• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Nuhuroa yaitu kawasan pesisir Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Dullah Utara (Tabel 1).

Tabel 1 Lokasi Penelitian di Pesisir Nuhuroa

Kecamatan Desa

Kei Kecil Ohoidertawun, Ohoililir, Ngilngof, Rumadian, Evu, Sathean dan pulau Haeh

Dullah Utara Labetawi, Ohoitahit, pulau Adranan dan pulau Bair

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling yaitu desa-desa pesisir Nuhuroa yang memiliki potensi sumberdaya alam yang sudah dikembangkan menjadi lokasi wisata dan potensi yang dapat dikembangkan sebagai lokasi ekowisata. Lokasi penelitian tertera pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2007. Selanjutnya dilakukan analisa data serta penulisan tesis.

3.2 Formulasi Permasalahan

Pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa perlu direncanakan dan dikendalikan berdasarkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan sehingga kelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan dapat berlanjut. Guna menjamin keberlanjutan pulau-pulau kecil tersebut maka pengembangan kawasan dilakukan berdasarkan karakteristik sumberdaya alam, kualitas lingkungan, potensi pengunjung, ketersediaan sarana pendukung dan sumberdaya masyarakat lokal (SDM). Karakteristik lingkungan pulau inilah yang digunakan sebagai input pengembangan ekowisata sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang dimilikinya.

Tahap awal rencana pengembangan ekowisata adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi pengunjung dalam pengembangan kawasan sebagai kawasan ekowisata.

(2)

2. Mengidentifikasi dan menganalisis preferensi stakeholder untuk pengembangan ekowisata.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi obyek dan atraksi wisata serta kepekaan sumberdaya alam dan lingkungan pesisir untuk pengembangan ekowisata.

4. Mengidentifikasi dan menganalisis sarana dan prasarana pendukung pengembangan ekowisata.

5. Mengidentifikasi dan menganalisis sumberdaya masyarakat lokal (SDM) dalam pengembangan ekowisata.

6. Menyusun rencana pengembangan kawasan ekowisata pesisir.

Gambar 2 Lokasi penelitian

(3)

3.3 Rancangan Penelitian

Kajian potensi sumberdaya alam dan lingkungan pesisir untuk pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa dilakukan dengan pendekatan sumberdaya alam menggunakan analisis spasial. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode survei untuk menginventarisasi potensi dan kepekaan ekologis kawasan pesisir, SDM dan sarana pendukung pengembangan kawasan serta hasil isian kuisioner dan wawancara stakeholder. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber seperti publikasi ilmiah, dan peta-peta yang sudah dipublikasikan. Jenis data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 2.

Pengolahan basis data dilakukan terlebih dahulu dengan pengolahan data spasial. Selanjutnya dibangun basis data SIG melalui 6 langkah yaitu: (1) input data, (2) editing data spasial, (3) pembuatan future data, (4) pembuatan topologi, (5) manajeman basis data dan (6) penggabungan data atribut dan data spasial.

Penelitian terdiri dari enam tahap yaitu:

Tahap 1. Mengidentifikasi dan Menganalisis Potensi Pengunjung Dalam Pengembangan Ekowisata

1.1 Data

Data yang diperlukan dalam mengindentifikasi dan menganalisis potensi pengunjung berupa data primer dan sekunder. Data primer berupa penyebaran kuisioner melalui wawancara pada wisatawan untuk mengetahui profil wisatawan, yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan asal wisatawan, motivasi kunjungan dan penilaian wisatawan tentang kualitas lingkungan di lokasi. Sedangkan data sekunder, berupa jumlah kunjungan wistawan mancanegara dari instansi pemerintah.

1.2 Metode Analisis

Analisis pengunjung dilakukan secara deskriptif untuk mengambarkan profil dan motivasi wisatawan.

(4)

Survei dan Analisis Inventarisasi Data Sintesis Tu ju an

Gambar 3 Bagan alir penelitian

e

Pengembangan Ekowisata Pesisir Nuhuroa

Citra Landsat ETM 7 Th 2007 Survei Lapangan

Karakteristik Sumberdaya Alam dan Lingkungan Nuhuroa

Identifikasi Potensi Pengunjung

Analisis Multivariete (PCA, Cluster)

Analisis Spasial & Deskriptif

Peta Tematik & Deskripsi SDM Pembobotan & Skoring

Analisis Spasial & Deskriptif

Peta Tematik & Deskripsi Sarana Pendukung

Profil dan Motivasi Wisatawan

Identifikasi Sarana Pendukung Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir

Deskipsi Potensi Pengunjung

Analisis Spasial (Overlay Peta-Peta Tematik)

Zona Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA PESISIR

▪ Jumlah penduduk ▪ Pendidikan ▪ Pekerjaan ▪ Pendapatan Infrasruktur : ▪ Hotel/Resort ▪Air, Listrik ▪ Telekomunikasi ▪ Sarana Kesehatan

Pendukung : ▪Toko souvenir ▪ Travel ▪ Restauran Aksesibilitas : ▪ Jalan ▪ Bandara ▪ Pelabuhan Identifikasi Stakeholder Identifikasi Sumberdaya Masyarakat Lokal Identifikasi Potensi dan Kepekaan Ekologis Kawasan Pesisir

Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir

Obyek/Atraksi SDA Pesisir Natural : ◦ TK ◦ Lamun ◦ Mangrove ◦ Pantai Aktifitas : ◦ Selam ◦ Snorkeling ◦ Sailing ◦ Fishing ◦ Analisis Kesesuaian ◦ Daya Dukung Kawasan (DDK) Tingkat Kepekaan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)

Pembobotan & Skoring Analisis Spasial

Peta Tematik Obyek dan Atraksi Wisata & Kepekaan SDA Pesisir Deskripsi Preferensi Stakeholder Matriks Analisis Stakeholder Kebijakan Pengelolaan SDAL Analisis Hirarki Proses

(5)

Tabel 2 Jenis data dalam penelitian

No Data / Informasi Sumber Jenis data

1. Peta : • Peta jalan

• Peta batas administrasi kecamatan • Peta sungai • Citra landsat • Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB • Biotrop Sekunder

2. Kondisi fisik Nuhuroa :

• Iklim : a. Curah hujan b. Temperatur c. Kelembaban udara d. Penyinaran matahari e. Tekanan udara f. Kecepatan angin g. Variasi musim

• Hidro-oseanografi: gelombang, arus, pasang surut

• Stasiun Meteorologi Dumatubun Langgur (10 tahun terakhir : 1996-2006)

• Survei dan pengukuran lapangan

• Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Malra

Sekunder Primer Sekunder

3. Obyek dan atraksi alam

• Potensi SDA pesisir dan laut: a. Pulau-pulau kecil b. Terumbu karang c. Lamun

d. Mangrove e. Pantai

• Survei lapangan dan pengamatan Primer 4. SDM: - Jumlah penduduk - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan • Masyarakat Primer 5. Sarana pendukung : - Infrastruktur - Pendukung - Aksesibilitas

• Survei lapangan dan pengamatan

• Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Malra, Bappeda Kab. Malra

Primer Sekunder

6 Pengunjung : - Profil wisatawan

- Motivasi kunjungan • Hasil wawancara Primer

7. Stakeholder : - Pemerintah (eksekutif &

legislatif) - Masyarakat - Pihak swasta - LSM • Wawancara dan kuisioner Primer

1.3 Produk Yang Dihasilkan

Hasil akhir tahapan analisis potensi pengunjung berupa informasi tentang profil, pengalaman dan motivasi, serta pendapat wisatawan tentang obyek dan atraksi di lokasi penelitian yang merupakan input dalam pengembangan ekowisata.

(6)

Tahap 2. Mengidentifikasi dan Menganalisis Preferensi Stakeholder 2.1 Data

Identifikasi stakeholder, dilakukan melalui prinsip analisis stakeholder yaitu : keterlibatan semua pihak, relevansi dan keseteraan jender.

2.2 Metode Analisis

Analisis stakeholder menggunakan matriks analisis stakeholder untuk mengetahui pelaku pembangunan yang berperan dalam pengembangan ekowisata selanjutnya dilakukan analisis proses hirarki dalam pengelolaan dan pemanfataan sumberdaya alam dan lingkungan.

2.3 Produk Yang Dihasilkan

Hasil akhir analisis stakeholder berupa informasi tentang peran dan preferensi stakeholder dalam pengembangan ekowisata serta kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Tahap 3. Identifikasi dan Analisis Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pulau

3.1 Data

Data yang diperlukan dalam menganalisis potensi obyek dan atraksi serta kepekaan sumberdaya alam dan lingkungan yaitu potensi sumberdaya pesisir dan tingkat kepekaan lingkungan sumberdaya pesisir. Data obyek dan atraksi alam merupakan potensi ekologis ekosistem pesisir. Selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan ekowisata dan analisis daya dukung (DDK) untuk pemanfaatan sumberdaya yang lestari.

Data yang diperlukan untuk analisis indeks kepekaan lingkungan pesisir mencakup tingkat kepekaan tipologi pantai, tingkat kepekaan sumberdaya hayati dan tingkat kepekaan habitat yang dimanfaatkan oleh manusia dan nilai pemanfaatannya.

3.2 Metode Analisis

a. Analisis Kesesuaian Wisata

Aktifitas wisata yang akan dikembangkan disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya. Setiap aktifitas wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan sesuai obyek yang akan dikembangkan. Metode yang 28

(7)

digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan untuk aktiftas wisata yaitu dengan sistem informasi geografi menggunakan sotfware ArcView 3.3. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai (Yulianda, 2007) :

IKW= ∑ [ Ni / Nmaks] x 100 % Keterangan :

IKW = indeks kesesuaian wisata Ni = nilai parameter ke-i

Nmaks = nilai maksimun dari suatu kategori wisata

Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh perjumlah nilai dari seluruh parameter.

1. Wisata Pantai

Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter dengan empat klasifikasi penilaian yaitu : S1 (sangat sesuai), dengan nilai 80-100%; S2 (cukup sesuai), dengan nilai 60-< 80%; S3 (sesuai bersyarat), dengan nilai 35-< 60% dan N (tidak sesuai), dengan nilai < 35%. Parameter kesesuaian wisata kategori rekreasi yaitu kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar. Untuk kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan empat klasifikasi penilaian yaitu : S1 (sangat sesuai), dengan nilai 80-100%; S2 (cukup sesuai), dengan nilai 60-< 80%; S3 (sesuai bersyarat), dengan nilai 35-< 60% dan N (tidak sesuai), dengan nilai < 35%. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove antara lain ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut dan obyek biota.

2. Wisata Bahari

Wisata bahari dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu wisata selam, wisata snorkeling dan wisata lamun. Kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam mempertimbangkan 6 parameter (kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman terumbu karang) dengan

(8)

empat klasifikasi yaitu : S1 (sangat sesuai), dengan nilai 80-100%; S2 (cukup sesuai), dengan nilai 60-< 80%; S3 (sesuai bersyarat), dengan nilai 35-< 60% dan N (tidak sesuai), dengan nilai < 35%. Potensi karang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata selam terdiri dari karang keras, karang lunak, dan biota lain yang berasosiasi dengan karang. Parameter karang yang digunakan untuk kesesuaian wisata selam adalah persen tutupan komunitas karang yang terdiri dari karang keras, karang lunak dan biota lainnya yang masuk kategori “other faunas”. Sedangkan luas hamparan karang yang dapat dimanfaatkan untuk wisata selam dibatasi oleh kedalaman 30 meter.

Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling mempertimbangkan tujuh parameter dengan empat klasifikasi penilaian yaitu : S1 (sangat sesuai), dengan nilai 80-100%; S2 (cukup sesuai), dengan nilai 60-< 80%; S3 (sesuai bersyarat), dengan nilai 35-< 60% dan N (tidak sesuai), dengan nilai < 35%. Parameter kesesuaian wisata snorkeling yaitu kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang dan lebar hamparan datar karang. Sedangkan kesesuaian wisata bahari kategori wisata lamun mempertimbangkan tujuh parameter (tutupan lamun, kecerahan perairan, jenis ikan, jenis lamun, jenis substrat, kecepatan arus dan kedalaman lamun) dengan empat klasifikasi penilaian yaitu : S1 (sangat sesuai), dengan nilai 80-100%; S2 (cukup sesuai), dengan nilai 60-< 80%; S3 (sesuai bersyarat), dengan nilai 35-< 60% dan N (tidak sesuai), dengan nilai < 35%. Hasil akhir analisis kesesuaian lahan berupa peta-peta tematik kesesuaian lahan untuk ekowisata berdasarkan kategori wisata.

b. Analisis Daya Dukung (DDK)

Analisis daya dukung ditujukan bagi pengembangan ekowisata dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Metode perhitungan daya dukung untuk pengembangan ekowisata alam yaitu dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimun pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK mengunakan rumus (Yulianda, 2007):

(9)

DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp Keterangan :

DDK = daya dukung kawasan

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga. Waktu kegiatan pengunjung dihitung berdasarkan (Wp) yaitu lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Kegiatan wisata dapat dirinci berdasarkan kegiatan yang dilakukan. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (jam 8-16). Hasil akhir tahapan analisis daya dukung (DDK) berupa daya dukung kawasan untuk setiap ekosistem pesisir.

c. Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)

Pemetaan indeks kepekaan lingkungan (IKL) merupakan alat perencanaan dalam pendekatan pengelolaan lingkungan pesisir. Kepekaaan lingkungan disusun untuk dijadikan pedoman bagi kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir, serta dalam mengevaluasi bahaya potensial yang ditimbulkan dari dampak berbagai kegiatan di terrestrial maupun yang terjadi di lingkungan pesisir. Penyusunan IKL terhadap ekosistem alami dilakukan dengan pendekatan spasial dan kuantitatif.

Pemetaan IKL mempertimbangkan kombinasi tiga komponen utama indeks kepekaan lingkungan, yaitu indeks nilai kerentanan (vulnerability value index) (IR), indeks nilai habitat (habitats value index) (IH) dan indeks sosial (sosial values index) (IS) (Yulianda, 2006). Kombinasi ketiga indeks lingkungan merupakan persamaan indeks kepekaan dengan rumus :

(10)

KIKLi = IR x IH x IS Keterangan :

KIKLi = Gabungan dari indeks kepekaan lingkungan setiap variabel i lingkungan, IR = Indeks nilai Kerentanan, terdiri dari indeks nilai pantai (IP),

IH = Indeks nilai Habitat, terdiri dari indeks nilai ekosistem (IE) dan indeks jenis (IJ),

IS = Indeks nilai Sosial, terdiri dari indeks nilai ekonomi (NE) dan nilai sosial pemanfaatan sumberdaya (NS) n -n IRi = (∑VCj) j=1 n -n IHi = (∑HCj) j=1 n -n ISi = (∑SCj) j=1 Keterangan :

VC = komponen kerentanan (bioassay dan nilai pantai) HC = komponen habitat (nilai ekosistem dan indeks jenis)

SC = komponen sosial (nilai ekonomi dan nilai pemanfaatan sosial)

Komposit indeks kepekaan lingkungan (KIKL) mempunyai kisaran nilai 1-125 dengan klasifikasi kepekaan (Tabel 3).

Tabel 3 Tingkat kepekaan berdasarkan KIKL

Nilai KIKL Tingkat Kepekaan 1 Tidak Peka 2 – 8 Kurang Peka 9 – 27 Sedang 28 – 64 Peka 65 – 125 Sangat Peka Sumber: Yulianda (2006) 32

(11)

Adapun komponen parameter lingkungan yang digunakan dalam perhitungan indeks kepekaan lingkungan terdiri dari 5 parameter yaitu: ekosistem sumberdaya pesisir, laut, pemukiman, pertanian, dan pantai.

c.1 Indeks Kerentanan

Komponen indeks kerentanan untuk indeks kepekaan lingkungan terdiri dari nilai pantai. Untuk ekosistem sumberdaya pesisir (mangrove, lamun terumbu karang), kriteria penilaian indeks habitat dari nilai pantai sudah ditetapkan 5 berdasarkan Sloan (1993). Analisis pemetaan tematik laut untuk indeks kepekaan lingkungan terdiri dari analisis parameter oseanografi dan kualitas air. Nilai pantai diperoleh dari kriteria oseanografi yaitu gelombang, arus, pasang surut dan kemiringan pantai. c. 2 Indeks Habitat

Komponen indeks habitat terdiri dari nilai ekosistem dan nilai jenis sumberdaya alam pesisir. Kriteria penilaian indeks habitat ekosistem pesisir (mangrove, lamun, terumbu karang) terdiri dari tiga kategori parameter yaitu kepadatan, jenis, dan jarak dari sumber aktifitas. Nilai habitat untuk peta tematik laut ditentukan oleh kualitas air. Perhitungan IKL untuk kualitas air didasarkan pada prinsip-prinsip ekologi yang menyatakan bahwa kualitas air yang baik mempunyai kesempatan yang baik untuk menghadapi gangguan atau tekanan lingkungan yang masuk di kawasan tersebut. Tingkat kepekaan kualitas air terdiri dari 5 kategori kepekaan melalui pembandingan nilai-nilai parameter kualitas air dengan kriteria baku mutu air laut untuk wisata bahari (KepMen LH No.51, 2004).

Parameter-parameter kualitas air tidak memiliki bobot yang sama, tetapi bobot ditentukan dari pengaruh gangguan parameter terhadap kegiatan pariwisata. Nilai parameter yang melebihi standar baku mutu akan diberi skor 10 dan skor ini akan dikalikan dengan bobot setiap parameter. Sehingga nilai indeks kualitas air berkisar antara 0-340. Indeks kepekaan lingkungan untuk kualitas air diklasifikasikan menjadi 5 kategori.

(12)

c.3 Indeks Sosial

Komponen indeks sosial terdiri dari nilai ekonomi dan nilai pemanfaatan sosial. Nilai manfaat sosial dari indeks sosial ekosistem pesisir dihitung berdasarkan bentuk pemanfaatan ekosistem pesisir. Nilai manfaat sosial ekosistem mangrove dihitung berdasarkan bentuk pemanfaatan mangrove sebagai ekowisata. Persentase penduduk lokal yang kehidupannya tergantung pada keberadaan ekosistem mangrove dihitung dan diklasifikasikan dalam lima kategori tingkat kepekaan. Sedangkan nilai manfaat ekosistem lamun dan terumbu karang dihitung berdasarkan bentuk pemanfaatan ekosistem sebagai kawasan ekowisata.

Nilai ekonomi mangrove, lamun dan terumbu karang dihitung berdasarkan manfaat untuk kepentingan perikanan yang diklasifikasikan dalam lima kategori tingkat kepekaan. Sedangkan nilai manfaat sosial laut dihitung berdasarkan fungsinya sebagai daerah penangkapan ikan. Persentase penduduk lokal yang memanfaatkan kawasan laut sebagai daerah penangkapan ikan diklasifikasikan dalam lima kategori tingkat kepekaan. Nilai ekonomi kawasan laut dihitung berdasarkan nilai produksi perikanan lokal. Nilai produksi perikanan dihitung jumlah tangkapan ikan oleh penduduk lokal di kawasan studi yang diklasifikasikan dalam lima kategori tingkat kepekaan.

Kepekaan lingkungan pantai ditentukan dengan tipe pantai dengan parameter tipe substrat. Tipe substrat pantai berpasir, berbatu dan berlumpur mempunyai kepekaan yang berbeda pada tingkat kerentanan. Berdasarkan modifikasi Sloan (1993), pantai berbatu mempunyai tingkat kerentanan 1, pantai berpasir mempunyai tingkat kerentanan 2, dan pantai berlumpur mempunyai tingkat kerentanan 5. Sedangkan indeks habitat (IH) ditentukan oleh lebar pantai atau jarak dari garis pantai dan indeks nilai sosial (IS) berdasarkan pemanfaatan pantai oleh penduduk.

Indeks kepekaan lingkungan untuk tematik pemukiman mempertimbangkan besarnya dampak yang diberikan atau diterima oleh pemukiman berdasarkan jarak pemukiman dari laut. Indeks pantai dari indeks habitat bagi pemukiman telah ditetapkan bernilai 1. Nilai sosial dihitung berdasarkan jarak terdekat antara pemukiman dengan laut yang diklasifikasikan dalam lima kategori tingkat kepekaan.

(13)

Sedangkan nilai ekonomi berdasarkan jumlah rumah di kelompok pemukiman yang diklasifikasikan dalam lima kategori tingkat kepekaan.

Indeks kepekaan lingkungan bagi pertanian dihitung berdasarkan letak lahan dari laut. Indeks habitat dan indeks kerentanan tidak terlalu signifikan sehingga hanya diberi skor 1. Sedangkan nilai sosial dihitung berdasarkan jarak dari laut yang di asumsikan bahwa tingkat pencemaran sangat ditentukan dengan jarak tempat mengalirnya limbah pencemaran. Nilai ekonomi lahan pertanian diukur berdasarkan jumlah petani di suatu pemukiman. Nilai ekonomi pertanian akan meningkat bila jumlah rumah tangga yang tergantung terhadap lahan pertanian. Nilai ekonomi ini diklasifikasikan dalam lima kategori tingkat kepekaan. Nilai akhir dari indeks kepekaan lingkungan merupakan peta hasil overlay dan komposit dari semua parameter-parameter lingkungan yang diperkirakan akan mendapat pengaruh dari kegiatan yang mungkin akan terjadi di suatu kawasan.

3.3 Produk Yang Dihasilkan

Hasil analisis dari tahapan ini akan diperoleh peta yang mendeskripsikan zona kesesuaian wisata dan kepekaan lingkungan berdasarkan tingkat kepekaan.

Tahap 4. Identifikasi dan Analisis Sarana Pendukung Pengembangan Kawasan Ekowisata

4.1 Data

Data sarana pendukung pengembangan kawasan mencakup identifikasi sarana infrastruktur, penunjang dan aksesibilitas. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif untuk memperoleh karakteristik sumberdaya masyarakat di kawasan pengembangan dan potensi sarana pendukung pengembangan kawasan.

4.2 Metode Analisis

Analisis sarana dan prasarana pendukung dilakukan secara deskriptif dan spasial.

4.3 Produk Yang Dihasilkan

Hasil akhir analisis sarana dan prasarana pendukung pengembangan kawasan merupakan informasi dan peta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan kawasan.

(14)

Tahap 5. Identifikasi dan Analisis Sumberdaya Masyarakat Lokal 5.1 Data

Data yang diperlukan pada analisis sumberdaya manusia mencakup jumlah penduduk, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan masyarakat yang terdapat di lokasi penelitian. Dalam studi ini, indikator kualitas SDM didekati dengan variabel operasional sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk perdesa penelitian.

b. Pendidikan (intelektualitas); tingkat pendidikan penduduk perjenjang pendidikan.

c. Jumlah penduduk yang bekerja; jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan yang ada.

d. Pendapatan

5.2 Metode Analisis

Analisis sumberdaya masyarakat dilakukan secara deskriptif menggunakan analisis komponen utama dan analisis kelompok (cluster analysis) dengan SPSS 11.5 untuk mengetahui karakteristik dan potensi masyarakat dalam pengembangan kawasan.

5.3 Produk Yang Dihasilkan

Hasil akhir analisis SDM merupakan peta informasi dan deskripsi karakteristik potensi masyarakat dalam pengembangan kawasan.

Tahap 6. Menyusun Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir 6.1 Data

Data yang diperlukan untuk merencanakan kawasan penelitian sebagai kawasan ekowisata adalah berupa peta tematik yang telah dihasilkan pada tahapan sebelumnya yaitu peta kesesuaian wisata, daya dukung kawasan dan peta zona kepekaan lingkungan berdasarkan pemetaan indeks kepekaan lingkungan.

6.2 Metode Analisis

Analisis spasial dilakukan untuk menentukan zona pengembangan ekowisata dengan teknik overlay menggunakan SIG. Proses analisis spasial dilakukan dengan

(15)

mengoverlaykan peta-peta tematik sehingga menghasilkan suatu peta komposit (composite map).

6.3 Produk Yang Dihasilkan

Hasil akhir tahapan perencanaan kawasan berupa zonasi ekowisata berdasarkan potensi keragaman obyek dan atraksi wisata.

3.4 Batasan dan Asumsi

Kajian potensi sumberdaya alam dan lingkungan untuk pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa, Maluku Tenggara dilakukan di pesisir kepulauan Nuhuroa dengan luas 2.468 km2. Nuhuroa merupakan satu gugus kepulauan yang terdiri dari pulau Kei Kecil, Dullah, Dullah Laut dan pulau-pulau kecil lainnya. Berdasarkan definisi pulau kecil menurut UNESCO (1991) dalam (Bengen dan Retraubun, 2006), mendefinisikan pulau kecil sebagai pulau dengan luas area kurang dari atau sama dengan 2000 km2, maka pulau-pulau di kepulauan Kei Kecil termasuk kategori pulau kecil. Area penelitian mencakup wilayah darat dan wilayah pesisir kepulauan Nuhuroa yaitu Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Dullah Utara.

Berdasarkan potensi dan kerentanan pulau-pulau kecil maka pengembangan pulau-pulau kecil disesuaikan dengan karakteristik yang dimilikinya. Dengan asumsi bahwa pengembangan kawasan ekowisata pesisir sangat didukung oleh potensi sumberdaya alam yang dimiliki dan dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat lokal. Untuk mendukung pengembangan kawasan ekowisata di kepulauan Kei Kecil maka penelitian ini dibatasi sampai perencanaan kawasan pengembangan ekowisata.

3.5 Definisi Operasional

1) Pulau kecil adalah pulau dengan luas area kurang dari atau sama dengan 2000 km2 (UNESCO, 1991);

2) Pulau sangat kecil adalah pulau dengan ukuran tidak lebih besar 100 km2 atau lebarnya tidak lebih besar dari 3 km (UNESCO, 1991);

3) Wisata/tour/jalan-jalan/travel adalah pergerakan orang untuk sementara waktu dalam jangka waktu tertentu ke suatu tempat di luar tempat mereka tinggal

(16)

dan bekerja; selama tinggal di tempat tersebut mereka melakukan kegiatan yang rekreatif dan menyenangkan, dan disediakan fasilitas akomodasi untuk mereka;

4) Wilayah pesisir adalah wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut; batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan (Bengen, 2001).

5) Ekowisata adalah kegiatan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Meta, 2002)

6) Ekowisata bahari adalah kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut yang memprioritaskan kelestarian dan mamanfaatkan sumberdaya alam dan budaya masyarakat.

7) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata; 8) Destinasi adalah daerah tujuan wisata;

9) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut;

10) Pariwisata berkelanjutan adalah kegiatan wisata terpadu yang memperhatikan aspek pelestarian lingkungan/alam, daya dukung lingkungan, koordinasi antar sektor, budaya masyarakat dan memperhitungkan generasi yang akan datang;

Gambar

Gambar 2  Lokasi penelitian
Gambar 3  Bagan alir penelitian e
Tabel 2  Jenis data dalam penelitian
Tabel 3  Tingkat kepekaan berdasarkan KIKL

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4. Jumlah pendapatan di Kab.. Adapun untuk menghitung persentase jumlah kumulatif kelas dengan cara. jumlah penduduk tiap kecamatan dibagi jumlah penduduk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang remaja mengakses situs pornografi di Kecamatan Jebres Surakarta. Untuk mengetahui habitus perilaku remaja dalam

Efektivitas Place Branding Grand Maerakaca yang diukur melalui indikator The People dalam penelitian ini dijabarkan dalam beberapa pernyataan yaitu;

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak)

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system

Metafora sebagai salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna, artinya berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau

Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah

But in spite of the titles listed written minority Muslim state relations, but not discussed minority in Asian countries such as Indonesia, how the status and rights of