• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. bendahara SKPD diatas 1 tahun. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. bendahara SKPD diatas 1 tahun. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

40 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Responden

Responden penelitian adalah bendahara penerimaan dan pengeluaran SKPD pada Pemerintah Kabupaten Tabanan yang sudah melaksanakan tugas sebagai bendahara SKPD diatas 1 tahun. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Pebruari 2015. Terdapat 51 responden dalam penelitian, data diperoleh melalui teknik kuesioner dengan metode pick up survey. Pengiriman kuesioner diantar langsung kepada responden, waktu pengiriman kuesioner 5 hari kerja dengan rentang waktu pengisian kuesioner adalah 10 hari kerja. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Prosentase

Kuesioner yang disebar 51 100%

Kuesioner yang kembali 51 100%

Kuesioner yang digunakan 51 100%

Sumber : data diolah, 2015

Responden diminta untuk mengisi identitas pribadi yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir. Rincian mengenai profil responden disajikan pada Tabel 5.2.

(2)

41

Tabel 5.2 Profil Responden

Keterangan Jumlah Persentase

Umur 21 - 35 Tahun 18 33,29 36 - 45 Tahun 23 45,10 > 46 Tahun 10 19,61 51 100,00 Jenis Kelamin Laki-Laki 19 37,25 Wanita 32 62,75 51 100,00 Pendidikan SMA 16 31,37 D3 6 11,76 S-1 29 56,87 51 100,00

Sumber: data diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 5.2 terlihat bahwa dari 51 responden, terdiri dari 19 responden (37,25%) laki-laki dan 32 responden (62,75%) wanita. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komposisi responden penelitian ini sebagian besar didominasi oleh wanita. Dilihat dari usia sebanyak 18 responden (35,29%) berusia 21-35 tahun sebanyak 23 responden (45,10%) berusia 36-45 tahun, dan 10 responden (19,61%) berusia di atas 46 tahun. Mengacu dari distribusi usia responden tersebut maka dapat disimpulkan bahwa responden penelitian ini didominasi oleh responden yang berusia 36-45 tahun. Responden berpendidikan SMA/sederajat adalah 16 responden (31,37%), diploma (D3) adalah 6 responden (11,76%) dan sarjana (S1) sebanyak 29 responden (56,87%), gambaran ini menunjukkan bahwa responden penelitian ini didominasi oleh responden dengan pendidikan sarjana (S1).

(3)

42

5.2 Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut valid, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor tiap-tiap butir pernyataan dengan skor total kuesioner tersebut. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi antar skor dimana korelasinya harus positif dan bernilai > 0,3, maka indikator yang bersangkutan dianggap valid.

Hasil uji validitas menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) pada seluruh variabel lebih besar dari 0,3 dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai Cronbach’s

Alpha yang lebih besar dari 0,7. Jadi berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 5.3, dapat diinterpretasikan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas dan reliabilitas ini disajikan pada Tabel 5.3 berikut :

(4)

43

Tabel 5.3

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Indikator Uji Validitas

Uji Reliabilitas Koefisien Korelasi (r) Nilai Signifikansi Cronbach's Alpha Pelatihan (X2) X2.1 0,838 0,000 0,889 X2.2 0,722 0,000 X2.3 0,835 0,000 X2.4 0,919 0,000 X2.5 0,850 0,000 Motivasi (X3) X3.1 0,730 0,000 0,795 X3.2 0,684 0,000 X3.3 0,835 0,000 X3.4 0,806 0,000 X3.5 0,730 0,000 X3.6 0,888 0,000 X3.7 0,894 0,000 X3.8 0,804 0,000 X3.9 0,850 0,000 X3.11 0,816 0,000 X3.12 0,825 0,000 X3.13 0,887 0,000 X3.14 0,797 0,000 Kinerja Bendahara SKPD (Y) Y1 0,753 0,000 0,836 Y2 0,589 0,000 Y3 0,835 0,000 Y4 0,740 0,000 Y5 0,900 0,000 Y6 0,833 0,000 Y7 0,795 0,000 Y8 0,852 0,000 Y9 0,836 0,000 Y10 0,866 0,000 Y11 0,784 0,000 Y12 0,804 0,000 Y13 0,748 0,000 Y14 0,802 0,000 Y15 0,914 0,000 Y16 0,921 0,000

(5)

44

5.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini terdiri dari pendidikan, pelatihan, motivasi dan kinerja bendahara SKPD. Kecenderungan dan variasi dari variabel-variabel bebas dapat ditentukan berdasarkan distribusi frekuensi (Lampiran 6). Penentuan distribusi frekuensi didasarkan pada nilai intervalnya, dimana untuk memperoleh distribusi tersebut terlebih dahulu harus ditentukan nilai intervalnya dengan formulasi (Santoso, 2011) sebagai berikut:

kelas

jumlah

terendah

nilai

tertinggi

Nilai

Interval

Skor untuk masing-masing alternatif jawaban dari variabel penelitian telah ditentukan dengan nilai minimal 1 dan maksimal 5, maka interval dapat dihitung sebagai berikut:

8

,

0

5

1

-5

Interval

Untuk mengetahui kondisi variabel-variabel penelitian secara menyeluruh akan dilihat dari rata-rata skor dengan kriteria sebagai berikut:

1,00 – 1,80 = sangat tidak baik 1,80 – 2,60 = tidak baik

2,60 – 3,40 = cukup baik 3,40 – 4,20 = baik 4,20 – 5,00 = sangat baik

Berdasarkan kriteria tersebut, berikut disajikan rata-rata distribusi frekuensi jawaban responden pada Tabel 5.3a berikut:

(6)

45

Tabel 5.3a

Rata-Rata Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Variabel Jumlah Pernyataan Rata-Rata Skor

Pelatihan (X2) 5 butir 4,15

Motivasi (X3) 13 butir 3,80

Kinerja (Y) 16 butir 3,66

Sumber: Lampiran 4b

Tabel 5.3a menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1) Variabel pelatihan dengan 5 butir pernyataan dengan distribusi frekuensi rata-rata penilaian responden sebesar 4,15. Ini berarti bahwa jawaban penilaian responden terhadap pelatihan tergolong baik.

2) Variabel motivasi dengan 13 butir pernyataan dengan distribusi frekuensi rata-rata penilaian responden sebesar 3,80. Hal ini menunjukkan bahwa jawaban penilaian responden atas variabel motivasi tergolong baik.

3) Variabel kinerja dengan 16 butir pernyataan dengan distribusi frekuensi rata-rata penilaian responden sebesar 3,66, yang berarti bahwa persepsi responden terhadap kinerja tergolong baik.

5.3 Uji Asumsi Klasik 5.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Pada penelitian ini Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan nilai Kolmogorov-Smirnov. Suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika nilai signifikansi atau nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari nilai

(7)

46

Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2011). Hasil Uji Normalitas disajikan pada Tabel 5.4 sebagai berikut.

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 51

Kolmogorov-Smirnov Z 0,462

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,983

Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan hasil uji normalitas menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,983 (lebih besar dari 0,05). Hal ini mempunyai arti bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian sudah terdistribusi normal.

5.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini, metoda statistik yang digunakan untuk menentukan model regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas yaitu uji Glejser. Hasil uji heterokedastisitas disajikan pada Tabel 5.5 di bawah ini.

(8)

47

Tabel 5.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig t Pendidikan (X1) 0,933 Pelatihan (X2) 0,358 Motivasi (X3) 0,197 Moderat X1*X2 0,957 Moderat X1*X3 0,324 Sumber: Lampiran 7

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu Absolut Residual (Absres). Ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi thitung yang kesemuanya lebih besar dari alpha (α = 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan gejala heterokedastisitas.

5.4 Analisis Regresi

5.4.1 Regresi Linear Sederhana

Hasil analisis regresi linear sederhana disajikan pada Tabel 5.6 di bawah ini. Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa besarnya nilai R Square adalah 0,210 yang berarti sebesar 0,210 atau (21 persen) variabel terikat yaitu kinerja bendahara SKPD dipengaruhi oleh variabel bebas pendidikan, sedangkan sisanya sebesar 79 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Uji F menghasilkan nilai Fhitung sebesar 13,016 dengan signifikansi 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan α = 0,05 (α = 5 persen). Dengan demikian model penelitian yang digunakan layak dan pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan. Nilai koefisien

(9)

48

regresi variabel pendidikan (X1) sebesar 2,584 sehingga persamaan regresinya sebagai berikut: Y = 20,559 + 2,584 X1 + e.

Tabel 5.6

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Variabel Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) 20,599 10,555 1,948 0,057 Pendidikan (X1) 2,584 0,716 0,458 3,608 0,001 F 13,016 Sig F 0,001 R Square 0,210 Adjusted R Square 0,194 Sumber : Lampiran 8 5.4.2 Regresi Moderasi

Hasil analisis moderasi ditampilkan pada Tabel 5.7 di bawah ini. Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Adjusted R square

sebesar 0,830 yang berarti 83 persen variabel terikat kinerja bendahara SKPD dapat dijelaskan oleh variabel pendidikan yang dimoderasi oleh pelatihan dan motivasi sedangkan sisanya 17 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Uji F menghasilkan Fhitung sebesar 49,905 dengan signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (α = 5 persen), yang berarti bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini telah layak (fit). Dengan demikian model penelitian yang digunakan layak dan pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan.

(10)

49

Tabel 5.7

Hasil Analisis Moderasi

Variabel Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) 50,199 5,730 8,760 0,000 Pendidikan (X1) -3,210 0,639 -0,569 -5,022 0,000 Pelatihan (X2) 1,847 0,812 0,165 2,275 0,028 Motivasi (X3) 0,004 0,009 0,058 0,388 0,700 X1*X2 0,039 0,017 0,313 2,270 0,028 X1*X3 0,048 0,010 0,878 4,924 0,000 F 49,905 Sig. F 0,000 R Square 0,847 Adjusted R Square 0,830 Sumber: Lampiran 9

Berdasarkan hasil análisis uji interaksi (MRA) yang ditunjukkan pada Tabel 5.7 didapat konstanta sebesar 50,199, nilai koefisien regresi moderat pendidikan (X1) dan pelatihan (X2) sebesar 0,039 dan nilai koefisien regresi moderat pendidikan (X1) dan motivasi (X3) sebesar 0,048 sehingga persamaan regresinya sebagai berikut.

Y = 50,199 – 3,210 X1 + 1,847 X2 + 0,004 X3 + 0,039 X1X2 + 0,048 X1X3 + e

Koefisien regresi variabel interaksi antara pendidikan dengan pelatihan sebesar 0,039, ini berarti variabel pelatihan sebagai variabel moderasi menguatkan pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD sebesar 0,039. Demikian juga koefisien regresi variabel interaksi antara pendidikan dengan motivasi sebesar

(11)

50

0,048, hal ini berarti bahwa variabel motivasi sebagai variabel moderasi menguatkan pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD sebesar 0,048. Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis 2 dan 3 yang menyatakan bahwa pelatihan dan motivasi memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD.

5.5 Pembahasan

5.5.1 Pengaruh Pendidikan pada Kinerja Bendahara

Hipotesis pertama menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh positif pada kinerja bendahara SKPD. Setelah hipotesis ini diuji, hasilnya menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja bendahara SKPD. Hal ini ditunjukkan dengan thitung variabel pendidikan adalah sebesar 3,608 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang nilainya lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditetapkan (α=0,05).

Hasil pengujian hipotesis tersebut mendukung hipotesis bahwa semakin tinggi pendidikan yang dicapai, semakin luas pengetahuan dan keterampilan teknis yang didapat, sehingga dapat meningkatkan kinerja bendahara SKPD. Teori pembelajaran menyatakan bahwa pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen yang bisa diperoleh melalui pendidikan formal. Hasil pengujian hipotesis penelitian ini konsisten dengan penelitian Sedarmayanti (2003) yang menyatakan bahwa pendidikan yang tinggi meningkatkan kinerja pegawai, semakin tinggi pendidikan maka semakin efisien pegawai dalam bekerja. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Sudantra (2006),

(12)

51

Nuhaa (2008), Pelitawati (2012), Pakpahan dkk. (2014) dan Irdianto (2014) secara empiris membuktikan bahwa pendidikan berpengaruh pada kinerja pegawai.

Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2009) yang menyatakan pendidikan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja pegawai, Wirama (2010), Widodo (2013) dan Muttaqin dkk. (2014) menyatakan pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai.

5.5.2 Peran Pelatihan dalam memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara

Hipotesis kedua menyatakan bahwa pelatihan memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD. Setelah hipotesis ini diuji, hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD. Hal ini ditunjukkan dengan thitung variabel pelatihan memoderasi pendidikan pada kinerja bendahara adalah sebesar 2,270 dengan nilai signifikansi sebesar 0,028 yang nilainya lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditetapkan (α=0,05). Sehingga hipotesis kedua diterima yakni pelatihan mampu memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara.

Hasil pengujian hipotesis tersebut mendukung pendapat yang dikemukakan Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa pelatihan dapat meningkatkan keterampilan pegawai baik secara horisontal maupun vertikal. Hasil pengujian hipotesis ini juga konsisten dengan penelitian Hamid, et al (2011) yang menyimpulkan bahwa pegawai adalah sumber daya berharga organisasi dimana pengembangan pegawai dilakukan dengan pembelajaran, peningkatan keterampilan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Lubis (2008), Suryantari

(13)

52

(2012) dalam penelitiannya membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Sultana, et al (2012) dalam penelitiannya menyatakan pelatihan merupakan elemen kunci untuk meningkatkan kinerja pegawai. Firdaus (2013) yang menyatakan bahwa pelatihan memoderasi pengaruh pendidikan terhadap kinerja pegawai.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2010), Silvia (2013) dan Wulanda (2013) yang menyatakan bahwa pelatihan tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai dan penelitian Damayanti (2010) yang menyatakan bahwa pelatihan tidak memperkuat hubungan pendidikan dengan kecerdasan emosional.

5.5.3 Peran motivasi dalam memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa motivasi mampu memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD. Setelah hipotesis ini diuji, hasilnya menunjukkan bahwa motivasi memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD. Hal ini ditunjukkan dengan thitung variabel motivasi memoderasi pendidikan pada kinerja bendahara adalah sebesar 4,924 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditetapkan (α=0,05). Sehingga hipotesis ketiga diterima yakni motivasi mampu memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara.

Hasil pengujian hipotesis ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Suantara (2014) yang menyatakan bahwa motivasi mampu memoderasi pengaruh independensi dan pengalaman kerja terhadap efektivitas sistem pengendalian internal, Pamutri (2010) yang menyatakan variabel motivasi memoderasi

(14)

53

hubungan komitmen organisasi dan komitmen profesional terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Wijayanto (2013) menyatakan bahwa motivasi tidak memoderasi kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai, dan tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Ernawati (2012) yang menyatakan bahwa motivasi tidak mampu berperan sebagai pemoderasi dalam hubungan antara pendidikan dan kinerja pegawai dan penelitian Poerwati (2011) yang menyatakan bahwa motivasi tidak memoderasi pengaruh penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial.

Gambar

Tabel 5.2  Profil Responden

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Wijayanto (2013) yang menyatakan ada pengaruh positif dan dominan terhadap prestasi kerja atau kepuasan kerja dan

Sedangkan menurut Mitra pada buku tersebut dan pada halaman yang sama, bahwa inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau dengan kata lain

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulan bahwa titik miquel yang berlaku pada sebuah segitiga, ternyata dapat dikembangkan pada sebuah segilima yang

Stock footages dapat berupa gambar, video (video hasil shooting / video jadi pada konten Kamus Ustadz yang lain, video animasi, dan video motion graphics) maupun

Praktik mengajar terbimbing adalah praktik mengajar dimana praktikan masih mendapat arahan saat proses pembuatan komponen pembelajaran oleh guru pembimbing yang

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik Sungai Siak tidak layak digunakan untuk pemanfaatan kebutuhan keluarga dan hanya bisa dimanfaatakan

1) Mutu produkatau jasa, yaitu mengenai mutu produk atau jasa yang lebih bermutu dilihat dari fisiknya. 2) Mutu pelayanan, berbagai jenis layanan selalu dikritik

Judul Proposal : APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA) SEBAGAI KEMOPREVENSI ALAMIAH TUMOR KULIT PADA MENCIT ALBINO SETELAH DIINDUKSI