TUGAS AKHIR PS-1380
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN
METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN
SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM)
EKO PRASETYO DARIYO
NRP : 3105 100 107
Dosen Pembimbing :
Ir. Djoko Irawan, MS
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2010
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Akhir – akhir ini sering sekali metode
pracetak (
precast
) digunakan pada pekerjaan struktur
dalam bidang teknik sipil di Indonesia. Hal ini
dilakukan
karena
semakin
besarnya
tuntutan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang efisien.
Metode pracetak (
precast
) memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan metode cor setempat (
cast in
site
). Kelebihan tersebut antara lain adalah pada
metode pracetak (
precast
) tidak membutuhkan
tempat penyimpanan material yang terlalu luas,
waktu pengerjaan yang relatif singkat, kontrol
kualitas beton lebih terjamin, tidak memerlukan
treatment
atau
perlakuan
khusus,
tidak
membutuhkan
terlalu
banyak
bekisting
dan
penopang bekisting, serta praktis dan cepat dalam
pelaksanaannya.
Sebagai metode konstruksi, metode pracetak
(
precast
) sangat berkembang dalam pelaksanaannya.
Hal ini dikarenakan teknologi peralatan konstruksi
yang ada semakin berkembang. Salah satu peralatan
konstruksi adalah tower crane. Dengan adanya alat
tower crane ini, sangat membantu dan mendukung
dalam pelaksanaan metode pracetak (
precast
).
Kegiatan yang dilakukan dengan alat tower crane
adalah pada proses pengangkatan dan pemasangan
elemen pracetak pada pekerjaan konstruksi suatu
gedung.
Pada pengaplikasiannya, metode pracetak
(
precast
)
lebih
tepat
dan
efisien
apabila
diaplikasikan pada beberapa hal. Diantaranya adalah
pengaplikasian pada gedung yang berada pada
daerah dengan zona gempa relatif rendah (zona
gempa I dan zona II) serta pada gedung yang bertipe
tipikal. Zona gempa relatif rendah (I dan II)
memiliki frekuensi gempa yang tidak terlalu sering
dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Maka dari
itu metode pracetak sangat sesuai, karena pada
metode pracetak (
precast
) ikatan yang terjadi tidak
terlalu kaku. Sedangkan pengaplikasian metode
pracetak pada gedung dengan tipe tipikal (typical)
lebih efisien karena pada gedung dengan tipe ini
mempunyai elemen yang tipikal sehingga lebih
mudah dalam pengerjaan dan pelaksanaannya.
Berdasarkan hal di atas, maka dalam
penulisan tugas akhir ini saya melakukan modifikasi
dan perancangan gedung yang semula adalah gedung
Apartemen dan perkantoran menjadi suatu gedung
apartemen. Gedung Trilium ini memiliki tinggi 36
lantai dan menggunakan metode cor ditempat (
in
site
) dalam pemilihan metode konstruksinya. Lokasi
gedung Trilium berada di Surabaya Tengah. Kota
Surabaya termasuk dalam zona gempa yang relatif
kecil yaitu pada zona II (sesuai SNI 1726 – 2002).
Maka dari itu penggunaan metode pracetak pada
zona ini sangatlah sesuai. Dalam perancangan ini,
gedung Trilium dimodifikasi menjadi gedung dengan
tinggi 15 (delapan) lantai yang dirancang dengan
Sistem Rangka Gedung (
Building Frame System
)
menggunakan metode pracetak (
precast
) serta
memiliki
konfigurasi
yang
teratur.
Dengan
pemakaian Sistem Rangka Gedung (
Building Frame
System
), maka beban gravitasi dipikul oleh rangka
sedangkan beban lateral dipikul oleh dinding geser
(
shearwall
).
1.2
PERMASALAHAN
Dalam perancangan struktur gedung apartemen
dengan Sistem Rangka Gedung (
Building Frame
System
) menggunakan metode pracetak (
precast
)
terdapat permasalahan yang timbul. Permasalahan
yang timbul antara lain :
1.
Bagaimana merancang dimensi dari beton
pracetak sehingga mampu mendapatkan
dimensi yang efisien ?
2.
Bagaimana merancang struktur bangunan
yang monolit dan mampu menahan beban
lateral dan gravitasi ?
3.
Bagaimana merancang detailing sambungan
pada komponen pracetak ?
4.
Bagaimana menuangkan hasil perhitungan
dan perancangan ke dalam gambar teknik ?
1.3
TUJUAN
Perancangan struktur apartemen pada daerah
Sukolilo dengan Sistem Rangka Gedung (
Building
Frame System
) menggunakan metode pracetak
(
precast
) mempunyai tujuan diantaranya :
1.
Merancang dimensi dari beton pracetak
sehingga mampu mendapatkan dimensi yang
efisien.
2.
Merancang struktur bangunan yang monolit
dan mampu menahan beban lateral dan
gravitasi.
3.
Merancang
detailing
sambungan
pada
komponen pracetak.
4.
Menuangkan
hasil
perhitungan
dan
perancangan ke dalam gambar teknik.
1.4
BATASAN MASALAH
1.
Dalam
perancangan
struktur
Trilium
Surabaya
ini direncanakan penggunaan
teknologi pracetak pada : balok, kolom, pelat
dan tangga. Sedangkan untuk overtopping
dan dinding geser (s
hearwall
) menggunakan
sistem cor ditempat (
cast in site
).
2.
Perhitungan analisa struktur menggunakan
program ETABS 9.07.
3.
Analisa biaya hanya dari segi biaya material /
RAB secara garis besar.
4.
Tidak membahas kecepatan pelaksanaan
konstruksi menggunakan metode pracetak
dibandingkan dengan metode cor setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PERENCANAAN SAMBUNGAN
Dalam perencanaan sambungan pracetak, gaya – gaya disalurkan dengan cara menggunakan sambungan grouting, kunci geser, sambungan mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan dengan beton bertulang cor setempat, atau kombinasi cara – cara tersebut.
PERENCANAAN SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM
Perencanaan Konsol Pada Kolom
Pada perancangan sambungan balok dan kolom ini menggunakan konsol pendek. Balok induk diletakkan pada konsol pendek pada kolom kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan. Perencanaan konsol
berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.9 mengenai ketentuan khusus untuk konsol pendek.
Gambar 2.1 Parameter Geometri Konsol Pendek.
Sambungan Balok dan Kolom
COR DITEMPAT KONSOL COR DITEMPAT SENGKANG SENGKANG KOLOM PRACETAK OVERTOPPING
6 Gambar Sambungan Balok Kolom
PERENCANAAN SAMBUNGAN BALOK INDUK DENGAN BALOK ANAK
Perancangan Konsol pada Balok Induk
Sama seperti penentuan konsol pendek pada kolom.
Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak
BALOK ANAK PRACETAK BALOK INDUK PRACETAK PELAT PRACETAK OVERTOPPING COR SETEMPAT
Gambar Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak
PERENCANAAN SAMBUNGAN ANTAR KOLOM PRACETAK
Pada perencanaan sambungan antar kolom pracetak ini menggunakan metode dengan menyambung tulangan antar kolom dengan las. Tulangan tersebut lalu dicor dengan cara cor setempat pada sambungannya. Sambungan antar Kolom Pracetak
COR DITEMPAT
PELAT BAJA KOLOM PRACETAK
SAMBUNGAN LAS
KOLOM PRACETAK
Gambar Sambungan antar Kolom Pracetak
Kontrol Penampang
Penampang direncanakan dengan kriteria tanpa retak selama penanganan (handling without cracking creterion), menurut PCI Design Handbook, Precast and Prestress Concrete, Fourth Edition, 1992, hal 5-3, pada kreteria ini permukaan beton bebas dari retak-retak yang dapat terlihat dengan membatasi lentur tarik pada modulus keruntuhan lentur beton yang dimodifikasi dengan faktor keamanan.
(SNI 03-2847-2002, Pers. 14)
dengan :
fr = modulus keruntuhan lentur beton
f 'ci = kuat tekan beton pada waktu yang ditinjau, lihat tabel
SF = faktor keamanan, diambil 1,5
fc' = kuat tekan beton benda uji silinder pada
umur 28 hari
Tabel 2.3 Harga
f
c'
yang Disyaratkan Saat Fase-Fase Penanganan Produk PracetakFase Umur Beton f’ci (min)
Pengangkatan dari bekisting 3 hari 40 % x fc '
Pengangkatan ke tempat penyimpanan 3 hari 40 % x fc ' Transportasi 7 hari 65 % x fc ' Pemasangan 7 hari 65 % x fc‘
B. TITIK-TITIK ANGKAT DAN SOKONGAN
Gambar Titik-Titik Angkat dan Sokongan Sementara Untuk Pelat Pracetak.
SF
f
fr
0
,
7
c'
w = beban per unit luas (a) Dua titik angkat
Maksimum Momen (pendekatan) : +Mx = -Mx = 0.0107 w a2b +My =-My = 0.0107 w a b2 MX ditahan oleh pepenampang dengan lebar yong terkecil dan 15t atau b/2
My ditahan oleh penampang dengan lebar a/2
Pengangkatan Balok Pracetak
Gambar Titik-Titik Angkat dan Sokongan Sementara Untuk Produk Pracetak Balok
(Sumber :PCI Design Handbook, Precast and Prestress Concrete, Fourth Edition, 1992, hal 5-9)
Tabel 2.4 Angka Pengali Beban Statis Ekivalen untuk Menghitung Gaya Pengangkatan dan Gaya Dinamis (PCI Design Handbook, Precast and Prestress Concrete Fourth Edition, 1992, table 5.2.1.)
BAB III
METODOLOGI
Tahapan atau metode yang akan digunakan dalam perancangan gedung ini adalah :
1.Mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan perancangan. Mengumpulkan data lapangan yang akan digunakan sebagai data dalam obyek perancangan. Data lapangan tersebut antara lain yaitu data gedung yang akan digunakan sebagai obyek perancangan dan juga data tanah yang ada pada lokasi gedung itu dibangun.
2.Penentuan kriteria desain yaitu penentuan gedung sebagai obyek perancangan, tinggi gedung, peruntukan gedung dan lokasi dibangunnya gedung tersebut beserta wilayah gempanya.
3.Preliminary design merupakan awal dari perancangan. Pada preliminary design ini kita menentukan dimensi elemen struktur gedung untuk digunakan dalam tahap perancangan selanjutnya.
4.Analisa struktur sekunder meliputi : a.pelat
b.tangga c.balok anak
5.Analisa pembebanan meliputi beban horisontal dan beban vertikal. Adapun macam pembebanan :
a.beban vertikal : - beban mati - beban hidup b.beban horisontal : - beban angin - beban gempa
6.Analisa gaya-gaya akibat pembebanan menggunakan
software ETABS 9.07
7.Analisa struktur utama meliputi : a.balok
b.kolom c.dinding geser d.sambungan e.pondasi
- besar daya dukung - jumlah tiang pancang - perencanaan poer
8. Hasil dari analisa akan dituangkan dalam gambar rencana. Dalam penggambaran ini menggunakan program AutoCAD 2006.
Fase Angka pengali
Pengangkatan dari bekisting 1,7 Pengangkatan ke tempat
penyimpanan
1,2
Transportasi 1,5
Pemasangan 1,2
(b) Empat titik angkat
Maksimum Momen (pendekatan) : +Mx= -Mx = 0.0054 w a2b +My =- My = 0.0027 w a b2
MX ditahan oleh penampang
dengan lebar yang terkecil dari 15t atau b/4
My ditahan oleh penampang dengan lebar a/2
8
DATA PERANCANGAN
Data Material:
• fc’ = 35 MPa
• fy = 400 MPa Data Umum Bangunan :
• Fungsi bangunan = apartemen
• Jumlah lantai = 15 lantai
• Tinggi tiap lantai = 4,2 m
• Tinggi bangunan = 63 m
PEMBEBANAN
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 11.2 adalah sebagai berikut : U = 1,4D U = 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) U = 1,2D + L ± 1,6W + 0,5(A atau R) U = 0,9D ± 1,6W U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E U = 0,9D ± 1,0E
PRELIMINARY DESIGN
Data dan bahan
Data-data yang ada sebagai berikut : type bangunan : Apartemen fy : 350 f’c : 40 Mpa Peraturan 1. Peraturan RSNI 03-1727-1989 2. PBI 1971 3. SNI 03-2847-02 Dimensi Balok
Balok dengan Lb = 720 cm, dengan persyaratan fy = 320 Mpa. 720 16 1 min x h
cm
h
min
45
maka dipakai h = 70 cmh b 3 2 cm x b 70 46,67 3 2
maka dipakai balok induk ukuran 50/70 cm
Dimensi Balok Anak 1
cm
h
min
45
maka dipakai h = 50 cmh b 3 2 cm cm x b 50 33,33 35 3 2 PENGUMPULAN DAN PENCARIAN LITERATUR SERTA DATA MULAI
PENENTUAN KRITERIA DESAIN
PRELIMINARY DESIGN
PEMBEBANAN HORISONTAL DAN VERTIKAL
ANALISA DENGAN SAP 2000 11 ANALISA STRUKTUR
SEKUNDER
ANALISA STRUKTUR UTAMA
GAMBAR RENCANA
SELESAI
maka dipakai balok anak 1 ukuran 35/50 cm
Dimensi Balok Anak 2
dipakai balok induk ukuran 30/40 cm
Dimensi Pelat
a) Untuk 0,2 menggunakan pasal 11.5.(3(3))
b) Untuk 0,2 < m < 2 ketebalan plat minimum harus memenuhi
] 2 , 0 [ 5 36 1500 8 , 0 . m fy Ln hf
dan tidak boleh kurang dari 120 mm
c) Untuk m 2 ketebalan maksimum plat harus memenuhi 9 36 1500 8 , 0 . fy Ln hf
dan tidak boleh kurang dari 90 mm
Harga m didapat dari :
Iplat
Eplat
Ibalok
Ebalok
.
.
plat
E
balok
E
.
.
3 12 1 xKxbxh Ibalok
=
Sn Ln12
3t
bsx
I
palt
hw hf x bw be hw hf x bw be hw hf hw hf x hw hf x bw be K 1 1 1 4 6 4 1 1 3 2Perincian elemen pelat yang merupakan pelat pracetak adalah :
Untuk lantai 1-8
a. Tebal pelat pracetak = 8 cm b. Tebal overtopping = 5 cm
Untuk lantai atap
a. Tebal pelat pracetak = 8 cm b. Tebal overtopping = 5 cm
ANALISA STRUKTUR SEKUNDER
PELAT
Langkah-langkah yang digunakan dalam menentukan tulangan lentur plat antara lain :
Data-data perencanaan untuk penulangan plat lantai yaitu :
Dimensi plat : (370 cm x 200 cm)
Tebal plat : 120 mm
Tebal decking : 20 mm
Diameter tulangan rencana : 13 mm
Mutu tul baja (fy) : 400 Mpa
Mutu beton (fc’) : 35 Mpa 1 = 0,81
Sebelum Komposit dx = 80-20-(1/2)12 = 54 mm dy = 80-20- 12 - (1/2)12 = 42 mm Sesudah Komposit dx = 130-20-(1/2)12 = 104 mm dy = 130-20- 12 - (1/2)12 = 92 mm Tipe Pelat Tulangan Terpasang mm2
Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Arah X Arah Y Arah X Arah Y B : 3,7 m x 2,0 m
13-200 As = 663,661mm2
13-200 As = 663,661mm2
13-200 As = 663,661mm2
13-200 As = 663,661mm2 Tulangan Angkat : dipasang tulangan
10 mm Perhitungan Titik Angkat :arah i
arah j
10 . 0 , 2 5 m 0 , 7 m 0 , 5 m 0 , 7 m 0 , 2 5 m 0 , 5 m 1 , 4 m 0 , 5 m a r a h i a r a h j TANGGA Data Perencanaan
Lantai 1 (desain tangga pada lantai selanjutnya disamakan)
Data-data perancangan :
• Perletakan sendi dan rol
• Mutu beton (fc’) = 40 Mpa
• Mutu baja (fy) = 350 Mpa
• Tinggi antar lantai = 420 cm
• Panjang bordes = 140 cm
• Panjang tangga = 300 cm
• Lebar tangga = 400 ( 2 x 200 )cm
• Tebal pelat miring = 15 cm
• Tebal pelat bordes = 15 cm
• Diameter tulangan lentur = 12 mm
• Tebal selimut beton = 20 mm
Penulangan Tangga
• Tulangan memanjang
Pakai tulangan ( 16 – 100) As = 2010,62 mm²
• Untuk tulangan melintang
Pakai tulangan ( 10 – 150) As = 523,6 mm²
• Tulangan Angkat
Dipasang tulangan angkat 8 mm
BALOK ANAK
Data-data perencanaan untuk penulangan yaitu :
– Dimensi balok ( 35/50 )
– Panjang l = 7,2 m
– Tinggl balok pracetak sebelum komposit = 370 mm
– Tinggi balok setelah komposit 500 mm
– Tebal decking 40 mm
– Diameter tulangan rencana 22 mm
– Mutu tulangan fy = 400 Mpa
– Mutu beton fc’ = 35 Mpa
– Tinggi efektif untuk Sebelum komposit : 370 – 40 – 10 – ½ .22 = 309 mm
– Tinggi efektif untuk Sesudah Komposit : 500 – 40 – 10 – ½ .22 = 439 mm Perhitungan Tulangan Sebelum komposit : Tulangan tumpuan • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) Tulangan lapangan • 5 d 22 (As = 1900,7 mm2) Setelah komposit : Tulangan tumpuan • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) • 2 d 22 (As = 760 mm2) Tulangan lapangan • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) • 5 d 22 (As = 1900,6 mm2) Tulangan geser ∅10-100 Balok Anak
Data-data perencanaan untuk penulangan yaitu :
– Dimensi balok ( 30/40 )
– Tinggl balok pracetak sebelum komposit = 370 mm
– Tinggi balok setelah komposit 400 mm
– Tebal decking 40 mm
– Diameter tulangan rencana 22 mm
– Mutu tulangan fy = 400 Mpa
– Mutu beton fc’ = 35 Mpa
– Tinggi efektif untuk Sebelum komposit :
270 – 40 – 10 – ½ .22 = 209 mm
– Tinggi efektif untuk Sesudah Komposit : 400 – 40 – 10 – ½ .22 = 339 mm Perhitungan Tulangan Sebelum komposit : Tulangan • 2 d 22 (As = 760,27 mm2) Setelah komposit : Tulangan tumpuan • 5 d 22 (As = 1900 mm2) • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) Tulangan lapangan • 2 d 22 (As = 760,27 mm2) • 2 d 22 (As = 760,27 mm2) Tulangan geser ∅10-100
Kontrol terhadap simpangan ditabelkan : Drift X Story s (m)
= 0.7 x R s x
s (m) Kontrol base 0 0 ok…!! 2 0.000049 0.000189 ok…!! 3 0.0001 0.000385 ok…!! 4 0.000123 0.000474 ok…!! 5 0.000147 3.85 0.000566 < 0.08 m ok…!! 6 0.000179 0.000689 ok…!! 7 0.000211 0.000812 ok…!! 8 0.000236 0.000909 ok…!! 9 0.000423 0.001629 ok…!! Drift Y Story s (m)
= 0.7 x R s x
m (m) Kontrol base 0 0 ok…!! 2 0.000037 0.000142 ok…!! 3 0.000094 0.000362 ok…!! 4 0.000135 0.00052 ok…!! 5 0.000177 3.85 0.000681 < 0.08 m ok…!! 6 0.000223 0.000859 ok…!! 7 0.000271 0.001043 ok…!! 8 0.000311 0.001197 ok…!! 9 0.000465 0.00179 ok…!! BALOK INDUKData-data perencanaan untuk penulangan yaitu :
Dimensi balok ( 50/70 )
Panjang l = 7,2 m
Tinggl balok pracetak sebelum komposit = 370 mm
Tinggi balok setelah komposit 500 mm
Tebal decking 40 mm
Diameter tulangan rencana 22 mm
Mutu tulangan fy = 350 Mpa
Mutu beton fc’ = 40 Mpa
Tinggi efektif untuk Sebelum komposit : 370 – 40 – 10 – ½ .22 = 309 mm
Tinggi efektif untuk Sesudah Komposit : 500 – 40 – 10 – ½ .22 = 439 mm Penulangan : Dime nsi (mm) L (m m) Tulangan Terpasang mm2 Tulangan Tumpuan Tulangan Tumpuan Sengka ng Atas Bawah Atas Bawa
h 500 x 700 720 4
25 4
25 4
25 8
25
16-300 Tulangan angkat ∅12 KOLOMData - data perancangan :
Dimensi kolom = 800 x 800 mm2
Tinggi kolom = 3500 mm
Mutu Beton (fc’) = 35 Mpa
Mutu Baja (fy) = 400 Mpa
Decking = 40 mm Tulangan Utama = Ø 32 Beugel = Ø 12 d’ = 800 – 40 – 12 – ½.25 = 735,5 mm Tipe L (mm) Dimensi Tulangan lentur Sengkang K1 3500 800 x 800 8
32
12-200 Output PCACOL :12 SHEARWALL
Data - data perancangan :
Tebal Dinding = 40 cm
Mutu Beton (fc’) = 35 Mpa
Mutu Baja (fy) = 400 Mpa
Lw = 720 cm
Decking = 40 mm
PERENCANAAN SAMBUNGAN
Jenis Sambungan :
• Sambungan balok dan kolom
• Sambungan balok induk dan balok anak
• Sambungan balok anak dan balok anak
• Sambungan antar kolom pracetak
• Sambungan balok dengan Shearwall
• Sambungan pelat dengan balok
PERANCANGAN PONDASI
Dalam perancangan pondasi digunakan tiang pancang Wika Pile tipe 500 C, diameter 50 cm dengan menggunakan data tanah hasil uji sondir dari data tanah Lab. Mekanika Tanah ITS.
Dari hasil perhitungan, untuk pondasi kolom digunakan 8 tiang pancang dengan kedalaman 16 m.
Data – data perancangan dari poer adalah sebagai berikut :
Dimensi poer = 4,1 m x 4,1 m x 1,2 m
Diameter Tulangan = 25 mm
Selimut beton = 50 mm
Dari hasil perhitungan, didapatkan : Tulangan arah X = 26 D 32
Tulangan arah Y = 26 D 32
Data perencanaan sloof :
Dimensi sloof = 450 x 700 m
Diameter Tulangan = 25 mm
Selimut beton = 50 mm
Tulangan sengkang = 12 mm Dari hasil perhitungan, didapatkan :
Tulangan = 8 D 25 Sengkang = Ø 12 – 200
KESIMPULAN
Dari keseluruhan hasil pengerjaan tugas akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil modifikasi perancangan struktur gedung TPB-ITS didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut :
a.Tebal plat atap dan plat lantai : 13 cm b.Dimensi kolom : 80 x 80 cm (tulangan
utama D32 mm dan sengkang Ø 12 mm) c.Dimensi balok induk : 50 x 70 cm
(tulangan utama D25 mm dan sengkang Ø12 mm)
d.Tebal shearwall : 40 cm (tul Ø 16-300) 2. Perencanaan pondasi direncanakan dengan
tiang pancang diameter 50 cm.
3. Pengaplikasian elemen pracetak pada suatu gedung dapat dibuat mendekati sifat monolit , bergantung dari perencanaan sambungannya. 4. Sistem pracetak dapat diterapkan pada
pemodelan Sistem Rangka Gedung, dengan menggunakan elemen pracetak pada elemen framenya.
5. Pelaksanaan metode pracetak sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan, namun membutuhkan ketelitian dan keahlian dalam proses pembuatan hingga pemasangannya.
SARAN
1. Masih perlu lagi pengembangan teknologi Pracetak agar lebih efisien lagi dalam
penggunaannya, serta lebih mudah dalam pengaplikasiannya.
2. Masih perlunya dibuatnya standardisasi dan peraturan mengenai beton pracetak yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan alam Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Yayasan LPMB, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), Yayasan LPMB, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Pembebanan Untuk Bangunan Gedung (RSNI 03-1727-1989), Yayasan LPMB, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung, Yayasan LPMB, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Direktorat Jenderal Cipta Karya.
PCI, 1992, PCI Design Handbook Precast and Prestress Concrete, Chicago, Illinois, Fourth Edition.
Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi, 1999, Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.