• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS PADA PERAWAT DI RSUD dr M.M DUNDA LIMBOTO. Oleh ELISSA GRACE ADIPATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS PADA PERAWAT DI RSUD dr M.M DUNDA LIMBOTO. Oleh ELISSA GRACE ADIPATI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

ARTIKEL

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS PADA PERAWAT DI RSUD dr M.M DUNDA LIMBOTO

Oleh

ELISSA GRACE ADIPATI Nim: 841 410 128

Telah diperiksa dan disetujui

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. LINTJE BOEKOESOE, M. Kes Ns. WIRDA. Y. DULAHU, S.Kep, M.Kep

(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES PADA PPERAWAT DI RSUD dr M.M DUNDA LIMBOTO

Elissa Grace Adipati, Lintje Boekosoe, Wirda Y.Dulahu Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG

Email : elissagraceadipati@rocketmail.com ABSTRAK

Elissa Grace Adipati. 2014. Faktor – faktor yang mempengaruhi stress pada perawat di RSUD dr M.M

Dunda Limboto. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I ibu Lintje Boekoesoe dan Pembimbing II Ibu Wirda Y. Dulahu, (Daftar Pustaka 21, 2005-20013).

Perawat yang bekerja didalam bidang kesehatan cenderung mempunyai tingkat stres yang tinggi, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanlah hal yang ringan untuk dipikul. Hal ini di dukung dengan melihat faktor – faktor yang dapat menyebabkan stress kerja yaitu beban kerja yang tinggi, pembagian shift yang tidak merata atau lebih serta jumlah pasien yang banyak dilihat dari tingkat ketergantungan pasien dengan melihat gambarannya terlihat jelas sangat mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi beban kerja, pembagian shift, dan jumlah pasien terhadap stress pada perawat diruang rawat inap di RSUD dr M.M DUNDA Limboto

Desain penelitian yang digunakan adalah deskritif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 45 dengan jumlah sampel 45. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pada stress perawat, beban kerja dengan cara melakukan observasi atau menggunakan rumus giliens, pembagian shift dengan melihat jadwal pembagian shift, dan untuk jumlah pasien dengan cara observasi atau melihat tingkat ktergantungan pasien. Analisa data yang digunakan menggunakan analisa Univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 orang perawat 60,0% yang bekerja di ruang rawat inap RSUD dr M.M Dunda Limboto mengalami stres kerja ringan. Yang mengalami beban kerja yang tinggi sebanyak 36 orang dengan presentase 80,0 %. Dan perawat yang mengalami waktu kerja lebih sebanyak 24 orang dengan presentasenya sebanyak 53,3%, dan yang waktu kerja kurang sebanyak 21 orang dengan presentase 46,7%.

Simpulan pada penelitian ini terlihat bahwa faktor-faktor tersebut dapat menpengaruhi stres perawat. Saran agar perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh antara stres kerja terhadap beban kerja, pembagian shift dan Jumlah pasien.

Kata kunci : Stress kerja, perawat, Beban kerja, Pembagian shift, Jumlah pasien1

1

Elissa Grace Adipati, 841410128, Jurusan Ilmu Keprawatan FIKK UNG, Dr.Lintje Boekosoe, M.Kes, Wirda Y. Dulahu S.kep, Ns, M.kep

(3)

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung oleh sumber daya yang berkualitas. Sumber daya yang dibutuhkan Rumah Sakit pun sangat beragam, salah satunya adalah sumber daya manusia.

Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan dirumah sakit terdapat pelayanan instalasi rawat inap, dan rawat jalan. Dimana Instalasi rawat inap merupakan bagian pelayanan kesehatan yang cukup dominan. Karena itu pelayanan instalasi rawat inap merupakan pelayanan yang sangat kompleks dan memberikan kontribusi yang paling besar bagi kesembuhan pasien (Hariyono dkk, 2009).

Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada kenyataannya peranan perawat dalam pemeliharaan kesehatan sangat vital. Dewasa ini, perawat merupakan segmen profesi terbesar dalam bidang kesehatan.World Health Organization (WHO) dan Inawati (2004) melaporkan “bahwa sekarang terdapat lebih dari 9 juta perawat dan bidan di 141 negara.

The Athlantic Monthly menyatakan bahwa keperawatan merupakan perpaduan dari perhatian,

pengetahuan dan keterandalan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup pasien”.

Keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukan kepada individu, kelompok, dam masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan ( Dermawan, 2013).

Handerson 1980 (dalam Dermawan, 2013) mendefinisikan tentang “Pelayan keperawatan adalah (Nursing Service) adalah upaya untuk membantu baik sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

(4)

sehingga individu tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri”. Namun demikian perawat yang bekerja dalam pelayanan juga manusia sehingga memungkinkan munculnya kondisi stress dalam kehidupan dan pekerjaannya.

Hal ini didukung dengan hasil riset PPNI 2006 (dalam martina) : bahwa 50,9% perawat Indonesia yang bekerja di empat provinsi mengalami stress kerja. Situasi - situasi yang dapat mencetuskan kondisi stress di antaranya beban kerja perawat yang tinggi, shift kerja, jumlah pasien, faktor keluarga, tempat tinggal yang jauh dari Rumah sakit, kemacetan lalu lintas, physical danger, interpersonal stress, perkembangan karier, ambigitus peran, dan fasilitas rumah sakit yang dirasa masih kurang memadai.

stress adalah “suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat- alat tubuh” , stres juga adalah suatu kondisi atau situasi internal atau lingkungan yang membebankan tuntuan penyesuaian terhadap individu yang bersangkutan (Saam dkk, 2012).

American National Association for Occupational Health (ANAOH) dalam Rahman (2010) menempatkan kejadian stress kerja pada perawat berada diurutan paling atas dari empat puluh pertama kasus stress kerja pada pekerja, hal ini dapat disebabkan karena tuntutan tugas dapat bertindak cepat dan tepat dalam menanggani pasien-pasien. Hasil penelitian menunjukan dari berbagai penelitian faktor yang paling dominan yang menyebabkan stress pada perawat adalah beban kerja yang berlebihan, pembagian shift dan jumlah pasien.

Dari hasil pengambilan data awal dengan menggunakan metode wawancara dengan perawat-perawat yang di ruang rawat inap di RSUD Dr M.M DUNDA Limboto pada tanggal 21 november 2013 diketahui bahwa perawat mengalami stres kerja yaitu; perawat harus melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien, melakukan pencatatan dan dokumentasi asuhan keperawatan pasien, bekerja dengan system shift, bekerja ditempat dengan resiko penularan

(5)

infeksi yang sangat tinggi, menghadapi pasien dengan banyak keluhan. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya stres kerja pada perawat. Didapatkan bahwa perawat diruangan irina F berjumlah 16 orang dan terdapat 6 orang yang mengeluh stress , dan diruangan Irina H berjumlah 14 orang dan terdapat 5 orang yang mengeluh stress, serta yang diruangan Bedah jumlah perawat 15 orang dan terdapat 5 orang yang mengeluh stress. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STRESS PADA PERAWAT DI RSUD Dr M.M DUNDA LIMBOTO”.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Ruangan rawat inap Irina F, Bedah dan Irina H RSUD MM.Dunda. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 20 Maret – 20 April 2014.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskritif dengan pendekatan Cross Sectional yaitu dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel pada suatu saat tertentu dengan harapan dapat mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat yang dilakukan pada saat pengambilan data.Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah beban kerja, pembagian shift kerja, jumlah pasien terhadap stress perawat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah stress perawat.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruangan rawat inap Bedah, Irina F, dan Irina H di RSUD dr M.M Dunda Limboto dengan jumlah 45 orang perawat.

Sampel penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja diruangan rawat inap Bedah, Irina F dan irina H dengan jumlah 45 orang. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian yaitu

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan

(6)

ini adalah perawat yang bekerja di ruangan rawat inap Bedah, Irina F, dan Irina H, dengan jumlah 45 orang perawat maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh anggota sehingga dikatakan sebagai penelitian populasi.

Data yang dikumpulkan meliputi Stres kerja perawat Pengumpulan data dilakukan dengan cara menanyakan tentang stress kerja perawat ke responden melalui kuesioner. Skala yang digunakan untuk kuesioner penelitian ini adalah skala likert’s. Beban Kerja Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi atau didapatkan dengan menggunakan rumus. Gilliens, Pembagian Shift Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi melihat jadwal pembagian shift perawat di ruangan rawat inap. Jumlah pasien Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi atau melihat tingkat ketergantungan pasien.

Pada penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel independen yaitu beban kerja, pembagian shift, dan jumlah pasien variabel dependen yaitu stress perawat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing – masing variabel yang telah diteliti baik variabel dependen yaitu stress perawat dan variabel independen yaitu beban kerja, pembagian shift kerja dan Jumlah pasien.

Tabel 4.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan stress kerja di RSUD MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2014

Sumber : Data Primer 2014

No Stres kerja perawat Jumlah %

1 Tidak stress 18 40,0 2 3 4 Stres ringan Stres sedang Stres berat 27 0 0 60,0 0 0 Total 45 100

(7)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perawat yang tidak mengalami stress sebanyak 18 orang dengan presentase 40,0%, yang mengalami stress ringan sebanyak 27 orang dengan presentase 60,0%.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Beban kerja di RSUD MM Dunda Limboto kabupaten Gorontalo Tahun 2014

Sumber : data primer 2014

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat yang dinas di ruang rawat inap dapat dilihat di tabel di atas bahwa perawat mengalami beban kerja yang tinggi sebanyak 36 orang dengan presentase 80,0 %.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Pembagian shift kerja di RSUD MM Dunda limboto Kabupaten gorontalo Tahun 2014

Sumber : Data primer 2014

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat dilihat dari 45 orang perawat dimana waktu pembagian shiftnya lebih 24 orang dengan presentasenya 53,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian perawat waktu pembagian shiftnya ada yang lebih.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jumlah pasien dengan melihat tingkat ketergantungan pasien di RSUD MM Dunda Limboto kabupaten gorontalo Tahun 2014.

No Beban Kerja Jumlah %

1 Beban Kerja Tinggi 36 80.0

2 Beban Kerja Rendah 9 20,0

Total 45 100

No Waktu pembagian shift Jumlah %

1 Waktu kerja Lebih 24 53,3

2 Waktu kerja kurang 21 46,7

(8)

Sumber : data primer 2014

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan pasien masing – masing ruangan berbeda dengan mengunakan perhitungan tingkat ketergantungan pasien menggunakan rumus dauglas dimana terlihat bahwa tingkat ketergantungan pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat yang dinas pada saat waktu shiftnya.

Berdasarkan hasil tabel 4.1 di atas dapat diketahui dari 45 orang perawat yang di teliti yang bekerja di ruang rawat inap Rs MM Dunda Limboto banyak mengalami stress kerja tetapi hanya stress kerja ringan sebanyak 27 orang dengan presentase 60,0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian perawat yang bekerja di ruang rawat inap mengalami stress kerja ringan. Hal itu dikarenakan karena tugas dan tanggung jawab perawat demi keselamatan pasien-pasien di rumah sakit sangatlah penting ini juga didukung oleh tuntutan yang tinggi dari pasien-pasien terhadap pelayanan yang membuat perawat di rumah sakit bisa tertekan atau bisa saja membuat para perawat mengalami stress.

Posisi tenaga keperawatan juga menjadi sangat penting sebagai mitra kerja dokter yang menentukan keberhasilan kerja (saran/rujukan/arahan) terhadap pelayanan. Perawat dituntut untuk memberi pelayanan dengan mutu yang baik. Untuk itu dibutuhkan kecekatan dan keterampilan serta kesiagaan setiap saat 2 dari seorang perawat dalam menangani pasien, kondisi ini akan membuat seorang perawat akan lebih mudah mengalami stress, sedangkan perawat yang

Ruang bedah Jumlah

1. Minimal care 11 orang

2. Partial Care 6 orang

3. Total Care 7 orang

Ruang irina F

1. Minimal care 12 orang

2. Partial care 18 orang

3. Total care 5 orang

Irina H

1. Minimal care 14 orang

2. Partial care 12 orang

3. Total care 6 orang

(9)

diteliti yang sebanyak 18 orang yang tidak stress atau mereka mengalami stress tetapi mereka dapat menikmati dan dapat menanggani atau memanegemen stress yang mereka rasakan.

Dari penelitian ini peneliti berasumsi bahwa para perawat yang bekerja di rumah sakit tidak dapat dihindari banyak yang mengalami stress kerja. Kondisi tersebut tentu tidak diharapkan, karena berdasarkan fakta di lapangan, stres yang ditandai dengan beberapa gejalanya seperti nervous, sering marah-marah, agresif, tidak dapat rileks atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif justru dapat berimplikasi pada menurunnya kinerja perawat dalam hal ini pelayanan perawat yang tidak seperti biasanya atau dengan kata lain lebih banyak bersikap negatif pada pasien yang dilayani, akibatnya dapat memberikan dampak kurang baik bagi persepsi pasien dan keluarga atau dampak terburuk adalah, menurunnya kondisi kesehatan pasien serta tekanan yang terus menerus juga pada diri perawat tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dapat diketahui dari 45 orang perawat yang di teliti beban kerja tinggi sebanyak 36 orang dengan presentase 80,0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di ruang rawat inap mengalami beban kerja yang tinggi, dimana hal itu di karenakan tuntutan tugas dapat bertindak cepat dan tepat dalam menanggani pasien-pasien. akibat beban kerja yang tinggi atau yang rendah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan fisik atau mental dan reaksi reaski emosional, beban kerja yang tinggi atau yang rendah dapat menimbulkan stress kerja. Sebagian perawat yang mengalami beban kerja tinggi sebanyak 36 orang di antaraya yaitu kepala ruangan yang dimana pembagian jadwalnya dapat shift pagi setiap hari dan serta tidak terdapat pemerataan atau pembagian yang baik.

(10)

Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor terjadinya stress pada perawat yaitu beban kerja tinggi yang di hadapi oleh perawat yang bertugas di ruang rawat inap memiliki beban kerjanya masing-masing. Beban kerja diruang rawat inap pada ruangan bedah yang terutama adalah beban fisik dan beban mental, dan diruangan penyakit dalam (irina F) yang banyak dihadapi perawat adalah beban mental karena mereka harus menghindari resiko penularan penyakit dari pasien terhadap dirinya. Oleh karena itu dengan beban kerja yang ada dapat menyebabkan stress kerja pada perawat, sedangkan untuk beban kerja secara fisik ini dikarenakan rasio pasien dan rasio perawat yang tidak seimbang dimana salah satu ruangan memiliki 35 bed sedangkan perawat hanya berjumlah 16 orang hal ini dapat menyebabkan kelelahan pada perawat dimana perawat harus mengontrol setiap pasien.

Hal ini sejalan dengan pendapat Martina (2012) Beban kerja adalah lama seseorang melakukan aktivitas pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kerja yang bersakutan tanpa menunjukan tanda kelelahan. Beban kerja erat kaitannya dengan kinerja, yang mana berkaitan pula dengan performanya. Hal ini sejalan dengan teori Menurut Purwono (2006) yang menyatakan bahwa Semakin banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang tenaga perawat maka akan menambah tingginya beban kerja demikian juga sebaliknya.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat dilihat dari 45 orang perawat dimana waktu pembagian shiftnya lebih 24 orang dengan presentasenya 53,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian perawat waktu pembagian shiftnya ada yang lebih. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemerataan dalam pembagian tenaga perawat diruangan sehinga mengakibatkan kekurangan jumlah perawat pada ruangan rawat inap seperti di irina F, irina H, dan irina E.

(11)

Mengapa demikian pekerja yang bekerja dengan system shift dapat berperang penting dalam permasalahan pada manusia yang dapat meluas menjadi gangguan tidur, gangguan fisik dan gangguan social dan keluarga. Shift juga dapat mempengaruhi beberapa perubahan fisik dan psikologi tubuh manusia diantaranya adalah kelelahan. Perawat yang bekerja di rumah sakit yang mengalami waktu kerja yang berlebihan dikarenakan ruang rawat inap memerlukan tenaga dan waktu yang ekstra dalam menanggani keluhan dari pasien – pasien. Menurut data yang didapat bahwa perawat yang bekerja di masing-masing ruangan masih belum cukup atau belum memadai dimana karena perawat yang bekerja diruangan berjumlah 16 orang sedangkan pasien di setiap ruangan berjumlah sampai 35 orang. Dimana perawat harus menanggani dua sampai tiga pasien setiap perawat terutama untuk perawat yang berdinas pada shift sore dan malam lebih sedikit dibandingkan yang shift pada pagi hari. Sesuai penelitian yang saya lakukan dimana perawat yang berdinas di ruangan rawat inap sebagian waktu kerjanya berlebih yang seharusnya waktu kerja perbulan 168 jam, tetapi pada kenyataan beberapa perawat yang dinas di ruangan tersebut memiliki waktu kerja yang lebih contoh salah satunya memiliki waktu kerja perbulan 175 jam hal ini menunjukkan bahwa perawat tersebut memiliki waktu kerja yang lebih, dimana seharusnya perawat tersebut memiliki waktu libur yang lebih.

Penelitian yang sebelumnya meneliti tentang tidur perawat dirumah sakit syarif hidayatullah pada 41 perawat menunjukkan bahwa sebanyak 23 perawat (56%) mengalami gangguan pola tidur dan sebagian besar perawat tersebut bekerja shift yaitu sebanyak 61%. Hal ini menunjukan perawat yang bekerja dengan penerapan shift lebih banyak memiliki gangguan pola tidur (dalam safitri, 2013).

Dengan demikian dari penelitian ini peneliti dapat berasumsi bahwa sebagian perawat yang bekerja di RS MM Dunda Limboto yang dimana waktu pembagian shiftnya lebih, dan

(12)

pekerja yang menggunakan system shift pada pekerjaanya dapat mengalami kelelahan dimana dalam hal ini pekerja yang menggunakan system shift yaitu perawat, Perawat bekerja untuk merawat dan menjaga pasien selama 24 jam di rumah sakit sehingga perawat harus bekerja dengan shift.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tingkat ketergantungan pasien dimasing-masing ruangan berbeda dimana pasien memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi, dan jumlah tenaga perawat di masing – masing ruangan tersebut tidak seimbang. Dikarenakan dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus dauglas 1984 didapatkan bahwa jumlah perawat tidak seimbang dengan tingkat ketergantungan pasien di ruangan irina E (bedah) didapatkan bahwa jumlah tenaga perawat yang seharusnya dinas pagi dengan tingkat ketergantungan pasien kategori minimal care 11 orang, partial care 6 orang, dan total care 7 orang seharusnya perawat berjumlah 7 orang tetapi pada kenyataan hanya 5 orang, sedangkan dinas sore didapatkan perawat seharusnya berjumlah 5 orang tetapi pada kenyataan hanya 2 orang, dinas malam pun seharusnya jumlah tenaga perawat 3 orang tetapi pada kenyataan hanya 2 orang dengan demikian hal tersebut tingkat ketergantungan pasien tidak seimbang dengan jumlah tenaga perawat di ruang irina E (bedah).

Hal ini di dukung dengan pendapat Swedarma dkk (2010) , bahwa kurangnya kapasitas perawat dibandingkan jumlah pasien menyebabkan perawat akan mengalami kelelahan dalam bekerja karena kebutuhan pasien terhadap asuhan keperawatan lebih besar dari standar kemampuan perawat.

Dengan demikian dari hasil penelitian di atas peneliti dapat berasumsi bahwa jumlah pasien di ruang rawat inap Rs MM Dunda Limboto terlihat cukup banyak, Perawat juga harus melakukan observasi pasien secara ketat karena banyak jumlah pasien, banyaknya dan

(13)

beragamnya pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan pasien, perawat juga harus melakukan kontak langsung dengan pasien secara terus menerus selama jam kerja, dan lain sebagainya.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 45 orang perawat yang di teliti beban kerja tinggi sebanyak 36 orang dengan presentase 80,0%. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat dilihat dari 45 orang perawat yang dimana waktu pembagian shift yang lebih berjumlah 24 orang dengan presentasenya 53,3%. Dapat dilihat dari tingkat ketergantungan pasien yang ada dikategorikan menjadi tiga karakteristik yaitu minimal care, partial care, dan total care masing – masing ruangan jelas berbeda. Dimana di ruangan rawat inap terlihat jelas bahwa tingkat ketergantungan pasien sangat banyak dan semakin tinggi jumlah dan tingkat ketergantungan pasien maka semakin besar stressor bagi perawat.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2005. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Christina, I, 2010. Hubungan stress kerja pada perawat shift malam dengan kinerja perawat di

RSUD kanjuruhan kepanjen malang. Jurnal, Fakultas kedokteran Universita Bramijaya.

Dermawan, D, 2013. Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Gulo, W, 2002. Metode Penelitian.Jakarta : PT. Gransindo.

Hariyono, W, dkk, 2009. Hubungan antara beban kerja, stres kerja dan tingkat konflik dengan

kelelahan kerja perawat di rumah sakit islam Yogyakarta Pdhi kota Yogyakarta. Jurnal

Hidayat, A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta: Salemba Medika. Muthmaina, I. 2012. Faktor – faktor penyebab stress kerja di ruangan ICU pelayanan jantung

(14)

Kristanto, A.A. 2007. Faktor - faktor penyebab stress kerja pada perawat ICU rumah sakit tipe

C di kota serang. Jurnal, Universitas Diponegoro.

Kusbiantoro, D. 2008. Gambaran tingkat beban kerja dan stress kerja perawat di ruangan

intensive care unit (ICU) rumah sakit muhammadiyah Lamongan volume 1. Jurnal,

Universitas Muhammadiyah Lamongan.

Martina, A. 2012. Gambaran tingkat stress kerja perawat diruang rawat inap rumah sakit paru

Dr.Moehammad Goenawan Partowidigdo cisarua Bogor. Skripsi, Universitas

Indonesia.

Mumpuni, Y, Dkk. 2010. Cara Jitu Mengatasi Stres. Yogyakarta : CV Andi Offset. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Saam, Z, Dkk. 2012. Psikologi Keperawatan. Pekanbaru : PT RajaGrafindo persada.

Safitri, A, dkk, 2013. Studi komparatif kualitas tidur perawat shift Dan non shift di unit rawat inap dan unit rawat jalan. Jurnal, Universitas Diponegoro.

Selvia, N, dkk, 2013. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja pada Perawat di RSUD Dr.

Soetomo Surabaya volume 02. Jurnal, Universitas airlangga Surabaya.

Setiyana, V, 2013. Forgiveness Dan Stress Kerja Terhadap Perawat Volume 1. Jurnal, Universitas Muhamadiyah Malang.

Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:Graha Ilmu. Soegiyono. 2007. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suara, M, Dkk. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Cv Trans Info Media.

Suhartati, dkk. 2011. Standar pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit. Jakarta Sumantri, A. 2011. Metedologi Penelitian Kesehatani. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

masyarakat dalam mencari informasi tempat ibadah yang berada di kecamatan Toboali.tempat ibadah merupakan hal yang penting yang harus ada disetiap daerah. Sarana tempat

Menimbang : Bahwa merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilain Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaain

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Kedua : Ramadhan untuk Training Keistiqomahan Momentum Ramadhan yang penuh dengan berbagai amalan –dari pagi hingga malam hari- mau tidak mau, suka tidak

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha atas segala berkat, anugerah, dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” STRUKTUR

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang