N0.39 Th. XXVVJUIi
2010t I I I { I
,"'I
il {
i
i
NPengembangan Bahan Pembelajaran
Menyimak
dan Berbicara BerbasisDAP melalui Perkuliahan Keterampilan
Bahasa IndonesiaI
Yuliana Setiyaningsih dan
P Hariyanto
Konsep Dasar
CTL
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia PranowoPengaruh
Linguistik
dalam Tes BahasaB.
lltidharyantoPenerapan Model Pembelaj aran B erdasarkan Pedago
gi Ignasian
dengan Menggunakan Teknologi Informasi pada Mata Kuliah Teori Sastrapada Semestr Gasal Tahun 2010 J. Prapta
Diharja, SJ
Analisis
dan Interpretasi Narrative Data dalam PenelitianKualitatif
Setya Tri NugrahaKita Menggusur
Kami
PetrusHariyanlo
rssN
0215-904x
N0. 39 Th. XXVV Juli 2010
Jurnal
llmiah
Pendidikan
Bahasa
dan
Sastra
-
Pengembangan Bahan pembelajaran Menyimak dan Berbicara Berbasis DAP melalui perkuliahan Keterampilan Bahasa tndonesiaI
Yuliana Setiyaningsih dan p. HariyantoKonsep Dasar CTL dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Pranowo
Pengaruh
Linguistik
dalam Tes BahasaB.
WidharyantoPenerapan Model pembelajaran Berdasarkan pedagogi Ignasian dengan Menggunakan
Teknologi
Informasi pada MataiuiialiTeori
Sastrapada Semester Gasal Tahun 2010 J. Prapta
Diharja,
SJAnali s is dan Interpret asi Nqrr a t iv e D a
t a d.aram penehtr an
Kualitatif
Setya Tri NugrahaKita Menggusur
Kami Petrus Hariyanto).
GATRA
Iumal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Terbit dua
kali
setahun bulan Januari dan bulan Juli berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analisiskritis
di bidang pendidrkan bahasa dan sastra.ISSN 0215_904X
Pelindung
Dr. G. Budi Subanar, S.J.
Ketua Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharrna
Dewan Redaksi
Penanggung jawab/Pemimpin Redaksi:
Kaprodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID)
Anggota Dewan Redaksi Dr. B. Widharyanto, M.Pd. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Dr. Yuliana Setiyaningsih
Redaktur
Ahli
Prof. Dr. H. Suminto
A.
Sayuti: Universitas Negeri yogyakarta, Dra. Ag. Ngadiman, M.Pd.: universitaswidya
Mandala Surabayq prof. Dr.rL
supamo: universitas NegeriMalang
Redaktur
PelaksanaY.
Setya Tri Nugraha, M.Pd. L. Rishe PurnamaDewi,
S.Pd.Sekretaris
Administrasi
FX.
SudadiGATRA
adalahjurnal
ilmiah pendidikan bahasa dan sastra yang diterbitkan oleh program Studi Pendidikan Bahasa, sastra Indonesia, dan Daerah FKIP Universitas Sanata Dharria.GATRA
menerima sumbangan tulisan berupaartikel hasil
penelitian atauhasil
analisiskritis
dari patra peminat pendidikan bahasa dan sastra. Tulisan disertai abstrak, kata kunci, biodatapenulis (meliputi
nama lengkap, tempat dan tanggallahir, riwayat
pendidikan,riwayat
pekerjaan yang relevan, hasil karya yang pernah Oinasilkantiga
iahunteraklir).
Naskahdikirim
dalam bentukdiketik
dengan program Microsoft Word. Panjang tulisan + 20 halaman, spasi rangkap.Alamat Redaksi: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
FKIp
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Jl. Affandi, tromol
Pos29 Mrican
yogyakarta55002.Ttp.
(027\
513301, psw. 1405, E-mail: [email protected].DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar
Isi
Pengembangan Bahan Pembelajaran
Menyimak
dan Berbicara Berbasis DAP melalui Perkuliahan Keterampilan Bahasa IndonesiaI
Yuliana Setiyaningsih dan P. HariyantoKonsep Dasar CTL dalzm Pembelajaran Bahasa Indonesia... Pranowo
Pengaruh Linguistik dalam Tes Bahasa.
B.
WidharyantoPenerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Pedagogi Ignasian dengan Menggunakan
Teknologilnformasi
pada Mata Kuliah Teori Sastra pada Semester GasalTahun
2010J. Prapta Diharja, SJ
Analisis
danInterpretasi
NarrativeDstu dalam Penelitian
Kualitatif
Setya Tri |,{ugrahaKita Menggusur
Kami
Petrus HariyantoI
III
20
34
52
82
KoNsEp
DA'AR
crL
DN,ANT*EMBELAJARAT{
roroaolnDoNEsrA
Pranowo
Dosen Program Studi PBSID,
FKIP, Universitas
Sanata Dharma yogtakarta'
Abstrak
CTL
merupakan pendekatan yang merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, ata,u lingkungan yang berhubungan dengan pembelajar.Pendekatan kontekstual dimaksudkan
agar
pembelajar mampu
menerima tanggungjawab,
mampumanilai
berbagai alternatif yangmungkin, mampu
mengembangkan rencana,mampu
menganalisisinformasi,
mampumenilai
bukti secara kritis,
mampu menciptakansolusi,
den
mampu membuat
pilihan. Oleh
karena
itu,
prinsip pembelajarannya bersifat(a) sahng ketergantungan,
(b) mandiri
dan keg'a sama, (c) kebermaknaan dalam belajar, dan(d) berpikir kritis
dan kreatif. Dengan pembelajaran sepertiitu, CTL ingin
agar muatanakademis
dalam
pembelajaran
yang
berkaitan dengan
konteks kehidupan siswa sehari-hari mampu merangsang sel-sel syarat otakuntuk
membentukjalan
menuju pemaharnan
akademisyang
lebih bermakna mengenai konsepberpikir tertentu. Pendekatan CTL dalam
pembelajaran bahasa diharapkan mampu meningkatkandaya
serap siswa dengan memberi peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukanaktivitas
belajar agar
daya serapsiswa
semakin baik. Dengan demikian siswa mampu mencapai keberhaSilan belajar dengan standar yang tinggt.Kata Kunci: kontekstual, ketergantungan, kQermaknaan,
kerja samaAbstract
i
L
CTL
refers
to
an
approach
in
language teaching
and
learninginvolving situations, backgrounds,
and
sorroundings
related
to language learners. The contextual approach is riiean to make studentshave
responsibilities,to
evaluatepossible
alternatives,to
developplanning,
to
analyseinformation,
to
evaluate evidencein
critical
ways, to create solutions, and to make appropriate choices. Therefore,learning should
be (")
interdependent,
(b)
independent
and cooperative,(c)
meaningful,(d) critical and creative.
Whatis
truty intendedin
applying such method of language learning and teachingis that
the academic elementsof
learnirugrelated to
students'daily
life-contexts should enable the sh)dents to stimulate their own cellsof
nervousbrain
to
create
right
ways
to
more
meaningful academic understandingabout certain
conceptof
thinking. CTL
approach isexpected
to
increase
students'understanding
by
giving
broad opportunitiesto haye
more activities.By
doing so,it
is expectedthat
students are able to achieve high standardoflearning
achievement.Key
Words:
contextual,
interdependency,
meaningfulness, cooperativeat
1.
PENDAHT]LUAII
Contextual
t"o"hing. and learning
(CTL)
ataubelajar dan
mengajar berdasarkanpendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang merujuk pada keseluruhan situasi, latar
belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengandiri pembelajar. Pembelajaran secara
kontekstual
tidak
sekedar agar
pembelajarmemahami
konsep-konsepteoretis
tetapimeqjadikan pembelajar (a) mampu menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku
sendiri, (b) mampu menilai berbagai altematif yang mungkin, (c) mampu membuat pilihan,
(d) mampu
mengembangkan rencana,(e) mampu
menganalisisinforrnasi,
(f)
mampumenciptakan solusi, dan
(g)
mampumenilai bukti-bukti
secarakritis.
Dengan berbagaikemamFuan tersebut,
CTL
ingrn
-"-6*9o,
pikiran
pembelajar sesuai
denganperkembangannya dan menempatkan
diri
pembelajar sebagai bagiantak
terpisahkan darisituasi yang dialami dalam lingkungan sosialnya.
Karena yang ingrn dibangun dalam
CTL
adalah perkembanganpikiran
pembalajarsesuai dengan
perkembangannya(baca:
mempercepat perkembangan
long
termmemory),pembelajar
harus
dihadapkandengan reahta yang ada
di
sekitamya
untukmemahami konsep-konsep teoretis dan akademis. Oleh karena
ihr,
strategi pembelajarandengan pendekatan
CTLharus berfokus pada (a)
pembelajaran berbasisproblem,
(b)menggunakan konteks yang beragam,
(c) mempsrtimqEemn
kebhinnekaan pembelajar,(d) membelajarkan pembelajar untuk belajar secara
-*hhi,
(e) belajar melalui kolaborasi,(f)
menggunakan penilaian autentik (dengan kasus-kasusriil),
dan (g)
mengejarstandartinggr. Atas dasar strategi
itulah,
guru sebagai pelaku perubahan (agentof
change) harusmampu menggali daya
keasi,
dayakritis,
dan daya inovasi pembelajar.Agar berbagai
dayayang dimiliki
oleh
pembelajar dapat ditumbuh-kembangkansecara
optimal,
pembelajaran dengan pendekatanCTL
harus mampu
memanfaatkanberbagai metodeyang variatif,mediayan'g sealamiah mungkin, pengembangan materi yang
berbasis masalah,
interaksi yang bersifat
personal,dan
evaluasiyung
mencenninkanautentisitas. Semua
ini
dimaksudkan agar pembelajaran melalui pendekatanCTL
mampu menghasilkan pemikir-pemikirkritis
dan kreatif.Pembelajaran
kontekstual menjadi fokus perhatian para
ahli
pengajaran sejakpembelajaran berubah paradigma
dari berfokus pada guru
ke
berfokus pada
siswa.Paradigma pembelajaran berfokus pada siswa memberikan ruang gerak kepada siswa untuk
belajarsesuai dengan perkembangan kognisinya dan belajar sesuai dengan konteks tempat belajarnya. Pembelajaran berfokus pada siswa memberikan konsep
berpikir
bahwa siswaharus dibawa
ke
basis pemikiranlokal
tetapi ditumbuhkembangkan ke wawasan berpikirglobal.Implementasinya
dalam
pembelajaran,siswa harus diakrabkan dengan
materi-materi yang ada
di
dunia sekelilingnya tetapi harus ditumbuhkembangkanke pola pikir
yang bersifat mendunia.2.
ANEKA PENDEKATAN
DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Pembelajaran bahasa Indonesiadewasa
ini
memperkenalkan berbagai pendekatan,yaitu (a) pendekatan komunikatif,
(b) pendekatan
konskuktivisme,
dan
sekarangdiperkenalkan pendekatan
lain yaitu (c)
pendekatanCTL. Agar tidak
membingungkanguru, perlu diberi penjelasan sedikit mengenai masing-masing pendekatan tersebut.
Pendekatan
komunikatif
diperkenalkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sejakkurikulum
1994 muncul. Pendekatanini digunakanuntuk
mengajarkan bahasa Indonesiakepada siswa.
Konsep
pendekatannya adalah bahwa bahasa diasumsikan sebagai alatkomunkiasi.
Jadi,jika
ingin
mengajarkan bahasa Indonesia kepadasiswa
henclaknyamengajarkan bagaimana bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi secara nyata.
Dengan kata lain, yang harus diajarkan kepada siswa adalah menggunakan dan memahami
fungsi-fungsi komunikatif dalam berbahasa Indonesia.
Berdasarkan asumsi
di atas, pendekatan
komunikatif
digunakanuntuk
memilihmateri yang harus dipelajari oleh siswa. Oleh karena
itu,
pembelajaran bahasa Indonesiaberdasarkan pendekatan
komunikatif
ditekankan pada materi-materi berkomunikasi baiksecara lisan maupun secara tertulis menggunakan bahasa Indonesia
Pendekatan konstruktivisme
mulai muncul
secara eksplisit dalamkurikulum
2004.Pendekatan
konstruktivisme
berasumsibahwa setiap siswa mampu belajar
denganmengkonstruk rumusan kebenaran berdasarkan perkembangan pikirannya. Kebenaran yang
dikemukakan
oleh guru
bukan
satu-satunyarumusan
kebenaran.Bahkan
ad,ayatg
berpendapat bahwa kebenaran
yang
dikemukakan gurujustru tidak
dapat dicerna olehsiswa
karena rumusan kebenaranyang
dikemukakanoleh guru
jauh
berbeda denganperkembangan pikiran siswa.
Pendekatan konstruktivisme
ini
digunakan untuk mendasari pemilihan materi sepertiapa yaflg sesuai dengan tahap perkembangan
pikiran
siswa. Meskipun materi yangdipilih
tergolong bagus menurut pendapat guru tetapi
jika
temyata materr tersebutjustru
Jirasa asingoleh
siswa sebaiknya materiitu tidak dipilih untuk
diajarkan. Begitujuga,
ketikaguru memmuskan kebenaran. Jika kebenaran yang dirumuskan oleh
guru
ternyata tidakdapat dicema oleh siswa, hanrtaknya rumusan kebenaran
"L
*u*
tersebut dikembalikan kepada siswa agar dirumuskan oleh siswa berdasarkan konsep pemaham6 sislys.Pendekatan lconstruktivisme digunakan untuk melihat tahap perkembangan
pikiran
siswa. Karena
siswa. diasumsikan
mampu
merumuskan kebenaran
menggunakanpikirannya sesuai dengan tahap perkembangannya, ketika siswa belajar bahasa hendaknya kebenaran-kebenaran dalam berbahasa juga tidak dipaksanakan untuk menerima kebenaran
seperti yang terdapat dalarn bahasa baku.
Pendekatan
CTL
berasumsi bahwa konteks belajarmenjadi
sangatpenting
dalambelajar siswa, termasuk
konteks belajar bahasa.
crl,
lebih
memberikanwama
padapentingnya menciptakan atmosfir belajar
bagi siswa
sehinggaketika
siswa belajar tidakmerasa asing dengan sesuatu yang sedahg dipelajari. Materi yang dipelajari menjadi sangat mudah karena dikemas dengan konteks dan situasi yang ada
di lingkungan
siswa.Secarapanjang lebar pendekatan CTL akan dibahas di bagian berikut ini.
CTL MEMBANGUN
PEMIKIR
KRITIS DAN KRE,ATIF
Pembelajaran berdasarkan pendekatan
kontekstual
ingin
membangunpemikir-pemikir
kritis. Pemikir
kritis
adalah pemikir yaflg mampu berpikir secara sistematis untukmenemukan kebenaran dengan mengevaluasi
bukti-bukti,
asumsi, logika, dan bahasa oranglain yang
mendasari pernyataan orang lainfEsebl{
Seorangpemikir kritis memiliki ciri
penanda sebagai berikut:
Mampu mengidenfiftkasi m asalah
Di
seputarkita penuh
dengan berbagai persoalan. Namun,tidak
semua persoalandapat diangkat menjadi masalah.
Hanya
fenomena
yang
memperlihatkan
adanyakesenjangan antaraharapat dengan kenyataan sajalah yang dapat disebut sebagai masalah.
Untuk
dapat mengidentifikasi fenomena sebagai suatu masalah membutuhkanpemikir
kritis, bukan orang kritis. Pemikir
kritis
akan mampumelihat
fenomena yang memilikikemungkinan untuk menjadimasalah dan fenomen a yalgbenar-benar tetap sebagai gejala.
Mampu menentukun sudut pandang
Setiap persoalan selalu bersifat multidimensional.
Artinya, setiap
persoalan dapatdilihat
dari berbagai sudut pandang.Dari
sekian banyak sudut pandang, hanya ada satusudut pandang yang memberikan peluang
untuk
dapat dipakai sebagaititik
pijak melihat
altematif pemecahan pada saat itu yang sesuai dengan konteks dan situasinya.harus dibawa ke basis pemikiran
lokal
tetapi ditumbuhkembangkan ke wawasanberpikir
global.Implementasinya
dalam
pembelajaran,siswa harus diakabkan
denganmateri-materi yang
adadi
dunia sekelilingnya tetapi harus ditumbuhkembanglanke
polapikir
yang bersifat mendunia.
2.
ANEKA PENDEKATAfr
qALAM
PEMBELAJARAN BAIIASA INIDOI\ESIA
Pembelajaran bahasa Indonesiadewasa
ini
memperkenalkan berbagai pendekatan,yaitu (a)
pendekatan komunikatif,
(b)
pendekatankonstruktivisme,
dan
sekarangdiperkenalkan pendekatan
lain yaitu (c) pendekatan
CTL. Agar tidak
membinglngkanguru, perlu diberi penjelasan sedikit mengenai masing-masing pendekatan tersebut.
Pendekatan komunikatif diperkenalkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sejak
kurikulum 1994
muncul. Pendekatanini digunakanuntuk mengajarkan bahasa
Ind.onesiakepada siswa.
Konsep pendekatannya
adalah bahwa bahasa diasumsikan sebagai alatkomunkiasi. Jadi,
jika
ingin
mengajarkanbahasu'Iodoo"riu
kepadasiswa hendaknya
mengajarkan bagaimana bahasa Indonesia digunakan unhrk berkomunikasi secara nyata.
Dengan kata lain, yang harus diajarkan kepada siswa adalah menggunakan dan memahami
firngsi-fungsi komunikatif dalam berbahasa Indonesia.
Berdasarkan
ast'nsi
di
atas, pendekatankomunikatif
digunakangntuk memilih
materi yang harus dipelajari oleh siswa. Oleh karena
itu,
pemb.elajaran bahasa Indonesiaberdasarkan pendekatan
komunikatif
ditekankan pada materi.materi berkomunikasi baiksecara lisan maupun secara tertulis menggunakan bahasa Indonesia.
Pendekatan konstmktivisme
mulai muncul
secara dkspliqr(\-,
dalamkurikulum
2004.Pendekatan
konstruktivisme
berasumsibahwa setiap
siswa'hu-p,
belajar
denganmengkonstruk rumusan kebenaran berdasarkan perkembangan pikirannya. Kebenaran yang
dikemukakan
oleh guru
bukan
satu-satunyarumusan
kebenaran.Bahkan ada
yangberpendapat bahwa kebenaran
yang
dikemukakan gurujustru tidak
dapat dicema olehsiswa
karena rumusan kebenaranyang
dikemukakanoleh guru
jauh
berbeda denganperkemban gan pikiran siswa.
Pendekatan konstruktivisme
ini digunakan
untuk mendasari pemilihan materi sepertiapa yan'g sesuai dengan tahap perkembangan pikiran siswa. Meskipun materi yang
dipilih
tergolong bagr.ls menurut pendapat guru tetapl
jika
temyata materi tersebut justru dirasaasing
oleh
siswa sebaiknya materiitu tidak dipilih untuk
diajarkan. Begitujuga,
ketikaguru menrmuskan kebenaran.
Jika kebenaran
yang dirumuskanoleh
guru temyata tidakc.
Mampu mengajukan alasanSetiap altematif pemecahan masalah membutuhkan argumentasi mengapa alternatif
pemecahan masalahtertentu
dipilih
dan mengapa bukan altematif yang lain. Alasan-alasanitu
hanya dapatdilihat
oleh seorangpemikir kritis
karena kemampuannrya melihat banyakpilihan dan
harus hanyamemilih
salah satu saja. Kemampuanmelihat
satu alternatifpemecahan masalah disertai dengan berbagai resiko
jika
alternatif lain yang harusdipilih.
d-
Mampumengemukakanasumsi-asumsiUntuk
memecahkan masalah seseorangharus berawaldari
asumsi (berbagai dasarpemikiran) yang mungkin
dapat dikembangkan sebagai dasarteori untuk
memecabkanmasalah.
Hal ini
perlu dilakukan karena seorangpemikir kritis
biasanya berpikinnengenaisesuatu yang sebelumnya belum dilakukan oleh orang lain.
e-
Mampu menggunakan bahasa denganjelas
Seorang
pemikir
kitis
mampu menggunakan bahasa secaraefektif.
Bahasaefektif
yaitubahasa
yang kalimat-kalimatnya mampu rnewakili
secaratepat
isi
pikiran
atauperasaan penulis dan sanggup menarik perhatianpembaca terhadap
pokok
masalah yang dibicarakan.Ciri-ciri
bahasaefektif,
antaralain
(a)memiliki
dayauntuk
menimbulkan kembali gagasan padapikiran
pembaca seperti yangdipikirkan
oleh penulis,(b)
gagasanpokok
selalu mendapattekansl
atau penonjolan dalampikiran
pembaca atau pendengar,(c)
menggrmakan penalaranyang
logis.
Pemakaian bahasadisadari
bukan
sekedarmemikirkan kaidah kebahasaan tetapi yang jauh lebih penting adalah kaidah firngsi-fungsi
komunikatif untuk mengemukakan
maksud.
;f,
Mampu mengemukakan'bukti-bukti
sebagai pendykung yang meyakinkan Setiap pemikiranmemerluk
bukti pendukung.Bukti
p&iluk*g
dapat berupa data,contoh-contoh,
ilustrasi
yangdapatmeyakinkan
orang
lain
bahwa pemikiran
yangdikemukakan memang benar.
C.
Mampu menarik kesimpulanKesimpulan merupakan bagian
akhir dari
pemikiran
yang
bermaksud
untukmenunjukkan kepadaorang
lain
bahwa seseorangtelah
sampai padatitik
tertentu oalammembahas suatu
pokok
masalah.Hal
ini
menjadi penting karena seseorang memberikan informasi kepada orang lainjika
adayang tertarik untuk menindaklanjuti pemikirannya.Implikasi merupakan sesuatu yang terkait secara tersirat dengan persoalan
lain
yangrelevan dengan pokok masalah yang telah disimpulkan. Seorang
pemikir kritis tidak
hanya melihathasil pemikirannya dengan sesuatu yang secara langsung berkaitan dengan masalahyang dibicarakan tetapi melihat lebih jauh ke depan terhadap belbagai kemungkinan yang
dapat terjadi pada masalah lain.
CTL juga membq4gun pemikir kreatif.
Pemikir kreatif
adalah pemikir yang mampumempraktikkan asosiasi dan imajinasi secara bebas dalam menemukan cara baru untuk memecahkan masalah.
Ciri
penanda pemikirkreatif yaitu
harus mampu
melakukanaktivitas mental, seperti (1) selalu mengajukan pertanyaan (mempertanyakan sesuatu yang sudah mapan), (2) mempertimbangkan
informasi baru dan ide yang tidak lazim
dengan pikiran terbuka, (3) membangun keterkaitan (kfiususnya diantara hal-hal yang berbeda), (4)menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas,(5) menerapkan imajinasi pada setiap
situasi untuk menghasilkan hal baru yang berbeda, dan (6) mau mendengarkan intuisinya.
Orang
kritis
hanyalah orang yang mampu mengemukakan kelemahan pemikiranorang lain untuk ditanggapi dan dicounter dengan pendapatnya sendiri atas dasar penalaran
rasional. Orang
kritis
tidalcnampu memberikan solusi terhadap suatu perrnasalahan tetapijustru memberikan petrrasalahan baru yang lebih rumit dari permasalahan yang ada.
4.
CTL
MEMBAI\GI]N
SEMANGAT SISWA
CTL ingin
membangun pembelajaran yang muatan akademisnya berkaitan dengankonteks kehidupan siswa
sehari-hari.Konteks kehidupan sehari-hari
menjadi
sangatpenting karena mampu merangsang sel-sel
syarq:tak
untuk membentuk jalan menuju kepemahaman akademis yang lebih berrnakna mengeiai *rqtu konsep berpikir tertentu.
Hal
ini
menjadi penting karenaCTL mampu
memberikan jawaban atas kegagalanpembelajaran secara tradisional
yang penuh
dengan ceramah
dan
hafalan.,,Jk
pembelajaran secara tradisional
telah
membuat' mayoritas
anak
kagal
mencapaikeberhasilan dengan standar tioggr,
CTL justru
mampu membawa keberhasilan terhadapmayoritas siswa yang gagal dalam pembelajaran secara tradisional.
Ada
beberapa
hal yang perlu
dikembangkan agar
CTL
mampu
mencapaikeberhasilan belajar dengan standar tinggi, yaitu:
a.
Prinsip saling Ketergantungan
Tidak ada masalah
di
alam
semestayang berdiri sendiri. Satu
samalain
salingbergantung dan saling mempengaruhi sehingga alam semesta dapat bergerak berdasarkan
25
suatu sistem yang teratur.
Ketika
seorang guru masukke
kelas, mestinyajuga
berpLkirapakah siswa saya akan saya bawa
ke hukum
alam semestayar,g bersifat universal 'lansaling bergantung ataukah
justru
sayajauhkan dari pengaruh
hukum
alamyang saling
bergantung satu sama lain?
Pendidikan sistem hadisional yang
menempatkansiswa untuk saling berlomba
dengan mengalahkan satu sama lain sehingga muncul satu orang menladi the best, tern)-ata
telah
gagal
membangun peradabandunia yang lebih baik.
Pendidikan sistem ini
menempatkan siswa satu terlepas dari siswa lain untuk saling menaklukkan.
Persoalannya,
tidak ada masalah
di
mukabumi
ini
yangberdiri
sendiri dan dapatdiselesaikan satu persatu. Setiap persoalan selalu
kait
mengait dan harus diselesairansecara simultan oleh banyak orang dengan berbagai disiplin ilmu. Begitu juga, tidak semua
tataran persoalan dapat diselesaikan
oleh seorang ahli
dalam satudisiplin
ilmu
denganberbagai persoalan
yang bertingkat-tingkat.
Dengandemikian,
segala persoalan yangbersifat multivaset,
multidisipliner, lintas
sektoral harus diselesaikan bersama-sama t,lehorang yang memang
mamiliki
kompetensi dalam bidangnya.Jika ada seorang
Insinyur bangunan yangmemiliki kehebatan membuat
rancanganbangunan sehingga
tahan
terhadap getaran gempa dengankekuatan 10 skala
richter,temyata insinyur
tersebuttidak
mampu
membuat bangunan tersebutberdiri
dengananggun.
Di
sinilah perlunya bekerja sama denganseorang ahli seni bangunan (arsiteknrr)agar
rancangan bangunanyangkokoh
tersebut dapatberdiri
dengananggun.
Setelahrancangan
jadi,
siapa yang harus mengerjakannya? Tenaga-tenaga menengah yang harusmenjadi pelaksana untuk menggerakkan tukang batu, tukang kayu, dan tukang besi harus
ikut
terlibatagar rancangan bangunanyang kokoh dan
angguntadi
dapat benar-benarterwujud.
Pembelajaran di sekolah juga berlaku hukum saling ketergantungan dalam arti bahwa
seorang siswa akan menjadi semakin
maju dalam
belajar apabila ada pajanan (expostte)dari
siswalain.
Setiap siswa sebenamya bergantian saling mengisi siswalain
sehinggasecara alamiah mereka akan terus tumbuh dan berkembang bersama-sama.
Prinsip Pembelajaran
Mandiri dan
Kerja SamaSifat alami seorang
anak
dalam perkembangannya selalumenuju
ke
kemadiriandalam
bertindak dan mengambil keputusan.. Ketika
merekamasih
kecil
seakan tidakperkembangan kognisinya setiap anak selalu
ingin
berbuat maksimal sesuai dengan tahap perkembangannya.Sifat
alamilain bagi
seorang anak adalah selalu mau bekerja sama.Illuran
tanganorang dewasa kepada seorang
bayi
ketika haus dengan menoloag anakke
depan putingIbunya diterima dengan senang
hati
oleh seorang bayi. Potensiingln
selalu bekerja samadalam
diri seorang anak
yang
bersifat
kodrati
harus
terus-menerusdipupuk
dandikembangkan
Pandangan tradisional jtrstru meniadakan
sifat
alami kemandirian dan bekerja samaini
dengan cara memberi perlakuankeliru.
Membawa anakke
situasi
kompetisiuntuksaling
mengalahkan
bukan
memupuk kemandirian
dan sifat kerja
sama
tetapimenumbuhkembangkan sifat egois.
cTL
berpandangan bahwasifat mandiri
dankerja
samayang
alamijustru
akanmembawa anak didik pada tumbuhnya rasa percaya
diri
dan kesadaran bahwa keberhasilan merupakan kesnksesan bersama. Sifat kemandirian adalah potensi besaruntuk
menggali-i1n1-minat
baru, semangat baru, motivasi baru untuk menyesuaikan denganlinglungan
hidup mereka.
Prinsip
Keberm aknsun dslam B elaiar
Pendekatan cTlmenanamkanpemahaman
kepada siswa bahwa belajar
bukansekedar memahami informasi, tetapi pemberian makna terhadap
informasi
yang dipejaridengan kebutuhan
hidup
dalam konteksyang
sesungguhny'a. Siswaperlu
ditunjukkanbahwa mempelajari sesuatu
perlu dikaitkan
dengan pengalamanhidup
sisr'^a'Misalnya'seorang anak mempelajari Drama Hamlet karya Shakespeare fvlengapa dia harm
bersusah-susah mempelajari Hamlet? Untuk apa bersusah-susah mempelajari ketegangan, pelukisan watak, alur cerita, tema dsb.?
Prinsip Berpikir
Kritis dsnKreatif
IBerpikir
kritis
danlaeatif
ibarat sekeping matauang logam,memiliki
dua wajahyangdapat dibedakan tetapi
tidak mungkin
dipisahkan.Berpikuir kritis yaitu berpikir
secarasistematis untuk menemukan kebenaran dengan mengevaluasi
bukti-bukti,
asunNi, logika,dan bahasa orang
lain
yang mendasari pernyataannya.Berpikir
kritis
harus selalu siap dengan berbagai kemungkinan yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan demikian,berpikir kritis
memberikan peluang pada munculnya daya imajinasi dan asosiasi terhadapsesuatu yang mungkin dapat terjadi. Hal
ini
sama halnya denganberpikir kreatif' Berpikir
kreatif
adalahberpikir
untuk mencari kesempatan mengubah sesuatu menjadi lebih baik'Berpikir kreatif
selalu diawali dengan mengajukan pertanyaan terhadap sesuatu yang sudahmapan, mau memberi peluang dan mempertimbangkan
ide
baru yang
tidak
lazim,membangun keterkaitan sesuatu yang berbeda, mencari hubungan sesuatu secara bebas,
menerapkan imajinasi dalam setiap situasi, dan mendengarkan
intuisi.
rr.a.
Prinsip Penilaian
secaraAutentik
Penilaian autentik memberi[an tantangan kepada siswa unttrk menerapkan informasi
dan keterampitan
akademik baru 'dalam situasi nyata untuk tujuan yang
bermakna.Penilaian autentilanemberikan peluang kepada siswa
untuk memperlihatkan
kemampuan terbaik mereka sambil memperlihatkan apayang sudah mereka pelajari.Penilaian autentik bersifat
inklusif yang
dapat memberi keuntungan kepada siswauntuk (1) mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka,
(2)
memperkuatkompetensi melalui
pengumpulaninforrnasi,
memanfaatkan segalasumber daya, menangani teknologl
yang
diperlukan,
dan berpikir
sistematis,
(3)mengaitkan pelajaran dengan pengalaman hidup,
(4)
mempertajam keahlian berpikir, (5) menerima tanggung jawab dan membuat alternatif, (6) belajar bekerja sama dengan oranglain dalam
mengerjakan tugas.Berbagaijenis penilaian autentik yaitu portofolio,
proyek,pertunjukkan (unjuk ke{a), dan tanggapan tertulis lengkap (problem solfing).
5.
CTL
MEhIINGKATKAI\
DAYA
SERAPSISWA
Pengalaman belajar harus memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswauntuk
melakukan aktivitas
belajar
agar daya serap siswasemakin
baik.
Ada
beberapakiatpembelajaran
yang
dapat meningkatkandaya serap siswa. Sheal,
Peter, 1989
(dalamPuskur, 2000) mengemukakan bahwa
kita belajar
10% dail.gpa1Y,angkita
baca,20o/odari
apa yzrlg
kita
dengar,30%
dai
apayalg kita tihat
dandengdrli} %
jtka pembelajarterlibat
dalam diskusi, TOyojika
pembelajar melakukan presentasi,90yojika
mahasiswaterlibat dalam
bermain
peran,
melakukan simulasi,
dan
mengerjakan
hal
yangnyata.Berdasarkan
hasil
penelitian tersebut, mestinya dosen menghindari
kegiatanpengajaran dengan memberi cerarnah, dan memperbanyak pemberian kesempatan kepada
mahasiswauntuk melakukan sesuatu dan melaporkannya.
Agar
siswadapat mencapai kompetensi maksimal,BW
dapat melakukan berbagaiusaha
dalam proses
pembelajaran
dengan
memanfaatkan
berbagai
metode,teknik,prosedur, dan
media
untuk
menunjhng proses belajar-mengajarantara
gurudengan siswamelalui
materi
(ingat, penguasaan materi bukan targetakhir
belajar, tetapisekedar wahana untuk mengembangkan kompetensi siswa).
Pembelajaran pada dasanrya adzlah interaksi guru dengan siswayang berfokus pada
pengembangan
kompetensi siswa.
Agar
interaksi guru-sisrra dapat mengembangkan
kompetensi siswa, dibutuhkan materi pembelajaran. Namun, karena proses pembelajaran
pada dasarnya adalatr transforrnasi
ilrnu pengetahuan
danteknologi
denganalat materi
pembelajaran, guru harus dapat menemukan
kiat
agar ftemFetensi siswa benar-benar dapatberkembang secara
maksimal. Oleh karena
itu,
guru perlu dibantu
dengan berbagaimetode,
teknit
strategi, dan media pembelajaran agar interaksi guru-siswa dapat berjalanefektif. Komponen-komponen itulah yang disebut dengan istilah komponen pembelajaran.
Komponen pembelajaran pada dasamya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu (a)
komponen pokok
meliputi guru,
materi, dan siswa, dan (b) komponen penunjangmeliputi
metode,
teknik,
strategi, dan media pembelajaran. Hubungan masing-masing komponentersebut mengarah ke pencapaian kompetensi belajar siswa.
6.
MODEL CTL BAIIASA INDOI\ESIA
Desain pembelajaran bahasa
dan
sastra Indonesia berdasarkan pendekatanCTL
dirancang berdasarkan komponen-komponen pembelajaran
pada
umrunnya.
Yangmembedakan
adalah
asumsi-asumsi
teoretis
yang
dipakai
sebagai
dasar
untukmelaksanakan pembelajaran. Pendekatan kontehstual berasumsi
bahwa konteks
alamitempatsiswa belajar merupakan prjakan utama dalam'pembelajaran. Desain pembelajaran
secara kontekstual
tersebut dapat
dirancang dengan memperhatikan
komponenpembelajaran sebagai
berikut.
\-
.,\,*
tL
PemilihanMateri
Pembelajaran bahasa
dan sasta
Indonesia harusmemilih
materiyangtidak
jalh
dengan lingkungan
hidup siswa.
Materi
ini
dapat dikembangkan secara tematis,#iunyu
materi yang bertema "lingkungan hidup" dapat dipakai sebagai prjakan untuk mengajarkan
menyimalq membaca, berbicara, maupun menulis.Tema lingkungan
hidup dapat
dipersempit
lagi,
seperti siswa yangtinggal
di
daerah pertanian dibedakan dengan siswayang tinggal di daerah pantai, pariwisata, industri dsb.
Materi
pembelajaranharus
dikemasdalam bentuk problem solving
(pemecahanmasalah) sehingga memungkinkan'siswa
untuk
mengemukakan pendapatpribadi secaraargumentatif yang didukung dengan data serta argumen-argumen yang lain.
Materi pembelajaran yang kontekstual hendaknya diberikan secara beragam sehingga
siswa diperkenalkan dengan aneka ragam konteks kehidupan. Dengan
demikian,kebhinnekaansiswa dapat terakomodasi melalui keberagaman materi pembelajaran.
b.
Maode Pembelajaran
Metode pembelajaran berdasarkan pendekatan
CTL harus memberikan
peluangkepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain agar terjadi tukar-menukar gagasan
(berdiskusi) untuk saling beradu aigumen sehingga siswa terbiasa
untuk menerima
ataumemberi 5umfangan pikiran orang lain.
Hal
ini
sangat penting karena dengan terbiasamenerima pendapat orang
lain
atau memberikan sumbangan pemikiran kepada oranglain
akan tumbuh sikap saling menghargai, memberi, dan menerima.
Pembelajaran CTL jlu;ga
perlu mengakomodasi kemtrngkinan siswa unhrk
suksesbersama sehingga
perlu
dibiasakan tumbuhnya semangat belajartingg.
Metode-metodepeiberian
tugas memberi peluang untuk saling bekerja sama dalam mencapai kesuksesanbersama.
Misalnya
pembelajaran apresiasi sastra,.tidak harus dilakukan
berdasarkaninterpretasi
guru tetapi biarkan siswa memberikan interpretasi sendiri
berdasarkanpemahaman
dan
tingkat
perkembangan
imajinasi siswa
sehingga
siswa
dapatmendiskusikan hasil interpretasinya dengan teman lain melalui diskusi dan bennain peran.
c^
Media PembelajaranDesain pembelajaran dengan
CTL
harus memberikan peluang untuk memilih mediayang
memungkinkan digunakannyamedia pembelajaran
sesuiim
dengan konteks dansituasi belajar siswa. Media berbasis
IT
memang bagus (karena mengako-odasi kemajuan teknologi). Namun media berbasisIT bukan
segala-galanyq,Ji'sy_a yang tinggaldi
daerahterpencil
dengan keterbatasan fasilitas dapat memilihmedia\fun
yang
sesuaidengansituasinya tetapi tetap mengacu pada keberhasilab belajar dengan standar tinggr.
d
Interaksi BelajarMengajar
Interaksi
belajar mengajar dengan
CTL
hendaknyamemberikan
kemungkinankepada siswa untulonengemukakan pemikiran-pemikiran inkonvensional sehingga
pikiran
kritis
dankreatif
siswa dapat terakomodasidenganbaik. Ketika guru minta
kepada siswaagar memecahkan masalah sesuai dengan pendapat
pribadi
siswa,
guru
harusmengakomodasipendapat-pendapat
yang secara
logis tidak masuk
akal tetapi
secaraargumentatif dapat diterima akal sehat. Kebeianian siswa berimajinasi dan berasosiasi
dalam
memecahkanmasalah dengan
memanfaatkanintusinya harus dipupuk
dandiakomodasi,
difasilitasi agar siswa berani mempertanggrrngiawabkan
pendapatnyadi
depan teman-temannya.
e.
PenilaianHasil Belaiar
Penilaian hasil belajar berdasarkan CTL disarankan medfigr:nakan penilaian autentik.
Afirnya, penilaian dengan non-tes, seperti
portofolio,
proyek,unjuk kerja adalatr
bentukpenilaian tepat
unarl\ pembelajaran berdasarkan pendekatan
CTL. Ketika seorang guru
akan menilai kemampuah berbahasa siswa, guru dapat memberi permasalahan dalam topik
tertentu kepada siswa. Siswa diminta memecahkan masalah yang berkaitan dengan topik
tersebut
melalui
wawancarauntuk
mengumpulkanbahan
pemecahan masalah untukmengukur
kemampuan berbicaradan menyimak. Siswa
dapat mendikusikan bersamateman
untuk
mengukur
kemampuanberbicara. Siswa dapat mencari jawaban
ataspermasalahanmelaluimberbagai sumber pustaka
untuk
mengukur kemampuan membaca.Dan siswa
dapat melaporkanhasil
pemecahan masalahtrntuk
mengukur kemampuanmenulisnya.
7,
PENUTUP
Pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan CTlmemberikan atmosfir belajar yang
kondusif bagi
siswa karena konteks dan situasibelajar sesuai dengan
kehidupan siswasehari-hari. Dengan konteks belajar yang dekat dengan dunia siswa, penverapan materi
akan menjadi lebih mudah sehingga hasil belajar dapat drtuntut dengan stardar
tinggi. Di
samping
itu,
penilaianhasil belajar
siswa akan dapat mencerminkan kemampuan yangsebenamya
jika penilaian
dilakukan secara autentik.a.
DAFTARPUSTAKA
Adair, John. 2008. The
Art
of Creative Thinking. Yogyakarta: Golden Book.Anthony, E.
M.
1963. "Approach, methods and technique"dalamFrankSmolinski
(ed' '.tg85. tandmarl<s of American Language and Lingurslics. Washington: ELPD.
Departemen P dan
K.
1995.Kurikulum
Sekolah Menengah (Jmum GBPP Mata PelajaranBahasa Indonesia Kelas I,
il, II.
Jakarta: Depdikbud'Johnson,
Elaine
B.
2007. Contextual Teaching andLearning.
Bandung:Mizan
MediaUtama.
Kurikulum Berbasis
KompetensiMataPelaiaran Bahasa dan Sastra Indonesia
untukSekolah
Menengah
(Jmum(Bwam
ke
7).
2001.
Jakarta:Badan Penelitian
danPengembangan Pusat
Kurikulum,
Depdiknas'Nunan,
David.
1989. lJnderstanding Language Classrooms,A
Guidefor
TeacherInitiated
Action, New
York,
London: Prentice Hall.Richards, Jack C. dan Theodore S. Rodger. 1986. Approaches and Methods
in
LanguageTeaching. Cambrdige: Cambridge University press'
Silberman,
Mel.
1996.
Active
Learning;
101 Strategies
to
Teach
any
Subjett'
Massachusetts:
A
Simon&
Schuster Company'Stanclar Kompetensi Dasar
Guru.200l.
Jakarta: DirjenDikti, Komisi Disiplin
PendidikanTinggi.
Utz,
Robert
T.
and Leo
D.
Leonard.
19'75. TheFoundations
of
()ompetency BasedEducation. Toledo: Kendall,/Hunt Publishing Company'