• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Internal Audit Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Aset Tetap Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Internal Audit Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Aset Tetap Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Internal Audit

Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah:

Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dan lain-lain.

Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:

Internal audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif—semua.

Dari uraian diatas dapat diketahui internal audit adalah alat manajemen yang

merupakan unsur dari pengawasan intern yang fungsi utamanya adalah mengukur dan

menilai unsur pengendalian lainnya dalam perusahaan. Personilnya disebut internal

auditor yang bertugas untuk membantu semua anggota manajemen dalam tugasnya

untuk memberikan analisa, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diteliti. Oleh

karena itu internal auditor harus memperhatikan semua tahapan dari kegiatan

perusahaan dimana ia memberikan jasanya. Internal auditor bekerjasama secara aktif

(2)

konstruktif mengenai dasar – dasar kebijaksanaan serta keaktifan unsur – unsur

pengawasan. Untuk menjamin hasil kerja bagian ini, maka perlu diperhatikan

kualifikasi yang baik dari pegawai bagian internal audit yang ada. Disamping itu

internal auditor juga harus menguasai disiplin ilmu lain disamping ilmu auditing

sendiri, karena sebagai internal auditor perusahaan, ia harus tanggap terhadap

lingkungan auditnya, dimana ia adalah pemberi informasi yang tepat dan objektif

untuk pengambilan keputusan bagi manajemen.

2.2Norma Praktek Internal Audit

Menurut Tugiman (2006:16) norma praktik internal auditing adalah sebagai

berikut: (1) independensi, (2) kemampuan profesional,(3) lingkup pekerjaan, (4)

pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, (5) manajemen bagian internal audit.

2.2.1 Independensi

Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan, independensi memungkinkan

auditor internal untuk melakukan pekerjaan audit secara bebas dan objektif. Hal ini

dapat tercapai apabila audit internal diberikan status dan kedudukan yang jelas (Hiro

Tugiman, 2006:20), seperti yang dikemukakan Hiro Tugiman (2006:20), sebagai

berikut :

(3)

Independensi menurut Hiro Tugiman (2006:20) menyangkut 2 (dua) aspek,

yaitu:

1. Status organisasi

Status organisasi unit audit internal haruslah memberikan keleluasaan untuk

mengetahui atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan.

Audit internal haruslah memperoleh dukungan dari manajemen senior dan

dewan, sehingga mereka akan mendapatkan kerja sama dari pihak yang diperiksa

dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan

pihak lain.

2. Objektivitas

Merupakan sikap mental independen yang harus dimiliki oleh auditor internal

dalam melaksanakan suatu pemeriksaan. Auditor internal ini tidak boleh

menempatkan penilaian yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan

penilaian yang dilakukaan oleh pihak lain. Dengan kata lain penilaian tidak boleh

berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak lain. Sikap objektif auditor

internal mengharuskan pelaksanaan pemeriksaan dengan suatu cara, sehingga

mereka akan yakin dengan hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan dan tidak

akan membuat penilaian dengan kualitias yang tidak benar atau meragukan.

Auditor internal tidak boleh ditempatkan dalam keadaan yang membuat mereka

tidak dapat membuat penilaian yang objektif dan profesional.

2.2.2 Kemampuan Profesional

Menurut Hiro Tugiman (2006:27) kemampuan profesional adalah sebagai

(4)

Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.

Menurut Hiro Tugiman (2006:27) cakupan kemampuan profesional, yaitu:

1. Bagian Audit Internal, harus :

a) Memberikan jaminan atau kepastian teknis dan latar belakang pendidikan para

pemeriksa internal telah sesuai dengan pemeriksaaan yang akan dilaksanakan .

b) Memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang

dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan.

c) Memberikan kepastian bahwa pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi

sebagaimana mestinya.

2. Auditor Internal harus :

a) Mengetahui standar profesional dalam melakukan pemeriksaan.

b) Memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang penting

dalam pelaksanaan pemeriksaan.

c) Memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara

efektif.

d) Meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan.

e) Melaksanakan ketelitian profesional yang sepantasnya dalam melakukan

pemeriksaan.

2.2.3 Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan menurut Hiro Tugiman, (2006:41) ialah “ruang

lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan

dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan dan

(5)

Lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi pengujian dan evaluasi

terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki

organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.

1. Keandalan Informasi

Pemeriksa internal haruslah memeriksa keandalan (reliabilitas dan integritas)

informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan cara-cara yang dipergunakan

untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan suatu

informasi tersebut.

2. Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan

perundang-undangan

Pemeriksa internal haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk

meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan, rencana,

prosedur, hokum, dan peraturan yang memiliki akibat penting terhadap

pekerjaan-pekerjaan atau operasi-operasi, laporan-laporan serta harus

menentukan apakah organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut

3. Perlindungan terhadap harta

Pemeriksa internal haruslah memeriksa alat atau cara yang dipergunakan untuk

melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu, memverifikasi

keberadaan berbagai harta organisasi.

4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien

Pemeriksa internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan

(6)

5. Pencapaian tujuan

Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk

menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi, atau program telah

dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana.

2.2.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dinyatakan oleh Hiro Tugiman (2006:53)

ialah “Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan

pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (follow up).

Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan menurut Hiro Tugiman (2006:53), dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan Pemeriksaan

Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan harus meliputi :

a) Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.

b) Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan

yang akan diaudit.

c) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan

pemeriksaan.

d) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

e) Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiata yang

diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, untuk

mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk

(7)

f) Penulisan program pemeriksaan.

g) Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil pemeriksaan

akan disampaikan.

h) Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan.

2. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi

Internal auditor haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan

membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. Proses

pengujian dan pcngevaluasian informasi adalah sebagai berikut:

a) Semua informasi yang berhubungan dengan tujuan audit dan ruang lingkup

kerja harus dikumpulkan

b) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk

membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi.

c) Prosedur pemeriksaan, teknik pengujian dan penarikan contoh yang

dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila mcmungkinkan dan

diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki dcmikian.

d) Proses pengumpulan, analisis, penafsiran, dan pembuktian kebenaran

informasi haruslah diawasi untuk memberikan kcpastian bahwa sikap

objektif auditor tcrus dijaga dan sasaran permeriksaan dapat dicapai.

e) Kertas kerja audit adalah dokumen pemeriksaan yang harus dibuat oleh

auditor dan ditinjau atau ditelaah oleh manajemen bagian audit internal.

(8)

dianalisis yang dibuat serta harus mendukung dasar temuan pemeriksaan dan

rekomendasi yang akan dilaporkan.

3. Pencapaian Hasil Pemeriksaan

Internal auditor harus melaporkan hasil pcmeriksaan yang dilakukannya.

a) Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah pengujian

terhadap pemeriksaan (audit examination) selesai dilakukan. Laporan

sementara dapat dibuat secara tertulis atau lisan dan diserahkan secara

formal atau informal.

b) Internal auditor harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan

dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat, sebelum

mengeluarkan laporan akhir.

c) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan lepat waktu.

d) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil

pelaksanaan audit, dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisikan

pernyataan tentang pendapat auditor.

e) Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai

perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang

dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif.

f) Pandangan dari pihak auditee tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi

dapat pula dicantumkan dalam laporan audit.

g) Pimpinan audit internal atau staf yang ditunjuk harus mereview dan

(9)

dikeluarkan, dan menentukan kepada siapa laporan tersebut akan

disampaikan.

4. Tindak Lanjut Hasil Audit

Internal auditor harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up)

untuk memastikan bahwa terhadap temuan audit yang dilaporkan telah dilakukan

tindakan yang tepat.

2.2.5 Manajemen Bagian Internal Audit

Manajemen bagian audit internal dinyatakan Tugiman (2006:79) bahwa

pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat. Pimpinan

audit internal bertanggung jawab mengelola bagian audit internal, sehingga :

1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang

disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan

2. Sumber daya bagian audit internal digunakan secara efisien dan efektif.

Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar profesi.

Pimpinan audit internal harus :

1. Memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab untuk

bagian audit internal.

2. Menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal

3. Membuat berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis sebagai pedoman bagi

staf auditor.

4. Menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya

(10)

5. Mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.

6. Menetapkan dan mengembangkan program pengendalian mutu untuk

mengevaluasi berbagai kegiatan dari bagian audit internal.

Dengan demikian dapat penulis jelaskan bahwa pimpinan audit internal harus

mengelola bagian audit internal dengan tepat dan baik, selain itu pimpinan audit

internal bertanggung jawab mengelola bagian audit internal.

2.3 Pengendalian Internal

Menurut Alvin A. Arens (2008:370): “Sistem pengendalian internal terdiri atas

kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian

yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan

prosedur ini sering kali disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk

pengendalian internal entitas tersebut.”

Pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organizations

(COSO:2001) adalah: “Suatu proses yang dijalankan oleh top manajemen sampai staf

operasional, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang reasonable akan

tercapainya tujuan organisasi dalam tiga kategori, yaitu:

1. Keandalan laporan keuangan

2. Efektivitas dan efisiensi operasi

3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

2.3.1 Komponen Pengendalian Internal

(11)

Internal Control-Integrated Framework yang dikeluarkan Committee of

Sponsoring Organizations (COSO), yaitu kerangka kerja pengendalian

internal yang paling luas diterima di Amerika Serikat, menguraikan lima komponen pengendalian yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai.

Komponen pengendalian internal Committee of Sponsoring Organizations

(COSO:2001) terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Lingkungan pengendalian

2. Penilaian resiko

3. Aktivitas pengendalian

4. Informasi dan komunikasi

5. Pemantasan atau monitoring

2.4 Pengertian Aset Tetap

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 revisi tahun

2007 menyatakan bahwa Aset tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk

digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan

kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative, dan diharapkan untuk digunakan

selama lebih dari satu periode.

Menurut Warren, et al. (2008:207) menyatakan bahwa Aset tetap (fixed assets)

merupakan asset jangka panjang atau asset yang relative permanen. Mereka

merupakan asset berwujud (tangiable assets) karena terlihat secara fisik. Asset

tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual

(12)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang ada hubungannya dengan masalah Internal Audit sudah pernah

dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu:

1. Aristanti Widyaningsih (2010)

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh audit internal terhadap efektivitas

pengendalian intern biaya produksi pada unit Satuan Pengawasan Intern (SPI)

pada PT Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Dari hasil perhitungan di atas, daya determinasi variabel

X terhadap variabel Y adalah sebesar 59,00%. Nilai tersebut menunjukan

bahwa variabel X memberikan pengaruh sebesar 59,00% terhadap variabel Y,

ini berarti bahwa audit internal mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap

efektivitas pengendalian intern biaya produksi. Sedangkan sisanya sebesar

41,00% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern

biaya produksi pada PT Dirgantara Indonesia yaitu Sistem Informasi

Akuntansi/Manajemen (SIA/SIM) dan anggaran biaya produksi. Perbedaan

antara penulis dengan Aristanti Widyaningsih (2010) terlihat pada variabel

independen yaitu efektivitas pengendalian intern biaya produksi.

2. R. Ait Novatiani dan Anisa Ajeng Yulyanti (2011)

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh internal audit terhadap efektivitas

(13)

penelitian menunjukkan bahwa variabel internal audit (X) memberikan

pengaruh sebesar 56,70% terhadap pengendalian internal aset tetap (Y)

sedangkan sisanya 43,30% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini. Perbedaan antara penulis dengan R. Ait Novatiani dan

Anisa Ajeng Yulyanti (2011) yaitu pada objek penelitian dan tahun penelitian.

3. Eka Noviana Sari (2013)

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh audit internal terhadap kinerja

keuangan perbankan (Studi Kasus Pada Perbankan Di Kota Gorontalo). Hasil

pengujian secara statistika terhadap model regresi menunjukkan Hasil yang

signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Adapun besar pengaruh audit

internal terhadap kinerja keuangan adalah sebesar 21,4%. Dari hasil ini

terlihat bahwa meskipun audit internal mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan namun besar pengaruhnya

relatif masih rendah. Sedangkan pengaruh variabel lain terhadap kinerja

keuangan mencapai 78,6%. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan

perbankan tersebut antara lain audit opersional, komite audit, pengendalian

internal, sumber daya manusia yang dimiliki, kebijakan internal perusahaan,

dll. Karena masih dominanannya pengaruh faktor lain, maka untuk

peningkatan pelaporan kinerja keuangan dimasa mendatang perlu dilakukan

(14)

Noviana Sari (2013) yaitu pada variable independennya yaitu kinerja

keuangan perbankan.

4. Mohammad Taufan Supadrijono (2013)

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pengaruh audit internal dalam

menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha pada PT.

Telekomunikasi Indonesia DIVRE II. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi

Rank Spearman, maka hubungan antara audit internal dengan pengendalian

internal piutang usaha dapat dikatakan kuat. Hasil uji hipotesis dapat dilihat

bahwa t hitung = 4,38 lebih besar dari ttabel = 2,048. Ini berarti Ho ditolak

dan Ha gagal ditolak, maka audit internal berperan terhadap pengendalian

internal piutang usaha pada PT. Telekomunikasi Indonesia DIVRE II. Kriteria

t hitung berada pada daerah penolakan Ho, sehingga hipotesis yang diajukan

penulis yaitu : “audit internal yang dilaksanakan dengan memadai akan

berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian piutang usaha” dapat diterima.

Perbedaan antara penulis dengan Mohammad Taufan Supadrijono (2013)

adalah pada variable independennya yaitu efektivitas pengendalian internal

piutang usaha.

5. Alexander J. Laskowski and Joseph Calvanico (2006)

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh internal control terhadap asset

management program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

(15)

tax, income tax, IT internal control procedure review dan assets management

tracking, maka ditemukan solusi terbaik untuk menghemat uang perusahaan

melalui manajemen aset yang tepat yaitu dengan variable Assets Tracking.

2.6 Kerangka Konseptual

Bagian internal audit membantu pimpinan perusahaan dalam melaksanakan

tugasnya dengan baik, sehingga audit perusahaan dapat mencapai tujuannya serta

mengevaluasi dan menilai efektivitas dari risiko manajemen, pengendalian dan proses

pengelolaan perusahaan. Internal audit harus mempertahankan sikap objektif dan

independen, dimana ia harus dipisahkan dari semua fungsi operasional perusahaan.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan di atas dan untuk

memudahkan penelitian, maka penulis menyusun sebuah pemikiran yang lebih jelas

seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1

• Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan. • Manajemen Bagian Internal Audit

Variabel Dependen (Y)

Pengendalian Internal Aset Tetap Indikator :

• Lingkungan Pengendalian • Penilaian Resiko

• Aktifitas Pengendalian • Informasi & Komunikasi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada wanita, status janda adalah satu tantangan emosional yang paling berat karena di dunia ini tidak akan ada seorang wanita yang merencanakan jalan hidupnya untuk menjadi

Then, according to [11] said that he tried several such as square, rhombus, rectangle, parallelogram, when constructed on each side of any quadrilateral, the four centroids of

metode untuk menyelesaikan masalah dengan alternatif-alternatif dalam jumlah yang relatif kecil...

In this regard, research and development on CAD/CAM/CAE (computer-aided design/computer-aided manufacturing/computer aided engineering) systems for practical use have

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler hoki memiliki dampak yang positif terhadap perkembangan

Hasil penelitian terdapat 5 jenis tumbuhan kantong semar di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam, yaitu Nepenthes ampullaria ,

bekerjasama dalam kelompok yang heterogen. Berbeda dengan pembelajaran konvensional dalam pengelompokan siswa tidak heterogen, dan sering kali dibentuk berdasarkan

Validasi dilakukan dengan menggunakan bobot yang dihasilkan dari proses pelatihan pada iterasi tertentu, dimana pada iterasi tersebut akurasi pelatihan