• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

kerusakan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran terhadap stabilitas lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran?

1.2.2 Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang? 1.2.3 Bagaimanakah dampak kerusakan ekosistem terumbu karang terhadap

stabilitas lingkungan?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis mempunyai tujuan dan kegunaan, yaitu:

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.1.1 Mengetahui kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran.

1.3.1.2 Mengetahui penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang. 1.3.1.3 Mengetahui dampak kerusakan ekosistem terumbu karang

(2)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1.3.2.1 Dapat lebih mengetahui tentang kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran.

1.3.2.2 Dapat memahami penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang.

1.3.2.3 Dapat mengetahui pentingnya peranan terumbu karang terhadap stabilitas lingkungan.

1.4 Metode Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mencari dan menyimpulkan data-data dengan menggunkan metode sebagai berikut :

1.4.1 Metode Observasi

Yaitu dengan melakukan peninjauan dan pengamatan secara langsung. Dengan metode ini, penulis dapat mengamati secara langsung terumbu karang di pantai Pangandaran.

1.4.2 Metode Pustaka

Yaitu mendapatkan data atau informasi dari buku-buku yang terkait objek wisata, baik brosur maupun buku panduan, serta dari situs internet.

(3)

1.5 Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam laporan studi wisata ini, antara lain sebagai berikut:

1.5.1 Bab I Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode yang digunakan, dan sistematika pembahasan.

1.5.2 Bab II Pembahasan

Berisi tentang deskripsi teori serta pembahasan. 1.5.3 Bab III

(4)
(5)

2.2 Pembahasan

2.2.1 Kehidupan Ekosistem Terumbu Karang Pantai Pangandaran

Terumbu karang yang hidup di pantai Pangandaran sebagian besar adalah jenis karang batu yang hidup di perairan dangkal, dimana sinar matahari masih didapatkan. Oleh karena itu, saat kita melihat dasar pantai Pangandaran, kita dapat melihat dasar pantai yang dihiasi oleh terumbu karang.

Ekosistem terumbu karang yang hidup di pantai Pangandaran, tampak seperti batuan atau tanaman. Namun apabila lebih diamati, mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Mereka berkumpul dan berkoloni membentuk suatu ekosistem dan jaring makanan. Pada jaring makanan, yang bertindak sebagai produsen karang batu adalah: alga makro, alga koralin, bakteri fotosintetik. Mereka kemudian dimakan oleh konsumen seperti Ikan, Echinodermata, Annelida, Polichaeta, Crustacea, Holothuroidea, dan Molusca. Selanjutnya dimakan oleh predator seperti ikan besar, cumi-cumi, dll. Proses terakhir adalah penguraian oleh detritus. Komunitas ikan piscivor seperti hiu, kerapu, kuwe, dan kakap tergolong sebagai top predator di ekosistem terumbu karang.

Terumbu karang memiliki produktivitas organik yang tinggi. Secara biologis terumbu karang merupakan ekosistem yang paling produktif di perairan tropis dan bahkan mungkin diseluruh ekosistem baik di laut maupun di daratan karena kemampuan terumbu karang

(6)

untuk menahan nutrient dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Selain itu, terumbu karang yang sehat memiliki keragaman spesies penghuninya dan ikan merupakan organisme yang jumlahnya terbanyak.

Terumbu Karang Pantai Pangandaran Merupakan Habitat Bagi Beragam Biota, Sebagai Berikut:

(1) Beraneka ragam avertebrata (hewan tak bertulang belakang), terutama karang batu (stony coral), juga berbagai crustacea, siput dan kerang-kerangan, echinodermata (bulu babi, anemon laut, teripang, bintang laut).

(2) Beraneka ragam ikan: 50% - 70% ikan kornivora oportunik, 15% ikan herbivora, dan sisanya omnivora.

(3) Reptil, umumnya ular laut dan penyu laut.

(4) Ganggang dan rumput laut, yaitu: alga hijau berkapur, alga karolin dan lamun.

2.2.2 Penyebab Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang

Kerusakan terumbu bisa terjadi karena proses alam dan aktivitas manusia. Berikut penyebab kerusakan karang meliputi:

2.2.2.1 Proses Alam

Misalnya hempasan ombak yang mematahkan karang atau ikan dan hewan laut lainya yang menjadikan karang

(7)

sebagai mangsanya. Akan tetapi, regenerasi dan pertumbuhan karang menggantikan kerusakan ini.

2.2.2.2 Pengendapan Sedimen

Pengendapan yang berasal dari sedimen tanah yang tererosi karena penebangan hutan, sehingga tanah tersebut terbawa ke laut dan menutupi karang dari sinar matahari.

2.2.2.3 Aliran Air Yang Tercemar

Aliran air yang sudah dicemari oleh limbah sisa pembuangan lambat laun akan membuat karang mati. Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan minyak.

2.2.2.4 Global Warming

Tingginya kadar karbondioksida menyebabkan suhu bumi semakin meningkat. Hal ini menyebabkan suhu perairan pun ikut meningkat akibatnya pertumbuhan karang akan terganggu. Terumbu karang membutuhkan suhu yang baik yaitu antara 21℃ − 29℃ untuk mengoptimalkan pertumbuhannya.

(8)

2.2.2.5 Asal Melempar Jangkar

Para nelayan terkadang menambatkan jangkar di sembarang tempat. Jangkar yang di jatuhkan sembarangan dapat merusak terumbu karang.

2.2.2.6 Eksploitasi Yang Berlebihan

Kebanyakan nelayan tidak mengerti pentingnya karang bagi kehidupan, sehingga eksploitasi besar-besaran sering dilakukan, penambangan terumbu karang tentu perlu di awasi karena dampaknya yang bisa menghancurkan, bahkan menghilangkan spesies terumbu karang.

2.2.2.7 Pembuangan Sampah

Kerusakan biota laut juga akibat perilaku manusia sehari-hari seperti membuang sampah di laut. Membuang sampah baik sampah organik maupun organik berpotensi merusak lingkungan laut karena berbagai jenis sampah tersebut tidak langsung terurai.

Dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar sampah tersebut terurai. Beberapa contoh sampah yang membutuhkan waktu lama untuk terurai antara lain, kulit pisang membutuhkan waktu 2 tahun, puntung rokok 1 hingga 5 tahun, kain nilon atau jaring membutuhkan waktu 30 hingga 40 tahun, bahan

(9)

kulit membutuhkan waktu 50 tahun, kaleng alumunium sekitar 80 hingga 100 tahun, botol kaca sekitar 1 juta tahun, kantong plastik sekitar 20 hingga 1.000 tahun sementara botol plastik tidak dapat diperkirakan kapan terurai.

2.2.3 Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Stabilitas Lingkungan

Terumbu karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta tahun yang lalu. Terumbu karang modern ada sejak lebih dari 50 juta tahun yang lalu. Waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5000 sampai 10.000 tahun. Jadi terumbu karang yang kita lihat sekarang ini telah berumur lebih dari 10.000 tahun.

Berdasarkan temuan Local Working Group (LWG) atau dikenal sebagai kelompok kerja lokal kepariwisataan Pangandaran, terumbu karang di area Pantai Barat (Pasir putih) dan Pantai Timur (Cirengganis) Pangandaran, Ciamis, saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Keberadaan biota laut tersebut kini tinggal 14,85%. Terumbu karang di Pantai Barat (Pasir putih) yang masih ada sekarang antara lain, karang hidup (live coral) 11,48%, karang mati (dead coral) 20,87%, dan patahan karang (rubble coral) 50,95%. Sementara itu, terumbu karang di Pantai Timur yaitu, karang hidup 18,21%, karang mati 13,13%, dan patahan karang 61,70%.

(10)

Penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang tidak terlepas dari aktivitas manusia, baik di daratan maupun pada ekosistem pesisir dan lautan. Kita dapat melihat dampak yang ditimbulkan dari kerusakan tersebut yaitu akibat sedimen atau pengendapan, terumbu karang menjadi tertutup tanah dan tidak mendapat cahaya matahari untuk mereka tumbuh dan berkembang. Serta kerusakan yang disebabkan oleh pencemaran, pembuangan sampah, ataupun hal lainnya yang merusak dan menghambat tumbuh kembangnya terumbu karang mengakibatkan dampak yang tidaklah kecil terhadap stabilitas lingkungan seperti, kerusakan ekosistem yang mengakibatkan biota laut terancam kelangsungan hidupnya bahkan menghancurkan spesiesnya. Hal itu disebabkan karena habitat mereka yang telah rusak dan tidak ada lagi tempat yang layak untuk mereka hidup dan berkembang biak, terlebih lagi tidak adanya sumber makanan.

Kelangkaan biota laut menyebabkan berkurangnya jumlah spesies biota laut yang dimiliki Indonesia. Selain itu, efek yang di tinggalkan dari hal tersebut adalah, terjadinya abrasi di bibir pantai karena sudah tidak ada lagi menghalang hempasan ombak dan menyebabkan pasir pantai terkikis. Yang lebih parah lagi, kerusakan tersebut juga berdampak kepada nelayan yang terus-terusan mengalami paceklik karena jumlah ikan yang hidup di laut berkurang. Dampak selanjutnya adalah penghasilan nelayan menurun dan sumber nutrisi untuk manusia pun ikut berkurang.

(11)

Berdasarkan kerusakan-kerusakan dan dampak yang terjadi, kita seharusnya bersikap lebih ramah terhadap alam, terutama terumbu karang yang ada di sekitar kita, karena pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang membutuhkan waktu yang sangat lama hingga menjadi yang seperti sekarang ini. Selama satu tahun, rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi 1 cm. Dan selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm. Kalau begitu, jika karang yang tingginya 5 m dirusak, diperlukan 500 tahun agar kembali seperti semula. Sangatlah disayangkan apabila kita merusaknya dengan tidak bertanggung jawab, sebab pemulihan terumbu karang membutuhkan waktu yang sangat lama.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan bermain disentra balok dapat meningkatkan kemampuan visual spasial anak

menumbuhkan dan meningkatkan kualitas dan kreatifitas Siswa serta Guru Sekolah Menengah Atas Namira, diadakan pelatihan berbasis teknologi Program Geographical Information

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI pada Materi Operasi

Dari hasil uji BNT (Tabel 2) diketahui bahwa kadar air rata-rata dari daging buah nanas kering yang dihasilkan dari interaksi perlakuan tanpa pelayuan dan pengeringan vakum pada

Penelitian ini bertujuan mendapatkan data mengenai konsentrasi albumin serum awal perawatan dan hubungannya dengan perbaikan klinis infeksi ulkus kaki diabetik dan

MAHASISWA DALAM PENGISIAN KRS HARUS MENGISI KELAS SUPAYA NAMANYA TERCANTUM DALAM DAFTAR ABSEN KULIAH MAUPUN DAFTAR ABSEN

Tata kerja kelompok ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aturan besar kelompok SHK Lestari Muara Tiga sebagai acuan atau landasan pelaksanaan kerja kelompok dalam

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan