Oleh:
Jeffrey Mulyono
Ketua Umum APBI-ICMA
Gran Melia Jakarta, 22 Maret 2006
TINJAUAN KRITIS TERHADAP
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL
(KBN) - 2003
LINGKUP PAPARAN
LINGKUP PAPARAN
4.TINJAUAN KRITIS:
a. Substansi KBN b. Instrumen KBN c. Program KBN d. Kelemahan Hukum KBN e. Status Batubara f. Prakarsa 5.PENUTUP
1. PENDAHULUAN:
2. MAIN FEATURES KBN:
a. Mengapa kita perlu KBN? b. Tujuan c. Arahan KBN d. Format KBN
3. KEBIJAKAN BATUBARA:
3.1. Pilar-Pilar KBN a. Pengelolaan b. Pengusahaan c. Pemanfaatan d. Pengembangan 3.2. Instrumen Kebijakan 3.3. Program PelaksanaanPENDAHULUAN
(Pola Pikir Pembahasan)
◙
Sebelum melakukan “Tinjauan Atas KBN”, terlebih
dahulu kami akan memaparkan “KBN” seperti
apa yang tertulis/apa adanya (as is).
◙
Setelah itu kami baru melakukan analisis / kajian
dalam bentuk “Tinjauan Kritis Atas KBN”.
◙
Tinjauan kritis dilakukan sehubungan dengan
adanya berbagai perubahan dan paradigma baru
MENGAPA KITA BUTUH KBN
*)
1. Batubara sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa perlu
dimanfaatkan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
2. Batubara perlu dikelola secara optimum dengan
memperhatikan manfaatnya sebagai sumber energi
domestik, penghasil devisa, penggerak pembangunan
ekonomi di daerah, menjaga keseimbangan lingkungan
hidup, ekonomi, sosial, dan efek ganda lainnya.
3. Sejalan dengan berbagai perubahan paradigma baru
(demokratisasi, otonomi daerah, lingkungan dsb.),
pengelolaan batubara memerlukan kesamaan persepsi,
sinkronisasi, sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
1.
Memberikan kepastian hukum terhadap
pemangku kepentingan (stakeholders)
atas peran penting batubara dalam
energi nasional.
2. Pedoman bagi terciptanya koordinasi dan
keserasian dalam pengelolaan,
pengusahaan, pemanfaatan dan
pengembangan batubara.
“
“
ARAH
ARAH
”
”
KBN *)
KBN *)
1. KBN diarahkan kepada pengelolaan batubara melalui asas mengoptimumkan penyediaan dan pemanfaatan sehingga
dapat diperoleh keuntungan yang maksimum secara nasional. 2. KBN merupakan bagian terpadu dari Kebijakan Pertambangan
Umum dan Kebijakan Energi Nasional. Atas dasar itu, maka Kebijakan KBN mengacu kepada hulu (tambang) dan hilir (energi).
3. KBN ditata mengacu kepada UUD 1945. Dengan acuan itu, selain kebutuhan energi nasional terpenuhi, kesejahteraan rakyat juga terjamin.
4. KBN dijabarkan dalam peta program. Di dalamnya tergambar semua upaya yang harus dilakukan di sektor penambangan batubara dan pemanfaatannya dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diinginkan dalam kurun waktu 2003 – 2020.
“
“
FORMAT
FORMAT
”
”
KBN *)
KBN *)
Isi KBN
1. Pendahuluan:
◘ Latar Belakang
◘ Arti Strategis Batubara ◘ Tujuan KBN
2. Keadaan Saat Ini Dan Permasalahannya:
◘ Sumber Daya Batubara dan Cadangannya ◘ Penambangan dan Produksi Batubara
◘ Prasarana ◘ Investasi
◘ Otonomi Daerah
◘ Kebutuhan Dalam Negeri ◘ Ekspor
◘ Kinerja Industri Batubara (1990 – 2002) ◘ Permasalahan Utama
“
“
FORMAT
FORMAT
”
”
KBN (
KBN (
lanjutan
lanjutan
) *)
) *)
3. Sasaran Masa Depan:
◘ Sasaran ◘ Strategi ◘ Kebijakan
4. Instrumen Kebijakan:
◘ Legislasi dan Regulasi ◘ Kelembagaan
5. Program Pelaksanaan
◘ Program Strategis
◘ Tolok Ukur Keberhasilan
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
1. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Batubara
Tujuan: Mereposisikan batubara sebagai bahan galian strategis sehingga perlu dikelola dengan
memperhatikan manfaatnya sebagai energi nasional, komoditi ekspor dan sebagai penggerak ekonomi
(economy booster) , pengembangan masyarakat dan wilayah setempat.
Pelaksanaan/Prakarsa:
a. Perlu Peraturan Pemerintah (PP) yang menyatakan batubara sebagai komoditi strategis.
b. Ada 6(butir) prakarsa yang lain yaitu perlunya melakukan penataan atas Pembagian Kewenangan yang jelas antara Pemerintah Pusat dan Daerah, inventarisasi sumberdaya batubara, sarana / prasarana, pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, koordinasi dan komunikasi antara produser dan konsumer batubara (National Coal Board) dan pemberantasan PETI.
2. Kebijakan Pengusahaan
Tujuan: Meningkatkan iklim investasi yang kondusif dan pengawasan yang efektif dalam penambangan batubara
Pelaksanaan/Prakarsa:
a. Kepastian Usaha secara adil
b. Ada 11(sebelas) butir prakarsa yang lain, yaitu: Perlu terciptanya iklim investasi yang kondusif, good mining practice, intensifikasi cadangan batubara, insentif untuk Low Rank Coal, kontrak harus dihormati, DMO, produksi berkelanjutan, standardisasi batubara, mengendalikan
produksi dan mendorong pembangunan “blending plant”.
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
(
3. Kebijakan Pemanfaatan
Tujuan: Meningkatkan penggunaan dan peran batubara dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.
Pelaksanaan/Prakarsa:
a. Mengarahkan/mendorong penganekaragaman pemanfaatan dan teknologi batubara bersih.
b. Ada 7(tujuh) butir prakarsa yang lain, yaitu: Perlunya
Aksesibilitas yang lebih mudah untuk mendapatkan suplai batubara, Pemanfaatan Coal Bed Methane, lignit, PLTU mulut tambang, UKM batubara, Pusat Teknologi
Pemanfaatan Batubara Bersih, Alokasi DHPB untuk pengembangan batubara perlu ditetapkan secara jelas dan peningkatan nilai tambah batubara.
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
(
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
KEBIJAKAN BATUBARA NASIONAL *)
(
(
lanjutan
lanjutan
)
)
4. Kebijakan Pengembangan
Tujuan: Meningkatkan pengembangan batubara sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi nasional. Pelaksanaan/Prakarsa:
a. Meningkatkan teknologi batubara bersih.
b. Ada 4(empat) butir prakarsa yang lain, yaitu: Peningkatan Research & Development, Sumber Daya Manusia,
kelembagaan, tambang bawah tanah dan batubara peringkat rendah.
INSTRUMEN KBN
INSTRUMEN KBN
*)
*)
◙
Legislasi dan Regulasi
- Undang-Undang Pertambagan Umum &
Energi
- Perpajakan
◙
Kelembagaan
DESDM, Pemda, Pelaku (Produsen dan
Konsumen batubara)
PROGRAM PELAKSANAAN *)
PROGRAM PELAKSANAAN *)
◘
Program Strategis:
s.d. tahun 2005: Perundang-undangan batubara, kewenangan Pemerintah Pusat/Daerah, pusat data, MCB,
Pusat Teknologi Pemanfaatan Batubara, PLTU, dll. 2005 – 2010 : Prasarana terpadu, Tambang Bawah Tanah,
Sumber Daya Manusia, dll.
2010 – 2015 : Pencairan Batubara, peningkatan penggunaan batubara dalam negeri, UBC, kokas, dll.
2015 – 2020 : Teknologi batubara bersih, peningkatan penggunaan LRC, dll.
◘
Ukuran Keberhasilan:
MENGAPA DIPERLUKAN TINJAUAN
MENGAPA DIPERLUKAN TINJAUAN
KRITIS TERHADAP KBN ?
KRITIS TERHADAP KBN ?
Diperlukan tinjauan terhadap KBN karena:
1. Ada perubahan dari sasaran batubara dalam energi mix
menjadi 33% pada tahun 2025 (Blue Print DESDM
dan Perpres No.5/2006).
2. Ada sasaran baru dari pemanfaatan batubara untuk
pencairan/BBM sintetis menjadi 2% pada tahun 2025
(Perpres No.5/2006).
3. Perlu adanya penekanan dalam program (prioritas)
agar pelaksanaan KBN lebih efektif.
4. Ada data baru dari pemanfaatan batubara untuk listrik
menjadi 64% tahun 2015
MENGAPA DIPERLUKAN TINJAUAN
MENGAPA DIPERLUKAN TINJAUAN
KRITIS TERHADAP KBN ?
KRITIS TERHADAP KBN ?
(
(
lanjutan
lanjutan
)
)
5. Status batubara sebagai komoditi untuk
meningkatkan PAD harus dicegah melalui PP
batubara sebagai komoditi strategis yang
pengusahaannya harus terkendali.
6. Untuk kelangsungan suplai energi jangka panjang,
batubara perlu segera dibuat PP.
7. Adanya RUU Minerba, RUU Energi dan UU PSDA,
batubara perlu menyesuaikan diri.
8. Adanya peluang dan tantangan baru yang harus
diakomodasikan.
COAL IN ENERGY MIX 2003
COAL IN ENERGY MIX 2003
-
-
2025
2025
Oi l Ga s C o a l Ge o t h e r m a l R e n e wa b l e Coal 33% Coal 33% Geothermal Geothermal 1.4% 1.4% Bio fuel Bio fuel 0.2% 0.2% Hydro 3.4% Hydro 3.4%
Source: Blue Print of MEMR
Source: Blue Print of MEMR
2025 2025 Oi l Ga s C o a l H y d r o Ot h e r s 2003 Oil 54.4% Gas 26.5% Coal 14.1% Coal 33% Gas 30% Oil 20% Coal Liquefaction 2% Renewable Energy 5% Geothermal 5%
TINJAUAN KRITIS KBN
TINJAUAN KRITIS KBN
(TUJUAN)
(TUJUAN)
◘
◘
Tidak
Tidak
dimaksudkan
dimaksudkan
untuk
untuk
merombak
merombak
atau
atau
mengganti
mengganti
KBN,
KBN,
karena
karena
KBN 2003
KBN 2003
relatif
relatif
sudah
sudah
cukup
cukup
baik
baik
dan
dan
memenuhi
memenuhi
unsur
unsur
-
-
unsur
unsur
kebijakan
kebijakan
.
.
◘
◘
Dimaksudkan
Dimaksudkan
untuk
untuk
sedikit
sedikit
me
me
“
“
review
review
”
”
dan
dan
menyempurnakan
menyempurnakan
(
(
sasaran
sasaran
)
)
dan
dan
memberikan
memberikan
penekanan
penekanan
pada
pada
prioritas
prioritas
apa
apa
saja
saja
yang
yang
harus
harus
segera
segera
dilakukan
Tinjauan
Tinjauan
Kritis
Kritis
KBN 2003
KBN 2003
Isu
Isu--isuisu utamautama saatsaat iniini dandan prioritasprioritas yang perluyang perlu dimasukkandimasukkan dandan ditindaklanjuti
ditindaklanjuti dalamdalam KBN (revised) adalahKBN (revised) adalah sbb.:sbb.:
1.
1. BatubaraBatubara sebagaisebagai komoditikomoditi strategisstrategis agar segeraagar segera dibuatdibuat
PP
PP nyanya.. 2.
2. KepastianKepastian HukumHukum terutamaterutama dalamdalam hak-hak-hakhak dandan kewajibankewajiban pengusaha
pengusaha/investor./investor. 3.
3. PenghormatanPenghormatan terhadapterhadap kontrakkontrak yang yang sudahsudah adaada bilabila perlu
perlu dapatdapat dibuatdibuat lewatlewat PP.PP. 4. DMO.
4. DMO. BilaBila perluperlu dapatdapat dibuatdibuat PP PP nyanya sesudahsesudah melaluimelalui kajian
kajian.. 5.
5. PenambanganPenambangan Liar. PemberantasanLiar. Pemberantasan PETI PETI daridari aparataparat didi daerah
TINJAUAN KRITIS
TINJAUAN KRITIS
–
–
KBN 2003
KBN 2003
1. Substansi KBN:
◘ Ada 4(empat) pilar KBN (pengelolaan, pengusahaan,
pemanfaatan, dan pengembangan). Masing-masing pilar telah dijelaskan tujuan dan prakarsa-prakarsa yang harus dilakukan secara terperinci. Semua isu rasanya telah tercakup.
◘ Tinjauan krirtis disini sebaiknya dibuat skala prioritas atas prakarsa mana
yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh Pemerintah. Dalam KBN ini prioritas ini belum secara eksplisit tercantum.
2. Status Batubara sebagai komoditi strategis:
Batubara sebagai komoditi strategis sudah disebutkan dalam KBN tetapi perlu segera ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah atau
Keppres, tidak perlu menunggu UU Minerba, UU Energi, UU SDA, dsb. Dikuatirkan bila PP ini terlambat, maka batubara sudah tidak
TINJAUAN KRITIS
TINJAUAN KRITIS
–
–
KBN 2003
KBN 2003
(
(
lanjutan
lanjutan
)
)
3.
3. InstumenInstumen KBN (KBN (DasarDasar Hukum):Hukum):
-- KurangKurang dilengkapidilengkapi dandan mengacumengacu padapada UndangUndang--UndangUndang sektorsektor lain lain (
(lingkunganlingkungan, , kehutanankehutanan) ) dandan OtonomiOtonomi DaerahDaerah..
-- PerluPerlu pula mengacupula mengacu kepadakepada RUU MinerbaRUU Minerba, RUU PSDA, , RUU PSDA, dandan RUU RUU Energi
Energi yang
yang barubaru 4.
4. PrakarsaPrakarsa
-- BilaBila perluperlu untukuntuk beberapabeberapa butirbutir prakarsa/pelaksanaanprakarsa/pelaksanaan KBN dapatKBN dapat lebih
lebih diperincidiperinci lagilagi untukuntuk memudahkanmemudahkan aparataparat birokrasibirokrasi yang “yang “didi bawah
bawah”” menjalankannya. menjalankannya.
-- DESDM danDESDM dan terutamaterutama DirektoratDirektorat JenderalJenderal Mineral, BatubaraMineral, Batubara dandan Panas
Panas BumiBumi dandan PemdaPemda OtonomOtonom perluperlu mengacumengacu padapada KBN iniKBN ini dalam
TINJAUAN KRITIS
TINJAUAN KRITIS
–
–
KBN 2003
KBN 2003
(
(
lanjutan
lanjutan
)
)
5.
5.
Status
Status
Hukum
Hukum
Kebijakan
Kebijakan
:
:
--
Ditindaklanjuti
Ditindaklanjuti
atau
atau
tidak
tidak
ditindaklanjuti
ditindaklanjuti
kebijakan
kebijakan
ini
ini
tidak
tidak
ada
ada
sanksi
sanksi
hukumnya
hukumnya
.
.
--
Kebijakan
Kebijakan
hanya
hanya
bersifat
bersifat
“
“
himbauan
himbauan
”
”
dan
dan
tidak
tidak
mengikat
mengikat
para
para
pelaku
pelaku
pertambangan
pertambangan
secara
secara
hukum
hukum
.
.
--
Bagaimana
Bagaimana
agar KBN
agar KBN
ini
ini
dapat
dapat
menjadi
menjadi
pegangan
pegangan
semua
PENUTUP
◙ KBN perlu disempurnakan lagi terutama pada butir-butir yang
mempunyai “nilai strategis” yang tinggi.
◙ Programnya disesuaikan lagi dengan Blue Print Produksi
Energi Nasional dan Inpres No.5 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional.
◙ Dengan naskah KBN 2003 sebenarnya sudah cukup memadai
untuk menjaga kelangsungan batubara sebagai energi jangka panjang, yang perlu dilakukan hanya melaksanakannya saja.
◙ Review KBN untuk butir-butir tersebut di atas dapat dilakukan
setiap tahun atau 2(dua) tahun sekali terutama dalam