• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 A.Bank Umum Syariah

Bank Syariah menurut UU No.7 Tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dari bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Istilah Bank dalam literatur Islam tidak dikenal. Suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat, dalam literatur Islam dikenal dengan istilah baitul tamwil. Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank Islam adalah bank syariah.

Bank Syariah adalah sistem perbankan dalam ekonomi Islam didasarkan pada konsep pembagian, baik keuntungan maupun kerugian. Di sini artinya siapa yang ingin mendapatkan hasil dari tabungnnya, juga harus bersedia mengambil resiko. Bank – bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan, kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai ajaran syariah. Bank Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi. (Karim,2004)

Menurut Yumanita (2005:4), mengemukakan bahwa Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (Riba), bebas dari

(2)

kegiatan spekulatif yang tidak produktif seperti perjudian (Maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (Gharar), prinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.

Menurut Direktur Eksekutif Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Edi Setiadi menjelaskan ada beberapa sebab yang mengakibatkan kinerja bank syariah di semester ini melambat. Khususnya di dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan. Sebenarnya DPK dan Pembiayaan tumbuh, namun pertumbuhannya kecil. Adapun yang menyebabkannya karena kebanyakan mengambil untuk dana haji, begitu juga penarikan dari institusi.

Kinerja perbankan syariah akan terus baik apabila ditopang oleh kondisi perekonomian yang terus membaik. Karena jika pertumbuhan ekonomi membaik, diharapkan masyarakat masih mau menyimpan dana di bank, sehingga dananya nanti bisa diputar ke pembiayaan syariah.

1) Sumber Pendapatan Bank Syariah

Portofolio pembiayaan bank komersial menempati porsi terbesar, pada umumnya sekitar 55%-60% dari total aktiva. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank (Muhammad, 2005). Dengan demikian, sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari:

a. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah. b. Keuntungan atas kontrak jual-beli.

(3)

d. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainya. 2) Produk-Produk Bank Syariah

Produk bank syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : Produk Penyaluran Dana, Produk penghimpunan Dana, dan Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.

1) Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu :

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa

c. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

2) Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.

3) Jasa Perbankan

Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa :

(4)

1) Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

2) Ijarah (Sewa)

Jenis kegiatan ini antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen (custodian). Bank dapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

B.Laba

PSAK 25 (revisi 2009) merevisi PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih, untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi yang telah dikelaurkan pada 7 September 1994.

Menurut Hamsen dan Mowen (2009 : 803) pengertian laba bersih yaitu :

Laba bersih adalah pendapatan bersih yang telah dikurangi biaya dan pajak.

Menurut Kuswadi (2008 : 36) pengertian laba yaitu :

Laba adalah pendapatan dikurangi seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang telah dikeluarkan. Pengeluaran atau pengorbanan yang dimaksud umumnya dkategorikan sebagai beban atau biaya.

1. Jenis-Jenis Laba a. Laba kotor

Menurut Wild dan kawan-kawan (2005: 120) laba kotor merupakan “pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan

(5)

jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan.

b. Laba operasi

Menurut Stice dan Skousen (2004: 243) “laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.

c. Laba sebelum pajak

Laba sebelum pajak menurut Wild dan kawan-kawan (2005 : 25) “laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”.

d. Laba bersih

Laba bersih menurut Wild dan kawan-kawan (2005 : 25) “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”.

2. Unsur-Unsur Laba a. Pendapatan

Aliran masuk atau kenaikkan aktiva suatu perusahaan atas penurunan kewajiban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi, yang berasal dari aktivitas operasi dalam hal ini penjualan barang (kredit) yang merupakan unit usaha pokok perusahaan.

(6)

b. Beban

Aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikkan kewajiban dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas operasi. Menurut IAI (1994) dikutip dari Chariri dan Ghozali (2001), beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

c. Biaya

Kas atau nilai equivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa yang akan datang untuk organisasi. Biaya yang telah kadaluarsa disebut beban, tiap periode beban dikurangkan dari pendapatan pada laporan keuangan rugi-laba untuk menentukan laba periode.

d. Untung-rugi

Kenaikkan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi insidental yang terjadi pada perusahaan dan semua transaksi atau kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Selain yang berasal dari pendapatan investasi pemilik.

(7)

e. Penghasilan

Hasil akhir penghitungan dari pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian dalam periode tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam PSAK no.23 Ikatan Akuntan Indonesia (2007) paragraf 70 menyatakan sebagai berikut: Penghasilan (income) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikkan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Selanjutnya pada paragraf 74 dinyatakan: Definisi penghasilan meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).

C.Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghipunan dana masyarakat adalah: 1. Prinsip wadi’ah, 2. Prinsip mudhorobah dan 3. Akad pelengkap (Karim, 2004).

1. Prinsip Wadi’ah

Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadiah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfatkan oleh yang dititipi. Sedang dalam wadiah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertangung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Karena wadi’ah yang diterapkan dalam

(8)

produk giro perbanakan ini juga disifati dengan yad dhamanah, maka implikasi hukumnya sama dengan qordh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang, bank bertindak sebagai yang dipinjami. Ketentuan umum dari produk ini: keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan dimuka. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet dan debit card. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi unutuk sekedar menutupi biaya yang benar benar terjadi. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shohibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudhorib (pengelola). Dana tersebut digunakan untuk melakukan pembiayaaan murabahah atau ijaroh. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakan untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

(9)

Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada mudharib-ada pemilik modal, ada usaha yang akan dibagi hasilkan, ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan deposito berjangka. Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan dana prinsip mudharabah terbagi dua:

a. Mudharabah Mutlaqoh

Penerapan mudharabah mutlaqoh dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam penggunaan dana yang dihimpun. Ketentuan ketentuan umum produk ini adalah: ¾ Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan , maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. ¾ Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan kartu tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat penarikan lainnya kepada penabung. Deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. ¾ Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. ¾ Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diberlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad dicantumkan perpanjangan secara otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. ¾

(10)

Keketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b. Mudharabah Muqayyadah On Ballance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (retristed investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misal, disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu atau disyaratkan digunakan dengan akad tertuntu atau digunakan untuk nasabah tertentu. Karakteristik jenis simpanan ini sebagai berikut: pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus dilakukan oleh bank. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dana atau keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal itu harus tercantum dalam akad. Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

c. Mudharabah Muqoyyadah Off Ballance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan palaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat syarat tertentu yang harus dipatuhi bank dalam mencarai kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya. Karakteristik jenis

(11)

simpanan ini adalah sebagai beriktu:-sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administratif. Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana. Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua belah pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.

3. Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan penghimpunan dana biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkana untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar menutupi biaya yang benar benar terjadi. Salah satu akad pelengkap yang dapat dipakai untuk penghimpunan dana adalah akad wakalah. Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.

Perbankan menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) yang merupakan simpanan pihak ketiga bukan bank dalam bentuk tabungan, giro dan simpanan bernilai, yang selanjutnya disalurkan kembali dalam nilai memperoleh profit. Salah satu bentuk penyaluran dana perbankan adalah berupa penyaluran kredit (dalam istilah bank

(12)

umum) dan pembiayaan (dalam istilah bank syariah). Dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Pengukuran dana pihak ketiga dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

= ℎ 100%

D.Non Performing Financing (NPF)

Bank Indonesia mengintruksikan perhitungan Non Performing Loan (NPL) yang analog dengan NPF sesuai dengan SE.BI No 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001 tentang perhitungan rasio keuangan bank. NPL adalah perhitungan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektabilitas tiga sampai dengan lima dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh Bank Konvensional. Istilah NPL dalam perbankan syariah dikenal dengan NPF, hal ini karena dalam perbankan syariah hanya mengenal pembiayaan bukan kredit.

Menurut Mudrajad (2002), kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit/pembiayaan yang dihadapi bank akibat pemberian kredit/pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah Lancar, Kurang Lancar, Diragukan atau Macet.

(13)

Tabel 2.1

Indikator Kualitas Pembayaran

Kualitas Pembayaran Kriteria

1 Pembayaran Lancar 1. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bagi hasil tepat waktu 2. Memiliki rekening yang aktif 3. Bagian dari pembiayaan yang

dijamin dengan agunan tunai (cash colateral)

2 Perhatian Khusus 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil yang belum melampaui 90 hari 2. Kadang-kadang terjadi cerukan 3. Mutasi rekening relatif aktif 4. Jarang terjadi pelanggaran

terhadap kontrak yang diperjanjikan

5. Didukung oleh pinjaman baru 3 Kurang Lancar 1. Terdapat tunggakan angsuran

pokok dan/atau bagi hasil 2. Sering terjadi cerukan 3. Frekuensi mutasi rekening

relatif rendah

4. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari

5. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

6. Dokumentasi pinjaman yang lemah

4 Diragukan 1. Terdapat tunggakan angsuran

pokok dan/atau bagi hasil 2. Terdapat cerukan yang bersifat

permanen

3. Terdapat wanprstasi lebih dari 180 hari

4. Terdapat kapitalisasi bunga 5. Dokumentasi hukum yang

lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun

pengikatan jaminan

(14)

pokok dan/atau bagi hasil 2. Kerugian operasional ditutup

dengan pinjaman baru 3. Dari segi hukum maupun

kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar Sumber : Tri Joko Purwanto 2011

Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya (Antonio, 2001). Suatu kredit dinyatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak mampu menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh kredit tersebut. Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya (Rahmawulan, 2008).

Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian besar bank melakukan pemberian kredit sebagai bisnis utamanya. Saat ini, sejarah menunjukkan bahwa risiko kredit merupakan kontributor utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai kerugian yang ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi modal bank secara cepat. Indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari besarnya non performing financing (NPF). NPF adalah rasio antara pembiayan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Dalam praktik perbankan sehari-hari, menurut Dendawijaya (2005:82) “Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan

(15)

diragukan, dan pembiayaan macet”. Pengukuran NPF dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

= ℎ 100%

E.Financing to Deposit Ratio

Merupakan rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan. Pengukuran FDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

=

ℎ 100%

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang terkait tentang DPK dan NPF terhadap profitabilitas perbankan syariah. Dalam penelitiannya H.Rohaeni (2009) menggunakan 2 variabel, yaitu DPK dan NPF. Metode yang digunakan adalah persamaan regresi berganda. Hasilnya bisa disimpulkan bahwa variabel DPK berpengaruh positif terhadap profitabilitas, namun variabel NPF berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

(16)

Dhian (2012) meneliti pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR terhadap ROA bank umum syariah. Metode penelitian yang digunakan regresi berganda. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan CAR berpengaruh negatif tapi tidak signifikan, BOPO dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan dan FDR berpengaruh positif dan signifikan.

Sigit dan Winarsih (2011) dalam penelitiannya, meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba pada bank syariah. Adapun faktor-faktor tersebut permodalan, pembiayaan, non performance finance, dana masyarakat, dan biaya operasional. Sedang teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan periode pengamatan tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 dan diperoleh sebanyak 3 bank syariah sebagai sampel, sehingga terdapat 15 pengamatan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi dan menggunakan program aplikasi SPSS versi 15. Hasil penelitian dengan pengujian secara simultan (uji F) diperoleh hasil bahwa permodalan, pembiayaan, non performance finance, dana masyarakat, dan biaya operasional secara serentak mempengaruhi pertumbuhan laba bank syariah di Indonesia. Di sisi lain, hasil pengujian secara parsial (uji t), membuktikan bahwa permodalan, pembiayaan, dan dana masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba sedangkan non performance finance dan biaya operasional memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.

Muh. Sabir dan kawan-kawan (2012) meneliti pengaruh rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank umum syariah dan bank konvensional di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi berganda. Dari hasil

(17)

penelitian dapat disimpulkan bahwa CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. NOM dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA di Bank Umum Syariah di Indonesia.

Puji (2013) meneliti pengaruh CAR,BOPO,NPF, dan FDR terhadap ROA Bank Umum Syariah di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan uji analisis linear berganda menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel BOPO dan FDR yang berpengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (ROA).

Mahardian (2008) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap ROA Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa CAR, NIM dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan BOPO berpengaruh signifikan negatif dan NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.

(18)

Secara ringkas hasil penelitian atas dirangkum dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tabel Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil 1. H. Rohaein i (2009)

Analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank X Tbk)

DPK dan NPF DPK berpengaruh positif terhadap profitabilitas. NPF berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

2. Dhian Dayinta Pratiwi (2012)

Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR terhadap return on asset (ROA) Bank Umum Syariah

CAR, BOPO, NPF, FDR

CAR berpengaruh negatif terhadap ROA. BOPO dan NPF berpengaruh negatif terhadap ROA.FDR berpengaruh positif terhadap ROA. 3. Sigit dan Winarsi h (2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan laba bank syariah di Indonesia Pembiayaan, NPF, Biaya Operasional dan Pertumbuhan Laba

Permodalan, pembiayaan, dan DPK berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba sedangkan NPF dan biaya operasional

berpengaruh negatif. 4. M.Sabir dan kawan-kawan (2012) Pengaruh rasio

kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank umu syariah dan bank konvensional di Indonesia.

CAR,NPF,BOPO ,NOM,FDR

CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. NOM dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 5. Puji

(2013)

Pengaruh

CAR,BOPO,NPF, dan FDR terhadap ROA Bank Umum Syariah di Indonesia.

CAR,BOPO,NPF ,FDR

Variabel CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel BOPO dan FDR yang berpengaruh signifikan terhadap ROA

6. Mahard ian (2008)

analisis pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap ROA.

ROA, CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO

CAR, NIM dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan BOPO berpengaruh signifikan negatif dan NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.

(19)

G.Kerangka Pemikiran Teoritis

1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Laba Bersih

Menurut Taswan (2008) dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga sebagai sumber dana utama pada bank, bank menempatkan dana tersebut dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Peningkatan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit yang besar pula sehingga laba atau profitabilitas bank akan meningkat. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap laba bersih

2. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Laba Bersih

Menurut Irfan (2007 : 24) dalam bukunya Bank Syariah dan sektor riil, menyatakan bahwa semakin besar risiko pembiayaan akan semakin besar pula keuntungan (kerugian) yang akan didapat. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Non Performing Financing berpengaruh terhadap laba bersih

3. Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Laba Bersih

Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(20)

H.Model Penelitian

ddd

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Non Performing Financing

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu fitur unggulan pada portal via dimana agent dapat mengetahui transaksi yang telah di lakukan, seperti berapa tiket issued, komisi yang didapatkan, mark up untuk setiap

Dengan memanfaatkan kemampuan spreadsheet untuk memproses rumus, dan melempar setiap nilai yang dihasilkan pada sel-selnya, dapat disusun sebuah aplikasi yang melakukan

Dengan melihat gambar 13 maka dapat diketahui bahwa konsumsi bahan bakar terendah terjadi ketika motor bakar diberikan bahan bakar premium yang diberi tambahan

Peta Jaringan Irigasi daerah Jawa Barat hasil pengolahan dan input data primer dan data sekunder menggunakan aplikasi arcGis menampilkan beberapa layer dan data

Untuk mendapatkan hasil analisis, peneliti akan mengkaji satu persatu puisi tersebut berdasarkan struktur fisik dan struktur batin yang terdapat dalam puisi,

Untuk packet loss, pada saat menggunakan link dengan kecepatan yang sama routing protocol OSPFv3 kehilangan lebih sedikit paket dibandingakan dengan OSPFv3.. Sedangkan pada

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka disimpulkan bahwa masyarakat yang telah mendapatkan pelayanan dari kepolisian merasa sudah sesuai yang diharapkan oleh

Fiixed Asset Ratio (FAR) merupakan rasio antara aktiva tetap perusahaan dengan total aktiva (assetnya).Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat