• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR PS-1380

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN

METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN

SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM)

EKO PRASETYO DARIYO

NRP : 3105 100 107

Dosen Pembimbing :

Ir. Djoko Irawan, MS

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

2010

(2)

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Akhir – akhir ini sering sekali metode

pracetak (

precast

) digunakan pada pekerjaan struktur

dalam bidang teknik sipil di Indonesia. Hal ini

dilakukan

karena

semakin

besarnya

tuntutan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang efisien.

Metode pracetak (

precast

) memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan metode cor setempat (

cast in

site

). Kelebihan tersebut antara lain adalah pada

metode pracetak (

precast

) tidak membutuhkan

tempat penyimpanan material yang terlalu luas,

waktu pengerjaan yang relatif singkat, kontrol

kualitas beton lebih terjamin, tidak memerlukan

treatment

atau

perlakuan

khusus,

tidak

membutuhkan

terlalu

banyak

bekisting

dan

penopang bekisting, serta praktis dan cepat dalam

pelaksanaannya.

Sebagai metode konstruksi, metode pracetak

(

precast

) sangat berkembang dalam pelaksanaannya.

Hal ini dikarenakan teknologi peralatan konstruksi

yang ada semakin berkembang. Salah satu peralatan

konstruksi adalah tower crane. Dengan adanya alat

tower crane ini, sangat membantu dan mendukung

dalam pelaksanaan metode pracetak (

precast

).

Kegiatan yang dilakukan dengan alat tower crane

adalah pada proses pengangkatan dan pemasangan

elemen pracetak pada pekerjaan konstruksi suatu

gedung.

Pada pengaplikasiannya, metode pracetak

(

precast

)

lebih

tepat

dan

efisien

apabila

diaplikasikan pada beberapa hal. Diantaranya adalah

pengaplikasian pada gedung yang berada pada

daerah dengan zona gempa relatif rendah (zona

gempa I dan zona II) serta pada gedung yang bertipe

tipikal. Zona gempa relatif rendah (I dan II)

memiliki frekuensi gempa yang tidak terlalu sering

dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Maka dari

itu metode pracetak sangat sesuai, karena pada

metode pracetak (

precast

) ikatan yang terjadi tidak

terlalu kaku. Sedangkan pengaplikasian metode

pracetak pada gedung dengan tipe tipikal (typical)

lebih efisien karena pada gedung dengan tipe ini

mempunyai elemen yang tipikal sehingga lebih

mudah dalam pengerjaan dan pelaksanaannya.

Berdasarkan hal di atas, maka dalam

penulisan tugas akhir ini saya melakukan modifikasi

dan perancangan gedung yang semula adalah gedung

Apartemen dan perkantoran menjadi suatu gedung

apartemen. Gedung Trilium ini memiliki tinggi 36

lantai dan menggunakan metode cor ditempat (

in

site

) dalam pemilihan metode konstruksinya. Lokasi

gedung Trilium berada di Surabaya Tengah. Kota

Surabaya termasuk dalam zona gempa yang relatif

kecil yaitu pada zona II (sesuai SNI 1726 – 2002).

Maka dari itu penggunaan metode pracetak pada

zona ini sangatlah sesuai. Dalam perancangan ini,

gedung Trilium dimodifikasi menjadi gedung dengan

tinggi 15 (delapan) lantai yang dirancang dengan

Sistem Rangka Gedung (

Building Frame System

)

menggunakan metode pracetak (

precast

) serta

memiliki

konfigurasi

yang

teratur.

Dengan

pemakaian Sistem Rangka Gedung (

Building Frame

System

), maka beban gravitasi dipikul oleh rangka

sedangkan beban lateral dipikul oleh dinding geser

(

shearwall

).

1.2

PERMASALAHAN

Dalam perancangan struktur gedung apartemen

dengan Sistem Rangka Gedung (

Building Frame

System

) menggunakan metode pracetak (

precast

)

terdapat permasalahan yang timbul. Permasalahan

yang timbul antara lain :

1.

Bagaimana merancang dimensi dari beton

pracetak sehingga mampu mendapatkan

dimensi yang efisien ?

2.

Bagaimana merancang struktur bangunan

yang monolit dan mampu menahan beban

lateral dan gravitasi ?

3.

Bagaimana merancang detailing sambungan

pada komponen pracetak ?

4.

Bagaimana menuangkan hasil perhitungan

dan perancangan ke dalam gambar teknik ?

1.3

TUJUAN

Perancangan struktur apartemen pada daerah

Sukolilo dengan Sistem Rangka Gedung (

Building

Frame System

) menggunakan metode pracetak

(

precast

) mempunyai tujuan diantaranya :

1.

Merancang dimensi dari beton pracetak

sehingga mampu mendapatkan dimensi yang

efisien.

2.

Merancang struktur bangunan yang monolit

dan mampu menahan beban lateral dan

gravitasi.

3.

Merancang

detailing

sambungan

pada

komponen pracetak.

4.

Menuangkan

hasil

perhitungan

dan

perancangan ke dalam gambar teknik.

1.4

BATASAN MASALAH

(3)

1.

Dalam

perancangan

struktur

Trilium

Surabaya

ini direncanakan penggunaan

teknologi pracetak pada : balok, kolom, pelat

dan tangga. Sedangkan untuk overtopping

dan dinding geser (s

hearwall

) menggunakan

sistem cor ditempat (

cast in site

).

2.

Perhitungan analisa struktur menggunakan

program ETABS 9.07.

3.

Analisa biaya hanya dari segi biaya material /

RAB secara garis besar.

4.

Tidak membahas kecepatan pelaksanaan

konstruksi menggunakan metode pracetak

dibandingkan dengan metode cor setempat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN SAMBUNGAN

Dalam perencanaan sambungan pracetak, gaya – gaya disalurkan dengan cara menggunakan sambungan grouting, kunci geser, sambungan mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan dengan beton bertulang cor setempat, atau kombinasi cara – cara tersebut.

PERENCANAAN SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM

Perencanaan Konsol Pada Kolom

Pada perancangan sambungan balok dan kolom ini menggunakan konsol pendek. Balok induk diletakkan pada konsol pendek pada kolom kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan. Perencanaan konsol

berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.9 mengenai ketentuan khusus untuk konsol pendek.

Gambar 2.1 Parameter Geometri Konsol Pendek.

Sambungan Balok dan Kolom

COR DITEMPAT KONSOL COR DITEMPAT SENGKANG SENGKANG KOLOM PRACETAK OVERTOPPING

(4)

6 Gambar Sambungan Balok Kolom

PERENCANAAN SAMBUNGAN BALOK INDUK DENGAN BALOK ANAK

Perancangan Konsol pada Balok Induk

Sama seperti penentuan konsol pendek pada kolom.

Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak

BALOK ANAK PRACETAK BALOK INDUK PRACETAK PELAT PRACETAK OVERTOPPING COR SETEMPAT

Gambar Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak

PERENCANAAN SAMBUNGAN ANTAR KOLOM PRACETAK

Pada perencanaan sambungan antar kolom pracetak ini menggunakan metode dengan menyambung tulangan antar kolom dengan las. Tulangan tersebut lalu dicor dengan cara cor setempat pada sambungannya. Sambungan antar Kolom Pracetak

COR DITEMPAT

PELAT BAJA KOLOM PRACETAK

SAMBUNGAN LAS

KOLOM PRACETAK

Gambar Sambungan antar Kolom Pracetak

Kontrol Penampang

Penampang direncanakan dengan kriteria tanpa retak selama penanganan (handling without cracking creterion), menurut PCI Design Handbook, Precast and Prestress Concrete, Fourth Edition, 1992, hal 5-3, pada kreteria ini permukaan beton bebas dari retak-retak yang dapat terlihat dengan membatasi lentur tarik pada modulus keruntuhan lentur beton yang dimodifikasi dengan faktor keamanan.

(SNI 03-2847-2002, Pers. 14)

dengan :

fr = modulus keruntuhan lentur beton

f 'ci = kuat tekan beton pada waktu yang ditinjau, lihat tabel

SF = faktor keamanan, diambil 1,5

fc' = kuat tekan beton benda uji silinder pada

umur 28 hari

Tabel 2.3 Harga

f

c

'

yang Disyaratkan Saat Fase-Fase Penanganan Produk Pracetak

Fase Umur Beton f’ci (min)

Pengangkatan dari bekisting 3 hari 40 % x fc '

Pengangkatan ke tempat penyimpanan 3 hari 40 % x fc ' Transportasi 7 hari 65 % x fc ' Pemasangan 7 hari 65 % x fc‘

B. TITIK-TITIK ANGKAT DAN SOKONGAN

Gambar Titik-Titik Angkat dan Sokongan Sementara Untuk Pelat Pracetak.

SF

f

fr

0

,

7

c

'

w = beban per unit luas (a) Dua titik angkat

Maksimum Momen (pendekatan) : +Mx = -Mx = 0.0107 w a2b +My =-My = 0.0107 w a b2 MX ditahan oleh pepenampang dengan lebar yong terkecil dan 15t atau b/2

My ditahan oleh penampang dengan lebar a/2

(5)

Pengangkatan Balok Pracetak

Gambar Titik-Titik Angkat dan Sokongan Sementara Untuk Produk Pracetak Balok

(Sumber :PCI Design Handbook, Precast and Prestress Concrete, Fourth Edition, 1992, hal 5-9)

Tabel 2.4 Angka Pengali Beban Statis Ekivalen untuk Menghitung Gaya Pengangkatan dan Gaya Dinamis (PCI Design Handbook, Precast and Prestress Concrete Fourth Edition, 1992, table 5.2.1.)

BAB III

METODOLOGI

Tahapan atau metode yang akan digunakan dalam perancangan gedung ini adalah :

1.Mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan perancangan. Mengumpulkan data lapangan yang akan digunakan sebagai data dalam obyek perancangan. Data lapangan tersebut antara lain yaitu data gedung yang akan digunakan sebagai obyek perancangan dan juga data tanah yang ada pada lokasi gedung itu dibangun.

2.Penentuan kriteria desain yaitu penentuan gedung sebagai obyek perancangan, tinggi gedung, peruntukan gedung dan lokasi dibangunnya gedung tersebut beserta wilayah gempanya.

3.Preliminary design merupakan awal dari perancangan. Pada preliminary design ini kita menentukan dimensi elemen struktur gedung untuk digunakan dalam tahap perancangan selanjutnya.

4.Analisa struktur sekunder meliputi : a.pelat

b.tangga c.balok anak

5.Analisa pembebanan meliputi beban horisontal dan beban vertikal. Adapun macam pembebanan :

a.beban vertikal : - beban mati - beban hidup b.beban horisontal : - beban angin - beban gempa

6.Analisa gaya-gaya akibat pembebanan menggunakan

software ETABS 9.07

7.Analisa struktur utama meliputi : a.balok

b.kolom c.dinding geser d.sambungan e.pondasi

- besar daya dukung - jumlah tiang pancang - perencanaan poer

8. Hasil dari analisa akan dituangkan dalam gambar rencana. Dalam penggambaran ini menggunakan program AutoCAD 2006.

Fase Angka pengali

Pengangkatan dari bekisting 1,7 Pengangkatan ke tempat

penyimpanan

1,2

Transportasi 1,5

Pemasangan 1,2

(b) Empat titik angkat

Maksimum Momen (pendekatan) : +Mx= -Mx = 0.0054 w a2b +My =- My = 0.0027 w a b2

MX ditahan oleh penampang

dengan lebar yang terkecil dari 15t atau b/4

My ditahan oleh penampang dengan lebar a/2

(6)

8

DATA PERANCANGAN

Data Material:

• fc’ = 35 MPa

• fy = 400 MPa Data Umum Bangunan :

• Fungsi bangunan = apartemen

• Jumlah lantai = 15 lantai

• Tinggi tiap lantai = 4,2 m

• Tinggi bangunan = 63 m

PEMBEBANAN

Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 11.2 adalah sebagai berikut : U = 1,4D U = 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) U = 1,2D + L ± 1,6W + 0,5(A atau R) U = 0,9D ± 1,6W U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E U = 0,9D ± 1,0E

PRELIMINARY DESIGN

Data dan bahan

Data-data yang ada sebagai berikut : type bangunan : Apartemen fy : 350 f’c : 40 Mpa Peraturan 1. Peraturan RSNI 03-1727-1989 2. PBI 1971 3. SNI 03-2847-02 Dimensi Balok

Balok dengan Lb = 720 cm, dengan persyaratan fy = 320 Mpa. 720 16 1 min x h

cm

h

min

45

maka dipakai h = 70 cm

h b 3 2  cm x b 70 46,67 3 2  

maka dipakai balok induk ukuran 50/70 cm

Dimensi Balok Anak 1

cm

h

min

45

maka dipakai h = 50 cm

h b 3 2  cm cm x b 50 33,33 35 3 2    PENGUMPULAN DAN PENCARIAN LITERATUR SERTA DATA MULAI

PENENTUAN KRITERIA DESAIN

PRELIMINARY DESIGN

PEMBEBANAN HORISONTAL DAN VERTIKAL

ANALISA DENGAN SAP 2000 11 ANALISA STRUKTUR

SEKUNDER

ANALISA STRUKTUR UTAMA

GAMBAR RENCANA

SELESAI

(7)

maka dipakai balok anak 1 ukuran 35/50 cm

Dimensi Balok Anak 2

dipakai balok induk ukuran 30/40 cm

Dimensi Pelat

a) Untuk   0,2 menggunakan pasal 11.5.(3(3))

b) Untuk 0,2 <  m < 2 ketebalan plat minimum harus memenuhi

] 2 , 0 [ 5 36 1500 8 , 0 .           m fy Ln hf

dan tidak boleh kurang dari 120 mm

c) Untuk m  2 ketebalan maksimum plat harus memenuhi 9 36 1500 8 , 0 .          fy Ln hf

dan tidak boleh kurang dari 90 mm

Harga  m didapat dari :

Iplat

Eplat

Ibalok

Ebalok

.

.

plat

E

balok

E

.

.

3 12 1 xKxbxh Ibalok

=

Sn Ln

12

3

t

bsx

I

palt

                                                               hw hf x bw be hw hf x bw be hw hf hw hf x hw hf x bw be K 1 1 1 4 6 4 1 1 3 2

Perincian elemen pelat yang merupakan pelat pracetak adalah :

 Untuk lantai 1-8

a. Tebal pelat pracetak = 8 cm b. Tebal overtopping = 5 cm

 Untuk lantai atap

a. Tebal pelat pracetak = 8 cm b. Tebal overtopping = 5 cm

ANALISA STRUKTUR SEKUNDER

PELAT

Langkah-langkah yang digunakan dalam menentukan tulangan lentur plat antara lain :

Data-data perencanaan untuk penulangan plat lantai yaitu :

 Dimensi plat : (370 cm x 200 cm)

 Tebal plat : 120 mm

 Tebal decking : 20 mm

 Diameter tulangan rencana : 13 mm

 Mutu tul baja (fy) : 400 Mpa

 Mutu beton (fc’) : 35 Mpa 1 = 0,81

 Sebelum Komposit dx = 80-20-(1/2)12 = 54 mm dy = 80-20- 12 - (1/2)12 = 42 mm  Sesudah Komposit dx = 130-20-(1/2)12 = 104 mm dy = 130-20- 12 - (1/2)12 = 92 mm Tipe Pelat Tulangan Terpasang mm2

Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Arah X Arah Y Arah X Arah Y B : 3,7 m x 2,0 m

13-200 As = 663,661mm2

13-200 As = 663,661mm2

13-200 As = 663,661mm2

13-200 As = 663,661mm2 Tulangan Angkat : dipasang tulangan

10 mm Perhitungan Titik Angkat :

arah i

arah j

(8)

10 . 0 , 2 5 m 0 , 7 m 0 , 5 m 0 , 7 m 0 , 2 5 m 0 , 5 m 1 , 4 m 0 , 5 m a r a h i a r a h j TANGGA Data Perencanaan

Lantai 1 (desain tangga pada lantai selanjutnya disamakan)

Data-data perancangan :

• Perletakan sendi dan rol

• Mutu beton (fc’) = 40 Mpa

• Mutu baja (fy) = 350 Mpa

• Tinggi antar lantai = 420 cm

• Panjang bordes = 140 cm

• Panjang tangga = 300 cm

• Lebar tangga = 400 ( 2 x 200 )cm

• Tebal pelat miring = 15 cm

• Tebal pelat bordes = 15 cm

• Diameter tulangan lentur = 12 mm

• Tebal selimut beton = 20 mm

Penulangan Tangga

• Tulangan memanjang

Pakai tulangan ( 16 – 100) As = 2010,62 mm²

• Untuk tulangan melintang

Pakai tulangan ( 10 – 150) As = 523,6 mm²

• Tulangan Angkat

Dipasang tulangan angkat  8 mm

BALOK ANAK

Data-data perencanaan untuk penulangan yaitu :

– Dimensi balok ( 35/50 )

– Panjang l = 7,2 m

– Tinggl balok pracetak sebelum komposit = 370 mm

– Tinggi balok setelah komposit 500 mm

– Tebal decking 40 mm

– Diameter tulangan rencana 22 mm

– Mutu tulangan fy = 400 Mpa

– Mutu beton fc’ = 35 Mpa

– Tinggi efektif untuk Sebelum komposit : 370 – 40 – 10 – ½ .22 = 309 mm

– Tinggi efektif untuk Sesudah Komposit : 500 – 40 – 10 – ½ .22 = 439 mm Perhitungan Tulangan Sebelum komposit : Tulangan tumpuan • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) Tulangan lapangan • 5 d 22 (As = 1900,7 mm2) Setelah komposit : Tulangan tumpuan • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) • 2 d 22 (As = 760 mm2) Tulangan lapangan • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) • 5 d 22 (As = 1900,6 mm2) Tulangan geser ∅10-100 Balok Anak

Data-data perencanaan untuk penulangan yaitu :

– Dimensi balok ( 30/40 )

– Tinggl balok pracetak sebelum komposit = 370 mm

– Tinggi balok setelah komposit 400 mm

– Tebal decking 40 mm

– Diameter tulangan rencana 22 mm

– Mutu tulangan fy = 400 Mpa

– Mutu beton fc’ = 35 Mpa

– Tinggi efektif untuk Sebelum komposit :

270 – 40 – 10 – ½ .22 = 209 mm

– Tinggi efektif untuk Sesudah Komposit : 400 – 40 – 10 – ½ .22 = 339 mm Perhitungan Tulangan Sebelum komposit : Tulangan • 2 d 22 (As = 760,27 mm2) Setelah komposit : Tulangan tumpuan • 5 d 22 (As = 1900 mm2) • 3 d 22 (As = 1140,4 mm2) Tulangan lapangan • 2 d 22 (As = 760,27 mm2) • 2 d 22 (As = 760,27 mm2) Tulangan geser ∅10-100

(9)

Kontrol terhadap simpangan ditabelkan : Drift X Story s (m)

= 0.7 x R s x

s (m) Kontrol base 0 0 ok…!! 2 0.000049 0.000189 ok…!! 3 0.0001 0.000385 ok…!! 4 0.000123 0.000474 ok…!! 5 0.000147 3.85 0.000566 < 0.08 m ok…!! 6 0.000179 0.000689 ok…!! 7 0.000211 0.000812 ok…!! 8 0.000236 0.000909 ok…!! 9 0.000423 0.001629 ok…!! Drift Y Story s (m)

= 0.7 x R s x

m (m) Kontrol base 0 0 ok…!! 2 0.000037 0.000142 ok…!! 3 0.000094 0.000362 ok…!! 4 0.000135 0.00052 ok…!! 5 0.000177 3.85 0.000681 < 0.08 m ok…!! 6 0.000223 0.000859 ok…!! 7 0.000271 0.001043 ok…!! 8 0.000311 0.001197 ok…!! 9 0.000465 0.00179 ok…!! BALOK INDUK

Data-data perencanaan untuk penulangan yaitu :

 Dimensi balok ( 50/70 )

 Panjang l = 7,2 m

 Tinggl balok pracetak sebelum komposit = 370 mm

 Tinggi balok setelah komposit 500 mm

 Tebal decking 40 mm

 Diameter tulangan rencana 22 mm

 Mutu tulangan fy = 350 Mpa

 Mutu beton fc’ = 40 Mpa

 Tinggi efektif untuk Sebelum komposit : 370 – 40 – 10 – ½ .22 = 309 mm

 Tinggi efektif untuk Sesudah Komposit : 500 – 40 – 10 – ½ .22 = 439 mm Penulangan : Dime nsi (mm) L (m m) Tulangan Terpasang mm2 Tulangan Tumpuan Tulangan Tumpuan Sengka ng Atas Bawah Atas Bawa

h 500 x 700 720 4

25 4

25 4

25 8

25

16-300 Tulangan angkat ∅12 KOLOM

Data - data perancangan :

 Dimensi kolom = 800 x 800 mm2

 Tinggi kolom = 3500 mm

 Mutu Beton (fc’) = 35 Mpa

 Mutu Baja (fy) = 400 Mpa

 Decking = 40 mm  Tulangan Utama = Ø 32  Beugel = Ø 12  d’ = 800 – 40 – 12 – ½.25 = 735,5 mm Tipe L (mm) Dimensi Tulangan lentur Sengkang K1 3500 800 x 800 8

32

12-200 Output PCACOL :

(10)

12 SHEARWALL

Data - data perancangan :

 Tebal Dinding = 40 cm

 Mutu Beton (fc’) = 35 Mpa

 Mutu Baja (fy) = 400 Mpa

 Lw = 720 cm

 Decking = 40 mm

PERENCANAAN SAMBUNGAN

Jenis Sambungan :

• Sambungan balok dan kolom

• Sambungan balok induk dan balok anak

• Sambungan balok anak dan balok anak

• Sambungan antar kolom pracetak

• Sambungan balok dengan Shearwall

• Sambungan pelat dengan balok

PERANCANGAN PONDASI

Dalam perancangan pondasi digunakan tiang pancang Wika Pile tipe 500 C, diameter 50 cm dengan menggunakan data tanah hasil uji sondir dari data tanah Lab. Mekanika Tanah ITS.

Dari hasil perhitungan, untuk pondasi kolom digunakan 8 tiang pancang dengan kedalaman 16 m.

Data – data perancangan dari poer adalah sebagai berikut :

 Dimensi poer = 4,1 m x 4,1 m x 1,2 m

 Diameter Tulangan = 25 mm

 Selimut beton = 50 mm

Dari hasil perhitungan, didapatkan : Tulangan arah X = 26 D 32

Tulangan arah Y = 26 D 32

Data perencanaan sloof :

 Dimensi sloof = 450 x 700 m

 Diameter Tulangan = 25 mm

 Selimut beton = 50 mm

 Tulangan sengkang = 12 mm Dari hasil perhitungan, didapatkan :

Tulangan = 8 D 25 Sengkang = Ø 12 – 200

KESIMPULAN

Dari keseluruhan hasil pengerjaan tugas akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil modifikasi perancangan struktur gedung TPB-ITS didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut :

a.Tebal plat atap dan plat lantai : 13 cm b.Dimensi kolom : 80 x 80 cm (tulangan

utama D32 mm dan sengkang Ø 12 mm) c.Dimensi balok induk : 50 x 70 cm

(tulangan utama D25 mm dan sengkang Ø12 mm)

d.Tebal shearwall : 40 cm (tul Ø 16-300) 2. Perencanaan pondasi direncanakan dengan

tiang pancang diameter 50 cm.

3. Pengaplikasian elemen pracetak pada suatu gedung dapat dibuat mendekati sifat monolit , bergantung dari perencanaan sambungannya. 4. Sistem pracetak dapat diterapkan pada

pemodelan Sistem Rangka Gedung, dengan menggunakan elemen pracetak pada elemen framenya.

5. Pelaksanaan metode pracetak sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan, namun membutuhkan ketelitian dan keahlian dalam proses pembuatan hingga pemasangannya.

SARAN

1. Masih perlu lagi pengembangan teknologi Pracetak agar lebih efisien lagi dalam

(11)

penggunaannya, serta lebih mudah dalam pengaplikasiannya.

2. Masih perlunya dibuatnya standardisasi dan peraturan mengenai beton pracetak yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan alam Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara Pembebanan Untuk Bangunan Gedung (RSNI 03-1727-1989), Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Peraturan Pembebanan Indonesia

Untuk Gedung, Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Direktorat Jenderal Cipta Karya.

PCI, 1992, PCI Design Handbook Precast and Prestress Concrete, Chicago, Illinois, Fourth Edition.

Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi, 1999, Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Gambar

Gambar 2.1 Parameter Geometri Konsol Pendek.
Gambar Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak
Gambar Titik-Titik Angkat dan Sokongan Sementara  Untuk Produk Pracetak Balok
GAMBAR RENCANA

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menjadikan BPM lebih memilih untuk tidak melayani pasien sebagai peserta Program Jampersal atau melayani pasien peserta Program Jampersal tetapi

 Kolom komposit dapat dibentuk dari pipa baja yang diisi dengan beton polos atau dapat pula dari profil baja hasil gilas panas yang dibungkus dengan beton dan diberi tulangan

perkembangan antar budaya masing- masing kelas yang ada di sekolah tersebut. Meskipun demikian, tetap saja pembentukan budaya sekolah tersebut berpijak pada landasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa salep yang mengandung ekstrak batang patah tulang (Euphorbia tirucalli) pada dosis 10% mampu

Fungsi efektor RIG-I dan MDA5 diperantarai oleh MAVS sedangkan cGAS dan IFI16 berinteraksi dengan STING baik langsung (IFI16) maupun tidak langsung (cGAS). MAVS atau

Data logger yang dikembangkan memiliki beberapa fitur utama, yaitu memiliki sistem pengiriman data berbasis SMS dan dapat lebih dari 164 karakter, interval waktu

Hasil analisis statistik nonparametrik kruskal wallis menunjukkan bahwa pemberian tablet berbahan dasar minyak atsiri daun jeruk purut dengan konsentrasi 4 ml/g, 8

Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikasi lebih rendah dari taraf signifikasi α =0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar