• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Volume 15 No. 02 September 2016 ISSN 1693-9107

Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan

Diterbitkan Oleh:

Program Studi Magister Teknologi Pendidikan

Program Pascasarjana

(3)

Volume 15 No. 02 September 2016 ISSN 1693-9107

Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan

Teknodika sebagai media komunikasi guna melaporkan hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan yang

diterbitkan secara berkala setiap semester.

dikelola:

Penanggungjawab

: Dekan FKIP UNS

Pemimpin Umum

: Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

Penyunting Ahli

: Prof. Dr. H. Soetarno, M.Pd (UNS)

Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd (UNS)

Prof. Dr. Yusuf Hadi Miarso, M.Sc (UNJ)

Prof. Dr. I Nyoman Degeng, M.Pd (UNM)

Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd (UNY)

Penyunting Pelaksana : Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd (Ketua)

Dr. Suharno, M.Pd (Sekretaris)

Dr. Sujarwo, M.Pd (Anggota)

Suwardi, M.Pd (Anggota)

Endang Retno Wulan, M.Pd (Anggota)

Alamat Sekretariat

: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Jl. Ir. Sutami 36 a Kentingan Surakarta 57126

Telp. (0271) 626994 Psw. 377, Fax. (0271) 646655, HP. 085647096663

Tulisan yang dimuat di

belum tentu merupakan cerminan sikap dan atau pendapat

penyuntingg pelaksana, penyunting, dan penyunting ahli. Tanggungjawab terhadap isi dan atau akibat

dari tulisan tetap terletak pada penulis

(4)

Daftar Isi

Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dan Team Games Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Jenis Kelamin

Oleh: Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, Sunardi, Sri Haryati………. 1

Pengaruh Problem Based Learning dan Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas V SDN

Sedabin Diponegoro

Oleh: Ferawati L, Budiyono, Sri Yutmini……….. 15

Pengaruh Media Pembelajaran Internet dan Media Konvensional terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa di SMK Pengudhi Luhur Karangrayung Grobogan

Oleh: Joko Susilo, Samsi Haryanto, Gunarhadi……… 27

Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Sains, Technology, Environment, and Society (Stes) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Islam 1 Surakarta

Oleh: Khotim Nurma Indah, Soetarno Joyoatmojo. Suharno……….. 35

Perbedaaan Pengaruh Pembelajaran Mata Pelajaran Kimia Model Problem Based Learning (PBL) Dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMA Negeri di Grobogan

Oleh: Ria Rahmawati, Leo Agung S, Nunuk Suryani………. 49

Pencapaian Hasil Belajar Biologi dengan Model Problem Based Learning (PBL) dan Model Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Minat Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Grobogan

Oleh: Ririk Niangkasawati, Mulyoto, Deny Tri Ardianto……… 59

Pencapaian Hasil Belajar Biologi Dengan Problem Based Learning (PBL) dan Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Minat Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Grobogan

Oleh: Sigit Wirawan, Samsi Haryanto, Suharno……… 67

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Program Unggulan Colomadu

Karanganyar

Oleh: Tri Astuti, Nunuk Suryani, Sunardi………. 79

Pengaruh Penggunaan Media Berbasis Information Tecnologi pada Pembelajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemandirian Belajar

Oleh: Endang Lestari, Sunardi, Nunuk Suryani……….. 91

Pengembangan Alat Permainan Edukatif Kartu Giling Huruf untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini 4-6 Tahun

(5)
(6)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe

Number Head Together

(NHT) dan

Team Games Tournament

(TGT)

Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Jenis Kelamin

Christiana Sri Wahyuni Kustiasih1, Sunardi2, Sri Haryati3

annachris91@yahoo.co.id

Abstract: The purpose of this research is to find out (1) the difference of effect between the NHT, TGT, and Directive learning (DL) models on the mathematics learning achievement. (2) the difference of learning achievement on mathematics between boys and. (3) the interaction of effect between learning model and gender on mathematics learning achievement.

This kind of research is a quantitative one which uses an experimental

factorial design. The population of this research are all the 7th grade - 1st

smester students of SMP 1 Sidoharjo, Sragen on The Academic Year Of 2015/2016. The sample is determined by taking 3 clsasses at random. The sampling technique uses the Cluster Random Sampling. The experimental group was treated by the NHT and TGT learning models. While the control group was subjected to the directive learning. For the teaching material is used the Algebraic design. The hypothesis testing uses the factorial design 3x2 with Two-Ways Analysis of Variance (Two Ways Anava) technique with different cells. Before, the trial test was conducted. Forth, for the balance testing was used the t-testing. For the reliability testing of the research instrument with internal consistency was used the Kuder Richardson (KR-20) formula, normality test used the lilliefors method, and the homogenity test used the Bartlet method.

The result of the data analysis with significance level of 0.05 obtained: (1) FA = 3.641 and Ftable = 3.07, it mean FA > Ftable. The conclusion of HOA test was rejected and H1A was accepted, which means that there is a significant difference between the learning models to the mathematics achievement. (2) FB = 15.197 and Ftable = 3.92, it obtained FB > Ftable. HOB test was rejected and H1B was accepted. It means that there is a significant difference between boys and girls to the mathematics achievement. (3) FAB = 4.353, Ftable =

3.07, obtained FAB > Ftable. HOAB was rejected and H1AB was accepted, it

means that there is a significant interaction of effect between gender and learning models to the mathematics achievement at the subject of Algebraic design.

Keywords: Cooperative Learning Model, Numbered Head Together (NHT), Team Games Tournament (TGT), Gender, Mathematics Learning Achievement.

1 Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2

Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta 3 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

(7)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

PENDAHULUAN

engajaran matematika di sekolah merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas manusia dalam hal penguasaan berpikir secara logika. Belajar matematika mengantar manusia ke dalam pemikiran yang jelas, tepat dan teliti. Oleh karena itu, penguasaan matematika secara tuntas oleh peserta didik sangat diperlukan. Namun kenyataan bahwa prestasi belajar matematika masih lebih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran yang lain.

Faktor penyebab rendahnya hasil ulangan matematika salah satunya adalah pembelajaran yang kurang bervariasi. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga peserta didik menjadi mudah bosan dan kurang aktif dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini terutama karena kurangnya pemahaman tentang berbagai model pembelajaran. Untuk itu perlu diupayakan agar prestasi belajar matematika meningkat, baik bagi peserta didik laki-laki maupun perempuan.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut, adalah dengan penerapan model pembelajaran yang bervariasi, Model pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Together (NHT) dan Team Games Tournament (TGT) dapat menjadi alternatif dalam

mengurangi kejenuhan belajar matematika. Persamaan antara NHT dan TGT bahwa kedua model tersebut merupakan model pembelajaran kooperatif yang salah satu cirinya adalah bekerja dalam kelompok (Teamwork).

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran

NHT, TGT dan DL terhadap prestasi belajar matematika peserta didik klas VII

semester I SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen.

2. Untuk mengetahui apakah teradapat perbedaan prestasi belajar matematika antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan peserta didik klas VII semester I SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar peserta didik klas VII semester I SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen.

KAJIAN TEORI

NHT atau model Penomoran Berpikir Bersama, menurut Jumanta Hamdayama (2014:175), “merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber struktur klas tradisional”, di mana peserta didik dikelompokkan dengan diberi nomor. Teknik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Adapun ciri-ciri model pembelajaran tipe NHT menurut Abdul Madjid (2013:192) antara lain : a) Penomoran, b) Pengajuan pertanyaan, c) Berpikir bersama, dan d) Pemberian jawaban.

Kelebihan dari model pembelajaran tipe NHT menurut Jumanta Hamdayama (2014:177) antara lain: a) melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, b) melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, c) memupuk rasa

(8)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

kebersamaan, d) membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan. Kelemahan NHT adalah bahwa guru harus bisa memfasilitasi siswa karena siswa yang sudah terbiasa dengan cara DL akan sedikit kewalahan utamanya ketika ia harus berpikir untuk memberikan jawaban.

Model Pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) yang pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards ini menggabungkan suatu kelompok belajar dan kompetisi tim. Model ini dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas. TGT menurut Slavin (2005:6) menggunakan presentasi guru dan pembentukan kelompok. Turnamen diadakan di akhir kegiatan, di mana siswa berkelompok berkontribusi mengumpulkan nilai (point) bagi dirinya maupun bagi kelompok.

Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika peserta didik melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama. Proses pembelajaran yang berlangsung dengan keaktifan dari peserta didik ini melatih peserta didik untuk bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Kelemahan model TGT bagi guru adalah bahwa guru harus menyusun kelompok dengan kemampuan heterogen dari segi akademis dan harus menyediakan waktu lebih guna mempersiapkan turnamen. Sementara bagi peserta didik yang kurang terbiasa dengan pembelajaran tutor sebaya, meskipun berkemampuan akademis tinggi akan sulit memberikan penjelasan kepada temannya.

Prestasi belajar menurut Oemar Hamalik (2001:28) bahwa, “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar yaitu terjadinya tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti”.

Hasil yang diperoleh dari belajar matematika dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi. Moch Ag. Masykur, Fatani, dan Abdul Halim (2008: 56) mengemukakan bahwa, ”Evaluasi tidak hanya dilakukan untuk menilai hasil akhir dari proses belajarnya tetapi juga menilai bagaimana proses mendapatkan hasil tersebut, sehingga proses berpikir matematikanya dapat terlihat secara jelas dan obyektif”.

Jenis kelamin merupakan perbedaan berdasarkan struktur biologis. Laki-laki dan perempuan memiliki anatomi tubuh yang berbeda termasuk salah satunya adalah struktur otak.

Michael Guriaan dalam Moch. Ag Masykur, Fatani, dan Abdul Halim (2008:118) menjelaskan bahwa “Perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan terletak pada ukuran bagian-bagian otak, yaitu bagaimana bagian itu berhubungan dan bagaimana cara kerjanya. Perbedaan mendasar itu antara lain : 1) Perbedaan Spasial, 2) Perbedaan Verbal, 3) Perbedaan Bahan Kimia, dan 4) Memori”

Perbedaan tersebut tentu mempengaruhi pola tingkah laku, tingkat kecerdasan, perkembangan fisik maupun psikis, serta cara berpikir. Kelompok laki-laki akan cenderung menggunakan kemampuan spasial sementara perempuan akan cenderung menggunakan kemampuan verbalnya untuk menyelesaikan masalah.

(9)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Waktu penelitian pada semester ke 1(satu) tahun pelajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain faktorial eksperimental, dengan populasi semua siswa-siswi SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen klas VII semester ke 1(satu) tahun pelajaran 2015/2016 dan diambil tiga kelas sebagai sampel penelitian.

Teknik pengambilan sampel dengan Cluster random sampling. Teknik random sampling digunakan untuk memilih secara acak kelas yang akan dijadikan subyek penelitian. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan dokumenter. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar Matematika dan metode dokumenter digunakan untuk mengetahui keadaan awal populasi. Materi ajar mengambil pokok bahasan Bentuk Aljabar.

Langkah awal dilakukan uji coba tes. Teknik Uji keseimbangan menggunakan Uji-t

dengan mengambil data nilai Ulangan Tengah Semester (UTS). Melalui uji keseimbangan diketahui bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang sama/ seimbang. Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dengan Internal Consistency menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20), uji normalitas yang menggunakan metode lilliefors, dan uji homogenitas menggunakan metode bartlet.

Uji hipotesis menggunakan rancangan desain faktorial 3x2 dengan teknik Analisis Varians Dua Jalan (Two Ways Anava) dengan sel tak sama. Selanjutnya jika terdapat interaksi maka akan dilakukan uji pasca ANAVA dengan uji Scheffe.

HASIL PENELITIAN

Sebelum data diolah dengan menggunakan Anava Dua Jalan, data hasil penelitian disajikan pada tabel seperti di bawah ini :

Tabel 1.Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika

Model Pembel ajaran Jenis kelamin TOTAL

LAKI-LAKI PEREM PUAN

NHT nij 14 18 32 ∑xij 864 1360 2224 61,71 75,56 69,50 ∑x2 ij 54848 105408 160256 SD 10,84 12,49 13,55 Nmax 76 96 96 Nmin 44 48 44 TGT nij 14 18 32 ∑xij 1017 1296 2313 72,64 72,00 72,28 ∑x2 ij 74673 95456 170129 SD 7,82 11,23 9,74 Nmax 84 92 92 Nmin 52 52 52 DL nij 14 18 32 ∑xij 800 1292 2092

(10)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika 57,14 71,778 65,38 ∑x2 ij 47872 95504 143376 SD 12,88 12,76 14,60 Nmax 88 96 96 Nmin 40 52 40 TOTAL nij 42 54 96 ∑xij 2520 3952 6472 60 73,185 67,417 ∑x2 ij 157920 297152 455072 SD 12,35 12,07 12,98 Nmax 88 96 96 Nmin 40 48 40 Uji Kesimbangan

Sebelum eksperimen dilaksanakan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji keseimbangan rata-ratanya. Diharapkan hasil yang diperoleh berasal dari perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok bukan karena pengaruh lainnya. Teknik yang digunakan adalah mengunakan uji t dengan taraf signifikansi 0,05.

Tabel 2. Rangkuman Hasil uji Keseimbangan

Variabel thitung ttabel Kesimpulan

Kontrol – Eksperi men 1 -1,3835 1,960 Seimbang

Kontrol – Eksperimen 2 0,1653 1,960 Seimbang

Eksperimen 1 – Eksperimen 2

1,7705 1,960 Seimbang

Tabel di atas menunjukkan hasil uji keseimbangan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu bahwa thitung < ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa

ketiga kelas memiliki kemampuan yang seimbang.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Lilliefors dengan taraf signifikansi 0,05.

Tabel 3.Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Penelitian

Vari abel N Lmaks L tabel KESIM PULAN

Total 96 0,0834 0,0904 Normal

NHT 32 0,0913 0,1566 Normal

TGT 32 0,1523 0,1566 Normal

DL 32 0,1077 0,1566 Normal

Laki- Laki 42 0,0934 0,1367 Normal

Perem puan

(11)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Lhitung < Ltabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa sebaran data dalam distribusi normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians antara dua kelompok yang dibandingkan. Dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 0,05.

Tabel 4. Rangkuman Hasil uji Homogenitas Variabel x2hitung x2tabel Kesim pulan

Model 5,193 5,991 Homogen

Jenis Kelamin

0,024 3,841 Homogen

Berdasarkan analisis uji Bartlett diperoleh nilai χ2 hitung < χ2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa variansi data penelitian homogen.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis mengunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Tujuan analisis veriansi dua jalan ini adalah untuk menguji signifikansi interaksi kedua variabel bebas terhadap veriabel terikat yaitu dengan melihat perbedaan efek baris, efek kolom, dan efek interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat.

Tabel 5. Hasil Uji Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber Jk Dk Rk Fobs Ftabel Keputusan

Model Pembelajaran (A) 974,55 2 487,277 3,641 3,07 Ditolak

Jenis Kelamin (B) 2033,573 1 2033,573 15,197 3,92 Ditolak

Interaksi (AB) 1165,055 2 582,527 4,353 3,07 Ditolak

Galat 12043,341 90 133,815

Total 16216,523 95

Berdasarkan tabel di atas dengan taraf signifikan 0,05 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Efek utama A menghasilkan FA= 3,641, Ftabel = 3,07 diperoleh FA > Ftabel. Sehingga

keputusan uji H0A ditolak dan H1A diterima yang artinya terdapat perbedaan pengaruh

(12)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Dengan kata lain bahwa kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bentuk aljabar. 2. Efek utama B menghasilkan FB= 15,197 dan Ftabel=3,92, diperoleh FB > Ftabel .

Keputusan uji H0B ditolak dan H1B diterima, artinya terdapat perbedaan pengaruh

yang signifikan antara jenis kelamin siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar.

3. Interaksi AB menghasilkan FAB = 4,353, Ftabel=3,07, diperoleh FAB > Ftabel . Keputusan

uji H0AB ditolak dan H1AB diterima, artinya terdapat interaksi pengaruh yang signifikan

antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar. Karena keputusan uji H0A, H0B, maupun

H0AB ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava. Bentuk interaksinya disajikan

dalam tabel berikut ini:

Tabel 6. Rangkuman hasil Uji Lanjut Pasca ANAVA

H0 Fhitung F0,05;2;90 Kep. Uji

j. 1,62 6,14 Diterima

j 2,08 6,14 Diterima

 7,39 6,14 Ditolak

H0 Fhitung F0,05;1;90 Kep. Uji

j 15,20 3,97 Ditolak

H0 Fhitung F0,05;6;90 Kep Uji

 11,275 13,5 Diterima

 0,024 13,5 Diterima

 12,605 13,5 Diterima

H0 Fhitung F0,05;6;90 Kep. Uji

 6,248 13,5 Diterima  1,093 13,5 Diterima  12,568 13,5 Diterima  0,850 13,5 Diterima  1,229 13,5 Diterima  0,003 13,5 Diterima

Dari tabel rangkuman hasil uji lanjut pasca anava tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

(13)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

1. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang

menggunakan model TGT.

2. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL

3. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL

4. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan

5. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa

perempuan yang menggunakan model NHT.

6. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa

perempuan yang menggunakan model TGT.

7. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model DL dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL

8. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model TGT.

9. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL.

10. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL

11. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada

siswa perempuan yang menggunakan model TGT.

12. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL.

13. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL

PEMBAHASAN

Pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Perbedaan Pengaruh antara Model Pembelajaran Tipe NHT, TGT, dan Directive Learning (DL) terhadap Prestasi Belajar

(14)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Model Pembelajaran (A) dengan taraf siginifikansi 5% menghasilkan Fobs sebesar 3,641 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 3,07. Dengan demikian H0A ditolak dan

H1A diterima yang artinya terdapat pengaruh antara model NHT dan TGT terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dari analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan model TGT sebesar 72,28 lebih tinggi bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang mengunakan model NHT yaitu sebesar 69,50.

Setelah dilakukan uji lanjut pasca anava pada komparasi antar baris diperoleh hasil keputusan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model TGT. Artinya model pembelajaran baik NHT maupun TGT tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika.

Demikian juga tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL. Artinya model pembelajaran baik TGT maupun DL tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika.

Sementara antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT

dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL terdapat perbedaan rerata yang signifikan. Model pembelajaran NHT lebih memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dibandingkan model DL.

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar

Jenis kelamin (B) dengan taraf siginifikansi 5% menghasilkan Fobs sebesar 15,197 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 3,92. Dengan demikian H0B ditolak dan H1B

diterima, itu artinya terdapat pengaruh antara siswa laki-laki dan perempuan terhadap prestasi belajar matematika. Dari analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa perempuan sebesar 73,11. Hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa laki-laki yaitu sebesar 63,83. Keadaan tersebut diperkuat oleh hasil setelah dilakukan uji lanjut pasca anava. Pada komparasi antar kolom diperoleh Fhitung 15,20 yang lebih besar dari F0,05;1;90 yaitu 3,97.

Dengan demikian hasil keputusan uji H0B ditolak dan H1B diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika siswa perempuan. Ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa perempuan lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa laki-laki.

Hal tersebut didukung oleh teori yang dikemukakan Michael Guriaan dalam Moch. Ag Masykur, Fatani, dan Abdul Halim (2008) bahwa pusat memori pada otak perempuan lebih besar ketimbang otak laki-laki, sehingga laki-laki lebih mudah lupa dan perempuan lebih bisa mengingat semuanya secara detail. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Nuyami (2014) dalam jurnalnya , antara lain disebutkan bahwa terdapat perbedaan self-efficacy siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan.

(15)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Interaksi Pengaruh antara Model Pembelajaran dan Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar

Interaksi antara Model pembelajaran dan jenis kelamin dengan taraf signifikansi 5%, menunjukkan FAB = 4,353, Ftabel=3,07, diperoleh FAB > Ftabel . Keputusan uji H0AB

ditolak dan H1AB diterima, artinya terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara

model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar matematika.

Setelah dilakukan uji lanjut pasca anava berdasarkan komparasi ganda antar sel pada baris yang sama diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model NHT.

Artinya model pembelajaran NHT tidak memberikan pengaruh positif, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

Demikian juga halnya tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model TGT. Artinya bahwa model pembelajaran TGT tidak memberikan pengaruh positif baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

Hal tersebut juga terjadi pada model pembelajaran DL yang hasilnya pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model DLdan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL. Artinya bahwa model pembelajaran DL tidak memberikan pengaruh positif, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

Uji lanjut pasca anava berdasarkan komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model TGT. (2) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL. (3) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL. Itu berarti bahwa model pembelajaran NHT, TGT, maupun DL tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa laki-laki.

Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa (1) tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model

NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model

TGT. (2) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL. (3) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL. Itu berarti bahwa model pembelajaran NHT, TGT, maupun DL tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa perempuan.

(16)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran NHT, TGT, dan DL terhadap prestasi belajar matematika, artinya kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika peserta didik klas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen tahun pelajaran 2015/2016, pada pokok bahasan bentuk aljabar. Dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran TGT lebih baik dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar. Dari analisis deskriptif menunjukkan prestasi belajar siswa perempuan lebih tinggi bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa laki-laki. Keadaan tersebut diperkuat oleh hasil setelah dilakukan uji lanjut pasca anava bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika siswa perempuan. Ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa perempuan lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa laki-laki.

3. Terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar. Bentuk interaksi antara model pembelajaran dengan jenis kelamin antara lain seperti berikut:

a. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan

b. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa

perempuan yang menggunakan model NHT.

c. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa

perempuan yang menggunakan model TGT.

d. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model DL dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL

e. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model TGT.

(17)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

f. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswalaki-laki yang menggunakan model DL.

g. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL

h. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada

siswa perempuan yang menggunakan model TGT.

i. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL.

j. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL

SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

Untuk guru :

Hendaknya guru SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen termotivasi untuk menerapkan model pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran mampu mengoptimalkan prestasi belajar matematika. Alternatif model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk

mengoptimalkan prestasi belajar matematika adalah TGT dan NHT. Metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif karena itu disarankan agar menerapkanya dalam pembelajaran matematika pada materi yang lain.

Dalam memilih model pembelajaran, hendaknya lebih memperhatikan karakteristik siswa dalam suatu kelas diantaranya adalah jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat terlibat aktif dalam mengkonstruksi pemahamannya terhadap suatu konsep yang sedang dipelajari. Selain itu disarankan agar dalam proses belajar mengajar matematika perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika

Untuk siswa :

Pembelajaran teman sebaya menjadi alternatif siswa untuk belajar lebih efektif. Disarankan agar siswa membiasakan diri melakukan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok untuk hasil prestasi yang lebih baik..

Untuk Sekolah :

Sekolah dalam peningkatan keprofesionalan hendaknya memfasilitasi para guru dengan cara mengadakan atau mengikutsertakan guru dalam diklat, dan atau pelatihan; Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru untuk menerapkan

(18)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

model-model pembelajaran yang berbeda; Memberikan motivasi kepada guru agar dapat menerapkan model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan minat, motivasi, kemandirian serta prestasi belajar siswa.

REFERENSI

Abdul Madjid. 2013. Strategi Pembelajaran”. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Jumanta Hamdayama. 2014. “Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter”. Bogor: Ghalia Indonesia

Moch Ag Masykur, Fathani, Abdul Halim. 2008. ”Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media Nuyami, M. S; Suastra I.W; Sadia, I.W. 2014, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think-Pair-Share Terhadap Self-Efficacy Siswa SMP Ditinjau Dari Gender”,

Jurnal vol.4, Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Slavin, Robert E. 2005. “Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice”. USA: A Simon & Schuster Company

(19)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

(20)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Pengaruh

Problem Based Learning

dan

Group Investigation

Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal

Siswa Kelas V SDN Sedabin Diponegoro

Ferawati L4, Budiyono5, Sri Yutmini6

akhwatvisioner89@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap prestasi belajar IPA, (2) perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, (3) interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kecer-dasan interpersonal siswa terhadap prestasi belajar IPA.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode yang diguna-kan adalah eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN dabin Diponegoro Ngringo Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2013/ 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sam-pling, sampel dalam penelitian ini adalah SDN 04 Ngringo sebagai kelompok eksperimen dan SDN 07 Ngringo sebagai kelompok kontrol.

Teknik pengumpulan data adalah tes prestasi belajar IPA dan angket kecerdasan interpersonal. Ujicoba instrumen tes meliputi validitas isi, ting-kat kesukaran, dan reliabilitas. Ujicoba intrumen angket meliputi validitas isi dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesetaraan. Uji hipotesis dengan uji anava dua jalan dengan sel tak sama. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan pengaruh an-tara pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation dalam

menghasilkan prestasi belajar IPA. Hasil penelitian menunjukkan Fa=15.68

dengan Ftabel=7.31, keputusan uji H0A ditolak. (2) tidak terdapat perbedaan

pe-ngaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan interpersonal rendah dalam menghasilkan prestasi

be-lajar IPA. Hasil penelitian menunjukkan Fb=0.59 dengan Ftabel=7.31,

keputusan uji H0B diterima. (3) tidak terdapat interaksi pengaruh antara model

pem-belajaran dan kecerdasan interpersonal siswa terhadap prestasi belajar

IPA. Hasil penelitian menunjukkan Fc=0.036 dengan Ftabel=7.31, keputusan uji

H0AB diterima.

Kata kunci: Problem Based Learning, Group Investigation, Prestasi belajar IPA, Kecerdasan interpersonal.

PENDAHULUAN

enelitian ini dilatarbelakangi oleh proses belajar sepanjang hayat. Dimana belajar merupakan proses yang terjadi pada diri setiap manusia sejak dia lahir sampai meninggal dunia. Konsep belajar sepanjang hayat menjadikan pe-serta didik harus dipersiapkan untuk menjadi pebelajar sepanjang hayat (life long learner). Menurut

4Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 5

Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

6Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

(21)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Anitah (2009: 70) dalam belajar tidak hanya peserta didik saja yang diharapkan dapat belajar sepanjang hayat tetapi gurupun dituntut hal yang demikian pula, agar ilmunya tidak tertinggal jauh dengan pe-serta didiknya.

Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap prestasi be-lajar IPA, (2) perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, (3) interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kecerdasan interpersonal siswa terhadap prestasi belajar IPA.

Azwar (1996: 164) menegaskan bahwasannya prestasi belajar atau keberhasilan belajar merupakan ha-sil belajar peserta didik yang dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator yang berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keber-hasilan, dan semacamnya. Prestasi belajar di sini dianggap sebagai keberha-silan belajar. Belajar sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau se-bagai hasil interaksi individu de-ngan lingkungannya. Azwar (1996: 164) menganggap karena sifat manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya dan pada lingkungan se-kitarnya maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa henti dalam kehidupan manusia. Dalam pan-dangan psikologi kognitif, proses belajar bahkan terjadi secara oto-matis tanpa memerlukan adanya motivasi.

Menurut Winkel (Purwanto, 2009: 45) hasil belajar merupakan perubahan yang mengkibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Keberhasilan bela-jar pada diri peserta didik atau prestasi belajar ini dapat dinilai dari perubahan yang terjadi baik dari segi pengetahuan yang di-bangunnya setelah proses belajar itu sendiri, se-bagai hasil perolehan peserta didik dalam belajar (kog-nitif), serta dapat dilihat dari sikap yang dibentuknya setelah proses belajar itu berlan-gsung (afektif), serta dari perubahan perilaku yang tercermin sebagai bentuk kemam-puan dan kecakapan diri peserta didik dalam penguatan ketrampilan baru yang dimilikinya (psikomotor).

Jika prestasi merupakan keber-hasilan belajar, maka dapat di-artikan bahwa hasil belajar dan prestasi belajar itu merupakan hal yang sama. Gagne (Purwanto, 2009: 42) menegaskan bahwa hasil belajar merupakan terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.

Prestasi belajar IPA merupakan penilaian guru terhadap keber-hasilan belajar peserta didiknya dalam memperoleh pengalaman belajar mengenai kospep ilmu pengetahuan alam atau sains yang diwujudkan dalam simbol, baik yang berupa huruf atau angka yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tersusun dalam kurikulum, penilaian ini bertujuan untuk mengoptimalkan ke-mampuan peserta didik untuk belajar tentang alam dan sekitarnya, kemudian mengak-tualisasikan pengetahuannya ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Azwar (1996: 164) keberhasilan dalam belajar di-pengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun faktor yang bersumber dari luar

(22)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

(eksternal) pada diri peserta didik. Hal ini perlu diperhatikan guru dalam mengop-timalkan proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran yang optimal diha-rapkan mampu menciptakan keber-hasilan belajar bagi peserta didik yang optimal pula.

Menurut Joyce (Sugiyanto: 2009) model pembelajaran meru-pakan perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran di-gunakan sebagai pedoman untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran baik buku-buku, film, komputer, maupun kurikulum dalam pencapaian tujuan pembe-lajaran.

Menurut Trianto (2007: 6) model pembelajaran bermakna lebih luas daripada strategi, metode ataupun prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang akan membedakan dengan straregi, model atapun prosedur pembe-lajaran. Model pembelajaran me-miliki ciri meliputi: (1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengem-bangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik itu belajar, (3) tingkah laku mengajar yang dipperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, serta (4) ling-kungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tecapai.

Menurut Trianto (2009: 6) model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus yang dapat membedakan antara strategi pembelajaran, me-tode pembelajaran, teknik pembe-lajaran, bahkan prosedur pembe-lajaran. Menurut Nieveen (Trianto: 2009), model pembelajaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi berbagai macam kriteria berikut, yaitu: (1) shahih (valid); yakni apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan apakah terdapat kon-sistensi internal, (2) praktis; yakni dipenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterima dan pada kenyataannya menunjukkan apa yang dikembangkan dapat diterapkan, (3) efektif; yakni berkaitan dengan ahli dan praktisi yang berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut dikatakan efektif dan secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Sugiyanto (2009: 152) Problem Based Learning atau PBL mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus utama PBL tidk banyak pada apa yang sedang dikerjakan peserta didik (perilaku peserta didik), namun lebih menekankan kepada apa yang dipikirkan oleh peserta didik (tingkat kognisi peserta didik) selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based

Learning ini.

Haris Mudjiman (2011: 59) berpendapat bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis. Siswa membentuk pengetahuan baru melalui langkah analisis terhadap pengetahuan-pengetahuan baru yang mereka kumpulkan. Siswa menganalisis sebuah masalah kemudian menkonstruksikannya menjadi pengalaman baru.

Karakteristik dari model pem-belajaran Problem Based Learning mempunyai tiga tingkatan: (1) prinsip teori belajar terpusat, dimana yang menjadi pusat perhatian dalam model pem-belajaran PBL adalah peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar mandiri, (2) spesifikasi model pembelajaran ini berbasis kepada peberian masalah, (3) praktik terpenting berpedoman pada model pembelajaran tradisional.

(23)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Segers, dkk (2003: 316) merumuskan mengenai The Seven-Jump Procedure in Problem Based Learning: (1) understand all terms, (2) define the problem, (3) analyse the problem (Brainstorm: activate prior knowledge, discuss), (4) synthesize (arrange ideas), (5) define learning objectives, (5) self-study, (6) report back.

Keuntungan pemanfaatan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Anitah (2009: 71) antara lain: (1) memandu peserta didik dalam belajar, (2) memadukan materi pembelajaran sehingga pemahaman peserta didik akan lebih komprehensif, (3) mem-berikan perspektif yang berbeda pada tingkat pengetahuan peserta didik, serta (4) mengajarkan ke-trampilan memecahkan masalah.

Menurut Sharan and Sharan (Slavin: 2005) merupakan sebuah model pembelajaran yang berawal dari perencanaan pengaturan kelas umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil meng-gunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta pe-rencanaan dan proyek kooperatif.

Menurut Trianto (2007:59) model pembelajaran Group Investigation membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 peserta didik yang heterogen, dimana pembagian peserta didik ini dibentuk berdasarkn pertimbangan keakraban persahabatan atau minat yang sama dengan topik tertentu. Kemudian peserta didik memilih topik untuk diselidiki dan melkukan penyelidikan yang mendlaam atas topik yang telah dipilih, lalu menyiapkan dan mempresentasikan laporannya ke-pada seluruh kelas.

Menurut Muhammad Yaumi (Brainbridge: 2010) kecerdasan dianggap sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwasannya kecer-dasan mencakup kemampuan ber-adaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini, kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide yang kompleks, kemampuan untuk berpikir pro-duktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat, belajar dari pengalaman dan bahkan kemam-puan untuk memahami hunugan.

Kecerdasan manusia dilihat dari tiga komponen (Muhammad Yaumi, 2012: 11) yakni: (1) kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan, (2) kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau tindakan, san (3) kemampuan untuk mengkritik pikiran dan tindakan sendiri. Gardner membagi kecer-dasan jamak itu menjadi delapan macam kecerdasan, yakni: (1) kecerdasan verbal-linguistik, (2) logis-matematis, (3) visual-spasial, (4) berirama-musik, (5) jasmaniyah-kinestetik, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalistik.

Menurut Muhammad Yaumi (2012: 144) kecerdasan interper-sonal sangat berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitar. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan dan kemampuan untuk mem-berikan impati dan respon. Biasanya orang yang memiliki kecerdasan inter-personal tinggi ini memiliki sikap sangat sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain.

Empat elemen penting menurut Muhammad Yaumi (Mork: 2011) dari kecerdasan interpersonal yang perlu digunakan dalam mem-bangun komunikasi, mencakup: (1)

(24)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

membaca isyarat sosial, (2) memberikan empati, (3) mengontrol emosi, serta (4) mengekspresikan emosi pada tempatnya.

Adapun hipotesis dalam pe-nelitian ini adalah: (1) terdapat perbedaan pengaruh yang signi-fikan antara model pembelajaran Problem Based Learning dan Group

Investigation terhadap prestasi belajar IPA, (2) terdapat perbedaan pengaruh yang

signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, (3) terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara model pem-belajaran Problem Based Learningdan Group Investigation dan kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, menurut Sugiyanto (2013: 107), penelitian eskperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalamkondisi yang dikendalikan.

Penelitian ini berlokasi di sekolah dasar negeri sedabin Diponegoro Ngringo Jaten Ka-ranganyar pada tahun pelajaran 2013/ 2014. Dengan waktu penelitian sejak bulan November 2013 s.d. Juli 2014. Adapun rancangan penelitian adalah dengan desain faktorial 2x2, dimana penelitian ini membandingakn dua model pembelajaran yakni model pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation, dan dua kecerdasan interpersonal yakni kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan interpersonal rendah.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri sedabin Diponegoro tahun pelajaran 2013/ 2014. Selanjutnya teknik pengambilan sampel adalah dengan cluster random sampling, dimana sampel kelompok eksperimen adalah SDN 04 Ngringo dan kelompok kontrolnya adalah SDN 07 Ngringo.

Sumber data dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA siswa pada semester sebelumnya yang digunakan sebagai data awal dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah dengan metode tes dan metode angket. Instrumen penelitiannya terdiri dari: (1) instrumen tes prestasi belajar IPA, dan (2) instrumen angket kecerdasan interpersonal.

Teknik analisis datanya dengan anava dua jalan dengan sel tak sama. Adapun uji prasyarat analisisnya terdiri dari tiga hal yakni uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesetaraan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil uji anava dua jalan adalah sebagai berikut:

Nilai Fa sebesar 15.68 dengan daerah kritis 7.31. Fa terletak pada daerah kritis

sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara

model pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap prestasi belajar IPA. Ditolaknya H0 mengindikasikan bahwa antara Problem Based Learning dan

(25)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Group Investigation memberikan efek yang tidak sama dalam efektifitas terhadap

prestasi belajar IPA. Dengan melihat rerata prestasi belajar IPA antara kedua model ini diketahui bahwa rerata model pembelajaran Problem Based Learning sebesar 84.36 dan rerata model pembelajaran Group Investigation sebesar 67.81, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan model pem-belajaran Group Investigation dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.

Nilai Fb sebesar 0.59 dengan daerah kritis 7.31. Fb tidak terletak pada daerah

kritis sehingga H0A diterima. Diterimanya H0A meng-indikasikan bahwa diantara

kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan interpersonal rendah memberikan efek yang tidak berbeda dalam menghasilkan pres-tasi belajar IPA. Hal ini berarti tidak ada pengaruh antara kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.

Nilai Fc sebesar 0.036 dengan daerah kritis 7.31. Fc tidak terletak pada daerah

kritis sehingga H0B diterima. Diterimanya H0B meng-indikasikan bahwa diantara model

pembelajaran baik model pem-belajaran Problem Based Learning maupun model pembelajaran Group Investigation dan kecerdasan interpersonal baik kecerdasan interpersonal tinggi maupun kecerdasan interpersonal rendah memberikan efek yang terhadap prestasi belajar IPA. Hal ini berarti tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kecerdasan interpersonal dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.

Karena tidak ada interaksi pengaruh antara model pem-belajaran dan kecerdasan inter-personal maka perbandingan antara model pembelajaran Problem

Based Learning dan Group Investigation untuk setiap kecerdasan interpersonal, baik

kecerdasan interpersonal tinggi maupun kecerdasan interpersonal rendah mengikuti perbandingan marginalnya. Dengan memper-hatikan rerata masing-masing sel dan rerata marginalnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based

Learning lebih efektif diban-dingkan model pembelajaran Group Investigation baik pada

kecerdasan interpersonal tinggi ataupun kecerdasan interpersonal rendah.

Pembahasan

Secara rinci pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis altrnatif tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini:

1. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap Prestasi Belajar IPA ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal

Berdasarkan kesimpulan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama mengatakan bahwa H0 ditolak, sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini

diterima. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan Group

Investigation terhadap prestasi belajar IPA pada peserta didik kelas V SDN Ngringo

sedabin Diponegoro Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.

Penelitian ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan model pembelajaran

(26)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

Group Investigation dengan mem-perhatikan reratanya, maka model pembelajaran

Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran

Group Investigation. Perhitungan rerata menun-jukkan bahwa rerata model

pembelajaran Problem Based Lear-ning sebesar 84.36 dan rerata model

pembelajaran Group Investigation sebesar 67.81. Sejalan dengan diterimanya hipotesa pertama ini menurut Sugiyanto (2009: 152) Problem Based Learning

mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus utama Problem

Based Learning tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan peserta didik (perilaku

peserta didik), namun lebih menekankan kepada apa yang dipikirkan oleh peserta didik (tingkat kognisi peserta didik) selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini sangat erat kaitannya dengan konsep belajar berdasarkan pandangan teori konstruktivisme, dimana belajar pada peserta didik adalah ketik mereka mampu membangun pengetahuan mereka sendiri di dalam benaknya. Dalam pembelajarannya, menurut Sugiyanto (2009: 152)

Problem Based Learning tidak banyak memfokuskan pada apa yang dikerjakan siswa

(perilaku mereka) tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakan. Model pembelajaran Problem Based Learning merangsang peserta didik untuk menganalisis masalah, memper-kirakan jawaban-jawabannya, men-cari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah (Haris Mudjiman, 2011: 59). Semua proses tersebut terjadi dalam ranah kognisi peserta didik. Peserta didik diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan kognitifnya untuk dapat me-nyelesaikan masalah yang diberikan guru. Siswa membentukpenge-tahuannya melalui sebuah masalah yang disuguhkan padanya.

Dalam pembelajaran Group Investigation menurut Nana Sudjana (2010: 50) model pembe-lajaran kooperatif Group Inves-tigation lebih menekankan pengem-bangan kemampuan me-mecah-kan permasalahan dalam sua-sana yang demokratis, dimana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada peserta didik, tetapi

diperoleh melaui proses pemecahan masalah. Model pembelajaranGroup

Investigation terdiri dari beberapa topik-topik kajian. Setiap kelompok yang akan

melaksanakan pembelajaran ini berhak memilih salah satu topik yang telah disediakan oleh guru. Kemudian setiap ketua tim membagi topik-topik menjadi tugas-tugas pribadi anggota ke-lompoknya dan melakukan kegi-atan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap anggota kelompok kemudian mempresen-tasikan penemuan me-reka di depan kelas. Model pem-belajaran ini sebenarnya lebih menarik perhatian peserta didik, di samping fokus kajian materi yang akan diselesaikan pada kegiatan in-vestigasi kelompok, mereka juga diberikan kesempatan lebih dalam pelaksanaan presentasi di depan kelas dalam suasana yang demokratis.

Kedua model pembelajaran ini sama-sama menerapkan metode peme-cahan masalah. Hanya saja yang membedakan diantara keduanya adalah jika Problem

Based Learning tidak membagi kajian materi yang perlu dipecahkan ke dalam unit-unit

tertentu, sedangkan Group Investigation membagi ke dalam topik-topik tertentu sesuai dengan kajian materinya. Dengan begitu pada model pembelajaran Problem Based

Learning lebih memberikan kesempatan yang lebih luas kepada peserta didik untuk

mengak-tualisasikan ranah kognitifnya. Tidak menutup kemungkinan, pada model pembelajaran Group Inves-tigation memiliki keunggulan dalam fokus terhadap kajian per-masalahan yang dikaji dengan kegiatan investigasi kelompoknya.

(27)

Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

2. Pengaruh Kecerdasan Inter-personal Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar IPA

Berdasarkan kesimpulan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama mengatakan bahwa H0A ditolak, sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak.

Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara kecerdasn interpersonal terhadap prestasi belajar IPA. Diterimanya H0A

mengindikasikan bahwa baik kecerdasan intrepersonal tinggi maupun rendah tidak memberikan efek yang sama dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.

Menurut Muhammad Yaumi (2012: 144) kecerdasan interpersonal sangat berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitar. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan dan kemampuan untuk memberikan impati dan respon. Biasanya orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi ini memiliki sikap sangat sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain. Empat elemen penting menurut Muhammad Yaumi (Mork: 2011) dari kecer-dasan interpersonal yang perlu digunakan dalam membangun komu-nikasi, mencakup: (1) mem-baca isyarat sosial, (2) memberikan empati, (3) mengontrol emosi, serta (4) mengekspresikan emosi pada tempatnya.

Berdasarkan definisi mengenai kecerdasan interpersonal di atas, pada pembelajaran IPA pada kelas eksperimen, peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah ternyata mampu meng-hasilkan prestasi belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi, baik pada model pembelajaran Problem Based Learning maupun model pembelajaran Group Investigation.

3. Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kecerdasan Interpersonal ter-hadap Prestasi Belajar IPA

Kesimpulan dari hipotesis yang ketiga adalah H0B diterima. Hal ini berarti tidak ada

interaksi pe-ngaruh antara model pembelajaran baik model pembelajaran Problem

Based Learning dan Group Inves-tigation maupun kecerdasan interpersonal baik

tinggi maupun rendah terhadap prestasi belajar IPA.

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran

Pro-blem Based Learning dan Group Investigation terh-adap prestasi belajar IPA

siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri sedabin Diponegoro Ngringo Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2013/ 2014.

2. Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan inter-personal rendah terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di Dabin Diponegoro Ngri-ngo Jaten Karanganyar ta-hun pelajaran 2013/2014.

3. Tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembe-lajaran

(28)

inter-Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika

personal, baik kecerdasan interpersonal tinggi maupun kecerdasan interpersonal rendah dalam menghasilkan prestasi belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di Dabin Diponegoro Ngringo Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2013/2014.

Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan diantaranya:

1. Bagi Guru

a. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pem-belajaran agar pembela-jaran berjalan secara optimal sehingga meng-hasilkan prestasi belajar yang baik.

b. Peran serta guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan sistem pe-nyelesaian masalah merupa-kan peran yang cukup membantu peserta didik, bukan peran utama. Dalam hal ini peran guru sebagai motivator dan evaluator.

2. Bagi Peserta Didik

a. Peserta didik sebaiknya mulai menumbuhkan ke-biasaan belajar mandiri, dimana kemandirian dalam belajar merupakan konsep awal munculnya model pembelajaran Problem Based Learning.

b. Diharapkan peserta didik memiliki kemampuan membangun komunikasi efektif dalam pembelajaran yang bersifat membutuhkan penyelesaiajn secara berkelompok.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah sebaiknya lebih memberikan dukungan ter-hadap kemajuan prestasi be-lajar peserta didik baik secara pemenuhan sarana dan prasarana.

b. Sekolah diharapkan kesem-patan lebih dalam mem-berikan kesempatan guru dalam mengikuti pelatihan-pelatihan model pembela-jaran yang inovatif.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi para peneliti lain diharapkan dapat mengem-bangkan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sejenis de-ngan materi pelajaran yang lain pula sehingga dapat dilak-sanakan secara luas.

REFERENSI

Agus Suprijono. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alex, dkk. 2006. Concept Maping in Problem Based Learning: a Cautionary Tale. Jurnal Centre for Science Education. Vol. 7 (2). Halaman 84-95.

Amstrong, Thomas. 2009. MultipleIntelligencesIn TheClassroom. USA: ASCD. Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Arends I. Richard. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2013. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 1.Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika
Tabel 3.Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Tabel 4. Rangkuman Hasil uji Homogenitas
Tabel 6. Rangkuman hasil Uji Lanjut Pasca ANAVA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Belum terdapat penelitian yang meneliti tentang ulkus DM sebagai faktor risiko timbulnya ISK oleh MDRO, namun terdapat penelitian yang menyatakan bahwa kolonisasi MDRO

Menyatakan bahwa Karya Seni Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun dan juga

menggunakan model konvensional penulis menggunakan pembelajaran biasa saat ini ternyata hasilnya kurang memuaskan, karena kekeliruan dalam memandang proses

Sejalan dengan hal tersebut, uji-t menunjukkan hasil uji beda sebesar 14,20 lebih besar dari ttabel 2,092, sehingga dapat disimpulkan penerapan media video berpengaruh

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin

Gurita merupakan salah satu hasil perikanan yang mudah rusak maka dalam penangana awal dan pengolahan bahan baku harus mendapatkan perhatian serius, sampai selesainya

Dapat mengalami penggumpalan (koagulasi) contohnya: pembentukan delta muara sungai, Lumpur koloid pada sungai, karet dalam lateks asap atau debu dari pabrik ditarik listrik

Sutrisno (2012) juga menyatakan bahwa antara QCC dan jumlah kerusakan memiliki hubungan negatif, yaitu QCC akan meningkat apabila jumlah produk rusak menurun begitu