• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

KADAR

PROTEIN

PAKAN

DAN

WAKTU

PEMBER IAN

SUPLE-MEN

ENERGI

TERHADAP

PRODUKSI

MASSA

MIKROBA

RUMEN

DOMBA

B. Haryanto*,

C. Hendratno**,

dan R. Bahaudin**

ABSTRAK

PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPI.XttEN ENERGI TERHADAP PRO-DUKSI MASSA KIKROBA RUMEN DOKBA. Pertambahan be rat badan domba dipengarllhi oleh kadar protein pakan. pengamatan pH, konsentrasi amonia, asam lemak mudah menguap serta jumlah protozoa cairan rumen menunjukkan adanya pengaruh kadar protein pakan. Waktu penambahan pakan sumber energi tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi amonia. Jumlah bahan kering sel mikroba nyata dipengaruhi oleh kadar protein dalam pakan dan waktu pemberian suplemen energi. pemberian pakan campuran rumput gajah dengan daun gliricidia dengan penambahan pakan sumber energi 5 jam setelah pemberian hijauan menunjukkan jumlah bahan kering sel mikroba yang paling tinggi. Disimpulkan bahwa pertambahan berat badan ada kaitannya dengan produksi sel mikroba rumen. Kese-imbangan serta ketepatan waktu ketersediaan nitrogen dan energi diper lukan untuk mendapatkan produksi sel mikroba rumen yang optimal.

ABSTRACT

RUMEN MICROBIAL MASS PRODUCTION AS AFFECTED BY DIETARY PROTEIN CONCENTRATION AND TIMING

or

ENERGY SUPPLXttENTATION. The performance of sheep was positively af-fected by dietary protein concentration. Significant effects of protein concentrati-on in the diet were observed for pH, ammonia concentration, volatile fatty acids and protozoal counts. Effect of timing of energy supplementation on ammonia concentrati-on was not significant. Rumen microbial mass production increased with higher con-centration of protein in the diet. The effect of timing of energy supplementation was significant. It was concluded that performance of sheep was associated with the rumen microbial mass production. It is necessary that a balance and timely avail-ability of nitrogen and energy is required for optimal rumen microbial mass pro-duction.

*

Balai Penelitian Ternak

(2)

( Gliricidia

hijauan basal diberikan

ad libituJII

5 jam setelah pemberi-PENDAHULUAN

Mikroorganisme rumen diperlukan dalam proses fermentasi bahan

organ!k pakan serta sebaga! sumber protein bag! ternak. Protozoa,

bakteri dan fungi adalah mikroorganisme yang banyak terdapat dalam rumen. Peranan masing-masing kelompok tersebut telah banyak diung-kapkan (1, 2). Protozoa dianggap sebagai predator bakteri. Sebagian

besar dari protozoa tidak mengikuti aliran digesta ke usus sehingga peranannya sebagai sumber protein bagi ternak induk semangnya men-jadi kurang penting. Sementara sebagian besar bakteri mengikuti

aliran digesta ke usus sehingga berperan sebagai sumber protein bagi ternak. Defaunasi rumen meningkatkan populasi bakteri, menurunkan

konsentrasi amonia, ~an pH rumen serta meningkatkan produksi as am laktat. Defaunasi juga menurunkan kecernaan bahan organik dan

degra-dasi dinding sel hijauan. Meskipun peranan protozoa secara langsung terhadap pertumbuhan ternak ruminansia belum diketahui dengan pasti (3), keberadaan protozoa di dalam rumen dapat menciptakan ekosistem yang optimal untuk pemanfaatan pakan berserat oleh ternak rumi-nansia.

Makalah ini mengemukakan data derajat keasaman, konsentrasi amonia, asam lemak mudah menguap, jumlah protozoa serta produksi massa mikroba rumen domba sebagai akibat dari kadar protein pakan dan waktu pemberian suplemen energi yang berbeda.

BAHAN DAN METODE

Dua belas ekor domba jantan digunakan sebagai donor cairan

rumen. Empat perlakuan pakan diberikan kepada masing-masing 3 ekor domba. Perlakuan tersebut adalah:

1. Rumput gajah

(PennisetuJII

purpureuJII)

sebagai h ij auan basal

yang diberikan

ad

libituJII

dengan penambahan pakan sumber

energi (campuran antara jagung dengan onggok dengan imbangan 20 : 80) pada 2 jam setelah pemberian hijauan.

2. Rumput gajah sebagai hijauan basal yang

dengan penambahan pakan sumber energi pada an hijauan.

3. Campuran rumput gajah dengan daun gliricidia

(3)

ad libitum

dengan penambahan pakan sumber energi pada 2 jam sete-lah pemberian hijauan.

4. Campuran rumput gajah dengan daun gliricidia dengan imbangan 60:40 dan diberikan sebagai hijauan basal

ad libitum

dengan pe-nambahan pakan sumber energi pada 5 jam setelah pemberian hijau-an.

Pada minggu ke 20, contoh cairan rumen diambil pada 1, 3,

5, 7 dan 24 jam setelah pemberian hijauan, untuk penentuan pH, kon-sentrasi amonia, asam lemak mudah menguap serta jumlah protozoa cairan rumen. Estimasi sintesis protein mikroba rumen dilakukan

dengan menggunakan contoh cairan rumen yang diambil pada 3 dan 7 jam setelah pemberian hijauan dengan menggunakan teknik inkorporasi 32p sesuai prosedur yang digunakan HENDRATNO dkk. (4).

Data dianalisis statistik menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2X2 (5).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumput gajah dan daun gliricidia yang digunakan mengandung

serat detergen netral masing-masing seki tar 76,1 dan 55,9% dengan kandungan protein sebesar 8,4 dan 24,3%. Dengan demikian rumput gajah sebagai hijauan basal sebenarnya kurang mencukupi kebutuhan protein optimum untuk ternak. Sementara campuran rumput gajah dengan daun gliricidia memberikan kandungan protein sekitar 14%, cukup untuk memenuhi kebutuhan nitrogen ternak ruminansia. Perlakuan

mem-berikan perbedaan respon ternak. Kelompok ternak yang diberi hijauan campuran rumput gajah dengan daun gliricidia serta pemberian suple-men pakan sumber energi pada 5 jam setelah pemberian hijauan membe-rikan kecepatan pertambahan berat badan yang paling tinggi (78 g/

hari) dibandingkan per lakuan 1,2 dan 3, yai tu berturut-turut 38, 33 dan 60 g/hari (6). Perbedaan respon ini diduga ada kaitannya dengan

perubahan ekosistem rumen, terutama sintesis protein mikroba.

Konsentrasi

Ion Hydrogen (pH).

Rataan pH cai ran rumen adalah 6.6 dengan variasi antara 5.6 dan 7.1. Kadar protein dalam pakan, waktu pemberian pakan sumber energi serta waktu pengambilan contoh

berpengaruh nyata terhadap pH cairan rumen (P<O,Ol). Rumput gajah

(4)

lebih tinggi (Gambar 1). Hal ini berkai tan dengan kandungan serat

yang tinggi yang dapat merangsang pembentukan saliva (7).

Konsentrasi Amonia. Konsentrasi amonia dipengaruhi (P<O,Ol)

oleh kadar protein dalam pakan basalnya (3,5 vs. 15,2 mg%) apabila rumput gajah saja atau campuran rumput gajah dengan daun gliricidia digunakan sebagai hijauan basal. Waktu pengambilan contoh juga

ber-pengaruh nyata (P<O,Ol). Namun demikian, waktu pemberian pakan sum-ber energi tidak mempengaruhi konsentrasi amonia dalam cairan rumen.

Rataan konsentrasi amonia adalah 9,4 mg% untuk semua perlakuan.

Perubahan konsentrasi amonia dengan waktu setelah pemberian pakan ditunjukkan dalam Gambar 2.

Konsentrasi Asam Lemak Mudah Menguap. Konsentrasi asam lemak

mudah menguap lebih tinggi pada domba yang diberi pakan basal cam-puran rumput gajah dengan daun gliricidia. Didapatkan variasi

kon-sentrasi asam lemak mudah menguap dari 8,0 sampai dengan 10,3 mM/100 ml cairan rumen.

Jumlah Protozoa.. Rataan jumlah protozoa meningkat dengan me-ningkatnya kadar protein dalam pakan (P<0,05). Pemberian pakan

sumber energi pada 5 jam setelah pemberian hijauan memberikan jumlah

protozoa yang paling tinggi (16~2 x 103/ml cairan rumen) (Tabel 1).

Produksi Massa Mikroba. Jumlah bahan kering sel mikroba (mg/100 ml cairan rumen) berbeda nyata antar perlakuan. Pemberian hijauan campuran rumput gajah dengan daun gliricidia dengan penambahan pakan sumber energi pada 5 jam setelah pemberian hijauan memberikan jumlah

bahan kering sel mikroba yang paling tinggi. Semen tara itu, pada pemberian rumput gajah saja sebagai hijauan basal, penambahan pakan

sumber energi pada 2 atau 5 jam setelah pemberian hijauan tidak memberikan perbedaan jumlah bahan kering sel mikroba per 100 ml

cairan rumen. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar nitrogen yang tersedia untuk sintesis sel mikroba, meskipun energi yang tersedia

dapat dianggap cukup. Dengan demikian memberikan petunjuk pentingnya keseimbangan ketersediaan nitrogen dan energi dalam proses sintesis protein mikroba rumen (8, 9).

(5)

KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa pertambahan berat badan yang lebih tinggi

pada domba ada kaitannya dengan produksi sel mikroba di dalam rumen. Ketepatan waktu ketersediaan nitrogen dan energi yang seimbang di-perlukan untuk mendapatkan produksi sel mikroba rumen yang optimal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Sdri. Ninuk dan Titin atas bantuannya dalam analisis kimia.

DAFTAR PUSTAKA

1. HUNGATE, R.E. The Rumen and Its Microbes, Academic Press. New York (1966).

2. HOBSON, P.N. The Rumen Microbial Ecosystem, Elsevier, London. (1988).

3. WILLIAMS, A.G., and COLEMAN, G.S., "The rumen protozoa", The Rumen Microbial Ecosystem (HOBSON, P.N., ed.), Elsevier, Lon-don. (1988)

4. HENDRATNO, C., ABIDIN, Z. ,SUHARYONO and BAHAUDIN, R., "The uti-lization of native grass as basal diet for water buffaloes with supplementation of concentrates", Regional Cooperation Agree-ment on the Use of Nuclear Techniques to Improve Domestic Buf-falo Production in Asia (Proc. Coord. Meet. Bangkok, 1981), IAEA, Vienna (1981).

5. STEEL, R.G.D., and TORRIE, J.H., Principles and Procedures of Statistics, 2nd Ed., McGraw-Hill, New York (1980).

6. HARYANTO, B., "Pengaruh konsentrasi protein dalam ransum dan saat penambahan pakan sumber energi terhadap karakteristik karkas domba", Seminar Peternakan, Unsoed, Purwokerto (1990).

7. WHEELER, W.E., Gastrointestinal tract pH environment and the influence of buffering materials on the performance of rumi-nants, J. Anim. ScL51 (1980) 224.

(6)

8. JOHNSON, R.R., Influence of carbohydrate solubility on

non-prote-in nitrogen utilization in the ruminant, J. Anim. Sci. 43

(1976) 184.

9. POPPI, D.P., "Manipulation of nutrient supply to animals at pas-ture", Opportunities and Consequences (Proc. 5th AAAP Animal Science Congress Taipei, 1990), Taiwan (1990) 41.

Tabel 1. Karakteristik rumen domba

Parameter Perlakuan Rataan

1

2 3 4

----"-

pH 6,66,86,36,7 6,7 Amonia, mg% 3,7 3,2 15,115,4 9,4 Total VFA, mM/100 ml 8,0 9,0 9,2 10,3 9,6 Protozoa, x 103/ml 15,1 15,6 15,7 16,2 15,7 Massa mikroba, mg BK/IOO ml 6,0 9,2 19,630,6 16,3

(7)

-- PI -+- P2 •..••..•P3 ••••..• P4

Waktu (Jam)

Gambar 1. pH calran rumen Gambar 2. Konsentrasl amonla

- PI -+- P2 -"'I'- P3 -- P~ 6 10 16 20 25 DISKUSI mg'" 26 o o 5 10 15 Waktu (Jam) 20 25 WI DYANTORO

Apakah perbandingan GIN pakan berlaku untuk mikroba rumen atau ti-dak

?

Jika berlaku berapa nilai optimalnya

?

BUD I HARY ANTO

Kelihatannya imbangan an tara GIN memang per lu diperhatikan untuk sintesis protein mikroba. Angka optimal yang pernah dilaporkan dapat dinyatakan dalam imbangan an tara jumlah maksimal protein mikroba yang disintesis per satuan bahan organik tercerna di rumen, yaitu

(8)

BINTORO

Sumber energi apa yang sebaiknya digunakan pada penyerapannya nanti

di lapangan

?

Bum HARYANTO

Kalau dapat, diberikan bahan-bahan yang cepat terdegredasi di rumen.

Onggok adalah salah satu kemungkinan yang dapat digunakan.

B. HARYANTO

Mengapa interval pengambilan sampel 1 jam, 3 jam, 5 jam, 7 jam lalu melonjak 24 jam

?

Antara 7 jam ke 24 jam jarak waktu tidak sarna dengan yang lain. Apakah ini tak berpengaruh pada hasilnya

?

Bum HARYANTO

Memang kalau dapat kita mengambil sampel dalam interval waktu yang konstan dan agak pendek. Pengambilan sampel 24 jam setalah pemberian

pakan sebenarnya dapat dianggap sebagai sampel pada saat mendekati pemberian pakan (0 jam).

E. SUWADJI

1. Apakah Anda pernah membiakkan protozoa rumen dalam media buatan

?

Kalau ada peneliti terdahulu, apakah dapat diberi acuannya

?

2. Apakah proses yang dibicarakan dapat dibuat secara in vitro

?

Bum HARYANTO

1. Belum pernah, untuk acuan pustaka mungkin dapat dilihat pada buku "The rumen microbial ecosystem" Elsevier Publ. Co. (1988).

2. Ada sedikit kekurangan metode in vitro, walaupun dapat digunakan,

yaitu harus mengikut sertakan virus yang dapat mensimulasi pas-sa~e serta penyerapan end-product fermentation. Metode Rusi tec (Rumen Simulation Technique) mungkin dapat digunakan.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik rumen domba
Gambar 1. pH calran rumen Gambar 2. Konsentrasl amonla

Referensi

Dokumen terkait

ganda dalam satu paragraf, yaitu pada kalimat ketiga dan kelima. Dalam hal ini siswa diharapkan mengetahui fungsi konjungsi ³GL VDPSLQJ LWX´ .RQMXQJVL ³GL VDPSLQJ

Fenomena pergeseran nilai ini terdapat dalam lagu berjudul Salamaik Pagi Minangkabau. Bentuk fenomena tersebut diantaranya hilangnya peran garin di Minangkabau adalah

Atas dasar kontradiksi (research gap), yaitu fenomena perkembagan perbankan syariah yang mengesankan dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusianya di perbankan syariah

Bagi cabaran road relay ini pasukan AW – PSIS dibahagikan kepada 3 kumpulan kecil dengan setiap satu berkekuatan 4L dan 1P tidak termasuk anggota simpanan 2L dan 1P (Total

perineum.. Setelah dilakukan pijat perineum, seluruh ibu bersalin tidak mengalami ruptur perineum derajat III dan IV. Minimalnya robekan perineum dapat terjadi karena pada

Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang

ntuk #en*a$ai sasaran $rogra# di&amp;ara$kan se#ua $elaku #ulai dari tingkat ntuk #en*a$ai sasaran $rogra# di&amp;ara$kan se#ua $elaku #ulai dari tingkat atas sa#$ai ke

Beberapa perkara telah dapat dikesan dalam kajian ini, meliputi status penampilan sumber seni budaya Malaysia dalam internet yang muncul dalam laman web, blog, akhbar dan majalah