• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak

Usia Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo

Yogyakarta

Isrofah1Nonik Eka M.2

(1,2) Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan ABSTRACT

Teeth health education for school age is very important because that period is critics’ age or teeth development and also for psychology development so need approach method to knowledge and attitude especially oral and teeth health. So that teeth health education is done in Boto Kembang Elementary School Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta. This Research’s have aim is to know health education effect about oral and teeth health to the knowledge and attitude in oral and teeth health care. The research is pre experimental research by One Group Pretest Posttest Design. Respondent in this research are all the students in class 3 and 4 in Boto Kembang Elementary School about 8 – 12th years old, they are 30 students and taking the sample with total sampling technique. Research instrument is questioner. The statistical test is making use of SPSS with the level significant p<0, 05. Knowledge and attitude analysis in school age in Boto Kembang Elementary School show that before given education, the knowledge level is good, 9 respondents and after given health education, 27 respondents are good. Data analyses for attitude, before given health education, respondent with good attitude level are 26 respondents and after given healtheducation become 26 respondents. T-test result show -0, 969, means that health education about teeth not affect the knowledge for school age. The conclusion of this research is that oral and teeth health education effect the knowledge but do not effect to the attitude school age about oral and teeth health care.

Keywords:Teeth health education, knowledge, Attitude. PENDAHULUAN

Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor perilaku masyarakat. Berdasarkan SKRT 1995 dan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 1998 dinyatakan bahwa masyarakat belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari 22,8% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat gigi hanya 8,1% yang menyikat gigi tepat waktu (Herijulianti, 2001).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan dimasyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia

menderita kerusakan gigi aktif atau kerusakan gigi yang belum ditangani (Herijulianti, 2001).

Masalah kesehatan gigi anak menunjukan kecenderungan yang terus meningkat di pedesaan maupun perkotaan. Diwilayah perkotaan, prevalensi penyakit periodontal pada anak meningkat dari 62%-72% dan prevalensi karies meningkat dari 72%-73%. Didaerah pedesaan, prevalensi penyakit periodontal pada anak meningkat dari 68% - 89% dan prevalensi karies meningkat dari 66%- 71% (Priyono dan Hendratini, 2001 cit. Edi , 2005).

Mengingatkan besarnya peran perilaku terhadap derajat kesehatan gigi maka diperlukan pendekatan khusus dalam membentuk perilaku positif terhadap kesehatan gigi. Sikap yang positif akan mempengaruhi niat untuk ikut dalam kegiatan yang berkaiatan dengan hal tersebut dan sikap seseorang berhubungan erat dengan pengetahuan yang diterimanya dalam proses

(2)

belajar (Rahayu, 2005). Proses belajar ini hendaknya dilakukan sejak dini yaitu melalui proses pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan gigi (Notoatmodjo, 1997).

Penyuluhan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar umur 6 - 12 tahun sangat penting karena pada usia tersebut adalah masa kritis, baik bagi pertumbuhan gigi geliginya juga bagi perkembangan jiwanya sehingga memerlukan berbagai metode dan pendekatan untuk menghasilkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang sehat khususnya kesehatan gigi dan mulut (Rahayu, 2005).

Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan anak sekolah telah dilaksanakan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu kegiatan pokok Puskesmas. Pelayanan kesehatan gigi sekolah dilaksanakan secara terpadu melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di puskesmas dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Salah satu kegiatan pokoknya berupa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai kurikulum yang bertujuan agar siswa mempunyai sikap atau kebiasaan pelihara diri yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut (Depkes, 1996 cit. Edi, 2005).

Usaha ini belum membuahkan hasil yang memuaskan karena berbagai faktor penyebab diantaranya kurangnya pembekalan program kesehatan gigi baik dalam kurikulum pendidikan maupun kurikulum pelatihan. Kurangnya kemampuan para pengelola upaya kesehatan gigi untuk menyusun perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan upaya promotif kesehatan gigi serta terlalu luasnya materi penyuluhan serta kurang diterapkannya metode

demonstrasi juga menjadi salah satu faktor penyebabnya (Depkes RI, 1999 cit. Edi, 2005).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru di SD Boto Kembang dalam survey pendahuluan didapatkan data bahwa kegiatan UKS khususnya kegiatan UKGS di SD Boto Kembang belum terlaksana dengan baik dan siswa belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang gigi dan mulut. Berdasarkan lokasinya, SD Boto Kembang terletak jauh dari sumber pelayanan kesehatan, informasi yang mendukung seperti toko buku, terdapat satu warung internet tetapi hampir seluruh siswa belum bisa mengoperasikan internet dan sarana perpustakaan belum menyediakan buku-buku tentang kesehatan gigi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti bermaksud memberikan pendidikan kesehatan gigi dan kemudian menilai tingkat pengetahuan dan sikap siswa dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

METODE PENELITIAN

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas tiga dan empat yaitu sebanyak 30 responden .Kriteria inklusinya adalah sebagai berikut: siswa- siswi kelas tiga dan empat, berusia 8-12 tahun pada saat peneitian, bersekolah di SD N Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta, bisa membaca dan menulis, bersedia menjadi responden.

Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental One Group Pretest and Posttest Design.Pemilihan metode ini dikarenakan peneliti ingin menguji pengaruh pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di SDN Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta.

(3)

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu pendidikan kesehatan gigi, variabel terikat yaitu pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pencarian data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dari 20 pernyataan pengetahuan dihasilkan 13 pernyataan valid dan dari 22 pernyataan sikap, dihasilkan pernyatan yang valid sebanyak 15 pernyataan. Pelaksanakan penelitian dilakukan pada tanggal 24 April 2007.

Tahap pertama diberikan pretest, kemudian diberikan Pendidikan kesehatan gigi oleh peneliti dengan metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, kuis dan pembagian leaflet selama 90 menit. Kemudian dilakukan evaluasi dengan memberikan posttest. Uji statistik untuk menguji hipotesisi digunakan uji t test (paired sampel test).

Analisis dengan menggunakan komputer program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapatkan data karakteristik responden berdasarkan kelas umur, jenis kelamin bahwa jumlah responden sebanyak 30 responden dimana responden paling banyak adalah laki-laki sejumlah 20 responden (66,66%), umur terbanyak 9 tahun yaitu 13 responden (43,33%) dan paling sedikit adalah umur 12 tahun yaitu 1 responden (3,33%). Sedangkan karakteristik orang tua responden berdasarkan pekerjaan dan pendidikan orang tua responden didapatkan data untuk pekerjaan orang tua didominasi oleh petani dan wiraswasta masing-masing sebanyak 10 orang (33,33%) dan pendidikan orang tua didominasi oleh tingkat pendidikan SD sebanyak 11 responden (36,66%). Hasil selengkapnya bisa

dilihat pada tabel 1 dan 2. Sedangkan data untuk pengetahuan tentang kesehatan gigi sebelum diberi pendidikan kesehatan gigi jumlah responden yang berkategori baik sebanyak 9 responden (30%) dan setelah diberikan pendidikan kesehatan gigi jumlah responden yang mempunyai pengetahuan berkategori baik menjadi 27 responden (90%). Hasil penelitian untuk sikap tentang kesehatan gigi sebelum diberikan pendidikan kesehatan responden yang mempunyai sikap berkategori baik sebanyak 26 responden (86,67%) dan setelah diberikan jumlahnya tetap sama yaitu 26 responden (86,67%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel

Hasil pengujian hipotesis untuk pengetahuan sebelum dan sesudah penelitian didapatkan t-hitung - 11,62 dengan p sebesar 0,00. berdasarkan p_0,05 dan t-hitung > t-tabel, maka disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan gigi berpengaruh terhadap pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah di SDN Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta.(tabel 3). Hasil pengujian hipotesis untuk sikap sebelum dan sesudah penelitian didapatkan t-hitung -0,969 dengan p sebesar 0,340. berdasarkan p_0,05 dan t-hitung < t-tabel, maka disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan gigi tidak berpengaruh terhadap sikap tentang kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah di SDN Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta. Tabel 4.

(4)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas, Jenis kelamin, Umur di SDN Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2007

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan Orang Tua di SDN Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2007

Karakteristik Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

Pekerjaan Orang tua a. PNS 5 16.66

b. Petani 10 33.33

c. Wiraswasta 10 33.33

d. Buruh 4 13.33

e. Kadus 1 3.33

Pendidikan Orang tua a. SD 11 36.66

b. SMP 7 23.33

c. SMA 10 33.33

d. D3 1 3.33

e. S1 1 3.33

Tabel 3. Distribusi Frekunsi Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa dan Siswi Usia 8-12 Tahun di SDN Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2007

Variabel Kategori Rentang Jumlah

Pretest % Posttest % Pengetahuan Kurang < 56% 9 30 1 3.33 Cukup 56% - 75% 12 40 2 6.66 Baik 76% - 100% 9 30 7 90 Sikap Kurang < 56% 3 10 1 3.33 Cukup 56% - 75% 1 3.33 2 10 Baik 76% - 100% 26 86.66 26 86.66 Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kelas 3 a. Laki-laki 8 53.3 b. Perempuan 7 46.7 4 a. Laki-laki 12 80 b. Perempuan 3 20 Umur (tahun) a. 8 9 30 b. 9 13 43.3 c. 10 5 16.7 d. 11 2 6.7 e.12 1 3.3

(5)

Pada penelitian ini didapatkan hasil pendidikan kesehatan gigi berpengaruh terhadap pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di SD N Boto Kembang. Hal ini mungkin disebabkan karena penelitian ini menggabungkan antara metode ceramah, demonstrasi dan tanya jawab yang dapat menyebabkan peningkatan pengetahuan responden. Penggabungan ketiga metode tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dimana ceramah digunakan untuk menyampaikan pesan yang bersifat informatif, demonstrasi dapat mempermudah dan memperdalam proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan sehingga mendapatkan pengertian atau pemahaman lebih baik sedang tanya jawab sendiri memberikan kesempatan pada responden untuk mengemukakan pendapat sehingga terjadi umpan balik dari responden (Herijulianti, 2001).

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Gallen (cit. Suromo, 1991), dan Shanta dkk. (1996) bahwa pendidikan kesehatan dengan melibatkan peserta secara aktif dapat meningkatkan pengetahuan. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Chasanah (2004) tentang gambaran penyuluhan metode ceramah dan metode demonstrasi terhadap peningkatan pengetahuankebersihan gigi dan mulut siswa kelas IV SD Lempuyangan I Yogyakarta. Tingkat pengetahuan berkategori baik sebelum diberi pendidikan kesehatan, sebanyak 6 responden (40%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan, maka diketahui responden paling banyak mempunyai pengetahuan berkategori baik yaitu 12 responden (80%). Selain itu penelitian ini juga didukung oleh Ridesman (2005) tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode diskusi kelompok dan demonstrasi terhadap pengetahuan,

sikap dan perilaku keluarga dalam menemukan tersangka penderita tuberkulosis paru. Didapatkan data sebelum diberikan pendidikan 26,73% setelah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 37,47%.

Pada metode ceramah peneliti menggunakan alat bantu berupa leafleat yang berisi materi tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut. Leafleat dikemas sedemikian rupa menggunakan bahasa yang mudah dimengerti responden dan disertai gambar–gambar sehingga materi lebih menarik minat responden untuk membacanya.

Pada metode demonstrasi peneliti menggunakan alat bantu peraga berupa pantom gigi, sikat gigi, pasta gigi dan gambar-gambar. Penggunaan alat peraga dalam penyuluhan akan memperlancar jalannya penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan responden.

Dengan semakin banyak seseorang menerima informasi maka semakin meningkat pengetahuan, sehingga sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa dengan pemberian informasi (pendidikan kesehatan) dapat meningkatkan pengetahuan.

Berdasarkan tabel 3 dan 4 juga didapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan gigi tidak berpengaruh terhadap sikap tentang kesehatan gigi dan mulut di SD N Boto Hasil ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Rahayu (2005) tentang Pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan dan sikap anak kelas V di SD Muhammadiyah Wirobrajan Yogyakarta yaitu sebelum diberi pendidikan kesehatan, responden paling banyak mempunyai sikap baik yaitu 26 responden (86,67%) dan setelah diberikan pendidikan, responden paling banyak mempunyai sikap baik yaitu 29 responden

(6)

(96,67%). Hal ini terjadi karena pada penelitian Rahayu (2005) penelitian dilakukan di daerah kota dan responden sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang gigi dan mulut, sedangkan pada penelitian ini responden belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan gigi sebelumnya.

Pembentukan sikap salah satunya di pengaruhi oleh pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah kemudian penghayatan tesebut kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini Azwar (2007) mengatakan bahwa tidak ada pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut. Hal ini señalan dengan pendapat Muchlas (1997) dan Armanto dkk. (1993) cit. Fuad (2003) menjelaskan bahwa proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap melalui proses belajar sosial karena pengalaman pribadi dengan obyek tertentu. Penelitian ini dilakukan di daerah desa yang memiliki karakteristik responden dan orang tua responden yang berbeda-beda. Pekerjaan orang tua responden sebagian besar sebagai petani dan wiraswasta yang masing-masing sebesar 33,33%. Sedangkan pendidikan orang tua responden sebagian besar adalah SD sebanyak 36,66% yang kemungkinan menjadi penyebab tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan gigi terhadap anak usia sekolah.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Suwelo (1992) dan Budiharto (2000) cit.

Nurchasanah, (2006) bahwa lingkungan tempat tinggal mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran mengenai kesehatan gigi. Daerah perkotaan dan pedesaan yang berbeda situasi dan kondisi akan sangat berpengaruh terhadap kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut. Sedangkan di daerah perkotaan sarana transportasi dan komunikasi lebih merata, sehingga setiap pelosok lebihxzz dapat terjangkau program kesehatan. Di daerah pedesaan motivasi untuk pergi ke dokter gigi masih kurang. Keadaan ini dimungkinkan juga karena di daerah pedesaan masih banyak masyarakat yang berpendidikan rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Pintauli (2004, cit. Nurchasanah, 2006) menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut. Pendidikan sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman yang baik dan buruk, boleh atau tidak boleh dilakukan (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi pendidikan seseorang, ia akan memiliki pemahaman yang lebih sehingga akan berpengaruh terhadap sikap.

Sikap seseorang juga dipengaruhi oleh orang lain khususnya orang yang dianggap penting seperti orang tua, orang yang status sosialnya tinggi, teman sebaya, teman dekat seperti yang dijelaskan oleh Azwar (2003) bahwa sikap dipengaruhi oleh Pengaruh orang lain yang dianggap penting, seseorang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, atau

(7)

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others). Diantara orang yang dianggap penting adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.

Pendidikan kesehatan gigi tidak berpengaruh terhadap sikap siswa di SDN Boto Kembang mungkin disebabkan karena siswa belum memahami betul tentang arti pentingnya kesehatan gigi dan mulut, kurangnya dukungan guru, fasilitator yang kurang tepat, materi yang kurang berkembang (kurang akurat dan kurang aktual) dan kurangnya aktifitas pendidikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fuad (2003) dalam penelitiannya bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan seksual dengan pendekatan

Peer Education terhadap sikap remaja.

Pembentukan sikap tidak dapat dilepaskan dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti dijelaskan oleh Azwar (2003) bahwa diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah Pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,. pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional.

Sikap dapat dibentuk melalui empat macam cara yaitu: dengan cara adopsi, diferensiasi, integrasi atau trauma. Sikap diperoleh melalui proses belajar sehingga perubahan sikap juga diperoleh melalui proses belajar. Proses belajar ini tidak hanya mempengaruhi kepercayaan seseorang, tetapi juga mempengaruhi reaksi-reaksi afektif dan kecenderungan perilaku. Perubahan sikap bisa berupa penambahan, pengalihan data modifikasi dari satu atau lebih dari ketiga komponen sikap tersebut. Artinya ada

kemungkinan satu atau dua komponen sikap itu berubah, tetapi komponen lain tetap sama. Faktor pengalaman dan kematangan usia sangat berpengaruh dalam perubahan sikap seseorang.

Kegiatan pendidikan kesehatan belum dapat mempengaruhi komponen- komponen sikap, terutama komponen emosional, sehingga walaupun mereka memiliki pengetahuan, tetapi belum sampai kepada taraf percaya dan perubahan atau peningkatan sikap. Kemungkinan lain adalah bahwa pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang disampaikan belum akurat seperti materi tentang kesehatan gigi dan mulut, siswa belum pernah melihat cara menggosok gigi yang benar dan kerusakan gigi akibat kurangnya perawatan dan belum pernah membuktikan manfaat upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Faktor yang tidak bisa diabaikan adalah pengalaman yang masih kurang dan usia masih anak-anak.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan gigi berpengaruh terhadap pengetahuan anak usia sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pendidikan kesehatan gigi tidak berpengaruh terhadap sikap anak usia sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

SARAN

Bagi SD Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta Para guru atau pendidik dapat memberikan informasi maupun pendidikan kepada siswanya tentang kesehatan gigi dan mulut seperti cara menjaga kebersihan gigi dan mulut, cara menyikat gigi yang benar dsb minimal 1 kali/bulan. Mengadakan pemeriksaan kesehatan

(8)

gigi dan mulut siswanya secara berkala minimal 1kali/bulan.

Bagi Siswa-Siswi SD Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta Dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi sehingga memiliki pengetahuan yang tinggi dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam pemeliharaan kesehatan gigi seperti dapat menggosok gigi dengan cara yang benar, menggosok gigi minimal 2 kali sehari, memeriksakan gigi ke pelayanan kesehatan minimal 6 bulan sekali dan lain sebagainya.

Bagi Puskesmas Nanggulan dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar yang diselenggarakan dengan meningkatkan kegiatan pokok UKS dalam bentuk Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) seperti penyuluhan kesehatan gigi untuk semua murid, sikat gigi bersama, pelayanan medik gigi dasar dan lain sebagainya minimal 1kali/bulan.

Bagi peneliti lain melakukan penelitian serupa dengan responden lebih banyak dengan menerapkan metode lain dan melakukan penelitian lanjutan dengan menghadirkan pihak-pihak terkait seperti orang tua, teman dekat maupun guru agar dapat memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh dan mewakili.

KETERBATASAN PENELITIAN

1. Dalam pemilihan desain penelitian kemungkinan akan mendapatkan hasil yang bias karena tidak ada kelonpok kontrol. 2. Tidak dilakukan skrining mengenai

penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi yang mungkin dialami oleh responden.

3. Kurangnya pengalaman pribadi siswa di SD Boto Kembang khususnya tentang kesehatan

gigi dan mulut sehingga menghasilkan sikap yang negatif terhadap pendidikan kesehatan gigi.

4. Penelitian ini mengabaiakan pengaruh orang yang dianggap penting (orang tua, guru maupun teman dekat) diamana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Dr.Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Purwanta, S.Kp., M.Kes selaku dosen Pembimbing I, atas bimbingan dan koreksinya selama penyusunan karya tulis ilmiah.

3. Adiana Retno, S.Kep., Ns selaku dosen Pembimbing I, atas bimbingan dan koreksinya selama penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Rahmah, S.Kep., Ns, selaku Dosen Penguji atas kesediaannya memberikan koreksi. 5. SDN Boto Kembang Nanggulan Kulon

Progo Yogyakarta terima kasih atas segala bantuan dan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2002). Prosedur rPenelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi ke 6, Rineka Cipta , Jakarta.Azwar, S.(2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chasanah, C. (2004). Gambaran Penyuluhan Metode Ceramah dan Metode Demonstrasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gigi dan Mulut Siswa Kelas IV SD Lempuyangan I Yogyakarta.

Jurusan Kesehatan Gigi Politektik Kesehatan Yogyakarta.

(9)

Edi, S. (2005). Pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SD Gadungan II Canden Jetis Bantul Yogyakarta.

Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Yogyakarta. Fuad., Radiono., Paramastri. Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Seksual terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Upaya Pencegahan Penularan HIV?AIDS di Kodia Yogyakarta.

Berita Kedokteran Masyarakat.,XIX(1) 2003. Herijulianti, E. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi,

EGC, Jakarta.

Machfoedz, I. (2005). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu Hamil. Fitramaya. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S.(2002). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rinneka Cipta, Jakarta.

Nurchasanah, S. (2006). Hubungan Jenis Kelamin,Tempat Tinggal Pengetahuan, Sikap, Perilaku Pencegahan Dan Dukungan Orang Tua Dengan Status Kesehatan Gigi Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Sleman. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rahayu, E.M. (2005). Pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan dan sikap anak kelas V di SD Muhammadiyah Wirobrajan Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan.

Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.Yogyakarta.

Wahyono,Teguh.(2006). 36 Jam Belajar Komputer:Analisis Data Statistik dengan SPSS 14. Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan Orang Tua  di  SDN  Boto Kembang Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2007

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan antara lain intensitas kontak, tipe kusta, personal hygiene , suhu rumah, kelembaban udara

Dalam penelitian ini subtansi yang akan dikaji adalah teori tentang partisipasi masyarakat dalam hal ini lebih difokuskan sesuai sasaran yang telah ditentukan yaitu

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut : data sikap siswa setelah penerapan kurikulum yang bermuatan pendidikan antikorupsi pada mata pelajaran PKn

Pada pengujian kedua di lokasi kedua yaitu di taman sampangan semarang, saat 30 menit pertama setelah alat dinyalakan, data yang didapat adalah sebagai berikut,

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernitra (2011), tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap profitabiltas perusahaan dimana, hasil

Phlebitis post infus juga sering di laporkan kejadiannya sebagai akibat pemasangan infus. Phlebitis post infus adalah peradangan pada vena yang didapatkan 48 – 96 jam

Kecap Bango memiliki asosiasi berbeda dengan merek kecap lain dalam hal keaslian bahan, iklan dan promosi yang menarik, sedangkan asosiasi yang menonjol dari

Transformasi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L. BL) Dengan Gen SoSUT1 Menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain GV3101 dan Eksplan Kalus; Anisa Indah