Volume 15 No. 02 September 2016 ISSN 1693-9107
Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan
Diterbitkan Oleh:
Program Studi Magister Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana
Volume 15 No. 02 September 2016 ISSN 1693-9107
Jurnal Penelitian teknologi Pendidikan
Teknodika sebagai media komunikasi guna melaporkan hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan yang
diterbitkan secara berkala setiap semester.
dikelola:
Penanggungjawab
: Dekan FKIP UNS
Pemimpin Umum
: Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
Penyunting Ahli
: Prof. Dr. H. Soetarno, M.Pd (UNS)
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd (UNS)
Prof. Dr. Yusuf Hadi Miarso, M.Sc (UNJ)
Prof. Dr. I Nyoman Degeng, M.Pd (UNM)
Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd (UNY)
Penyunting Pelaksana : Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd (Ketua)
Dr. Suharno, M.Pd (Sekretaris)
Dr. Sujarwo, M.Pd (Anggota)
Suwardi, M.Pd (Anggota)
Endang Retno Wulan, M.Pd (Anggota)
Alamat Sekretariat
: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 a Kentingan Surakarta 57126
Telp. (0271) 626994 Psw. 377, Fax. (0271) 646655, HP. 085647096663
Tulisan yang dimuat di
belum tentu merupakan cerminan sikap dan atau pendapat
penyuntingg pelaksana, penyunting, dan penyunting ahli. Tanggungjawab terhadap isi dan atau akibat
dari tulisan tetap terletak pada penulis
Daftar Isi
Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dan Team Games Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Jenis Kelamin
Oleh: Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, Sunardi, Sri Haryati………. 1
Pengaruh Problem Based Learning dan Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas V SDN
Sedabin Diponegoro
Oleh: Ferawati L, Budiyono, Sri Yutmini……….. 15
Pengaruh Media Pembelajaran Internet dan Media Konvensional terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa di SMK Pengudhi Luhur Karangrayung Grobogan
Oleh: Joko Susilo, Samsi Haryanto, Gunarhadi……… 27
Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Sains, Technology, Environment, and Society (Stes) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Islam 1 Surakarta
Oleh: Khotim Nurma Indah, Soetarno Joyoatmojo. Suharno……….. 35
Perbedaaan Pengaruh Pembelajaran Mata Pelajaran Kimia Model Problem Based Learning (PBL) Dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMA Negeri di Grobogan
Oleh: Ria Rahmawati, Leo Agung S, Nunuk Suryani………. 49
Pencapaian Hasil Belajar Biologi dengan Model Problem Based Learning (PBL) dan Model Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Minat Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Grobogan
Oleh: Ririk Niangkasawati, Mulyoto, Deny Tri Ardianto……… 59
Pencapaian Hasil Belajar Biologi Dengan Problem Based Learning (PBL) dan Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Minat Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Grobogan
Oleh: Sigit Wirawan, Samsi Haryanto, Suharno……… 67
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Program Unggulan Colomadu
Karanganyar
Oleh: Tri Astuti, Nunuk Suryani, Sunardi………. 79
Pengaruh Penggunaan Media Berbasis Information Tecnologi pada Pembelajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemandirian Belajar
Oleh: Endang Lestari, Sunardi, Nunuk Suryani……….. 91
Pengembangan Alat Permainan Edukatif Kartu Giling Huruf untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini 4-6 Tahun
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe
Number Head Together
(NHT) dan
Team Games Tournament
(TGT)
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Jenis Kelamin
Christiana Sri Wahyuni Kustiasih1, Sunardi2, Sri Haryati3
annachris91@yahoo.co.id
Abstract: The purpose of this research is to find out (1) the difference of effect between the NHT, TGT, and Directive learning (DL) models on the mathematics learning achievement. (2) the difference of learning achievement on mathematics between boys and. (3) the interaction of effect between learning model and gender on mathematics learning achievement.
This kind of research is a quantitative one which uses an experimental
factorial design. The population of this research are all the 7th grade - 1st
smester students of SMP 1 Sidoharjo, Sragen on The Academic Year Of 2015/2016. The sample is determined by taking 3 clsasses at random. The sampling technique uses the Cluster Random Sampling. The experimental group was treated by the NHT and TGT learning models. While the control group was subjected to the directive learning. For the teaching material is used the Algebraic design. The hypothesis testing uses the factorial design 3x2 with Two-Ways Analysis of Variance (Two Ways Anava) technique with different cells. Before, the trial test was conducted. Forth, for the balance testing was used the t-testing. For the reliability testing of the research instrument with internal consistency was used the Kuder Richardson (KR-20) formula, normality test used the lilliefors method, and the homogenity test used the Bartlet method.
The result of the data analysis with significance level of 0.05 obtained: (1) FA = 3.641 and Ftable = 3.07, it mean FA > Ftable. The conclusion of HOA test was rejected and H1A was accepted, which means that there is a significant difference between the learning models to the mathematics achievement. (2) FB = 15.197 and Ftable = 3.92, it obtained FB > Ftable. HOB test was rejected and H1B was accepted. It means that there is a significant difference between boys and girls to the mathematics achievement. (3) FAB = 4.353, Ftable =
3.07, obtained FAB > Ftable. HOAB was rejected and H1AB was accepted, it
means that there is a significant interaction of effect between gender and learning models to the mathematics achievement at the subject of Algebraic design.
Keywords: Cooperative Learning Model, Numbered Head Together (NHT), Team Games Tournament (TGT), Gender, Mathematics Learning Achievement.
1 Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2
Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta 3 Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
PENDAHULUAN
engajaran matematika di sekolah merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas manusia dalam hal penguasaan berpikir secara logika. Belajar matematika mengantar manusia ke dalam pemikiran yang jelas, tepat dan teliti. Oleh karena itu, penguasaan matematika secara tuntas oleh peserta didik sangat diperlukan. Namun kenyataan bahwa prestasi belajar matematika masih lebih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran yang lain.
Faktor penyebab rendahnya hasil ulangan matematika salah satunya adalah pembelajaran yang kurang bervariasi. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga peserta didik menjadi mudah bosan dan kurang aktif dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini terutama karena kurangnya pemahaman tentang berbagai model pembelajaran. Untuk itu perlu diupayakan agar prestasi belajar matematika meningkat, baik bagi peserta didik laki-laki maupun perempuan.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut, adalah dengan penerapan model pembelajaran yang bervariasi, Model pembelajaran kooperatif tipe Number Head
Together (NHT) dan Team Games Tournament (TGT) dapat menjadi alternatif dalam
mengurangi kejenuhan belajar matematika. Persamaan antara NHT dan TGT bahwa kedua model tersebut merupakan model pembelajaran kooperatif yang salah satu cirinya adalah bekerja dalam kelompok (Teamwork).
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran
NHT, TGT dan DL terhadap prestasi belajar matematika peserta didik klas VII
semester I SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen.
2. Untuk mengetahui apakah teradapat perbedaan prestasi belajar matematika antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan peserta didik klas VII semester I SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar peserta didik klas VII semester I SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen.
KAJIAN TEORI
NHT atau model Penomoran Berpikir Bersama, menurut Jumanta Hamdayama (2014:175), “merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber struktur klas tradisional”, di mana peserta didik dikelompokkan dengan diberi nomor. Teknik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Adapun ciri-ciri model pembelajaran tipe NHT menurut Abdul Madjid (2013:192) antara lain : a) Penomoran, b) Pengajuan pertanyaan, c) Berpikir bersama, dan d) Pemberian jawaban.
Kelebihan dari model pembelajaran tipe NHT menurut Jumanta Hamdayama (2014:177) antara lain: a) melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, b) melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, c) memupuk rasa
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
kebersamaan, d) membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan. Kelemahan NHT adalah bahwa guru harus bisa memfasilitasi siswa karena siswa yang sudah terbiasa dengan cara DL akan sedikit kewalahan utamanya ketika ia harus berpikir untuk memberikan jawaban.
Model Pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) yang pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards ini menggabungkan suatu kelompok belajar dan kompetisi tim. Model ini dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas. TGT menurut Slavin (2005:6) menggunakan presentasi guru dan pembentukan kelompok. Turnamen diadakan di akhir kegiatan, di mana siswa berkelompok berkontribusi mengumpulkan nilai (point) bagi dirinya maupun bagi kelompok.
Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika peserta didik melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama. Proses pembelajaran yang berlangsung dengan keaktifan dari peserta didik ini melatih peserta didik untuk bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Kelemahan model TGT bagi guru adalah bahwa guru harus menyusun kelompok dengan kemampuan heterogen dari segi akademis dan harus menyediakan waktu lebih guna mempersiapkan turnamen. Sementara bagi peserta didik yang kurang terbiasa dengan pembelajaran tutor sebaya, meskipun berkemampuan akademis tinggi akan sulit memberikan penjelasan kepada temannya.
Prestasi belajar menurut Oemar Hamalik (2001:28) bahwa, “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar yaitu terjadinya tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Hasil yang diperoleh dari belajar matematika dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi. Moch Ag. Masykur, Fatani, dan Abdul Halim (2008: 56) mengemukakan bahwa, ”Evaluasi tidak hanya dilakukan untuk menilai hasil akhir dari proses belajarnya tetapi juga menilai bagaimana proses mendapatkan hasil tersebut, sehingga proses berpikir matematikanya dapat terlihat secara jelas dan obyektif”.
Jenis kelamin merupakan perbedaan berdasarkan struktur biologis. Laki-laki dan perempuan memiliki anatomi tubuh yang berbeda termasuk salah satunya adalah struktur otak.
Michael Guriaan dalam Moch. Ag Masykur, Fatani, dan Abdul Halim (2008:118) menjelaskan bahwa “Perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan terletak pada ukuran bagian-bagian otak, yaitu bagaimana bagian itu berhubungan dan bagaimana cara kerjanya. Perbedaan mendasar itu antara lain : 1) Perbedaan Spasial, 2) Perbedaan Verbal, 3) Perbedaan Bahan Kimia, dan 4) Memori”
Perbedaan tersebut tentu mempengaruhi pola tingkah laku, tingkat kecerdasan, perkembangan fisik maupun psikis, serta cara berpikir. Kelompok laki-laki akan cenderung menggunakan kemampuan spasial sementara perempuan akan cenderung menggunakan kemampuan verbalnya untuk menyelesaikan masalah.
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Waktu penelitian pada semester ke 1(satu) tahun pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain faktorial eksperimental, dengan populasi semua siswa-siswi SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen klas VII semester ke 1(satu) tahun pelajaran 2015/2016 dan diambil tiga kelas sebagai sampel penelitian.
Teknik pengambilan sampel dengan Cluster random sampling. Teknik random sampling digunakan untuk memilih secara acak kelas yang akan dijadikan subyek penelitian. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan dokumenter. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar Matematika dan metode dokumenter digunakan untuk mengetahui keadaan awal populasi. Materi ajar mengambil pokok bahasan Bentuk Aljabar.
Langkah awal dilakukan uji coba tes. Teknik Uji keseimbangan menggunakan Uji-t
dengan mengambil data nilai Ulangan Tengah Semester (UTS). Melalui uji keseimbangan diketahui bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang sama/ seimbang. Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dengan Internal Consistency menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20), uji normalitas yang menggunakan metode lilliefors, dan uji homogenitas menggunakan metode bartlet.
Uji hipotesis menggunakan rancangan desain faktorial 3x2 dengan teknik Analisis Varians Dua Jalan (Two Ways Anava) dengan sel tak sama. Selanjutnya jika terdapat interaksi maka akan dilakukan uji pasca ANAVA dengan uji Scheffe.
HASIL PENELITIAN
Sebelum data diolah dengan menggunakan Anava Dua Jalan, data hasil penelitian disajikan pada tabel seperti di bawah ini :
Tabel 1.Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika
Model Pembel ajaran Jenis kelamin TOTAL
LAKI-LAKI PEREM PUAN
NHT nij 14 18 32 ∑xij 864 1360 2224 61,71 75,56 69,50 ∑x2 ij 54848 105408 160256 SD 10,84 12,49 13,55 Nmax 76 96 96 Nmin 44 48 44 TGT nij 14 18 32 ∑xij 1017 1296 2313 72,64 72,00 72,28 ∑x2 ij 74673 95456 170129 SD 7,82 11,23 9,74 Nmax 84 92 92 Nmin 52 52 52 DL nij 14 18 32 ∑xij 800 1292 2092
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika 57,14 71,778 65,38 ∑x2 ij 47872 95504 143376 SD 12,88 12,76 14,60 Nmax 88 96 96 Nmin 40 52 40 TOTAL nij 42 54 96 ∑xij 2520 3952 6472 60 73,185 67,417 ∑x2 ij 157920 297152 455072 SD 12,35 12,07 12,98 Nmax 88 96 96 Nmin 40 48 40 Uji Kesimbangan
Sebelum eksperimen dilaksanakan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji keseimbangan rata-ratanya. Diharapkan hasil yang diperoleh berasal dari perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok bukan karena pengaruh lainnya. Teknik yang digunakan adalah mengunakan uji t dengan taraf signifikansi 0,05.
Tabel 2. Rangkuman Hasil uji Keseimbangan
Variabel thitung ttabel Kesimpulan
Kontrol – Eksperi men 1 -1,3835 1,960 Seimbang
Kontrol – Eksperimen 2 0,1653 1,960 Seimbang
Eksperimen 1 – Eksperimen 2
1,7705 1,960 Seimbang
Tabel di atas menunjukkan hasil uji keseimbangan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu bahwa thitung < ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa
ketiga kelas memiliki kemampuan yang seimbang.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Lilliefors dengan taraf signifikansi 0,05.
Tabel 3.Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Vari abel N Lmaks L tabel KESIM PULAN
Total 96 0,0834 0,0904 Normal
NHT 32 0,0913 0,1566 Normal
TGT 32 0,1523 0,1566 Normal
DL 32 0,1077 0,1566 Normal
Laki- Laki 42 0,0934 0,1367 Normal
Perem puan
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Lhitung < Ltabel sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebaran data dalam distribusi normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians antara dua kelompok yang dibandingkan. Dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 0,05.
Tabel 4. Rangkuman Hasil uji Homogenitas Variabel x2hitung x2tabel Kesim pulan
Model 5,193 5,991 Homogen
Jenis Kelamin
0,024 3,841 Homogen
Berdasarkan analisis uji Bartlett diperoleh nilai χ2 hitung < χ2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa variansi data penelitian homogen.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis mengunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Tujuan analisis veriansi dua jalan ini adalah untuk menguji signifikansi interaksi kedua variabel bebas terhadap veriabel terikat yaitu dengan melihat perbedaan efek baris, efek kolom, dan efek interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat.
Tabel 5. Hasil Uji Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber Jk Dk Rk Fobs Ftabel Keputusan
Model Pembelajaran (A) 974,55 2 487,277 3,641 3,07 Ditolak
Jenis Kelamin (B) 2033,573 1 2033,573 15,197 3,92 Ditolak
Interaksi (AB) 1165,055 2 582,527 4,353 3,07 Ditolak
Galat 12043,341 90 133,815
Total 16216,523 95
Berdasarkan tabel di atas dengan taraf signifikan 0,05 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Efek utama A menghasilkan FA= 3,641, Ftabel = 3,07 diperoleh FA > Ftabel. Sehingga
keputusan uji H0A ditolak dan H1A diterima yang artinya terdapat perbedaan pengaruh
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Dengan kata lain bahwa kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bentuk aljabar. 2. Efek utama B menghasilkan FB= 15,197 dan Ftabel=3,92, diperoleh FB > Ftabel .
Keputusan uji H0B ditolak dan H1B diterima, artinya terdapat perbedaan pengaruh
yang signifikan antara jenis kelamin siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar.
3. Interaksi AB menghasilkan FAB = 4,353, Ftabel=3,07, diperoleh FAB > Ftabel . Keputusan
uji H0AB ditolak dan H1AB diterima, artinya terdapat interaksi pengaruh yang signifikan
antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar. Karena keputusan uji H0A, H0B, maupun
H0AB ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava. Bentuk interaksinya disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 6. Rangkuman hasil Uji Lanjut Pasca ANAVA
H0 Fhitung F0,05;2;90 Kep. Uji
j. 1,62 6,14 Diterima
j 2,08 6,14 Diterima
7,39 6,14 Ditolak
H0 Fhitung F0,05;1;90 Kep. Uji
j 15,20 3,97 Ditolak
H0 Fhitung F0,05;6;90 Kep Uji
11,275 13,5 Diterima
0,024 13,5 Diterima
12,605 13,5 Diterima
H0 Fhitung F0,05;6;90 Kep. Uji
6,248 13,5 Diterima 1,093 13,5 Diterima 12,568 13,5 Diterima 0,850 13,5 Diterima 1,229 13,5 Diterima 0,003 13,5 Diterima
Dari tabel rangkuman hasil uji lanjut pasca anava tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
1. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang
menggunakan model TGT.
2. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL
3. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL
4. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan
5. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa
perempuan yang menggunakan model NHT.
6. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa
perempuan yang menggunakan model TGT.
7. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model DL dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL
8. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model TGT.
9. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL.
10. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL
11. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada
siswa perempuan yang menggunakan model TGT.
12. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL.
13. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Perbedaan Pengaruh antara Model Pembelajaran Tipe NHT, TGT, dan Directive Learning (DL) terhadap Prestasi Belajar
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Model Pembelajaran (A) dengan taraf siginifikansi 5% menghasilkan Fobs sebesar 3,641 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 3,07. Dengan demikian H0A ditolak dan
H1A diterima yang artinya terdapat pengaruh antara model NHT dan TGT terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dari analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan model TGT sebesar 72,28 lebih tinggi bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang mengunakan model NHT yaitu sebesar 69,50.
Setelah dilakukan uji lanjut pasca anava pada komparasi antar baris diperoleh hasil keputusan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model TGT. Artinya model pembelajaran baik NHT maupun TGT tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Demikian juga tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL. Artinya model pembelajaran baik TGT maupun DL tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Sementara antara prestasi belajar matematika pada siswa dengan model NHT
dan prestasi belajar matematika pada siswa yang menggunakan model DL terdapat perbedaan rerata yang signifikan. Model pembelajaran NHT lebih memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dibandingkan model DL.
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar
Jenis kelamin (B) dengan taraf siginifikansi 5% menghasilkan Fobs sebesar 15,197 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 3,92. Dengan demikian H0B ditolak dan H1B
diterima, itu artinya terdapat pengaruh antara siswa laki-laki dan perempuan terhadap prestasi belajar matematika. Dari analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa perempuan sebesar 73,11. Hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa laki-laki yaitu sebesar 63,83. Keadaan tersebut diperkuat oleh hasil setelah dilakukan uji lanjut pasca anava. Pada komparasi antar kolom diperoleh Fhitung 15,20 yang lebih besar dari F0,05;1;90 yaitu 3,97.
Dengan demikian hasil keputusan uji H0B ditolak dan H1B diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika siswa perempuan. Ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa perempuan lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa laki-laki.
Hal tersebut didukung oleh teori yang dikemukakan Michael Guriaan dalam Moch. Ag Masykur, Fatani, dan Abdul Halim (2008) bahwa pusat memori pada otak perempuan lebih besar ketimbang otak laki-laki, sehingga laki-laki lebih mudah lupa dan perempuan lebih bisa mengingat semuanya secara detail. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Nuyami (2014) dalam jurnalnya , antara lain disebutkan bahwa terdapat perbedaan self-efficacy siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan.
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Interaksi Pengaruh antara Model Pembelajaran dan Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar
Interaksi antara Model pembelajaran dan jenis kelamin dengan taraf signifikansi 5%, menunjukkan FAB = 4,353, Ftabel=3,07, diperoleh FAB > Ftabel . Keputusan uji H0AB
ditolak dan H1AB diterima, artinya terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara
model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar matematika.
Setelah dilakukan uji lanjut pasca anava berdasarkan komparasi ganda antar sel pada baris yang sama diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model NHT.
Artinya model pembelajaran NHT tidak memberikan pengaruh positif, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
Demikian juga halnya tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model TGT. Artinya bahwa model pembelajaran TGT tidak memberikan pengaruh positif baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
Hal tersebut juga terjadi pada model pembelajaran DL yang hasilnya pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model DLdan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL. Artinya bahwa model pembelajaran DL tidak memberikan pengaruh positif, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
Uji lanjut pasca anava berdasarkan komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model TGT. (2) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL. (3) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL. Itu berarti bahwa model pembelajaran NHT, TGT, maupun DL tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa laki-laki.
Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa (1) tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model
NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model
TGT. (2) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL. (3) Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL. Itu berarti bahwa model pembelajaran NHT, TGT, maupun DL tidak mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa perempuan.
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran NHT, TGT, dan DL terhadap prestasi belajar matematika, artinya kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika peserta didik klas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen tahun pelajaran 2015/2016, pada pokok bahasan bentuk aljabar. Dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran TGT lebih baik dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar. Dari analisis deskriptif menunjukkan prestasi belajar siswa perempuan lebih tinggi bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa laki-laki. Keadaan tersebut diperkuat oleh hasil setelah dilakukan uji lanjut pasca anava bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika siswa perempuan. Ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa perempuan lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa laki-laki.
3. Terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Bentuk Aljabar. Bentuk interaksi antara model pembelajaran dengan jenis kelamin antara lain seperti berikut:
a. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan
b. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa
perempuan yang menggunakan model NHT.
c. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa
perempuan yang menggunakan model TGT.
d. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model DL dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL
e. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model TGT.
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
f. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswalaki-laki yang menggunakan model DL.
g. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa laki-laki yang menggunakan model DL
h. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada
siswa perempuan yang menggunakan model TGT.
i. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model TGT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL.
j. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada siswa perempuan dengan model NHT dan prestasi belajar matematika pada siswa perempuan yang menggunakan model DL
SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
Untuk guru :
Hendaknya guru SMP Negeri 1 Sidoharjo, Sragen termotivasi untuk menerapkan model pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran mampu mengoptimalkan prestasi belajar matematika. Alternatif model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk
mengoptimalkan prestasi belajar matematika adalah TGT dan NHT. Metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif karena itu disarankan agar menerapkanya dalam pembelajaran matematika pada materi yang lain.
Dalam memilih model pembelajaran, hendaknya lebih memperhatikan karakteristik siswa dalam suatu kelas diantaranya adalah jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat terlibat aktif dalam mengkonstruksi pemahamannya terhadap suatu konsep yang sedang dipelajari. Selain itu disarankan agar dalam proses belajar mengajar matematika perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
Untuk siswa :
Pembelajaran teman sebaya menjadi alternatif siswa untuk belajar lebih efektif. Disarankan agar siswa membiasakan diri melakukan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok untuk hasil prestasi yang lebih baik..
Untuk Sekolah :
Sekolah dalam peningkatan keprofesionalan hendaknya memfasilitasi para guru dengan cara mengadakan atau mengikutsertakan guru dalam diklat, dan atau pelatihan; Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru untuk menerapkan
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
model-model pembelajaran yang berbeda; Memberikan motivasi kepada guru agar dapat menerapkan model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan minat, motivasi, kemandirian serta prestasi belajar siswa.
REFERENSI
Abdul Madjid. 2013. Strategi Pembelajaran”. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Jumanta Hamdayama. 2014. “Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter”. Bogor: Ghalia Indonesia
Moch Ag Masykur, Fathani, Abdul Halim. 2008. ”Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar”. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media Nuyami, M. S; Suastra I.W; Sadia, I.W. 2014, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share Terhadap Self-Efficacy Siswa SMP Ditinjau Dari Gender”,
Jurnal vol.4, Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Slavin, Robert E. 2005. “Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice”. USA: A Simon & Schuster Company
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Pengaruh
Problem Based Learning
dan
Group Investigation
Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal
Siswa Kelas V SDN Sedabin Diponegoro
Ferawati L4, Budiyono5, Sri Yutmini6
akhwatvisioner89@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap prestasi belajar IPA, (2) perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, (3) interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kecer-dasan interpersonal siswa terhadap prestasi belajar IPA.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode yang diguna-kan adalah eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN dabin Diponegoro Ngringo Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2013/ 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sam-pling, sampel dalam penelitian ini adalah SDN 04 Ngringo sebagai kelompok eksperimen dan SDN 07 Ngringo sebagai kelompok kontrol.
Teknik pengumpulan data adalah tes prestasi belajar IPA dan angket kecerdasan interpersonal. Ujicoba instrumen tes meliputi validitas isi, ting-kat kesukaran, dan reliabilitas. Ujicoba intrumen angket meliputi validitas isi dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesetaraan. Uji hipotesis dengan uji anava dua jalan dengan sel tak sama. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan pengaruh an-tara pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation dalam
menghasilkan prestasi belajar IPA. Hasil penelitian menunjukkan Fa=15.68
dengan Ftabel=7.31, keputusan uji H0A ditolak. (2) tidak terdapat perbedaan
pe-ngaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan interpersonal rendah dalam menghasilkan prestasi
be-lajar IPA. Hasil penelitian menunjukkan Fb=0.59 dengan Ftabel=7.31,
keputusan uji H0B diterima. (3) tidak terdapat interaksi pengaruh antara model
pem-belajaran dan kecerdasan interpersonal siswa terhadap prestasi belajar
IPA. Hasil penelitian menunjukkan Fc=0.036 dengan Ftabel=7.31, keputusan uji
H0AB diterima.
Kata kunci: Problem Based Learning, Group Investigation, Prestasi belajar IPA, Kecerdasan interpersonal.
PENDAHULUAN
enelitian ini dilatarbelakangi oleh proses belajar sepanjang hayat. Dimana belajar merupakan proses yang terjadi pada diri setiap manusia sejak dia lahir sampai meninggal dunia. Konsep belajar sepanjang hayat menjadikan pe-serta didik harus dipersiapkan untuk menjadi pebelajar sepanjang hayat (life long learner). Menurut
4Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 5
Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta
6Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Anitah (2009: 70) dalam belajar tidak hanya peserta didik saja yang diharapkan dapat belajar sepanjang hayat tetapi gurupun dituntut hal yang demikian pula, agar ilmunya tidak tertinggal jauh dengan pe-serta didiknya.
Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap prestasi be-lajar IPA, (2) perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, (3) interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kecerdasan interpersonal siswa terhadap prestasi belajar IPA.
Azwar (1996: 164) menegaskan bahwasannya prestasi belajar atau keberhasilan belajar merupakan ha-sil belajar peserta didik yang dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator yang berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keber-hasilan, dan semacamnya. Prestasi belajar di sini dianggap sebagai keberha-silan belajar. Belajar sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau se-bagai hasil interaksi individu de-ngan lingkungannya. Azwar (1996: 164) menganggap karena sifat manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya dan pada lingkungan se-kitarnya maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa henti dalam kehidupan manusia. Dalam pan-dangan psikologi kognitif, proses belajar bahkan terjadi secara oto-matis tanpa memerlukan adanya motivasi.
Menurut Winkel (Purwanto, 2009: 45) hasil belajar merupakan perubahan yang mengkibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Keberhasilan bela-jar pada diri peserta didik atau prestasi belajar ini dapat dinilai dari perubahan yang terjadi baik dari segi pengetahuan yang di-bangunnya setelah proses belajar itu sendiri, se-bagai hasil perolehan peserta didik dalam belajar (kog-nitif), serta dapat dilihat dari sikap yang dibentuknya setelah proses belajar itu berlan-gsung (afektif), serta dari perubahan perilaku yang tercermin sebagai bentuk kemam-puan dan kecakapan diri peserta didik dalam penguatan ketrampilan baru yang dimilikinya (psikomotor).
Jika prestasi merupakan keber-hasilan belajar, maka dapat di-artikan bahwa hasil belajar dan prestasi belajar itu merupakan hal yang sama. Gagne (Purwanto, 2009: 42) menegaskan bahwa hasil belajar merupakan terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.
Prestasi belajar IPA merupakan penilaian guru terhadap keber-hasilan belajar peserta didiknya dalam memperoleh pengalaman belajar mengenai kospep ilmu pengetahuan alam atau sains yang diwujudkan dalam simbol, baik yang berupa huruf atau angka yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tersusun dalam kurikulum, penilaian ini bertujuan untuk mengoptimalkan ke-mampuan peserta didik untuk belajar tentang alam dan sekitarnya, kemudian mengak-tualisasikan pengetahuannya ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Azwar (1996: 164) keberhasilan dalam belajar di-pengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun faktor yang bersumber dari luar
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
(eksternal) pada diri peserta didik. Hal ini perlu diperhatikan guru dalam mengop-timalkan proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran yang optimal diha-rapkan mampu menciptakan keber-hasilan belajar bagi peserta didik yang optimal pula.
Menurut Joyce (Sugiyanto: 2009) model pembelajaran meru-pakan perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran di-gunakan sebagai pedoman untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran baik buku-buku, film, komputer, maupun kurikulum dalam pencapaian tujuan pembe-lajaran.
Menurut Trianto (2007: 6) model pembelajaran bermakna lebih luas daripada strategi, metode ataupun prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang akan membedakan dengan straregi, model atapun prosedur pembe-lajaran. Model pembelajaran me-miliki ciri meliputi: (1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengem-bangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik itu belajar, (3) tingkah laku mengajar yang dipperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, serta (4) ling-kungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tecapai.
Menurut Trianto (2009: 6) model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus yang dapat membedakan antara strategi pembelajaran, me-tode pembelajaran, teknik pembe-lajaran, bahkan prosedur pembe-lajaran. Menurut Nieveen (Trianto: 2009), model pembelajaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi berbagai macam kriteria berikut, yaitu: (1) shahih (valid); yakni apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan apakah terdapat kon-sistensi internal, (2) praktis; yakni dipenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterima dan pada kenyataannya menunjukkan apa yang dikembangkan dapat diterapkan, (3) efektif; yakni berkaitan dengan ahli dan praktisi yang berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut dikatakan efektif dan secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Sugiyanto (2009: 152) Problem Based Learning atau PBL mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus utama PBL tidk banyak pada apa yang sedang dikerjakan peserta didik (perilaku peserta didik), namun lebih menekankan kepada apa yang dipikirkan oleh peserta didik (tingkat kognisi peserta didik) selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
Learning ini.
Haris Mudjiman (2011: 59) berpendapat bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis. Siswa membentuk pengetahuan baru melalui langkah analisis terhadap pengetahuan-pengetahuan baru yang mereka kumpulkan. Siswa menganalisis sebuah masalah kemudian menkonstruksikannya menjadi pengalaman baru.
Karakteristik dari model pem-belajaran Problem Based Learning mempunyai tiga tingkatan: (1) prinsip teori belajar terpusat, dimana yang menjadi pusat perhatian dalam model pem-belajaran PBL adalah peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar mandiri, (2) spesifikasi model pembelajaran ini berbasis kepada peberian masalah, (3) praktik terpenting berpedoman pada model pembelajaran tradisional.
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Segers, dkk (2003: 316) merumuskan mengenai The Seven-Jump Procedure in Problem Based Learning: (1) understand all terms, (2) define the problem, (3) analyse the problem (Brainstorm: activate prior knowledge, discuss), (4) synthesize (arrange ideas), (5) define learning objectives, (5) self-study, (6) report back.
Keuntungan pemanfaatan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Anitah (2009: 71) antara lain: (1) memandu peserta didik dalam belajar, (2) memadukan materi pembelajaran sehingga pemahaman peserta didik akan lebih komprehensif, (3) mem-berikan perspektif yang berbeda pada tingkat pengetahuan peserta didik, serta (4) mengajarkan ke-trampilan memecahkan masalah.
Menurut Sharan and Sharan (Slavin: 2005) merupakan sebuah model pembelajaran yang berawal dari perencanaan pengaturan kelas umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil meng-gunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta pe-rencanaan dan proyek kooperatif.
Menurut Trianto (2007:59) model pembelajaran Group Investigation membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 peserta didik yang heterogen, dimana pembagian peserta didik ini dibentuk berdasarkn pertimbangan keakraban persahabatan atau minat yang sama dengan topik tertentu. Kemudian peserta didik memilih topik untuk diselidiki dan melkukan penyelidikan yang mendlaam atas topik yang telah dipilih, lalu menyiapkan dan mempresentasikan laporannya ke-pada seluruh kelas.
Menurut Muhammad Yaumi (Brainbridge: 2010) kecerdasan dianggap sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwasannya kecer-dasan mencakup kemampuan ber-adaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini, kemampuan untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide yang kompleks, kemampuan untuk berpikir pro-duktif, kemampuan untuk belajar dengan cepat, belajar dari pengalaman dan bahkan kemam-puan untuk memahami hunugan.
Kecerdasan manusia dilihat dari tiga komponen (Muhammad Yaumi, 2012: 11) yakni: (1) kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan, (2) kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau tindakan, san (3) kemampuan untuk mengkritik pikiran dan tindakan sendiri. Gardner membagi kecer-dasan jamak itu menjadi delapan macam kecerdasan, yakni: (1) kecerdasan verbal-linguistik, (2) logis-matematis, (3) visual-spasial, (4) berirama-musik, (5) jasmaniyah-kinestetik, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalistik.
Menurut Muhammad Yaumi (2012: 144) kecerdasan interper-sonal sangat berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitar. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan dan kemampuan untuk mem-berikan impati dan respon. Biasanya orang yang memiliki kecerdasan inter-personal tinggi ini memiliki sikap sangat sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain.
Empat elemen penting menurut Muhammad Yaumi (Mork: 2011) dari kecerdasan interpersonal yang perlu digunakan dalam mem-bangun komunikasi, mencakup: (1)
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
membaca isyarat sosial, (2) memberikan empati, (3) mengontrol emosi, serta (4) mengekspresikan emosi pada tempatnya.
Adapun hipotesis dalam pe-nelitian ini adalah: (1) terdapat perbedaan pengaruh yang signi-fikan antara model pembelajaran Problem Based Learning dan Group
Investigation terhadap prestasi belajar IPA, (2) terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, (3) terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara model pem-belajaran Problem Based Learningdan Group Investigation dan kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, menurut Sugiyanto (2013: 107), penelitian eskperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalamkondisi yang dikendalikan.
Penelitian ini berlokasi di sekolah dasar negeri sedabin Diponegoro Ngringo Jaten Ka-ranganyar pada tahun pelajaran 2013/ 2014. Dengan waktu penelitian sejak bulan November 2013 s.d. Juli 2014. Adapun rancangan penelitian adalah dengan desain faktorial 2x2, dimana penelitian ini membandingakn dua model pembelajaran yakni model pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation, dan dua kecerdasan interpersonal yakni kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan interpersonal rendah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri sedabin Diponegoro tahun pelajaran 2013/ 2014. Selanjutnya teknik pengambilan sampel adalah dengan cluster random sampling, dimana sampel kelompok eksperimen adalah SDN 04 Ngringo dan kelompok kontrolnya adalah SDN 07 Ngringo.
Sumber data dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA siswa pada semester sebelumnya yang digunakan sebagai data awal dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah dengan metode tes dan metode angket. Instrumen penelitiannya terdiri dari: (1) instrumen tes prestasi belajar IPA, dan (2) instrumen angket kecerdasan interpersonal.
Teknik analisis datanya dengan anava dua jalan dengan sel tak sama. Adapun uji prasyarat analisisnya terdiri dari tiga hal yakni uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesetaraan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hasil uji anava dua jalan adalah sebagai berikut:
Nilai Fa sebesar 15.68 dengan daerah kritis 7.31. Fa terletak pada daerah kritis
sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
model pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap prestasi belajar IPA. Ditolaknya H0 mengindikasikan bahwa antara Problem Based Learning dan
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Group Investigation memberikan efek yang tidak sama dalam efektifitas terhadap
prestasi belajar IPA. Dengan melihat rerata prestasi belajar IPA antara kedua model ini diketahui bahwa rerata model pembelajaran Problem Based Learning sebesar 84.36 dan rerata model pembelajaran Group Investigation sebesar 67.81, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan model pem-belajaran Group Investigation dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.
Nilai Fb sebesar 0.59 dengan daerah kritis 7.31. Fb tidak terletak pada daerah
kritis sehingga H0A diterima. Diterimanya H0A meng-indikasikan bahwa diantara
kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan interpersonal rendah memberikan efek yang tidak berbeda dalam menghasilkan pres-tasi belajar IPA. Hal ini berarti tidak ada pengaruh antara kecerdasan interpersonal tinggi dan rendah dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.
Nilai Fc sebesar 0.036 dengan daerah kritis 7.31. Fc tidak terletak pada daerah
kritis sehingga H0B diterima. Diterimanya H0B meng-indikasikan bahwa diantara model
pembelajaran baik model pem-belajaran Problem Based Learning maupun model pembelajaran Group Investigation dan kecerdasan interpersonal baik kecerdasan interpersonal tinggi maupun kecerdasan interpersonal rendah memberikan efek yang terhadap prestasi belajar IPA. Hal ini berarti tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kecerdasan interpersonal dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.
Karena tidak ada interaksi pengaruh antara model pem-belajaran dan kecerdasan inter-personal maka perbandingan antara model pembelajaran Problem
Based Learning dan Group Investigation untuk setiap kecerdasan interpersonal, baik
kecerdasan interpersonal tinggi maupun kecerdasan interpersonal rendah mengikuti perbandingan marginalnya. Dengan memper-hatikan rerata masing-masing sel dan rerata marginalnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based
Learning lebih efektif diban-dingkan model pembelajaran Group Investigation baik pada
kecerdasan interpersonal tinggi ataupun kecerdasan interpersonal rendah.
Pembahasan
Secara rinci pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis altrnatif tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini:
1. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Group Investigation terhadap Prestasi Belajar IPA ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal
Berdasarkan kesimpulan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama mengatakan bahwa H0 ditolak, sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini
diterima. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan Group
Investigation terhadap prestasi belajar IPA pada peserta didik kelas V SDN Ngringo
sedabin Diponegoro Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
Penelitian ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan model pembelajaran
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
Group Investigation dengan mem-perhatikan reratanya, maka model pembelajaran
Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran
Group Investigation. Perhitungan rerata menun-jukkan bahwa rerata model
pembelajaran Problem Based Lear-ning sebesar 84.36 dan rerata model
pembelajaran Group Investigation sebesar 67.81. Sejalan dengan diterimanya hipotesa pertama ini menurut Sugiyanto (2009: 152) Problem Based Learning
mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus utama Problem
Based Learning tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan peserta didik (perilaku
peserta didik), namun lebih menekankan kepada apa yang dipikirkan oleh peserta didik (tingkat kognisi peserta didik) selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini sangat erat kaitannya dengan konsep belajar berdasarkan pandangan teori konstruktivisme, dimana belajar pada peserta didik adalah ketik mereka mampu membangun pengetahuan mereka sendiri di dalam benaknya. Dalam pembelajarannya, menurut Sugiyanto (2009: 152)
Problem Based Learning tidak banyak memfokuskan pada apa yang dikerjakan siswa
(perilaku mereka) tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakan. Model pembelajaran Problem Based Learning merangsang peserta didik untuk menganalisis masalah, memper-kirakan jawaban-jawabannya, men-cari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah (Haris Mudjiman, 2011: 59). Semua proses tersebut terjadi dalam ranah kognisi peserta didik. Peserta didik diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan kognitifnya untuk dapat me-nyelesaikan masalah yang diberikan guru. Siswa membentukpenge-tahuannya melalui sebuah masalah yang disuguhkan padanya.
Dalam pembelajaran Group Investigation menurut Nana Sudjana (2010: 50) model pembe-lajaran kooperatif Group Inves-tigation lebih menekankan pengem-bangan kemampuan me-mecah-kan permasalahan dalam sua-sana yang demokratis, dimana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada peserta didik, tetapi
diperoleh melaui proses pemecahan masalah. Model pembelajaranGroup
Investigation terdiri dari beberapa topik-topik kajian. Setiap kelompok yang akan
melaksanakan pembelajaran ini berhak memilih salah satu topik yang telah disediakan oleh guru. Kemudian setiap ketua tim membagi topik-topik menjadi tugas-tugas pribadi anggota ke-lompoknya dan melakukan kegi-atan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap anggota kelompok kemudian mempresen-tasikan penemuan me-reka di depan kelas. Model pem-belajaran ini sebenarnya lebih menarik perhatian peserta didik, di samping fokus kajian materi yang akan diselesaikan pada kegiatan in-vestigasi kelompok, mereka juga diberikan kesempatan lebih dalam pelaksanaan presentasi di depan kelas dalam suasana yang demokratis.
Kedua model pembelajaran ini sama-sama menerapkan metode peme-cahan masalah. Hanya saja yang membedakan diantara keduanya adalah jika Problem
Based Learning tidak membagi kajian materi yang perlu dipecahkan ke dalam unit-unit
tertentu, sedangkan Group Investigation membagi ke dalam topik-topik tertentu sesuai dengan kajian materinya. Dengan begitu pada model pembelajaran Problem Based
Learning lebih memberikan kesempatan yang lebih luas kepada peserta didik untuk
mengak-tualisasikan ranah kognitifnya. Tidak menutup kemungkinan, pada model pembelajaran Group Inves-tigation memiliki keunggulan dalam fokus terhadap kajian per-masalahan yang dikaji dengan kegiatan investigasi kelompoknya.
Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
2. Pengaruh Kecerdasan Inter-personal Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar IPA
Berdasarkan kesimpulan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama mengatakan bahwa H0A ditolak, sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak.
Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara kecerdasn interpersonal terhadap prestasi belajar IPA. Diterimanya H0A
mengindikasikan bahwa baik kecerdasan intrepersonal tinggi maupun rendah tidak memberikan efek yang sama dalam menghasilkan prestasi belajar IPA.
Menurut Muhammad Yaumi (2012: 144) kecerdasan interpersonal sangat berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitar. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan dan kemampuan untuk memberikan impati dan respon. Biasanya orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi ini memiliki sikap sangat sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain. Empat elemen penting menurut Muhammad Yaumi (Mork: 2011) dari kecer-dasan interpersonal yang perlu digunakan dalam membangun komu-nikasi, mencakup: (1) mem-baca isyarat sosial, (2) memberikan empati, (3) mengontrol emosi, serta (4) mengekspresikan emosi pada tempatnya.
Berdasarkan definisi mengenai kecerdasan interpersonal di atas, pada pembelajaran IPA pada kelas eksperimen, peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah ternyata mampu meng-hasilkan prestasi belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi, baik pada model pembelajaran Problem Based Learning maupun model pembelajaran Group Investigation.
3. Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kecerdasan Interpersonal ter-hadap Prestasi Belajar IPA
Kesimpulan dari hipotesis yang ketiga adalah H0B diterima. Hal ini berarti tidak ada
interaksi pe-ngaruh antara model pembelajaran baik model pembelajaran Problem
Based Learning dan Group Inves-tigation maupun kecerdasan interpersonal baik
tinggi maupun rendah terhadap prestasi belajar IPA.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran
Pro-blem Based Learning dan Group Investigation terh-adap prestasi belajar IPA
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri sedabin Diponegoro Ngringo Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2013/ 2014.
2. Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi dan kecerdasan inter-personal rendah terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di Dabin Diponegoro Ngri-ngo Jaten Karanganyar ta-hun pelajaran 2013/2014.
3. Tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembe-lajaran
inter-Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan http://jurnal.fkip.uns.ac.id/teknodika
personal, baik kecerdasan interpersonal tinggi maupun kecerdasan interpersonal rendah dalam menghasilkan prestasi belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di Dabin Diponegoro Ngringo Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2013/2014.
Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan diantaranya:
1. Bagi Guru
a. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pem-belajaran agar pembela-jaran berjalan secara optimal sehingga meng-hasilkan prestasi belajar yang baik.
b. Peran serta guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan sistem pe-nyelesaian masalah merupa-kan peran yang cukup membantu peserta didik, bukan peran utama. Dalam hal ini peran guru sebagai motivator dan evaluator.
2. Bagi Peserta Didik
a. Peserta didik sebaiknya mulai menumbuhkan ke-biasaan belajar mandiri, dimana kemandirian dalam belajar merupakan konsep awal munculnya model pembelajaran Problem Based Learning.
b. Diharapkan peserta didik memiliki kemampuan membangun komunikasi efektif dalam pembelajaran yang bersifat membutuhkan penyelesaiajn secara berkelompok.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah sebaiknya lebih memberikan dukungan ter-hadap kemajuan prestasi be-lajar peserta didik baik secara pemenuhan sarana dan prasarana.
b. Sekolah diharapkan kesem-patan lebih dalam mem-berikan kesempatan guru dalam mengikuti pelatihan-pelatihan model pembela-jaran yang inovatif.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi para peneliti lain diharapkan dapat mengem-bangkan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sejenis de-ngan materi pelajaran yang lain pula sehingga dapat dilak-sanakan secara luas.
REFERENSI
Agus Suprijono. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Alex, dkk. 2006. Concept Maping in Problem Based Learning: a Cautionary Tale. Jurnal Centre for Science Education. Vol. 7 (2). Halaman 84-95.
Amstrong, Thomas. 2009. MultipleIntelligencesIn TheClassroom. USA: ASCD. Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Arends I. Richard. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2013. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.