• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PASAR DI PASAR MENES KABUPATEN PANDEGLANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PASAR DI PASAR MENES KABUPATEN PANDEGLANG"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

i

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2001

TENTANG RETRIBUSI PASAR DI PASAR MENES

KABUPATEN PANDEGLANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Strata-1

Pada Program Studi Administrasi Negara

Oleh :

LELA NURLELA

NIM. 6661072797

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

(2)

ii

LELA NURLELA. NIM 072797. Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Kata kunci : Kebijakan Publik, Retribusi Daerah

Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauhmana keberhasilan penerapan Kebijakan publik dan seberapa besar tingkat kesenjangan antara harapan dan tujuan yang telah dicapai.Salah satu faktor penting dalam pembangunan daerah adalah faktor keuangan daerah. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah retribusi daerah. Retribusi Pasar Merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Pasar Menes memiliki potensi yang cukup waktu untuk dinilai atau dievaluasi suatu kebijakannya dalam hal Retribusi Pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengevaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada kriteria – kriteria Evaluasi menurut William N Dunn. Kriteria –kriteria tersebut adalah Efektivitas, Efesiensi, Kecukupan, pemerataan Responsifitas dan Ketepatan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Tehnik analisa data menggunakan tehnik analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa . Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang Belum maksimal. Pelaksanaan Peraturan Daerah No 10 Tahun 2001 belum maksimal dilaksanakan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. baik oleh faktor penghambat maupun faktor pendukung. Faktor penghambat diantaranya adalah satu adanya keterlibatan pihak Luar (LSM ) dalam pelaksanaan kebijakan Retribusi Pasar di Pasar Menes, Dua kurangnya kesadaraan wajib retribusi untuk membayar retribusi , Tiga adanya unsur ketertutupan dari pegawai kantor Pasar Menes dalam memberikan informasi mengenai realisasi pendapatan Retribusi Pasar perhari di Pasar Menes, empat kurangnya sarana yang dimiliki Kantor Pasar Menes dan ke lima Sumberdaya Manusia di Pasar Menes secara kualitas dan kuantitas masih Rendah. Adapun yang menjadi Faktor Pendukung adalah Terjalinnya komunikasi yang baik antara aparatur atau pelaksana kebijakan dengan wajib retribusi, Kesadaran aparatur untuk selalu mengawasi kegiatan retrribusi di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang dalam jangka waktu satu- tiga bulan sekali dan adanya Kesadaran dari beberapa wajib retribusi untuk selalu patuh dan membayar Retribusi.

(3)

iii

Lela Nurlela. Nim 072797. Evaluation of the Implementation Regulation Pandeglang District No. 10 of 2001 about Market Retribution In the Menes Market pandeglang District. Faculty of social and politicial. University of sultan Ageng Tirtayasa.

Keyword : Public policy, Area Retribution

The evaluation was conducted to assess the extent of successful implementation of public policies and the extent of the gap between expectations and goals have been achieved. The one of an important in the development of local goverment is local finance factor. One sources of local owned reveneu is market Retribution. Market retribution is one source of local owned revenue. The market potential of Menes has sufficient time to assess or evaluate a policy in terms of market retribution. The purpose of this study was to evaluate the implementation of Regulation Pandeglang District Number 10 Year 2001 About Market Retribution on Menes Market Pandeglang. The method used in this research is employing a qualitative approach. This study uses a theory based on the criteria - criteria for evaluation according to William N Dunn. These criteria are Effectiveness, Efficiency, adequacy, equity and responsiveness of Appropriateness. The data collection techniques are interview, observations, and documentation study. The data analysis employs interactive analiysis of Miles and Huberman. The results showed that. Evaluation of the Implementation Regulation Pandeglang Number 10 Year 2001 About Market retribution on Menes Market Pandeglang yet maximal. Implementation of Regional Regulation No. 10 of 2001 has not been implemented because the maximum is influenced by several factors. either by inhibiting factors as well as supporting factors. Inhibiting factors include the presence of foreign involvement (LSM) in policy implementation at the Market retribution on Menes Market, Two of a lack of awareness of compulsory Retribution to pay the retribution, the three elements of the closure of Market office workers Menes in providing information about the realization of the income Market retribution per day at Market Menes, the lack of facilities owned four Office Menes Market and the fifth in the Human Resources Menes Market in quality and quantity is still low. As for the Factors Supporting the establishment of good communication between the apparatuses or implementing policies with mandatory retribution , Awareness apparatus to always supervise activities in the Menes Market retribution Pandeglang within one-three months and the consciousness of some mandatory retribution to always obey and pay the retribution.

(4)

iv

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah. Berkat Rahmat Allah-lah yang menyebabkan Skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, tidak akan aku biarkan rahmat Allah lewat begitu saja tanpa ku sambut meriah. Puji syukur kepada Allah swt selalu terasa tidak sebanding dengan apa yang telah kita terima sebagai hamba, sekaligus raja. Sebab, kita adalah hamba yang diciptakan-Nya dan raja dari semua makhluk ciptaan-Nya.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah memberikan pengajaran, bantuan serta dorongan dalam upaya menyelesaikan proposal penelitian ini mengenai Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang.

Untuk itu peneliti sampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H Soleh Hidayat Drs, M.pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Prof. Dr. H Ahmad Sihabudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(5)

v

5. Idi Dimyati, S.Ikom M.ikom selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Kandung Sapto N, S.Sos., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 7. Rina Yulianti, S.IP., M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

8. Maulana Yusup S.IP M.Si selaku dosen pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan akademiknya selama peneliti melaksanakan kuliah.

9. Listyaningsih S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I skripsi , yang dengan penuh kesabaran memberikan masukan buat perbaikan Skripsi peneliti.

10.Riswanda S.Sos MPA selaku Pembimbing II Skripsi, berkat kesabarannya membimbing Peneliti dengan arahan dan masukan dalam menyusun Proposal ini.

11.Anis Fuad S.sos selaku Pembimbing II Skripsi, berkat kesabarannya membimbing peneliti dengan arahan dan masukan dalam menyusun skripsi ini.

12.Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan

(6)

vi

14.Kepala Bidang Pasar Dinas perindustrian perdagangan dan pasar kabupaten Pandeglang yaitu Bapak Taufik supriyatna yang telah memberikan arahan dan informasi selama penelitian

15.Kepala seksi Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang yaitu Bapak H. Didit yang telah memberikan banyak informasi tentang Retribusi Pasar selama penelitian.

16.Seluruh Pegawai Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang yang telah banyak membantu peneliti selama melaksanakan penelitian.

17.Penanggung jawab Kantor Pasar Menes Bapak Ahmad terimakasih atas pemberian informasi dan data tentang pasar Menes selama penelitian berlangsung.

18.Ibu Yayah Herawati Pegawai Bagian Administrasi dan Penyetoran Retribusi Pasar Menes yang telah memberikan informasi tentang retribusi Pasar Menes 19.Seluruh pegawai kantor Pasar Menes terimakasih atas pemberian Informasi

yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

20.Bapak dan Ibu, kedua orang tua tercinta, dan terbaik di seluruh dunia yang pernah peneliti miliki. Terima kasih atas segala kasih sayang, jasa dan pengorbanan yang tiada tara yang telah di berikan kepada peneliti.

(7)

vii

22.Sahabat tercinta, Muliawati, Evi Fadhillah S.sos, Abdurohman S.sos, Nita Ismaya dan Nur rohmawati yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penelitian.

23.Teman – teman seperjuangan Yeni, Mita, Fina, Tia, sumarni, Ica, Ofi, Rita, dan Neny yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama penelitian. 24.Teman-teman kelas F, G dan H 2007 Ilmu Admninstrasi Negara Yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas jalinan pertemanan dan kenangan indah selama empat tahun perkuliahan.

25.Teman – teman KKM 65 2010 Terimakasih atas pertemanan dan kenangan indah selama sebulan berlangsung.

Selain itu peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan- kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Dilain sisi peneliti juga berharap agar proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai bahan rujukan mengenai bidang Retribusi Pasar.

Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum wr.wb

Serang, Oktober 2011

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah... 12

1.3 Rumusan Masalah ... 14

1.4 Tujuan Penelitian ... 14

1.5 Manfaat Penelitian ... 15

1.6 Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori ... 21

2.1.1 Definisi Kebijakan Publik ... 21

(9)

ix

2.1.3 Arti pentingnya studi kebijakan publik ... 29

2.1.4 Konsep Evaluasi Kebijakan ... 32

2.1.5 Tujuan evaluasi kebijakan publik ... 41

2.1.6 Konsep Retribusi Daerah ... 42

2.2 kerangka berpikir ... 45

2.3 Asumsi dasar penelitian. ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 49

3.2. Instrumen Penelitian ... 50

3.3. Informan Penelitian ... 54

3.4. Teknik Analisis Data ... 55

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 59

3.6. Tempat dan Waktu Penelitian ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 62

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Pandeglang ... 62

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Perindagpas Kabupaten Pandeglang ... 69

4.1.3 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 80

4.2 Informan Penelitian ... 83

4.3 Deskripsi Data . ... 84

4.3.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian ... 84

(10)

x

4.3.3 Pembahasan ... 114

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 125 5.2 Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Laporan penerimaan pendapatan DISPERINDAGPAS KAB

Pandeglang tahun anggaran 2010... 9

Tabel 1.2 Target dan realisasi pelayanan pasar Kab Pandeglang ... 9

Tabel 2.1 Tabel kriteria Evaluasi menurut Dunn ... 38

Tabel 2.2 Tabel jenis Evaluasi Menurut Finnsterbusch dan Motz ... 40

Tabel 2.3 Tabel Daftar Besarnya Pungutan Retribusi ... 45

Tabel 3.1 Tabel pedoman wawancara ... 51

Tabel 3.2 Tabel informan Penelitian ... 55

Tabel 3.3 Tabel jadwal Penelitian ... 62

Tabel 4.1 Tabel Tujuan dan sasaran jangka menengah pelayanan Disperindagpas Kabupaten Pandeglang ... 85

Tabel 4.2 Tabel jumlah kios Pasar Menes Berdasarkan Lokasi ... 82

Tabel 4.3 Tabel Nama Petugas Retribusi Untuk Pasar Menes ... 82

Tabel 4.6 Tabel Daftar Informan ... 83

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahap tahap kebijakan publik ... ... 27 Gambar 2.2 Siklus skematik kebijakan publik ... ... 28 Gambar 2.3 Skema kerangka pemikiran ... ... 47 Gambar 3.1 Komponen Analisa Data Miles dan Huberman ... ... 57 Gambar 4.1 bagan struktur organisasi Dinas Perindagpas Kabupaten

Pandeglang ... ... 75 Gambar 4.2 keadaan Pasar Menes dari lokasi terminal ... ... 81 Gambar 4.3 Himbauan yang ditempel di Dinding Kantor Pasar Menes ...

... 94 Gambar 4.4 Petugas DPKPA sedang membubuhi stempel Pada Karcis Retribusi

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.I LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Berdasarkan pokok pikiran tersebut diatas maka hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pokok pikiran tersebut diwujudkan dalam tugas-tugas pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan yang meliputi segala aspek kehidupan baik secara material maupun spiritual. Dalam rangka meningkatkan efektivitas tugas-tugas pemerintah, dan pembangunan dapat mencapai sasaran yang diharapkan yaitu dapat menjangkau secara merata seluruh wilayah negara Republik Indonesia, maka pembangunan daerah di negara Indonesia dibagi menjadi dua pemerintah, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah.1

1

(14)

Undang-Undang mengenai otonomi daerah Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan ditambah pula dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, undang-undang tersebut menekankan peranan pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri secara mandiri. Hakekat daripada otonomi daerah ini, memberikan kewenangan pemerintah daerah meliputi prakarsa, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi segi-segi pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Demikian siap sudah bagi sistem pemerintah di Indonesia untuk melaksanakan sistem pemerintahan yang meletakkan peranan pemerintah daerah. Peranan pemerintah daerah itu dapat terlihat dalam mengelola keuangan daerah pada posisi yang sangat krusial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Perubahan politik nasional yang sejalan dengan pergantian penguasa telah memicu perubahan-perubahan penting disuatu pemerintahan, termasuk pemerintah daerah. Perubahan yang dimaksud tertuang dalam kebijakan otonomi daerah, khususnya dalam Undang-Undang No 32 Th 2004.2

Dengan adanya perubahan tersebut diharapkan kesejahteraan umum dapat terwujud. Oleh karena itu dalam rangka mensejahterakan rakyat di daerahnya, pemerintah daerah mengadakan pembangunan sarana maupun prasarananya. Dengan adanya otonomi daerah menyebabkan terjadinya

2

(15)

pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

Evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas penerapan kebijakan publik tersebut bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat secara luas dengan membandingkan antara hasil dengan target / tujuan kebijakan yang telah dicanangkan. Artinya evaluasi dilakukan untuk menilai sejauhmana keberhasilan penerapan dan seberapa besar tingkat kesenjangan antara harapan dan tujuan yang telah dicapai. 3

Berdasarkan UU No 32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang disini bagi pemerintahan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah daerah yang

3

(16)

mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai justru merupakan tantangan.

Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang undangan dan petunjuk pelaksanaan.

(17)

kerjasama antar Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah dengan cara pendekatan terpadu dan tidak menghilangkan identitas, tugas serta fungsi masing-masing.

Retribusi adalah iuran rakyat kepada pemerintah berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan mendapat jasa balik atau kontra prestasi dari pemerintah secara langsung. Retribusi diartikan pula sebagai pungutan pemerintah daerah berdasarkan undang-undang atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.4

Dalam pelaksanaan otonomi daerah hasil retribusi daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah bagi Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini diterangkan dalam UU No 34 Tahun 2000 tentang kewenangan daerah untuk memungut Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau pemakaian karena memperoleh jasa yang diberikan oleh daerah atau dengan kata lain retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan secara langsung dan nyata. Selanjutnya menurut Perda Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar bahwa Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

4

(18)

Dalam pelaksanaan otonomi daerah ini retribusi daerah juga diatur oleh peraturan daerah dari masing-masing kabupaten. Hal ini dapat kita lihat di daerah Kabupaten Pandeglang. Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Banten. Kabupaten ini memiliki daerah agraris, rata-rata mata pencaharian penduduk sebagai petani. Kabupaten ini memiliki perda No 10 Tahun 2001 yaitu tentang Reribusi Pasar, Perda ini mengatur 13 Pasar yang ada di Kabupaten Pandeglang. Hanya satu yang menjadi fokus penelitian yaitu hanya Pasar Menes. Pasar Menes merupakan salah satu Pasar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, secara khusus dikelola oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang, alasan peneliti memilih Pasar Menes sebagai objek penelitian adalah Peneliti melihat bahwa Pasar Menes memiliki potensi yang cukup waktu untuk dinilai atau dievaluasi suatu kebijakannya dalam hal Retribusi Pasar yang kemudian dituangkan dalam peraturan daerah Kabupaten Pandeglang No. 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar. Pasar adalah suatu unit usaha yang memiliki peran strategis atas jalannya jaringan distribusi dari produsen ke konsumen yang membutuhkan suatu produk. Dengan demikian Pasar dapat dikatakan sebagai penyedia langsung kebutuhan harian masyarakat, dan berbagai interaksi di dalamnya yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat (pedagang dan pembeli).

(19)

memanfaatkan fasilitas Pasar Menes. Penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes kabupaten Pandeglang. Peneliti hanya memusatkan penelitiannya hanya pada Pasar Menes yang terletak di jalan Alun-alun barat Menes Desa Purwaraja Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang

(20)

tarif retribusi yang lebih tinggi. Dengan cara ini secara bertahap akan dapat ditegakan keadilan social yang merata bagi seluruh masyarakat. Dengan cara ini pula kecemburuan sosial akan dapat dihindari.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari pihak petugas Retribusi Pasar bahwa sistem penyetoran Retribusi Pasar dilakukan setiap hari yaitu senin sampai minggu adapun besar penyetorannya adalah jumlah setoran sebanyak Rp. 200.000,00 per hari. Akan tetapi dimulai pada bulan agustus 2011 target retribusi Pasar Menes meningkat menjadi Rp. 250.000 perhari. “ system penyetoran dilakukan tiap hari yaitu senin – minggu, besar setorannya yaitu sesuai target Rp.200.000 perhari ” (wawancara dengan petugas retribusi Pasar Menes) .

Retribusi Pasar Menes Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu potensi yang harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah Kabupaten Pandeglang. Pada saat peneliti melakukan observasi awal pada bulan Desember Tahun 2010, bahwa masih banyak tempat-tempat jualan yang memenuhi Pasar Menes yang belum dikenakan tarif retribusi seperti pedagang kaki lima. Kurangnya penggalian terhadap potensi Retribusi Pasar tersebut berdampak pada kontribusi penerimaan pendapatan asli daerahnya yang berasal dari Retribusi Pasar yaitu tidak sesuainya jumlah target penerimaan pendapatan dengan Realisasinya berikut dapat kita lihat tabelnya.

Tabel 1.1

LAPORAN PENERIMAAN PENDAPATAN DAERAH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN PASAR

(21)

NO URAIAN TARGET REALISASI KET

1 2 3 4 5

1 RETRIBUSI SALAR

PASAR

450.985.000 374.225.000

2 RETRIBUSI SEWA

TANAH

50.000.000 42.232.800

3 RETRIBUSI TDP 24.900.000 24.100.000

4 REVOLVING / PUGEL 120.000.000 -

JUMLAH 645.885.000 440.648.800

Sumber : LAPORAN PENERIMAAN PENDAPATAN DAERAH DISPERINDAGPAS KAB PANDEGLANG TAHUN 2010

Tabel I.2

Target dan Realisasi Retribusi pelayanan pasar Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 s/d semester 1 Tahun 2010

No Tahun Target Realisasi

1 2005 436.554.000 359.177.900

2 2006 400.000.000 233.354.600

3 2007 400.000.000 378.295.000

4 2008 450.985.000 428.551.000

5 2009 450.985.000 478.507.000

6 2010 450.985.000 246.336.000

(22)

Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa Retribusi Pasar di Pasar Menes ini memiliki permasalahan diantaranya sebagai berikut :

Pertama berdasarkan tabel diatas yang dapat kita lihat bahwa jumlah target pendapatan yang tidak sesuai dengan realisasinya merupakan suatu permasalahan dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Untuk Pasar Menes yaitu tidak sesuainya jumlah penarikan Retribusi Pasar perhari yang hanya Rp 200.000,- dengan banyaknya jumlah kios yang ada di Pasar Menes sebanyak 252 kios dan dengan penambahan mobil Box barang serta Wc umum yang dikenakan tarif Retribusi. Hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi yang terjalin antara pelaksana retribusi atau petugas retribusi dengan wajib retribusi. ( masalah tersebut terlihat pada saat peneliti melakukan observasi awal di Pasar Menes )

Kedua yaitu terbatasnya informasi yang diberikan wajib retribusi mengenai retribusi Pasar baik prosedur pembayaran, serta sanksi-sanksi yang mengikat didalamnya. ( masalah tersebut muncul ketika peneliti melakukan wawancara dengan Petugas retribusi Pasar Menes )

(23)

tercapainya target retribusi perhari. ( masalah tersebut muncul ketika peneliti melakukan wawancara dengan Petugas retribusi Pasar Menes )

Keempat kurangnya sarana yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam penarikan Retribusi Pasar yaitu kantor Pasar Menes sampai pada saat ini belum memilki teknologi seperti peralatan komputer yang seharusnya ada. padahal komputer sangat memiliki kegunaan untuk pengimputan data atau laporan hasil Retribusi. Jadi sarana yang harusnya disediakan karena cukup penting keberadaannya sampai saat ini belum tersedia dengan lengkap pada pelaksanaan kebijakan ini. Padahal kegunaan komputer cukup penting untuk memudahkan dalam penginputan data harian, bulanan dan tahunan bahkan untuk perbandingan tahun kemarin dengan tahun sekarang. Kantor Pasar Menes ini hanya memiliki satu buah mesin tik dan kondisi ruangan yang sangat kumuh. ( masalah tersebut terlihat pada saat Peneliti melakukan observasi awal ke Kantor Pasar Menes )

Kelima Masih rendahnya sumber daya manusia di Kantor Pasar Menes

(24)

Berdasarkan permasalahan permasalahan diatas peneliti tertarik dalam penelitian tentang Evaluasi kebijakan Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang dan penelitian ini hanya di fokuskan pada Pasar Menes Kabupaten Pandeglang oleh karena itu penelitian ini diberi judul “ Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar Di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang”

1.2. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi di lapangan diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan hal, yaitu :

1. Bahwa jumlah target pendapatan yang tidak sesuai dengan realisasinya merupakan suatu permasalahan dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Untuk pasar Menes yaitu tidak sesuainya jumlah penarikan Retribusi pasar perhari yang hanya Rp 200.000,- dengan banyaknya jumlah kios yang ada dipasar menes sebanyak 252 kios dan dengan penambahan mobil Box barang serta Wc umum yang dikenakan tarif Retribusi. Hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi yang terjalin antara pelaksana retribusi atau petugas retribusi dengan wajib retribusi.

(25)

3. Kurangnya dukungan dari wajib retribusi, ada kalanya wajib retribusi sengaja tidak membayar atau mengurangi jumlah retribusi yang dibebankan. Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang kaki lima yang ada di pasar menes yang seharusnya dikenakan tarif retribusi, cenderung banyak yang tidak membayar dengan alasan karena pendapatanya yang sedikit diantaranya ada pedagang makanan, pedagang maninan anak-anak, pedagang buah-buahan, pedagang sayuran dan lain-lain sehingga tidak tercapainya target retribusi perhari.

4. Kurangnya sarana yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam penarikan Retribusi Pasar yaitu kantor Pasar Menes sampai pada saat ini belum memilki teknologi seperti peralatan komputer yang seharusnya ada. padahal komputer sangat memiliki kegunaan untuk pengimputan data atau laporan hasil Retribusi. Jadi sarana yang harusnya disediakan karena cukup penting keberadaannya sampai saat ini belum tersedia dengan lengkap pada pelaksanaan kebijakan ini. Padahal kegunaan komputer cukup penting untuk memudahkan dalam penginputan data harian, bulanan dan tahunan bahkan untuk perbandingan tahun kemarin dengan tahun sekarang. Kantor Pasar Menes ini hanya memiliki satu buah mesin tik dan kondisi ruangan yang sangat kumuh.

(26)

yang belum banyak mengetahui tentang bagaimana pengelolaan Retribusi Pasar di Pasar Menes Pandeglang, dan banyak pegawai yang belum mengetahui isi Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar.

. 1.2.2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada Evaluasi pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada pendahuluan dimuka dan dengan memperhatikan fokus penelitian pada batasan masalah, maka ada beberapa hal yang menjadi kajian peneliti yaitu ” bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes kabupaten Pandeglang ”.

1.4. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian harus ditentukan tentang tujuan yang ingin dicapai sebab tanpa adanya tujuan yang jelas dan tegas maka seorang peneliti akan mengalami kesulitan. Sesuai dengan latar belakang rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu ” Untuk mengevaluasi pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang ” dengan cara melihat target dan realisasi pencapaian pendapatan dari retribusi pasar tersebut.

(27)

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan, karena akan menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan yang ada terutama yang berkaitan dengan evaluasi kebijakan dan Keuangan Daerah (Retribusi Daerah)

b. Selain itu karena penelitian ini tentang studi evaluasi kebijakan dan Keuangan Daerah maka dapat bermanfaat juga untuk pengembangan evaluasi kebijakan dan Keuangan Daerah

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kantor pasar, UPTD bidang pasar DISPERINDAGPAS Kabupaten pandeglang di pasar menes pandeglang dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan evaluasi pelaksanaan perda No 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar di Pasar menes kabupaten Pandeglang.

b. Selain itu, karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti program pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dan juga, karya peneliti ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.

(28)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari ruang lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang lebih spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

(29)

1.2.2 Batasan Masalah

Batasan masalah akan lebih mempersempit masalah yang akan diteliti, sehingga objek penelitian, subjek penelitian, lokus penelitian, hingga periode penelitian secara jelas termuat. 1.3 Perumusan Masalah

Bagian ini, peneliti mengidentifikasi masalah secara implisit secara tepat atas aspek yang akan diteliti seperti terpapar dalam latar belakang masalah dan pembatasan masalah.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan sebelumnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari diadakannya penelitian ini.

1.6 Sistematika Penulisan

(30)

BAB II DESKRIPSI TEORI 2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memeperoleh konsep penelitian yang jelas.

2.2 Kerangka Berpikir

Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori.

2.3 Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi Dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang dipergunakan dalam penelitian. 3.2 Instrumen Penelitian

(31)

3.3 Informan Penelitian

Dalam sub bab ini menjelaskan informan penelitian yang mana akan memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.

3.4 Pengujian Validitas dan Realibilitas Data

Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan sifat data yang diteliti.

3.5 Tempat dan Waktu

Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian dilaksanakan. BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Penjelasan mengenai objek penelitian yang meliputi alokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.

4.2 Hasil Penelitian

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data kualitatif.

4.3 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil penelitian.

(32)

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi. LAMPIRAN

(33)

21 BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.I .Deskripsi Teori

Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. “ Theory is a set of interrelated concepts, assumptions, and generalizations that systematically descriebs and explains regularities

in behavior in organizations”.5

2.1.1 Definisi Kebijakan Publik

Kebijakan publik ( public policy ) bukan hukum atau peraturan semata. Lebih dari itu, kebijakan publik adalah segala hal yang mengatur dan mengikat semua lapisan masyarakat dalam suatu Negara. Maknanya, suatu kebijakan publik bukan untuk membatasi peran dan aktivitas masyarakat tetapi lebih untuk menyelaraskan peran Negara dan masyarakat dalam pencapaian tujuan- tujuan bernegara secara efektif dan efisien.

Menurut kartasasmita kebijakan merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan

1. Apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan) 2. Apa yang menyebabkan dan mempengaruhinya

3. Apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut

Dengan demikian, suatu kebijakan publik erat kaitannya dengan berbagai produk kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintahan

5

(34)

(organisasi sektor publik). Oleh karena tujuan utama keberadaan suatu lembaga pemerintahan berhubungan erat dengan aktivitas dalam memenuhi tujuan-tujuan berbangsa dan bernegara maka disamping untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan (Negara), kebijakan publik juga dimaksudkan untuk mengejar cita-cita dan visi bangsa dalam kerangka strategi pembangunan nasional.

Thomas R Dye menguraikan proses kebijakan publik dalam beberapa tahapan :

a. Identifikasi masalah kebijakan dilakukan melalui identifikasi apa yang menjadi tuntutan ( demands) atas tindakan pemerintah.

b. Penyusunan agenda dilakukan dengan memfokuskan perhatian kepada pejabat publik dan media masa atas hasil keputusan terhadap masalah publik tertentu.

c. Perumusan kebijakan dilakukan pengusulan rumusan kebijakan, dan penyusunan usulan kebijakan melalui organisasi perencanaan kebijakan, kelompok kepentingan, dan birokrasi pemerintah.

d. Pengesahan kebijakan dilakukan melalui tindakan politik oleh partai politik, presiden dan kongres.

e. Implementasi kebijakan dilakukan melalui birokrasi, anggaran public, dan aktifitas agen eksekutif yang terorganisasi.

f. Evaluasi kebijakan dilakukan oleh lembaga pemerintahan, konsultan diluar pemerintahan, pers, dan masyarakat (public).

Sedangkan Menurut Harold Laswell, mendefinisikan bahwa kebijakan publik merupakan suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu dan Carl I Friedrick mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu.6

6

(35)

Definisi berikutnya olah James E. Anderson mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya. Sebagai contoh, ketika pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, terlihat bahwa nilai yang akan dikejar adalah penghormatan terhadap nilai demokrasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Harrold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat7. Sedangkan menurut Carl Fried menyatakan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

7

(36)

Untuk memahami berbagai definisi kebijakan publik, ada baiknya jika kita membahas beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik 8 :

a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis dan financial untuk melakukannya.

b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di masyarakat.

c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu dari kepentingan orang banyak.

d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik juga bisa dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu.

e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor. Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan. Keputusan yang telah dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintah.

Edward III dan Sharkansy mendefinisikan kebijakan publik sebagai “ what government say and do, or not to do. It is the goals or purpose of government programs”. Pendapat senada dikemukakan oleh Riant Nugroho yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah sebagai tokoh sentral kebijakan publik. Menurut Kartasasmita , kebijakan merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan (1) apa yang dilakukan ( atau tdak dilakukan ),

8

(37)

(2) apa yang menyebabkan atau yang mempengaruhinya, serta (3) apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah (public organizations) untuk kepentingan masyarakat melalui berbagai strategi dan program. Dengan demikian, suatu kebijakan publik erat kaitannya dengan berbagai produk kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintahan berhubungan erat dengan aktivitas dalam memenuhi tujuan-tujuan berbangsa dan bernegara maka disamping untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan (negara) , kebijakan publik juga dimaksudkan untuk mengejar cita-cita dan visi bangsa dalam kerangka dan strategi pembangunan nasional.9

Dalam kaitannya dengan definisi-definisi para scholar diatas maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik.

1. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak.

2. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.

4. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang

9

(38)

jelas dalam menangani suatu permasalahan, secara negatif kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.

5. Kebijakan publik paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.10

2.1.2 Tahap – Tahap Kebijakan Publik

Tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut: Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

10

(39)

Evaluasi Kebijakan ( gambar 2.1 )

Tahap – Tahap dalam Kebijakan publik a. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives / policy options) yang ada.

c. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap evaluasi kebijakan

(40)

Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.11

( gambar 2.2 siklus skematik dari Kebijakan Publik )

Dari Gambar tersebut dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai berikut : 1. Terdapat isu atau masalah publik. Disebut isu apabila masalahnya bersifat

strategis, yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa diselesaikan oleh orang-orang, dan harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.

2. Isu ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuuskan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya, termasuk pimpinan negara.

3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh pemerintah, masyarakat, atau pemerintah bersama-sama dengan masyarakat. 4. Namun di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan,

diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru penilaian apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan diimplementasikan dengan baik dan benar pula.

11

(41)

5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh pemanfaat.

6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.

Jadi, tiga pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu : 1. Perumusan kebijakan

2. Implementasi kebijakan 3. Evaluasi kebijakan12

2.1.3 Arti Pentingnya Studi Kebijakan Publik

Tulisan ini akan mengikuti pandangan yang diketengahkan oleh Anderson dan Dye yang telah mengklasifikasikan alasan mempelajari kebijakan publik ini dalam 3 kategori: alasan ilmiah (scientific reason), alasan professional (professional reason) dan alasan politis (political reason).

Dilihat dari sudut alasan ilmiah, maka kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai hakikat dan asal mula kebijakan publik, berikut proses-proses yang mengantarkan perkembangannya serta akibat-akibatnya pada masyarakat. Pada gilirannya hal ini akan meningkatkan pemahaman kita mengenai sistem politik dan masyarakat pada umumnya.

Dilihat dari sudut alasan profesional, maka studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menerapkan pengetahuan ilmiah di bidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-masalah sosial

12

Nugroho Riant, 2004, kebijakan public, formulasi, implementasi dan evaluasi, gramedia,

(42)

hari. Sehubungan dengan ini terkandung suatu pemikiran bahwa apabila kita mengetahui tentang faktor-faktor yang membentuk kebijakan publik, atau akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan tertentu, maka wajar jika kita dapat dapat memberikan sesuatu sumbangan berupa nasihat yang bermanfaat bagaimana agar individu, kelompok, atau pemerintah dapat bertindak sedemikian rupa guna mencapai tujuan kebijakan mereka.

(43)

melalui diskusi atau seminar, persuasi atau tindakan-tindakan politik tertentu, seperti penyampaian petisi atau memorandum.13

Berdasarkan pemaparan diatas Definisi yang dipakai dalam penelitian ini bahwa mempelajari kebijakan publik mempunyai arti yang sangat penting karena: (1) dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, (2) membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik, dan (3) berguna untuk tujuan politik.

2.1.4 Konsep Evaluasi kebijakan

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan suatu kebijakan harus dievaluasi. Untuk mendapat outcome, dan dampak suatu kebijakan sudah tentu diperlukan waktu tertentu, misalnya 5 tahun semenjak kebijakan itu di implementasikan. Sebab kalau evaluasi dilakukan terlalu dini, maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan belum tampak.14

Menurut Lester dan Stewart evaluasi ditujukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah suatu kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan

13

Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implementasi kebijaksanaan Negara.Edisi kedua, cet. 5. Jakarta: bumi Aksara. Hal : 12

14

(44)

dampak yang diinginkan.15 Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut evaluasi kebijakan Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya.sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Evaluasi kebijakan publik acapkali hanya dipahami sebagai evaluasi atas implementasi kebijakan saja, sesungguhnya evaluasi kebijakan publik mempunyai tiga lingkup makna yaitu evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan dan evaluasi lingkungan kebijakan. Oleh karena itu ketiga komponen tersebutlah yang menentukan apakah kebijakan itu akan berhasil guna atau tidak. Evaluasi kebijakan publik berkenaan tidak hanya dengan implementasinya, melainkan berkenaan dengan perumusan, implementasi, dan lingkungan kebijakan publik. Mengikuti William N. Dunn, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment).

Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan. Jadi ini membantu pengambilan kebijakan pada tahap penilaian kebijakan terhadap proses pembuatan kebijakan. Evaluasi tidak hanya menghasilkan kesimpulan Mengenai seberapa jauh

15

(45)

masalah telah terselesaikan , tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan , membantu dalam penyesuaian dan perumusan kembali masalah. 16

Setelah perumusan dan penerapan kebijakan, proses akhir dari satu siklus kebijakan publik adalah pengevaluasian / pengawasan dari pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Secara umum, Evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas penerapan kebijakan publik tersebut bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat secara luas dengan membandingkan antara hasil dengan target / tujuan kebijakan yang telah dicanangkan. Artinya evaluasi dilakukan untuk menilai sejauhmana keberhasilan penerapan dan seberapa besar tingkat kesenjangan antara harapan dan tujuan yang telah dicapai.

Evaluasi kebijakan tidak terbatas pada evaluasi atas implementasi kebijakan itu sendiri, namun mencakup evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan, dan evaluasi lingkungan kebijakan.

Adapun empat fungsi evaluasi kebijakan publik adalah sebagai berikut

1. Eksplanasi, melalui evaluasi diperoleh gambaran realitas

pelaksanaan program sehingga dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai realitas yang diamati.

16

(46)

2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku sudah sesuai standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai ketangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.

4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.

Menurut weiss menyatakan bahwa evaluasi kebijakan publik mengandung beberapa unsur yaitu:

a. Untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan.

b. Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil (outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan standar.

c. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goals) menekankan pada penggunaan kriteria yang jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilaksanakan dengan baik.

(47)

menadatang sebagi tujuan social (the social purpose) dari evaluasi.17

Dari uraian tersebut jelas bahwa evaluasi kebijakan publik harus dapat memberikan informasi objektif mengenai tingkat capaian pelaksanaan kebijakan dalam jangka waktu tertentu, yakni mengenai penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi mengenai tindak lanjut hasil temuan evaluasi guna membuat keputusan dan perbaikan program dimasa yang akan datang. Terkait dengan hasil evaluasi sebagai suatu rekomendasi, Weiss menguraikan alternatif rekomendasi kebijakan, yakni

1. Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan

2. Kebijakan perlu diteruskan, namun perlu diperbaiki baik prosedur maupun penerapannya

3. Perlunya menambah atau mengembangkan strategi dan teknik-teknik program khusus

4. Perlunya menerapakan kebijakan program serupa ditempat lain 5. Perlunya mengalokasikan sumber daya langka diantara program

yang saling berkompetisi

6. Perlunya menolak atau menerima teori atau pendekatan program.

Evaluasi kebijakan secara sederhana, menurut William Dunn berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan. Ketika ia bernilai atau bermanfaat-manfaat bagi penilaian atas penyelesaian masalah, maka hasil tersebut memberikan sumbangan pada tujuan dan sasaran evaluator, secara khusus dan pengguna lainnya secara umum. Hal ini dikatakan bernilai dan bermanfaat manakala fungsi

17

(48)

evaluasi kebijakan memang terpenuhi secara baik. Ada tiga fungsi dari evaluasi yang dapat dijabarkan18:

1. Evaluasi kebijakan harus memberikan informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan.

2. Evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

3. Evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.

Menurut W. N. Dunn, tipe evaluasi kebijakan ada tiga, yaitu: 1. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)

Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (self evident) atau tidak kontroversial.

Dalam evaluasi semu secara khusus diterapkan macam-macam metode untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan sebagai produk dari variabel masukan dan proses.

– rancangan eksperimental-semu, – kuesioner,

– random sampling, – teknik statistik

Setiap kebijakan yang ada diterima begitu saja sebagai tujuan yang tepat. 2. Evaluasi Formal

Evaluasi Formal (Formal Evaluation) merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target yang diumumkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.

18

(49)

Dalam evaluasi formal digunakan berbagai macam metode yang sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik yaitu untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses kebijakan. Perbedaanya adalah bahwa evaluasi formal menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan dari tujuan dan target yang diumumkan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalam evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan adalah efektifitas dan efisiensi. 3. Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoritical Evaluation)

Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoretic Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.

Evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana kinerja nantinya akan di ukur.19

Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator, karena penggunaan indikator yang tunggal akan membahayakan, dalam arti hasil penilainnya dapat bias dari yang sesungguhnya. Indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh William Dunn mencakup enam indikator sebagai berikut20 :

Table 2.1 Kriteria Evaluasi

NO Kriteria Penjelasan

19

Dunn N William, 2000, pengantar analisis kebijakan publik, UGM PRESS Hal: 613

20 Dunn N William, 2000

(50)

1 Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai? 2 Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan?

3 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dalam memecahkan masalah?

4 Pemerataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda?

5 Responsifitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi/ nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka?

6 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

Dunn memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria evaluasi antaralain :

1. Efektifitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu altertanif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

2. Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu.

3. Kecukupan (adequency) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

4. Kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat, misalnya kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan kesempatan pendidikan.

5. Responsivitas (responsiviness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Seperti halnya menjawab pertanyaan bagaimana kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

6. Ketepatan (apporopriateness) merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.

Menurut Finsterbusch dan untuk melakukan evaluasi terhadap Program yang diimplementasikan ada beberapa metode evaluasi yakni :

(51)

2. Single program before – after

3. Comparative after – only

4. Comparative before – after

Evaluator menggunakan kelompok kontrol disamping kelompok sasaran. Yang dimaksud dengan kelompok sasaran adalah kelompok yang mendapat program atau dikenai kebijakan. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapat program tetapi memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama dengan kelompok sasaran. Evaluator juga dapat membandingkan kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakannya suatu program, atau hanya melihat kondisi setelah suatu program dilaksanakan. Masing – masing jenis evaluasi tersebut akan menghasilkan jenis informasi dan data yang berbeda. 21

Tabel 2.2 Empat jenis Evaluasi

Jenis evaluasi Pengukuran kondisi Kelompok kontrol

(52)

before- after terhadap kelompok sasaran dan

kelompok kontrol Sumber : Finsterbusch dan Motz, 1980 : 140

Dari berbagai macam pendapat diatas peneliti simpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui

outcome atau dampak dari suatu kebijakan serta untuk mengetahui

kegagalan atau keberhasilan dari suatu kebijakan yang telah dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Evaluasi dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu minimal lima tahun setelah kebijakan itu dilaksanakan. Sebab kalau evaluasi dilakukan terlalu dini, maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan belum tampak.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori dari William N Dunn ( 2000 ) mengenai kriteria evaluasi yang dikembangkan yaitu mencakup enam indikator diantaranya adalah : efektifitas, efisiensi, kecukupan, pemertaaan, responsifitas dan ketepatan. Selain itu, peneliti juga menggunakan metode evaluasi menurut Finsterbusch dan motz ( 1980 : 140 ) untuk melakukan evaluasi terhadap program yang dilaksanakan ada beberapa metode evaluasi, yakni : single program after- only, single program before – after, comparative after –

(53)

2.1.5 Tujuan Evaluasi Kebijakan Publik Evaluasi bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran. 3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang

mungkin terjadi di luar rencana (externalities).22 Selain itu tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Tugas ini merujuk pada usaha untuk apakah program kebijakan publik mencapai tujuan/ dampak yang diinginkan atau tidak. Bila tidak, faktor-faktor apa yang menjadi penyebabnya?

2. Menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas ini pada dasarnya berkait erat dengan tugas pertama. Setelah kita mengetahui konsekuensi-konsekuensi melalui penggambaran dampak kebijakan publik, maka kita dapat mengetahui apakah program kebijakan yang dijalankan telah sesuai atau tidak dengan dampak yang diinginkan?

3. untuk mengetahui hasil dan dampak kebijakan

4. untuk mengetahui komponen-komponen dan instrumen-instrumen yang memiliki kontribusi terhadap munculnya berbagai hasil dan dampak di atas. 2.1.6 Konsep Retribusi daerah

2.1.6.1 Pengertian dan ciri Retribusi daerah

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut .

22

(54)

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah. c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas

jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayara yang dilakukannya.

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.23

2.1.6.2 Objek Retribusi Daerah

Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 18 ayat 1 menentukan bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Jasa tertentu tersebut dikelompokan kedalam tiga golongan yaitu jasa umum, jasa usaha, dan jasa perizinan tertentu. Hal ini membuat objek retribusi terdiri dari tiga kelompok jasa sebagaimana disebut dibawah ini.

a.Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b.Jasa usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector swasta.

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.24

23

Siahaan Marihot P, 2008, Pajak Daerah & Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada , Jakarta hal 5-7

24

(55)

2.1.6.3 Golongan Retribusi Daerah

Berdasarkan kelompok jasa yang menjadi objek retribusi daerah dapat pula dilakukan penggolongan retribusi daerah. Sesuai undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 18 ayat 2 retribusi daerah dibagi atas tiga golongan yaitu

a. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Retribusi jasa usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector swasta.

c. Retribusi perizinan tertentu, yaitu atas jasa kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.25

2.1.6.4 Pengertian dan Perhitungan Potensi Retribusi Pasar Ditinjau dari jenis retribusinya, retribusi pasar merupakan retribusi jasa umum. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah, untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi pasar di Pasar Menes adalah pungutan yang dilakukan atau dikenakan pada setiap pedagang yang memanfaatkan fasilitas Pasar Menes. Cara menghitung retribusi yaitu besarnya retribusi daerah yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa yang

25

(56)

bersangkutan dihitung dari perkalian antara tarif retribusi dan tingkat penggunaan jasa.

Tabel 2.3

Daftar Besarnya pungutan retribusi per bulan

NO Pasar kelas Besarnya tarif Tingkat penggunaan

Sumber :Rancangan Penelitian tahun 2010- 2011

2.2 Kerangka Berpikir

(57)

Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka peneliti membuat kerangka berpikir yang berangkat dari landasan teori. Dengan diberlakukanya Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar, maka peneliti membuat suatu penelitian tentang Evaluasi pelaksanaan Perda No 10 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pasar di Pasar Menes Kabupaten Pandeglang karena peneliti melihat bahwa kebijakan tersebut tingkat kinerjanya harus dinilai untuk mengetahui outcome dan keberhasilan dari suatu kebijakan tersebut karena peneliti beranggapan kebijakan tersebut sudah cukup waktu untuk dievaluasi.

Gambar

Tabel I.2 Target dan Realisasi Retribusi pelayanan pasar Kabupaten Pandeglang
Tabel 2.2 Empat jenis Evaluasi
Tabel 2.3 Daftar Besarnya pungutan retribusi per bulan
Gambar 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini bertujuan untuk mengoptimalkan dan meningkatkan penerapan ISP Code serta pemahaman suatu Kode Keamanan yaitu ISPS Code di MV CTP FORTUNE serta untuk

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan (1) Peran dan Strategi PPKBD dan Sub PPKBD di dalam melaksanakan sosialisasi Program KB di Tirtomulyo Kecamatan Plantungan

Pengaruh Penambahan Sari Anggur (Vitis Vinifera L.) Dan Penstabil Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Es Krim. Jurnal Pangan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang banyak menginap di Hotel Furaya Pekanbaru adalah responden yang pekerjaannya adalah pegawai negeri sipil dikarenakan perjalanan

Dari sembilan jenis tersebut kecuali kelapa dan jak (nangka) yang belum diketahui sebagai inang sekunder cendana, sedangkan tujuh jenis yang lain yaitu; ata,

Suasana yang baik dapat dilihat juga dari tempat yang nyaman bau, musik yang santai atau sesuai dengan suasana hati, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak konsumen lebih

Untuk memecahkan permasalahan permintaan yang tidak pasti, metode Brown exponential smoothing dan metode dekomposisi dapat digunakan sebagai solusi untuk

Menurut Mirza (2012) pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, yang berarti pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi maka akan meningkatkan