• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi “Margugu” Sebagai Sistem Tolong Menolong Pada Masyarakat Desa Marubun Lokkung, Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tradisi “Margugu” Sebagai Sistem Tolong Menolong Pada Masyarakat Desa Marubun Lokkung, Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kebudayaan Tradisional Masyarakat Desa

Konsep kebudayaan tradisional mengacu pada gambaran tentang cara hidup

(way of life) masyarakat desa yang belum dirasuki oleh penggunaan tehnologi modern

serta system ekonomi uang. Dengan rumusan lain, pola kebudayaan tradisional adalah merupakan produk dari besarnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang hidupnya tergantung terhadap alam.semakin tidak berdaya dipihak lain semakin

tergantung terhadap alam, akan semakin terlihat jelas pola kebudayaan tradisional itu. Menurut ).E Baker sebagai akibat dari kedekatannya dengan alam, orang desa

umumnya mengambangkan filsafat hidup yang organis. Artinya mereka cenderung memandang segala sesuatu sebagaai suatu kesatuan. Refleksi dari filsafat semacam ini dalam hubungan antar manusia adalah tebalnya rasa kekeluargaan dan

kolektivitas. (Rahadjo, 1999: 63-65)

2.2 Solidaritas menurut Emile Durkheim

Solidaritas adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sebuah kelompok

sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan solidaritas. Kelompok-kelompok sosial sebagai tempat berlangsungnya kehidupan bersama masyarakat akan

(2)

Solidaritas adalah adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama , kesetiakawanan, dan

rasa sepenanggungan diantara individu-individu sebagai anggota kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen masyarakat yang menjadi perhatian Durkheim dalam

memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memilki solidaritas sosial yang berebeda dengan bentuk

soslidaritas sosial pada masayrakat modern. Pembedaan mekanik dan organic merupakan salah satu sumbangan Durkheim yang peling terkenal.

Dalam karya Durkheim yang berjudul “the Division Of Labour In Society”

mengklasifikasikan solidaritas sosial kedalam dua bentuk yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis adalah solidaritas yang didasarkan pada

masyarakat yang memilki kesamaan dalam kepercayaan, pandangan, nilai, dan memilki gaya hidup yang kurang lebih sama. Homogenitas ini juga terlihat dari pembagian kerja dalam masyarakat yang rendah yang mana hanya terspesialisasi

hanya berdasarkan usia dan jenis kelamin. Sedangkan solidaritas organis merupakan solidaritas yang terdapat pada masyarakat yang sudah mengenal pembagan kerja

secara lebih luas. Karena pembagian kerja mulai meluas dan kesadaran kolektif pelan-pelan mulai menghilang. Orang yang aktivitas pekerjaannya mulai terspesialisasi dan tidak sama lagi akan merasa bahwa dirinya berbeda antara yang

(3)

masyarakat ini lebih membutuhkan spesialis pekerjaan lain untuk memenuhi berbagai

kebutuhan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan meningkatnya secara bertahap saling ketergantungan fungsional antara berbgai bagian masyarakat

heterogen ini memberikan suatu alternative baru untuk sebuah kesadaran kolektif sebagai dasar solidaritas sosial yang dinaamakan solidaritas organis yang berkembang

pada masyarakat modern. (Johnson 1988:187)

2.3Gemeinschaft Ferdinand Tonnies

Gemeinschaft diasosiasikan dengan konsep kelompok atau asosiasi.

Gemeinschaft merupakan situasi yang berorientasi pada nilai, aspiratif, memilki peran dan terkadang sebagai kebiaaan asal yang mendominasi kekutan sosial. Gemeinschaft

lahir dari dalam individu, keinginan untuk berhubungan didasarkan atas kesamaan

dalam keinginan dan tindakan. Kesamaan individu dalam hal ini merupakan factor penguat hubungan sosial, yang kemudian diperkuat dengan adanya hubungan

emosional serta interaksi antar individu. Tonnies memaparkan Gemeinschaft

merupakan wessenwill, yaitu bentuk-bentuk kehandak, baik dalam arti positif maupun negative, yang berakar pada manusia dan diperkuat oleh agama dan kepercayaan,

yang berlaku didalam bagian tubuh dan perilaku atau kekuatan naluriah, jadi

wessenwill itu sudah merupakan kodrat manusia yang timbul dari keseluruhan

kehidupan alami. (Sztompka, 1994) dalam (Nanang Martono 2011: 45)

(4)

Pertumbuhannya serta ikatan kekerabatan masyarakat yang semacam ini makin lama

makin menipis. Kedua, gemeinschaft of place (locality), yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan, sehingga

dimungkinkan untuk terjadinya saling, misalnya ikatan yang terbentuk karena adanya suatu wilayah tempat tinggal, satu RT, satu desa atau satu kompleks perumahan.

Ketiga, gemeinschaft of mind, yaitu gemeianschaft yang mendasarkan diri pada ideology atau pikiran yang sama, misalnya individu yang tergabung dalam satu Negara, partai politik, atau satu keyakinan (agama) (Sztompka, 1994)dalam (Nanang

Martono 2011: 46)

2.3 Gotong royong

Gotong royong merupakan kegiatan sosial kemasyarakatan yang berorientasi pada tindakan untuk saling meringankan beban pekerjaan. Perilaku masyarakat dalam

kegiatan gotong royong menunjukkan bentuk solidaritas dalam kelompok masyarakat tersebut. gotong royong merupakan ciri budaya banga Indonesia yang berlaku secara turun temurun sehingga membentuk perilaku sosial yang nyata dalam tata nilai

kehidupan sosial. Nilai tersebut membuat kegiatan gotong royong selalu terbina dalam kehidupan komunitas sebagai suatu warisan budaya yang patut untuk

(5)

sedangkan di pedesaan gotong royong dilakukan sebagai solidaritas antar sesama

masyarakat sebagai satu kesatauan wilayah atau kekerabatan.

2.3 Nilai dan Norma

A. Nilai

Menrurut Horton dan Hunt nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman

itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarah pada perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar.

Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah, artiya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masayarakat dimana tindakan itu dilakukan. Ketika nilai yang

berlaku menyatakan bahwa kesalehan beribadah adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi, maka bila ada orang yang malas beribadah tentu tentu akan menjadi bahan

pengunjingan. Sebaliknya, bila ada orang yang dengan ikhlas rela menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah atau rajin amal dan semacamnya, maka

ia akan dianggapa sebagai orang yang pantas dihormati dan diteladani.

Didalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi perubahan

(6)

yang didominasi oleh sinetron-sinetron mutakhir yang sering memperlihatkan

artis-artis berpakain relative terbuka alias minim, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat terpengaruh menjadi ikut longgar. Kaum remaja yang dahulu terbiasa berpakaian “normal”, kini telah ikut berpakaian minim dan terkesan makin

berani. Model rambut panjang dan hitam yang dulu sebuah kebanggaan perempuan

desa, kini dianggap sebuah symbol ketertinggalan, dan sebagai gantinya bahwa model rambut yang dianggap trend adalah rambut pirang yang mereka ikuti dari artis-artis atau idola mereka. Dengan kata lain bahwa kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat

ikut berubah seiring dengan berubahnya nila-nilai yang diyakini masyarakat itu. (Narwoko).

B. Norma

Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dan akan selalu berkaitan. Perbedaannya secara umum bahwa norma mengandung sanksi yang relative tegas terhadap

pelangggarnya. Norma lebih banyak penekanannya sebagai peraturan-peraturan yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang merupakan factor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai aturan nilai-nilai sosial tertentu

dianggap terbaik untuk dilakukan.

Alvin L. Bertrand dalam (Basrowi, 2005) mendefinisikan norma sebagai suatu

(7)

Sudah barang tentu, memang tentu bahwa tingkah laku erat kaitannya dengan apa

yang menurut pendapat seseorang itu benar atau baik, walaupun begitu, tingkah laku yang sebnarnya dipandang sebagai suatu aspek dari organisasi sosial.

Untuk dapat membedakan kekuatan norma-norma tersebut, maka secara sosiologis dikenal ada empat bagian norma-norma sosial,

a. Cara (usage)

Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan sangat lemah dibandingkan dengan norma yang lainnya. Cara lebih banyak terjadi

pada hubungan-hubungannya antar individu dengan individu dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi pelanggaran terhadapnya (norma) seseorang hanya

mendapatkan sanksi-sanksi yang ringan, seperti berupa cemoohan atau celaan dari individu lain yang berhubungan dengannya. Perbuatan seseorang yang melanggar norma (dalam tingkatan cara) tersebut dianggap orang lain sebagai perbuatan

yang tidak sopan, misalnya makan berdecak, makan sambil berdiri, dan sebagainya.

b. Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang

Kebiasaan adalah perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang lebih kuat dibanding cara. Kebiasaan

(8)

santun) terhadap orang lain yang lebih tua atau mengucapkan salam setia bertemu

orang lain dan sebagainya.

c. Tata kelakuan (mores)

Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata kelakuan lebih menunjukkan fungsi sebagai pengawas kelakuan oleh kelompok terhadap anggota-anggotanya. Tata

kelakuan mempunyai kekuatan memaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Jika terjadi pelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi,

berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan diri dengan tata kelakuan umum sebagaimana telah digariskan. Bentuk hukumannya biasanya dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan, bahkan mungkin bisa dari

tempat tinggalnya.

d. Adat istiadat (custom)

Adat istiadat adalah tata kelakuan yang berupa aturan-aturan yang mempunyai sanksi yang lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat akan

mendapatkan sanksi hukum,baik formal maupun informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat Negara berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk menerima sanksi hukum , misalnya pemerkosaan,

(9)

bahkan tidak rasional, yaitu lebih ditekanan pada kepentingan-kepentingan

masyarakat.

Dalam penelitian ini, bahwa nilai dan norma yang ingin dilihat adalah nilai dan

norma yang masih terjaga dan dijalankan pada masyarakat desa marubun Lokkung Kecamatan Dolok Silau. Dimana nilai dan norma yang ingin diketahui adalah nilai dan norma yang berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lainnya,

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Pekerjaan Jasa Konsultansi Pengawas pekerjaan renovasi

Kelengkapan yang trarus dibawa pada saat pembuktian kualifikasi adalah o'Eiffk&s Asli" seluruh. file Dokumen Penawaran yang telah dimasukan/diunggah melalui

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak menunjukkan korelasi terhadap C-organik, pH tanah, suhu tanah, dan kadar

Shockley (1981), menyatakan bahwa seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama, sehingga dimungkinkan memiliki

Dengan demikian jika suatu antena menerima daya, maka dapat dibayangkan antena seolah- olah mempunyai bidang atau aperture yang luasnya = daya tersebut dibagi dengan rapat daya

Diterimanya hipotesis ini juga dikarenakan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (5.594> 2.96), maka dari itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal,

$. Pengadilan +iliter Utama merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah +ahkamah gung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada

Menurut Undang – Undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan bahwa obyek wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang