara lain mengenai:

 Konsistensi penggunaan istilah dalam laporan. Diusulkan agar istilah yang digunakan konsisten karena di dalam laporan misalnya istilah stelsel positif dan stelsel negatif dengan publikasi tanah stetsel positif maupun publikasi tanah stetsel negatif. Dalam laporan diperbaiki dengan menggunakan istilah Pendaftaran Tanah Sistem Publikasi Positif (Stelsel Positif) dan/atau Pendaftaran Tanah Sistem Publikasi Negatif (Stelsel Negatif).

 Koreksi terhadap data capaian redistribusi tanah di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun 2014 menjadi: jumlah tanah diredistribusi sebanyak 3.000 bidang, jumlah penerima sebanyak 2.545 KK dengan total luas mencapai 342,31 hektar.

 Data sertipikasi tanah transmigrasi. Diperlukan penelaahan lebih jauh terkait dengan tipologi permasalahan dari 346.173 kasus tanah transmigrasi.

(24)

24  Cakupan bidang tanah bersertipikat. Pusdatin BPN menyampaikan data cakupan bidang tanah bersertipikat namun bersifat data tabular (tidak ada data spasial) sehingga masukan tersebut tidak dapat diakomodir dalam laporan.

Beberapa masukan dari Tim dapat diakomodir dengan merevisi draf Laporan Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria. Namun untuk masukan dari Pusdatin BPN tidak dapat diakomodir. Selanjutnya akan dilakukan rapat lanjutan untuk memastikan masukan dari tim sudah diakomodasi dalam laporan.

3.14 Rapat Penentuan Lokasi Pendayagunaan Tanah Wakaf untuk Perumahan

Rakyat

Untuk menentukan lokasi tanah wakaf yang memenuhi kriteria untuk dilaksanakan pilot project pembangunan Rusunawa serta menentukan tipologi Rusunawa yang akan dibangun, maka diselenggarakan Rapat Penentuan Lokasi Pendayagunaan Tanah Wakaf untuk Perumahan Rakyat pada tanggal 5 Februari 2015 di Ruang Rapat SS-4, Bappenas. Beberapa hal yang disampaikan dalam rapat tersebut, antara lain:

 Pendanaan pilot project pendayagunaan tanah wakaf akan didanai melalui APBN-P 2015 pada kegiatan pembangunan Rusunawa.

 Berdasarkan data tanah wakaf usulan dari berbagai pihak teridentifikasi beberapa lokasi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan konfirmasi dan kunjungan lapangan yaitu terdapat di Kel. Jatinegara (Jaktim), Kel. Kembangan (Jakut), Kel. Sukorejo (Bojonegoro), Kec. Bojonggede (Bogor) dan Malang (Jatim).

 Kunjungan lapangan difokuskan pada lokasi-lokasi tersebut untuk mendapatkan informasi lebih detail mengenai tanah wakaf tersebut dan kemungkinan dilaksanakan pembangunan Rusunawa. Dalam kunjungan lapangan perlu melibatkan Pemda untuk memastikan kesesuaian lokasi dengan rencana tata ruang wilayah, perizinan, rencana pembangunan jalan atau fasilitas lainnya disekitar lokasi rencana pembangunan.

 Pengguna (beneficieries) yang menjadi prioritas adalah masyarakat berpenghasilan rendah, namun ada kemungkinan dilakukan dengan skema subsidi silang agar dalam operasialnya tidak rugi

 Tipologi Rusunawa yang akan dibangun berupa Rusunawa simetri ganda sejajar atau simetri ganda silang dengan ketinggian 8 lantai, 15 lantai atau 20 lantai dan setiap ketinggian 3 lantai akan dibangun fasos/fasum.

Lokasi tanah wakaf yang teridentifikasi dan memenuhi kriteria untuk dilakukan konfirmasi dan kunjungan lapangan yaitu di Kel. Jatinegara (Jaktim), Kel. Kembangan (Jakut), Kel. Sukorejo (Bojonegoro), Kec. Bojonggede (Bogor), dan Malang (Jatim). Tipologi Rusunawa yang diusulkan akan dibangun berupa Rusunawa simetri ganda sejajar.

3.15 2nd Seminar on TOD (Transit Oriented Development) dan Urban

Transportation

Seminar ini diselenggarakan pada 10 Februari 2015 di Hotel Borobudur Jakarta. Dalam pembukaan disebutkan bahwa TOD merupakan salah satu strategi untuk mendukung ternsportasi publik agar efisien. Rekomendasi untuk pengembangan TOD: i) Joint committee dibentuk sejak tahap awal, karena TOD hanya dapat direalisasikan melalui koordinasi multi pihak, terutama pemilik tanah, developer, PT Kereta Api dan pemerintah; ii) Pemerintah harus

(25)

25 menentukan batas (boundary) kawasan yang akan dikembangkan sebagai TOD, serta menetapkan regulasi yang jelas untuk skema public private partnership (PPP). Dalam kesempatan yang ada, Perwakilan Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism menyampaikan:

 Jepang mengatasi masalah kemacetan dan kualitas lingkungan akibat pertambahan populasi dengan menerapkan TOD. Di antaranya dengan cara membangun transportasi umum perkotaan mendekati kawasan permukiman;

 TOD yang diterapkan dalam pembangunan new town dan peremajaan kota, merupakan kunci untuk membangun Tokyo Metropolitan Area secara efisien, aman dan nyaman;  Pengadaan tanah dalam TOD project menerapkan pendekatan Land Reajustment.

Untuk mengatasi kemacetan Jakarta, MRT saja tidak cukup. Diperlukan juga integrasi kebijakan, di antara seperti; pembatasan lalu lintas, fasilitas park and ride, pedestrian, dan kelengkapan layanan di dalam satu kawasan, sehingga perjalanan dengan kendaraan diminimalkan hanya sampai 2 kali per hari. Bagi PT MRT yang telah mendapat penghargaan top 20 infrastructure project dalam World Finance Magazine, tantangannya bukan pada sisi teknis, melainkan banyaknya peraturan yang harus diperbaiki dan harus tegas keberpihakannya; serta perlunya koordinasi dengan banyak pihak. Idealnya untuk membuka suatu wilayah baru sistem transportasinya perlu ditentukan terlebih dahulu.

3.16 Lokakarya Perlindungan Lingkungan dan KLHS dalam Proses Peninjauan

Kembali RTRWN

Rapat ini diselenggarakan pada 10 Februari 2015 di Ruang Rapat Lt. 3, DJPR, PU-Pera. Rapat diselenggarakan dalam rangka upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan dengan mengintegrasikan kepentingan lingkungan pada tingkat pengambilan keputusan strategis melalui perlindungan lingkungan (KLHS) pada Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP). Terkait dengan proses penyusunan dan peninjauan kembali RTRWN, KLHS diharapkan dapat memperkaya proses penyusunan KRP dan menghasilkan keputusan yang lebih aman. Salah satu kegiatan Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Royal Danish Embassy melalui program ESP3-Danida untuk mendukung Kelompok Kerja Konektivitas dari KP3EI dan Bappenas adalah penyusunan KLHS ke dalam kebijakan MP3EI. Selanjutnya untuk penyusunan KLHS-Nawacita sebagai fokus untuk KLHS review RTRWN, dengan ruang lingkup utama di kebijakan rencana dan indikasi program RTRWN.

3.17 Pembahasan Draf Master Plan Pengurangan Risiko Bencana Banjir

Rapat yang diselenggarakan oleh Direktorat KKDT-Kementerian PPN/Bappenas, pada 10 Februari 2015 di BPPT bertujuan untuk memberikan masukan terhadap Draf Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Banjir, yang telah disusun untuk BNPB dan tenaga ahli. Masterplan PRB Bencana Banjir merupakan rencana aksi per ancaman bencana, sebagai pendetailan dari Rencana Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2019. Masterplan ini berisi program spesifik per jenis bencana. Proses penyusunan masterplan melibatkan K/L (masukan dari Renstra masing–masing K/L), Non-K/L melalui diskusi publik, perguruan tinggi (masukan dari kajian akademis). Masterplan ini akan digunakan secara nasional oleh masing–masing K/L sebagai panduan program lintas sektor dalam penanggulangan ancaman banjir. Dalam masterplan tersebut, terdapat 4 (empat) fokus prioritas, yaitu: (i) penguatan kerangka hukum penanggulangan bencana; (ii) peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana; (iii)

(26)

26 peningkatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana banjir; dan (iv) peningkatan kapasitas pemulihan pasca bencana banjir.

Dalam kesempatan yang ada, Dit TRP, Bappenas memberikan masukan terhadap Materplan Pengurangan Resiko Bencana Banjir, antara lain:

 Lokasi prioritas nasional yang telah ditetapkan (pada poin 2.2), sebaiknya diusulkan kepada Kementerian ATR untuk dimasukan ke dalam RTRWN yang saat ini masih dalam proses peninjauan kembali (PK). Peta lokasi dan kajian naskah akademis tersebut dapat langsung diserahkan ke Kementerian ATR atau melalui Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas.

 Untuk mendukung Fokus Prioritas Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana, kami menyarankan agar kegiatan persetujuan substansi Kementerian ATR masuk dalam prioritas tersebut, dan memastikan peta–peta rawan bencana yang telah disusun (baik oleh BMKG, BIG, Kemen PU, Kemen LHK, Kemen ESDM) masuk dalam kegiatan tersebut. BNPB perlu berkoordinasi dengan Kementerian ATR (DJPR – PU).

Direktorat TRP juga telah menyampaikan masukan secara tertulis.

3.18 Pembahasan Nomenklatur Indikator Program Kementerian Agraria dan

Tata Ruang/BPN

Dalam rangka melanjutkan pembahasan perubahan nomeklatur indikator program dari kementerian ATR/BPN, Subdit Pertanahan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menyelenggarakan Rapat Lanjutan Pembahasan Nomenklatur Indikator Program Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN pada 11 Februari 2015 di Ruang SS 1-2 Bappenas. Kementerian ATR/BPN menyusun 10 (sepuluh) program, yang terdiri dari 2 (dua) program generik dan 8 (delapan) program teknis, hal ini berdasarkan hasil tinjauan RPJMN 2015-2019. Berdasarkan hasil penelaahan Bappenas terhadap 10 program tersebut, terdapat usulan dan koreksi sebagai berikut:

 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur: banyak usulan untuk merubah pada sasaran program dan indikator kinerja program.

 Program Perencanaan dan Pemanfaatan ruang: usulan untuk perubahan pada indikator kinerja program.

 Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan dan Penataan Ruang: usulan koreksi pada tujuan, dan penambahan pada sasaran program serta indikator kinerja program.  Program Penataan Hubungan Hukum Keagrariaan: usulan penambahan pada tujuan

program, serta koreksi pada sasaran program dan indikator kinerja program.

 Program Penataan Agraria: usulan untuk koreksi pada tujuan, penambahan pada sasaran program dan indikator kinerja program.

 Program Pengadaan Tanah: usulan perbaikan dan perubahan pada tujuan, sasaran program, dan indikator kinerja program

 Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, usulan untuk mengkoreksi pada tujuan, dan penambahan poin pada sasaran program serta indikator kinerja program.

Hasil penelahaan dari Bappenas, ditindaklanjuti oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, terkait koreksi, usulan, serta masukan. Setelah Bappenas

(27)

27 menyetujui 10 (sepuluh) program beserta indikator program, maka Kementerian ATR/BPN dapat melanjutkan IKK pada level Eselon 2.

3.19 Kajian Kelembagaan PPNS

Pertemuan ini diselenggarakan pad 11 Februari 2015 di Ruang Rapat SG-5, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi kelembagaan PPNS bidang penataan ruang saat ini dan mendapatkan masukan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan PPNS bidang penataan ruang. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 68, PPNS bidang penataan ruang berwenang melakukan penyidikan terhadap dugaan tindak pidana dalam bidang penataan ruang. Peran PPNS dalam pengawasan dan pengendalian penataan ruang menjadi agenda prioritas dalam Forum Koordinasi Penataan Ruang Nasional, yaitu Rakernas BKPRN Tahun 2013 dan Rakereg BKPRN Tahun 2014. Dalam pembahasan PPNS, tidak bisa terlepas dari keterlibatan Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pan-RB, serta Kepolisian RI, sehingga perlu ada pertemuan lanjutan yang mengundang ketiga institusi tersebut. Tindakan preventif dalam pelanggaran penataan ruang tidak hanya dilakukan oleh PPNS tetapi oleh setiap aktor penataan ruang.

3.20 Pembahasan Pelaksanaan Affirmative Action Papua dan Papua Barat

Pertemuan yang dipimpin oleh Direktur Analisa Peraturan Perundang-undangan dan Direktur KKDT Bappenas, serta dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian/Lembaga, Bappenas dan UKP4 diselenggarakan pada 13 Februari 2015 di Ruang Rapat SG 1-2. Tujuan diadakannya pertemuan ini adalah untuk menggali permasalahan pelaksanaan Otsus Papua dan Papua Barat yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga terkait. Pada prinsipnya semua K/L mendukung menyelesaikan semua masalah dalam pelaksanaan Otsus Papua dan Papua Barat ini. Dalam menyelesaikan masalah di Papua dan Papua Barat perlu pendekatan kesejahteraan dan perlu peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Papua dan Papua Barat terutama terkait dengan pelayanan dasar seperti kesehatan, perumahan, pendidikan, transportasi, dan bidang infrastruktur lainnya. Sebagai tindak lanjut, akan dilakukan pertemuan kembali dengan Kementerian/Lembaga untuk mendapatkan kepastian/konfirmasi data mengenai nama program dan kegiatan, lokasi, biaya dan siapa yang melaksanakan kegiatan terkait pelaksanaan Otsus Papua dan Papua Barat dalam bentuk matrik yang akan disiapkan oleh Direktorat APP.

3.21 Pembahasan Indikator RAN-API

Rapat yang diselenggarakan di Ruang Rapat SG-4, Bappenas pada 13 Februari 2015, bertujuan untuk mendiskusikan hasil stocktaking indikator RAN-API Bidang Ketahanan Sistem Kehidupan (Sub. Bidang Permukiman dan Infrastruktur), Bidang Ketahanan Wilayah Khusus (Sub.Bidang Perkotaan), dan Bidang Ketahanan Ekosistem. K/L terkait dalam RAN-API Sub.Bidang Perkotaan antara lain Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Lingkungan Hidup, BNPB, BIG, BMKG, LAPAN, LIPI, BPPT, Bappenas, Dewan Nasional Perubahan Iklim, BKKBN, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Ristek.

Beberapa hal yang pembahasan dalam Sub Bidang Perkotaan, antara lain:

(28)

28 b. Berdasarkan RAN-MAPI yang disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum, upaya penanganan perubahan iklim difokuskan pada penyediaan Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas wilayah untuk setiap kota di Indonesia.

c. Rencana tata ruang saat ini belum memasukkan aspek kerentanan wilayah terhadap perubahan iklim.

d. Belum terdapat perhitungan dampak perubahan guna lahan dari kawasan hutan ke non-hutan terhadap perubahan iklim.

e. Perlu kejelasan skala yang akan digunakan dalam penyusunan peta kerentanan daerah terhadap perubahan iklim.

Penentuan indikator RAN-API Sub Bidang Permukiman, Infrastruktur, dan Perkotaan masih perlu dibahas dalam pertemuan berikutnya.

3.22 Pemetaan Indikator RPJMN Kedalam Nawacita

Dalam rapat yang diselenggarakan pada 16 Februari 2015 di Ruang Rapat SG-5 Bappenas, dijelaskan secara teknis mengenai pemetaan indikator RPJMN kedalam Nawacita.

Berikut beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat tersebut.

a. Pemetaan Nawacita dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan kegiatan Nawacita dan siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

b. Pemetaan Nawacita akan dipergunakan sebagai bahan pembahasan dalam pelaksanaan Pramusrenbangnas.

c. Dasar pengisian aplikasi adalah Buku I dan Buku II RPJMN 2015-2019.

d. Apabila terdapat K/L yang mengalami perubahan struktur organisasi maka pengisian aplikasi masih menggunakan nomenklatur K/L yang lama.

e. Masih memungkinkan perubahan program dan kegiatan dalam aplikasi namun disampaikan menggunakan memorandum kepada Dit. Pengembangan Wilayah.

f. Untuk program yang bersifat lintas K/L seperti penanggulangan kemiskinan maka akan dikoordinasikan oleh penanggung jawab program.

g. Aplikasi pemetaan Nawacita akan disinkronkan dengan aplikasi pemantauan (e-Monev) sehingga dapat dilakukan transfer data.

Aplikasi pemetaan Nawacita dilakukan untuk memantau pelaksanaan kegiatan Nawacita dan akan dipergunakan sebagai masukan dalam pembahasan Pramusrenbangnas. Untuk itu, diharapkan setiap UKE II melakukan input data Nawacita sesuai bidang kerjanya. Masing-masing Direktorat harus melakukan pengisian aplikasi pemetaan Nawacita sesuai bidang kerjanya dan berdasarkan RPJMN 2015-2019.

3.23 Evidence Investment Strategy (EIS)/Strategi Investasi Berbasis Bukti

Rapat diselenggarakan di Ruang Rapat Rapat SG-4 Bappenas pada 16 Februari 2015. Dalam rapat tersebut disebutkan Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) menyusun EIS dalam upaya meningkatkan kemampuan mencari dan memanfaatkan bukti (dari berbagai disiplin ilmu terkait) dalam proses perumusan kebijakan. Penerapan EIS oleh DEFRA, didasarkan pada prinsip: a) Bukti harus menjawab tujuan dan prioritas kebijakan; b) Kebijakan perlu mengakui adanya berbagai jenis bukti; c) Menyeimbangkan kebutuhan jangka pendek dengan prioritas jangka panjang; d) Komitmen untuk menganalisis bukti yang sudah ada. Bukti didefinisikan sebagai: informasi yang dapat dipercaya dan akurat, yang dapat digunakan untuk

(29)

29 mendukung perumusan dan evaluasi kebijakan secara lebih tepat. EIS juga ditujukan untuk mengupayakan cost effectiveness of policy process.

3.24 Penyepakatan Nomenklatur Indikator Program Kementerian ATR

Rapat ini merupakan lanjutan rapat pembahasan nomenklatur Indikator Program Kementerian ATR yang telah dilaksanakan sebelumnya. Beberapa hal yang disampaikan dalam rapat tersebut, antara lain:

a. BPN perlu mendorong Kemen PAN RB untuk menyelesaikan struktur yang baru karena akan berimplikasi pada keterlambatan penyusunan RKA K/L. Saat ini belum bisa menyusun RKA KL karena masih menggunakan struktur yang lama.

b. Anggaran untuk penyusunan peta RTR 1:5.000 dialokasikan sebesar Rp. 101 M, jumlah tersebut lebih kecil karena untuk menampung adanya output baru yang belum teralokasi. c. Disepakati bahwa peta skala 1:5.000 akan dimunculkan dan dijadikan salah satu indikator kinerja program. Selain itu, indikator PPNS dan sistem informasi penataan ruang akan dikembalikan ke program teknis.

d. Pengalihan anggaran per program dilakukan karena pendistribusian anggaran PNBP. Pada versi sebelumnya, PNBP digabung dalam satu program. Namun setelah dilakukan revisi, alokasi untuk PNBP didistribusikan masing-masing program.

e. Dari total anggaran Kementerian ATR, anggaran PNBP sebesar Rp. 1,67 T.

f. Untuk indikator yang terkait dengan peta, disepakati produk harus dihasilkan sebanyak 2 (dua) produk yaitu: skala kadastral (1:1.000-1:2.000) untuk pendaftaran tanah dan skala tematik (1:5.000) untuk rencana detail tata ruang dengan proses satu kali.

g. Untuk Tujuan Program Penataan Hubungan Hukum Keagrariaan, disepakati “Meningkatkan Kepastian Hubungan Hukum Hak Atas Tanah dan Ruang dan Kualitas Kehidupan dalam Pengelolaan Sumber Agraria”.

h. Untuk indikator kinerja program, disepakati frasa “Jumlah NSPK” dapat dijadikan indikator, tidak harus menggunakan frasa “Persentase”.

Adanya perubahan alokasi anggaran per program di Kementerian ATR karena adanya pendistribusian anggaran PNBP. Indikator kinerja program penyediaan peta pertanahan skala 1:5.000 akan dimunculkan.

3.25 Rapat Pembahasan Overlay Peta RTRW Provinsi dengan Buku III RPJMN

2015-2019

Rapat ini diselenggarakan pada 17 Februari 2015 di Ruang Direktur Pengembangan Wilayah sebagai persiapan forum pertemuan Presiden dengan para Gubernur seluruh Indonesia di Jayapura, Papua pada tanggal 26 Februari 2015, dimana Menteri Bappenas mengharapkan akan dapat menyajikan peta infrastruktur dalam Buku III RPJMN 2015-2019 dalam peta RTRW provinsi sebagai representasi Buku III RPJMN. Rapat Presiden ini diagendakan akan dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan. Direktur PW mengusulkan peta disusun dengan meng-overlay peta RTRWP dengan peta tematik untuk infrastruktur yang tercantum dalam Buku III seperti transportasi (jaringan jalan, kereta api, bandar udara dan pelabuhan), waduk, ketenagalistrikan, kemaritiman, perbatasan, pariwisata, dan kawasan industri; dan menugaskan BIG untuk menyiapkan sajian overlay peta tersebut.

Gambar

Tabel 1. Statistik Situs TRP (trp.or.id)
Gambar 1. Rencana dan Realisasi Anggaran TRP
Tabel 3. Rencana Kegiatan Subdit Tata Ruang
Tabel 4. Rencana Kegiatan Subdit Pertanahan
+3

Referensi

Dokumen terkait

siswa dalam mengikuti pelajaran matemtika(4) kurangnya contoh dan latihan, dan (5) siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran. Untuk memperoleh hasil yang optimal perlu kesiapan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Berfungsi untuk menampilkan teks dan angka pada sebuah sel atau range, dan Excel akan menampilkan sesuai dengan yang anda ketik... Format

“rt” Membuka file teks untuk pembacaan data “wt” Membuka file teks untuk penulisan data “at” Menambah data kedalam file teks. “r+t” Membuka file teks untuk

Rangkaian program counter (PC) dan memori instruksi mengeluarkan 16-bit alamat yang akan didistribusikan ke elemen-elemen dalam prosessor seperti control unit dan register

• Fungsi getche getche getche getche() () () ()dipakai untuk membaca sebuah karakter dengan sifat karakter yang dimasukkan tidak perlu diakhiri dengan menekan.

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

Penelitian ini bertujuan untuk membuat katalis logam transisi (Co, Ni, Cu, Zn) yang diembankan pada zeolit fluka yang digunakan untuk proses konversi etanol menjadi