• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DALAM

PENELITIAN TINDAKAN KELAS Hariadi

Dosen PJKR Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan Abstrak

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu teknik riset yang tepat, karena tujuan utma PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelejaran bukan untuk menghasilkan pengetahuan. Pengembangan instrumen merupakan kegiatan mendesain pelaksanaan PTK dalam sebuah kegiatan perencanaan, untuk menggali informasi seputar kemajuan belajar siswa setelah dilakukan tindakan dalam pembelajaran pendidikan jamani olahraga dan kesehatan.

Kata Kunci : Pengembangan Instrumen, pendidikan jasmani, Penelitian Tindakan Kelas. Pendahuluan

Peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini merupakan kebutuhan yang mendesak, mengingat kualitas pendidikan di Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara tetangga, apalagi jika dibandingkan dengan negara maju. Sementara dipihak lain, kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan membutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas, demokratis, dan tanggap terhadap masalah-masalah praktis yang harus segera diselesaikan.

PJOK mempunyai kelebihan dibanding dengan pelajaran yang lain karena tidak hanya mempelajari tentang teori ilmu keolaharagaan (kognitif), tetapi juga melakukan praktek keolahragaan tersebut (psikomotor), dan melakukan sosialisasi, komunikasi, menghayati serta pengaruh kejiwaan pada anak didik (afektif). PJOK pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga (Permendiknas, No. 22 Th. 2006 : 181) Selanjutnya dalam permendiknas ini pada bagian latar belakang Standar Kompetensi – Kompetensi Dasar (SK-KD), secara khusus dinyatakan bahwa PJOK bertujuan agar peserta didik memiliki 7 kemampuan sebagai berikut: Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi

(2)

2

nilai-nilai yang terkandung di dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis,Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Fenomena yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laporan riset nasional menunjukkan bahwa tingkat kebugaran masyarakat Indonesia rata-rata berada pada kategori kurang. Data SDI 2006 menyebutkan bahwa 37,40% masuk kategori kurang sekali; 43,90% kurang; 13,55% sedang; 4,07% baik; dan hanya 1,08% baik sekali (Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum, 2007: 111). Hasil survei kondisi PJOK nasional tahun 2006 yang dilaksanakan oleh Pangkalan Data Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dan Olahraga Indonesia (PDPJOI) Asdep Ordik Kemenegpora RI pada 2.382 satuan pendidikan di 13 kabupaten/ kota, skor rata-rata nasional baru mencapai 520 dari skor maksimal 1.000 (Asdep Ordik Kemenegpora RI, 2006: 1).

Hasil ini menunjukkan bahwa kapasitas satuan pendidikan secara nasional dilihat dari 3 kondisi PJOK: sarana-prasarana, guru, dan kinerja dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, masih berada pada kisaran 52% dari hasil optimal yang diharapkan. Disisi lain berdasar data hasil Susenas menunjukkan bahwa partisipasi penduduk berumur 10 tahun ke atas dalam melakukan olahraga mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Dalam kurun waktu 2003, 2006, dan 2009 partisipasi penduduk dalam melakukan olahraga terus menurun, yaitu dari 25,4% tahun 2003, turun menjadi 23,2% tahun 2006, dan terakhir turun menjadi 21,8% tahun 2009. Pola ini berlaku di daerah perkotaan dan perdesaan (KemenPora 2011: http://kemenpora.go.id/index/preview/statistik/3971/2011-06.)

Sebagai praktisi yang merupakan ujung tombak dalam kegiatan pendidikan, guru dan dosen dihadapkan pada berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan itu dapat berkaitan dengan proses maupun hasil belajar. Masalah bukan saja ada pada aspek siswa, melainkan pula bisa berkenaan dengan permasalahan fasilitas belajar, sistem evaluasi, guru/dosen, dan bahkan sekolah/intitusi. Permasalahan yang berkaitan dengan siswa/mahasiswa misalnya, adalah kurangnya minat membaca dan motivasi belajar, ketidakberanian bertanya, kurang terampilan dalam berbicara dan lain sebagainya. Permasalahan yang berkenaan dengan guru/dosen, misalnya kurangnya kemampuan dalam menyusun perencanaan pembelajaran, kurangnya kemampuan mengembangkan materi ajar, kurangnya pemahaman dan kemampuan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang tepat, kurangnya kemampuan dalam menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, kurangnya kemampuan dalam melaksanakan penilaian dan mengadministrasikan hasil penilaian, dan kurangnya kemampuan dalam manajemen kelas (Sarwiji Suwandi, 2010: 7).

Berdasarkanstudi dokumentasi perangkat pembelajaran dan wawancara dengan peserta diklat PLPG di Fakultas Ilmu Keolahragaan Unimed ditemukan bahwa ada guru-guru (20%) sudah mencantumkan mengenai sikap yang akan dikembangkan pada suatu skenario

(3)

3

pembelajaran, tetapi hanya sebagian kecil guru (18%) yang melakukan penilaian atribut afektif yang ditampilkan peserta didik pada proses pembelajaran, dan sebagian besar guru (67%) hanya memberitahukan sikap-sikap terpuji yang diharapkan pada saat kegiatan pendahuluan namun tidak pada kegiatan inti ataupun penutup pembelajaran. Penilaian yang dilakukan guru umumnya hanya penilaian hasil pembelajaran (97%) hanya sedikit yang turut mencantumkan penilaian proses pembelajaran (12%).

Dari tujuan PJOK di atas sangatlah mulia, dan telah memenuhi aspek pengetahuan, keterampilan, system nilai dan sikap yang dinginkan. Namun kenyataan yang tercermin di lapangan menunjukkan bahwa hasil yang diharapkan tersebut kurang optimal. Fenomena yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laporan riset nasional menunjukkan bahwa tingkat kebugaran masyarakat Indonesia rata-rata berada pada kategori kurang. Data SDI 2006 menyebutkan bahwa 37,40% masuk kategori kurang sekali; 43,90% kurang; 13,55% sedang; 4,07% baik; dan hanya 1,08% baik sekali (Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum, 2007: 111). Hasil survei kondisi PJOK nasional tahun 2006 yang dilaksanakan oleh Pangkalan Data Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dan Olahraga Indonesia (PDPJOI) Asdep Ordik Kemenegpora RI pada 2.382 satuan pendidikan di 13 kabupaten/ kota, skor rata-rata nasional baru mencapai 520 dari skor maksimal 1.000 (Asdep Ordik Kemenegpora RI, 2006: 1). Hasil ini menunjukkan bahwa kapasitas satuan pendidikan secara nasional dilihat dari 3 kondisi PJOK: sarana-prasarana, guru, dan kinerja dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, masih berada pada kisaran 52% dari hasil optimal yang diharapkan. Disisi lain berdasar data hasil Susenas menunjukkan bahwa partisipasi penduduk berumur 10 tahun ke atas dalam melakukan olahraga mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Dalam kurun waktu 2003, 2006, dan 2009 partisipasi penduduk dalam melakukan olahraga terus menurun, yaitu dari 25,4% tahun 2003, turun menjadi 23,2% tahun 2006, dan terakhir turun menjadi 21,8% tahun 2009. Pola ini berlaku di daerah perkotaan dan perdesaan (KemenPora 2011: http://kemenpora.go.id/index/preview/statistik/3971/2011-06.) Sebagai praktisi yang merupakan ujung tombak dalam kegiatan pendidikan, guru dan dosen dihadapkan pada berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan itu dapat berkaitan dengan proses maupun hasil belajar. Masalah bukan saja ada pada aspek siswa, melainkan pula bisa berkenaan dengan permasalahan fasilitas belajar, sistem evaluasi, guru/dosen, dan bahkan sekolah/intitusi. Permasalahan yang berkaitan dengan siswa/mahasiswa misalnya, adalah kurangnya minat membaca dan motivasi belajar, ketidakberanian bertanya, kurang terampilan dalam berbicara dan lain sebagainya.

Berdasarkanstudi dokumentasi perangkat pembelajaran dan wawancara dengan peserta diklat PLPG di Fakultas Ilmu Kelahragaan Unimed ditemukan bahwa ada guru-guru (20%) sudah mencantumkan mengenai sikap yang akan dikembangkan pada suatu skenario pembelajaran, tetapi hanya sebagian kecil guru (18%) yang melakukan penilaian atribut afektif yang ditampilkan peserta didik pada proses pembelajaran, dan sebagian besar guru (67%) hanya memberitahukan sikap-sikap terpuji yang diharapkan pada saat kegiatan pendahuluan

(4)

4

namun tidak pada kegiatan inti ataupun penutup pembelajaran. Penilaian yang dilakukan guru umumnya hanya penilaian hasil pembelajaran (97%) hanya sedikit yang turut mencantumkan penilaian proses pembelajaran (12%). Pada umumnya guru melakukan penilaian dengan memberikan tes keterampilan saja (83%), tes keterampilan dan tes uraian untuk menilai aspek kognitif (17%), dan cenderung tidak ada penilaian yang dilakukan untuk sikap/karakter yang ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkan seperti yang tercantum pada rencana pembelajaran (Hariadi 2016: 12)Berdasarkan uraiaan di atas aspek instrument penilaian PJOK masih perlu menjadi perhatian untuk didalami dan dikembangkan khusus dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sehingga instrument penilaian yang sekaligus menjadi salah satu instrument PTK benar-benar memenuhi persyaratan terutama dalam aspek validitas dan reliabilitas, dan pada akhirnya kulaitas pembelajaran dapat meningkat.

Pengembangan Instrumen Penilaian sebagai Instrumen PTK

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya (Djemari Mardapi, 2012 : 4) dan kualitas pendidikan bersifat dinamis, berbagai upaya dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya dengan pelaksanaan penilaian hasil belajar secara berkesinambungan oleh pendidik, (Kunandar, 2007 : 10). Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu teknik riset yang tepat, karena tujuan utma PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelejaran bukan untuk menghasilkan pengetahuan, (Mulyasa, 2012 : 37). Dengan PTK, guru dapat memperbaiki pembelajaran untuk lebih efektif, sehingga guru dituntut menjadi kreativ dalam melakukan inovasi dalam pembelajarannya.

Dengan demikian yang menjadi okyek bidang garapan PTK dalam Pendidikan jasmani mencakup peningkatan / perbaikan terhadap ; peserta didik, metode mengajar, strategi mengajar, model pembelajaran, prosedur evaluasi, perubahan sikap dan nilai, media pembelajaran, lingkungan belajar (setting), materi pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan fokus atau sasaran PTK dalam kepelatihan olahraga mencakup ; atlit, tenaga pelatih, program latihan, media atau peralatan pelatihan, strategi / metode / variasi latihan, pengukuruan / evaluasi / assessment penampilan atlit, lingkungan latihan, pengelolaan venue / sarana/ prasarana kepelatihan olahraga, ( Agus Kristiyanto, 2010 :49-50). PTK diupaykan dilakukan tidak boleh mengganggu proses belajar mengajar sebagaimana terjadwal dalam kalender sekolah, atau kegiatan pelatihan olahraga sesuai program latihan. Guru / peatih tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK harus sejalan dengan rencana rutin sebagai guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pelaksanaan PTK tidak boleh memberi beban tambahan yang lebih berat bagi guru, melainkan justru dikerjakan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran / pelatihan sehari-hari di kelas atau di lapangan. Salah satu komponen kegiatan PTK adalah mengembangkan instrument penelitian untuk memperoleh data peningkatan kualitas pembelajaran.

(5)

5

Dalam PTK selalu berhubungan dengan data kuantitatif dan data kualitatif, baik yang berkenaan aktivitas dan kreativitas peserta didik, maupun kinerja guru dalam pembelejaran, (Mulyasa, 2012 : 68). Pengembangan instrumen merupakan kegiatan mendesain pelaksanaan PTK dalam sebuah kegiatan perencanaan, untuk menggali informasi seputar kemajuan belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Instrumen yang dikembangkan harus memenuhi aspek-aspek kualitas instrumen yakni menyangkut jenis instrumen, kebahasaan, isi, dan konstruksi (Suwarsih Madya, 2004: 37). Pada dasarnya instrumen dibagi dua, yaitu instrumen yang berbentuk tes dan instrumen yang non tes (Suharsimi Arikunto. 2012 : 150). Alat ukur (instrumen) yang dibuat/ disusun untuk melakukan pengukuran, sebelum digunakan harus terlebih dahulu dikalibrasi atau divalidasi (Djaali dan Pudji Muljono, 2008 : 7).Masing-masing jenis instrumen harus memenuhi aspek kualitas sebagai instrumen yang baik yakni memenuhi aspek validitas, reliabilitas, dan aspek kualitas lain seperti daya beda, tingkat kesulitan, dan indeks pengecoh (Zaenal Arifin, 2009: 266).

Namun demikian pada umumnya instrumen untuk PTK cukup divalidasi oleh ahli instrumen dan ahli materi, atau memenuhi aspek teoritik secara prosedural langkah-langkah penyusunan instrumen.Pada umumnya jenis instrument penelitian yang dapat digunakan dalam PTK antara lain sebagai berikut, (Mulyasa, 2012 : 69) :Tes : merupakan insrumen untuk mengumpulkan data prestasi belajar peserta didik. Bentuk tes ini dapat berupa tes lisan, tulisan maupun perbuatan, Skala Sikap : merupakan instrument untuk mengukur kecenderungan sikap peserta didik terhadap pembelajaran pelatihan yang diikuti, Observasi : merupakan instrument untuk melakukan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pelabelajaran / peatihan baik di kelas maupun di luar kelas/lapangan, Wawancara : merupakan instrument untuk mengumpulkan data lisan dari sumber data atau subyek penelitian secara langsung, Studi Dokumentasi : merupakan instrumen untuk mengumpulkan data tentang peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan.

Kesimpulan

Guru sebagi pendidik profesional haruslah memiliki kemampuan: merencanakan proses belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin kegiatn belajar mengajar (KBM), menilai kemajuan kbm, dan menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian kemajuan kbm. Olehkarenanya guru profesional selalu melakukan refleksiterhadap praktek pembelajaran yang telah dilakukannya. Dalam Kompetensi pengembangan profesi, guru dituntut untuk melakukan penelitian sederhana dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK merupakan pilihan yang tepat dan tren penelitian di beberapa perguruan tinggi termasuk Unimed. PTK merupakan tugas akhir yang harus dilakukan oleh mahasiswa khussunya mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) di prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Unimed. Untuk dapat melakukan PTK yang baik guru harus mampu Kemampuan pengembangan instrument PTK sehingga tujuan dapat dicapai secara optimal. Pada dasarnya instrumen yang baik adalah apabila mampu menilai dan memetakan kemampuan anak secara utuh dan sesuai dengan kondisinya sehingga datanya tidak bias.

(6)

6

Pengembangan Instrumen harus memenuhi aspek-aspek kualitas instrumen yakni menyangkut jenis instrumen, kebahasaan (keterbacaan), isi, dan konstruksi. Pada umumnya instrumen untuk PTK cukup divalidasi oleh ahli instrumen dan ahli materi, atau memenuhi aspek teoritik secara prosedural langkah-langkah penyusunan instrumen Oleh karena itu untuk menilai secara utuh dan nyata maka perlu dikembangkan instrumen yang kompleks sehinga dapat menilai seluruh aspek kemajuan belajar siswa, baik pengatahuan, keterampilan, tata nilai dan sikap. Dengan PTK diharap aslah yang telah dikemukakan di atas dapat diatasi dengan baik dan akhirnya standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam PJOK dapat tercapai dengan optimal.

(7)

7

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zaenal.. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung:Remaja Rosda Karya. 2009

Arikunto Suharsimi. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara, 2012. Djaali dan Muljono Pudji. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo. 2008 Hariadi. Pengembangan Instrumen Penilaian Otentik Keterampilan Gerak Dasar Manupulatif di

Sekolah Dasar. Jakarta : Disertasi Pascasarjana UNJ. 2016

KemenPora 2011, Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010. dalam http://kemenpora.go.id/index/preview/statistik/3971/2011-06 diakses tgl. 5 Januari 2014.

Kristiyanto Agus, Penelitian Tindkan Kelas dlam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga. Surakarta : UNS Press. 2010.

Kunandar, Guru Profesional Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007

Madya Suwarsih, Pandual Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. 2004.

Mardapi Djemari, Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan.. Yogyakarta: Nuha Litera. 2012. Mulyasa. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012.

Mutohir Toho Cholik dan Maksum Ali. Sport Development Index. Jakarta : PT. Indeks. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006 tentang Standar ISI

satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Sarwiji Suwandi.. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan lain pada saluran 3 adalah pembeli mereka bukan konsumen akhir tetapi adalah pedagang daging yang menjual daging dengan menggunakan harga eceran, sehingga

Besarnya rugi-rugi d.aya pad.a kar*ai petral testu tergan - tung kepada besar:rya arus yang ueagal-ir pad.a kawat d.an.. tahanan kawat tersebui, semeatara besaraya

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan kombinasi media budidaya pakan alami maggot berupa limbah

Tergantung dari penulis riset itu sendiri, jika laporan riset yang ditulis tersebut dipulikasikan, maka semua orang termasuk konsumen dari

Kabupaten Manokwari, Teluk Bintuni, Fakfak dan Kaimana ……….... Studi Pengkajian Kebutuhan Pengembangan Organisasi Masyarakat di Kabupaten Manokwari, Teluk Bintuni, Fakfak, dan

Salah satu upaya yang dilakukan agar pembelajaran kimia menjadi lebih menarik, mudah dipahami oleh siswa, serta siswa dapat terlatih dalam memecahkan masalah adalah dengan

Dari gambar 4.6 dan gambar 4.7 dapat disimpulkan bahwa dengan semakin bertambahnya sudut defleksi flap maka perbedaan tekanan yang terjadi pada permukaan atas

Manakala dalam kajian Fisher 1998 di Madagascar, beliau mendapati bahawa kekayaan spesies semut daun sarap adalah tertinggi pada altitud ketinggian pertengahan.. Ini