PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Christophorus Bagus Ratnanto Putro NIM : 082114044
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Christophorus Bagus Ratnanto Putro NIM : 082114044
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Bapak dan Ibu tercinta
Adikku tercinta
Kekasihku tercinta
Semua teman yang mendukung dan
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010)
yang diuji pada tanggal 14 Juni 2013 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran penulis lain yang saya akui seolah olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Saya bersedia menarik skripsi yang saya ajukan ini, apabila saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta,14 Juni 2013 Yang membuat pernyataan,
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Christophorus Bagus Ratnanto Putro
NIM : 082114044
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengaruh Asimetri
Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba studi empiris pada
perusahaan manufaktur tahun 2008-2010. Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hal untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Juni 2013 Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Adanya Praktik Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010). Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan
arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. My Savior Yesus Christ, yang karena kasih dan berkatNya saya bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dr. Ir. P. Wiryono Priyatamtama, S.J selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Drs. Y.P Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Ibu Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA selaku dosen pembimbing
skripsi. Terimakasih atas arahan, saran, kesabaran dan dukungan selama
viii
6. Bapak Drs. Edi Kustanto .M.M selaku dosen wali yang telah memberikan
pengarahan dan masukan selama kuliah.
7. Bapak Dr. FA. Joko Siswanto, Akt.,M.M.,QIA dan Bapak Drs. Yusef
Widya Karsana, M.si.,Akt.,QIA selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi saya masukan.
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberi pelajaran dan arahan hingga
saya mampu menyelesaikan studi saya dengan baik.
9. Ibuku tersayang yang selalu memberi dukungan, arahan, cinta, kasih
sayang dan semangat hingga saya mampu menyelesaikan studi dengan
baik, I love you mom, this is for you……..
10.Bapak, dan adikku tercinta yang selalu mendukung dan memberikan
semangat sehinnga mampu menyelesaikan skripsi ini, trimakasih.
11.Brigitta Restu, untuk semua kasih sayang dan kesabaranmu
menghadapiku, sehingga aku bisa sampai di titik ini dan menyelesaikan
skripsi.
12.Keluarga besar akuntansi ’08 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Terimakasih untuk hari-hari yang penuh canda tawa dikampus tercinta
kita.
13.Sahabat-sahabatku dan teman-teman Ucup, Hiro, Untung, Jepri, Bayu,
Pipin, Yoga, Aung, Mujek, Niko, Monik, Jojo, Jati, dan yang tidak bisa
ix
14.Teman-teman seperjuangan Simbah, Fredi, Bambung, Jojo, Daniel,
Yunita, Doni, Lilik, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan
saru-persatu.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf kepada
semua pihak atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat baik bagi pribadi penulis maupun seluruh
pembaca
Penulis
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah……….. ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
xi
B. Asimetri Informasi ... 10
1. Adverse Selection ... 10
2. Moral Hazard ... 11
C. Ukuran Perusahaan ... 11
D. Manajemen Laba ... 12
1. Pengertian Manajemen Laba ... 12
2. Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba ... 13
3. Pola Manajemen Laba ... 15
E. Penelitian Terdahulu ... 16
F. Kerangka Pemikiran ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Jenis Penelitian ... 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
C. Ruang Lingkup Penelitian ... 21
D. Sumber Data ... 21
E. Populasi dan Sampel ... 22
F. Pengukuran Variabel ... 22
1. Asimetri Informasi ... 23
2. Ukuran Perusahaan ... 24
3. Manajemen Laba ... 24
G. TeknikAnalisis Data ... 26
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 26
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Deskripsi Sampel Penelitian ... 37
B. Analisi Data ... 38
C. Analisis Regresi Data Panel ... 41
1. Metode Common Effect ... 41
2. Metode Fixed Effect ... 42
3. Uji Chow ... 43
4. Metode Random Effect ... 44
5. Uji Hausman ... 44
D. Hasil Uji Hipotesis ... 45
1. Uji Koefisien Determinasi (R-squared) ... 45
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 46
3. Uji Signifikansi Parametr Individual (Uji t) ... 47
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
1. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba ... 48
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. Kesimpulan ... 51
B. KeterbatasanPenelitian ... 51
C. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Jumlah Perusahaan Observasi ... 37
Tabel 4.2. Data Perusahaan Sampel ... 38
Tabel 4.3. Multikoliniearitas ... 39
Tabel 4.4. Autokorelasi ... 39
Tabel 4.5. Durbin Watson ... 40
Tabel 4.6. Heteroskedastisitas ... 41
Tabel 4.7. Common Effect ... 41
Tabel 4.8. Metode Fixed Effect ... 42
Tabel 4.9. Uji Chow ... 43
Tabel 4.10 Metode Random Effect ... 44
Tabel 4.11. Uji Hausman... 45
Tabel 4.12. Uji Koefisien Determinasi... 46
Tabel 4.13 Uji F Fixed Effect ... 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Perusahaan Sampel ... 55
Lampiran 2. Data Penelitian ... 52
Lampiran 3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 64
xv ABSTRAK
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010
Christophorus Bagus Ratnanto Putro NIM : 082114044
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
Tujuan penelitian ini adalah meneliti pengaruh asimetri informasi, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010. Total sampel penelitian ini adalah 78 perusahaan yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel, untuk menguji pengaruh asimetri informasi, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Data panel dipilih karena data pada penelitian ini merupakan data campuran cross-section dan time-series.
Hasil pengujian pada penelitian ini adalah asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba
xvi ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INFORMATION ASYMETRY AND THE FIRM SIZE ON EARNING MANAGEMENT
Empirical Study in Manufacture Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange 2008-2010
Christophorus Bagus Ratnanto Putro NIM : 082114044
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
The purpose of this study is to investigate the influence of information asymmetry and the firm size on earnings management in manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
The type of the research is an empirical study. The sample used in this study is manufacturing companies listed on Indonesia the Stock Exchange in 2008-2010. The samples of this research are 78 companies that are determined based on purposive sampling method. This research uses panel data regression method to examine the effect of information asymmetry, and firm size on earnings management. Panel data is used because the data in this study is a mixed of data cross-section and time-series.
The results of this research are that information asymmetry has positive effect towards earnings management and the firm size of the company has negative effect towards earnings management.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan elemen penting bagi suatu perusahaan,
terutama bagi perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang sudah
go public. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian
informasi keuangan kepada pihak-pihak luar perusahaan yang
berkepentingan atau sering disebut sebagai stakeholders. Bagi investor dan
kreditor, yang termasuk dalam stakeholders, laporan keuangan
diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Dalam penyusunan laporan
keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil (Tyasari, 2009).
Akuntansi berbasis akrual mempunyai suatu kelebihan, karena informasi
keuangan perusahaan dan pengukuran komponen dapat memberikan
indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan. Namun, akuntansi
akrual juga memiliki kelemahan yaitu, penggunaan basis akrual dapat
memberi keleluasaan bagi manajemen dalam memilih metode selama tidak
menyimpang dari standar akuntansi keuangan yang berlaku. Manajemen
dalam hal ini berperan sebagai penyusun laporan keuangan. Laporan
keuangan yang disusun harus memberi informasi dan penjelasan yang
Namun, dalam prakteknya manajemen seringkali mengatur pelaporan
keuangan untuk kepentingan pribadi.
Dalam teori agensi diasumsikan bahwa semua individu bertindak atas
kepentingan mereka sendiri (Elqorni, 2012). Pemegang saham sebagai
principal hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau nilai
saham mereka yang bertambah di dalam perusahaan, sedang para manajer
sebagai agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi
keuangan dari syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha
memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Apabila terdapat suatu kondisi
dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba
yang ditentukan oleh principal, maka manajemen akan memanfaatkan
fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun
laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan agar tetap
mendapatkan kompensasi keuangan hal ini dikarenakan adanya bonus
purpose motivation (Scott, 2000 dalam Tarigan 2011). Hal inilah yang
disebut sebagai manajemen laba.
Ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi manajemen laba,
salah satunya adalah asimetri informasi. Asimetri informasi adalah
keadaan dimana seorang manajer sebagai agen lebih mengetahui prospek
ke depan sebuah perusahaan dibandingkan stakeholders. Hal ini bisa
terjadi karena manajer adalah bagian eksternal dari suatu perusahaan,
sebenarnya dibanding stakeholders. Sedangkan stakeholders hanya
mengandalkan laporan keuangan untuk mengetahui keadaan perusahaan.
Jika terdapat kondisi seperti ini, maka manajer akan cenderung mengatur
laporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kepentingan
pribadi (Muliati, 2011). Richardson (1998) dalam Muliati (2011)
berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri
informasi dengan manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan
mendorong seorang manajer untuk mengatur laba sesuai dengan keinginan
sebagai usaha memaksimalkan kepentingan pribadi, karena laba dianggap
sebagai tolak ukur kinerja manajer.
Selain asimetri informasi, ada variabel lain yang dapat mempengaruhi
manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dilihat dari
seberapa besar aset yang dimilikinya. Perusahaan dengan ukuran yang
relatif besar akan dilihat kinerjanya oleh publik sehingga perusahaan
tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati-hati
dan lebih transparan. Oleh karena itu, perusahaan besar lebih sedikit dalam
melakukan praktik manajemen laba. Menurut Muliati (2011), ukuran
perusahaan berpengaruh negatif pada manajemen laba. Perusahaan besar
kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba
dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena,
perusahaan besar banyak mempunyai kepentingan dengan pihak luar
perusahaan sehingga perusahaan mendapat banyak sorotan dari pihak luar
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Adanya Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2008- 2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah asimetri informasi berpengaruh positif terhadap praktik
manajemen laba?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik
manajemen laba?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan memperoleh bukti secara empiris pengaruh
asimetri informasi pada praktik manajemen laba.
2. Untuk menguji dan memperoleh bukti secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan pada praktik manajemen laba.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat positif bagi:
1. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
saham, terutama dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam
laporan keuangan.
2. Bagi pengelola pasar modal, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai masukan dan pertimbangan mengenai sejauh mana asimetri
informasi dan ukuran perusahaan itu mempengaruhi manajemen laba
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mendorong
perusahaan agar menyajikan informasi lebih berkualitas bagi pihak
luar.
3. Bagi kreditor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit dan
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah kredit yang
diberikan dapat dibayar perusahaan pada saat jatuh tempo.
4. Bagi akademisi, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini dapat
dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi peneliti dimasa yang akan
datang, yang tertarik membahas masalah yang diangkat dalam
penelitian ini.
5. Bagi penulis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan dalam bidang manajemen laba khususnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dan untuk mencapai sasaran yang
diinginkan, maka pembahasan mengenai pengaruh asimetri informasi dan
manufaktur di BEI ini akan dibagi dalam lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah yang
diambil, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian
serta hasil penelitan terdahulu tentang manajemen laba, asimetri
informasi, dan ukuran perusahaan. Dalam bab ini juga
dikemukakan mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Menjelaskan bagaimana penelitian ini dilaksanakan secara
operasional. Dalam bab ini diuraikan mengenai variabel
penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang analisis dan pembahasan, yang
membahas hasil pengumpulan data, pengujian asumsi klasik,
pengujian hipotesis dan penjelasan dalam rangka menyusun
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang
telah dilakukan, dan keterbatasan penelitian serta saran bagi
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Keagenan
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005)
dalam Tarigan (2011) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal
mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal,
termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal
kepada agen. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham,
pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive
Officer) sebagai agen mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Namun pada
kenyataannya CEO mempunyai kepentingan pribadi dalam menjalankan
pekerjaan yang diberikan oleh principal. Adanya perbedaan kepentingan
antara manajemen dan pemilik tersebut dapat mempengaruhi kebijakan
yang diputuskan manajemen.
Eisenhardt (1989) dalam Ujiyanto dan Bambang (2007) menyatakan
bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1)
manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2)
manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
Agen akan memiliki motivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan ekonominya, antara lain dalam hal memperoleh investasi,
pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin
meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO
sehari-hari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan
keinginan pemegang saham. Nasution dan Doddy (2007) dalam Tarigan
(2011) menyebutkan bahwa principal tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi
mengenai perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan
adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan
agent (Nasution dan Doddy, 2007 dalam Tarigan, 2011).
Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri
informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan
adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui principal (Tarigan, 2011).
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal
dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan
dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu agent untuk
memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai
B. Asimetri Informasi
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan menyajikan informasi bagi
pihak internal maupun pihak eksternal. Pengguna internal dari laporan
keuangan adalah manajer, karyawan, serikat buruh, dll. Sedangkan
pengguna eksternal dari laporan keuangan adalah investor, kreditor,
pemerintah, masyarakat, dll. Pihak-pihak yang sebenarnya paling
berkepentingan adalah pihak eksternal. Pihak- pihak internal dalam suatu
perusahan lebih mengetahui apa saja yang terjadi di perusahaan dibanding
pihak eksternal yang tidak berada langsung di perusahaan tersebut,
sehinnga tingkat ketergantungan terhadap laporan keuangan sangat tinggi.
Salah satu kendala yang akan muncul antara agent dan principal
adalah adanya asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri
informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi
atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan.
Kondisi seperti ini yang dimanfaatkan oleh agent dengan menggunakan
informasi yang diketahuinya untuk mengatur pelaporan keuangan sebagai
usaha untuk memaksimalkan kepentingan pribadi. (Muliati, 2011).
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Tarigan (2011) ada dua tipe
asimetri informasi: adverse selection dan moral hazard.
1. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu
pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu
lebih atas pihak- pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa
orang seperti manajer perusahaan dan para pihak-pihak dalam
manajemen perusahaan lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke
depan suatu perusahaan dari pada investor luar.
2. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana suatu pihak
atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu
transaksi usaha atau suatu transaksi usaha potensial dapat mengamati
tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi
mereka sedangkan pihak-pihak lainya tidak. Moral hazard dapat
terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian
yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
C. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain, log total
aktiva (Marihot dan Doddy, 2007dalam Tarigan, 2011), perusahaan besar
biasanya akan memiliki peran besar pula dalam segala aspek, sehingga
berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap
kepentingan publik dari pada perusahaan yang lebih kecil. Dampak besar
kepada publik menjadikan perusahaan besar banyak mendapat sorotan dari
berbagai pihak. Banyaknya sorotan kepada perusahaan besar membuat
D. Manajemen Laba
1. Pengertian manajemen laba
Menurut Schipper (1989) dalam Ningsaptiti (2010) manajemen
laba adalah intervensi manajemen terhadap kebijakan-kebijakan
akuntansi, yang diperkenalkan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu, sehingga dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
Dalam kaitannya dengan teori keagenan, manajer yang memiliki
asimetri terhadap pihak eksternal mempunyai kesempatan untuk
mengatur laba atau sering disebut manajemen laba. Manajemen laba
merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya
pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham
dengan manajemen persahaan. Manajemen akan melakukan
manajemen laba agar laba nampak seperti yang diinginkan.
Scott (2000) dalam Tarigan (2011) membagi cara pemahaman
atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai
perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya
dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political
cost (opportunistic earning management). Kedua, dengan
memandang manajemen laba dari persepektif efficient contracting
(efficient earning management), dimana manajemen laba memberi
manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan
untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan
demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaannya melalui manajemen laba.
Untuk mendeteksi ada tidaknya manajamen laba, maka
pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu:
a. Bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses
penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau
non discretionary accruals, dan
b. Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi
yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary
accruals (Utami, 2005).
2. Faktor-faktor pendorong manajemen laba
Scott (2000) dalam Tarigan (2011) mengemukakan motivasi
adanya manajemen laba sebagai berikut:
a. Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan
akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan
b. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung
mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan
publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan
yang lebih ketat.
c. Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen
laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan
untuk penghematan pajak pendapatan.
d. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung
meningkatkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka.
Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan
memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
e. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar,
dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public
melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan
harapan dapat menaikkan harga saham.
f. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan
investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam
kinerja baik.
3. Pola manajemen laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Tarigan (2011)
dapat dilakukan dengan cara:
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan
CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar.
Tindakan ini diharapkan akan meningkatkan laba di masa
datang.
b. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami profitabilitas
tinggi sehingga jika laba pada saat periode mendatang
diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil
laba dari periode sebelumnya.
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan
oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang
terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai
laba yang relatif stabil.
E. Penelitian Terdahulu
Muliati (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh asimetri
informasi dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dengan sampel
56 perusahaan perbankan pada periode 2007-2008 dengan hasil asimetri
informasi berpengaruh positif signifikan pada manajemen laba. Hal ini
berarti, semakin besar asimetri informasi maka akan semakin tinggi
peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba. Asimetri terjadi
pada saat manajemen (agent) lebih mengetahui informasi perusahaan
dibandingkan pemegang saham (principal). Manajer wajib memberikan
informasi tentang kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Informasi
yang diberikan dapat berupa laporan keuangan. Akan tetapi informasi
yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan
sebenarnya. Asimetri yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen
laba demi keuntungan pribadi, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti, semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin kecil peluang manajemen untuk melakukan
melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan kecil dan
perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak
luar.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ningsaptiti (2010) yang meneliti
mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan mekanisme corporate
governace terhadap manajemen laba dengan sampel 146 perusahaan
manufaktur pada periode 2006-2008 dengan hasil ukuran perusahaan
berpengaruh negatif signifikan pada manajemen laba. Hal ini berarti
perusahaan besar cenderung lebih kecil melakukan tindakan manajemen
laba dibandingkan perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan
mendapatan perhatian besar dari stakeholders.
Penelitian lain dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009) tentang
pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 380 perusahaan manufaktur pada periode
2003-2006 dengan hasil ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Hal ini berarti perusahaan sedang dan besar,
tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba, karena
semakin besar perusahaan akan cenderung menurunkan praktik
manajemen laba, karena perusahaan besar secara politis perusahaan besar
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam landasan teori,
maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui
suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Hubungan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis a. Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba
Schift dan Lewin (1970) dalam Tarigan (2011), menyatakan
bahwa agent (manajer) berada pada posisi yang mempunyai lebih
banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan
perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan principal
(pemilik). Dengan anggapan bahwa individu-individu bertindak
untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan
asimetri informasi yang dimilikinya akan mendorong agent untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal
seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan. Asimetri Informasi
Ukuran Perusahaan
Asimetri informasi dianggap sebagai salah satu penyebab
terjadinya praktik manajemen laba. Richardson (1998) dalam
Tyasari (2009) meneliti hubungan asimetri informasi dan
manajemen laba pada semua perusahaan yang terdaftar di NYSE
periode 1988-1992 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sistematis antara asimetri informasi dan tingkat manajemen laba.
Dari penelitian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Asimetri informasi berpengaruh positif pada praktik
manajemen laba
b. Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba
Selain asimetri informasi ada pula ukuran perusahaan yang
dianggap dapat mempenggaruhi manajemen laba. Ukuran
perusahaan dilihat dari seberapa besar aset yang dimilikinya.
Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar akan dilihat
kinerjanya oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan
melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati-hati, lebih
menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung di
dalamnya, dan lebih transparan. Oleh karena itu, perusahaan besar
lebih sedikit dalam melakukan praktik manajemen laba. Sedangkan
perusahaan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil mempunyai
kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan
melaporkan laba yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja
ada hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan
manajemen laba.
Dari penelitian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada praktik
21 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan dimensi waktu time series dengan banyak
perusahaan atau cross section, sehingga pengujian hipotesis menggunakan
pool data. Jenis perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010. Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah asimetri informasi (dengan proksi bid-ask spread),
ukuran perusahaan (dengan proksi total aktiva), manajemen laba (dengan
proksi rasio akrual modal kerja dengan penjualan dengan model spesifik
akrual).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pojok bursa di beberapa universitas di
Yogyakarta, untuk pengambilan data perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas hanya pada pengujian pengaruh
asimetri informasi dan ukuran perusahaan pada manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai
tahun 2010.
D. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
sumbernya langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini dieproleh
dari: http//www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
E. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang telah go public
yang ada di Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang bergerak pada bidang manufaktur. Perusahaan manufaktur dipilih
karena perusahaan manufaktur memiliki kontribusi relatif besar terhadap
perekonomian dan memiliki tingkat kompetisi yang kuat. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Perusahaan yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang sudah
go public dan terdaftar di BEI selama periode 2008-2010, dan yang
masih melakukan kegiatan operasinya sampai Desember 2010.
2. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut- turut untuk tahun
pelaporan 2008- 2010.
3. Perusahaan sampel telah mempublikasi laporan keuangan auditan
dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada 31 Desember.
4. Data harga saham tersedia selama periode 2008-2010.
F. Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari asimetri informasi, ukuran
perusahaan sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai
1. Asimetri informasi
Menurut Subali dan Diana Zuhroh (2002) dalam Tarigan (2011)
Bid-ask Spread adalah selisih antara harga beli tertinggi (bid) yang
menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan
harga jual (ask) terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk
menjual sahamnya.
Penggunaan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri informasi
menurut Komalasari (2001) dalam Tarigan (2011) dikarenakan dalam
mekanisme pasar modal, pelaku pasar modal juga menghadapi
masalah keagenan. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal
guna mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual sekuritasnya,
sehingga aktivitas yang mereka lakukan dipengaruhi oleh informasi
yang diterima baik secara langsung (laporan publik) maupun tidak
langsung (insider trading). Dealers atau market-makers memiliki daya
pikir terbatas terhadap persepsi masa depan dan menghadapi potensi
kerugian ketika berhadapan dengan informed traders. Hal inilah yang
menimbulkan adverse selection yang mendorong dealers untuk
menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan meningkatkan
spread-nya terhadap pedagang likuid. Jadi dapat dikatakan bahwa
asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang
terinformasi tercermin pada spread yang ditentukannya (Komalasari,
Penelitian ini mengukur asimetri informasi dengan menggunakan
relative bid-ask spread (Rahmawati, dkk. 2006 dalam Tarigan 2011)
yang dioperasikan sebagai berikut:
SPREAD i,t = (aski,t– bidi,t)/{(aski,t + bidi,t)/2} x 10
Keterangan :
Aski,t = Harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
Bidi,t = Harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
2. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi
total aktiva akhir tahun atau log total aktiva (Marihot dan Doddy,
2007 dalam Muliyati 2011).
Size = Log Total Asset
3. Manajemen laba
Berdasarkan pada kajian McNichols (2000) serta Dechow dan
Skinner (2000) dalam Utami (2005) maka proksi manajemen laba
yang digunakan adalah model spesifik akrual yaitu akrual modal
kerja. Penggunaan akrual modal kerja lebih tepat sebagaimana yang
telah dikaji oleh Peasnell et al. (2000) dalam Utami (2005). Akrual
diskresioner tidak diestimasi berdasarkan kesalahan residual karena
teknik tersebut dianggap relatif rumit, oleh karena itu digunakan
proksi rasio akrual modal kerja dengan penjualan. Alasan pemakaian
penjualan sebagai deflator akrual modal kerja adalah karena
yang diungkapkan oleh Nelson et al. (2000) dalam Utami (2005).
Penggunaan penjualan sebagai deflator juga dilakukan oleh Friedlan
(1994) yang memodifikasi model DeAngelo (1986) menjadi rasio
antara perubahan total akrual dengan penjualan.
Dalam penelitian ini manajemen laba diukur dengan
menggunakan proksi berdasarkan rasio akrual modal kerja dengan
penjualan dengan model spesifik akrual seperti dalam rumus berikut
(Utami, 2005) :
Akrual Modal Kerja (t)
Manajemen Laba (ML) = ——————————
Penjualan Periode (t)
Akrual Modal Kerja = ΔAL –ΔHL –Δkas
Keterangan:
ΔAL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
ΔHL = Perubahan hutang lancar pada periode t
ΔKas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan
arus kas aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung
G. Teknik Analisis Data 1. Pengujian asumsi klasik
a. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini diperlukan untuk menguji model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadinya korelasi diantara
variabel bebas atau tidak terjadinya multikolonearitas. Salah
satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
multikolinearitas adalah dengan melihat VIF bila nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0.10, maka tidak
terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya.
b. Uji autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun
dalam rangkaian waktu (terjadi pada data time series) atau
yang tersusun dalam rangkaian ruang (pada data cross
sectional). Asumsi ini mengandung makna bahwa nilai faktor
gangguan yang berurutan tidak tergantung secara temporer,
artinya gangguan yang terjadi pada satu titik pengamatan tidak
berhubungan dengan faktor-faktor gangguan lainnya. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi
autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin- Watson, apabila Du
< Dhit < (4 – Du) maka tidak terjadi autokorelasi.
c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
bebas dari heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam
penelitian menggunakan uji Glejser. Metoda ini dilakukan
dengan meregresi nilai absolut residual (Abs) terhadap variabel
bebas. Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka model regresi
tidak mengandung heteroskedastisitas.
2. Pengujian Hipotesis
a. Analisis data panel
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data
panel (pool data). Data panel merupakan gabungan antara data
cross-section (silang) dan data time series (deret/urut waktu).
Regresi yang menggunakan data panel disebut regresi data
panel. Beberapa keuntungan regresi menggunakan data panel
1) Dengan menggabungkan data time-series dan
cross-section, panel menyediakan data yang lebih banyak dan
informasi yang lebih lengkap serta bervariasi. Dengan
demikian akan dihasilkan degress of freedom (derajat
bebas) yang lebih besar dan mampu meningkatkan presisi
dari estimasi yang dilakukan.
2) Data panel mampu mengakomodasi tingkat heterogenitas
individu-individu yang tidak diobservasi namun dapat
mempengaruhi hasil dari pemodelan (individu
heterogeneity). Hal ini tidak dapat dilakukan studi
time-series maupun cross-section sehingga dapat menyebabkan
hasil yang diperoleh melalui studi ini menjadi bias.
3) Data panel dapat digunakan untuk mempelajari
kedinamisan data. Artinya dapat digunakan untuk
memperoleh informasi bagaimana kondisi
individu-individu pada waktu tertentu dibandingkan pada kondisi
pada saktu yang lain.
4) Data panel dapat mengidentifikasi dan mengatur efek yang
tidak dapat ditangkap oleh data cross-section murni
maupun data time-series murni.
5) Data panel memungkinkan untuk membangun dan
menguji model yang bersifat lebih rumit dibandingkan
6) Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh
agregasi individu karena unit observasi terlalu banyak.
b. Rancangan analisis data panel
Dalam regresi data panel ada beberapa teknik estimasi
regresi untuk mendapatkan model mana yang paling tepat
dipakai. Terdapat tiga teknik estimasi dalam data panel, yaitu
dengan model common effect, model fixed effect dan model
random effect. Teknik model fixed effect adalah teknik
mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel
dummy untuk menangkap adanya intersep atau dengan kata
lain variabel dummy digunakan untuk membedakan antar
individu atau perusahaan yang sama dalam satu tahun. Teknik
random effect adalah teknik untuk mengatasi ketidakpastian
dari model yang digunakan oleh fixed effect.
Berikut ini merupakan langkah–langkah dalam
menentukan model metode data penel yang tepat untuk
digunakan dalam data panel menurut Winarno (2009) adalah
sebagai berikut:
1) Estimasi dengan Common Effect.
Estimasi ini mengkombinasikan antara data time-series
dengan cross-section. Pendekatan ini tidak memperhatikan
dimensi individu dan waktu. Persamaan untuk pendekatan
Y= α + β1 X1it + β2 X2it +εit
Y = Manajemen laba
α=Konstanta
X1= Asimetri informasi
X2= Ukuran Perusahaan
ε=eror
i= perusahaan 1….78 t=tahun 1…3
2) Estimasi dengan Fixed Efect.
Metode ini mengasumsikan bahwa individu atau
perusahaan memiliki intersep yang berbeda, tetapi
memiliki slop regresi yang sama. Untuk membedakan
antara individu atau perusahaan dengan perusahaan lainya
digunakan variabel dummy. Persamaan model ini menjadi:
Y= α0i + β1X1it +β2X2it +β3d1+β4d2………βd78 + εit
Y = Manajemen laba
α0i =Konstanta
X1= Asimetri informasi
X2= Ukuran Perusahaan
d = dummy
ε=eror
t=tahun 1…3
3) Uji Chow-test (Pool vs Fixed effect).
Uji Statistik F digunakan untuk memilih antara metode
common effect tanpa variabel dummy atau fixed effect.
Setelah kita melakukan regresi dua model yaitu model
dengan asumsi bahwa slope dan intersep sama dan model
dengan asumsi bahwa slope sama tetapi beda intersep,
pertanyaan yang muncul adalah model mana yang lebih
baik? Apakah penambahan dummy menyebabkan residual
sum of squares menjadi menurun atau tidak? Keputusan
apakah kita sebaiknya menambah variabel dummy untuk
mengetahui bahwa intersep berbeda antar perusahaan
dengan metode fixed effect dapat diuji dengan uji F
statistik. Uji F Statistik disini merupakan uji perbedaan
dua regresi sebagaimana uji Chow (Endri 2010). Sekarang
uji F kita gunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi
data panel dengan fixedeffect lebih baik dari model regresi
data panel tanpa variabel dummy. Dalam hal ini kita
melihat dan membandingkan antara nilai signifikansi dari
Ftest dengan level of significant (0,05). Jika nilai
signifikan ≤ dari level of significant (0,05) maka Ho
ditolak, jika nilai signifikansi > dari level of significant
a) Jika Ho diterima, maka model Pool (common). (selesai
sampai disini)
b) Jika Ho ditolak, maka model fixed effect. (teruskan
langkah 4)
4) Estimasi dengan Random Effect.
Metode ini tidak menggunakan dummy seperti halnya pada
metode fixed effect, akan tetapi menggunakan residual
yang diduga memiliki hubungan antar waktu antar
individu/perusahaan. Metode random effect
mengasumsikan bahwa setiap variabel mempunyai
perbedaan intersep, tetapi intersep itu bersifat random.
Berikut ini adalah persamaan untuk random effect:
Y= α + β1X1it +β2X2it + v it
Y = Manajemen laba
α=Konstanta
X1= Asimetri informasi
X2= Ukuran Perusahaan
i= perusahaan 1….78 t=tahun 1…3
v = eit + µit
Dalam metode random effect, residual vit terdiri atas dua
komponen, yaitu (1) residual eit yang merupakan residual
(2) residual setiap individu atau perusahaan diwakili oleh
µit (Yamin, dkk 2010).
5) Uji Hausman (Random Vs Fixed).
Uji ini digunakan untuk memilih antara fixed effect dengan
random effect. Jika tingkat signifikansi ≤ dari level of
significant (0,05) maka Ho ditolak. Jika tingkat
signifikansi > dari level of significant ( 0,05) maka Ho
diterima.
a) Jika Ho diterima, maka model random efek (selesai
sampai disini)
b) Jika Ho ditolak, maka model fixed efek (lanjutkan
langkah 6)
6) Uji LM test: adanya Heterosedastik antar kelompok
individu (crossection).
Ho: Homoskedastik
H1: Heteroskedastik
a) Jika Ho diterima, maka model Homoskedastik (selesai)
b) Jika Ho ditolak, maka model Heteroskedastik. Solusi:
dengan Crossection Weight (dan lanjutkan langkah 7)
7) Uji LR test: adanya Heteroskedastik dan Otokorelasi antar
b. Uji signifikansi simultan (Uji stastistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah
asimetri informasi dan ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap manajemen
laba (Gozali, 2005). Apabila nilai probabilitas nilai signifikansi
≤ level of significant (0.05), maka asimetri informasi dan
ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi
manajemen laba atau sekurang-kurangnya satu variabel
independen yaitu asimetri informasi atau ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
c. Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel asimetri informasi dan ukuran
perusahaan secara individual dalam menjelaskan variasi
variabel manajemen laba (Gozali, 2005).
H1 : β1 ≤ 0, yang berarti bahwa variabel asimetri informasi
tidak memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba.
HA1 : β1 > 0, yang berarti bahwa variabel asimetri informasi
memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba.
H2 : β2 ≥ 0, yang berarti bahwa variabel ukuran perusahaan
tidak memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
HA2 : β2 < 0, yang berarti bahwa variabel ukuran perusahaan
Uji pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan
terhadap manajemen laba secara parsial (Uji t):
1) Hasil pengujian untuk menjawab pengaruh asimetri informasi
terhadap manajemen laba :
a) Jika nilai probabilitas signifikansi dari asimetri informasi
≤level of significant (0.05), maka H0 ditolak, yang berarti
asimetri informasi memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba.
b) Jika nilai probabilitas signifikansi dari asimetri informasi
> level of significant (0.05), maka H0 diterima, yang
berarti asimetri informasi tidak memiliki pengaruh positif
terhadap manajemen laba.
2) Hasil pengujian untuk menjawab pengaruh ukuran perusahaan
terhadap manajemen laba :
a) Jika nilai probabilitas signifikansi dari ukuran perusahaan
≤level of significant (0.05), maka H0 ditolak, yang berarti
ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
b) Jika nilai probabilitas signifikansi dari ukuran perusahaan
> level of significant (0.05), maka H0 diterima, yang
berarti ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh negatif
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008 sampai 2010
yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan pada BAB III diperoleh jumlah sampel
sebanyak 78 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada periode 2008-2010 dengan data observasi sebanyak 234. Ringkasan
prosedur pemilihan dapat dilihat pada tabel jumlah perusahaan obsevasi
berikut
Tabel 4.1 Jumlah perusahaan observasi
KETERANGAN JUMLAH PERUSAHAAN
Populasi perusahaan manufaktur
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut pada tahun 2008 sampai 2010
Perusahaan yang tidak menyediakan laporan keuangan auditan.
Perusahaan yang tidak menyediakan laporan harga saham pada tahun 2008 sampai 2010 secara berturut-turut
134
(26)
(9)
(21)
Perusahaan yang terpilih menjadi sampel
78
Jumlah Observasi Periode 2008-2010
Rincian perusahaan manufaktur yang menjadi sampel berdasarkan
sektor usahanya sebagai berikut
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel
JENIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR JUMLAH
Food and Beverage 11
Chemical and allied 6
Adhesive 2
Uji multikolinearitas ini diperlukan untuk menguji model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah
satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
multikolinearitas adalah dengan melihat VIF bila nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0.10, maka tidak
Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF
pada tabel hasil uji multikolinearitas.
Tabel 4.3 Multikoliniearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
asimetri informasi .991 1.010
ukuran perusahaan .991 1.010
a. Dependent Variable: Manajemen laba
Dari hasil output pada tabel 4.3 uji multikolinearitas dapat
diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel asimetri
informasi lebih dari 0,10 yaitu 0.991 dan untuk variable
ukuran perusahaan adalah 0.991. Nilai VIF dari setiap variabel
asimetri informasi tidak lebih dari 10 yaitu 1.010 dan untuk
variabel ukuran perusahaan adalah 1.010. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniaritas antar
variabel independen dalam model regresi.
2. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linier ada korelasi antar anggota sampel.
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel autokorelasi
berikut:
Tabel 4.4 Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Durbin-Watson
1 .354a .126 2.026
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada data,
maka digunakan uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Tabel Durbin Watson
Keterangan
Nilai Durbin-Watson Keterangan < 1,10 ada autokorelasi
1,10 – 1,54 tidak ada kesimpulan
1,55 – 2,46 tidak ada autokorelasi
2,46 – 2,90 tidak ada kesimpulan
> 2,91 ada autokorelasi
Berdasarkan uji autokorelasi dengan Durbin Watson
menunjukkan angka 2.026 dan menurut ketentuan di atas
tampak bahwa nilai Durbin Watson hitung 2.026 terletak di
daerah tidak ada autokorelasi sehingga dapat dikatakan bahwa
model tersebut terbebas dari autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain dalam model regresi (Ghozali,
2006). Berikut data heteroskedastisitas pada tabel uji
Tabel 4.6 Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
1(Constant) .939 .882 1.064 .288
asimetri informasi .005 .013 .391 .696
ukuran perusahaan -.024 .071 -.339 .735
1. Dependent Variable: abs_residu
Dari hasil pada tabel 4.6 uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji Glejser terdapat nilai probabilitas
signifikansi pada koefisien variabel asimetri informasi sebesar
0,696 > 0,05 yang artinya tidak terdapat heteroskedastisitas,
dan untuk koefisien variabel ukuran perusahaan nilai
probabilitas signifikasinya sebesar 0,735 > 0,05 yang berarti
tidak terdapat heteroskedastisitas. Dengan hasil tersebut dapat
disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas pada peelitian ini.
C. Analisis Regresi Data Panel 1. Metode common effect
Menguji atau melakukan regresi dengan metode common effect.
Berikut hasil pengujian dengan pendekatan common effect.
Tabel 4.7 Common Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.641443 0.179483 3.573844 0.0004
ASIMETRI_INFORMASI? 0.011917 0.002492 4.781873 0.0000
R-squared 0.194351 Mean dependent var -0.002949
Adjusted R-squared 0.187376 S.D. dependent var 0.156951
S.E. of regression 0.141485 Akaike info criterion -1.060510
Sum squared resid 4.624154 Schwarz criterion -1.016211
Log likelihood 127.0796 F-statistic 27.86274
Durbin-Watson stat 1.910449 Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil tersebut dapat dibuat persamaan untuk metode common
effect sebagai berikut
ML= 0,641443+0,011917 AI-0,060142 UP
2. Metode fixed effect
Langkah berikutnya adalah menguji atau meregresi dengan
metode fixed effect. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan metode
fixed effect:
Tabel 4.8 Fixed Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.031591 0.294467 6.899212 0.0000
ASIMETRI_INFORMASI? 0.012491 0.002949 4.235403 0.0000
UKURAN_PERUSAHAAN? -0.174935 0.023485 -7.448852 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_CEKA—C 0.023082
_CEKA—C 0.023082
_CEKA—C 0.023082
_DLTA—C 0.003103
_DLTA—C 0.003103
_DLTA—C 0.003103
ML_CEKA = 0,0230816273+2,031591139+0,01249103254 AI
-0,1749351437 UP
ML_DLTA = 0,003102780832+2,031591139+0,01249103254
AI-0,1749351437 UP
ML_FAST = -0,0664635564+2,031591139+0,01249013254
AI-0,1749351437 UP
3. Uji Chow
Setelah melakukan regresi dengan kedua pendekatan (common
effect dan fixed effect) kita harus melakukan uji Chow untuk
mengetahui metode mana yang paling tepat. Berikut ini adalah hasil
uji Chow:
Tabel 4.9 Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.486742 (77,154) 0.0194
Cross-section Chi-square 130.061997 77 0.0002
Dari hasil uji Chow dapat dilihat pada kolom cross-section F test
terdapat angka probabilitas signifikansi sebesar 0.0194 yang artinya
lebih kecil dari level of significant sebesar 0.05, atau dengan kata lain
Ho ditolak atau menggunakan pendekatan fixed effect sehingga
4. Metode Random Effect
Langkah berikutnya adalah menguji atau meregresi dengan
metode random effect. berikut ini adalah hasil pengujian dengan
metode random effect:
Tabel 4.10 Random Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.641443 0.166484 3.852874 0.0002
ASIMETRI_INFORMASI? 0.011917 0.002312 5.155221 0.0000
UKURAN_PERUSAHAAN? -0.060142 0.013249 -4.539242 0.0000
Random Effects (Cross)
_CEKA—C 0.000000
_CEKA—C 0.000000
_CEKA—C 0.000000
_DLTA—C 0.000000
_DLTA—C 0.000000
_DLTA—C 0.000000
dari hasil metode random effect didapatkan persamaan sebagai
berikut:
ML_CEKA = 0+0,6414434282+0,01191715715 AI-0,06014209466 UP
5. Uji Hausman
Setelah melakukan regresi dengan random effect kita harus
melakukan uji Hausman untuk mengetahui metode mana yang paling
tepat antara fixed effect dengan random effect. Berikut ini adalah hasil
Tabel 4.11 Uji Hausman
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 52.213085 2 0.0782
Dari hasil uji Hausman dapat dilihat pada kolom cross-section
random test dengan angka signifikansi sebesar 0.0782 yang artinya
lebih besar dari level of significant sebesar 0.05, atau dengan kata lain
Ho diterima atau menggunakan pendekatan fixed effect, sehingga
analisis selesai ditahap ini. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
tersebut adalah penggunaan pendekatan fixed effect yang untuk
menghitung persamaan dalam penelitian ini.
D. Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R-squared)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen terhadap variabel dependen. Hasil dari koefisien