• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional Anak UsiaDini 1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional - Sumini BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional Anak UsiaDini 1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional - Sumini BAB II"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Sosial Emosional Anak UsiaDini 1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional

Menurut Hurlock (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 1.18) perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berpilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai, atau harapan sosial” dan hubungan sosial biasa mempengaruhi perkembangan kognitif anak dan emosi anak-anak.

Menurut Suyadi (2010: 108) perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas.

Menurut Yusuf dan Sugandhi (2011: 65-66) Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral agama. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seprti bermain dengan teman).

(2)

budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978-250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

Menurut Santrock (2007: 48) perkembangan emosional itu sendiri adalah perasaan atau efek yang terjadi pada seseorang ketika dia berada pada keadaan atau interaksi yang penting baginya. Anak pada usia prasekolah akan semakin mampu dalam menyampaikan emosi dirinya dan emosi orang lain. Dan pada masa kanak-kanak awal anak menunjukan peningkatan kesadaran dalam mengontrol dan mengatur emosi untuk memenuhi standar sosial.

Syamsudin (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 1.4) mengemukakan bahwa “emosi merupakan suatu suasana yang komlpeks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang

menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.”

Sedangkan menurut Suyadi (2010: 108-109) Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan sosial emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

(3)

anak yaitu pertama, fakor lingkungan keluarga yaitu keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Di dalam keluarga yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati inilah manusia pertama kali belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, belajar membantu orang lain. Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga tidak lancar atau tidak wajar maka interaksinya dengan masyarakat juga berlangsung tidak wajar atau akan mengalami gangguan.

Lebih lengkapnya Soetarno dan Hurlock (dalam Nugraha dan Racmawati, 2008: 4.15) mengatakan bahwa faktor dari luar rumah yaitu pengalaman sosial awal diluar rumah melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. Jika hubungan mereka dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah menyenangkan, maka akan menikmati hubungan sosial tersebut dan ingin mengulanginya. Sebaliknya, jika hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak-anak akan menghindarinya dan kembali kepada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka.

(4)

peran gender pada perkembangan, tetapi kemudian teman sebaya juga berperan dalam proses sosial dengan merespons atau menjadi model perilaku meskulin atau feminin. Ketiga, sekolah dan guru yaitu adanya bias, baik terhadap anak laki-laki maupun terhadap anak perempuan disekolah.

Menurut Mahmudi (dalam Suyadi, 2010: 109) faktor penyebab perkembangan emosi yaitu dipengaruhi oleh sikap, cara, dan kepribadian orang tua dalam memelihara, mengasuh dan mendidik anaknya. Dalam perspektif lain, perbedaan tersebut lebih dikarenakan faktor genetis, lingkungan, dan diasuh oleh orang tua yang latar belakang pendidikan atau keilmuan yang berbeda. Faktor-faktor inilah yang berpengaruh pada pembentukan emosional pada anak.

Menurut Setiawan (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 4.5) terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak pra sekolah atau TK yaitu pertama , pengaruh keadaan individu sendiri yaitu seperti usia, keadaan fisik, inteligensi, peran seks dapat mempengaruhi perkembangan emosi individu. Salah satu contoh yang paling menonjol yaitu misalnya cacat tubuh atau yang lain yang dianggap oleh anak sebagai sesuatu kekurangan pada dirinya dan akan sangat mempengaruhi perkembangan emosinya. Anak biasanya mudah tersinggung merasa rendah diri dari lingkungannya, dan lain-lain.

Kedua, konflik-konflik dalam proses perkembangan yaitu di dalam

(5)

macam konflik yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses, tetepi ada juga anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini. Anak-anak yang tidak dapat mengatasi konflik-konflik tersebut biasanya mengalami gangguan emosi.

Ketiga, sebab-sebab lingkungan yaitu anak-anak hidup dalam 3

macam lingkungan yang mempengaruhi pekembangan emosi dan kepribadiannya yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekitarnya, lingkungan sekolah. Apabila pengaruh dari lingkungan ini tidak baik maka pekembangan kepribadiannya akan terpengaruh juga.

B. Metode Proyek Melalui Kegiatan Menggambar dengan Media Tampah, Kuas, dan Cat air

1. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Prinsip belajar pada pendidikan anak Taman Kanak-Kanak (TK) adalah belajar melalui bermain dan bermain seraya belajar. Situasi ini berbeda dengan belajar dijenjang sekolah lainnya seperti Sekolah Dasar (SD). Perbedaan tersebut kelihatan dari mulai penataan sekolah dan halaman, penataan kelas hingga kegiatan belajarnya. Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan diterapkan.

(6)

dimaksud antara lain terdiri dari metode bermain, karyawisata, demonstrasi, proyek, dan bercerita.

Menurut Moeslichatoen (2004: 7) Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Metode pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya menantang dan menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak, bernyanyi, dan belajar (Slamet Suyanto, 2005: 39).

Guru mengembangkan emosi anak dengan menggunakan metode-metode yang menggerakan anak untuk mengespresikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara verbal dan tepat. Keterampilan yang hendak dikembangkan melalui berbagai program kegiatan dapat dibedakan atas pengembangan keterampilan, kognitif, bahasa, kreativitas, motorik, dan emosi serta pengembangan sikap hidup. Untuk mengembangkan berbagai keterampilan itu, dapat kita pilih metode yang paling cocok untuk masing-masing (Moeslichatoen, 2004: 10-14).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode proyek untuk mengembangkan perkembangan sosial emosional anak usia dini.

2. Metode Proyek di Taman Kanak-Kanak a. Pengertian Metode proyek

(7)

sehari-hari yang menuntut anak untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan proyek yang diberikan. Dari aktivitas tersebut anak memperoleh pengalaman yang akan membentuk perilaku sebagai suatu kemampuan yang dimiliki (Anita Yus, 2011: 174). Menurut Moeslichatoen, (2004: 137) metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok.

Menurut Kilpatrick (dalam Gunarti dan Suryani, 2012: 12.3) metode proyk adalah mata pelajaran yang dilebur menjadi suatu hal yang holistik, menyerupai proyek yang memungkinkan anak memperoleh keterampilan baru yang mereka butuhkan melalui kegiatan yang dilakukan dengan cara bekerja sama dengan anak-anak lainnya. Sedangkan menurut Katz (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2012: 61) metode proyek merupakan pembelajaran yang dilakukan anak untuk melakukan pendalaman tenteng satu topik pembelajaran yang diminati satu atau beberapa anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahawa melalui metode proyek anak dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam mencapai tujuan bersama. Serta rasa tanggung jawab juga akan tumbuh pada diri anak dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

(8)

memecahkan masalah itu mereka harus bekerja sama dalam menghadapi dan memecahkan masalah itu bersama. Setiap anak tidak melakukan kegiatan untuk dirinya masing-masing, malainkan harus berbagi pekerjaan untuk diselesaikan secara perseorangan atau dalam kelompok 5 orang untuk mencapai tujuan bersama. Pekerjaan itu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam menyelesaikan sebuah proyek.

b. Tujuan Metode Proyek

Tujuan metode proyek bagi anak TK menurut Moeslihatoen (2004: 144-146) yaitu dapat menyelesaikan bagian pekerjaan kelompok secara tepat dan tuntas, dalam meyelesaikan pekerjaan yang menjadi bagiannya dapat bekerja sama secara baik dengan anak lain, dapat menyelesaikann pekerjaan bagiannya secara kreatif, untuk melatih anak memperoleh ketrampilan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari baik secara mandiri maupun kelompok, keterampilan bekerja sama secara harmonis, bekerja secara tuntas, mengembangkan kemampuan mengadakan hubungan dengan anak lain dalam kelompok, yang dapat menimbulkan kecenderungan berfikir, merasakan, dan bertindak lebih kepada tujuan kelompok daripada diri sendiri.

(9)

dengan pendekatan atau metode proyek memiliki empat aspek tujuan yang menjadi tolak ukur pencapaian pembelajaran bagi anak, yang pertama Aspek Pengetahuan (knowledge) yaitu pengetahuan selama

masa prasekolah dapat mencakup sejumlah gagasan, konsep, skema, informasi, dongeng, legenda, nyanyian, dan materi lainnya yang berkaiatan dengan kemampuan kognitif anak.

Kedua, Kecakapan/Ketrampilan (skiils) yaitu kecakapan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memiliki ciri tersendiri, khusus dan dengan mudah diobservasi dam diukur, seperti menggunting, menggambar, menghitung sekumpulan obyek, kegiatan motorik kasar dan motorik halus.

Ketiga, Kecenderungan (disposition) yaitu kecenderungan umumnya berhubungan dengan pembiasaan yang bertahan terus menerus dalam pikiran atau karakter cara anak merespons pengalaman yang berlangsung dalam berbagai macam situasi, seperti ketekunan mengerjakan tugas, keseriusan, kedermawanan atau ketamakan, kecenderungan minat baca atau kemampuan dalam memecahkan masalah. Keempat, Perasaan (fillings) yaitu keadaan efektif dan emosional yang subyektif (bersifat pribadi) seperti perasaan memiliki, kepercayaan diri, merasa selalu cukup, kecemasan.

(10)

dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Agar tujuan dari metode proyek ini dapat berjalan dengan baik maka banyak hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu kegiatannya bersumber dari pengalaman anak sehari-hari dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di luar sekolah. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir dan menalar. Kemampuan bekerjasama dengan anak lain dan memperluas wawasan anak. Selain itu kegiatan itu harus cukup menantang bagi anak dalam pengembangan kesehatan fisik dan kesejahteraan dan kegiatan ini dapat memberkan kepuasan masing-masing anak.

c. Manfaat Metode Proyek

(11)

kreativitas dalam menjelaskan pekerjaan yang menjadi bagian proyek secara luas.

Manfaat metode proyek menurut Anita Yus (2011: 174) yaitu metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar kepada anak. Anak langsung dihadapkan pada persoalan sehari-hari yang menuntut anak untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan proyek yang diberikan. Dari aktivitas tersebut anak memperoleh pengalaman yang akan membentuk perilaku sebagaisuatu kemampuan yang dimiliki.

Sedangkan menurut Gunarti dan Suryani (2012: 12.6) manfaat kegiatan pengembangan dengan metode proyek adalah membangun pengetahuan baru yang didasari oleh pengetahuan sebelumnya, menolong anak mengerti nilai-nilai yang berlaku dilingkungan mereka, menolong anak mengerti hubungan satu konsep dengan konsep yang lain, membantu anak mengerti nilai literatur dan angka-angka dalam konteks hidup yang sebelumnya, memberikan ide-ide dalam permainan peran, mendorong anak mencari sumber-sumber pengetahuan dan informasi yang lain selain di sekolah, dan menejebatani komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa.

(12)

d. Kebaikan Metode Proyek

Menurut Moeslihatoen (2004: 141-142) kebaikan atau keuntungan metode proyek terletak pada kesungguhan hati pada anak TK untuk mencurahkan tenaga dan kemampuanya dalam kegiatan untuk mencapai tujuan bersama, metode proyek memberi peluang kepada anak untuk meningkatkan ketrampilan yang telah dikuasai secara perseorangan atau kelompok kecil, dan menimbulkan minat anak terhadap apa yang dilakukan dalam proyek, serta bagi anak untuk mewujudkan daya kreativitasnya, bekerja sama secara tuntas, dan tanggung jawab atas keberhasilan tujuan kelompok.

Menurut Rachmawati dan Kurniati (2012: 62) metode proyek dapat memeberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pola pikir, keterampilan dan kemampuannya untuk memaksimalkan sejumlah permaslahan yang dihadapi mereka sehingga memiliki peluang untuk terus berkreasi dan mengembangkan diri seoptimal mungkin.

Menurut Anita Yus (2011: 174) kebaikan metode proyek yaitu pertama, metode proyek merupakan salah satu cara pemberian

(13)

tanggung jawab. Ketiga, penggunaan metode selalu dalam kegiatan kelompok. Anak belajar berbagai tanggung jawab, membina hubungan, menghargai orang lain, dll. Agar metode proyek berjalan dengan lancar maka kita harus tahu tahap-tahap pelaksanaan metode proyek.

e. Tahap-tahap Pelaksanaan Metode Proyek

Tahap-tahap pelaksanaan metode proyek menurut Moeslichatoen (2004: 145) ada 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tahap yang pertama adalah tahapan perancangan metode proyek, yang mana dalam tahapan ini menuntun tentang bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan. Tahap perancangan ini harus disusun secara sistematis karena akan sangat mempengaruhi proses pelaksanaan pembelajaran agar berlangsung optimal. Maka langkah-langkah yang harus dibuat adalah menetapkan tujuan dan tema kegiatan pengajaran dengan menggunakan metode proyek, menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan dalam proyek, menetapkan rancangan pengelompokan anak untuk melaksanakan kegiatan proyek, menetepkan rancangan langkah-langkah kegiatan yang sesuai dengna tujuan yang ingin dicapai, menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan metode proyek.

(14)

antara lain yaitu menyiapakan bahan dan alat yang akandigunakan selama proses pelaksanaan kegiatan proyek, menjelaskan tugas proyek, mengelompokkan anak sesuai tugas masing-masing, kemudian melaksanakan proyeknya.

Tahap ketiga adalah tahapan penilaian metode proyek, karena dengan adanya penilaian maka guru akan tahu sejauh mana ketercapaian kegiatan proyeknya, maka guru perlu melakuakan evaluasi. Nanti berdasarkan hasil kerja yang ingin dicapai masing-masing anak dalam kelompok kerja guru dapat mearik kesimpulan apakah kegiatan proyek ini baik sekali, baik, atau kurang. Berdasarkan kesimpulan penilaian guru juga dapat membuat keputusan pengajaran, apakah kegiatan pengajaran dengan metode proyek harus diperbaiki atau ditingkatkan pelaksanaanya.

(15)

pendidik dapat mempelajarai minat utama anak secara individual. Kegiatan tersebut membantu pendidik dalam menetapkan garis besar pemahaman pada keseluruhan anak yang terlibat di dalam proyek.

Tahap kedua yaitu pelaksanaan kegiatan proyek. Pada tahap ini kegiatan proyek dilaksanakan dalam dua fase, yaitu melakukan perjalanan sekolah dan kembali ke ruang kelas. Tujuan utama dalam fase pertama ini adalah mendapatkan serangkaian informasi baru melalui pengalaman dan keterlibatan langsung anak di dalam proyek. Sumber informasi yang akan diperoleh anak nantinya terdiri dari sumber informasi primer dan sekunder. Langkah terakhir atau ketiga dalam suatu proyek adalah pengambilan kesimpulan dan me-review apa yang telah dipelajari oleh anak. Apa yang mereka kerjakan di dalam kelas ini akan diperlihatkan kepada pengunjung (orang tua atau teman dari sekolah lain yang diundang untuk menyaksikan). Bagi anak usia 3-4 tahun, fase terakhir lebih diarahkan pada bermain dramatik dalam pembangunan proyek mereka.

(16)

kriteria yaitu: aktivitas anak, keterampilan yang akan dilakukan anak, sumber materi, minat dan penguasaan guru tentang topik yang akan dibahas, dan penyesuaian topik dengan jadwal tahunan.

3. Prosedur Metode Proyek Peringatan HARDIKNAS Melalui Kegiatan Menggambar dengan Media Tampah, kuas, dan Cat air dalam Penelitian ini

a. Kegiatan Brainstorming/Diskusi dengan Anak

Metode Brainstorming adalah suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat (Roestiyah, 2001: 73).

Brainstorming adalah sebuah perencanaan atau piranti yang digunakan untuk menampung kreatifitas kelompok dan biasanya digunakan untuk menjadikan alat konsensus maupun untuk menjaring ide-ide yang diperlukan (Dwi jo, 2012)

(17)

suatu pertemuan. Teknik ini pada dasarnya adalah menerapkan diadakannya suatu sidang serbuan gagasan untuk memecahkan masalah. Pada pembelajaran dengan teknik brainstorming, setiap siswa dianjurkan mengajukan pendapat atau gagasan yang sebanyak-banyak mungkin untuk kemudian dicatat.

Sebelum melaksanakan kegiatan peneliti menjelaskan kepada peserta didik kegiatan apa saja yang akan dilakukan, namun sebelumnya peneliti berdiskusi atau tanya jawab kepada peserta didik tentang HARDIKNAS sambil menujukkna gambar tokoh-tokoh pendidikan, yaitu Ki Hajar Dewantara, Diponegoro, dan RA. Kartini.

(18)

Kemudian peneliti mencontohkan cara menggambar menggunakan media tampah kuas dan cat air. Peneliti juga menjelaskan kepada peserta didik ketika menggambar dikerjakan dengan cara bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya dan tidak boleh berebut peralatan. Ketika selesai menggambar peserta didik diperintahkan untuk merapikan kembali pertalatan menggambar yang telah digunakan.

Peneliti tanya jawab kepada peserta didik tokoh pendidikan siapa yang akan ditempelkan ditampah pada saat menggambar hari pertama, kedua, dan ketiga. Karena ketika peserta didik selesai menggambar ditampah maka peserta didik diperintahkan untuk menempel gambar tokoh pendidikan ditempat yang telah disediakan ditampah. Peneliti juga menejelaskan kepada peserta didik bahwa peralatan yang akan digunakan untuk menggambar pada pertemuan yang kedua dibagikan didalam kelas sehingga peserta didik perintahkan untuk membagi tugas dengan teman kelompoknya dalam membawa peralatan menggambar yaitu tampah, kuas, dan cat air menuju luar kelas.

(19)

Setelah tiga kali menggambar maka hari berikunya adalah kegiatan membungkus snack. Peneliti juga memberitahukan kepeda peserta didik akan dilakukan kegiatan pawai. Peneliti melakukan tanya jawab kepada peserta didik rute mana saja yang akan dilewati untuk melakukan pawai. karena kegiatan pawai harus sesuai dengan kesepakatan peserta didik. Supaya peserta didik merasa senang dan memliki pengalaman yang berbeda dari biasanya.

b. Kegiatan Menggambar dengan Media Tampah, Kuas, dan Cat air

Menurut Permadi dan Sukardi (2008: 2.4) menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain dan memberi warna, sehingga menimbulkan gambar.

Sadiah Kusumahwati (2012: 21) menggambar adalah proses membuat gambar dengan cara menggoreskan atau menorehkan jejak berupa garis pada bidang gambar. Menggambar merupakan salah satu bentuk kegiatan berekspresi bagi anak-anak TK.

Sedangkan menurut Sumanto (2005: 47) bahwa menggambar (drawing) adalah kegitan manusia untuk mengungkapkan apa yang

(20)

pengalaman yang dilihatnya dengan menggambar jenis peralatan menggambar tertentu.

Memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi penting bagi peserta didik pada tahap ini untuk membantu proses berfikirnya, karena melalui menggambar anak akan mencurahkan apa yang anak rasakan. Dan kegiatan menggambar disini menggunakan media tampah, kuas, dan cat air. Media yang digunakan dalam mengembangkan perkembangan Sosial Emosiaonal anak yaitu metode proyek peringatan HARDIKNAS melelui menggambar dengan menggunakan media tampah, kuas dan cat air.

(21)

peserta didik, rasa tanggung jawab, dan meningkatkan persahabatan antar peserta didik.

c. Kegiatan Membungkus Snack sebagai Persiapan Pawai HARDIKNAS

Hari ke empat setelah kegiatan menggambar maka pertemuan berikutnya yaitu kegiatan pembungkusan snack untuk persiapan pawai yang akan dilakukan pada pertemuan ke enam. Sebelum kegiatan pembungkusan snack dimulai maka peserta didik diperintahkan untuk berkumpul dengan teman kelompoknya masing-masing. Kemudian peneliti menjelaskan kepada peserta didik untuk saling bekerja sama dengan teman kelompoknya dengan tidak saling berebut makanan. Kemudian peneliti membagikan makanan, plastik, dan karet untuk mengikat. Setelah semuanya selesai dibagi kemudian ajak peserta didik untuk memulai membungkus snack. Snack yang sudah selesai dibungkus, ajak peserta didik untuk mengumpulkannya didepan kelas pada tempat yang telah disediakan. Pada kegiatan akhir pemebelajaran ajak peserta didik untuk menyiapkan keperluan-keperluan apa saja yang akan digunakan untuk pawai pada pertemuan yang ke enam.

d. Pawai HARDIKNAS

(22)

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk itu harus diupayakan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.

Hari pendidikan nasional merupakan sebuah hari yang diperingati untuk menghormati jasa pahlawan pendidikan, yaitu Ki Hajar Dewantara. Hari pendidikan nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, yang merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai tanda jasa atas perjuangan beliau. Dengan perjuangan beliau, dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi seperti sekarang ini.

Kegiatan akhir dari metode proyek yaitu kegiatan pawai. Kegiatan ini dilakukan oleh peserta didik dengan membawa tampah yang telah beri hiasan gambar oleh peserta didik. Dalam kegiatan pawai ini satu tampah dibawa oleh dua peserta didik dengan cara berbaris dengan rapi dan tidak saling mendahului dengan temannya. Sambil menyanyikan lagu kebangsaan, supaya peserta didik semakin bersemangat ketika melaksanakan pawai.

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman penilaian

Pedoman penilaian menurut menurut Dimyati (2013: 95) yaitu:

(23)

bintang ( ) , Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang

( ), Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang ( ).

Menurut Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Mandas dan Menengah (2006: 3)Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Adapun cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanankan sbb:

○ : Dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa peserta didik

melakukan/menyelesaiakn tugas selalu dibantu guru.

● : Dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa peserta didik mamapu

melakukan/menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru  : Menunjukkan ketercapaian indikator.

Menurut Depdiknas (2006: 6-7), dalam melaksanakan penilaian di Taman Kanak Kanak menggunakan simbol-simbol yaitu simbol (●) artinya anak sudah melebihi indikator yang tertuang dalam

SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar. Simbol (○) artinya anak belum mencapai

(24)

indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku pedoman penilaian dari Dimyati (2013: 95)

Anak yang belum berkembang (BB) penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ), Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikattor RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ), Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( ), Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang ( ).

2. Indikator Keberhasilan

Menurut standar isi PAUD (2007: 38b) Indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.

(25)

perkembangan tersebut sehingga menjadi sarana efektif dalam mengembangkan pribadi anak secara keseluruhan (Nugraha dan

Rachmawati, 2008: 3.1). Pengembangan metode proyek di taman kanak-kanak bertujuan mengembangkan perkembangan Sosial Emosional yaitu Bekerja sama dalam setiap kali menyelesaikan tugas atau kegiatan, Melaksanakan proses kegiatan dengan semangat, aktif, dan responsif, Melakukan proses interaksi dan komunikasi yang aktif dengan teman, Menaati peraturan atau interaksi yang berlaku selama kegiatan, Bersedia merapikan perlatan setiap kali melakukan kegiatan setelah digunakan.

Menurut Sudjana (2010: 8) ketuntasan belajar siswa berkisar antara 75% - 80%, siswa dikatakan berhasil apabila mencapai sekitar 75% - 80%, dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai kurang dari kriteria tersebut dinyatakan belum berhasil.

(26)

Menurut Depdiknas (2007: 39-41) yang termasuk pengembangan sosial emosional bagi peerta didik yang berusia antara 4-5 tahun adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Perkembangan Sosial Emosional No Indikator

(Perkembangan Sosial Emosional) 1. Bekerja sama dalam menyelesaikan tugas

2. Melaksanakan tugas yang diberikan guru 3. Bersedia bermain dengan teman sebaya 4. Menaati peraturan yang berlaku

5. Merapikan mainan setelah digunakan

Berdasarkan kurikulum diatas dalam Depdiknas (2007: 39-41) peneliti melakukan adaptasi sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Indikator Perkembangan Sosial Emosional No Indikator

(Perkembangan Sosial Emosional)

1. Bekerja sama dalam setiap kali menyelesaikan tugas kelompok 2. Melaksanakan proses kegiatan dengan semangat, aktif, dan

responsif

3. Melakukan proses interaksi dan komunikasi yang aktif dengan teman

4. Menaati peraturan atau intruksi yang berlaku selama kegiatan 5. Bersedia merapikan peralatan setiap kali melakukan kegiatan

setelah digunakan

(27)

peserta didik sudah berada di luar kelas, kemudian ajak peserta didik untuk memulai menggambar. Selain itu ajak peserta didik untuk bekerja sama dengan teman satu kelompok dengan tidak saling berebut peralatan menggambar.

Melaksanakan proses kegiatan dengan semangat, aktif, dan responsif. Dengan adanya semangat dan keaktifan dalam menyelesaikan kegiatan maka kekompakan dalam bekerja sama akan terjalin dengan baik, dikarenakan respons peserta didik yang baik pula terhadap kegiatan tersebut.

Melakukan proses interaksi dan komunikasi yang aktif dengan teman. Setelah peneliti membagikan kelompok peserta didik harus berseda berkelompok dengan siapa saja yang telah ditentukan oleh peneliti atau tidak membeda-bedakan teman dalam satu kelompok sehingga kerja sama akan terjalin dengan baik.

Menaati peraturan atau intruksi yang berlaku selama kegiatan. Peneliti menjelaskan kepada peserta didik untuk saling bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok dan tidak saling berebut peralatan dalam melaksanakan kegiatan. Selain itu peserta didik juga bersedia melaksanakan kegiatan sampai selesai.

(28)

D. Kerangka Berfikir

Perkembangan Sosial Emosional berperan penting dalam kehidupan anak, selain itu berpengaruh pada dimensi dan aspek perkembangan lainnya. Agar pengaruhnya dapat dikenali dan dapat ditanggapi secara positif, kita perlu mengkaji keterkaitan antar bidang perkembangan tersebut sehingga menjadi sarana efektif dalam mengembangkan pribadi anak secara kesluruhan (Nugraha dan Rachmawati, 2008: 3.1)

Dari hal tersebut peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian pada kondisi awal Berdasarkan hasil observasi perkembangan sosial emosional peserta didik masih rendah terutama pada kerja sama dan rasa tanggung jawab peserta didik belum berkembang. Berdasarkan hasil observasi perkembangan sosial emosional peserta didik masih rendah terutama pada kerja sama dan rasa tanggung jawab peserta didik belum berkembang. Jika diberi tugas yang dikerjakan secara berkelompok peserta didik masih enggan mengerjakan bersama teman kelompoknnya serta kurangnya kekompakan dalam menyelesaikan tugas atau bersifat individual, dan masih suka berebut. Selain itu ketika peserta didik selesai kegiatan sebagian besar dari mereka masih enggan merapikan perlatan ketempat semula. Peserta didik juga terlihat kurang bersemangat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

(29)

peserta didik sedikit meningkat, kerja sama dan tanggung jawab peserta didik meningkat akan tetapi belum maksimal. Dan peserta didik terlihat tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan peneliti yaitu menggunakan metode proyek untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional.

Setelah siklus pertama dilakukan dengan 3x pertemuan, karena hasilnya belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan menggunakan siklus II yang dilakukan 3x pertemuan. Pertemuan keempat peneliti mengguakan media yang sama yaitu menggambar menggunakan media tampah, kuas, dan cat air. Pertemuan kelima yaitu membungkus snack dan pertemuan keenam yaitu pawai peringatan HARDIKNAS dengan membawa tampah hasil karya peserta didik. Pada pemakaian media tersebut peserta didik terlihat banyak peningkatan. Dari pembelajaran tersebut perkembangan sosial emosional peserta didik dalam bekerja sama dan tanggung jawab meningkat maksimal dan optimal sehingga peneliti dinyatakan berhasil.

(30)

Gambar 2.1Bagan Kerangka Berpikir Metode Proyek

Kondisi awal Perkembangan sosial emosional yang masih rendah yaitu kurangnya kerja sama dan tanggung jawab

Dilakukan upaya perbaikan dengan PTK

SIKLUS I

1. Brainstorming/Diskusi dengan Anak kegiatan yang akan dilakukan

2. Menggambar menggunakan media tampah kuas dan cat

1. Anak tertarik dalam proses pembelajaran

2. Kerja sama dan tanggung jawab anak mulai meningkat tetapi belum maksimal

Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan tetapi belum maksimal

SIKLUS II

1. Menggambar menggunakan media tampah kuas, dan cat air

2. Pembungkusan snack 3. Pawai HARDIKNAS 1. Anak tertarik dalam proses

pembelajaran

2. Kerja sama dan tanggung jawab anak menunjukkan peningkatan

(31)

E. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Perkembangan Sosial Emosional
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Metode Proyek

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat kemungkinan gangguan listrik pada Sistem Kelistrikan RSG-GAS berupa terputusnya pasokan daya listrik baik dari sumber penyedia daya utama PLN maupun sumber penyedia

Cara yang paling umum digunakan untuk model ini adalah biaya per seribu tayangan( Cost per Mille atau Cost per Thousand ). Pengiklan menghitung biaya untuk.. Metode

49 tahun 2014 bagian 5 pasal 18 ayat 2 “ mencakup prinsip penilaian, teknik dan prosedur penilaian, pelaksanaaan penilaian, pelaporan penilaian, dan

Kayadi : Pengaruh evaluasi alternatif portofolio terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP NU Karanganya Indramayu. Evaluasi merupakan bagian dari proses

Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, perawat harus menggunakan landasan pengetahuan teoritik dari berbagai disiplin ilmu sebagai dasar dalam memberikan

Begitu juga etnik Melayu, menerima budaya daripada etnik lain seperti penggunaan angpau yang terkenal di dalam. budaya

Pada periode ini banyak berdiri perkumpulan atau sanggar – sanggar lukis, di antaranya yang sangat terkenal adalah Seniman Indonesia Muda (SIM), Perkumpulan Pelukis

Tim Penulis mencoba menyusun suatu karya tulis mengenai bagaimana mengidentifikasikan masalah tulisan, latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan, mengindentifikasi