• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ENERGI PANAS DAN ENERGI BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 PERNASIDI - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ENERGI PANAS DAN ENERGI BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 PERNASIDI - repository perpustakaan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab

a. Tanggung Jawab

1) Pengertian Tanggung Jawab

Pendidikan karakter sangat diperlukan peserta didik sebagai bekal dalam hidupnya agar menjadi manusia yang berakhlak baik. Salah satu karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu tanggung jawab. Menurut Mustari (2014: 19) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Tanggung jawab merupakan sikap terpuji yang dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang berkarakter.Menurut Yaumi (2014: 72) tanggung jawab adalah suatu kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas (ditugaskan oleh seseorang, atau diciptakan oleh janji sendiri atau keadaan) yang seseorang harus penuhi dan yang memiliki konsekuensi hukuman terhadap kegagalan. Orang yang bertanggung jawab memiliki karakter

(2)

berbuat sebaik mungkin dan tidak menyalahkan orang lain ketika berbuat kesalahan.

Berdasarkan penelitian menurut para ahli, dapat disimpukan bahwa tanggung jawab merupakan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Tanggung jawab harus berasal dari hati dan kemauan sendiri terhadap tugas dan kewajibannya

2) Indikator Tanggung Jawab

Seorang pendidik diharuskan dapat mengetahui bagaimana pengukuran terhadap perilaku tanggung jawab. Menurut Mulyasa (2014: 147) indikator perilaku tanggung jawab adalah:

a. Melaksanakan kewajiban

b. Melaksanakan tugas sesuai kemampuan c. Mentaati tata tertib sekolah

d. Memelihara fasilitas sekolah e. Menjaga kebersihan lingkungan 3) Macam-macam Tanggung Jawab

(3)

a) Tanggung jawab terhadap Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur dan memohon petunjuk.

b) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perilaku kejam dari manapun datangnya. c) Tanggung jawab diri dari kerusakan ekonomi yang berlebihan

dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi.

d) Tanggung jawab terhadap anak, suami/ istri dan keluarga. e) Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

f) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta. g) Tanggung jawab terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala

informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan.

h) Tanggung jawab dalam memilihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

4) Ciri-ciri seseorang yang Bertanggung Jawab

(4)

a) Memilih jalan lurus

b) Selalu menunjukan diri sendiri c) Menjaga kehormatan diri d) Selalu waspada

e) Memiliki komitmen pada tugas

f) Melakukan tugas dengan standar yang terbaik g) Mengakui semua perbuatannya

h) Menempati janji

i) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya 2. Belajar

Belajar merupakan proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman. Menurut Arthur T. Jersild (dalam Sagala 2009 :12) belajar adalah modification of behavior through experience and trainning yaitu perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Lebih banyak pengalaman dan latihan peserta didik lebih banyak belajar.

Definisi mengenai belajar memang tidak terlepas dari sesuatu yag berhubungan dengan pendidikan. Menurut Suprijono ( 2012: 2) beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

1) Gagne

(5)

diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

2) Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 3) Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.

(Belajar dalam perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). 4) Harold Spears

Learning is toobserve, to read, to imitate, to try something theselves,

to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar

adalahmengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

5) Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

6) Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a

result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

(6)

memiliki batasan usia sehingga belajar dapat dilakukan sepanjang hayat.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang melalui sebuah proses pembelajaran. Menurut Arifin (2011:12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat prenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Berdasarkan kerja keras yang dilakuan oleh seseorang maka akan mendapatkan prestasi yang maksimal. Menurut Hamdani (2011:137) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Ada beberapa pendapat menurut para ahli, antara lain:

1) W.J.S Purwadarminta (dalam Hamdani 2011:137) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

(7)

hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

3) Arif Gunarso (dalam Hamdani 2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu pencapaian dari hasil belajar dalam bentuk angka. Prestasi belajar akan meningkat dengan adanya kemauan untuk terus berusaha dan belajar.

b. Fungsi prestasi belajar

Prestasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik akan bermanfaat bagi kehidupan dan menjadi sebuah motivasi agar dapat meningkatkan prestasi belajar dengan lebih baik lagi. Menurut Arifin (2010: 12-13) prestasi belajar memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

(8)

pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tinggi produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ektern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikukum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

(9)

1) Faktor internal

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari peserta didik. Faktor ini antara lain sebagai berikut.

a) Kecerdasan

b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis c) Sikap

d) Minat e) Bakat f) Motivasi 2) Faktor eksternal

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staff administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal peserta didik, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.

d. Prinsip-prinsip pengukuran prestasi belajar

(10)

1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

2) Tes prestasi harus mengukur suatu sample yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.

3) Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

4) Tes prestasi harus dirancang seemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(11)

Melalui pembelajaran kooperatif semua peserta didik akan berperan aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Abdulhak (dalam Majid 2013: 174) pembelajaran kooperatif dilaksanakan malalui sharing proses antara peserta didik, sehingga dapat mewujudkan

pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri. Menurut Trianto (2007:42) pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Proses diskusi bersama dengan anggota kelmpok diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik. Menurut Ngalimun (2013: 161-162) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Selain itu menurut Suprijono (2012: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

(12)

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Majid (2013: 175) dalam pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:

1) Meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.

3) Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki perbedaan dengan model pembelajaran yang lain. Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Hamdani (2011:31) yaitu sebagai berikut:

1) Setiap anggota memiliki peran.

2) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara peserta didik.

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

(13)

5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament a. Pengertian Team Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang sangat menyenangkan karena terdapat tournament dalam pembelajaran. Menurut Hamdani (2010: 92) pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan model TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

(14)

Berdasarkan pengertian dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa TGT merupakan pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok tanpa ada perbedaan status dan saling bekerjasama. Guru menyajikan materi dan peserta didik bekerja dalam kelompoknya masing-masing.

b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki beberapa komponen yang harus dilakukan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Menurut Slavin (2015: 166-167) terdapat lima komponen dalam TGT, yaitu :

1. Presentasi kelas

Presentasi kelas digunakan guru untuk menyampaikan mata pelajaran secara langsung . Guru memanfaatkan presentasi kelas ini untuk menyampaikan teknik-teknik pembelajaran sehingga peserta didik dapat melaksanakan langkah-langkah TGT dengan baik. Peserta didik harus memperhatikan guru pada saat presentasi kelas agar dapat mengerjakan lembar kegiatan dan saat melaksanakan turnamen.

2. Tim

(15)

bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. 3. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan peserta didik yang diperoleh dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan perwakilan dari masing-masing kelompok. Menurut Trianto (2010: 84), dalam satu permainan terdiri dari kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca bertugas mengambil kartu bernomor dan menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu. Tugas kelompok penantang I yaitu menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Tugas kelompok penantang II yaitu menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda dan melakukan cek pada lembar jawaban.

4. Turnamen

(16)

mendapatkan poin tertinggi di setiap meja turnamen. Poin yang mereka peroleh kemudian digabungkan dengan anggota yang lainnya untuk menjadi skor tim. Tim yang memiliki skor paling tinggi yang akan menjadi pemenangnya.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan yang diperoleh oleh tim merupakan bentuk kerjasama yang baik antar anggota sehingga tanggung jawab dari masing-masing anggota sangat diperlukan agar menjadi tim yang terbaik. Ada 3 tingkatan penghargaan berdasarkan pada skor rata-rata tim yaitu:

Tabel 2.1 Penghargaan berdasarkan skor rata-rata tim menurut Slavin (2015: 175)

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

40 Tim Baik (Good Team)

45 Tim Sangat Baik (Great Team)

50 Tim Super (Super Team)

6. Hakekat Pembelajaran IPA

a. Pengertian Mata Pelajaran IPA

(17)

Menurut Trianto (2007: 99) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Ilmu Pengetahuan Alam sangat identik dengan pengamatan karena dengan pengamatan peserta didik akan lebih mengetahui tentang alam. Menurut Aly dan Rahma (2014: 20) IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teoritis tersebut didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam. Fakta-fakta tentang gejala kebendaan/alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang diidentifikasikan. Menurut Sulistyorini (2007:9) IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait, hal tersebut berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.

(18)

1) IPA Sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi lain IPA yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi produk, maksudnya produk mendapatkan ilmu itu sendiri. Seorang guru perlu dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar dalam pembelajaran IPA sebagai sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.

2) IPA Sebagai Proses

Proses yang dimaksud adalah proses mendapatkan IPA. IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah, untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan bahwa akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Pengembangan pendidikan juga harus disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen. Penelitian atau eksperimen tmeliputi beberapa hal, antara lain sebagai berikut: a) Observasi

(19)

f) Mengendalikan variabel g) Merencanakan penelitian h) Melaksanakan penelitian i) Infensi

j) Komunikasi

Pada hakikatnya proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh keterampilan dasar, oleh karena itu jenis–jenis keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut juga “keterampilan proses”. Memahami suatu konsep,

peserta didik tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang pada peserta didik untuk memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman peserta didik, mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

Penemuan merupakan hal yang sangat penting bagi proses belajar peserta didik. Menurut J Bruner 1961 (dalam Sulistyorini 2007:10) penemuan sangat penting karena:

a) Dapat mengembangkan kemampuan intelektual. b) Mendapatkan motivasi intrinsik.

c) Menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh.

d) Memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya. 3) IPA Sebagai Pemupukan Sikap

Makna “sikap” pada pengajaran IPA SD/MI dibatasi

(20)

Herlen (dalam Sulistyorini 2007:10) ada sembilan aspek dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI, yaitu:

a) Sikap ingin tahu

b) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru c) Sikap kerjasama

d) Sikap kerja keras

e) Sikap tidak berprangsaka f) Sikap mewas diri

g) Sikap bertanggungjawab h) Sikap berpikir bebas i) Sikap kedisipilinan

Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika peserta didik melaksanakan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan. Maksud dari sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah ini adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamati. Anak SD atau MI mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan jalan bertanya kepada guru, teman, atau diri sendiri. Peserta didik melakukan kerjasama untuk memperoleh pengetahuan lebih banyak.

(21)

lain.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPA

Peserta didik diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan dalam setiap bidang mata pelajaran. Menurut Sulistyorini (2007: 40) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(22)

7. Energi Panas dan Energi Bunyi

A. Sumber Energi Panas Dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Sumber Energi Panas

Sumber energi sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Menurut Sulistyanto dan Wiyono ( 2008: 124) segala sesuatu yang dapat menghasilkan panas disebut sumber panas. Menurut Devi dan Anggraeni (2008: 130) Sumber energi panas dapat diperoleh dari matahari, api, listrik, juga dari gesekan. Banyak pekerjaan sehari-hari yang memanfaatkan energi panas dari matahari, api, dan listrik.

a. Matahari

(23)

karena adanya energi panas yang dihasilkan oleh matahari. Energi panas juga digunakan oleh petani untuk menjemur hasil panennya.

b. Api sebagai Sumber Energi Listrik

Menghangatkan badan pada malam hari, sejak zaman dahulu orang suka memanfaatkan panas dari api. Api digunakan pula untuk memasak makanan, mendidihkan air atau membakar logam untuk melelehkannya. Dahulu, api diperoleh dengan cara membakar kayu kering atau ranting-ranting pohon, sekarang api diperoleh dari gas dan minyak tanah yang merupakan hasil pengolahan minyak bumi.

c. Listrik sebagai Sumber Energi

Rumah yang sudah terpasang aliran listrik energi panas banyak diperoleh melalui alat-alat listrik seperti setrika, magic jar, dan oven.

d. Gesekan sebagai Sumber Energi Panas

(24)

2. Perpindahan Panas

Panas dapat berpindah atau merambat melalui tiga cara, yaitu radiasi, konveksi, dan konduksi.

a. Radiasi

Setiap hari kita dapat merasakan panasnya cahaya matahari yang terpancar pada tubuh kita. Panas yang terpancar tersebut sampai ke bumi tanpa melalui zat perantara. Panas yang merambat langsung tanpa melalui zat perantara dikenal dengan radiasi.

b. Konveksi

Konveksi merupakan perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan zat perantaranya

c. Konduksi

Perambatan panas yang terjadi pada sendok ini disebut dengan konduksi. Konduksi merupakan perambatan panas tanpa disertai perpindahan zat perantaranya.

B. Sumber Energi Bunyi

1. Sumber Bunyi yang Terdapat di Lingkungan

(25)

akan menghasilkan bunyi apabila dipetik. Biola menghasilkan bunyi dengan cara digesek.

Gitar dan biola dapat menghasilkan bunyi karena adanya senar atau dawai. Bergetarnya senar dan dawai pada biola dan gitar akan menghasilkan bunyi yang diinginkan.

2. Bunyi Dihasilkan Dari Benda yang Bergetar

Bunyi yang didengar dari sumber bunyi sebenarnya dapat didengar karena adanya getaran dari sumber bunyi tersebut. Angklung pada saat digerakkan maka akan diperoleh bunyi. Jika angklung tersebut didiamkan maka angklung tidak dapat mengeluarkan bunyi. Saat berbicara, pita suara yang ada di dalam tenggorokan juga bergetar. Hal ini menunjukkan bahwa benda yang bergetar akan menghasilkan bunyi.

3. Perambatan Bunyi

1) Bunyi merambat melalui zat padat

Apabila sedang berjalan di atas rel maka dapat mendengar bunyi kereta yang bergerak dengan cara mendekatkan telinga pada rel tersebut. Hal ini disebabkan karena bunyi kereta api tersebut mengalami perambatan melalui rel yang merupakan zat padat.

2) Bunyi merambat melalui zat cair

(26)

3) Bunyi merambat melalui udara

Udara merupakan perantara yang dapat menyebabkan bunyi yang dapat dengar. Mendengar bunyi bel yang ada di sekolah karena bunyi tersebut merambat melalui udara dan sampailah ke telinga. Bunyi tidak dapat merambat di dalam ruangan yang hampa udara.

4) Bunyi dapat dipantulkan dan diserap

Apabila mengenai benda yang permukaannya cukup keras, bunyi akan dipantulkan. Jika berteriak di dalam ruangan tertutup maka suara seolah-olah ada yang menirukan. Hal ini disebabkan karena suara yang keluar akan dipantulkan oleh dinding sehingga menimbulkan gaung. Gaung merupakan pantulan bunyi yang terdengar kurang jelas karena bunyi yang dihasilkan dari pemantulan bercampur dengan bunyi asli.

4. Perubahan energi bunyi melalui alat musik

(27)

1) Alat Musik Tiup

Alat musik tiup umumnya berbentuk panjang seperti pipa. Bunyi yang dihasilkan oleh alat musik tiup dapat terjadi ketika udara dalam pipa bergetar karena tiupan pemainnya.

Nada suara diatur dengan membuka dan menutup lubang pada sisi alat musik. Perubahan keras pelannya suara disebabkan oleh kekuatan tiupan yang menyebabkan getaran udara.

2) Alat Musik Pukul

(28)

3) Alat Musik Gesek

Biola termasuk alat musik gesek. Gesekan terhadap rentangan senar yang semakin kuat, dapat menyebabkan perubahan energi bunyi dari biola.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Skripsi

Penelitian yang relevan yang mendukung Penelitian Tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Tanggung Jawab dan Prestasi Belajar

IPA Materi Energi Panas dan Energi Bunyi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament di kelas IV SD Negeri 2 Pernasidi” adalah penelitian yang dilakukan oleh Anis Widiastuti judul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) pada Peserta didik Kelas V MI Muhammadiyah Jamburkidul, Ceper, Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014”.

(29)

hasil belajar IPA peserta didik kelas V MI Muhammadiyah Jambukidul. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan lebih bermakna. Peserta didik menjadi lebih aktif dan bebas mengembangkan diri serta bersemangat dalam mengikuti pertandingan.

Hasil belajar IPA di kelas V setelah PTK meningkat menjadi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA pra siklus 67,92. Nilai rata-rata pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 72,92. Nilai rata-rata setelah siklus II menjadi 83,56. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan pula bahwa peserta didik yang mencapai ketuntasan dari nilai KKM sebelum diadakannya tindakan sebanyak 4 peserta didik (37%). Setelah diadakan tindakan siklus I, jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan meningkat menjadi 7 peserta didik (67%) dan setelah tindakan siklus II meningkat pula menjadi 10 peserta didik (83%).

2. Jurnal

Penelitian relevan yang mendukung Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Tanggung Jawab dan Prestasi Belajar IPA

Materi Energi Panas dan Energi Bunyi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament di kelas IV SD Negeri 2 Pernasidi” yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Nola Susanti

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

Game Tournament dalam Pembelajaran Matematika SD. Penerapan model

(30)

2012/2013. Hal ini berdasarkan peningkatan yang terjadi pada rata-rata nilai hasil belajar dan persentase ketuntasan di setiap siklus.

Rata-rata nilai hasil belajar peserta didik siklus 1 adalah 56,02 dengan persentase ketuntasan 60% atau sebanyak 12 peserta didik tuntas. Rata-rata nilai siklus 2 meningkat menjadi 69,31% dengan persentase ketuntasan 85% atau sebanyak 17 peserta didik tuntas. Dari persentase ketuntasan siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 25%. Rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus 3 adalah 83,72 dengan persentase ketuntasan adalah 100% atau sebanyak 20 peserta didik tuntas, terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar dari siklus 2 ke siklus 3 sebesar 15,00%.

Hasil uji t-tes juga memperkuat pernyataan adanya peningkatan hasil belajar. Uji perbedaan nilai hasil belajar pada siklus 1 ke siklus 2 didapat t hitung > t tabel atau 10,30 > 2,093, siklus 2 ke siklus 3 diperoleh t hitung > t tabel atau 9,66 > 2,093 dengan ketentuan α = 0,05. Dengan

demikian hipotesis pada penelitian ini diterima yaitu adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika peserta didik kelas VA SDN 04 Metro Pusat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

C. Kerangka Berpikir

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas

(31)

kooperatif diharapkan dapat menumbuhkan tanggung jawab dan prestasi belajar peserta didik.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran bervariatif. Peserta didik akan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, disamping itu peserta didik akan lebih semangat mengikuti proses pembelajaran sehingga tanggung jawab dan prestasi belajar meningkat. Berikut kerangka berpikir dalam bentuk diagram :

Gambar 2.1Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian tindakan ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

Siklus I

Guru menerapkan model kooperatif tipe TGT Tindakan Guru menggunakan model Kooperatif tipe

TGT

Akhir Guru menerapkan Siklus II

(32)

1. Tanggung jawab siswa kelas IV SD Negeri 2 Pernasidi pokok bahasan energi panas dan energi bunyi dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament).

Gambar

Tabel 2.1 Penghargaan berdasarkan skor rata-rata tim
Gambar 2.1Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tokainid dulu digunakan untuk takiaritmia ventrikel yang mengancam jiwa dan disertai dengan gangguan berat fungsi ventrikel kiri pada pasien yang tidak responsif dengan terapi

Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi-strategi yang dihasilkan dalam Perencanaan Strategis Dinas Perdagangan Kota Surakarta dalam Mengembangkan Pasar Pucang

Pada perusahaan yang tingkat konsevatisma akuntansinya tinggi, akan membatasi tingkat diskresi manajemen, sehingga apabila diaudit oleh auditor yang berkualitas maka

Permasalahan petani ikan gurami di Kecamatan Bojongsari adalah pada setiap kegiatan budidaya yang dilakukan petani tidak pernah melakukan pencatatan biaya yang

Bahasa Daerah khususnya Bahasa Jawa sendiri saat ini semakin sedikit, oleh karena itu Bahasa Jawa sangat penting untuk dilestariakn, karena bahasa jawa sendiri memiliki

The study of THE INFLUENCE OF THE MATRIARCHAL FAMILY ON TOM’S CHARACTER DEVELOPMENT IN WILLIAMS’ THE GLASS MENAGERIE. basically confirms the valuable roles of parents

Pelayanan kesehatan dirumah adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan keterampilan

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ketidaksesuaian antara teori dan praktek yang dijalankan, diantaranya: pemisahan tanggung jawab fungsional dalam struktur organisasi masih