• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FEE AUDIT, PROFESIONALISME, INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris di KAP Yogyakarta) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN FEE AUDIT, PROFESIONALISME, INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris di KAP Yogyakarta) SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FEE AUDIT, PROFESIONALISME,

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP

KUALITAS AUDIT

(

Studi Empiris di KAP Yogyakarta

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Yosefin Krisna Jati

NIM: 142114134

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN FEE AUDIT, PROFESIONALISME,

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP

KUALITAS AUDIT

(

Studi Empiris di KAP Yogyakarta

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Yosefin Krisna Jati

NIM: 142114134

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianta kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntandi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari bebrapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

2. Albertus Yudi Yuniarto S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si,. Ak., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma

4. Dra. YFM. Gien Agustinawansari., MM.,Ak.,CA Selaku dosen pemimbing yang elah banyak membantu sarta membimbing penulis dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma

(9)
(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Tinjuan Pustaka ... 10

B. Penelitian Terdahulu ... 23

C. Perumusan Hipotesis ... 24

D. Kerangka Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

1. Jenis Penelitian ... 28

2. Waktu dan Tempat Penelitan ... 28

(11)

x

4. Metode dan Desain Penelitian ... 28

5. Data Penelitian ... 29

6. Populasi dan Sampling ... 29

7. Variabel Penelitian ... 31

8. Teknik Pengumpulan Data ... 33

9. Instrumen Penelitian ... 34

10. Uji Instrumen Penelitian ... 35

B. Teknik Analisis Data ... 37

1. Analisis Data Deskriptif ... 37

2. Analisis Crosstab ... 38

3. Uji Kendall’s dan Spearman ... 38

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data Umum ... 40

B. Hasil Uji Instrument ... 41

C. Teknik Analisis Data ... 46

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Keterbatasan Penelitian ... 67

C. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

xi

DAFTAR TABEL

1. Populasi Penelitian ... 30

2. Penyebaran Kuesioner ... 40

3. Perincian Kuesioner ... 41

4. Uji Validitas Fee Audit ... 41

5. Uji Validitas Profesionalisme ... 43

6. Uji Validitas Independensi ... 43

7. Uji Validitas Kualitas Audit ... 44

8. Uji Reliablitas ... 45

9. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 46

10. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Fee Audit ... 47

11. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Profesionalisme ... 48

12. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi ... 50

13. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kualitas Audit ... 51

14. Hasil Crosstab Variabel Fee Audit ... 53

15. Hasil Crosstab Variabel Profesionalisme ... 54

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Penelitian ... 27

2. Pie Chart Fee Audit ... 47

3. Pie Chart Profesionalisme ... 49

4. Pie Chart Independensi ... 50

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Kuisioner ... 74

2. Data Hasil Penelitian ... 88

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 92

4. Deskripsi Data Penelitian ... 98

5. Analisis Crossrab Fee Audit dengan Kualitas Audit ... 99

6. Uji Kendall’s dan Spearman Fee Audit dengan Kualitas Audit ... 99

7. Analisis Crossrab Profesionalisme dengan Kualitas Audit ... 100

8. Uji Kendall’s dan Spearman Profesionalisme dengan Kualitas Audit 100 9. Analisis Crossrab Independensi dengan Kualitas Audit ... 101

10. Uji Kendall’s dan Spearman Independensi dengan Kualitas Audit ... 101

(15)

xiv

ABSTRAK

HUBUNGAN FEE AUDIT, PROFESIONALISME,

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP

KUALITAS AUDIT

(

Studi Empiris di KAP Yogyakarta

)

Yosefin Krisna Jati 142114134

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah ada hubungan fee audit, profesionalisme, independensi auditor terhadap kualitas audit KAP di Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik tabulasi silang dan uji

Kendall’s tau dan Spearman. Hasil dari penelitian ini adalah 1) ada hubungan

positif antara fee audit dengan kualitas audit, 2) ada hubungan positif antara profesionalisme dengan kualitas audit, 3) ada hubungan positif antara independensi dengan kualitas audit.

(16)

xv

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN FEE AUDIT,

PROFESSIONALISME, INDEPENDENCY AUDITOR TO THE

AUDIT QUALITY

(Empirical Study At Public Accounting Firm in Yogyakarta)

Yosefin Krisna Jati 142114134

Sanata Dharma University Yogyakarta

2018

The aim of this research was to find out the relationship between fee audit, professionalisme, independency auditor to the audit quality. The research was done in six Public Accounting Firm in Yogyakarta. The type of this research is empirical study. The method of determining the sample is convenience sampling method. The data collection tecnique was questionnaire. Data were analyzed using a statistical technique of crosstab and Kendall’s tau and Spearman. The result a showed that 1) there was positive relationship between fee audit and audit quality, 2) there was positive relationship between professionalisme and audit quality, 3) there was positive relationship between independency and audit quality.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian dalam dunia bisnis semakin pesat, hal ini menyebabkan transaksi keuangan yang dilakukan masyarakat semakin kompleks. Perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk mengukur kinerjanya. Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Adanya keandalan terhadap laporan keuangan merupakan hal yang penting bagi pengguna dan bagi perkembangan perusahaan itu sendiri. Masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dibutuhkan audit keuangan yang handal.

Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemangku kepentingan (Mulyadi 2002: 9). Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dipakai manajemen digunakan untuk menyampaikan dan mengukur data keuangan dan data dari kegiatan perusahaan. Audit digunakan untuk memerikasa dan mengevaluasi laporan

(18)

keuangan yang disajikan perusahaan. Pemeriksaan tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaan proses audit sering ditemukan kesalahan ataupun kecuranga. Pemeriksaan dimaksud untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Audit harus dilaksanakan oleh pihak yang bebas dari manajeman dan harus diandalkan dari sudut profesinya yakni seorang akuntan publik. Auditor adalah profesi akuntan publik yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajeman perusahaan dalam laporan keuangan. Manfaaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan, karena itu dibutuhkan auditor yang memiliki kualitas yang baik. Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2011), audit yang dilakukan seorang akuntan publik atau auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaanya. Standar pekerjan lapangan berkaitan dengan kriteria dan mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan. Standar pelaporan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan.

(19)

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat diandalkan dibandingkan laporan keuangan yang belum diaudit, sehingga menuntut akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya supaya dapat menghasilkan laporan audit yang dapat diandalkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam praktiknya masih terdapat auditor yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap standar audit, sehingga menyebabkan penurunkan kualitas audit serta laporan keuangan auditan yang tidak andal. Menurut Sukrisno Agoes (2012) tahun 2004 sampai tahun 2009 sudah tercatat 52 kasus pelanggaran yang dilakukan oleh auditor. Aspek yang dilanggar oleh auditor antara lain terdiri dari karakteristik personal akuntan (5 kasus), pengalaman audit (6 kasus), independensi akuntan publik (7 kasus), penerapan etika akuntan publik (12 kasus), dan kualitas audit (22 kasus). Berdasarkan kasus-kasus yang telah tercatat, aspek kualitas audit merupakan kasus yang paling banyak terjadi.

Kualitas audit yang dihasilkan auditor belakangan ini kembali mendapat sorotan oleh masyarakat menyusul adanya kasus yang melibatkan auditor independen. Berikut ini, merupakan beberapa kasus lain yang terkait dengan kualitas audit belakangan tahun ini. Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young (EY) di Indonesia, yakni KAP Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) setelah regulator audit AS menyematkan label penyimpangan pemeriksaan, terhadap hasil audit pembukuan salah satu kliennya. Penetapan Dewan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik (DPPAP) yang diumumkan di

(20)

Amerika Serikat. KAP Purwantono, Suherman & Surja telah merilis hasil audit sebuah perusahaan telekomunikasi Indonesia pada 2011, yang menampilkan opini berdasarkan bukti-bukti yang tidak memadai. Sebuah perusahaan mitra EY yang mengkaji kembali hasil audit tersebut menemukan kejanggalan bahwa hasil audit perusahan telekomunikasi itu tidak menyajikan dukungan yang memadai, mengenai pencatatan sewa 4.000 ruang di menara telpon selular. DPPAP mengungkapkan, hasil audit perusahaan akuntan publik afiliasi E&Y itu justru memberi opini wajar tanpa pengecualian. DPPAP juga mengungkapkan bahwa tak lama sebelum memeriksa hasil audit tahun 2012, KAP Purwantono, Suherman & Surja membuat lusinan audit baru yang tidak semestinya (Tempo.com 11 Februari 2017).

Kasus lain yang cukup menarik adalah Irjen Kemendes menyuap auditor utama Keuangan Negara III Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan Kepala Sub Auditorat III Auditoran Keuangan Negara, agar auditor BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes. Awalnya hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Kemendes tahun 2015 menyatakan opini wajar dengan pengecualian (WDP). Untuk itu, Irjen Kemendes menargetkan Kemendes bisa memperoleh opini WTP pada laporan keuangan 2016 (Kompas.com, 16 Agustus 2017).

Auditor bekerja menyelesaikan tugas audit laporan keuangan kliennya, selain menjadi tanggungjawab profesinya juga karena adanya

(21)

keinginan untuk suatu pencapaian. Pencapaian tersebut salah satunya mendapatkan imbalan balas jasa atas tugas audit yang telah dilaksanakan. Imbalan jasa atas penyelesaian tugas audit disebut dengan fee audit. Berikut ini merupakan kasus yang terkait dengan fee audit auditor. Akhir tahun 2013, Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) meminta KPU untuk menaikkan fee audit auditor untuk mengaudit dana kampanye. Penyebabnya KPU masih menggunakan standar fee audit dana kampanye tahun 2009. Sesuai aturan KPU, fee audit untuk tingkat kabupaten per partai sebesar Rp10.000.000,00 dan untuk tingkat provinsi sebesar Rp20.000.0000,00. Anggota Dewan Pengurus IAPI, M.Achsin menilai bahwa dipastikan adanya keengganan dari Akuntan Publik untuk melakukan audit dana kampanye (akuntanonline).

Fee audit dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki oleh

masing-masing auditor. Auditor yang bekerja lebih lama akan memiliki profesionalitas kerja yang lebih tinggi dibanding dengan auditor yang belum terlalu banyak memiliki pengalaman kerja, sehingga besaran fee audit juga menyesuaikan dengan profesioanlitas auditor tersebut. Kualitas audit yang tinggi memerlukan imbalan jasa audit yang besar, karena untuk mendapat hasil yang baik memerlukan proses yang harus baik dan memerlukan biaya yang besar juga. Peristiwa-peristiwa dan indikasi yang berhubungan dengan auditor menyebabkan keraguan terhadap integritas seorang auditor, sehingga menimbulkan keprihatinan apakah KAP dapat menjalankan praktik usahanya sesuai dengan kode etik dan para auditornya adalah pihak

(22)

yang benar-benar profesional. Dalam situasi seperti ini, akuntan publik berada dalam situasi yang dilematis. Di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan klien, di sisi lain auditor harus dapat memenuhi tututan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasa audit agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditnya di masa yang akan datang.

Kasus-kasus tersebut juga memperlihatkan bahwa adanya indikasi auditor berada di bawah tekanan klien atau melakukan kerjasama dengan pihak klien untuk memanipulasi laporan keuangan. Auditor adalah pihak yang memiliki wewenang untuk melakukan tugas audit kemudian muncul pertanyaan apakah auditor masih memiliki sikap profesionalisme dan sikap independen yang tinggi. Dengan begitu bagaimana dengan hasil audit yang telah dilakukan apakah masih bisa diandalkan atau tidak, padahal kualitas audit berperan sangat penting karena dengan kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Dari latar belakang, maka penulis mengambil judul “Hubungan

Fee Audit, Profesionalisme, Independensi Auditor Terhadap Kualitas

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan fee audit, profesionalisme, independensi auditor terhadap kualitas audit KAP di Yogyakarta?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan yang luas, maka penulis perlu membatasinya. Ruang lingkup diadakannya penelitian adalah pengaruh fee audit, profesionalisme, dan independensi terhadap kualitas audit. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Independensi dipengaruhi berberapa faktor antara lain lamanya hubungan dengan klien, tekanan dari klien, sikap jujur dari seorang auditor, dan lain sebagainya. Fokus penelitian ini pada variabel independensi adalah tekanan dari klien.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fee audi, profesionalisme, independensi auditor terhadap kualitas audit.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Kantor Akuntan Publik

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik khususnya bagi para auditor untuk mempengaruhi seberapa

(24)

besar pengaruh fee audit, profesionalisme, independensi terhadap kualitas audit, sehingga kualitas audit dan kinerja auditor KAP dapat meningkat. Bagi auditor dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh fee audit, profesionalisme dan independensi auditor terhadap kualitas audit, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan akan pentingnya peningkatan kualitas audit yang ditetapkan dalam SPAP. 2. Bagi profesi auditor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk para auditor agar mereka dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya meningkatkannya. 3. Bagi penulis

Hasil penelitian ini menambah informasi dan pengetahuan, tentang bagaimana pengaruh fee audit, profesionalime, dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

F. Sistematatika penulisan

Dalam penelitian ini, sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II. Landasan Teori

Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan, dan perumusan hipotesis penelitian yang berkaitan dengan

(25)

permasalahan yang akan diteliti, sehingga dapat menjadi bahan pendukung dalam peoses penelitian.

Bab III. Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang teknik penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab IV. Analisis dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian, yang meliputi analisis data, dan pembahasan untuk masing-masing masalah yang telah diteliti.

Bab V. Penutup

Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang dianggap perlu untuk diberikan kepada staf auditor, KAP, dan untuk peneliti selanjutnya.

(26)

10 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Kualitas Audit a. Pengertian Audit

Definisi audit menurut Mulyadi (2002: 9) audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemangku kepentingan. Sukrisno Agoes (2012: 4) mendefinisikan audit sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen perusahaan kliennya serta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Adanya audit ini tujuannya yaitu agar dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan klien yang diaudit.

“Report of the Committe on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association” (Accounting Review, vol. 47)

mendefinisikan audit sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian

(27)

antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Singleton (2007:3) menyatakan bahwa audit adalah proses sistematis mengenai bagaimana mendapatkan dan mengevaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penilaian-penilaian tersebut dan membentuk kriteria serta menyampaikan hasilnya ke para pengguna yang berkepentingan.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan audit adalah suatu proses sistematik untuk mengevaluasi bukti-bukti yang berkaitan tentang pernyataan-pernyataan kejadian ekonomi dalam laporan keuangan dengan obyektif, yang dilakukan oleh pihak yang independen, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian agar dapat dipertanggung jawabakan.

b. Jenis-Jenis Audit

Sukrisno Agoes (2012) ada tiga jenis audit yang umumnya dilakukan, yaitu:

1) Audit keuangan

Audit keuangan menguji reliabilitas dan integritas catatan akuntansi (baik informasi keuangan maupun operasional).

2) Audit sistem informasi

Audit sistem informasi menilai pengendalian umum dan aplikasi pada suatu SIA untuk mengukur kepatuhan dengan prosedur

(28)

kebijakan pengendalian internal serta efektivitasnya dalam menjaga aset.

3) Audit manajerial dan operasional

Audit manajerial dan operasional memusatkan perhatian pada penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien.

c. Kualitas Audit

Menurut Wooten (2003: 48), kualitas audit adalah terkait adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan. Sehingga dalam proses adanya jaminan tersebut seorang auditor harus benar-benar tidak melakukan kesalahan dalam pengauditannya. Pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tahun 2016 kualitas akuntan di tentukan oleh mutu profesional, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit, dan penyusunan laporan auditor. SPAP meliputi:

1) Standar umum

a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

(29)

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2) Standar pekerjaan lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus

diperoleh unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3) Standar pelaporan

a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

(30)

c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal ini auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh audit.

d. Faktor yang menentukan kualitas audit

Berikut merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit menurut Choiriyah (2012: 8):

1) Melaporkan semua kesalahan klien

Auditor menemukan dan melaporkan apabila terdapat ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, tanpa terpengaruh oleh hal-hal lainnya.

2) Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien

Auditor yang memiliki pemahaman yang baik terkait dengan sistem akuntansi kliennya, maka akan lebih mudah dalam melakukan audit dikarenakan sudah mengetahui informasi-informasi yang dapat

(31)

memberikannya kemudahan dalam menemukan salah saji laporan keuangan kliennya.

3) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan kualitas audit

Seorang auditor harus memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas audit. Adanya pendidikan profesi berkelanjutan dan juga penempuhan pendidikan formal yang diwajibkan oleh IAI kepada audior tujuannya yaitu agar kerja auditnya berkualitas.

4) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan

Seorang auditor haruslah berpedoman pada prinsip-prinsip auditing dan prinsip akuntansi, mengikuti prosedur audit, independen. Kompeten, memiliki etika yang tinggi dan berpegang pada prinsip-prinsip auditor.

5) Tidak begitu saja percaya terhadap pernyataan klien

Auditor tidak boleh begitu saja percaya dengan pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh klien. Auditor harus melakukan penyelidikan-penyelidikan terlebih dahulu terkait dengan kebenarannya, dan mencari bukti-bukti yang dapat mendukung pernyataan-pernyataan tersebut.

6) Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan

Auditor tidak boleh begitu saja percaya dengan pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh klien. Auditor harus melakukan penyelidikan-penyelidikan terlebih dahulu terkait dengan

(32)

kebenarannya, dan mencari bukti-bukti yang dapat mendukung pernyataan-pernyataan sebelum mengambil keputusan.

1. Fee Audit

a. Pengertian Fee Audit

Fee audit atau imbalan audit merupakan imbalan yang diterima oleh

akuntan publik dari entitas kliennya sehubungan dengan pemberian jasa audit, definisi ini menurut PP No. 2 Tentang Penentu Imbalan Jasa Audit.

Fee audit yang dibayarkan oleh klien kepada auditor merupakan bentuk

balas jasa yang diberikan auditor kepada klien dan sebagai bentuk penggantian atas besarnya biaya kerugian yang dikeluarkan selama melakukan audit.

Menurut SPAP Seksi 240.1 (2011:33), dalam melakukan negoisasi mengenai jasa profesional yang diberikan praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Kenyataannya jumlah fee jasa profesional yang diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari Praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Namun, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan. Berdasarkan surat keputusan ketua umum institut akuntan publik Indonesia No: kep. 024/ IAPI/ VII/ 2008 dalam menetapkan fee audit, hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh akuntan publik, adalah sebagai berikut:

(33)

2) Tugas dan tanggung jawab menurut hukum 3) Independensi

4) Tingkat keahlian dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan

5) Banyaknya waktu yang diperlukan secara efektif digunakan oleh akuntan publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan

6) Basis penetapan fee yang telah disepakati

Jadi fee audit merupakan besarnya balas jasa yang diterima oleh auditor independen dan yang dibayarkan oleh klien setelah melakukan audit.

b. Faktor-faktor Penentu Besarnya Fee Audit

Berikut ini merupakan indikator fee audit, Agoes (2012: 46): 1) Risiko audit

Besar kecilnya fee audit yang diterima oleh auditor dipengaruhi oleh risiko audit dari kliennya.

2) Kompleksitas jasa yang diberikan

Fee audit yang akan diterima auditor, disesuaikan dengan tinggi

rendahnya kompleksitas tugas yang akan dikerjakannya. Semakin tinggi tingkat kompleksitasnya maka akan semakin tinggi fee audit yang akan diterima oleh auditor.

3) Tingkat keahlian auditor dalam industri klien

Auditor yang memiliki tingkat keahlian yang semakin tinggi akan lebih mudah untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan kliennya.

(34)

4) Struktur biaya KAP

Auditor mendapatkan fee-nya disesuaikan dengan struktur biaya pada masing-masing KAP. Hal ini dikarenakan untuk menjaga auditor agar tidak terjadi perang tarif.

2. Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional berasal dari kata profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu. Sedangkan profesional adalah bersangkutan dengan profesi memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional (Depdiknas, 2013). Menurut Arrens, et al. (2012:68), mendefenisikan profesional merupakan bertanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab secara individu dan ketentuan dalam peraturan dan hukum yang berlaku di masyarakat.

Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut (Arens, et al. 2008). Menurut Permenpan Nomor Per/04/M.PAN/03 /2008 auditor wajib mematuhi prinsip-prinsip perilaku profesional seperti: integritas, obyektivitas kerahasiaan dan kompetensi. Dalam Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan, profesionalisme

(35)

adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas.

Auditor dituntut untuk bersikap profesional. Maka dari itu, segala bentuk tekanan dan intervensi dari klien hendaknya dijadikan sebagai sebuah tantangan dalam kaitannya dengan pekerjaan sebagai akuntan publik. Dalam pengertian umum, seseorang dapat dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawaty et al., 2008:3).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme auditor adalah perilaku, tujuan, dan kualitas untuk membentuk orang-orang profesional yang berprofesi sebagai auditor independen yang menjunjung tinggi kode etik dan standar yang berlaku untuk mendukung profesinya.

Didalam SPAP terdapat beberapa tipe standar profesional yang terbagi menjadi enam tipe standar profesional yang dimodifikasikan dalam standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review, standar jasa konsultasi, standar pengendalian mutu, dan aturan etika kompartemen akuntan publik.

(36)

3. Independensi

a. Pengertian Independensi

Mulyadi (2011:26) menyatakan bahwa Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi adalah suatu keadaan atau posisi dimana seseorang tidak terikat ada pihak manapun, artinya kebaradaan subyek merupakan wujud sebuag kemandirian, yang tidak mengusung kepentingan organisasasi atau pihak tertentu. Independensi dalam kontek sosial juga merupakan hak subyek sebagai manusia, yang memiliki hak bebas dan merdeka tanpa tekanan maupun intervensi dari pihak lain. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak di bawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan (Agose & Ardana, 2009:146). Auditor terkadang mengalami dilema etika yang melibatkan pihak antara nilai-nilai yang bertentangan, sehingga klien bisa saja mempengaruhi proses audit yang dilakukan auditor yakni dengan menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan.

(37)

Tekanan klien merupakan suatu hal yang sudah menjadi resiko dari profesi akuntan publik. Tekanan klien dapat mempengaruhi kualitas audit dan opini audit yang dihasilkan. Auditor memegang tanggung jawab yang sangat besar untuk dapat dapat bertahan dalam tekanan klien. Auditor juga dituntut untuk tetap independen dan mempertahankan obyektifitasnya, melaporkan hasil temuan-temuan yang sesuai dengan yang ditemukan di lapangan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa independensi auditor adalah sikap yang ada pada diri auditor yang bebas, tidak memihak, dan tidak berada dibawah tekanan dari pihak lain dalam mengambil sebuah keputusan, yang kemudian keputusan tersebut harus berdasarkan keadaan yang sebenarnya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor

Pada jurnal penelitian Suryo (2012) terdapat empat faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu sebagai berikut :

1) Ukuran Kantor Akuntan Publik

Penggolongan ukuran besar kecilnya kantor akuntan publik, dikatakan besar jika kantor akuntan publik tersebut berafiliasi atau mempunyai cabang dan kliennya perusahaan-perusahaan besar mempunyai tenaga profesional diatas 25 orang. Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi, tidak mempunyai cabang dan kliennya perusahaan kecil dan jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang (Arens, et al, 2008). Kantor akuntan publik yang besar lebih

(38)

independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang lebih kecil, alasannya bahwa kantor akuntan publik yang besar hilangnya satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatannya, sedangkan kantor akuntan publik yang kecil hilangnya satu klien adalah sangat berarti karena kliennya sedikit.

2) Lama Hubungan Audit

AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) menggolongkan lamanya penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik pada klien ditentukan menjadi 5 tahun atau kurang dan lebih dari 5 tahun. Shockley (1981), menyatakan bahwa seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama, sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor, karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat. Jika ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independen.

3) Besarnya Biaya Jasa Audit

Biaya jasa audit yang besar berhubungan dengan makin tingginya risiko melemahnya independensi auditor. Alasannya kantor akuntan publik yang menerima audit fee yang besar merasa tergantung pada klien, meskipun laporan keuangan klien mungkin tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kantor akuntan publik

(39)

yang menerima audit fee yang besar dari seorang klien takut kehilangan klien tersebut, karena akan kehilangan sebagian besar pendapatannya, sehingga perilaku mereka cenderung tidak independen. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain: 1. Penelitian oleh Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi (2016) meneliti tentang “Analisis Fee Audit, Tenure Audit, dan Skeptisme Profesional Auditor dalam Hubungan dengan Kualitas Audit”. Hasil penelitian menunjukkan fee audit, tenure audit, profesional auditor memiliki hubungan yang signifkian terhadap kualitas audit.

2. Penelitian oleh Ramdanialsyah

Ramdanialsyah (2010) meneliti tentang Pengaruh Tekanan Klien, Pengalaman Auditor dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitiana menyatakan secara parsial tekanan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, secara parsial profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selain itu hasil dari penelitian menyatakan secara simulatan tekanan klien, pengalaman auditor, dan profesionalisme auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap kualits audit.

(40)

3. Penelitian oleh Mansouri

Mansour (2009) dalam judul yang berjudul Audit

Competence and Audit Quality: Case in Emerging Economy,

menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit.

4. Penelitian oleh Muhammad Alifzuda Burhanudin

Muhammad Alifzuda Burhanudin (2016), dengan judul penelitian “Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit. Terdapat pengaruh positif dan signifikan independensi auditor terhadap kualitas audit pada KAP di Yogyakarta. Terdapat pengaruh positif dan signifikan akuntabilitas auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit secara simulatan.

C. Perumusan Hipotesis

a. Hubungan Fee Audit terhadap Kualitas Audit

Fee audit merupakan besarnya balas jasa yang diterima oleh auditor

independen dan yang dibayarkan oleh klien setelah melakukan audit. Sebelum menetapkan besarnya fee audit, auditor dengan klien melakukan negoisasi terlebih dahulu.

Hoitash et al (2007) menemukan bukti bahwa ketika auditor melakukan negoisasi dengan pihak manajeman perusahaan kliennya

(41)

terkait dengan besaran fee yang harus dibayarkan, kemungkinan besar akan terjadi kerjasama yang saling menguntungkan dengan aturan yang jelas, dimana keadaan ini akan mempengaruhi kualitas laporan audit. Besaran fee audit yang akan diterima auditor ini, memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.

b. Hubungan Profesionalisme terhadap kualitas audit

Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi merupakan kebutuhan akan kepercayaan publik dan kualitas jasa yang diberikan oleh profesi yang menyediakan jasa tersebut (Arens, et. al 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2014) terdapat pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Sikap profesionalisme berpengaruh dalam memberikan perubahan yang berarti terhadap kualitas audit.

c. Hubungan Independensi terharhadap kualitas audit

Independensi berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yaang seharusnya menjadi pedoman untuk mengambil keputusan ternyata masih diragukan

(42)

dan tidak memiliki perbedaan dengan laporan keuangan yang belum diaudit. Berbagai kasus yang melibatkan para auditor belakangan ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas auditor semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh rendahnya independensi dari seorang auditor.

Banyaknya penelitian mengenai independensi auditor menunjukkan bahwa independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya. Achmat (2011) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Bahwa semakin auditor mampu menjaga independensinya dalam menjalankan penugasannya maka kualitas audit yang dihasilkan akan meningkat.

Berdasarkan dari uraian pengembangan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dan kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Ada hubungan antara fee audit dengan kualitas audit H2 : Ada hubungan antara profesionalisme dengan kualitas audit H3 : Ada hubungan antara independensi dengan kualitas audit

(43)

D. Kerangka Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas, maka dapat disusun gambar terkait dengan kerangka penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

H1

H2

H3

Gambar 1. Kerangka Penelitian Fee Audit (X1) Professionalisme (X2) Kualitas Audit (Y) Independensi (X3)

(44)

28

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, atau untuk menganalisis bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Umar dalam Dwilita dan Maksum, 2011). Dalam penelitian ini, kualitas audit ditempatkan sebagai variabel terikat yang diprediksi akan dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yang terdiri dari fee audit, profesionalisme, independensi.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 25 November 2017 hingga 30 Januari 2018.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Yogyakarta. Sedangkan yang menjadi obyek penelitiannya adalah fee audit, profesionalisme, independensi, dan kualitas audit.

4. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga data-data yang dihasilkan dari penelitian dapat diukur terlebih dahulu kedalam

(45)

bentuk angka dan dapat diolah dengan menggunakan metode statistik. Menurut Gendro Wiyono (2011: 129), data kuantitatif merupakan data statistik yang berbentuk angka-angka baik yang secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif.

Penelitian ini termasuk dalam pendekatan survei. Penelitian survei merupakan prosedur penelitian yang dilakukan dengan membagikan, mengumpulkan, menyusun, dan menganalisa data yang diperoleh dari hasil kuesioner untuk ditarik kesimpulan yang dapat dijadikan untuk memberi saran.

5. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitaatif diambil dari data primer. Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber data (Sugiyono, 2015:137).

6. Populasi dan Sampling a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 80). Populasi dalam penelitian ini yakini seluruh auditor di KAP Yogyakarta.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil data, alamat dan nama KAP di wilayah Yogyakarta yang terdaftar di IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) melalui website www.iapi.or.id

(46)

Tabel 1. Populasi Penelitian

No. KAP ALAMAT Jumlah

Auditor (orang)

1 KAP Drs. Bismar, Muntali & Yunus

Jl. Soka No. 24, Baciro, Yogyakarta

8 2 KAP Drs. Hadiono Jl. Kusbini No. 27

Yogyakarta

6 3 KAP Indarto Waluyo Jl. Ring Road Timur No.

33,Wonocatur,Yogyakarta 5 4 KAP Kumalahadi Kuncara,

Sugeng Pamudji dan Rekan (pusat)

Jl. Kranji No. 90 Serang Baru, Mudal, Sariharjo, Ngaglik

8

5 KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM

Jl. Beo No. 49 Demangan Baru Yogyakarta

8 6 KAP Hadori Sugiarto Adi &

Rekan (Cab)

Jl. Prof. Dr. Sarjito No. 9 19

Jumlah Auditor 54

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015: 81). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah beberapa auditor yang bekerja pada masing- masing KAP di Yogyakarta. Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan begitu pun sebaliknya. Pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan

convenience sampling yaitu pengambilan sampel secara bebas sesuai

keinginan peneliti Penelitian ini menggunakan metode convenience

sampling karena auditor tidak setiap saat berada di KAP dan tidak semua

(47)

diberikan kepada seluruh populasi, dari populasi tersebut didapatkan sampel yang dapat digunakan dalam penelitian.

7. Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau variabel bebas (Sugiyono, 2010:4). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Kualitas audit merupakan probabilitas auditor untuk menemukan kesalahan yang ada pada laporan keuangan klien dan melaporkannya dalam laporan auditan.

Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert 4 poin dan indikator yang digunakan, yaitu: melaporkan semua kesalahan klien, pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, sikap kehati-hatian dalam pengambilan keputusan.

b. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi variabel lain. Veriabel independen dalam penelitian ini adalah fee audit (X1), profesionlisme (X2), dan independensi (X3).

(48)

1) Fee Audit (X1)

Fee audit merupakan pendapatan yang dibebankan atas

biaya jasa dari seorang auditor atas tanggung jawab tergantung dari kompleksitas jasa audit, tingkat keahlian auditor, keuangan dan ukuran perusahaan klien, KAP yang melakukan jasa audit, dan efisiensi yang dimiliki auditor. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: risiko audit, tingkat keahlian auditor dalam industri klien, kompleksitas jasa yang diberikan dan struktur biaya KAP.

Model yang digunakan dalam kursioner ini mengacu pada kursioner peneliti terdahulu Susmiyanti (2016) dengan memodifikasi beberapa pernyataan yang terdiri dari 12 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert 1-4. Indikator yang digunakan untuk mengukur fee audit adalah resiko audit, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian auditor dalam industri klien, dan struktur biaya KAP.

2) Profesionalisme (X2)

Profesionalisme auditor merupakan perilaku, tujuan, dan kualitas untuk membentuk orang-orang profesional yang berprofesi sebagai auditor independen yang menjunjung tinggi kode etik dan standar yang berlaku untuk mendukung profesinya. Variabel profesionalisme dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Lutiari Panggih (2015).

(49)

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: tanggung jawab, integritas, obyektifitas, perilaku profesional. Independensi (X3)

Independensi merupakan, bebas dari benturan kepentingan, sehingga auditor dapat melaporkan temuan-temuan audit berdasarkan adanya bukti. Variabel Independensi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Alifzuda (2016) dan Ramdanialsyah (2010). Dalam penelitian ini independensi auditor diukur menggunakan indikator terkanan dari klien, fasilitas yang diberikan klien, dan lama hubungan dengan klien.

8. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dengan kuesioner. Kueisoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:142). Metode kuesioner digunakan untuk penelitian dengan cara memberikan daftar pertanyaan atau penyataan pada orang yang sengaja diminta memberikan jawaban dari pertanyaan atau pernyataan tersebut, baik berupa pendapat, keyakinan, maupun tanggapan untuk menceritakan tentang dirinya.

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap

(50)

sesuatu. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, minat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert yang digunakan, variabel akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Penyusunan skala likert yang dipakai dalam penelitian ini adalah bentuk skala yang jawabannya dimodifikasi menjadi 4 kategori jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Menurut Hadi (1991), modifikasi tersebut dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung dari skala 5 tingkat. Salah satu kelemahan tersebut adalah adanya kecenderungan testi menjawab ketengah terutama bagi testi yang ragu-ragu atas arahan jawaban, kearah setuju atau tidak setuju.

9. Instrumen Penelitian

Instrumen dalm penelitian yang diigunakan dalam penelitian ini termasuk data primer yang didapatkan dari penyebaran kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian ini mengadopsi instrumen yang pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya.

Variabel kualitas audit penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Susmiyanti (2016). Variabel fee audit diukur menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Susmiyanti

(51)

(2016). Variabel profesionalisme diukur dengan menggunakan instrumen yang pernah dikembangkan oleh Lutiari Panggih (2015). Sedangkan untuk variabel independensi, independensi berfokus pada fakor tekanan klien sehingga instrumen penelitian juga mengadopsi pada variabel tekanan klien, variabel independensi diukur dengan menggunakan instrumen yang pernah dikembangkan oleh Alifzuda (2016) dan Ramdanialsyah (2010).

10. Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian menggunakan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. Uji instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui benar tidaknya data dan menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat yakini data yang valid dan reliabel.

a. Uji Validitas

Valid berarti instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas penelitian ini dengan menghitung korelasi (pearson correlation) antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan bantuan program SPSS. Uji validatas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment (Sugiyono, 2009). Pengujian untuk menentukan signifikan atau tidaknya dengan membandingkan nilai r hitung dan r tabel. Jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan lebih besar dari r tabel, maka dinyatakan buturan pernyataan tersebut valid. Jika bernilai negatif atau

(52)

positif namun lebih kecil dan r tabel, maka butir pertanyaan menjadi invalid.

Rumus uji validitas: 𝑟 = 𝑛(∑𝑋𝑌) − (∑𝑋∑𝑌)

√[𝑛∑𝑋2− (∑𝑋)2][𝑛∑𝑌2 (∑𝑌)2

Keterangan:

r : korelasi product moment X : skor butir pertanyaan Y : skor variabel

n : jumlah sampel b. Uji Realibilitas

Uji reliablilitas adalah tingkat kebebasan dari variabel random error sehingga menghasilkan hasil yang konsisten. Menurut Sugiyono (2009:110) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Untuk mengukur reliabilitas, penulis menggunakan uji one

shot. Menurut Sunyoto (2009:68), uji one shot merupakan pengukur

butir pertanyaan dengan sekali menyebarkan kuesioner kepada responden, kemudian hasil skornya diukur korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan SPSS dengan fasilitas Cronbach Alpha (a). Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

(53)

Rumus uji relibilitas yaitu: ri

= (

𝑘 𝑘−1

)(1 −

∑𝑆𝑖2 𝑆𝑡2

)

Keterangan: ri : Reliabilitas instrumen k : banyak butir pertanyaan St2 : Jumlah varians total ∑Si2 : Jumlah varians butir

B. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis statistik deskripsi merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi data responden yang diperoleh dari kuesioner serta penjelasannya sehingga mudah dipahami dan diiterpretasikan. Uji statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nili rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum (Ghozali, 2009:19). Uji statistik deskriptif pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan data demografi responden yang ada dalam penelitian dan informasi variabel-variabel penelitian, yaitu : fee audit, profesionalisme, independensi auidtor, dan kualitas audit.

(54)

2. Analisis Crosstab

Tabel tabulasi silang (Crosstabulation tables) atau biasa disebut tabel silang atau crosstab adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk melihat hubungan dari kombinasi dua atau lebih variabel (Simamora, 2005). Selain itu analisis tabulasi silang dilakukan untuk melakukan analisis hubungan di antara baris baru dan kolom atau kaitan antara dua variabel atau lebih. Ciri dari penggunaan crosstab adalah dilihat dari input datanya, yaitu berskala nominal atau ordinal. Alat statistik yang dapat digunakan untuk membantu crosstab ini adalah uji

chi-square, tetapi selain itu terdapat alat statistik lain yang dapat

dijadikan alat uji adalah kendall’s tau, spearman, kappa dan sebagainya. Crosstab memiliki banyak kegunaan yang salah satunya sebagai alat statistik yang berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat apakah terdapat suatu hubungan atau asosiasi dari dua variabel atau lebih, selin itu kegunaan dari crosstab ini adalah mempermudah analisis dalam data.

3. Uji Kendall’s tau dan Uji Spearman

Uji kendall’s tau dan uji spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan berdasarkan urutan rangking dua variabel atau ordinal. Penggunan kedua jenis korelasi tersebut pada umumnya menghasilkan besaran korelasi yang tidak terlalu jauh berbeda, dan pengujian signifikansi yang sama. Metode kendall’s disebut Kendall

(55)

Maurice G. Kendall pada tahun 1938. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program pengolahan data statistik atau SPSS.

Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara fee audit, profesionalisme, independensi dengan kualitas audit.

Ha : Ada hubungan positif dan signifikan antara fee audit, profesionalisme, independensi dengan kualitas audit.

Dapat disimpulkan apabila Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara fee audit, profesionalisme, independensi auditor terhadap kualitas audit. Apabila Ho ditolak berarti ada hubungan antara fee audit, profesionalisme, independensi auditor terhadap kualitas audit. Hasil korelasi belum dapat digunakan untuk menafsir keeratan hubungan antara fee audit, profesionalisme, independensi dengan kualitas audit karena harus dilakukan uji signifikan antara kedua variabel. Dengan melihat angka probabilitas, jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima sedangkan jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

(56)

40

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHAAN

A. Diskripsi Data Umum

Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik (auditor) yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Yogyakarta. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung seperti mendatangi responden dan secara tidak langsung melalui perantara responden yang bekerja pada KAP di wilayah Yogyakarta. Penyebaran kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 25 November 2017 hingga 30 Januari 2018.

Kuesioner disebarkan pada enam Kantor Akuntan Publik yang mengijinkan penulis melaksanakan penelitian, kuesioner disebarkan sebanyak 37 kuesioner berdasarkan jumlah auditor yang dapat berpartisipasi di 6 KAP dari 10 KAP di wilayah Yogyakarta yang terdaftar dalam

Directory Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Institut Akuntan

Publik Indonesia (IAPI). Berikut perincian penyebaran kuesioner : Tabel 2. Penyebaran Kuesioner di KAP

No Nama KAP Jumlah

1 KAP Drs. Soeroso Danosapoetro 8 orang

2 KAP Indarto Waluyo 5 orang

3 KAP Drs. Bismar, Muntalib, dan Yunus

5 orang

4 KAP Drs. Hadiono 6 orang

5 KAP Drs. Kumalahadi., Kuncara, Sugeng Pamudji dan Rekan

8 orang 6 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 5 orang

(57)

Kuisioner yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 buah atau sebesar 100%, sedangkan total kuesioner yang tidak lengkap sebanyak 0 buah atau sebesar 0%.

Tabel 3. Perincian Kuesioner

No Keterangan Jumlah Presentase

1 Total kuesioner yang dibagikan 37 100% 2 Total kuesioner yang tidak

kembali

0 0%

3 Total kuesioner yang kembali 37 100%

4 Total kuesioner yang tidak lengkap 0 0% 5 Total kuesioner yang dapat

digunakan

37 100%

B. Hasil Uji Instrument 1. Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor item pertanyaan dengan skor totalnya. Menurut Wiyono (2011:119) jika rhitung > rtabel maka item pertanyaan tersebut dikatakan valid. Berikut ini menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: fee audit, profesionalime, independensi, dan kualitas audit.

Tabel 9 berikut disajikan hasil uji validitas dan hasil statistik variabel fee audit.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit

Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0,309 0,324 Tidak Valid

Item 2 0,393 0,324 Valid

Item 3 0,439 0,324 Valid

Item 4 0,088 0,324 Tidak Valid

Item 5 0,482 0,324 Valid

(58)

Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan Item 7 0,679 0,324 Valid Item 8 0,680 0,324 Valid Item 9 0,581 0,324 Valid Item 10 0,655 0,324 Valid Item 11 0,641 0,324 Valid Item 12 446 0,324 Valid

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4 menjelaskan bahwa variabel fee audit terdiri dari 12 butir pertanyaan, terdapat 2 butir pertanyaan tidak valid yaitu pertanyaan item1 (0,309) dan pertanyaan item 4 (0,088). Hal ini dilihat dari nilai rhitung < rtabel (0,324), sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. Sedangkan pertanyaan yang lainnya dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Pertanyaan selain item 1 dan item 4 rhitung < rtabel, nilai r tabel pada tingkat signifikansi 5% dengan

degree of fredom (df) = 37-2 =35 yakni sebesar 0,324.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit

Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

Item 2 0,393 0,324 Valid Item 3 0,439 0,324 Valid Item 5 0,482 0,324 Valid Item 6 0,450 0,324 Valid Item 7 0,679 0,324 Valid Item 8 0,680 0,324 Valid Item 9 0,581 0,324 Valid Item 10 0,655 0,324 Valid Item 11 0,641 0,324 Valid Item 12 446 0,324 Valid

Sumber: Data yang diolah

Dari tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa variabel fee audit terdapat 10 item yang valid. Dinyatakan valid karena rhitung > rtaabel,

(59)

nilai r tabel pada tingkat signifikan 5% dengan degree of fredom (df) = 37-2 =35 yakni sebesar 0,324.

Pada tabel 5 dibawah ini disajikan hasil uji validitas dari variabel profesioanlisme.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme

Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0,696 0,324 Valid Item 2 0,615 0,324 Valid Item 3 0,657 0,324 Valid Item 4 0,611 0,324 Valid Item 5 0,615 0,324 Valid Item 6 0,696 0,324 Valid Item 7 0,436 0,324 Valid

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji statistik tabel 5 menjelaskan bahwa variabel profesionalisme terdiri atas 7 butir pertanyaan, dari ketujuh pertanyaan tersebut dinyatakan valid untuk semua jenis pertanyaan pada variabel profesionalisme. Dinyatakan valid karena rhitung > rtabel, nilai r tabel pada tingkat signifikansi 5% dengan degree of fredom (df) = 37-2 =35 yakni sebesar 0,324.

Pada tabel 6 dibawah ini disajikan hasil uji validitas data hasil uji statistik variabel independensi auditor.

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel Independensi

Butir Pertanyaan rhitung Rtabel Keterangan

Item 1 0,379 0,324 Valid Item 2 0,578 0,324 Valid Item 3 0,740 0,324 Valid Item 4 0,610 0,324 Valid Item 5 0,628 0,324 Valid Item 6 0,630 0,324 Valid Item 7 0,708 0,324 Valid

(60)

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 6 menjelaskan bahwa variabel independensi auditor terdiri dari 7 butir pertanyaan, dari ketujuh pertanyaan tersebut dinyatakan valid untuk semua jenis pertanyaan pada variabel independensi. Dinyatakan valid karena rhitung > rtabel, nilai r tabel pada tingkat signifikansi 5% dengan degree of fredom (df) = 37-2 =35 yakni sebesar 0,324.

Pada tabel 7 dibawah ini disajikan hasil uji validitas data hasil uji statistik variabel kualitas audit.

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit

Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0,692 0,324 Valid Item 2 0,427 0,324 Valid Item 3 0,569 0,324 Valid Item 4 0,731 0,324 Valid Item 5 0,774 0,324 Valid Item 6 0,758 0,324 Valid Item 7 0,703 0,324 Valid Item 8 0,721 0,324 Valid Item 9 0,504 0,324 Valid Item 10 0,761 0,324 Valid Item 11 0,508 0,324 Valid Item 12 0,664 0,324 Valid Item 13 0,608 0,324 Valid Item 14 0,492 0,324 Valid

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 7 menjelaskan bahwa variabel kualitas audit terdiri dari 14 butir pertanyaan, dari keempat belas pertanyaan tersebut dinyatakan valid untuk semua jenis pertanyaan pada variabel kualitas audit. Dinyatakan valid karena rhitung > rtabel, nilai r tabel pada tingkat signifikansi 5% dengan degree of fredom (df) = 37-2 =35 yakni sebesar 0,324.

(61)

2. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Ketentuan dari pengujian dengan Cronbach Alpha adalah bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai alpha > rkritis product moment yakini sebesar 0,70. Menurut Wiyanto (2011:126), jika nilai alpha > rkritis berarti instrumen reliabel, sedangkan jika nilai alpha < rkritis berarti instrumen tidak reliabel.

Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Jumlah Butir Pertanyaan Cronbach Alpha Nilai Kritis Keterangan

Fee Audit (X1) 12 0,737 0,70 Reliabel Professionalisme (X2) 7 0,750 0,70 Reliabel Independensi (X3) 7 0,748 0.70 Reliabel Kualitas Audit (Y) 14 0,757 0,70 Reliabel Sumber: Data yang diolah

Bersadarkan tabel 13 menunjukkan nilai Cronbach Alpha fee audit sebesar 0,737 > α= 0,70 maka variabel fee audit dinyatkan reliabel. Pada variabel profesionalisme nilai Cronbach Alpha sebesar 0,750 > α =0,70 maka variabel profesionalisme dinyatakan reliabel. Pada variabel independensi nilai Cronbach Alpha sebesar 0,748 > α = 0,70 maka variabel independensi dinyatakan reliabel. Pada variabel kualitas audit nilai

Cronbach Alpha sebesarr 0,757 > α= 0,70 maka variabel kualitas audit

dinyatakan reliabel. Dari hasil uji relibilitas mengindikasikan instrumen penelitian ini akan menghasilkan data yang sama jika digunakan untuk mengukur objek yang sama.

(62)

C. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi mean, median, modus, dan tabel frekuensi responden menggunakan bantuan program pengolahan data, untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi fee audit, profesionalisme, independensi dan kualitas audit akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel Mean Median Max Min Standar Deviasi

Fee Audit 23,22 22,00 37 14 5,218 Profesionalisme 16,43 35,00 23 8 4,272 Independensi 17,57 17,00 26 11 4,292 Kualitas Audit 36,16 17,00 52 16 9,078 Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 9 menjelaskan bahwa pada variabel fee audit jawaban minimum responden sebesar 14 dan maksimum sebesar 37, dengan rata-rata total jawaban 23,22 dan standar deviasi sebesar 5,218. Variabel profesionalisme jawaban minimum responden sebesar 8 dan maksimum sebesar 23, dengan rata-rata total jawaban 16,43 dan standar deviasi 4,272. Pada independensi minumum jawaban responden sebesar 11 dan maksimum sebesar 26, dengan rata-rata total jawaban 17,57 dan standar deviasi sebesar 4,292. Sedangkan pada variabel kualitas audit jawaban

Gambar

Gambar 1. Kerangka Penelitian Fee Audit (X1) Professionalisme  (X2)  Kualitas Audit (Y) Independensi (X3)
Tabel 1. Populasi Penelitian
Tabel    tabulasi  silang  (Crosstabulation  tables)  atau  biasa  disebut  tabel  silang  atau  crosstab  adalah  alat  statistik  yang  dapat  digunakan  untuk  melihat  hubungan  dari  kombinasi  dua  atau  lebih  variabel  (Simamora,  2005)
Tabel 2. Penyebaran Kuesioner di KAP
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA BAPUSIPDA PROVINSI JAWA BARAT.. U niversitas Pendidikan Indonesia |

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MERODA ANTARA MENGGUNAKAN ALAT BANTU GARIS LURUS DAN ALAT BANTU MATRAS BERTINGKAT PADA SISWA KELAS

Nyewamobil.com is modelled in business model canvas which has nine parameters to be fulfilled, namely: key partners, key activities, key resources, value

Dari paparan hasil dan pembahasan data, diperoleh kesimpulan bahwa orangtua keluarga miskin perkotaan di kampung Guji Baru masih memiliki sumber daya dan

kritis, aktivitas belajar dan keterampilan mengajar guru. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara untuk memperoleh data awal, tes untuk memperoleh data nilai siswa,

Nilai impor Sumatera Barat selama bulan Agustus 2015 adalah sebesar US$53,1 juta, turun sebesar 10,91 persen dibandingkan dengan impor bulan Juli 2015 yang tercatat sebesar

Sehingga dengan adanya sistem berbasis web ini didapatkan hasil standar karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta memantu bagian personalia dalam