• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap-tahap kematangan seksual perempuan di Wilayah Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tahap-tahap kematangan seksual perempuan di Wilayah Bogor"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TAHAP-TAHAP KEMATANGAN SEKSUAL PEREMPUAN

DI WILAYAH BOGOR

RINI SUHARTINI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

RINI SUHARTINI. Tahap-Tahap Kematangan Seksual Perempuan di Wilayah Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan BERRY JULIANDI.

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Pada perempuan manifestasi awal pubertas adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt). Tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas adalah menstruasi yang pertama kali terjadi (menarke) dan payudara mencapai tahap 2 (thelarke). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap kematangan seksual dan waktu terjadinya pubertas perempuan di wilayah Bogor berdasarkan usia menarke dan perkembangan payudara. Penelitian ini meneliti menarke, perkembangan payudara, tinggi badan, berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Perempuan Bogor mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata usia menarke yaitu 12.4±1.0 tahun. Berdasarkan perkembangan payudaranya perempuan di wilayah Bogor mencapai pubertas pada usia 12 tahun. Payudara matang perempuan Bogor rata-rata dicapai pada usia 15.56±1.33 tahun. Perempuan yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan dengan probandus yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama.

ABSTRACT

RINI SUHARTINI. Stages of female’s sexual maturation in Bogor. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and BERRY JULIANDI.

(3)

TAHAP-TAHAP KEMATANGAN SEKSUAL PEREMPUAN

DI WILAYAH BOGOR

RINI SUHARTINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Tahap-Tahap Kematangan Seksual Perempuan di Wilayah Bogor

Nama

: Rini Suhartini

NRP

: G34103055

Disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Bambang Suryobroto

Berry Juliandi, M.Si.

NIP 131 779 503

NI 301 010 0093

Diketahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.

NIP 131473999

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas segala rahmat serta limpahan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Berry Juliandi M.Si. atas bimbingan dan sarannya selama penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih ditujukan kepada kepala sekolah, guru dan siswi SD Kebon Pedes 1, SD Bina Insani, SD Kencana 1, SD Pengadilan 1, SD Pengadilan 2, SMPN 16, SMPN 2, SMPN 5, SMPN 12, SMEA YKTB 2, SMU PGRI 1, SMUN 9, Bogor. Terima kasih kepada Ibu Taruni dan mbak Kanthi atas bantuan dan diskusinya. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk mbak Ani dan teh Isma yang telah membantu selama penyusunan naskah. Terima kasih juga untuk teman-teman di Laboratorium Zoologi atas kebersamaannya selama ini: Rut, Carwan, Arip, Indra, Nico dan seluruh teman-teman Biologi 40, serta sahabat setiaku Asih, salamah, Lutfi dan Budi. Di samping itu, penulis ucapan terima kasih kepada Hijrah atas perhatian dan bantuannya selama ini.

Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ummi, dan kedua adikku: Ria Fitria dan Rita Puspita atas dukungan, semangat, kasih sayang serta doanya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2007

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Juni 1985 dari pasangan bapak Royani dan ibu Ropiah sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE Probandus ... 1

Menarke ... 2

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh ... 2

HASIL Menarke ... 3

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh ... 3

PEMBAHASAN Menarke ... 5

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh ... 5

KESIMPULAN ... 6

SARAN ... 6

DAFTAR PUSTAKA ... 6

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Asal wilayah probandus ... 2

2 Jumlah probandus per kelompok usia ... 2

3 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan ... 2

4 Pola perkembangan payudara (Marshall & Tanner 1969)... 3

5 Jumlah probandus yang sudah atau belum mengalami menstruasi per kelompok usia... 4

6 Tahap kematangan seksual (TKS) perempuan berusia 9 sampai 17 tahun di Wilayah Bogor berdasarkan tahap-tahap perkembangan payudara ... 4

(9)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase juvenil berakhir (Bogin 1999). Pubertas memicu perubahan fisik yang merupakan perkembangan seksual sekunder, misalnya munculnya payudara pada perempuan dan rambut-rambut pubis (Fox 2002). Pubertas pada perempuan terjadi lebih awal dibanding laki-laki. Pada perempuan manifestasi awal pubertas adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt). Akan tetapi, tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas pada perempuan adalah payudara mencapai tahap 2 (thelarke) berdasarkan klasifikasi Tanner (Marshal & Tanner 1969) dan menstruasi yang pertama kali terjadi (menarke) (Parent et al. 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi usia terjadinya pubertas adalah genetik, nutrisi, dan kecenderungan sekuler (Palmert & Boepple 2001; Parent et al. 2003). Salah satu faktor genetik yang berpengaruh terhadap usia menarke adalah gen SHBG (sex hormon-binding globulin) (Xita et al. 2005) dan gen yang menyandikan reseptor estrogen

α (Stavrou et al. 2002). Nutrisi mempengaruhi variasi usia terjadinya pubertas seperti yang dikemukakan oleh Bogin (1999) dan Parent et al (2003) bahwa remaja perempuan yang status gizinya baik mempunyai velositas pertumbuhan yang lebih tinggi dan usia menarke yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja perempuan yang status gizinya buruk.

Penelitian tentang pola pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pernah dilakukan oleh Ayumi (2002), Puspita (2004), dan Putra (2005), tetapi data tentang usia pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual remaja masih kurang sehingga perlu ada penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian yang sudah ada. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, mobilitas penduduknya terus meningkat, adanya pembangunan di bidang ekonomi yang diikuti oleh perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses kematangan seksual, sehingga diperlukan penelitian tentang waktu terjadinya pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual remaja di Indonesia yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi warga negara

Indonesia. Penelitian pertama tentang kematangan seksual ini diamati pada perempuan di Wilayah Bogor.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu terjadinya pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan usia menarke dan perkembangan payudara.

BAHAN DAN METODE

Tahap-tahap kematangan seksual dapat diketahui dari perkembangan payudara. Perkembangan payudara disebabkan oleh adanya perkembangan pada sel lemak dan jaringan penghubung (Hoffman et al. 2006). Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa massa lemak merupakan faktor yang memfasilitasi waktu terjadinya pubertas pada perempuan (Zukauskaite 2005). Lemak itu sendiri sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi (Bogin 1999). Nilai IMT adalah rasio berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m2). Oleh karena itu, penelitian ini juga mengukur Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB).

Probandus

Probandus (orang yang diperiksa) pada penelitian ini adalah siswi SDN KEBON PEDES 1, SD BINA INSANI, SDN KENCANA 1, SDN PENGADILAN 1, SDN PENGADILAN 2, SMPN 2, SMPN 5, SMPN 12, SMPN16, SMUN 9, SMA PGRI 1, dan SMEA YKTB 2 yang dibesarkan dan bertempat tinggal di Wilayah Bogor. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode horizontal yang berarti setiap probandus mewakili kelas usia tertentu yang ada di dalam populasi Bogor. Probandus berasal dari 6 kecamatan di Kotamadya Bogor dan 9 kecamatan di Kabupaten Bogor (Tabel 1).

Usia probandus dicatat sebagai usia ketika pengukuran dan dimasukkan ke dalam satu kelompok usia berdasarkan ulang tahun terdekatnya. Dalam penelitian ini, kisaran kelompok usia probandus adalah 9 sampai 17 tahun (Tabel 2).

(10)

ekonomi yang baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil kuisioner, yaitu sebanyak 89.72% keluarga memiliki pengeluaran konsumsi makanan per bulan melebihi Rp 750.000.00 (Tabel 3). Pengeluaran keluarga untuk konsumsi makanan sebanding atau lebih besar dari upah minimum regional kota dan kabupaten di Wilayah Bogor. Merujuk pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1020/Bangsos/2006 tentang penetap-an Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007, besar upah minimum Kota Bogor dan Kabupaten Bogor sebesar Rp 800.000.00 dan Rp 800.800.00.

diminta melepas penutup payudara agar pengamat dapat mengamati secara langsung. Pengamatan dilakukan secara langsung oleh penulis.

2

Dimensi tubuh yang diukur meliputi tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh. Pengukuran Tinggi Badan (TB) menggunakan tongkat pengukur dan bidang vertikal sebagai bidang proyeksi. Probandus berdiri tegak, kaki rapat, lutut diluruskan, tumit, bokong, bahu menyentuh bidang vertikal, dan bidang Frankfurt berada dalam posisi horizontal. Bidang Frankfurt adalah garis khayal yang melintasi meatus auditory dan puncak tulang pembentuk rongga mata bagian bawah. Kemudian proyeksi puncak kepala ke bidang vertikal ditandai. Tanda tersebut diukur dengan tongkat pengukur sebagai tinggi badan badan. Berat Badan (BB) diukur dengan menggunakan timbangan badan berskala 0.5 kg. Probandus berdiri tanpa bantuan di tengah timbangan dengan santai tetapi tidak bergerak dan pandangan lurus ke depan (Putra 2005).

Menarke

Usia menarke diperoleh dengan meng-gunakan metode status quo dan ingatan probandus. Metode status quo merupakan metode yang ditanyakan langsung kepada probandus untuk mengetahui apakah probandus sudah mengalami menstruasi atau belum. Sedangkan metode ingatan probandus adalah metode yang digunakan untuk mengetahui pada usia berapa probandus mengalami menarke berdasarkan ingatannya.

Hasil pengamatan tahap payudara dan pengukuran antropometri dicatat pada data hasil pengukuran yang terdapat pada kuisioner penelitian (Lampiran 1).

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2007 sampai Mei 2007.

Perkembangan payudara dapat diamati melalui klasifikasi Tanner (Marshall &Tanner

1969) yang diperlihatkan oleh Tabel 4. Tabel 2 Jumlah probandus per kelompok usia Payudara yang diamati adalah payudara

sebelah kanan. Probandus yang diperiksa

Kelompok usia Jumlah Persentase (Tahun) Probandus (%) 9 31 5.14

Tabel 1 Asal wilayah probandus 10 55 9.12

Wilayah Jumlah Probandus

Persentase (%) Kotamadya Bogor

Bogor Utara 48 7.96

Bogor Selatan 22 3.65

Bogor Timur 22 3.65

Bogor Tengah 50 8.29

Bogor Barat 71 11.80

Tanah Sareal 237 39.30

Kabupaten Bogor

Ciomas 43 7.13

Bojong Gede 34 5.64

Sukaraja 28 4.65

Kemang 12 1.99

Tajur Halang 9 1.49

Taman Sari 6 1.00

Dramaga 6 1.00

Gunung Putri 3 0.50

Semplak 3 0.50

Lainnya* 7 1.16

Total 603 100.00

11 79 13.10 12 25 4.15 13 69 11.40 14 73 12.10 15 83 13.80 16 91 15.10 17 97 16.10 Jumlah 603 100.00

Tabel 3 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan

JumlahPengeluaran Jumlah Persentase Probandus (%) n <Rp 500.000 62 10.28 Rp 750.000 < n < Rp 1.000.000 184 30.15

*Kecamatan yang jumlahnya sedikit

Rp 500.000 < n < Rp 750.000 154 25.54 Rp 1.000.000 < n <Rp 1.500.000 129 21.39 n > Rp 1.500.000 76 12.60 Total 603 100.00 Keterangan: n = jumlah pengeluaran keluarga per

(11)

Tabel 4 Pola perkembangan payudara (Marshall & Tanner 1969)

Tahap Payudara Gambar

1 Payudara dan papila rata

2 Payudara dan papila menonjol, diameter areola bertambah

3 Payudara dan areola membesar, batas antara papila dan areola semakin tidak jelas

4 Areola dan papila membentuk bukit kedua

5 Bentuk dewasa, yaitu papila lebih menonjol

HASIL

Perubahan dimensi tubuh terjadi saat

pubertas. Peningkatan TB dari tahap 1 ke tahap 2 sangat signifikan, yaitu sebesar 8.63 %. Akan tetapi, peningkatan ini menurun dari tahap 2 sampai tahap selanjutnya, yaitu sebesar 1.94%-5.89%. Hal yang sama terjadi pada BB, peningkatan paling mencolok terjadi dari tahap 1 ke tahap 2 sebesar 36.55% sedangkan peningkatan yang terjadi pada tahap selanjutnya hanya berkisar antara 8.24%-16.99%. Peningkatan IMT yang paling mencolok dari tahap 1 ke tahap 2, yaitu sebesar 15.13%, peningkatan pada tahap 2 menuju tahap selanjutnya cenderung menurun, yaitu sebesar 5.04%-6.01% (Tabel 7). Dengan demikian, hasil yang diperoleh sesuai dengan pengamatan Parent et al. (2003) bahwa manifestasi awal pubertas pada perempuan adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt).

Menarke

Jumlah probandus yang sudah mengalami menstruasi ada 66.17% dari total probandus yang ada. Kebanyakan probandus mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata usia menarke, yaitu 12.4±1.0. Akan tetapi, berdasarkan informasi dari metode ingatan terdapat 14 orang probandus telah mengalami menarke pada usia 9 dan 10 tahun (Tabel 5).

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan perkembangan payudara tahap 2 mencapai pubertas pada usia 12 tahun (Tabel 6). Hal ini sesuai jika dilihat dari rata-rata usia menarke perempuan Bogor di atas. Akan tetapi, ada satu orang yang mengalami pubertas terlambat yaitu, probandus berusia 13 tahun yang pola perkembangan payudaranya masih tahap 1 dan belum mengalami menstruasi. Di samping itu, ada dua orang yang mengalami pubertas sedikit terlambat. Pertama, probandus berusia 16 tahun yang mengalami menstruasi pada usia 14 tahun dengan nilai IMT sebesar 22.00 (kg/m

Probandus yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan probandus yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama. IMT probandus yang sudah mengalami menstruasi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia. Meskipun terdapat penurunan pada titik tertentu tetapi kecenderungannya akan terus naik. Penurunan disebabkan jumlah probandus yang kecil pada kelompok usia tersebut. Nilai IMT probandus yang belum menstruasi akan terus turun seiring pertambahan usia. Tampaknya ada ambang nilai IMT yang harus dicapai oleh probandus agar bisa mengalami menstruasi, yaitu sebesar 19.5 kg/m

2

) tetapi pola perkembangan payudara-nya masih tahap 3. Kedua, probandus berusia 17 tahun yang mengalami menstruasi pada usia 15 tahun dengan nilai IMT sebesar 18.99 (kg/m2) dan pola perkembangan payudaranya baru mencapai tahap 3 (Tabel 6).

2

(12)

4

Tabel 5 Jumlah probandus yang sudah atau belum mengalami menstruasi per kelompok usia

Usia menarke Belum

Usia

Menstruasi 9 10 11 12 13 14 15

9 31 0 0 0 0 0 0 0

10 55 0 0 0 0 0 0 0

11 71 1 4 3 0 0 0 0

12 12 0 0 5 6 0 0 0

13 12 0 3 11 28 7 0 0

14 3 0 0 15 29 18 2 0

15 0 0 1 5 35 31 10 0

16 0 0 1 6 31 39 11 1

17 0 0 4 5 33 31 18 5

Total 184 1 13 50 162 126 41 6

Keterangan: Usia menarke diperoleh dengan menggunakan metode status quo dan ingatan probandus

Tabel 6 Tahap kematangan seksual (TKS) perempuan berusia 9 sampai 17 tahun di Wilayah Bogor berdasarkan tahap-tahap perkembangan payudara

Tahap Perkembangan Payudara Usia n

1 2 3 4 5

9 31 21 10 0 0 0

10 55 23 31 1 0 0

11 79 16 50 10 1 2

12 25 0 11 9 3 2

13 69 1 12 21 12 23

14 73 0 3 17 10 43

15 83 0 2 2 6 73

16 91 0 0 1 4 86

17 97 0 0 1 0 96

11 12 13 14 15 16 17

15

20

25

Kelompok usia (tahun)

In

deks m

a

ssa t

ubu

h (

k

g/

m

^

2)

___ belum menstruasi ….. sudah menstruasi

° Rata-rata IMT belum menstruasi Δ Rata-rata IMT sudah menstruasi

20 25

15

(13)

Tabel 7 Deskripsi data tahap perkembangan payudara

Tahap Perkembangan Payudara Parameter

1 2 3 4 5

Usia (Tahun) 10.01±0.75 11.06±1.24 141.00±0.07

12.89±1.30 13.81±1.27 15.56±1.33

TB (cm) 129.80±0.07 149.30±0.05 152.20±0.04 154.00±0.05

BT (kg) 25.39±4.63 34.67±6.74 40.56±6.36 44.53±6.23 48.20±6.87

IMT (kg/m2) 15.00±2.03 17.27±2.74 18.14±2.38 19.23±2.61 20.32±2.69

PEMBAHASAN

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis dan merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu). Pubertas terjadi ketika fase juvenil berakhir (Bogin 1999). Menarke dan thelarke merupakan tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas (Parent et al. 2003).

Usia pubertas bervariasi pada setiap individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi usia pubertas adalah nutrisi. Remaja perempuan yang status gizinya baik mempunyai velositas pertumbuhan yang lebih tinggi dan usia menarke yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja perempuan yang status gizinya buruk (Bogin 1999; Parent et al. 2003).

Menarke

Menarke merupakan kejadian terakhir dalam rangkaian kejadian pubertas dan umumnya terjadi di antara tahap 3 dan tahap 4 dari pola perkembangan payudara (Hoffman et al. 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah probandus yang sudah mengalami menstruasi ada 66.17% dari total probandus yang ada. Kebanyakan probandus mengalami menarke antara usia 11-14 tahun dengan rata-rata usia menarke adalah 12.4±1.0 tahun. Bogin (1999) menyatakan bahwa usia menarke terjadi di median 12.1 sampai 13.5 pada populasi yang sehat (range normal usia terjadinya menstruasi adalah 8 sampai 17 tahun). Rata-rata usia menarke perempuan Bogor dalam penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayumi (2002) dan Puspita (2004) yang menyatakan bahwa usia menarke adalah 12 tahun dan 11.9 tahun.

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Pola perkembangan payudara perempuan di Wilayah Bogor mencapai tahap 2 berdasarkan klasifikasi Tanner (Marshall &

Tanner 1969) pada usia 12 tahun. Akan tetapi beberapa anak telah mengalami perkembangan payudara pada usia 9 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Brook (1995). Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata usia thelarke perempuan di Wilayah Bogor adalah 11.06±1.24 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata usia thelarke perempuan di Wilayah Bogor sebanding dengan perempuan di Amerika Serikat, yaitu 11.15±1.1 tahun (Kaplowitz et al. 1999). Perkembangan payudara perempuan sangat cepat ketika memasuki fase pubertas. Hal ini disebabkan oleh perkembangan dari sel lemak dan jaringan penghubung lainnya. Perkembangan payudara juga berhubungan dengan peningkatan nilai IMT pada setiap kelompok usia (Hoffman et al. 2006). Lemak itu sendiri sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi (Bogin 1999).

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara bersamaan seperti diperlihatkan oleh Tabel 7. TB, BB dan IMT meningkat seiring dengan peningkatan Tahap Kematangan Seksual (TKS) yang diamati melalui perkembangan payudara. Peningkatan TB yang paling mencolok terjadi dari TKS 1 ke TKS 2, yaitu sebesar 8.63%, lalu lajunya mulai menurun hingga 1.94%. Proses pertumbuhan tulang dipicu oleh hormon pertumbuhan dan Insulin Growth Factor (IGF) sebagai faktor pertumbuhan, yaitu IGF1 dan IGF2. Selain itu, proses pertumbuhan didukung oleh hormon dari tiroid, yaitu triiodothyronin. Pertumbuhan tulang terhenti jika bagian epifisis bersatu dengan diafisis. Proses penyatuan tersebut dipicu oleh hormon gonad seperti androgen dan estrogen (Bogin 1999). Chang (2000) menyatakan bahwa ada sinkronisasi antara usia menarke dan pertumbuhan skeletal. Kecepatan tumbuh dari tinggi badan melaju cepat satu tahun sebelum menarke, melambat dan berhenti sekitar satu tahun setelah menarke karena tertutupnya epifisis tulang panjang.

(14)

KESIMPULAN

menurun pada tahap selanjutnya, yaitu sebesar

8.24%. Peningkatan berat badan disebabkan oleh hormon estrogen yang mendukung penyimpanan lemak subkutan di payudara, panggul, bokong dan paha (Bogin 1999). Leptin merupakan protein kunci regulasi berat badan yang dibentuk di adiposa. Tingkat serumnya berhubungan dengan IMT pada prapubertas dan midpubertas (Kaplowitz et al. 2001).

Perempuan Bogor mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata 12.4±1.0 tahun. Perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan perkembangan payudaranya mencapai pubertas pada usia 12 tahun. Payudara matang perempuan Bogor rata-rata dicapai pada usia 15.56±1.33 tahun. Perempuan yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama.

Pubertas ditandai dengan adanya peningkatan IMT (Palmert & Boepple 2001; Hoffman et al. 2006; Zukauskaite 2005). Pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian, yaitu adanya lonjakan IMT dari TKS 1 ke TKS 2 sebesar 15.13%, pada saat itu anak menuju fase pubertas yang ditandai oleh adanya percepatan pertumbuhan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pernyataan bahwa. Dari TKS 2 menuju TKS selanjutnya terjadi peningkatan tetapi tidak mengalami lonjakan, yaitu antara 5.04%-6.01%. Pengaruh massa lemak juga terlihat dari IMT perempuan yang sudah mengalami menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama. Perempuan akan mengalami menstruasi jika rata-rata nilai IMTnya mencapai 19.5 kg/m

SARAN

Jumlah probandus masih kurang sehingga perlu ditambah lagi dan perlu adanya pengamatan terhadap rambut pubis, lemak tubuh, dan variasi bentuk payudara matang (tahap 5).

DAFTAR PUSTAKA

Parent AS et al. 2003. The timing of normal puberty and the age limits of sexual precocity: variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endo Jnls 24(5):668-693.

2

dan berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata IMT anak yang sudah mengalami menstruasi, yaitu

19.85 kg/m Ayumi. 2002. Pola pertumbuhan anak usia 5

sampai 15 tahun di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

2

(Gambar 1). Chang (2000) menambahkan bahwa Perempuan yang mengalami menstruasi lebih awal akan menjadi lebih tinggi, lebih berat, dan memiliki nilai IMT yang tinggi.

Bogin B. 1999. Patern of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge Univ Pr. Pubertas terlambat dapat terjadi jika

sampai usia 13 tahun tidak ada perkembangan payudara atau belum mengalami menstruasi sampai usia 15 tahun. Penyebab pubertas terlambat adalah adanya kelainan pada fungsi hormonal dan adanya penyakit (Sanfilippo 2006). Pubertas terlambat terlihat pada Tabel 5. Palmert dan Boepple (2001) menambahkan bahwa pubertas terlambat dapat disebabkan oleh sejarah keluarga yang mengalami perkembangan pubertas terlambat dan diikuti oleh karakteristik pertumbuhan yang datar selama masa anak-anak. Hal tersebut menunjukan bahwa variasi tempo dari pertumbuhan dan pubertas dipengaruhi oleh variabel genetik dan lingkungan yang sangat kompleks.

Brook CGD. 1995. Precocious puberty. Clin Endocrinol 42:647-650.

Fox SI. 2002. Human Physiology. Ed ke-7. New York: Mc Graw-Hill.

Gubernur Jawa Barat. 2007. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1020/Bangsos/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007.

Hoffman et al. 2006. Tanner staging of secondary characteristics and body composition, blood pressure, and insulin in black girls. Obes Res 13(12): 2195-2201. Kaplowitz et al. 1999. Reexamination of the

age limit for defining when puberty Is precocious in girls in the united states: implications for evaluation and treatment. Pediatrics 104:936 –941.

(15)

Kaplowitz et al.. 2001. Earlier onset of puberty in girls: relation to increased body mass index and race. Pediatrics 108:347– 353.

Stavrou I, Zois C, loannidis JPA, Tsatsoulis A. 2002. Association of polymorphisme of the esrogen reseptor α gene with the age of menarche. Hum repro 17(4):1101-1105.

7

Chang SA, Tzeng SJ, Cheng JY, Chie WC. 2000. Height and weight change across menarche of schoolgirls with early menarche. Arch Pediatr Adolesc Med 154:880-884.

Marshall WA, Tanner JM. 1969. Variations in patterns of pubertal changes in girls. Arch Dis Child 44:291-303.

Palmert MR, Boepple PA. 2001.Variation in the tming of puberty: clinical spectrum and genetic investigation. J Clin Endocrinol Metab 86: 2364–2368.

Terasawa E, Fernandez DL. 2001. Neurobiological mechanisms of the onset of puberty in primates. Endo Rev 22: 111– 151.

Puspita T. 2004. Pola pertumbuhan Tinggi badan badan, berat badan, dan indeks massa tubuh anak Bogor usia 5 sampai 15 tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Zukauskaite et al. 2005. Onset of breast and pubic hair development in 1231 preadolescent Lithuanian schoolgirls. Arch Dis Child 90:932-936.

Xita N, Tsatsoulis A, Stavrou I, Georgiou I. 2005. Association of SHBG gene polymorphism with menarche. Molehr repro 11(6):459-462.

Putra HSE. 2005. Pola pertumbuhan remaja usia 15 sampai 20 tahun di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sanfilippo JS. 2006. An update on female puberty. Pediatrics :1-4.

(16)
(17)

9

Lampiran 1 Formulir data pribadi.

KUISIONER PENELITIAN

POLA PERTUMBUHAN ANAK PEREMPUAN USIA 9 SAMPAI 17 TAHUN DI WILAYAH BOGOR

Nama :

Jenis kelamin :

Tempat & tanggal lahir :

Anak ke- : dari bersaudara

Alamat lengkap :

Kelurahan :

Kecamatan :

Telepon :

Pemberian ASI sampai usia : bulan

Penyakit (jika ada) :

Frekuensi makan per hari : kali

Pada usia berapakah anda pertama kali mengalami menstruasi : tahun

DATA ORANG TUA/WALI

Nama ayah :

Tempat & tanggal lahir ayah/usia ayah :

Suku ayah :

Pekerjaan ayah :

Pendidikan terTinggi badan ayah :

Penyakit ayah (jika ada) :

Tinggi badan badan ayah :

Berat badan ayah :

Suku kakek dari pihak ayah : Tempat lahir/asal kakek dari pihak ayah : Suku nenek dari pihak ayah : Tempat lahir/asal nenek dari pihak ayah :

Nama ibu :

Tempat & tanggal lahir ibu/usia ibu :

Suku ibu :

Pekerjaan ibu :

Pendidikan terTinggi badan ibu :

Penyakit ibu (jika ada) :

Tinggi badan badan ibu :

Berat badan ibu :

Suku kakek dari pihak ibu :

Tempat lahir/asal kakek dari pihak ibu :

Suku nenek dari pihak ibu :

Tempat lahir/asal nenek dari pihak ibu :

Pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi makanan (pilih salah satu):

1. n < Rp 500.000 4. Rp 1.000.000 < n < Rp 1.500.000 2. Rp 500.000 ≤ n < Rp 750.000 5. n ≥ Rp 1.500.000

3. Rp 750.000 ≤ n < Rp 1.000.000

Keterangan: n = jumlah pengeluaran keluarga per bulan untuk makan

DATA HASIL PENGUKURAN

Pengukur : Fnum :

Pencatat : Idnum :

Tanggal : Waktu :

Tinggi Badan (TB) : Pola Hirci :

(18)

TAHAP-TAHAP KEMATANGAN SEKSUAL PEREMPUAN

DI WILAYAH BOGOR

RINI SUHARTINI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

ABSTRAK

RINI SUHARTINI. Tahap-Tahap Kematangan Seksual Perempuan di Wilayah Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan BERRY JULIANDI.

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Pada perempuan manifestasi awal pubertas adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt). Tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas adalah menstruasi yang pertama kali terjadi (menarke) dan payudara mencapai tahap 2 (thelarke). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap kematangan seksual dan waktu terjadinya pubertas perempuan di wilayah Bogor berdasarkan usia menarke dan perkembangan payudara. Penelitian ini meneliti menarke, perkembangan payudara, tinggi badan, berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Perempuan Bogor mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata usia menarke yaitu 12.4±1.0 tahun. Berdasarkan perkembangan payudaranya perempuan di wilayah Bogor mencapai pubertas pada usia 12 tahun. Payudara matang perempuan Bogor rata-rata dicapai pada usia 15.56±1.33 tahun. Perempuan yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan dengan probandus yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama.

ABSTRACT

RINI SUHARTINI. Stages of female’s sexual maturation in Bogor. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and BERRY JULIANDI.

(20)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase juvenil berakhir (Bogin 1999). Pubertas memicu perubahan fisik yang merupakan perkembangan seksual sekunder, misalnya munculnya payudara pada perempuan dan rambut-rambut pubis (Fox 2002). Pubertas pada perempuan terjadi lebih awal dibanding laki-laki. Pada perempuan manifestasi awal pubertas adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt). Akan tetapi, tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas pada perempuan adalah payudara mencapai tahap 2 (thelarke) berdasarkan klasifikasi Tanner (Marshal & Tanner 1969) dan menstruasi yang pertama kali terjadi (menarke) (Parent et al. 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi usia terjadinya pubertas adalah genetik, nutrisi, dan kecenderungan sekuler (Palmert & Boepple 2001; Parent et al. 2003). Salah satu faktor genetik yang berpengaruh terhadap usia menarke adalah gen SHBG (sex hormon-binding globulin) (Xita et al. 2005) dan gen yang menyandikan reseptor estrogen

α (Stavrou et al. 2002). Nutrisi mempengaruhi variasi usia terjadinya pubertas seperti yang dikemukakan oleh Bogin (1999) dan Parent et al (2003) bahwa remaja perempuan yang status gizinya baik mempunyai velositas pertumbuhan yang lebih tinggi dan usia menarke yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja perempuan yang status gizinya buruk.

Penelitian tentang pola pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pernah dilakukan oleh Ayumi (2002), Puspita (2004), dan Putra (2005), tetapi data tentang usia pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual remaja masih kurang sehingga perlu ada penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian yang sudah ada. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, mobilitas penduduknya terus meningkat, adanya pembangunan di bidang ekonomi yang diikuti oleh perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses kematangan seksual, sehingga diperlukan penelitian tentang waktu terjadinya pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual remaja di Indonesia yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi warga negara

Indonesia. Penelitian pertama tentang kematangan seksual ini diamati pada perempuan di Wilayah Bogor.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu terjadinya pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan usia menarke dan perkembangan payudara.

BAHAN DAN METODE

Tahap-tahap kematangan seksual dapat diketahui dari perkembangan payudara. Perkembangan payudara disebabkan oleh adanya perkembangan pada sel lemak dan jaringan penghubung (Hoffman et al. 2006). Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa massa lemak merupakan faktor yang memfasilitasi waktu terjadinya pubertas pada perempuan (Zukauskaite 2005). Lemak itu sendiri sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi (Bogin 1999). Nilai IMT adalah rasio berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m2). Oleh karena itu, penelitian ini juga mengukur Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB).

Probandus

Probandus (orang yang diperiksa) pada penelitian ini adalah siswi SDN KEBON PEDES 1, SD BINA INSANI, SDN KENCANA 1, SDN PENGADILAN 1, SDN PENGADILAN 2, SMPN 2, SMPN 5, SMPN 12, SMPN16, SMUN 9, SMA PGRI 1, dan SMEA YKTB 2 yang dibesarkan dan bertempat tinggal di Wilayah Bogor. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode horizontal yang berarti setiap probandus mewakili kelas usia tertentu yang ada di dalam populasi Bogor. Probandus berasal dari 6 kecamatan di Kotamadya Bogor dan 9 kecamatan di Kabupaten Bogor (Tabel 1).

Usia probandus dicatat sebagai usia ketika pengukuran dan dimasukkan ke dalam satu kelompok usia berdasarkan ulang tahun terdekatnya. Dalam penelitian ini, kisaran kelompok usia probandus adalah 9 sampai 17 tahun (Tabel 2).

(21)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase juvenil berakhir (Bogin 1999). Pubertas memicu perubahan fisik yang merupakan perkembangan seksual sekunder, misalnya munculnya payudara pada perempuan dan rambut-rambut pubis (Fox 2002). Pubertas pada perempuan terjadi lebih awal dibanding laki-laki. Pada perempuan manifestasi awal pubertas adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt). Akan tetapi, tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas pada perempuan adalah payudara mencapai tahap 2 (thelarke) berdasarkan klasifikasi Tanner (Marshal & Tanner 1969) dan menstruasi yang pertama kali terjadi (menarke) (Parent et al. 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi usia terjadinya pubertas adalah genetik, nutrisi, dan kecenderungan sekuler (Palmert & Boepple 2001; Parent et al. 2003). Salah satu faktor genetik yang berpengaruh terhadap usia menarke adalah gen SHBG (sex hormon-binding globulin) (Xita et al. 2005) dan gen yang menyandikan reseptor estrogen

α (Stavrou et al. 2002). Nutrisi mempengaruhi variasi usia terjadinya pubertas seperti yang dikemukakan oleh Bogin (1999) dan Parent et al (2003) bahwa remaja perempuan yang status gizinya baik mempunyai velositas pertumbuhan yang lebih tinggi dan usia menarke yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja perempuan yang status gizinya buruk.

Penelitian tentang pola pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pernah dilakukan oleh Ayumi (2002), Puspita (2004), dan Putra (2005), tetapi data tentang usia pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual remaja masih kurang sehingga perlu ada penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian yang sudah ada. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, mobilitas penduduknya terus meningkat, adanya pembangunan di bidang ekonomi yang diikuti oleh perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses kematangan seksual, sehingga diperlukan penelitian tentang waktu terjadinya pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual remaja di Indonesia yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi warga negara

Indonesia. Penelitian pertama tentang kematangan seksual ini diamati pada perempuan di Wilayah Bogor.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu terjadinya pubertas dan tahap-tahap kematangan seksual perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan usia menarke dan perkembangan payudara.

BAHAN DAN METODE

Tahap-tahap kematangan seksual dapat diketahui dari perkembangan payudara. Perkembangan payudara disebabkan oleh adanya perkembangan pada sel lemak dan jaringan penghubung (Hoffman et al. 2006). Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa massa lemak merupakan faktor yang memfasilitasi waktu terjadinya pubertas pada perempuan (Zukauskaite 2005). Lemak itu sendiri sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi (Bogin 1999). Nilai IMT adalah rasio berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m2). Oleh karena itu, penelitian ini juga mengukur Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB).

Probandus

Probandus (orang yang diperiksa) pada penelitian ini adalah siswi SDN KEBON PEDES 1, SD BINA INSANI, SDN KENCANA 1, SDN PENGADILAN 1, SDN PENGADILAN 2, SMPN 2, SMPN 5, SMPN 12, SMPN16, SMUN 9, SMA PGRI 1, dan SMEA YKTB 2 yang dibesarkan dan bertempat tinggal di Wilayah Bogor. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode horizontal yang berarti setiap probandus mewakili kelas usia tertentu yang ada di dalam populasi Bogor. Probandus berasal dari 6 kecamatan di Kotamadya Bogor dan 9 kecamatan di Kabupaten Bogor (Tabel 1).

Usia probandus dicatat sebagai usia ketika pengukuran dan dimasukkan ke dalam satu kelompok usia berdasarkan ulang tahun terdekatnya. Dalam penelitian ini, kisaran kelompok usia probandus adalah 9 sampai 17 tahun (Tabel 2).

(22)

ekonomi yang baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil kuisioner, yaitu sebanyak 89.72% keluarga memiliki pengeluaran konsumsi makanan per bulan melebihi Rp 750.000.00 (Tabel 3). Pengeluaran keluarga untuk konsumsi makanan sebanding atau lebih besar dari upah minimum regional kota dan kabupaten di Wilayah Bogor. Merujuk pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1020/Bangsos/2006 tentang penetap-an Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007, besar upah minimum Kota Bogor dan Kabupaten Bogor sebesar Rp 800.000.00 dan Rp 800.800.00.

diminta melepas penutup payudara agar pengamat dapat mengamati secara langsung. Pengamatan dilakukan secara langsung oleh penulis.

2

Dimensi tubuh yang diukur meliputi tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh. Pengukuran Tinggi Badan (TB) menggunakan tongkat pengukur dan bidang vertikal sebagai bidang proyeksi. Probandus berdiri tegak, kaki rapat, lutut diluruskan, tumit, bokong, bahu menyentuh bidang vertikal, dan bidang Frankfurt berada dalam posisi horizontal. Bidang Frankfurt adalah garis khayal yang melintasi meatus auditory dan puncak tulang pembentuk rongga mata bagian bawah. Kemudian proyeksi puncak kepala ke bidang vertikal ditandai. Tanda tersebut diukur dengan tongkat pengukur sebagai tinggi badan badan. Berat Badan (BB) diukur dengan menggunakan timbangan badan berskala 0.5 kg. Probandus berdiri tanpa bantuan di tengah timbangan dengan santai tetapi tidak bergerak dan pandangan lurus ke depan (Putra 2005).

Menarke

Usia menarke diperoleh dengan meng-gunakan metode status quo dan ingatan probandus. Metode status quo merupakan metode yang ditanyakan langsung kepada probandus untuk mengetahui apakah probandus sudah mengalami menstruasi atau belum. Sedangkan metode ingatan probandus adalah metode yang digunakan untuk mengetahui pada usia berapa probandus mengalami menarke berdasarkan ingatannya.

Hasil pengamatan tahap payudara dan pengukuran antropometri dicatat pada data hasil pengukuran yang terdapat pada kuisioner penelitian (Lampiran 1).

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2007 sampai Mei 2007.

Perkembangan payudara dapat diamati melalui klasifikasi Tanner (Marshall &Tanner

1969) yang diperlihatkan oleh Tabel 4. Tabel 2 Jumlah probandus per kelompok usia Payudara yang diamati adalah payudara

sebelah kanan. Probandus yang diperiksa

Kelompok usia Jumlah Persentase (Tahun) Probandus (%) 9 31 5.14

Tabel 1 Asal wilayah probandus 10 55 9.12

Wilayah Jumlah Probandus

Persentase (%) Kotamadya Bogor

Bogor Utara 48 7.96

Bogor Selatan 22 3.65

Bogor Timur 22 3.65

Bogor Tengah 50 8.29

Bogor Barat 71 11.80

Tanah Sareal 237 39.30

Kabupaten Bogor

Ciomas 43 7.13

Bojong Gede 34 5.64

Sukaraja 28 4.65

Kemang 12 1.99

Tajur Halang 9 1.49

Taman Sari 6 1.00

Dramaga 6 1.00

Gunung Putri 3 0.50

Semplak 3 0.50

Lainnya* 7 1.16

Total 603 100.00

11 79 13.10 12 25 4.15 13 69 11.40 14 73 12.10 15 83 13.80 16 91 15.10 17 97 16.10 Jumlah 603 100.00

Tabel 3 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan

JumlahPengeluaran Jumlah Persentase Probandus (%) n <Rp 500.000 62 10.28 Rp 750.000 < n < Rp 1.000.000 184 30.15

*Kecamatan yang jumlahnya sedikit

Rp 500.000 < n < Rp 750.000 154 25.54 Rp 1.000.000 < n <Rp 1.500.000 129 21.39 n > Rp 1.500.000 76 12.60 Total 603 100.00 Keterangan: n = jumlah pengeluaran keluarga per

(23)

Tabel 4 Pola perkembangan payudara (Marshall & Tanner 1969)

Tahap Payudara Gambar

1 Payudara dan papila rata

2 Payudara dan papila menonjol, diameter areola bertambah

3 Payudara dan areola membesar, batas antara papila dan areola semakin tidak jelas

4 Areola dan papila membentuk bukit kedua

5 Bentuk dewasa, yaitu papila lebih menonjol

HASIL

Perubahan dimensi tubuh terjadi saat

pubertas. Peningkatan TB dari tahap 1 ke tahap 2 sangat signifikan, yaitu sebesar 8.63 %. Akan tetapi, peningkatan ini menurun dari tahap 2 sampai tahap selanjutnya, yaitu sebesar 1.94%-5.89%. Hal yang sama terjadi pada BB, peningkatan paling mencolok terjadi dari tahap 1 ke tahap 2 sebesar 36.55% sedangkan peningkatan yang terjadi pada tahap selanjutnya hanya berkisar antara 8.24%-16.99%. Peningkatan IMT yang paling mencolok dari tahap 1 ke tahap 2, yaitu sebesar 15.13%, peningkatan pada tahap 2 menuju tahap selanjutnya cenderung menurun, yaitu sebesar 5.04%-6.01% (Tabel 7). Dengan demikian, hasil yang diperoleh sesuai dengan pengamatan Parent et al. (2003) bahwa manifestasi awal pubertas pada perempuan adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt).

Menarke

Jumlah probandus yang sudah mengalami menstruasi ada 66.17% dari total probandus yang ada. Kebanyakan probandus mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata usia menarke, yaitu 12.4±1.0. Akan tetapi, berdasarkan informasi dari metode ingatan terdapat 14 orang probandus telah mengalami menarke pada usia 9 dan 10 tahun (Tabel 5).

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan perkembangan payudara tahap 2 mencapai pubertas pada usia 12 tahun (Tabel 6). Hal ini sesuai jika dilihat dari rata-rata usia menarke perempuan Bogor di atas. Akan tetapi, ada satu orang yang mengalami pubertas terlambat yaitu, probandus berusia 13 tahun yang pola perkembangan payudaranya masih tahap 1 dan belum mengalami menstruasi. Di samping itu, ada dua orang yang mengalami pubertas sedikit terlambat. Pertama, probandus berusia 16 tahun yang mengalami menstruasi pada usia 14 tahun dengan nilai IMT sebesar 22.00 (kg/m

Probandus yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan probandus yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama. IMT probandus yang sudah mengalami menstruasi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia. Meskipun terdapat penurunan pada titik tertentu tetapi kecenderungannya akan terus naik. Penurunan disebabkan jumlah probandus yang kecil pada kelompok usia tersebut. Nilai IMT probandus yang belum menstruasi akan terus turun seiring pertambahan usia. Tampaknya ada ambang nilai IMT yang harus dicapai oleh probandus agar bisa mengalami menstruasi, yaitu sebesar 19.5 kg/m

2

) tetapi pola perkembangan payudara-nya masih tahap 3. Kedua, probandus berusia 17 tahun yang mengalami menstruasi pada usia 15 tahun dengan nilai IMT sebesar 18.99 (kg/m2) dan pola perkembangan payudaranya baru mencapai tahap 3 (Tabel 6).

2

(24)

Tabel 4 Pola perkembangan payudara (Marshall & Tanner 1969)

Tahap Payudara Gambar

1 Payudara dan papila rata

2 Payudara dan papila menonjol, diameter areola bertambah

3 Payudara dan areola membesar, batas antara papila dan areola semakin tidak jelas

4 Areola dan papila membentuk bukit kedua

5 Bentuk dewasa, yaitu papila lebih menonjol

HASIL

Perubahan dimensi tubuh terjadi saat

pubertas. Peningkatan TB dari tahap 1 ke tahap 2 sangat signifikan, yaitu sebesar 8.63 %. Akan tetapi, peningkatan ini menurun dari tahap 2 sampai tahap selanjutnya, yaitu sebesar 1.94%-5.89%. Hal yang sama terjadi pada BB, peningkatan paling mencolok terjadi dari tahap 1 ke tahap 2 sebesar 36.55% sedangkan peningkatan yang terjadi pada tahap selanjutnya hanya berkisar antara 8.24%-16.99%. Peningkatan IMT yang paling mencolok dari tahap 1 ke tahap 2, yaitu sebesar 15.13%, peningkatan pada tahap 2 menuju tahap selanjutnya cenderung menurun, yaitu sebesar 5.04%-6.01% (Tabel 7). Dengan demikian, hasil yang diperoleh sesuai dengan pengamatan Parent et al. (2003) bahwa manifestasi awal pubertas pada perempuan adalah terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt).

Menarke

Jumlah probandus yang sudah mengalami menstruasi ada 66.17% dari total probandus yang ada. Kebanyakan probandus mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata usia menarke, yaitu 12.4±1.0. Akan tetapi, berdasarkan informasi dari metode ingatan terdapat 14 orang probandus telah mengalami menarke pada usia 9 dan 10 tahun (Tabel 5).

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan perkembangan payudara tahap 2 mencapai pubertas pada usia 12 tahun (Tabel 6). Hal ini sesuai jika dilihat dari rata-rata usia menarke perempuan Bogor di atas. Akan tetapi, ada satu orang yang mengalami pubertas terlambat yaitu, probandus berusia 13 tahun yang pola perkembangan payudaranya masih tahap 1 dan belum mengalami menstruasi. Di samping itu, ada dua orang yang mengalami pubertas sedikit terlambat. Pertama, probandus berusia 16 tahun yang mengalami menstruasi pada usia 14 tahun dengan nilai IMT sebesar 22.00 (kg/m

Probandus yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan probandus yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama. IMT probandus yang sudah mengalami menstruasi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia. Meskipun terdapat penurunan pada titik tertentu tetapi kecenderungannya akan terus naik. Penurunan disebabkan jumlah probandus yang kecil pada kelompok usia tersebut. Nilai IMT probandus yang belum menstruasi akan terus turun seiring pertambahan usia. Tampaknya ada ambang nilai IMT yang harus dicapai oleh probandus agar bisa mengalami menstruasi, yaitu sebesar 19.5 kg/m

2

) tetapi pola perkembangan payudara-nya masih tahap 3. Kedua, probandus berusia 17 tahun yang mengalami menstruasi pada usia 15 tahun dengan nilai IMT sebesar 18.99 (kg/m2) dan pola perkembangan payudaranya baru mencapai tahap 3 (Tabel 6).

2

(25)

4

Tabel 5 Jumlah probandus yang sudah atau belum mengalami menstruasi per kelompok usia

Usia menarke Belum

Usia

Menstruasi 9 10 11 12 13 14 15

9 31 0 0 0 0 0 0 0

10 55 0 0 0 0 0 0 0

11 71 1 4 3 0 0 0 0

12 12 0 0 5 6 0 0 0

13 12 0 3 11 28 7 0 0

14 3 0 0 15 29 18 2 0

15 0 0 1 5 35 31 10 0

16 0 0 1 6 31 39 11 1

17 0 0 4 5 33 31 18 5

Total 184 1 13 50 162 126 41 6

Keterangan: Usia menarke diperoleh dengan menggunakan metode status quo dan ingatan probandus

Tabel 6 Tahap kematangan seksual (TKS) perempuan berusia 9 sampai 17 tahun di Wilayah Bogor berdasarkan tahap-tahap perkembangan payudara

Tahap Perkembangan Payudara Usia n

1 2 3 4 5

9 31 21 10 0 0 0

10 55 23 31 1 0 0

11 79 16 50 10 1 2

12 25 0 11 9 3 2

13 69 1 12 21 12 23

14 73 0 3 17 10 43

15 83 0 2 2 6 73

16 91 0 0 1 4 86

17 97 0 0 1 0 96

11 12 13 14 15 16 17

15

20

25

Kelompok usia (tahun)

In

deks m

a

ssa t

ubu

h (

k

g/

m

^

2)

___ belum menstruasi ….. sudah menstruasi

° Rata-rata IMT belum menstruasi Δ Rata-rata IMT sudah menstruasi

20 25

15

(26)

Tabel 7 Deskripsi data tahap perkembangan payudara

Tahap Perkembangan Payudara Parameter

1 2 3 4 5

Usia (Tahun) 10.01±0.75 11.06±1.24 141.00±0.07

12.89±1.30 13.81±1.27 15.56±1.33

TB (cm) 129.80±0.07 149.30±0.05 152.20±0.04 154.00±0.05

BT (kg) 25.39±4.63 34.67±6.74 40.56±6.36 44.53±6.23 48.20±6.87

IMT (kg/m2) 15.00±2.03 17.27±2.74 18.14±2.38 19.23±2.61 20.32±2.69

PEMBAHASAN

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis dan merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu). Pubertas terjadi ketika fase juvenil berakhir (Bogin 1999). Menarke dan thelarke merupakan tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas (Parent et al. 2003).

Usia pubertas bervariasi pada setiap individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi usia pubertas adalah nutrisi. Remaja perempuan yang status gizinya baik mempunyai velositas pertumbuhan yang lebih tinggi dan usia menarke yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja perempuan yang status gizinya buruk (Bogin 1999; Parent et al. 2003).

Menarke

Menarke merupakan kejadian terakhir dalam rangkaian kejadian pubertas dan umumnya terjadi di antara tahap 3 dan tahap 4 dari pola perkembangan payudara (Hoffman et al. 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah probandus yang sudah mengalami menstruasi ada 66.17% dari total probandus yang ada. Kebanyakan probandus mengalami menarke antara usia 11-14 tahun dengan rata-rata usia menarke adalah 12.4±1.0 tahun. Bogin (1999) menyatakan bahwa usia menarke terjadi di median 12.1 sampai 13.5 pada populasi yang sehat (range normal usia terjadinya menstruasi adalah 8 sampai 17 tahun). Rata-rata usia menarke perempuan Bogor dalam penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayumi (2002) dan Puspita (2004) yang menyatakan bahwa usia menarke adalah 12 tahun dan 11.9 tahun.

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Pola perkembangan payudara perempuan di Wilayah Bogor mencapai tahap 2 berdasarkan klasifikasi Tanner (Marshall &

Tanner 1969) pada usia 12 tahun. Akan tetapi beberapa anak telah mengalami perkembangan payudara pada usia 9 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Brook (1995). Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata usia thelarke perempuan di Wilayah Bogor adalah 11.06±1.24 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata usia thelarke perempuan di Wilayah Bogor sebanding dengan perempuan di Amerika Serikat, yaitu 11.15±1.1 tahun (Kaplowitz et al. 1999). Perkembangan payudara perempuan sangat cepat ketika memasuki fase pubertas. Hal ini disebabkan oleh perkembangan dari sel lemak dan jaringan penghubung lainnya. Perkembangan payudara juga berhubungan dengan peningkatan nilai IMT pada setiap kelompok usia (Hoffman et al. 2006). Lemak itu sendiri sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi (Bogin 1999).

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara bersamaan seperti diperlihatkan oleh Tabel 7. TB, BB dan IMT meningkat seiring dengan peningkatan Tahap Kematangan Seksual (TKS) yang diamati melalui perkembangan payudara. Peningkatan TB yang paling mencolok terjadi dari TKS 1 ke TKS 2, yaitu sebesar 8.63%, lalu lajunya mulai menurun hingga 1.94%. Proses pertumbuhan tulang dipicu oleh hormon pertumbuhan dan Insulin Growth Factor (IGF) sebagai faktor pertumbuhan, yaitu IGF1 dan IGF2. Selain itu, proses pertumbuhan didukung oleh hormon dari tiroid, yaitu triiodothyronin. Pertumbuhan tulang terhenti jika bagian epifisis bersatu dengan diafisis. Proses penyatuan tersebut dipicu oleh hormon gonad seperti androgen dan estrogen (Bogin 1999). Chang (2000) menyatakan bahwa ada sinkronisasi antara usia menarke dan pertumbuhan skeletal. Kecepatan tumbuh dari tinggi badan melaju cepat satu tahun sebelum menarke, melambat dan berhenti sekitar satu tahun setelah menarke karena tertutupnya epifisis tulang panjang.

(27)

Tabel 7 Deskripsi data tahap perkembangan payudara

Tahap Perkembangan Payudara Parameter

1 2 3 4 5

Usia (Tahun) 10.01±0.75 11.06±1.24 141.00±0.07

12.89±1.30 13.81±1.27 15.56±1.33

TB (cm) 129.80±0.07 149.30±0.05 152.20±0.04 154.00±0.05

BT (kg) 25.39±4.63 34.67±6.74 40.56±6.36 44.53±6.23 48.20±6.87

IMT (kg/m2) 15.00±2.03 17.27±2.74 18.14±2.38 19.23±2.61 20.32±2.69

PEMBAHASAN

Pubertas adalah reaktivasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis dan merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu). Pubertas terjadi ketika fase juvenil berakhir (Bogin 1999). Menarke dan thelarke merupakan tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas (Parent et al. 2003).

Usia pubertas bervariasi pada setiap individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi usia pubertas adalah nutrisi. Remaja perempuan yang status gizinya baik mempunyai velositas pertumbuhan yang lebih tinggi dan usia menarke yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja perempuan yang status gizinya buruk (Bogin 1999; Parent et al. 2003).

Menarke

Menarke merupakan kejadian terakhir dalam rangkaian kejadian pubertas dan umumnya terjadi di antara tahap 3 dan tahap 4 dari pola perkembangan payudara (Hoffman et al. 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah probandus yang sudah mengalami menstruasi ada 66.17% dari total probandus yang ada. Kebanyakan probandus mengalami menarke antara usia 11-14 tahun dengan rata-rata usia menarke adalah 12.4±1.0 tahun. Bogin (1999) menyatakan bahwa usia menarke terjadi di median 12.1 sampai 13.5 pada populasi yang sehat (range normal usia terjadinya menstruasi adalah 8 sampai 17 tahun). Rata-rata usia menarke perempuan Bogor dalam penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayumi (2002) dan Puspita (2004) yang menyatakan bahwa usia menarke adalah 12 tahun dan 11.9 tahun.

Perkembangan Payudara dan Dimensi Tubuh

Pola perkembangan payudara perempuan di Wilayah Bogor mencapai tahap 2 berdasarkan klasifikasi Tanner (Marshall &

Tanner 1969) pada usia 12 tahun. Akan tetapi beberapa anak telah mengalami perkembangan payudara pada usia 9 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Brook (1995). Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata usia thelarke perempuan di Wilayah Bogor adalah 11.06±1.24 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata usia thelarke perempuan di Wilayah Bogor sebanding dengan perempuan di Amerika Serikat, yaitu 11.15±1.1 tahun (Kaplowitz et al. 1999). Perkembangan payudara perempuan sangat cepat ketika memasuki fase pubertas. Hal ini disebabkan oleh perkembangan dari sel lemak dan jaringan penghubung lainnya. Perkembangan payudara juga berhubungan dengan peningkatan nilai IMT pada setiap kelompok usia (Hoffman et al. 2006). Lemak itu sendiri sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi (Bogin 1999).

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara bersamaan seperti diperlihatkan oleh Tabel 7. TB, BB dan IMT meningkat seiring dengan peningkatan Tahap Kematangan Seksual (TKS) yang diamati melalui perkembangan payudara. Peningkatan TB yang paling mencolok terjadi dari TKS 1 ke TKS 2, yaitu sebesar 8.63%, lalu lajunya mulai menurun hingga 1.94%. Proses pertumbuhan tulang dipicu oleh hormon pertumbuhan dan Insulin Growth Factor (IGF) sebagai faktor pertumbuhan, yaitu IGF1 dan IGF2. Selain itu, proses pertumbuhan didukung oleh hormon dari tiroid, yaitu triiodothyronin. Pertumbuhan tulang terhenti jika bagian epifisis bersatu dengan diafisis. Proses penyatuan tersebut dipicu oleh hormon gonad seperti androgen dan estrogen (Bogin 1999). Chang (2000) menyatakan bahwa ada sinkronisasi antara usia menarke dan pertumbuhan skeletal. Kecepatan tumbuh dari tinggi badan melaju cepat satu tahun sebelum menarke, melambat dan berhenti sekitar satu tahun setelah menarke karena tertutupnya epifisis tulang panjang.

(28)

KESIMPULAN

menurun pada tahap selanjutnya, yaitu sebesar

8.24%. Peningkatan berat badan disebabkan oleh hormon estrogen yang mendukung penyimpanan lemak subkutan di payudara, panggul, bokong dan paha (Bogin 1999). Leptin merupakan protein kunci regulasi berat badan yang dibentuk di adiposa. Tingkat serumnya berhubungan dengan IMT pada prapubertas dan midpubertas (Kaplowitz et al. 2001).

Perempuan Bogor mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata 12.4±1.0 tahun. Perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan perkembangan payudaranya mencapai pubertas pada usia 12 tahun. Payudara matang perempuan Bogor rata-rata dicapai pada usia 15.56±1.33 tahun. Perempuan yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama.

Pubertas ditandai dengan adanya peningkatan IMT (Palmert & Boepple 2001; Hoffman et al. 2006; Zukauskaite 2005). Pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian, yaitu adanya lonjakan IMT dari TKS 1 ke TKS 2 sebesar 15.13%, pada saat itu anak menuju fase pubertas yang ditandai oleh adanya percepatan pertumbuhan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pernyataan bahwa. Dari TKS 2 menuju TKS selanjutnya terjadi peningkatan tetapi tidak mengalami lonjakan, yaitu antara 5.04%-6.01%. Pengaruh massa lemak juga terlihat dari IMT perempuan yang sudah mengalami menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama. Perempuan akan mengalami menstruasi jika rata-rata nilai IMTnya mencapai 19.5 kg/m

SARAN

Jumlah probandus masih kurang sehingga perlu ditambah lagi dan perlu adanya pengamatan terhadap rambut pubis, lemak tubuh, dan variasi bentuk payudara matang (tahap 5).

DAFTAR PUSTAKA

Parent AS et al. 2003. The timing of normal puberty and the age limits of sexual precocity: variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endo Jnls 24(5):668-693.

2

dan berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata IMT anak yang sudah mengalami menstruasi, yaitu

19.85 kg/m Ayumi. 2002. Pola pertumbuhan anak usia 5

sampai 15 tahun di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

2

(Gambar 1). Chang (2000) menambahkan bahwa Perempuan yang mengalami menstruasi lebih awal akan menjadi lebih tinggi, lebih berat, dan memiliki nilai IMT yang tinggi.

Bogin B. 1999. Patern of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge Univ Pr. Pubertas terlambat dapat terjadi jika

sampai usia 13 tahun tidak ada perkembangan payudara atau belum mengalami menstruasi sampai usia 15 tahun. Penyebab pubertas terlambat adalah adanya kelainan pada fungsi hormonal dan adanya penyakit (Sanfilippo 2006). Pubertas terlambat terlihat pada Tabel 5. Palmert dan Boepple (2001) menambahkan bahwa pubertas terlambat dapat disebabkan oleh sejarah keluarga yang mengalami perkembangan pubertas terlambat dan diikuti oleh karakteristik pertumbuhan yang datar selama masa anak-anak. Hal tersebut menunjukan bahwa variasi tempo dari pertumbuhan dan pubertas dipengaruhi oleh variabel genetik dan lingkungan yang sangat kompleks.

Brook CGD. 1995. Precocious puberty. Clin Endocrinol 42:647-650.

Fox SI. 2002. Human Physiology. Ed ke-7. New York: Mc Graw-Hill.

Gubernur Jawa Barat. 2007. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1020/Bangsos/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007.

Hoffman et al. 2006. Tanner staging of secondary characteristics and body composition, blood pressure, and insulin in black girls. Obes Res 13(12): 2195-2201. Kaplowitz et al. 1999. Reexamination of the

age limit for defining when puberty Is precocious in girls in the united states: implications for evaluation and treatment. Pediatrics 104:936 –941.

(29)

KESIMPULAN

menurun pada tahap selanjutnya, yaitu sebesar

8.24%. Peningkatan berat badan disebabkan oleh hormon estrogen yang mendukung penyimpanan lemak subkutan di payudara, panggul, bokong dan paha (Bogin 1999). Leptin merupakan protein kunci regulasi berat badan yang dibentuk di adiposa. Tingkat serumnya berhubungan dengan IMT pada prapubertas dan midpubertas (Kaplowitz et al. 2001).

Perempuan Bogor mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata 12.4±1.0 tahun. Perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan perkembangan payudaranya mencapai pubertas pada usia 12 tahun. Payudara matang perempuan Bogor rata-rata dicapai pada usia 15.56±1.33 tahun. Perempuan yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama.

Pubertas ditandai dengan adanya peningkatan IMT (Palmert & Boepple 2001; Hoffman et al. 2006; Zukauskaite 2005). Pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian, yaitu adanya lonjakan IMT dari TKS 1 ke TKS 2 sebesar 15.13%, pada saat itu anak menuju fase pubertas yang ditandai oleh adanya percepatan pertumbuhan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pernyataan bahwa. Dari TKS 2 menuju TKS selanjutnya terjadi peningkatan tetapi tidak mengalami lonjakan, yaitu antara 5.04%-6.01%. Pengaruh massa lemak juga terlihat dari IMT perempuan yang sudah mengalami menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama. Perempuan akan mengalami menstruasi jika rata-rata nilai IMTnya mencapai 19.5 kg/m

SARAN

Jumlah probandus masih kurang sehingga perlu ditambah lagi dan perlu adanya pengamatan terhadap rambut pubis, lemak tubuh, dan variasi bentuk payudara matang (tahap 5).

DAFTAR PUSTAKA

Parent AS et al. 2003. The timing of normal puberty and the age limits of sexual precocity: variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endo Jnls 24(5):668-693.

2

dan berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata IMT anak yang sudah mengalami menstruasi, yaitu

19.85 kg/m Ayumi. 2002. Pola pertumbuhan anak usia 5

sampai 15 tahun di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

2

(Gambar 1). Chang (2000) menambahkan bahwa Perempuan yang mengalami menstruasi lebih awal akan menjadi lebih tinggi, lebih berat, dan memiliki nilai IMT yang tinggi.

Bogin B. 1999. Patern of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge Univ Pr. Pubertas terlambat dapat terjadi jika

sampai usia 13 tahun tidak ada perkembangan payudara atau belum mengalami menstruasi sampai usia 15 tahun. Penyebab pubertas terlambat adalah adanya kelainan pada fungsi hormonal dan adanya penyakit (Sanfilippo 2006). Pubertas terlambat terlihat pada Tabel 5. Palmert dan Boepple (2001) menambahkan bahwa pubertas terlambat dapat disebabkan oleh sejarah keluarga yang mengalami perkembangan pubertas terlambat dan diikuti oleh karakteristik pertumbuhan yang datar selama masa anak-anak. Hal tersebut menunjukan bahwa variasi tempo dari pertumbuhan dan pubertas dipengaruhi oleh variabel genetik dan lingkungan yang sangat kompleks.

Brook CGD. 1995. Precocious puberty. Clin Endocrinol 42:647-650.

Fox SI. 2002. Human Physiology. Ed ke-7. New York: Mc Graw-Hill.

Gubernur Jawa Barat. 2007. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1020/Bangsos/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007.

Hoffman et al. 2006. Tanner staging of secondary characteristics and body composition, blood pressure, and insulin in black girls. Obes Res 13(12): 2195-2201. Kaplowitz et al. 1999. Reexamination of the

age limit for defining when puberty Is precocious in girls in the united states: implications for evaluation and treatment. Pediatrics 104:936 –941.

(30)

KESIMPULAN

menurun pada tahap selanjutnya, yaitu sebesar

8.24%. Peningkatan berat badan disebabkan oleh hormon estrogen yang mendukung penyimpanan lemak subkutan di payudara, panggul, bokong dan paha (Bogin 1999). Leptin merupakan protein kunci regulasi berat badan yang dibentuk di adiposa. Tingkat serumnya berhubungan dengan IMT pada prapubertas dan midpubertas (Kaplowitz et al. 2001).

Perempuan Bogor mengalami menarke pada usia 11-14 tahun, dengan rata-rata 12.4±1.0 tahun. Perempuan di Wilayah Bogor berdasarkan perkembangan payudaranya mencapai pubertas pada usia 12 tahun. Payudara matang perempuan Bogor rata-rata dicapai pada usia 15.56±1.33 tahun. Perempuan yang sudah mengalami menstruasi memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama.

Pubertas ditandai dengan adanya peningkatan IMT (Palmert & Boepple 2001; Hoffman et al. 2006; Zukauskaite 2005). Pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian, yaitu adanya lonjakan IMT dari TKS 1 ke TKS 2 sebesar 15.13%, pada saat itu anak menuju fase pubertas yang ditandai oleh adanya percepatan pertumbuhan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pernyataan bahwa. Dari TKS 2 menuju TKS selanjutnya terjadi peningkatan tetapi tidak mengalami lonjakan, yaitu antara 5.04%-6.01%. Pengaruh massa lemak juga terlihat dari IMT perempuan yang sudah mengalami menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang belum mengalami menstruasi pada kelompok usia yang sama. Perempuan akan mengalami menstruasi jika rata-rata nilai IMTnya mencapai 19.5 kg/m

SARAN

Jumlah probandus masih kurang sehingga perlu ditambah lagi dan perlu adanya pengamatan terhadap rambut pubis, lemak tubuh, dan variasi bentuk payudara matang (tahap 5).

DAFTAR PUSTAKA

Parent AS et al. 2003. The timing of normal puberty and the age limits of sexual precocity: variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endo Jnls 24(5):668-693.

2

dan berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata IMT anak yang sudah mengalami menstruasi, yaitu

19.85 kg/m Ayumi. 2002. Pola pertumbuhan anak usia 5

sampai 15 tahun di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

2

(Gambar 1). Chang (2000) menambahkan bahwa Perempuan yang mengalami menstruasi lebih awal akan menjadi lebih tinggi, lebih berat, dan memiliki nilai IMT yang tinggi.

Bogin B. 1999. Patern of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge Univ Pr. Pubertas terlambat dapat terjadi jika

sampai usia 13 tahun tidak ada perkembangan payudara atau belum mengalami menstruasi sampai usia 15 tahun. Penyebab pubertas terlambat adalah adanya kelainan pada fungsi hormonal dan adanya penyakit (Sanfilippo 2006). Pubertas terlambat terlihat pada Tabel 5. Palmert dan Boepple (2001) menambahkan bahwa pubertas terlambat dapat disebabkan oleh sejarah keluarga yang mengalami perkembangan pubertas terlambat dan diikuti oleh karakteristik pertumbuhan yang datar selama masa anak-anak. Hal tersebut menunjukan bahwa variasi tempo dari pertumbuhan dan pubertas dipengaruhi oleh variabel genetik dan lingkungan yang sangat kompleks.

Brook CGD. 1995. Precocious puberty. Clin Endocrinol 42:647-650.

Fox SI. 2002. Human Physiology. Ed ke-7. New York: Mc Graw-Hill.

Gubernur Jawa Barat. 2007. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1020/Bangsos/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007.

Hoffman et al. 2006. Tanner staging of secondary characteristics and body composition, blood pressure, and insulin in black girls. Obes Res 13(12): 2195-2201. Kaplowitz et al. 1999. Reexamination of the

age limit for defining when puberty Is precocious in girls in the united states: implications for evaluation and treatment. Pediatrics 104:936 –941.

(31)

Kaplowitz et al.. 2001. Earlier onset of puberty in girls: relation to increased body mass index and race. Pediatrics 108:347– 353.

Stavrou I, Zois C, loannidis JPA, Tsatsoulis A. 2002. Association of polymorphisme of the esrogen reseptor α gene with the age of menarche. Hum repro 17(4):1101-1105.

7

Chang SA, Tzeng SJ, Cheng JY, Chie WC. 2000. Height and weight change across menarche of schoolgirls with early menarche. Arch Pediatr Adolesc Med 154:880-884.

Marshall WA, Tanner JM. 1969. Variations in patterns of pubertal changes in girls. Arch Dis Child 44:291-303.

Palmert MR, Boepple PA. 2001.Variation in the tming of puberty: clinical spectrum and genetic investigation. J Clin Endocrinol Metab 86: 2364–2368.

Terasawa E, Fernandez DL. 2001. Neurobiological mechanisms of the onset of puberty in primates. Endo Rev 22: 111– 151.

Puspita T. 2004. Pola pertumbuhan Tinggi badan badan, berat badan, dan indeks massa tubuh anak Bogor usia 5 sampai 15 tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Zukauskaite et al. 2005. Onset of breast and pubic hair development in 1231 preadolescent Lithuanian schoolgirls. Arch Dis Child 90:932-936.

Xita N, Tsatsoulis A, Stavrou I, Georgiou I. 2005. Association of SHBG gene polymorphism with menarche. Molehr repro 11(6):459-462.

Putra HSE. 2005. Pola pertumbuhan remaja usia 15 sampai 20 tahun di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sanfilippo JS. 2006. An update on female puberty. Pediatrics :1-4.

(32)
(33)

9

Lampiran 1 Formulir data pribadi.

KUISIONER PENELITIAN

POLA PERTUMBUHAN ANAK PEREMPUAN USIA 9 SAMPAI 17 TAHUN DI WILAYAH BOGOR

Nama :

Jenis kelamin :

Tempat & tanggal lahir :

Anak ke- : dari bersaudara

Alamat lengkap :

Kelurahan :

Kecamatan :

Telepon :

Pemberian ASI sampai usia : bulan

Penyakit (jika ada) :

Frekuensi makan per hari : kali

Pada usia berapakah anda pertama kali mengalami menstruasi : tahun

DATA ORANG TUA/WALI

Nama ayah :

Tempat & tanggal lahir ayah/usia ayah :

Suku ayah :

P

Gambar

Tabel 1  Asal wilayah probandus
Tabel 4  Pola perkembangan payudara (Marshall & Tanner 1969)
Tabel 6 Tahap kematangan seksual (TKS) perempuan berusia 9 sampai 17 tahun di Wilayah Bogor berdasarkan tahap-tahap perkembangan payudara
Tabel 7  Deskripsi data tahap perkembangan payudara
+7

Referensi

Dokumen terkait

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas waktu berlakunya Garansi Bank ini, Yang Dijamin lalai/tidak memenuhi kewajibannya

Apabila proses kegiatan pendidikan di kelas yang disebut dengan pembelajaran dilakukan penelitian tindakan kelas, akan memunculkan reaksi tertentu baik dari siswa maupun

Universitas Stikubank Semarang merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang cukup besar di Jawa Tengah yang dalam hal ini mempunyai suatu tujuan yaitu untuk meluluskan

Produktivitas sumur pasca perekahan hidraulik terutama ditentukan oleh daerah rekahan efektif yang terbentuk, yaitu bagian dari rekahan yang memberikan konduktivitas lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan membaca antara siswa yang mendapat pembelajaran membaca pemahaman karya prosa dengan menggunakan model

Salah satu alternatif yang diusulkan untuk mengatasi kebuntuan prestasi tim sepak bola nasional Indonesia adalah penerapan filosofi korsa, yaitu sekelompok manusia

Dengan memperkirakan tingkat pengaruh pihak-pihak ini terhadap Dengan memperkirakan tingkat pengaruh pihak-pihak ini terhadap khalayak sasaran utama, komunikator

disesuaikan dengan tanggal pembelian kamu. Misalnya jika harga emas disesuaikan dengan tanggal pembelian kamu. Harga inilah yang emas, kamu harus membayar seharga Rp540.000,00.