Universitas Kristen Maranatha iv
ABSTRAK
JUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L) SEBAGAI ANTELMINTIK PADA Ascaris suum INVITRO
Ni Putu Widiyanti. 2007. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing II: Budi Widyarto Lana, dr.
Askariasis merupakan salah satu penyakit cacing di Indonesia dengan insidensi 60 - 90%. Askariasis akan mengakibatkan gizi buruk, anemia, dan gangguan pertumbuhan pada anak. Salah satu cara penanggulangan masalah askariasis yaitu dengan pemberian obat antelmintik. Kebanyakan obat antelmintik terbuat dari bahan kimia yang sering menimbulkan efek samping. Dengan alasan ini, maka dilakukan penelitian terhadap obat antelmintik alternatif dari bahan alami yang jarang menimbulkan efek samping, yaitu daun mengkudu.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antelmintik jus daun mengkudu terhadap Ascaris suum secara invitro.
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan yang bersifat komparatif, menggunakan masing-masing 30 ekor Ascaris suum yang direndam dalam larutan jus daun mengkudu dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, juga dengan NaCl 0,9% dan piperazin sitrat 20%, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚ Celsius selama 3 jam. Data yang diukur adalah jumlah cacing hidup, paralisis, dan mati. Analisa statistik menggunakan statistik non parametrik “Chi Kuadrat” dengan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua konsentrasi jus daun mengkudu (10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%) mempunyai efek antelmintik terhadap Ascaris suum (p<0,01). Jumlah cacing yang paralisis dan mati dalam jus daun mengkudu dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% lebih sedikit dari piperazin sitrat sedangkan dalam konsentrasi 40%, 50% lebih banyak dari piperazin sitrat.
ABSTRACT
MENGKUDU LEAVES JUICE (Morinda citrifolia L.) AS ANTHELMINTIK ON Ascaris suum INVITRO
Ni Putu Widiyanti. 2007. Tutor I : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Tutor II: Budi Widyarto Lana, dr.
Ascariasis is one of worm infection in Indonesia with 60-90% incidence. Ascariasis will cause malnutrition, anemia, and growth retardation in children. One way to solve the ascariasis problems is by using synthetic anthelmintic. Mostly anthelmintic drugs were made from chemical agent with many side effects. More researchs are done to find anthelmintic drugs from natural resource with fewer side effects, such as mengkudu.
This research was performed to know the effect of mengkudu leaves on Ascaris suum.
This research is a real prospective experiment with comparative characteristic. Each group, consisted of 30 worms of Ascaris suum which was soaked in mengkudu leaves juice with concentration 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, NaCl 0,9%, and piperazine citrate, and then incubated for 3 hour at 37˚ Celsius. Data measured were the number of living, paralyzed, and dead worm, and analyzed statistically using nonparametric “Chi Square” with α = 0,05.
The results shows that all mengkudu leaves juice’s concentration (10%, 20%, 30%, 40%, and 50%) had anthelmintic effect on Ascaris (p<0,01). Number of paralyzed and dead worm in mengkudu leaves juice with concentration 10%, 20%, 30% were less than piperazine citrate and the concentration of 40%, 50% more than piperazine citrate.
Universitas Kristen Maranatha vi
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis dengan judul: “Jus Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Antelmintik pada Ascaris suum Invitro” dapat disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran.
Selama proses penyelesaian karya tulis ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. atas kesediaannya menjadi pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu, tenaga, maupun pikiran untuk memberikan bimbingan, tuntunan, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
2. Budi Widyarto, dr. atas kesediaannya menjadi pembimbing pendamping, yang telah meluangkan waktu, tenaga, maupun pikiran untuk memberikan bimbingan, tuntunan, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
3. Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK. yang telah memberikan masukan dan saran dalam karya tulis ini.
4. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. yang telah memberi masukan dan saran.
5. Adikku yang tersayang Ni Made Dwi Rosmiati yang selalu membantu dan menemani setiap waktu.
6. Meriza Yacinda yang sejak awal hingga akhir telah bersama-sama melakukan penelitian ini.
8. Ratna Dewi Reynando, Nova Lasmaria, Sang Mei Mei, Okty Mustika yang selalu mendukung.
9. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2003 yang selalu kompak dan saling membantu.
10.Kedua orang tua I Wayan Ratnata dan Ni Made Sumaryati yang dengan tulus memberikan dorongan, doa restu, serta dukungan moril dan materiil untuk menyelesaikan studi.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Akhir kata, penulis menyadari apa yang diperbuat tidak luput dari kekurangan, sehingga untuk mengatasi kekurangan itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun serta selalu memohon petunjuk ke kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) semoga apa yang diperbuat dapat berjalan dan berhasil dengan baik.
Bandung, 6 Januari 2007
Universitas Kristen Maranatha viii
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan tujuan ... 2
1.4 Manfaat KTI... 2
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3
1.6 Metodologi ... 3
1.7 lokasi dan Waktu... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ascaris sp... 4
2.2 Ascaris Lumbricoides... 4
2.2.1 Taksonomi... 4
2.2.2 Morfologi ... 4
2.2.3 Dinding Badan ... 6
2.2.4 Sistem Otot... 8
2.2.5 Sistem Pencernaan ... 9
2.2.7 Sistem Saraf ... 10
2.2.8 Organ Genitalia ... 10
2.2.9 Sistem Ekskresi ... 11
2.2.10 Daur Hidup... 11
2.3 Askariasis ... 11
2.3.1 Epidemiologi ... 12
2.3.2 Patogenesis dan Gejala Klinik ... 13
2.3.3 Diagnosis... 14
2.3.4 Pengobatan ... 14
2.3.5 Prognosis ... 14
2.3.6 Pencegahan ... 14
2.4 Obat cacing ... 15
2.4.1 Piperazine... 15
2.4.2 Pyrantel pamoate... 15
2.4.3 Mebendazole... 16
2.4.4 Albendazole... 16
2.5 Mengkudu ... 16
2.5.1 Morfologi ... 16
2.5.2 Klasifikasi botani ... 18
2.5.3 Kandungan ... 18
2.5.4 Manfaat ... 18
2.5.5 Mengkudu sebagai antelmintik ... 19
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian ... 20
3.2 Alat-alat yang digunakan ... 20
3.3 Metode Penelitian ... 20
3.3.1 Variabel Perlakuan dan Variabel Respon ... 20
3.3.2 Prosedur Penelitian... 21
Universitas Kristen Maranatha x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan dan Pembahasan... 23
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian... 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 25
5.2 Saran... 25
DAFTAR PUSTAKA... 26
LAMPIRAN... 28
RIWAYAT HIDUP... 32
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 4.1 Jumlah cacing Ascaris suum yang hidup, paralisis, dan mati setelah
Universitas Kristen Maranatha xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ascaris lumbricoides dewasa... 5
Gambar 2.2 Ujung posterior Ascaris lumbricoides betina dan jantan... 5
Gambar 2.3 Telur Ascaris lumbricoides yang telah dibuahi, belum dibuahi, dan telur berembrio... 6
Gambar 2.4 Kutikula Ascaris... 8
Gambar 2.5 Daur hidup Ascaris lumbricoides... 12
DAFTAR LAMPIRAN
28 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN
Lampiran 1.
Perhitungan Konsentrasi Bahan Uji
Bahan uji 10% = 40 gram daun mengkudu ditambah aquades hingga 400 ml
Bahan uji 20% = 80 gram daun mengkudu ditambah aquades hingga 400 ml
Bahan uji 30% = 120 gram daun mengkudu ditambah aquades hingga 400 ml
Bahan uji 40% = 160 gram daun mengkudu ditambah aquades hingga 400 ml
29
Lampiran 2 : Perhitungan Data
Analisis Data : Statistik non parametric Chi Kuadrat
Tabel kerja untuk mencari fo dan fe dari jumlah cacing Ascaris suum yang hidup,
paralisis dan mati setelah diberi perlakuan.
Hidup Paralisis dan Mati Total
Jus Daun Mengkudu 10% A
26 (17,8) B 4 (12,2) A+B 30
Jus Daun Mengkudu 20% C
23 (17,8) D 7 (12,2) C+D 30
Jus Daun Mengkudu 30% E
18 (17.8) F 12 (12,2) E+F 30
Jus Daun Mengkudu 40% G
12 (17,8) H 18 (12,2) G+H 30
Jus Daun Mengkudu 50% I
10 (17,8) J 20 (12,2) I+J 30 Total A+C+E+G+I 89 B+D+F+H+I 61 N=150 Keterangan:
- Angka tanpa tanda kurung adalah harga fo (frekuensi hasil observasi dari
sample penelitian) sedangkan angka dalam kurung adalah harga fe
(frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian)
30
Universitas Kristen Maranatha Prosedur untuk mencari harga fe (frekuensi yang diharapkan pada populasi
penelitian)adalah sebagai berikut:
fe untuk sel A = (A+B).(A+C+E+G+I) = 30 x 89 = 17,8
N 150
fe untuk sel B = (A+B).(B+D+F+H+J) = 30 x 61 = 12,2
N 150
fe untuk sel C = (C+D).(A+C+E+G+I) = 30 x 89 = 17,8
N 150
fe untuk sel D = (C+D).(B+D+F+H+J) = 30 x 61 = 12,2
N 150
fe untuk sel E = (E+F).(A+C+E+G+I) = 30 x 89 = 17,8
N 150
fe untuk sel F = (E+F).(B+D+F+H+J) = 30 x 61 = 12,2
N 150
fe untuk sel G = (G+H).(A+C+E+G+I) = 30 x 89 = 17,8
N 150
fe untuk sel H = (G+H).(B+D+F+H+J) = 30 x 61 = 12,2
N 150
fe untuk sel I = (I+J).(A+C+E+G+I) = 30 x 89 = 17,8
N 150
fe untuk sel J = (I+J).(B+D+F+H+J) = 30 x 61 = 12,2
31
Perhitungan:
X2 hitung = ∑ (fo – fe)2
fe
= (26 – 17,8)2 + (23 – 17,8)2 + (18 – 17,8)2 + (12 – 17,8)2 + 17,8 17,8 17,8 17,8
(10 – 17,8)2 + (4 – 12,2)2 + (7 – 12,2)2 + (12 – 12,2)2 + 17,8 12,2 12,2 12,2
(18 – 12,2)2 + (20– 12,2)2 12,2 12,2
= 3,777 + 1,519 + 0,002 + 1,889 + 3,417 + 5,511 + 2,216 +
0,003 + 2,757 + 4,986
= 46,021
db = (k – 1).(b – 1)
= (5 – 1).(2 – 1)
= 4
X2 tabel 5%, 4 = 9,488
X2 tabel 1%, 4 = 13,277
X2 hitung > X2 tabel 1% → tolak H0
Keterangan :
fo = frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian
fe = frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian
db = derajat kebebasan
k = kolom
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan cacing Ascaris lumbricoides.
Penyebaran penyakit ini terutama berada di daerah tropis yang tingkat
kelembapannya cukup tinggi (Onggowaluyo, 2002). Selain itu terdapat pula di
negara tertentu yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan memakai tinja sebagai
pupuk. Kurangnya pemakaian jamban keluarga akan menimbulkan pencemaran
tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci,
dan di tempat pembuangan sampah. (Sri S. Margono, 2000).
Prevalensi askariasis di Indonesia terbilang tinggi, terutama pada anak-anak.
Frekuensinya antara 60 – 90% (Sri S. Margono, 2000). Akibat adanya cacing
Ascaris dalam tubuh, anak akan mudah jatuh pada keadaan gizi buruk. Penyakit
ini selain dapat menyebabkan gangguan gizi, dapat pula menyebabkan anemia,
gangguan pertumbuhan, dan gangguan kecerdasan (Elmi, Tiangsa Sembiring, B.
Susanti Dewiyani, Endang D. Hamid, Syahril Pasaribu, Chairudin P. Lubis,
2004). Bahkan bila larva cacing bermigrasi ke paru-paru dapat menyebabkan
pneumonia, bila cacing dewasa bermigrasi ke usus buntu menyebabkan radang
usus, dan dapat menyebabkan abses hati bila bermigrasi ke hati (Agus Surono,
1997).
Obat modern yang biasa digunakan untuk obat cacing sering menimbulkan
efek samping contohnya: iritasi saluran cerna, memperkuat efek kejang pada
penderita epilepsi, embriotoksik, teratogenik, meningkatkan SGOT, bahkan dapat
menyebabkan agranulositosis (Sukarno Sukarban & Sardjono O. Santoso, 1995).
Dalam usaha untuk mengobati penyakit cacing, selain menggunakan obat modern,
masyarakat juga mengenal bahan alami yang bisa digunakan untuk melawan
cacing. Bahan alami memiliki sifat yang alamiah sehingga dianggap lebih aman,
ditoleransi lebih baik dibandingkan dengan obat modern, lebih mudah didapat dan
2
sebagai antelmintik adalah mengkudu. Akar, daun, dan buah mengkudu diketahui
memiliki khasiat anti-cacing (A.P. Bangun & B. Sarwono, 2004). Buah mengkudu
sudah diteliti oleh Ludmilla Budikusuma pada tahun 2003 dan hasilnya buah
mengkudu pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% mempunyai efek
sebagai antelmintik terhadap Ascaris suum invitro. Oleh karena itu kami tertarik
untuk melakukan penelitian menggunakan bagian lain dari mengkudu yang
mempunyai efek antelmintik, yaitu daun mengkudu.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah jus daun Mengkudu mempunyai efek antelmintik terhadap Ascaris
suum invitro.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Menjadikan daun Mengkudu sebagai obat alternatif untuk penyakit cacing.
1.3.2 Tujuan
Mengetahui efek antelmintik daun Mengkudu terhadap Ascaris suum invitro.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah wawasan pengetahuan farmakologi di bidang tanaman obat,
khususnya daun Mengkudu yang mempunyai efek antelmintik.
1.4.2 Manfaat Praktis
3
Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Mengkudu mengandung zat-zat: metil, asetil ester, morindon, dan soranyidiol.
Senyawa morindon berkhasiat sebagai obat pencahar (Asiamaya, 2000. A.P.
Bangun & B. Sarwono, 2004).
Senyawa morindon menyebabkan diare pada cacing, air dan elektrolit keluar
dari dalam tubuh cacing, terjadi kehilangan keseimbangan cairan dan dehidrasi
dalam tubuh cacing sehingga kerangka hidrostatik yang diperlukan untuk
pergerakan, proses makan dan defekasi terganggu. Cacing akan mengalami
paralisis bahkan mati (Robert & Janovy, 2005).
1.5.2 Hipotesis penelitian
Jus daun Mengkudu mempunyai efek antelmintik terhadap Ascaris suum
invitro.
1.6 Metodologi
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan yang bersifat
komparatif.
Data yang diukur adalah jumlah cacing hidup, paralisis dan mati.
Analisis data memakai statistik non parametrik ”Chi Kuadrat” dengan α= 0,05.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi:- Laboratorium Farmakologi FK UKM
- Laboratorium Mikrobiologi FK UKM
- Kampus FK UKM
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jus daun mengkudu mempunyai efek antelmintik terhadap Ascaris suum secara invitro.
5.2 Saran
26 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
A.P. Bangun., B. Sarwono. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Agus Surono. 1997. Flora Pengusir Cacing.
http://www.indomedia.com/intisari/1997/feb/cacing.html. 4 Agustus 2006.
Asiamaya. 2000. Mengkudu (Morinda citrifolia L.).
http://www.asiamaya.com/jamu/isi/mengkudu_morindacitrifolia.html. 21 September 2006.
Center for Disease Control. 1999. Agent and vector Ascaris lumbricoides. http://www.emedicine.com/ped/topic145.html. November 17th, 2006.
Elmi., Tiangsa Sembiring., B. Susanti Dewiyani., Endang D. Hamid., Syahril Pasaribu., Chairudin P. Lubis. 2004. Status Gizi dan Infestasi Cacing Usus Pada Anak Sekolah Dasar.
http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-chairuddin11.pdf. 4 Agustus 2006.
Endjo Djauhariya. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Tanaman Obat Potensial.
http://www.balittro.go.id/index.php?pg=pustaka&child=tro&page=lihat&tid=6 &id=20. 7 Maret 2006.
Goldsmith R.S. 2004. Farmakologi Klinis Obat Antelmintik. Editor: Tim Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Dalam:
Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. h. 259-90.
Houseman J. 2004. Ascaris Compare Male Female.
http://www.esu.edu/%7emilewski/intro_biol_two/lab__10_platy_nemat/ascaris _comparison_male_f.html. November 19th, 2006.
Ipteknet. 2005. Invertebrata.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_invertebrata/index.php?id=15&ch=pd_ind_inve rtebrata. 22 Agustus 2006.
Ipteknet. 2005. Tanaman Obat.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=5. 24 November 2006.
27
Juckett G. 2004. Herbal Medicine. Craig C.R. & Stitzel R.E. (eds). In: Modern Pharmacology with Clinical Applications. Sixth edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.
Neva F.A., Brown H.W. 1994. Basic Clinical Parasitology. 6th ed. Norwalk, Connecticut: Appleton & Lange. p. 107-44.
Noble E.R., Noble G.A. 1989. Nematoda. Editor: Noerhajati Soeripto. Dalam: Biologi Parasit Hewan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. h.531-609.
Ohio-state. 2002. Ascaris lumbricoides and Ascaris suum (Intestinal Roundworm of Humans and Pigs). http://ryoko.biosci.ohio-state.edu/~parasite/ascaris.html. Mei 13th 2006.
Roberts L.S., Janovy J.Jr. 2005. Foundations of Parasitology. 7th ed. New York: McGraw-Hill. p. 367-435.
Soedarto. 1992. Helmintologi Kedokteran. Cetakan Kedua. Jakarta: EGC. h. 79-81.
Sri S. Margono. 2000. Helmintologi. Editor: Srisasi Gandahusada., Herry D. Ilahude., Wita Pribadi. Dalam: Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 7-11.
Sukarno Sukarban., Sardjono O. Santoso. 1995. Antelmintik. Editor: Sulistia G. Ganiswarna. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 523-36.
T.H. Rampengan., I.R. Laurentz. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC. h. 217-23.
Wikipedia. 2006. Ascariasis.
http://en.wikipedia.org/wiki/Ascariasis. November 17th, 2006.
Yamaguchi T. 1994. Rasa Sakit di Abdomen dan Gejala-gejala Gastrointestinal. Editor: Maylani Handojo., Peter Anugerah. Dalam: Atlas Berwarna
Parasitologi Klinik. Jakarta: EGC. h. 77-9.