• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Jemuran Pakaian Otomatis Menggunakan Sensor Cahaya dan Hujan yang Ergonomis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancangan Jemuran Pakaian Otomatis Menggunakan Sensor Cahaya dan Hujan yang Ergonomis"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Rancangan Jemuran Pakaian Otomatis

Menggunakan Sensor Cahaya dan Hujan yang

Ergonomis

Anwardi(1), Ami Oktavia Aziz (2) , Boni Fitri Maulani(3) (1), (2), (3)

Prodi Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

(1)

anwardi@uin-suska.ac.id ABSTRAK

Penerapan sensor pada produk semakin meningkat, salah satunya adalah penggunaan sensor cahaya dan hujan yang diaplikasikan pada jemuran pakaian dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan ibu rumah tangga. Disamping penerapan sensor pada jemuran pakaian, perlu dilakukan pengembangan desain bentuk yang dapat menambah kemudahan dan kenyamanan pengguna saat melakukan aktivitas menjemur pakaian. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah pendekatan ergonomi untuk memperbaiki sikap kerja yang tidak alamiah saat melakukan aktivitas menjemur pakaian.

Hasil penelitian ini adalah jemuran pakaian otomatis yang menjaga pakaian tetap kering saat hujan turun atau hari sudah malam dan memiliki ukuran yang sesuai dimensi tubuh manusia melalui pengukuran antropometri. Data anrtopmetri yang digunakan yaitu tinggi mata berdiri, tinggi siku berdiri, tinggi pegangan tangan dan rentangan tangan. Ukuran tinggi gantungan hanger jemuran 172 cm, palang atas 132 cm, palang bawah 90 cm, handle gantungan hanger 110cm dan lebar 144cm. Daya tampung pakaian 50-60 helai pakaian orang dewasa.

Kata kunci— Ergonomi, Jemuran Otomatis, Sensor Cahaya dan Hujan

I. PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi belakangan ini berkembang dengan pesat, tidak terkecuali sistem kendali ototmatis yang banyak menghasilkan inovasi baru menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat aplikasinya mulai dari peralatan rumah tangga hingga alat –alat canggih. Aktivitas menjemur pakaian adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan di dalam kehidupan rumah tangga. Pakaian yang dijemur biasanya ditinggal bepergian, sehingga tidak sempat untuk mengangkat jemuran disaat hujan turun ataupun hari sudah malam, Untuk mengatasi permasalahan ini maka dirancang sistem kontrol otomatis pada jemuran pakaian.

Meski demikian, jemuran otomatis perlu dirancang dengan baik dengan melibatkan segi ukuran, bahan, fungsi dan hal-hal lain yang berkenaan dengan penggunaannya agar mampu membantu secara maksimal dan bernilai positif, baik sebelum dan setelah melakukan aktivitas menjemur pakaian, sehingga pengguna jemuran bisa bekerja dengan nyaman, aman, efektiv dan pakaian tetap kering saat hujan turun atau malam hari. Nurmianto ( 2008) menyatakan sebuah aktivitas manusia tidak hanya mempertimbangkan hasil yang dicapai, namun juga memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia dalam berinteraksi dengan fasilitas kerja atau produk yang digunakan. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam perancangan atau rancang ulang sebuah produk adalah pendekatan ergonomi (Susetyo, 2008).

Aktivitas menjemur pakaian yang hampir sebagian orang melakukannya setiap hari dan masih menggunakan jemuran pakaian yang menyebabkan kondisi tubuh dan sikap kerja yang tidak alamiah, seperti menjongkok dan membungkuk, Sikap kerja yang tidak alamiah dan repetitiv dapat menyebabkan gangguan sistem muskuloskeletal (Purnomo, 2012). Kondisi ini juga akan memberikan efek postur tubuh yang buruk atau tidak ergonomis yang artinya jaringan otot disekitarnya dipaksakan bekerja melebihi batas regangnya yang berpotensi menimbulkan adanya beban statis. Jika beban statis seperti menjongkok dibiarkan terus menerus dalam waktu yang lama, maka jaringan otot akan mengalami cidera (injury) yang bila dibiarkan akan berdampak terhadap gejala nyeri musculoskeletal disorder (MDS) yang merupakan penyakit yang berkaitan

(2)

dengan jaringan otot, tendon, ligament, kartilago, system syaraf, struktur tulang dan pembuluh darah (Nurhikmah, 2011).

Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang dilakukan kepada 22 ibu rumah tangga di Kelurahan Jadirejo Kecamatan Sukajadi Pekanbaru, teridentifikasi keluhan yang dirasakan pada beberapa bagian tubuh ibu rumah tangga setelah melakukan aktifitas menjemur pakaian, seperti punggung, leher, paha dan betis.

Penelitian jemuran pakaian otomatis menggunakan sensor telah banyak dilakukan seperti penelitian Nurhadi, M., W, Widiantoro, P (2010) membuat jemuran pakaian otomatis dengan menggunakan sensor cahaya (LDR) dan sensor hujan. Hasil penelitian ini hanya sekedar prototype dengan sistem penggerak menarik pakaian menuju tempat yang terlindung dari hujan sehingga pakaian tidak basah. Kemudian Rismawan, E., dkk (2012), melakukan penelitian rancang bangun prototype penjemur pakaian otomatis berbasis mikrokontroler ATMEGA8525 yang menghasilkan jemuran yang dapat melindungi pakaian dari hujan. Namun kedua penelitian ini menitipberatkan kepada kinerja sensor yang digunakan tanpa mempertimbangkan kapasitas jemuran dan manusia sebagai pengguna jemuran.

Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah ―bagaimana merancang jemuran pakaian otomatis menggunakan sensor cahaya dan hujan yang ergonomis‖. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan jemuran otomatis menggunakan sensor cahaya dan hujan agar pakaian tetap kering saat hujan serta mampu meperbaiki postur dan sikap kerja ibu rumah tangga..

II. METODOLOGI

Penelitian dilakukan pada ibu rumah tangga yang ada di Kelurahan Jadirejo Kecamatan Sukajadi Pekanbaru yang masih melakukan aktivitas menjemur dengan menggunakan jemuran pakaian sebagai tempat mengeringkan pakaiannya.

Penelitian diawali dengan melakukan survei dan memberikan kuesioner terhadap pengguna jemuran pakaian untuk mengidentifikasi keluhan yang rasakan dan melakukan pengukuran dimensi jemuran yang digunkan dan data antropometri pengguna. Kemudian melakukan wawancara untuk menggali informasi tentang jemuran yang diinginkan. Selanjutnya melakukan rancangan sketsa jemuran pakaian dengan membuat beberapa rancangan dan spesifikasi jemuran untuk kemudian dipilih menggunakan metode Delphi dengan cara memberikan kuesioner kepada orang yang dianggap ahli dibidang rancangan. Hasil sketsa terpilih akan di rancang dan dibuat menjadi produk jadi dengan menggunakan ukuran antropometri pengguna.

Pengolahan data diawali dengan melakukan rekapitulasi skor kuesioner Nordic body Map (NBM) berdasarkan keluhan yang dirasakan oleh ibu rumah tangga yang ada di Kelurahaan Jadirejo. Melakukan rekap hasil wawancara untuk mengetahui spseifikasi jenis dan bentuk jemuran yang dinginkan. Selanjutnya melakukan pembobotan atas sktetsa rancangan berdasarkan pendapat para ahli. Dimensi ukuran rancagan jemuran terpilih diperoleh dengan mengukur dimensi tubuh (antropometri) ibu rumah tangga yang merupakan acuan ukuran dalam rancangan jemuran dengan menggunakan perthitungan persentil dan menambahkan allowance jika memungkinkan untuk kemudian digambar menggunakan Software SketchUp Versi 8 dan dibuat dalam bentuk produk jemuran otomatis menggunkan sensor cahaya dan hujan yang ergonomis.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

A. Kuesioner Nordic Body Map

Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map yang disebarkan kepada 36 orang ibu rumah tangga yang ada di Kelurahaan Jadirejo Kecamatan Sukajadi Pekanbaru diperoleh jenis dan persentase keluhan yang dirasakan setelah melakukan aktivitas menjemur pakaian adalah pada tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan Persentase Keluhan

No. Jenis Keluhan % No. %

1. Sakit pada punggung 54,6 4. Sakit pada paha kanan 57,4 2. Sakit pada pinggang 63,9 5. Sakit pada betis kiri 55,5

(3)

Keluhan ini terjadi akibat sikap kerja membungkuk dan menjongkok pada saat melakukan aktivitas menjemur pakaian dengan menggunakan jemuran pakaian biasa. Sikap dan postur kerja tersebut terjadi akibat rancangan jemuran yang belum menempatkan manusia sebagai pengguna. Menurut Kantana (2010), menyebutkan bahwa pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun, sebagaimana usia ibu rumah tangga yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Adapun dimensi jemuran tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Dimensi Jemuran Pakaian yang Digunakan Saat ini

No Dimensi Jemuran Ukuran

1 Tinggi 146 Cm

2 Panjang 180 Cm

3 Lebar 94 Cm

4 Jarak antar palang 55 Cm

5 Berat 6 Kg

6 Sakit pada betis kanan 40 Helai

Ukuran jemuran ini akan mengakibatkan pengguna bekerja dengan postur dan sikap kerja yang buruk sehingga perlu dilakukan evaluasi dan perancangan ulang untuk memudahkan dan mengurangi keluhan yang terjadi pada pengguna jemuran, sebagaimana hasil penelitian Susana (2015) menyatakan redesain stasiun kerja berupa rancangan secara tradisional dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal sebesar 26,7%.. Menurut Anies (2014) sikap tubuh serta aktivitas tertentu terhadap alat kerja, berpotensi menimbulkan suatu gangguan kesehatan, bahkan penyakit. Gambar 1 merupakan aktivitas menjemur pakaian menggunakan jemuran biasa

(a) (b)

Gambar 1(a) Menjemur Pakaian dengan cara Membungkuk,

(b) Menjemur Pakaian dengan cara Menjongkok

B. Kuesioner Kebutuhan Konsumen

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan tentang kebutuan akan jemuran pakaian diperoleh beberapa indikator yang diinginkan adalah memiliki daya tampung yang besar, tidak mudah bengkok dan patah, memiliki pengait hanger, pakaian aman dari hujan, tampilan menarik, tidak berkarat, kokoh dan harga terjangkau. Berdasarkan indikator ini akan dibuat sketsa rancangan jemuran pakaian berdasarkan bentuk dan fungsi serta bahan yang akan digunakan.

C. Perencanaan Sketsa Produk

Perencanaan bertujuan untuk memperoleh sketsa rancangan yang yang dapat menjawab kebutuhan konsumen atau pengguna melalui konsultasi dan pengisian kuesioner oleh orang yang dianggap ahli pada bidang ini atau dosebut juga dengan metode Delphi. Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh dari para ahli akan menjadi acuan pemilihan sketsa. Adapun yang menjadi tim pemilihan sketsa antara laian orang yang ahli dalam bidang rancangan bentuk yang ergonomis, ahli las dan ahli dalam bidang elektronik. Gambar 2 adalah hasil sketsa rancangan jemuran pakaian.

(4)

(a) (b)

Gambar 2(a) Sketsa Rancangan 1, (b) Sketsa Rancangan 2

Hasil skoring yang dilakukan pada kedua sketsa rancangan diperoleh nilai rata-rata sketsa rancangan 1 = 5,8 dan sketsa rancangan 2 = 4,4. Sehingga sketsa jemuran terpilih adalah (a).

D. Data Antropometri

Data antropometri yang digunakan dalam rancangan jemuran pakaian terdiri dari; Tinggi Siku Berdiri (TSB), Tinggi Mata (TMB), Tinggi Pegangan Tangan (TPT) posisi berdiri dan Rentangan Tangan (RT). Ukuran data antropometri menggunakan ukuran baku antropometri wanita Indonesia

(http://antropometri.ie.its.ac.id)

. Tabel 3 adalah rekapitulasi data antropmetri dan persentil yang digunakan.

Tabel 3 Ukuran Alat Berdasarkan Antropometri Terpilih

No Bagian Alat Antropometri Percentil Ukuran (Cm)

1. Tinggi jemuran Tinggi pegangan tangan 5th 172

2. Tinggi palang atas Tinggi mata 50th 132

3. Tinggi palang bawah Tinggi siku berdiri 50th 90 4. Lebar alat saat tidak

dikembangkan

Jarak bentang ujung jari tangan

kanan ke ujung jari tangan kiri 95th 144

Data antropometri tinggi pegangan tangan (posisi vertikal pada saat berdiri) digunakan untuk menentukan tinggi maksimal handle gantungan hanger menggunakan persentil 5th dengan tujuan pengguna yang postur tubuhnya pendek dapat menjangkau tinggi maksimal jemuran. Data antropometri tinggi matadigunakan untuk tinggi palang atas jemuran pakaian menggunakan persentil 50th dengan tujuan semua dapat menjemur dengan pustur dan sikap kerja yang nyaman dan sehat. Menurut Bukhori (2010) posisi membungkuk >200 bisa mengakibatkan rasa sakit pada leher dan tulang belakang. Data antropometri tinggi siku berdiri (TSB) digunakan untuk menentukan tinggi maksimal palang bawah jemuran pakaian yang bertujuan agar posisi palang bawah jemuran sejajar dengan siku berdiri, sehingga dapat meminimalisir sikap kerja membungkuk atau menjongkok (squat) pada saat menjemur pakaian. Data antropometri jarak rentang ujung jari tangan kanan ke ujung jari tangan kiri digunakan untuk menentukan lebar maksimal alat jemuran pakaian menggunakan persentil 95th dengan tujuan agar kapasitas daya tampung jemuran pakaian lebih besar.

E. Spesifikasi Komponen Jemuran Pakaian Otomatis yang Ergonomis

Untuk memenuhi keingian ibu rumah tangga terhadap jemuran pakaian, maka spseifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai tabel 4.

Komponen di atas akan memenuhi karakterisitik jemuran yang diinginkan oleh ibu rumah tangga yang diperoleh sebelumnya. Langkah proses pembuatan jemuran pakaian adalah membuat rangka dengan mengacu pada ukuran antropometri yang telah ditentukan, kemudian perakitan sensor dan pengujian sensor yang akan digunakan, pemasangan terpal, pemasangan sensor pada rangka dan elemen lainnya. Adapun cara kerja sensor yang digunakan pada jemuran pakaian dapat dilihat pada gambar 3.

(5)

Tabel 4 Spesifikasi Komponen Jemuran Pakaian

No Elemen Jemuran Fungsi/Tujuan Quantity

1. Besi Hollow 15x15 Untuk membuat rangka jemuran 3

2. Besi baja 6 mm Untuk membuat palang 2

3. Kawat 5 meter Untuk gantungan hanger 2

4. Roda Untuk mempermudah pemindahan jemuran 6

5. Terpal 4 meter Untuk melindungi pakaian dari hujan 2

6. Sensor hujan Unutk mengentrol jika sedang hujan untuk menutup terpal 2 7. Sensor Cahaya Untuk cuaca jika sedang cerah, sehingga kembali tebuka 2

8. Batrai 7.5 A Untuk menyimpan daya agar 1

9. Panel Surya Untuk mengisi daya pada batrai 1

10. Lampu LED Untuk mengetahui 2

11. Dinamo Untuk menggerakkan terpal 2

12. Kawat 12 meter Untuk mengalirkan daya 2

13 Pipa Paralon 3 Inc Unutk menampung elemen jemuran 2

a) Tidak ada hujan, cuaca mendung

b) Ada hujan, cuaca cerah

c) Ada hujan, cuaca mendung

d) Tidak ada hujan, cuaca cerah

Gambar 3 Cara Kerja Sensor Jemuran Pakaian Otomatis F. Produk Hasil Rancangan

Hasil pengujian yang dilakuka terhadap jemuran pakain, semua sensor dapat berfungsi dengan baik, selain sensor ototmatis juga dilengkapi alat manual untuk menutup dan membuka terpal jemuarn pakaian. Jemuran ini mampu mengurangi sikap jongkok 100% dan sikap kerja membungkuk 75%. Pengulangan kerja untuk mengambil pakaian untuk dijemur juga bisa di minimalisir hingga mencapai 80%.

Daya tampung pakaian mampu mencapai 50-60 helai, tergantung ukuran dari pakaian yang dijemur. Untuk pakaian orang dewasa jika ukuran rata-rata pakaian 50cm, maka jumlah pakaian yang dapat dijemur tanpa hanger sebanyak 24 helai dan yang menggunakan hanger sebanyak 30 helai, sehingga total daya tampung sebanyak 54 helai.

Gambar 4 adalah produk jadi jemuran pakaian otomatis menggunakan sensor cahaya dan hujan yang ergonomis. Sensor cahaya Terpal turun dinamo Sensor hujan Sensor cahaya Terpal tetap dinamo Sensor hujan

Sensor hujan dinamo Terpal turun

(6)

Gambar 4 Jemuran Pakaian Otomatis

IV. PENUTUP

Dari hasil dan pembahsan masalah yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jemuran pakaian dapat melindungi pakaian dari air hujan/embun dengan baik menggunakan sensor cahaya dan sensor hujan. Kemudian dimensi ukuran jemuran pakaian dapat merubah postur dan sikap kerja menjadi lebih baik. Sehingga mampu mengurangi tingkat keluahn pengguna jemuran yang ada di Kelurahan Jadirejo Kecamatan Sukajadi Pekanbaru. Adapun ukuran tinggi gantungan hanger jemuran 172 cm, palang atas 132 Cm, palang bawah 90 Cm, handle gantungan hanger 110 Cm dan lebar 144 Cm. Daya tampung pakaian 50-60 helai pakaian orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2014, Kedokteran Okupasi Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya Penanggulangan dari Aspek

Kedokteran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Bukhori, Endang, 2010, ―Hubungan Fakto Risiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilograng

Nurhadi, M, W, Widiantoro, P, Y, 2010, Jemuran Pakaian Otomatis dengan Menggunakan Sensor Cahaya

(LDR) dan Sensor Hujan, Skripsi dipublikasikan, Yogyakarta. AMIKOM.

Kantana, T, 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain Pada Kegiatan

Mengemudi Tim Ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading, Skripsi, Jakarta Tangerang. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nurhikmah, 2011, Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Musculoskeletal Disorder pada Pekerja

Furnitur Di Kecamatan Benda, Skripsi, Jakarta Tangerang: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Nurmianto, E., 2008, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Purnomo, 2012, Perancangan Sistem Kerja Berkelanjutan: Pendekatan Holistik untuk Meningkatkan

Produktivitas Pekerja, Pidato Pengukuhan dalam Jabatan Guru Besar. UII Yogyakarta.

Rekap Data Antropometri Indonesia Laboratorium Ergonomi dan Sistem Informasi - ITS, Surabaya.

http://antropometri.ie.its.ac.id (diakses pada tanggal 1 Juni 2017)

Rismawan, E. Sulistiyanty, S. Trisanto, A., 2012 ― Rancang Bangun Prototype Penjemur Pakaian Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega8535‖, JITET – Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan, Vol. 1 No. 1, hal 49-57

Susana, I. G. B. ,2016, ―Rancangan Ruang Pengering Berbasis Ergonomi Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal Perajin Ikan. Dinamika Teknik Mesin. Volume 6. No. 1

Susetyo, J., Isna, O. T., & Hastiko, H. I., 2008, ―Prevalensi Keluhan Subyektif atau Kelelahan karena Sikap

Gambar

Tabel 1 Jenis dan Persentase Keluhan
Gambar 1 merupakan aktivitas menjemur pakaian menggunakan jemuran biasa
Tabel 3 Ukuran Alat Berdasarkan Antropometri Terpilih
Tabel 4 Spesifikasi Komponen Jemuran Pakaian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ide sederhana dari Alat otomatis ini adalah : ketika alat mendeteksi air hujan atau cuaca yang mendung maka sensor air hujan akan memberikan data kepada micro controller