• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemurnian protease dari daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemurnian protease dari daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PEMURNIAN PROTEASE DARI DAUN

MENGKUDU (

Morinda citrifolia

L.)

ELFI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “Pemurnian

Protease dari Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)”, adalah benar

merupakan karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2011

(4)
(5)

ABSTRACT

ELFI. Purification of Proteases from Noni (Morinda citrifolia L.) Leaves. Under guidance of NURI ANDARWULAN and DAHRUL SYAH

It has been proved that protease could tenderize meat and octopuses. One of the protease sources is noni (Morinda citrifolias L.) leaves. Yet, the study of proteases in noni leaves has not been reported. The research was aimed to characterize physic and chemistry of noni leaves and purify the protease of noni leaves both from base and shoot part.

The physic and chemistry characterization of noni leaves was done by observation and proximate analysis, respectively. The purification of noni leaves proteases was conducted by several steps consisting of extraction, centrifugation, precipitation using saturated ammonium sulfate (100%), dialysis and electrophoresis also zymography.

The noni leaves used in this research have facing position, large and thick size, single, flat edge, pinnate veins, green-shiny color, and hairless. Base leaves are dark green dan shoot leaves are light green. The proximate analysis showed that the protein content of base noni leaves (2.92%dry base) was lower than shoot leaves (2.98% dry base). Purification of noni leaves proteases showed that the crude extract of base leaves had higher enzyme specific activity (0.46U/mg protein) than the crude extract of shoot leaves (0.43U/mg protein). Protein content of base leaves (11.29%) was lower than the other (11.47%). Noni leaves purification steps decreased protease specific activity. SDS-PAGE of shoot and base leaves dialysates showed the polypeptides molecular weights were 58-61.5kDa and 70kDa respectively; whereas zymogram showed the molecular weight of the enzymes are 39kDa and 50kDa.

(6)
(7)

RINGKASAN

ELFI. Pemurnian Protease dari Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Dibimbing oleh NURI ANDARWULAN dan DAHRUL SYAH.

Daun mengkudu telah digunakan secara tradisional untuk mengempukkan daging dan gurita. Sama halnya dengan penggunaan daun papaya untuk mengempukkan daging. Penelitian telah membuktikan bahwa aktifitas pengempukan daging berkaitan dengan aktifitas enzim protease. Selama ini penelitian protease pada daun mengkudu belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk memurnikan protease dari daun mengkudu dari dua tingkat ketuaan yang berbeda yaitu daun pangkal yang berwarna hijau tua dan daun pucuk yang berwarna hijau agak muda, mengetahui aktifitas protease dan kadar protein serta bobot molekul enzim protease yang dimurnikan.

Tahap pertama adalah mengkarakterisasi daun mengkudu baik sifat fisik (pengamatan) maupun kimia (analisa proksimat). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daun mengkudu terletak berhadapan, ukuran daun besar, tebal dan tunggal, tepi daun rata, urat daun menyirip dan warna hijau mengkilap serta tidak berbulu. Hasil analisa proksimat menunjukkan bahwa kadar protein daun pucuk sebesar 2.98% (db) lebih besar dari kadar protein daun pangkal sebesar 2.92% (db).

Tahap kedua adalah memurnikan protease pada daun mengkudu. Pemurnian protease daun mengkudu dilakukan dengan cara ekstraksi, sentrifugasi, pengendapan protein (enzim) dan elektroforesis (SDS-PAGE) dan Zymografi. Setiap tahap pemurnian dilakukan pada suhu dingin (4-6oC). Ekstraksi daun mengkudu dilakukan menggunakan blender dengan penambahan buffer asetat yang mengandung EDTA, polivinilpirolidon (PVP K30), β-merkaptoetanol dan gliserol. Ekstrak daun mengkudu kemudian disaring dan disentrifus sehingga didapatkan ekstrak kasar. Ekstrak kasar ditambah silika 1.4% dan disentrifus sehingga didapatkan ekstrak silika. Ekstrak silika yang diperoleh diendapkan menggunakan ammonium sulfat 100% jenuh dan dilanjutkan dengan dialisis menggunakan membran selulosa ber-MWCO 12kDa. Dialisat protein dipisahkan dengan SDS-PAGE dan diwarnai dengan comassie brilliant blue dan protease dipisahkan dengan zimografi (SDS-PAGE dengan kasein sebagai substrat enzim) dan juga diwarnai dengan comassie brilliant blue. Analisa kadar protein dan aktiftas proteolitik enzim dilakukan pada setiap tahap pemurnian.

(8)

Analisis SDS-PAGE pada dialisat daun mengkudu (daun pangkal dan daun pucuk) menunjukkan beberapa pita protein berukuran 58-61.5 kDa dan 70 kDa dan analisis zimogram pada dialisat (daun pangkal dan daun pucuk) menunjukkan beberapa pita enzim berberat molekul 29 kDa dan 50 kDa.

Kemiripan penggunaan papain (daun papaya) dan daun mengkudu sebagai pengempuk daging dan penyembuh luka, diduga protease daun mengkudu sama dengan papain dan bromelain yaitu termasuk protease sistein.

(9)

©

Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya,

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(10)
(11)

PEMURNIAN PROTEASE DARI DAUN

MENGKUDU (

Morinda citrifolia

L.)

ELFI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program studi Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul : Pemurnian Protease dari Daun Mengkudu (Morinda citrifoliaL.)

Nama : Elfi

NRP : F251070221

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M. Si. Ketua

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pangan

Dr. Ir. Ratih Dewanti Hariyadi, M.Sc.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.

(14)
(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya

sehingga penulis dapatmenyelesaikan tesis yang berjudul “Pemurnian Protease

dari Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)”. Pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Suami: Jimmi Anka, anak-anak, Apa, Amak(alm), mertua (alm) dan

adik-adik serta seluruh keluarga besar untuk segala doa, dukungan materil dan

immaterial yang tiada henti.

2. Dr. Ir. Nuri Andarwulan M.Si. dan Dr. Ir. Darul Syah M.Sc. selaku komisi

pembimbing atas waktu, perhatian, pikiran, dan motivasi yang diberikan

selama pembimbingan dalam menyelesaikan program magister di IPB.

3. Dr. Didah Nur Faridah, STP. MSi. atas kesediaannya sebagai dosen penguji

luar komisi.

4. Bapak Sawaludin atas hibah PVPP untuk penelitian

5. SEAFAST CENTRE IPB atas bantuan dana penelitian dan fasilitas untuk

melakukan penelitian

6. Dwi Ishartani sebagai teman seperjuangan baik suka maupun duka selama

penyusunan proposal, penelitian maupun penyusunan tesis

7. Abah (Tubagus B) atas pinjaman pH meter, Mba Iceu, Diah, Dian, Rita, Fidi,

Desti dan teman-teman IPN angkatan 2007 atas masukan dan kebersamaan

8. Dila dan “ tahu ranger” (Dita, Viktor dan Yogi) selama di Laboratorarium

Bioteknologi SEAFAST serta segenap teman dan kerabat yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Maret 2011

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi Sumatera Barat pada tanggal 25

September 1975 sebagai putri tertua dari 5 bersaudara dari pasangan Syafri dan

Asniarti (Alm). Tahun 2001 penulis menikah dengan Jimmi Anka dan mempunyai

tiga orang putra (Haritsah S. Y, Ahmad Dzikri F. dan Naufal Khalid S.).

Penulis menyelesaikan pendidikan Srata 1 dari Jurusan Teknologi Pangan

dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB pada tahun 1999. Tahun 2001-2003

penulis berkesempatan menjadi dosen honorer di jurusan Teknologi Pangan dan

Gizi IPB sebagai Penanggung Jawab Praktikum. Pada tahun 2007 penulis

melanjutkan pendidikan Srata 2 pada Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah

Pascasarjana IPB dengan dukungan dana dari suami tercinta. Sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program Ilmu Pangan IPB, penulis

menyelesaikan tesis dengan judul Pemurnian Protease dari Daun Mengkudu

(18)
(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Mengkudu (Morinda citrifoliaL.)... 5

Protease Tumbuhan... 7

Klasifikasi Protease... 8

Pemurnian Enzim... 12

Ekstraksi Enzim ... 12

Pemekatan Enzim... 12

Fraksinasi Enzim... 13

Aplikasi Protease ... 14

Pembuatan keju ... 14

Pengempuk daging ... 15

Penjernih Bir ... 16

Pembuatan Hidrolisa Protein Kedele ... 16

Penyembuh Luka... 16

Terapi untuk Pencernaan dan Kanker ... 16

Terapi Inflamasi danBlood Clotting(Pembekan Darah)... 17

BAHAN DAN METODE ... 19

Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian ... 19

Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Daun Mengkudu ... 20

(20)

Pengamatan... 23

Pendugaan Kelas Protease Mengkudu ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Karakterisasi Daun Mengkudu ... 33

Pemurnian Protease Daun Mengkudu... 34

Penentuan Berat Molekul Protease ... 40

Pendugaan Kelas Protease Daun Mengkudu... 41

SIMPULAN dan SARAN... 45

DAFTAR PUSTAKA... 47

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Mengkudu (mentah) ... 7

Tabel 2. Beberapa Sistein Protease Tanaman ... 10

Tabel 3. Berbagai Serin Protease dari Tumbuhan ... 11

Tabel 4. Pengujian Aktivitas Enzim Metode Bergmeyer dan Grassl (1983).... 27

Tabel 5. Komposisi Gel Pemisah dan Gel Penahan ... 28

Tabel 6. Kadar Proksimat Daun Mengkudu... 33

Tabel 7. Pemurnian Protease pada Daun Mengkudu... 38

(22)
(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon Mengkudu... 6

Gambar 2. Daun Pucuk dan Daun Pangkal ... 20

Gambar 3. Garis Besar Kerja Penelitian... 21

Gambar 4. Diagram Neraca Massa selama Tahapan Pemurnian... 24

Gambar 5. Hasil SDS-PAGE Dialisat Daun Mengkudu... 41

(24)
(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan pereaksi Aktivitas enzim ... 53

Lampiran 2. Pembuatan Pereaksi Bradford ... 54

Lampiran 3. Aktivitas Protease Daun Pucuk Selama Tahapan Pemurnian ... 55

Lampiran 4. Aktivitas Protease Daun Pangkal Selama Tahapan Pemurnian .. 56

Lampiran 5a. Standar BSA untuk Ekstraksi dan Pengendapan Daun Pucuk .... 57

Lampiran 5b. Standar BSA untuk Dialisat Protein Daun Pucuk ... 57

Lampiran 5c. Kadar Protein Daun Pucuk Selama Tahapan Pemurnian... 58

Lampiran 6a. Standar BSA untuk Ekstraksi dan Pengendapan Daun Pangkal . 59

Lampiran 6b. Standar BSA untuk Dialisat Daun Pangkal ... 59

Lampiran 6c. Kadar Protein Daun Pangkal Selama Tahapan Pemurnian ... 60

Lampiran 7. Larutan-Larutan untuk SDS-PAGE dan Zimogram ... 61

Lampiran 8a. Kurva Standar Marker untuk SDS-PAGE... 63

Lampiran 8b. Penentuan Bobot Molekul Protein Daun Pucuk dan Pangkal ... 63

Lampiran 9a. Kurva Standar Marker Zimogram ... 63

Lampiran 9b. Penentuan Bobot Molekul Protease Daun Pucuk dan Pangkal ... 63

Lampiran 10. Pewarnaan Silver Metode Vorum ... 64

Lampiran 11. Neraca Massa Daun Pucuk Selama Tahap Pemurnian ... 65

Lampiran 12. Neraca Massa Daun Pangkal Selama Tahap Pemurnian ... 66

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Makhluk hidup termasuk tumbuhan membutuhkan reaksi biokimia seluler

yang melibatkan enzim untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Salah satu enzim

yang terlibat adalah protease. Pada tanaman protease tidak hanya diperlukan

untuk degradasi protein, tetapi juga untuk pertahanan tubuh, perkembangan dan

pematangan buah, aktifasi proenzim, penguraian simpanan protein dalam biji

yang sedang berkecambah dan lain sebagainya.

Beberapa enzim dari tumbuhan, mikroba dan binatang seperti lipase,

karbohidrase dan protease sudah diisolasi, dimurnikan dan diaplikasikan pada

berbagai industri. Menurut Aehle (2007) enzim banyak diaplikasikan untuk

keperluan medis, industri pangan, industri kosmetik, industri farmasi dan lain

sebagainya. Dalam industri pangan khususnya, enzim lipase, karbohidrase dan

protease merupakan enzim yang banyak digunakan.

Perdagangan protease mencapai 60% dari total penjualan enzim dunia yang

mencapai dua milliar US$ dengan peningkatan nilai jual mencapai enam hingga

tujuh persen pertahun, sedangkan dari kuantitasnya meningkat sebesar 10 hingga

15% pertahun (Suhartono, 2000). Impor enzim Indonesia pun juga terus

meningkat dari 124,1 juta US$ pada tahun 2000 (BPS, 2000) menjadi 127.4 juta

US$ pada tahun 2001 (BPS, 2001).

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) termasuk tumbuhan keluarga kopi-kopian

(Rubiaceae), yang pada mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan

kemudian menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawai, Tahiti, Afrika,

Australia, Karibia, Haiti, Fiji, Florida dan Kuba. Secara keseluruhan mengkudu

merupakan bahan makanan yang bergizi lengkap.

Mengkudu banyak terdapat di Indonesia. Produksi mengkudu pun di

Indonesia meningkat setiap tahun. Pada tahun 2003 produksi mengkudu

mencapai 1,9 ton meningkat pesat pada tahun 2007 menjadi 14 ton (Departemen

Pertanian Republik Indonesia, 2008).

Sebagian besar adat budaya Polinesia pada masa lampau maupun sekarang,

(27)

Pasifik Selatan mengkonsumsi buah mengkudu untuk dapat bertahan hidup pada

waktu kelaparan. Para prajurit yang menetap di kepulauan Polinesia selama

perang dunia II dianjurkan untuk mengkonsumsi buah mengkudu untuk

menambah kekuatan dan tenaga. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh antara

lain: karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial juga tersedia

dalam buah maupun daun mengkudu (Nelson, 2006).

Hasil penelitian Heinicke seperti yang dikutip oleh Wang et al. (2002)

menunjukkan bahwa mengkudu mengandung prekursor alami xeronine

(proxeronin). Proxeronine diubah menjadi xeronine di dalam tubuh oleh enzim

proxeroninase. Xeronine merupakan sejenis alkaloid yang mampu memodifikasi

struktur molekul protein. Jika protein mengalami kerusakan maka xeronine akan

berinteraksi dengan protein dan mengembalikan konformasinya ke bentuk yang

sesuai sehingga dapat berfungsi kembali. Senyawa ini juga banyak terdapat pada

bromelain (nenas). Bangun dan Sarwono (2002) juga menyebutkan bahwa dalam

jus buah mengkudu terdapat berbagai senyawa kimia dan enzim yang diduga

mampu bekerja sama secara sinergistik dalam menyembuhkan penyakit.

Daun mengkudu di Tonga digunakan sebagai pengempuk daging (Walter et

al., 2002), mirip dengan penggunaan daun papaya yang juga digunakan untuk

pengempuk daging. Penelitian pada papaya telah membuktikan protease (papain)

yang bertanggung jawab untuk pengempukkan daging. Protease pada daun

mengkudu sejauh ini belum ada yang melaporkan.

Selain hal tersebut diatas, perdagangan protease yang terus meningkat

setiap tahun ikut melatarbelakangi penelitian tentang pemurnian protease dari

daun mengkudu. Oleh karena itu pencarian sumber enzim merupakan potensi

usaha yang sangat potensial.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengkarakterisasi sifat fisik dan kimia daun mengkudu pada dua tingkat

ketuaan yang berbeda.

2. Memurnikan protease dari daun mengkudu pada dua tingkat ketuaan yang

(28)

3. Menentukan bobot molekul protease dari mengkudu pada dua tingkat ketuaan

(29)
(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Mengkudu (Morinda citrifoliaL.)

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal secara komersial dengan sebutan

noni, banyak ditemukan di sepanjang Kepulauan Pasifik. Mengkudu pada

mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar

sampai ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia, Karibia, Haiti,

Fiji dan Florida. Mengkudu dikenal dengan berbagai nama yaitu mengkudu,

pace, kemudu, kudu (Jawa), cangkudu (Sunda), kodhuk (Madura), wengkudu

(Bali), noni (Hawaii), nono (Tahiti), nonu (Tonga), ungcoikan (Myanmar) dan

ach (Hindi), indian mulberry (Inggris), kikiri di pulau Solomon, kura di Fiji dan

lain-lain (Nelson, 2006).

Pengklasifikasian mengkudu adalah :

Filum : Angiospermae

Sub filum : Dycotiledones

Divisi : Lignosae

Famili : Rubiaceae

Genus :Morinda

Spesies :citrifolia

Mengkudu merupakan tanaman perdu atau pohon kecil yang tumbuh agak

membengkok dengan tinggi 3-8m, banyak bercabang dengan ranting persegi

empat. Letak daun berhadapan secara bersilang, bertangkai, bentuknya bulat telur

sampai berbentuk oval, panjang 10-40cm dengan lebar 5-17cm, tebal mengkilap,

tepi rata, ujung runcing, bagian pangkal menyempit, tulang daun menyirip dan

bewarna hijau tua (Wijayakusuma, 1998). Pohon mengkudu dapat dilihat pada

Gambar 1.

Mengkudu dapat tumbuh dalam lingkungan yang kurang subur, tanah yang

asam dan basa baik tanah kering maupun basah. Semua bagian tanaman

mengkudu mempunyai manfaat dibidang kesehatan maupun industri. Akar dan

kulit pohon digunakan untuk pewarna dan obat, batang untuk kayu bakar dan

membuat peralatan, serta daun dan buah yang dijadikan sebagai makanan dan

(31)
(32)

serta triptofan (EFSA, 2008). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Wijayakusuma

(1998) bahwa daun mengkudu mengandung protein, zat kapur, zat besi, karoten

dan askorbat, selain itu juga mengandung asam kapron dan kaprilat yang mudah

[image:32.612.133.438.187.388.2]

menguap. Komposisi kimia daun mengkudu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Mengkudu (mentah)

Komposisi Daun Mengkudu Satuan Per 100 g

Air g 93.7

Protein g 1

Lemak g 0.2

Karbohidrat g 4.4

Serat g 1.1

Abu g 0.7

Kalsium ng 0.7

Fosfor mg 93

Besi mg 4.4

Beta karoten mg 0.3 Riboflavin mg 0.07 Niasin mg 5.6 Asam askorbat mg 50 Sumber : EFSA (2008)

Protease Tumbuhan

Semua sel tumbuhan mengandung lebih dari 10.000 protein. Beberapa dari

protein ini mungkin tidak dibutuhkan lagi karena sudah tidak berfungsi. Beberapa

yang lain mungkin rusak selama sintesis atau karena kelebihan panas atau karena

stress lainnya. Lainnya beberapa enzim didisain berumur pendek karena hanya

dibutuhkan pada awal reaksi dan protein yang mengalamimisfolding. Alasan ini

membuat protein merupakan subjek untuk didegradasi oleh enzim proteolitik yang

disebut protease (Hopkin dan Norman (2004).

Degradasi protein adalah bentuk kegiatan menjaga sel atau pemeliharaan sel

dimana protein yang tidak diinginkan atau rusak diurai menjadi asam amino dan

dapat digunakan kembali. Biasanya hampir separuh protein penyusun sel diganti

setiap 4-7 hari. Protein didegradasi di beberapa bagian sel seperti kloroplas,

nukleus, mitokhondria, vakuola serta sitosol (Hopkin dan Norman, 2004).

Selama proses pelayuan tumbuhan, kadar total protein menurun seiring

(33)

Degradasi protein dan remobilisasi dari asam amino ke jaringan yang

berkembang merupakan proses metabolisme yang utama dalam proses pelayuan

(Nooden, 2004).

Klasifikasi Protease

Naz (2002) mengklasifikasikan protease menjadi beberapa subklas.

Diantaranya yaitu serin (EC. 3.4.21) memiliki residu ser pada sisi aktif, sistein

(EC.3.4.22) yang memiliki residu cys pada sisi aktif, aspartat (EC.3.4.23)

tergantung residu Asp pada aktifitas katalitiknya dan metalloprotease (EC.3.4.24)

yang menggunakan ion metal pada mekanisme katalitiknya.

Protease sistein menghidrolisa ikatan peptida protein dan dapat dihambat

oleh peraksi sulfidril. Protease sistein yang diambil dari tumbuhan diantaranya

papain dari pepaya (EC.3.4.4.10), fisin dari fig (EC.3.4.4.12), dan bromelain dari

nenas (EC.3.4.4.24). Protease sistein dipercaya sebagai protease utama yang

terlibat dalam hidrolisis protein. Protease sistein telah diidentifikasi dari pelayuan

daun, pelayuan bunga dan pematangan buah (Nooden, 2004).

Protease sistein atauthiol proteasememegang peranan penting dalam respon

tanaman menghadapi ransangan. Ransangan seperti protein rusak dan misfolded,

pathogen, suhu lingkungan seperti panas atau dingin, kekurangan air dan

lainnya. Protein rusak atau protein yang mengalamimisfolded harus dihilangkan

dengan degradasi protein dan digantikan oleh protein yang baru. Peristiwa

degradasi atau rusaknya protein selalu diikuti oleh penyusunan protein yang baru

(Grudkowska dan Zagdanska, 2004) .

Protease sistein muncul pada daun gandum sebagai respon menghadapi

kekurangan air seperti yang dilaporkan oleh Simova-Stoilova et al. (2010).

Forsthoefelet al. (1998) juga mengidentifikasi protease sistein yang muncul pada

daun Mesembryanthemum crystallinum dalam menghadapi tekanan lingkungan

yaitu salinitas yang tinggi.

Protease sistein juga terlibat dalam degradasi protein. Pada saat germinasi

biji barley, 42 protease terlibat dan 27 diantaranya adalah protease sistein (Zhang

(34)

Larkins, 1990) dan gandum (Bottari et al., 1996), 90% protease yang terlibat

dalam degradasi prolamin (protein utama sereal) adalah protease sistein.

Programmed cell death (PCD) adalah salah satu mekanisme pertahanan

tanaman menghadapi serangan patogen (Grudkowska dan Zagdanska, 2004).

Caspase-like proteinase merupakan protease sistein yang terlibat dalam PCD yang

ditemukan pada tembakau yang terinfeksi tobacco mosaic virus (Del Pozo dan

Lam, 1998). Di bawah ini (Tabel 2) adalah beberapa protease sistein yang telah

dikenal masyarakat.

Kelas protease yang lain adalah protease serin. Protease serin pun telah

diisolasi dan dimurnikan dari berbagai tanaman dan organ tanaman. Protease

serin ada di biji, buah bahkan getah tanaman. Protease serin yang berasal dari

biji diantaranya biji barley (Hordeum vulgare L cv Morex), kacang kedele

(Glycine max L. Merr) dan padi (Oryza sativa L). Protease serin yang diisolasi

dari getah diantaranya : Euphorbia supina, dandelion (Taraxacum officinale

Webb. SI.), dan nangka (Artocarpus heterophyllusL) (Antao dan Malcata, 2005).

Di bawah ini (Tabel 3) adalah beberapa protease serin yang telah diisolasi dari

berbagai tumbuhan.

Protease serin sangat berperanan dalam perkembangan dan pertumbuhan

tanaman. Fungsi protease serin pada tanaman diantaranya adalah respon tanaman

terhadap serangan pathogen yang mengakibatkan nekrosis dan kematian sel

sehingga pertumbuhan pathogen terganggu, pembelahan sel jaringan pada

tanaman, proses pelayuan, mikrosporogenesis dan sebagainya (Antao dan

Malcata, 2005).

Protease aspartat adalah kelas protease yang lain. Pepsin dan renin adalah enzim

yang tergolong ke dalam kelas protease aspartat. Pepsin mempunyai berat

molekul 35kDa dan disusun oleh rantai polipeptida tunggal yang terdiri dari 321

asam amino. Penggunaan renin dalam pembuatan keju telah dikenal luas (Naz,

2002).

Kelas protease yang lain adalah metaloprotease. Salah satu contoh

metaloprotease adalah termolisin. Termolisin diproduksi oleh Bacillus

stearothermophilus yang aktif dengan adanya ion Ca. Termolisin dan juga

(35)

dan fosfat yang sering digunakan dalam bahan tambahan pangan. Termolisin

[image:35.612.82.518.147.609.2]

mempunyai berat molekul 34kDa (Naz, 2002).

Tabel 2. Beberapa Protease sistein Tanaman

Enzim Tumbuhan Berat Moleku l (kDa)

Metode Pemurnian Referensi

Stem Bromelain Fruit Bromelain Bromelain Stem bromelain Bromelain Stem bromelain Stem bromelain Ananain Papain Papain Protease sistein Protease sistein Protease sistein Phaseolus vulgarisleaf cysteine

proteinase 1 dan 3 Nenas Nenas Nenas Nenas Nenas Nenas Nenas Bromelain batang nenas Carica papaya Carica papaya Barley jagung Triticum aestivum Phaseolus vulgaris 22.831 39.055 34.159 33 38.823 35 23 25 & 26 38.922 23 29-37 12-36 61-62,5 30 dan 25,1 -Sedimentasi, ultrasentrifugasi Analisis asam amino SDS-PAGE Kromatografi afinitas, sepharose semi carbazone, kromatografi penukar kation

-Filtrasi gel, SDS-PAGE

Filtrasi gel, 2 kromatografi penukar ion, kromatografi kovalen pada tioprofil-sepharose UniProt (2010) UniProt (2010) UniProt (2010) Murachiet al.(1964)*) UniProt (2010) Otaet al.(1964)*)

Bobb (1972)*) Rowanet al.(1988)

UniProt (2010) Naz (2002)

Poulle dan Jones (1996)**), Zhang &Jones (1996)**) Abeet al. (1977)**)

Fahmyet al.(2004)

Popovicet al.(1998)

Sumber :*)Wharton (1974)

**)Fahmy

(36)
[image:36.791.69.680.148.469.2]

Tabel 3. Berbagai Protease serin dari Tumbuhan

Enzim Tumbuhan Metode Pemurnian Berat

Molekul (kDa) Referensi Plantagolisis Protease serin Cucumisin (EC 3.4.21.25) Protease serin Kiwano protease Protease B Protease serin Plantago maior C.melo L.

C. melo L.var.Prince

Cucurbita ficifolia

Cucumis metuliferus

E. supine

Triticum aestivumcv. Pro INTA Isla Verde

Amm sulfat, kromatografi afinitas pada bacitrasin-sepharose, kromatografi penukar ion pada mono-Q Amm sulfat, filtrasi gel, kromatografi penukar ion Kromatografi penukar ion pada CM-selulosa, filtrasi gel sephadex G-75

Amm. Sulfat, filtrasi gel pada sephacryl S-300, kromatografi penukar ion pada CM sepharose Amm sulfat, kromatografi penukar ion pada CM-sepharose

Kromatografi penukar ion pada DEAE-sepharose, filtrasi gel pada sepharil S-300

Amm sulfat, filtrasi gel pada sepharil S-200, kromatografi penukaranion pada kolom Q

19 26 54 60 78 80 110

Bogacheva (2001)*)

Nodaet al.(1994)*) Kaneda dan Tominaga (1975)*), Yamagata et al.(1989)*)

Curottoet al. (1989)*)

Uchikobaet al.(2001)*)

Arimaet al.(2000)*)

Robertset al.(2003)*)

(37)

Pemurnian Enzim

Pemurnian enzim bertujuan untuk memisahkan enzim yang diinginkan

dari senyawa lain yang tidak dikehendaki. Tahap-tahap pemurnian bergantung

pada tujuan akhir yaitu tujuan komersial atau penelitian. Enzim kasar atau yang

dimurnikan sebagian masih dapat digunakan untuk komersial, sedangkan enzim

murni atau hampir murni dikehendaki dalam penelitian atau dipakai dalam

produk analitik.Harris (1989) menyebutkan, minimal ada tiga strategi dalam

pemurnian enzim yang harus diperhatikan yaitu (1) kualitas; perlu tindakan untuk

mempertahankan aktifitas protein dengan cara mengurangi proteolisis dan

denaturasi, (2) kuantitas; pemakaian akhir dari protein murni akan menentukan

kuntitas enzim yang diperlukan, (3) ekonomis; merupakan hal penting bila akan

digunakan di industri atau diterapkan dalam skala laboratorium. Secara umum

pemurnian enzim dapat dibagi menjadi ekstraksi, pemekatan dan fraksinasi.

Ekstraksi Enzim

Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan enzim dari sumbernya, yaitu

tanaman, hewan maupun mikroba. Adapun kelebihan enzim dari tanaman

diantaranya adalah terjaganya ketersediaan yaitu bisa dipanen berulang-ulang.

Menurut Bollag dan Edelstein (1991) metode yang bisa dipilih dalam ekstraksi

tanaman adalah blade homogenization atau blender maupun grinding

(penggerusan).

Buffer digunakan dalam proses ekstraksi enzim untuk menjaga pH

lingkungan sehingga diharapkan mampu meminimalkan denaturasi dan inaktivasi

enzim. Buffer ekstraksi dapat ditambah beberapa bahan kimia dengan tujuan

untuk mencegah kerusakan enzim. Bahan kimia yang bisa ditambahkan

diantaranya EDTA, gliserol dan lain-lain (Harris, 1989).

Pemekatan Enzim

Pemekatan enzim dilakukan untuk memisahkan konsentrat protein dari

komponen biomolekul lainnya diantaranya karbohidrat, lemak dan asam nukleat.

(38)

Metode analitik menggunakan pengendapan asam (misalnya asam trikloroasetat),

pengendapan organik (misalnya aseton atau etanol), dan imunopresipitasi yang

dapat menyebabkan denaturasi protein. Metode preparatif bertujuan untuk tetap

mempertahankan aktifitas enzim, misalnya menggunakan garam, pelarut organik,

polimer organik, ultrafiltrasi dan liofilisasi (Bollag dan Edelstein, 1991).

Prinsip presipitasi dengan garam adalah mengendapkan protein sehingga

protein terpisah dari komponen terlarut lainnya. Garam yang dapat digunakan

untuk presipitasi diantaranya ammonium sulfat dan sodium sulfat. Ammonium

sulfat lebih disukai karena solubilitasnya tinggi, harga murah, non toksik dan

tidak mempengaruhi struktur protein (Suhartono, 1989).

Sisa garam dari proses presipitasi enzim dihilangkan dengan cara dialisis

menggunakan kantong selofan dan ultrafiltrasi. Dengan demikian, konsentrat

enzim bebas garam dapat dimurnikan lebih lanjut dengan fraksinasi enzim (Bollag

dan Edelstein, 1991).

Fraksinasi enzim

Fraksinasi merupakan tahap akhir dalam pemurnian enzim, yang bertujuan

untuk memisahkan enzim dari protein non enzim lainnya. Metode fraksinasi

umum untuk pemurnian enzim, meliputi kromatografi kolom dan elektroforesis.

Elektroforesis adalah suatu teknik untuk memisahkan molekul-molekul

berdasarkan muatan dan berat molekul.

Elektroforesis gel poliakrilamid (PAGE = Poly Acrylamide Gel

Electrophoresis) merupakan metode yang sering digunakan dalam analisis sampel

biologis karena kemampuannya dalam memisahkan campuran protein yang

kompleks dengan baik dan resolusi yang tinggi (Bollag dan Edelstein, 1991).

Elektroforesis pada gel poliakrilamida adalah metode yang paling sering

digunakan untuk karakterisasi protein dan campuran protein, karena prosedur ini

relatif cepat dan sensitif.

Elektroforesis didefnisikan sebagai perpindahan partikel-partikel bermuatan

karena pengaruh muatan medan listrik. Mekanisme pada elektroforesis gel

poliakrilamida sodium dodesil sulfat (SDS-PAGE) adalah protein akan bereaksi

(39)

dengan SDS. Kompleks protein yang bermuatan negatif ini kemudian akan

terpisahkan berdasarkan muatan dan ukurannya secara elektroforesis di dalam

matriks gel. Berat molekul protein dapat diukur menggunakan protein standar

yang telah diketahui berat molekulnya dengan cara membandingkan nilai

mobilitas relatifnya (Rf) (Bollag dan Edelstein 1991).

Zimografi adalah teknik elektroforesis untuk menetapkan aktifitas enzim

secara in situ. Berbeda dengan SDS-PAGE, gel pemisah zimografi mengandung

substrat enzim yang akan dihidrolisis oleh enzim selama masa inkubasi. Enzim

dipisahkan dalam gel denaturasi (SDS), namun dalam kondisi tidak tereduksi.

Penambahan deterjen Triton X-100 akan melepaskan SDS sehingga protein

kembali melipat (renaturasi). Gel selanjutnya diwarnai sehingga molekul protein

yang memiliki aktifitas tampak sebagai pita bening. Metode zimografi bersifat

mudah, sensitif dan kualitatif dalam menganalisis aktifitas enzim. Adapun substrat

yang bisa digunakan untuk zimogram diantaranya kasein, gelatin dan lain-lain

(Leber dan Balkwill 1997).

Aplikasi Protease

Keunggulan utama penggunaan enzim pada proses industri adalah (a)

kespesifikan enzim terhadap substrat sehingga mampu menghasilkan produk

dalam jumlah maksimal dengan produk samping yang minimal, (b) enzim mampu

mereduksi konsumsi energi yang akan menurunkan Greenhouse Gas Emission

(GGE), (c) enzim juga mampu mereduksi konsumsi air dan produk limbah selama

proses industri berlangsung. Keunggulan enzim tersebut akan meminimalkan

resiko dan dampak proses indutri bagi kehidupan manusia dan lingkungan.

Enzim protease dimanfaatkan diantaranya untuk pembuatan keju, pengempuk

daging, penjernih bir, pembuatan hidrolisa protein kedele, penyembuh luka serta

terapi untuk tumor, pembengkakan dan penggumpalan darah.

Pembuatan keju

Contoh klasik penggunaan protease adalah untuk pembuatan keju (Naz,

2002). Pengolahan susu menjadi keju menggunakan enzim protease. Contoh

(40)

Renin bisa diperoleh dari lambung anak sapi dan mikroba. Aktifitas

penggumpalan kasein susu oleh renin berlangsung dengan hasil optimum

dibandingkan dengan protease lain seperti pepsin.

Kasein merupakan kompleks fosfoprotein yang membentuk suspensi koloid

yang terdiri dari α, β, γ dan kapa kasein. Renin menghidrolisa kapa kasein

hingga menimbulkan destabilisasi struktur koloid dan menimbulkan proses

penggumpalan α dan β kasein bila terdapat kalsium dan fosfat pada lingkungan.

Gumpalan ini merupakan jalinan molekul para kapa kasein dan makropeptida, air,

laktosa, mineral, globula lemak, vitamin dan sejumlah senyawa terlarut lainnya di

dalam gumpalan tersebut (Suhartono, 1989) dan (Naz, 2002). Enzim renin

mempunyai berat molekul sebesar 31kDa. Renin paling menonjol dalam

menggumpalkan kasein dibandingkan dengan protease lain (Suhartono, 1989).

Pengempuk daging

Penggunaan potease untuk pengempuk daging telah dilakukan dari zaman

dulu, yaitu menggunakan daun pepaya untuk mengempukkan daging. Setelah

diisolasi dan diteliti diketahui bahwa enzim yang berperanan dalam menguraikan

protein daging adalah protease. Protease yang diisolasi dari pepaya dikenal

dengan papain. Papain terdiri dari 102 asam amino berberat molekul 21kDa

dengan sisi aktif yang melibatkan histidin 159 dan sistein 25 (Suhartono, 1989).

Papain cocok digunakan untuk pengempuk daging karena aktif pada pH

daging. Enzim ini memotong protein daging pada sisi karboksil valin, lisin dan

arginin. Komponen yang paling aktif dari getah pepaya adalah kimopapain yang

aktif dalam lingkungan asam, optimum kimopapain adalah pH 5 dan sesuai

dengan pH daging.

Enzim protease yang diisolasi dari tanaman lain pun dapat juga digunakan

untuk melunakkan daging. Penelitian yang dilakukan oleh Naveenaet al. (2004)

yang memanfaatkan protease dari Cucumis trigonus Roxb (kachri) danZingiber

(41)

Penjernih bir

Pada proses pembuatan bir, papain diperlukan untuk menghilangkan protein

penyebab kekeruhan pada bir. Kekeruhan ini disebabkan oleh komplek yang

dibentuk oleh protein dan tanin (Naz, 2002).

Pembuatan Hidrolisa Protein Kedele

Penggunaan hidrolisa protein kedele di industri pangan telah meluas,

walaupun demikian sifat fungsional protein tersebut tidak selalu diinginkan.

Modifikasi enzimatis digunakan untuk menghasilkan protein dengan sifat

fungsional yang diinginkan (Naz, 2002). Hidrolisa protein kedele oleh protease

meningkatkan iso-electric solubilitydari 5% menjadi 42%, kapasitas emulsi dari

100mL/g menjadi 280mL/g danwhipping expansion dari 20% menjadi 200% bila

dibandingkan dengan protein kedele sebelum dihidrolisa (Naz, 2002).

Penyembuh Luka

Protease dibidang kesehatan pun telah populer digunakan. Bromelain

banyak digunakan dalam bidang kesehatan karena dapat bertindak sebagai

penyembuh luka (Maurer, 2001). Menurut Suhartono (1989) proteolitik berfungsi

untuk mengurangi cairan luka, nanah dan jaringan nekrosa yang timbul pada luka

bakar, luka operasi maupun luka lainnya. Substrat enzim ini adalah jaringan

fibrin, mukoprotein, kolagen dan sebagainya. Enzim menguraikan jaringan ini

sehingga bekas luka menjadi bersih dan licin. Biasanya tripsin diberikan

bersama-sama dengan antibiotika dalam bentuk salep.

Terapi untuk Pencernaan dan Kanker

Pada sebagian orang, enzim pencernaan tidak diproduksi atau dikeluarkan

dalam jumlah yang cukup sehingga mengganggu pencernaan makanan. Oleh

karena itu dilakukan pemberian tambahan enzim dari luar untuk membantu

masalah pencernaan tersebut. Enzim yang biasa digunakan untuk mengatasi

(42)

Bromelain dapat diserap oleh usus dan tidak kehilangan aktifitas biologinya.

Castell et al. (1997) membuktikan bahwa bromelain masih ada dalam plasma

darah setelah beberapa saat terapioral bromelain. Bromelain diambil dari batang

nenas dan diberikan secara oral pada laki-laki sehat sebanyak 3g per hari dan

dengan menggunakan immunoassay ditemukan 5.000pg bromelain dalam plasma

setelah 48 jam dan masih mempunyai aktifitas proteolitik. Oleh karena itu

bromelain dapat dikonsumsi secaraoralsaat terapi enzim.

Bromelain dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan kanker. Bromelain

sebagai obat anti kanker bermula pada pengalaman masyarakat Asia Tenggara

dalam menyembukan kanker. Maurer (2001) menyebutkan bahwa aktifitas anti

kanker bromelain tergantung pada aktifitas proteolitiknya.

Chobotova et al. (2010) menyatakan bahwa bromelain mempunyai aktifitas

sebagai anti kanker. Hasil penelitian Mantovani et al. (2008) dan Chen et al.

2008) seperti dikutip oleh Chobotova et al. (2010) menunjukkan bahwa

bromelain yang diuji secara in vitro pada sel tumor manusia (leukimia) dapat

menghambat aktifitas NF-kβ (neutrofil factor kappa β, sejenis darah putih).

Adapun target NF-kβ adalah cyclooxygenase (Cox-2) yang terlibat dalam sintesa

prostaglandin (PEG-2). Prostaglandin ini dapat memacu terjadinya kanker.

Bromelain dapat menghambat kanker, walaupun mekanisme detilnya belum

diketahui dengan jelas.

Terapi Inflamasi danBlood Clotting(Pembekuan Darah)

Suhartono (1989) menyebutkan bahwa proses inflamasi (peradangan/

pembengkakan) melibatkan senyawa biogenik amin seperti histamin dan serotonin

dari sel yang mengalami kerusakan. Senyawa biogenik amin menimbulkan

pembengkakan pembuluh darah kapiler. Enzim-enzim yang dibebaskan oleh sel

yang rusak akan mengaktifkan kinin sehingga pembuluh darah tetap membesar

dan permeabilitasnya meningkat, hal ini mengakibatkan terjadinya kebocoran

cairan sehingga terjadi odema. Keadaan odema ini dipertahankan oleh senyawa

fibrin dari peredaran darah. Jadi, proses pembengkakan melibatkan jaringan

(43)

Penelitian Netti et al. (1978), Smyth et al. (1962) dan Uhlig dan Seifert

(1981) seperti dikutip oleh Maurer (2001) menunjukkan bahwa bromelain paling

ampuh untuk pengobatan odema bila dibandingkan dengan pemberian obat-obatan

seperti indometasin, asam asetilsalisilat dan aescin.. Pemberian bromelain

dilakukan secara oral pada hewan percobaan. Bromelain menyebabkan

fibrinolisis dan merangsang penyerapan kembali cairan oleh darah.

Blood clotting atau proses penggumpalan darah atau pembekuan darah

adalah proses normal ketika kulit terluka sehingga tidak terrjadi pendarahan. Saat

kulit terluka, trombosit pecah dan menghasilkan trombokinase. Enzim

trombokinase akan merubah protrombin menjadi thrombin dengan adanya ion Ca

dan K. Trombin yang terbentuk akan merangsang fibrinogen membentuk

benang-benang fibrin. Adanya benang-benang fibrin menghambat sel-sel darah. Penyakit

trombosis atau penggumpalan darah (di luar keadaan normal) telah meningkatkan

mortalitas yang nyata di negara-negara Barat (Suhartono, 1989).

Pengobatan dapat dilakukan dengan obat anti koagulan dan pemberian

enzim protease. Pemberian enzim protease memanfaatkan daya proteolitiknya.

Bromelain yang diberikan secara oral pada tikus percobaan terbukti meningkatkan

(44)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi SEAFAST Centre,

Laboratorium Biokimia Pangan dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen

Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB pada bulan Februari hingga Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun mengkudu (Morinda

citrifoliaL.) dengan 2 tingkat ketuaan yaitu daun pangkal berwarna hijau tua dan

daun pucuk yang berwarna hijau agak muda (Gambar 1). Bahan kimia diantaranya

Na asetat (Merck), asam asetat (Merck), EDTA (Amersham Biosciences), gliserol

(Bio Basic Inc), polivinilpirolidon (PVP K 30), , β-mercaptoetanol (Bio Basic

Inc), es batu, akuades, akuabides (Ikapharmindo Putramas), silika gel 60 H

(Merck), ammonium sulfat (Merck), etanol (Merck), asam fosfat (Merck), asam

borat (Amersham Biosciences), boraks (Merck), kasein (Merck), NaOH (Merck),

HCl (Merck), tirosin (Merck), TCA (Merck), Na sulfit (Merck), asam sulfat

(Merck), CaCl2 (Merck), Na2CO3 (Merck), pereaksi folin ciocalteau (Sigma

Aldrich), marker BM rendah (Fermentas SM-0431), yaitu beta galaktosidase

116kDa, bovin serum albumin 66.2kDa, ovalbumin 45kda, laktat dehidrogenase

35kDa, RE ase Bsp 25kDa, beta laktoglobulin 18.4kDa dan lisozim 14.4kDa,

akrilamid (Applichem), buffer tris-HCL (Amersham Biosciences-Merck), SDS

(Bio Basic Inc), TEMED (N,N,N,N-tetrametilenetilen-diamina), APS (ammonium

persulfat), bromophenol blue, BSA serta kasein Hammerstein (Merck),

bromophenol blue(Bio Basic Inc), Coomassie Brilliant Blue R-250 (Applichem),

Coomassie Brilliant Blue G-250 (Bio Basic Inc).

Peralatan yang digunakan adalah hand blender Aletta A746, sentrifus

Hermle Z383K, oven, neraca analitik, seperangkat alat elektroforesis gel mini

protean 3 sel (Biorad), kantong dialisis Sigma D9652, freezer, spektrofotometer

UV-Vis, Shimadzu seri UV-2450,Quantity one(Biorad), penangas air, pengaduk

(45)
(46)

Daun mengkudu

Penyortasian ↓

Pengering-anginan→ analisa proksimat ↓

Penambahan buffer sodium asetat pH 5 ( 5mM EDTA, 14mM 2-mercaptoetanol, 10% PVPP dan 10% gliserol (daun :buffer = 1:5 ; berat daun

10g) ↓

Penggilingan menggunakan blender (4 kali @ 15detik pada kecepatan tinggi) ↓

Penyaringan→Ampas ↓

Sentrifugasi filtrat pada 3775g (4oC), 30 menit→Ampas ↓

Supernatan (Ekstrak enzim kasar) * ↓

Penambahan silika gel 60 H 1.4%, divorteks 5 menit ↓

Sentrifugasi 3775g (4oC), 15 menit→Ampas ↓

Supernatan(Ekstrak Silika) * ↓

Penambahan ammonium sulfat 100% jenuh,diaduk denganmagnetic stirrer,30 menit

Sentrifugasi 1972g (4oC), 30 menit →Supernatan* ↓

Endapan* ↓

Pelarutan dalam jumlah pelarut minimal ↓

Dialisis ↓ Dialisat*

Elektroforesis SDS-PAGE, Zimogram ↓

[image:46.612.131.498.78.656.2]

Pendugaan Kelas Protease

Gambar 3. Garis besar kerja penelitian

Ket: *Analisa kadar protein (Bradford, 1976) ) dan aktifitas protease (Bergmeyer dan Grassl,

(47)

Pemurnian Enzim

Tahap pemurnian enzim meliputi ekstraksi enzim kasar, penambahan silika,

pemekatan menggunakan garam ammonium sulfat jenuh, dialisis serta fraksinasi

enzim menggunakan Sodium Dodecil Sulfat Polyacrylamide Gel Electrophoresis

(SDS-PAGE) dan zimogram untuk mengetahui bobot molekul enzim protease.

Penelitian ini menggunakan buffer asetat pH 5, dicampur dengan EDTA

5mM, Polyvinyl pyrrolydone (PVP K 30) 10%, gliserol 10% dan β

-merkaptoethanol 14mM. Buffer yang diperlukan untuk ekstraksi disiapkan pada

hari yang sama dengan hari ekstraksi.

Sampel daun (10g) dipotong-potong dan ditambah buffer ekstraksi bersuhu

4oC (daun : buffer ekstraksi = 1 : 5), kemudian diblender dengan kecepatan tinggi

(4 x 15 detik) dengan wadah yang dikelilingi oleh es batu, selanjutnya disaring

menggunakan kain saring (2 lapis) dan filtrat disentrifus dingin 4oC 3775g (5900

rpm) selama 30 menit sehingga dihasilkan supernatan ekstrak enzim kasar.

Supernatan yang didapat ditambah dengan silika 1,4% dan divorteks selama 5

menit dan disentrifus 4oC pada 3775g (5900 rpm) selama 15 menit. Supernatan

yang dihasilkan adalah ekstrak hasil penambahan silika (ekstrak silika).

Supernatan yang didapat selanjutnya diendapkan menggunakan ammonium

sulfat 100% jenuh. Ammonium sulfat yang ditambahkan 100% dengan tujuan

untuk mengendapkan semua protein yang ada. Endapan enzim dipisahkan

menggunakan sentrifus dingin 4oC 1972,2g (3500 rpm). Endapan enzim

selanjutnya didialisis menggunakan kantung dialisis atau membran selulosa

Sigma seri D9652 dengan diameter 21mm, panjang 10cm.

Sebelum melakukan dialisis, kantung selulosa dipersiapkan terlebih dahulu.

Sepanjang 10cm kantung dialisis dicuci dengan air mengalir selama 3-4 jam,

kemudian direndam dalam larutan Na sulfit 0.3% selama 1 menit pada suhu 80oC.

Kantung dialisis dicuci menggunakan air bersuhu 60oC selama 2 menit dan

diasamkan dengan larutan asam sulfat 0,2%. Sisa asam dihilangkan dengan cara

membilas kantung dialisis menggunakan air bersuhu 60oC. Dialisis endapan

enzim dilakukan selama 5 jam dengan wadah dikelilingi dengan es batu. Setiap 1

(48)

zimogram untuk mengetahui bobot molekul protease (Bollag dan Edestein,

1991).

Setiap tahap pemurnian diukur massa yang masuk dan massa keluar dan

massa yang hilang (Gambar 4). Kehilangan massa terbesar terjadi pada saat

pemblenderan dan penyaringan karena ampas tertinggal di dalam blender dan

kertas saring.

Pengamatan

Kadar Air (AOAC, 1999)

Sejumlah sampel (1-2g) dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui

beratnya. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC hingga

diperoleh berat yang konstan. Perhitungan kadar air dilakukan berdasarkan berat

basah dengan menggunakan rumus :

Kadar air ( %b/ b) = a − b

c × 100%

Dimana :

a = berat cawan dan sampel awal (g)

b = berat cawan dan sampel akhir (g)

c = berat sampel awal (g)

Kadar Protein (AOAC, 1999)

Sejumlah sampel (100-250mg) ditimbang ke dalam labu Kjeldahl. Kemudian

ditambahkan 1.9 ± 0.1g K2SO4, 40 ± 10mg HgO dan 2 ± 0.1ml H2SO4. Sampel

dididihkan selama 1-1.5 jam dengan kenaikan suhu secara bertahap sampai cairan

menjadi jernih, lalu didinginkan. Sejumlah kecil akuades diteteskan secara

perlahan lewat dinding labu kemudian labu digoyang pelan agar kristal yang

terbentuk larut kembali. Isi labu kemudian dipindahkan ke dalam alat destilasi

dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2ml akuades. Selanjutnya ditambahkan 8-10ml

larutan 60% NaOH-5% Na2S2O3ke dalam alat destilasi. Erlenmeyer yang berisi

5ml H3BO3 dan 2 tetes indikator metilen red-metilen blue diletakkan di bawah

(49)
[image:49.612.74.473.98.658.2]

Gambar 4. Diagram Neraca Massa selama Tahapan Pemurnian (DM : daun pucuk, DT : daun pangkal)

Pemblenderan dan penyaringan

Sentrifugasi

Pengendapan

Daun mengkudu DM :10g; DT:10g

Buffer asetat pH 5 DM : 50g; DT: 50g

Ampas DM: 3.30g; DT:3,57g

Filtrat DM:49.21g; DT:48.49g

Ampas DM:1.70g; DT:1.63g

Garam ammonium sulfat DM:21.46g; DT:21.06g Dialisis Dialisat Ekstrak kasar DM:46.66g;DT:46.03g Endapan DM:6.92g; DT:7.42g Hilang (loss) DM:7.49g; DT:7.94g Hilang (loss) DM:0.71g; DT:2.86g Hilang (loss) DM:4.81g; TK4:5.36g

Sentrifugasi DM:2.82g; DT:2.91gAmpas

Hilang (loss) DM: 2.17g; DT:2.26g

Ekstrak silika DM:42.30;DT:41.5 DM:17.8mL; DT:17.5mL Silika 1.4% DM:0.63g; DT:0.64g Supernatan DM:52.03g; DT:49.78g

(50)

Destilasi dilakukan hingga diperoleh destilat sebanyak ±15ml. Destilat yang

diperoleh selanjutnya diencerkan hingga ± 50ml dan dititrasi dengan HCl

terstandar sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Perhitungan kadar

protein dilakukan dengan rumus :

%N = [(ml HCl-ml blanko)

mg sampel × N HCl ×14.007 × 100

Kadar protein g protein

100g bahan basah = %N × 6.25

Kadar Abu (AOAC, 1999)

Sampel ditimbang 3.0g dalam cawan pengabuan, sampel diarangkan sampai

tidak berasap di oven. Sampel yang sudah menjadi arang dimasukkan pada tanur

600oC. Sampel yang sudah menjadi abu didinginkan dalam desikator dan

ditimbang.

Kadar abu ( %b b) =

berat abu

berat sampel × 100

Kadar Lemak (AOAC, 1999)

Labu lemak dikeringkan dengan oven, didinginkan dalam desikator dan

ditimbang sebelum digunakan. Sampel ditimbang 3.0g, dibungkus dengan kertas

saring dan diekstraksi soxhlet menggunakan pelarut heksan selama 6 jam. Labu

lemak hasil ekstraksi dioven, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai

tercapai berat konstan.

Kadar lemak ( %b b) =

berat lemak

berat sampel×100

Aktifitas Enzim (Bergmeyer dan Grassl, 1983)

Aktifitas protease diukur mengikuti prosedur seperti pada Tabel 4. Pereaksi

disiapkan terlebih dahulu. Supernatan yang sudah diwarnai diukur absorbansinya

pada 578nm. Aktifitas protease dihitung berdasarkan rumus :

Aktiitas protease ( U mL) =

A sampel − Ablanko)

(51)

Dimana : A : absorbansi

T : waktu inkubasi (35 menit) FP: faktor pengenceran

Satu unit aktifitas protease didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat

menghasilkan 1µmol produk tirosin per menit pada kondisi pengukuran.

Specific Activity(Harris dan Angal, 1989)

Specific activityatau aktifitas spesifik dihitung berdasarkan persamaan :

Speciic activity ( U mg) =

Aktiitas enzim ( U) total protein ( mg)

Recovery(%)(Harrris, 1989)

Recovery(%) dihitung berdasarkan persamaan :

Recover y % = total aktiitas enzim tahap ( n) total aktiitas enzim tahap ( n − 1)

Purification fold(Harris, 1989)

Purification folddihitung berdasarkan persamaan berikut :

Pur ii cat i on fold = speciic activity tahap ( n) speciic activity tahap ( n − 1)

Neraca Massa(Toledo, 1991)

Neraca massa dihitung berdasarkan prinsip jumlah massa yang masuk sama

dengan jumlah massa yang keluar. Neraca massa dihitung berdasarkan persamaan

berikut :

(52)
[image:52.612.128.547.99.315.2]

Tabel 4. Pengujian Aktifitas Enzim Metode Bergmeyer dan Grassl (1983)

Pereaksi Sampel (mL) Blanko (mL) Standar (mL)

Bufer borat pH 8 Bufer kasein HCl 0.02 M

Larutan enzim protease Akuades

Tirosin 5 mM

1 1 0.2 0,2 -1 1 0.2 -0.2 -1 1 0.2 -0.2 Inkubasi 35 menit, 37oC

TCA 0.1 M CaCl2 2 0.2 2 -2 -Inkubasi 37oC, 10 menit dilanjutkan dengan sentrifus 1448.9g selama 10 menit Supernatan

Na2CO30.4 M

Pereaksi Folin-Ciocalteau 1.5 5 1 1.5 5 1 1.5 5 1 Inkubasi 37oC, 20 menit dan diukur absorbansi pada 578 nm

Kadar Protein ( Bradford, 1976)

Sebelum mengukur absorbansi sampel, terlebih dahulu dipersiapkan blanko dan

standar sehingga dapat dibuat kurva standar yang digunakan untuk menghitung

konsentrasi protein sampel. Standar yang digunakan adalah BSA.

Untuk blanko, sebanyak 100ul akuades ditambahkan 5ml pereaksi Bradford

dan diukur absorbansinya pada 595nm. Pembuatan standar BSA untuk pembuatan

kurva standar adalah sebanyak 100ul larutan BSA (100-1000ug/ml) dipipet ke

dalam tabung reaksi berukuran 1.2 x 10cm. Kemudian ditambahkan 5ml pereaksi

Bradford. Larutan divorteks dan diukur secara spektrofotometri pada λ= 595nm

setelah 5 menit. Kurva standar yang diperoleh digunakan untuk mengukur

konsentrasi sampel daun pucuk dan daun pangkal.

Sampel yang akan dianalisa diambil sebanyak 100µL ditambah 5mL pereaksi

bradford, divortek dan didiamkan selama 5 menit, kemudian diukur absorbansi

(53)

Elektroforesis Gel dan Zimogram

SDS-PAGE

Untuk mengetahui bobot molekul protein yang terdapat pada endapan enzim

maka digunakan elektroforesis SDS-PAGE (Sodium Dodecil Sulfate

Polyacrylamide Gel Electrophoresis). Komposisi gel untuk SDS-PAGE dan

[image:53.612.106.498.249.378.2]

zimogram dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Gel Pemisah dan Gel Penahan SDS-PAGE dan Zimogram

Bahan Gel Pemisah 12% Gel Penahan 5% Zimogram Aqua bidestilata 3.5mL 2.3mL 2.1mL Akrilamid 30% 4.0mL 0.67mL 4.2mL 1.5M tris HCl pH 8.8 2.5mL - 2.5mL 0.5 M tris HCl pH 6.8 - 1.0mL

-Kasein 1% - - 1.0mL

Ammonium persulfat 50µL 30µL 100µL

TEMED 5µL 5µL 10µL

Jumlah ~10mL ~4mL 10mL

Pembuatan Gel

Disiapkan sepasang gel elektroforesis, yang terdiri dari gel pemisah

(separating gel) dan gel penahan (stacking gel). Bahan kimia yang diperlukan

untuk gel pemisah

disiapkan, dicampur, diaduk dengan pengaduk magnet, dan dengan cepat diisikan

ke dalam plat pembentuk gel. Gel akan terbentuk setelah 30-45

menit.Larutan-larutan untuk gel penahan disiapkan, dicampur dan diaduk dengan pengaduk

magnet dan diisikan pada plat pembentuk gel, di atas gel pemisah. Sisir disiapkan

pada larutan gel penahan yang akan mengalami polimerisasi untuk membentuk

sumur-sumur elektroforesis. Gel terbentuk setelah 15-30 menit.

Penyiapan Larutan Sampel dan Protein Marker

Protein sampel dan protein penanda masing-masing 40µL dicampur dengan

buffer sampel sebanyak 10µL dimasukkan dalam tabung eppendorf dan

(54)

diinjeksikan sebanyak 10µL dan 7µL untuk protein penanda.Protein sampel dan

penanda dimasukkan ke dalam sumur elektroforesis menggunakan Syringe

Hamilton.

RunningElektroforesis

Gel yang diisi dengan larutan sampel dan protein penanda dipasang pada

piranti elektroforesis. Sebanyak 400mL buffer elektroforesis dituangkan pada

tempatnya, sehingga permukaan gel terendam sedalam kira-kira 2cm.

Elektroforesis dijalankan dengan mengalirkan arus listrik 70V untuk dua gel.

Elektroforesis dihentikan setelah warna biru BPB mencapai kira-kira 0.5cm dari

batas bawah gel pemisah. Gel hasil elektroforesis dilepas dari plat menggunakan

spatula dan siap dilakukan pewarnaan protein.

Pewarnaan ProteinComassie Blue

Gel pemisah hasil elektroforesis direndam dalam larutan pewarna gel selama

20 menit sambil digoyang konstan pada mesin penggoyang. Kelebihan warna

dihilangkan dengan larutan peluntur warna sampai diperoleh pita-pita protein

berwarna biru dengan latar belakang jernih. Bobot molekul (BM) protein-protein

dalam sampel ditentukan dengan menghitung nilai Rf dari masing-masing pita

yang nampak, kemudian diplotkan pada kurva standar log BM terhadap Rf protein

penanda.

Pewarnaan dengan Silver Stain(Moertzet al. 2001)

Pewarnaan silver disebutkan 20-200 kali lebih sensitif dibanding pewarnaan

dengan comassie (CBB). Pewarnaan ini bisa mendeteksi 0.05-0.1ng/mm2 gel

protein (Harris dan Angal, 1989).

Zimogram

Pembuatan Gel

Disiapkan sepasang gel elektroforesis, yang terdiri dari gel pemisah dan gel

(55)

kimia yang diperlukan untuk gel pemisah disiapkan, dicampur, diaduk dengan

pengaduk magnet, dan dengan cepat diisikan ke dalam plat pembentuk gel. Gel

akan terbentuk setelah 30-45 menit.

Larutan-larutan untuk gel penahan disiapkan, dicampur dan diaduk dengan

pengaduk magnet dan diisikan pada plat pembentuk gel, di atas gel pemisah. Sisir

disiapkan pada larutan gel penahan yang akan mengalami polimerisasi untuk

membentuk sumur-sumur elektroforesis. Gel terbentuk setelah 15-30 menit.

Penyiapan Larutan Sampel dan Protein Marker

Protein sampel dan protein penanda masing-masing 40µl dicampur dengan

buffer sampel sebanyak 10µl dimasukkan dalam tabung eppendorf. Protein

sampel yang diinjeksikan sebanyak 18µL dan 15µL untuk protein penanda.Protein

sampel dan penanda dimasukkan ke dalam sumur elektroforesis menggunakan

Syringe Hamilton.

RunningElektroforesis

Gel yang diisi dengan larutan sampel dan protein penanda dipasang pada

piranti elektroforesis. Sebanyak 400mL buffer elektroforesis dituangkan pada

tempatnya, sehingga permukaan gel terendam sedalam kira-kira 2cm.

Elektroforesis dijalankan dengan mengalirkan arus listrik 70V untuk dua gel.

Elektroforesis dihentikan setelah warna biru BPB mencapai kira-kira 0.5cm dari

batas bawah gel pemisah. Gel hasil elektroforesis dilepas dari plat menggunakan

spatula dan siap dilakukan pewarnaan protein.

Inkubasi

Gel pemisah hasil elektroforesis direndam dalam larutan Triton X-100

2.5% selama 1 jam sambil digoyang pada mesin penggoyang. Setelah itu gel

direndam didalam larutan buffer asetat pH 5 dan diinkubasikan selama 1 jam dan

(56)

Pewarnaan ProteinComassie Blue

Gel pemisah hasil elektroforesis direndam dalam larutan pewarna gel selama

20 menit sambil digoyang konstan pada mesin penggoyang. Kelebihan warna

dihilangkan dengan larutan peluntur warna sampai diperoleh pita-pita protein

berwarna biru dengan latar belakang jernih. Bobot molekul (BM) protein-protein

dalam sampel ditentukan dengan menghitung nilai Rf dari masing-masing pita

yang nampak, kemudian diplotkan pada kurva standar log BM terhadap Rf protein

penanda.

Pendugaan Kelas Protease Daun Mengkudu

Tahap ini dilakukan untuk menduga kelas protease dari daun mengkudu.

Pendugaan dilakukan menggunakan literatur, studi pustaka dan bank data yang

(57)
(58)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Daun Mengkudu

Pengamatan secara fisik pada daun mengkudu menunjukkan daun

mengkudu terlihat mengkilap. Daun pucuk berwarna hijau agak muda dan daun

pangkal (tua) berwarna hijau tua. Daun mengkudu terletak berhadapan satu sama

lain. Ukuran daun besar, tebal dan tunggal, tepi daun rata, urat daun menyirip dan

warna hijau mengkilap serta tidak berbulu.

Hasil analisa komposisi kimia diperlihatkan pada Tabel 6. Perbedaan

komposisi daun mengkudu bila dibandingkan dengan hasil penelitian FAO

(2007) dan Leung et al. (1972) dapat terjadi karena perkembangan dan

pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan

lingkungan tanam tanaman mengkudu (Rost et al., 2006) seperti air, unsur

[image:58.612.133.512.388.513.2]

hara/tanah suhu, kelembaban dan lain-lain (Parker, 2004).

Tabel 6. Kadar Proksimat Daun Mengkudu (g/100g)

Komponen Daun pucuk Daun pangkal Leunget al. (1972) wb

FAO (2007)

wb*) db**) wb db wb

Air 81.33 78.06 93.7

1 0.2 0.7 4.4

82

Protein 2.98 18.35 2.92 15.14 2.7

Lemak 0.30 1.84 0.73 3.77 1.8

Abu 1.83 11.31 2.31 14.10 1.5

Karbohidrat (by difference)

13.55 65.98 15.98 66.99 12

Ket : *): basis basah **): basis kering

Kadar protein yang terukur pada daun pucuk dan daun pangkal mengkudu

memperlihatkan adanya perbedaan. Kadar protein daun pucuk sebesar 2.98

(%wb) sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan daun pangkal yaitu 2.92

(%wb). Gan (2007) menyebutkan bahwa protein tanaman pada saat pelayuan akan

berkurang karena terjadinya degradasi protein seiring dengan meningkatnya

aktifitas enzim proteolitik. Degradasi protein adalah bentuk kegiatan menjaga sel

(59)

menjadi asam amino dan dapat digunakan kembali. Biasanya separuh protein

penyusun sel diganti setiap 4-7 hari (Hopkin dan Norman, 2004).

Degradasi protein dan remobilisasi dari asam amino ke jaringan yang

berkembang merupakan proses metabolisme yang utama dalam proses pelayuan.

Protease sistein dipercaya sebagai protease utama yang terlibat dalam hidrolisis

protein. Protease sistein telah diidentifikasi dari pelayuan daun, pelayuan bunga

dan pematangan buah (Nooden, 2004).

Pemurnian Protease pada Daun Mengkudu

Penelitian pemurnian protease dari daun mengkudu belum pernah

dilaporkan, oleh karena itu dalam penelitian ini ekstraksi dan tahapan pemurnian

protease merujuk pada penelitian yang hampir serupa yang pernah dilakukan pada

tanaman lain yaitu berdasarkan metode Piero and Petrone (1999) yang

mengekstrak protease serin dari daun selada dan metode Thomas et al. (2009)

yang mengekstrak enzim proteolitik dari pepaya (Carica papayacv Maradol) dan

dilakukan beberapa modifikasi menurut Bollag dan Edelstein (1991).

Harris (1989) menyebutkan bahwa pemurnian enzim dilakukan pada suhu

rendah (4-6oC)untuk meminimalkan terjadinya proteolisis. Buffer dan peralatan

sebelum digunakan didinginkan terlebih dahulu jika memungkinkan.

Daun mengkudu diekstrak menggunakan buffer asetat pH 5. Penggunaan

buffer asetat (pH 5) ini didapat berdasarkan hasil percobaan pada penelitian

pendahuluan. Pengukuran pH dilakukan pada perbandingan terbaik antara air :

daun mengkudu sehingga dapat diblender (1:5). Buffer yang digunakan ditambah

dengan gliserol, β-merkaptoetanol, EDTA dan Polivinilpirolidon (PVPP).

EDTA termasukk senyawa pengkelat yang ditambahkan dengan tujuan untuk

mengikat ion metal yang terdapat pada buffer (Bollag dan Edelstein, 1991).

EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid) yang bisa ditambahkan adalah 0.1-5mM

(Scopes, 1982).

Senyawa pereduksi ditambahkan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

oksidasi protein apabila sel tersebut dipecah dan berhubungan dengan oksigen.

Scopes (1987) menyebutkan bahwa senyawa pereduksi yang bisa ditambahkan

(60)

bahan, dalam penelitian ini digunakan merkaptoetanol 14mM. Konsentrasi

2-merkaptoetanol yang bisa digunakan adalah 5-20 mM (Harris, 1989).

Gliserol sering ditambahkan dalam tahap purifikasi untuk meminimalkan

kehilangan aktifitas enzim (Harris, 1989). Selain itu gliserol juga berfungsi untuk

menstabilkan protein selama penyimpanan (Scopes, 1987). Gliserol mereduksi

aktifitas air dalam larutan sehingga mereduksi denaturasi protein. Penambahan

gliserol bisa mencapai 10-50%. Pada penelitian ini gliserol yang ditambahkan

10% (v/v). Penyimpanan dengan penambahan gliserol membuat protein tidak

mengalami pembekuan walaupun disimpan pada suhu rendah (Bollag dan

Edelstein, 1991).

Polivinilpirolidon ditambahkan dalam buffer dimaksudkan untuk mengikat

senyawa polifenol yang menyebabkan warna coklat pada ekstrak daun mengkudu.

Bila sel dipecahkan senyawa fenol yang ada di vakuola daun akan berinteraksi

dengan polifenol oksidase dan akan membentuk senyawa kuinon. Senyawa ini

juga akan menghambat aktifitas enzim. Menurut Hartley (1989) PVPP dapat

berikatan dengan tanin yang merupakan salah satu senyawa fenol. Hasil penelitian

Zinet al.(2006) menunjukkan daun mengkudu mempunyai kandungan total fenol

tinggi yaitu ± 8342µg/g daun, sedangan buah mengandung total fenol 119.9µg/g

buah dan akar sebesar 285µg/g akar.

Ekstraksi daun mengkudu dilakukan dengan blender. Saat destruksi daun

mengkudu menggunakan blender menghasilkan buih. Terjadinya buih tidak dapat

dihindari. Setelah diekstrak menggunakan blender, cairan ekstrak enzim disaring

menggunakan kain saring dan didapatkan filtrat hasil penyaringan berwarna

coklat kehijauan. Warna hijau disebabkan oleh klorofil daun.

Setelah disentrifus selama setengah jam, klorofil daun terpisah dalam

endapan berwarna hijau. Hal ini diakibatkan oleh pengikatan ion logam Mg yang

ada pada klorofil daun oleh EDTA sehingga klorofil terdegradasi. Supernatan

yang dihasilkan berwarna coklat. Pada tahap ini ekstrak kasar diukur kadar

protein dan aktifitas enzim. Nilai absorbansi untuk kadar protein pada saat

pengukuran bernilai negatif. Diduga warna coklat yang terbentuk menghambat

(61)

Warna coklat pada ekstrak kasar daun mengkudu diduga diakibatkan oleh

polifenol yang masih tinggi terdapat dalam ekstrak kasar. Hartley (1989)

menyebutkan bahwa kontaknya senyawa fenolik yang ada di vakuola dengan

polifenoloksidase akibat dirusaknya sel daun oleh homogenisasi akan

terbentuknya warna coklat oleh melanin dan merupakan inhibitor bagi enzim.

Menurut Vedralova et al.(1987) melanin yang terbentuk akibat pencoklatan bisa

mempengaruhi pembacaan absorbansi hingga 40%.

Penambahan silika dimaksudkan untuk mengikat polifenol yang masih

ada. Silika gel adalah senyawa polar yang digunakan untuk memisahkan

komponen yang dapat dipolarkan seperti hidrokarbon aromatik dan campuran

solut yang kurang polar seperti fenol, ester dan eter alifatik (Adnan, 1991).

Penambahan silika dilakukan pada dua tingkat konsentrasi yaitu 1.4%(w/v) dan

4.1%(w/v). Pengamatan secara kasat mata memperlihatkan bahwa warna ekstrak

kasar dari daun pangkal dan daun pucuk yang coklat menjadi coklat muda.

Perbedaan juga terlihat pada nilai kadar protein dan aktifitas protease yang diukur.

Ekstrak kasar enzim dengan penambahan silika 1.4% dan 4.1% memberikan nilai

aktifitas protease yang sama tetapi kadar protein untuk silika 1.4% lebih kecil

dibandingkan penambahan silika 4.1% sehingga konsentrasi silika yang dipilih

adalah 1.4%.

Pengendapan protein dilakukan untuk fraksinasi protein. Pengendapan

protein biasanya tidak mendenaturasi atau merusak aktifitas enzim dan akan

kembali aktif bila dilarutkan. Garam yang ditambahkan bisa menstabilisasi

protein sehingga tidak rusak atau terjadi proteolisis. Pengendapan protein ini

dilakukan pada suhu rendah dengan tujuan untuk mengurangi inaktivasi (Harris,

1989). Konsentrasi ammonium sulfat dinyatakan dengan persentase kejenuhan

karena diasumsikan kelarutan ammonium sulfat pada ekstrak sama dengan

kelarutannya pada air murni.

Pada penelitian ini ammonium sulfat digunakan 100% jenuh dengan tujuan

Gambar

Tabel 1.  Komposisi Kimia Daun Mengkudu (mentah)
Tabel 2.  Beberapa Protease sistein Tanaman
Tabel 3.  Berbagai Protease serin dari Tumbuhan
Gambar 3. Garis besar kerja penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sirup limbah sari buah mengkudu yang terpilih berdasarkan tingkat kesukaan panelis adalah sirup

Tanaman mengkudu juga mengandung zat aktif ascorbin, fitosterol dan flavanoid yang berada di daun mengkudu, penggunaan daun mengkudu diharapkan dapat menurunkan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kimia bahan alam tentang tanaman yang mengandung steroid serta memberikan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang paling tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus yaitu

Gambar 4.9 merupakan gambar keseluruhan dari perlakuan (buah mengkudu muda, buah mengkudu tua, daun mengkudu muda, daun mengkudu tua) terlihat bahwa daya hambat yang

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun mengkudu yang terlarut dalam alkohol konsentrasi 10%, 30%, 50%, 60%, 70%, 90% dan ekstrak daun mengkudu yang

dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan diameter zona hambat yang

Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Perasaan Daun Mengkudu Senyawa Metode Pustaka Sebelum Sesudah Ket Antrakinon Brontrager Terbentuk warna merah Sirait, 2007 Coklat kehitaman