ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN PRODUK USAHA PEMOTONGAN AYAM DI DESA GERUNUNG, SEMAYAN, DAN SERENGAT KECAMATAN
PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PUBLIKASI ILMIAH
Diserahkan Guna Memenuhi Syarat yang Diperlukan untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
pada Program Studi Peternakan
Oleh
Lalu Arie Sandria B1D 010 251
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM
ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN PRODUK USAHA PEMOTONGAN AYAM DI DESA GERUNUNG, SEMAYAN, DAN SERENGAT KECAMATAN
PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh
Lalu Arie Sandria B1D 010 251
Diserahkan Guna Memenuhi Syarat yang Diperlukan untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
pada Program Studi Peternakan
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
Menyetujui,
Pada Tanggal : _______________ Pembimbing Utama,
Prof. Dr. Ir. Soekardono, SU NIP. 19511111 197702 1001
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM
ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN PRODUK USAHA
PEMOTONGAN AYAM DI DESA GERUNUNG, SEMAYAN, DAN
SERENGAT KECAMATAN PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Lalu Arie Sandria
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Matarm – NTB Tlp/Fax : (0370) 633603/640592
Email :Faterna.unram@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis kondisi dan proses
pemotongan ayam di Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah, 2) Mengetahui
besar pendapatan pengusaha pemotongan ayam (ayam broiler), 3) Mengetahui
saluran pemasaran produk RPA, 4) Megetahui titik impas (BEP). Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 12 September – 01 Oktober 2015 Di Kecamatan Praya
(Desa Gerunung, Serengat dan Semayan). Penelitian ini menggunakkan metode
survei, tehnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Penentuan lokasi dilakukan secara purposive dan pemilihan responden dilakukan secara acak (Simple Random Sampling). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pendapatan yang diterima oleh pengusaha RPA terdiri atas pendapatan kotor dan
pendapatan bersih. Rata-rata pemotongan per hari 110 ekor dengan pendapatan kotor
yang diterima Rp. 53,185 sedangkan pemotongan per bulan 3,300 ekor sebesar Rp.
1,595,575 dan pemotongan per tahun 39,600 ekor dengan pendapatan sebesar Rp.
19,146,909. Dengan rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh per hari sebesar Rp.
111,243, atau Rp. 3,399,25 per bulan atau Rp. 40,186,171 per tahun. Sedangkan nilai
titik impas pengusaha RPA per hari Rp. 483,5 atau Rp. 485,507 per bulan atau Rp.
483,507,803 per tahun.
ANALYSIS OF REVENUE AND MARKETING OF CHICKEN
SLAUGTERED BUSINESS IN THE GERUNUNG, SEMAYAN, AND
SERENGAT VILLAGE THE DISTRICT OF PRAYA CENTER LOMBOK
REGENCY
Lalu Arie Sandria
The Faculty of Animal Sciences, University Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram – NTB Tlp/Fax : (0370) 633603/640592
Email :Faterna.unram@yahoo.com
ABSTRACT
The aim of this study were 1) Analysis the condition and the process of the chicken
slaughtering in Praya central Lombok, 2) Knowing the revenue of chicken
slaughtering business, 3) Knowing the marketing distribution of chicken
slaughterhouse product, 4) Knowing Break Even Point. This research was conducted
on the 12th of September to 1th Oktober 2015 at district of Praya Gerunung,
Semayan, and Serengat village. This study used survey methode, data collection
using interviews and observations. Determining the location performed purposively
and selection of respondents is done randomly (simple random sampling). These
result that the revenue recived by the chicken slaughterhouse business consists of
gross revenue and net revenue. Average slaughtering 110 gross revenue Rp.53,185
per days, and slaughtering 3,300 of revenue Rp.1,595,575 per month and slaughtering
39,600 of revenue Rp.19,46,909 per a year. The average net revenue Rp. 111,243 per
day or Rp.3,399,265 per a month or RP.40,186,171 per year, while the break even
point value of chicken slaughterhouse per a day Rp.483,5, per a month Rp. 485,507,
and per a year Rp.483, 507,803.
PENDAHULUAN
Konsumsi ayam broiler di Indonesia mengalami permintaan yang
cenderung naik setiap tahun. Rata-rata konsumsi ayam broiler per kapita mengalami
peningkatan selama lima tahun terakhir dari 3,076 gram per kapita pada tahun 2009
menjadi 3,650 gram perkapita pada tahun 2013, atau terjadi kenaikan rata-rata 4,6%
antara tahun 2009-2013. Pada tahun 2011 total produksi daging di Indonesia
sebanyak 2.554.200 ton terdiri dari daging sapi dan kerbau 520.660 ton, kambing dan
domba 113.140 ton, babi 224.800 ribu ton, ayam buras 264.800 ton, ayam ras
pedaging 1.337.910 ton, ayam petelur 62.150 ton dan ternak lain 30.740 ton. Produksi
daging terbesar disumbangkan oleh ayam ras pedaging (52,38%), sapi dan kerbau
(20,38%), ayam buras (10,37%) dan babi (8,80%). Bila dibandingkan dengan priode
2010, produksi daging mengalami peningkatan 7,95% dengan peningkatan berasal
dari ayam ras pedaging (10,18%) (BPS, 2011).
Di Kabupaten Lombok Tengah usaha peternakan ayam broiler telah
berkembang pesat sebagai usaha rumah tangga untuk menambah pendapatan
keluarga. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lombok Tengah tahun
2013 tercatat bahwa populasi ayam broiler dari bulan Mei 2012 – April 2013 yang
dipelihara oleh usaha rumah tangga mencapai 4.432.719 ekor.
Ayam broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat yang dapat
menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yaitu 4-5 minggu. Selain itu, daging
ayam sangat mudah didapatkan di Kecamatan Praya karena saluran distribusinya dari
pedagang ke konsumen cukup lancar. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan
peternakan mempunyai harapan yang baik di masa depan. Usaha ayam broiler dapat
memberikan nilai tambah yang cukup berarti apabila diikuti dengan peningkatan
aktifitas pendukung seperti usaha pemotongan ayam, pengolahan, dan pemasarannya.
Salah satu faktor pendukung berhasilnya suatu usaha peternakan ayam broiler
tersebut adalah pemasaran yang dilaksanakan dengan baik. Menurut Gitosudarmo
produk yang dipasarkan itu dapat diterima dan disenangi pasar. Pemasaran
merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh aktifitas usaha ayam
broiler karena sangat penting dalam penyaluran produk dari peternak hingga sampai
ke tangan konsumen. Pemasaran ayam broiler termasuk ke dalam subsistem
agribisnis hilir yang melingkupi pengolahan dan kegiatan perdagangannya.
Pada keadaan ini RPA tidak khawatir dengan kualitas ayam yang akan
dipasarkan karena adanya jaminan dari perusahaan penyalur ayam, hal inilah yang
dijadikan acuan bagi pengusaha ternak untuk mematok harga pada setiap RPA tanpa
melihat nilai jual yang ada di pasar. Akibat dari penentuan harga yang tidak konsisten
tersebut menimbulkan dampak jumlah pendapatan yang diperoleh pengusaha RPA.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang “ANALISIS
PENDAPATAN DAN PEMASARAN PRODUK USAHA PEMOTONGAN AYAM
DI DESA GERUNUNG, SEMAYAN, DAN SERENGAT KECAMATAN PRAYA
KABUPATEN LOMBOK TENGAH”
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 September – 01 Oktober 2015 Di
Kecamatan Praya yaitu Di Kelurahan Gerunung, Semayan dan Serengat.
Pemiihan lokasi dilakukan dengan sengaja (proposional) dengan pertimbangan bahwa, pada lokasi tersebut banyak terdapat usaha pemotongan ayam.
Variabel dan Definisi Operasional
1. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
a. Biaya penyusutan bangunan adalah penyusutan nilai bangunan per tahun yang
dihitung dengan rumus :
b. Biaya penyusutan peralatan adalah penyusutan nilai peralatan per tahun yang
dihitung dengan rumus :
Penyusutan bangunan/tahun = investasi peralatan umur ekonomis
2. Biaya Tidak Tetap/Variabel
Yang termasuk dalam biaya Tidak Tetap/Variabel ini adalah biaya upah
tenaga kerja, pembelian ayam, LPG, listrik, air dan trasportasi. Adapun definisi
operasional variabel adalah sebagai berikut :
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan observasi
berpedoman pada quisioner. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Wawancara
Merupakan kegiatan tanya jawab atau komunikasi secara langsung dengan
responden atau pemilik usaha tersebut untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dengan menggunakan quisioner yang telah ditentukan.
b. Observasi
Merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara
langsung pada obyek penelitian mengenai kondisi, tempat rumah potong ayam, dan
kegiatan sehari-hari pemilik usaha.
Analisi Data
1. Analisis Pendapatan
Analisis ini digunakan untuk menghitung pendapatan dari hasil usaha
pemotongan ayam. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya.
Putong (2003), mengemukakan secara matematis perhitungan tingkatan pendapatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dilihat dalam penelitian ini yaitu : umur,
pendidikan terakhir, dan pengalaman usaha. Dari responden sebanyak 30 orang
diperoleh karakteristik yang dapat dilihat pada Tabel 2, 3, dan 4.
Umur Responden. Tabel 1. Umur Responden
Umur (tahun) Orang %
Pendidikan Responden. Tabel 2. Pendidikan Responden
Pendidikan Orang %
Pengalaman Usaha. Tabel 3. Pengalaman Usaha
Lama Usaha (thn) Orang %
2-5 21 70
7-9 3 10
10-15 6 20
Jumlah 30 100
Sumber : Data Diolah 2015
Teknis Produksi
Persiapan
Sebelum responden mengambil ayam di peternak maupun pengumpul terlebih
dahulu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan pada saat pengambilan yaitu
mempersiapkan keranjang pengangkut ayam dan kendaraan yang digunakan.Selain
Pengambilan Ayam
Pengambilan ayam dilakukan sendiri oleh responden di peternak setiap hari.
Transportasi yang digunakan untuk mengangkut ayam sampai RPA (rumah potong
ayam) mengunakan kendaraan milik responden. Jumlah ayam yang diambil oleh
responden setiap hari rata-rata adalah sekitar 110 ekor, sedangkan pada bulan-bulan
tertentu ayam yang diambil lebih banyak dari peternak.
Pelaksanaan
Ayam yang dipotong setiap hari sebanyak rata-rata 110 ekor. Pemotongan
ayam rata-rata di kerjakan oleh responden sendiri. Setelah ayam di potong kemudian
di rendam dengan panci yang berisi air panas yang bertujuan untuk memudahkan
memisahkan bulu ayam, setelah itu ayam di masukkan ke dalam mesin pencabut bulu
ayam.
Pemasaran
Pengusaha RPA (rumah potong ayam) umumnya memasarkan produksi
berkerjasama dengan pedagang yang ada di pasar. Pengusaha RPA Desa Gerunung
dan Desa Serengat biasanya memasarkan sendiri atau berkerjasama dengan pedagang
di pasar Renteng, sedangkan pengusaha RPA Desa Semayan memasarkan sendri di
pasar
Analisis Biaya dan Pendapatan
1. Biaya Tetap
Biaya tetap yaitu biaya yang memiliki nilai yang relatif tetap disetiap periode
produksi. Biaya ini tidak berpengaruh langsung terhadap proses produksi, dan juga
besarnya nilai biaya tetap tidak terlalu dominan dari total biaya yang dikeluarkan dari
setiap kegiatan usaha.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh responden guna
menunjang kegiatan usahanya. Biaya variabel dipengaruhi oleh besar kecilnya skala
kegiatan usaha yang dilakukan. Biaya yang dikeluarkan oleh responden terdiri dari
Tabel 6. Biaya Variabel
Komponen Nilai (Rp/hari) Nilai (Rp/Bln)
Pembelian Ayam 3,981,800 11,335,120
Listrik 2,361 70,833
Total biaya produksi merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel seperti yang ditujukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Total Biaya Produksi
Komponen Nilai (Rp/hari) Nilai (Rp/bln) Nilai (Rp/thn)
Biaya Tetap 1,769 53,075 636,909
Biaya Variabel 51,416 1,542,500 18,510,000
Jumlah 53,185 1,595,575 19,146,909
Sumber : Data Diolah 2015 Pendapatan
Pendapatan pada usaha RPA (rumah potong ayam) dikelompokkan menjadi
dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah jumlah
produksi dikalikan dengan harga.
Pendapatan Kotor
Pendapatan kotor adalah hasil penjualan seluruh produk dari usaha
pemotongan ayam. Karkas yang sudah dipotong dan dibersihkan merupakan hasil
utama dari usaha RPA.
Hasil penjualan usaha rumah potong ayam yaitu : karkas, jeroan (hati, rampela, dan
usus) dapat dilihat pada Tabel 8.
Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh responden setelah nilai
produksi (pendapatan kotor) dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Jalur
Tabel 9. Pendapatan Bersih
Komponen Nilai (Rp/hari) Nilai (Rp/bln) Nilai (Rp/thn)
Nilai Penjualan 164,828 4,994,840 59,333,080
Biaya Produksi 53,185 1,595,575 19,146,909
Keuntungan 111,243 3,399,265 40,186,171
Sumber : Data Diolah 2015 4. Saluran Pemasaran
Sluran pemasaran produk usaha pemotongan ayam dapat dilihat di Gambar 1.
Gambar 1. Saluran Pemasaran Ayam Broier di Desa Gerunung, Semayan dan
Serengat
5. Analisis Titik Impas (BEP)
Analisis titik impas ini (BEP) digunakan untuk mengetahui pada harga
penjualan berapa penerimaan penjualan dapat tepat menutup total biaya untuk
menghindari kerugian.
Tabel. 10. Nilai Titik Impas (BEP)
Komponen Nilai
(Rp/hari)
Nilai (Rp/bln) Nilai (Rp/thn)
Total Biaya 53,185 1,595,575 19,146,909
Total Produksi 110 ekor 3,300 ekor 39,600 ekor
Nilai BEP 483,5 485,507 483,507,803
Sumber : Data Diolah 2015
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
pendapatan yang diterima oleh pengusaha RPA (rumah potong ayam) terdiri atas
pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Rata-rata pendapatan kotor yang diterima
Tinggi rendahnya pendapatan bersih yang diperoleh tidak terlepas dari pendapatan
kotor yang diperoleh dan tingkat biaya yang dikeluarkan, artinya semakin tinggi
biaya yang dikeluarkan maka semakin kecil pendapatan yang diperoleh begitu juga
sebaliknya. Rata-rata keuntungan yang diperoleh per hari sebesar Rp. 111,243 atau
Rp. 3,399,265 per bulan atau Rp. 40,186,171 per tahun.
Saran
Diharapkan kepada pengusaha RPA (rumah potong ayam) untuk melengkapi
sarana dan prasarana demi kenyamanan konsumen karena usaha pemotongan ayam
memiliki prospek yang baik hal ini dapat dilakukan dengan meperbesar skala usaha
RPA ( rumah potong ayam).
DAFTAR PUSTAKA
Downey, W.D dan Ericskson, S.P.1992. Manajemen Bisnis. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta
Gitosudarmo, H, I. 1994. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Gitosudarmo, I. 2000. Manajemen Pemasaran. Cetakan Keenam. BPFE, Yogyakarta.
Kadarsan HW. 1995. Keungan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.
Kartasudjana, R. 2005. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan. Univesitas Padjajaran Pres. Bandung.
Kohls, R. L. and J. N. Uhls. 1985. Marketing of Agricultural Products. 6th Ed. Mac
Milan Co. New York
Kotler, P. dan G. Amstrong. 1994. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi V. Jilid 1.
Intermedia. Jakarta
Murtidjo B A. 1992. Pedoman Berternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius
Musrid, M. 1997. Manajemen Pemasaran. Akasara Bekerja Sama Antar Univesitas Studi Ekonomi UI, Jakarta.
Putong, Iskandar, 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi II, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Priyatno, M.A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. PT Penebar Swadaya.
Jakarta
Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Berternak Ayam Broiler. Jakarta : Penebar Swadaya. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sasongko, W. R. 2006. Mutu Karkas Ayam Potong. Triyanti. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Vetemier Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Suharno, B. 2002. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta
Suroprawiro, P., A.P Siregar dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Supriadin, J. 2006. Persentase karkas, organ dalam dan lemak abdomen ayam broiler yang diberi feed additive SIGI INDAH. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor