• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM PROSES GUGAT CERAI (KHULU’) DI PENGADILAN AGAMA PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM PROSES GUGAT CERAI (KHULU’) DI PENGADILAN AGAMA PALEMBANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

M. Syaifuddin dan Sri Turat miyah

Fakult as Hukum Universit as Sriwij aya Palembang Email : ef ka_t urat miyah@yahoo. com

Abst r act

Di vor ce cases i n t he Isl ami c Cour t of Palembang (Pengadi l an Agama Pal embang) becomes t he t op of t he l i st , dur ing t he year 2009 (72%), 2010 (72%) and 2011 (i n June) about 70%. The pur pose of t hi s st udy i s t o anal yze t he causes of hi gh di vor ce r at e happeni ng in t he cit y of Palembang, besi de t o expl ai n t he f or ms of l egal pr ot ect ion and anal yzes t he f act or s t hat becomi ng obst acl es f or t he wi f e i n a f i l ed di vor ced. The r esear ch was conduct ed wi t h a Nor mat i ve-Jur i di cal appr oach whi ch i s compl et ed wit h Empir i cal Jur i di cal , The l ocat i on is i n t he j ur i sdi ct i on of t he Isl ami c Cour t s i n Pal embang (Pengadi l an Agama Pal embang. Causes of hi gh di vor ce cases i n t he ci t y of Pal embang, among ot her s: a) economi c f act or s; b) Lack of r esponsi bi l i t y; c) a young age and no per manent empl oyment ; d) cheat i ng and Unheal t hy pol ygamy as wel l as domest i c viol ence. Legal pr ot ect ion t owar ds wives who f i l ed t he di vor ce, i n Indonesi an l egal syst em has been ar r anged as equal i t y i n l aw and equal t r eat ment bef or e t he l aw and t he r i ght t o j ust i ce. Bar r i er s t owar d t he wi f e f i l i ng t he di vor ce among ot her s: cul t ur al f act or s, economi c dependence, l ack of knowl edge, and bi as Per spect i ve of j udges who t end t o bl ame t he women, t he long pr ocess of t r i al and expensive f ees t o be pai d, al so Over val ued sel f -est eem i n Indonesi an peopl e's communi t y, as wel l as women's r i ght s ar enot easi l y execut ed.

Key wor ds: l egal pr ot ect ion, divor ce pr ocess

Abst rak

Kasus gugat cerai di Pengadilan Agama Palembang menempat i urut an t erat as, sepanj ang t ahun 2009 (72%), 2010 (72%) dan 2011 (bulan Juni) sebanyak 70%. Penelit ian ini menganalisis mengenai penyebab t ingginya gugat cerai yang t erj adi di Kot a Palembang, bent uk perlindungan hukum sert a f akt or yang menj adi hambat an bagi pihak ist ri dalam mengaj ukan gugat cerai. Met ode pendekat an yang digunakan adalah yuridis normat if yang dilengkapi dengan yuridis empiris, dengan lokasi penelit ian di wilayah hukum Pengadilan Agama Palembang. Berdasarkan hasil penelit ian, penyebab t ingginya kasus gugat cerai di Kot a Palembang ant ara lain: f akt or ekonomi; t idak ada t anggung j awab; usia muda dan t idak ada pekerj aan t et ap; selingkuh dan poligami t idak sehat sert a KDRT. Perlindungan hukum t erhadap ist ri yang mengaj ukan gugat cerai, sebagaimana sist em hukum Indonesia sudah mengat ur persamaan kedudukan dalam hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum dan hak memperoleh keadilan. Hambat an pihak ist ri menga-j ukan gugat cerai ant ara lain: f akt or budaya, ket ergant ungan ekonomi, penget ahuan yang minim, perspekt if hakim yang bias dan cenderung menyalahkan pihak perempuan, proses sidang yang lama dan biaya yang harus dibayar, harga diri dalam kehidupan masyarakat , sert a hak-hak perempuan yang t idak mudah dieksekusi.

Kat a kunci: perlindungan hukum, gugat cerai.

Pendahuluan

Perkawinan sebagaimana diat ur dalam ket ent uan Pasal 1 UU No. I Tahun 1974 Tent ang Perkawinan Selanj ut nya disebut UU Perkawin-

Tul isan ini merupakan r ingkasan Hasil Penel i t i an Hi bah

Fundament al DP2M T. A 2011 dengan kont rak No. 168/ UN9. 3. 1/ PL/ 2011 t anggal 15 Apr il 2011

(2)

sebagai individu, manusia sebagai makhluk so-sial (zoonpol it i con) manusia humosacr a humi ni

sebagaimana dinyat akan Arist ot eles. Hubungan suami ist ri t ersebut dalam Hukum Islam harus-lah dilandasi dengan unsur makr uf , sakinah,

mawadah dan r ahmah. Makr uf art inya pergaul-an pergaul-ant ara suami ist ri harus saling hormat meng-hormat i, saling menj aga rahasia masing-ma-sing. Saki nah dimaksudkan sebagai penj abaran lebih lanj ut dari makr uf yait u agar suasana ke-hidupan dalam rumah t angga suami ist ri t erda-pat keadaan yang aman dan t ent eram, t idak t erj adi silih sengket a at au pert ent angan penda-pat yang prinsipal.

Ket ent uan Pasal 38 UU Perkawinan meng-at ur bahwa put usnya perkawinan dapmeng-at t erj adi karena kemat ian, perceraian dan at as keput us-an pengadilus-an. Pengat urus-an t ersebut mempunyai pengert ian bahwa perceraian harus didahului dengan adanya gugat an perceraian yang diaj u-kan ke Pengadilan, set elah pengadilan yang bersangkut an berusaha dan t idak berhasil men-damaikan kedua belah pihak. Perceraian disya-rat kan harus ada cukup alasan bahwa ant ara suami ist ri t idak akan hidup rukun sebagai sua-mi ist ri. Dit egaskan bahwa put usnya perkawin-an dapat dilakukperkawin-an melalui t al aq maupun cerai.

Tal aq dit erj emahkan ke dalam bahasa Indone-sia berart i put usnya perkawinan ant ara suami ist ri (cerai). Perat uran Ment eri Agama No. 3

Tahun 1975 Pasal 28 dan 30 membedakan t al aq

dan cerai. Tal aq adalah pemut usan hubungan perkawinan at as permohonan suami, sedangkan cerai gugat (khul u’ ) pemut usan hubungan per-kawinan yang didahului gugat an dari pihak ist ri (Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan).

Khul u’ at au t alak t ebus adalah t alak yang diucapkan oleh suami dengan pemba-yaran dari pihak ist ri kepada suami. Khul u’ at au lebih po-puler dengan ist ilah gugat cerai t erj adi dari kehendak at au kemauan pihak ist ri. Kasus gugat cerai di Pengadilan Agama (PA) Palembang, Su-mat era Selat an menempat i urut an t erat as, yak-ni sepanj ang t ahun 2009 sebanyak 72%, t ahun 2010 nyak 72% dan bulan Juni 2011

seba-nyak 70%, sedangkan kasus cerai t alak menem-pat i urut an kedua.1

Kondisi sekarang j auh berbeda dengan masa beberapa t ahun lalu. Ket ika it u suami ist ri khususnya ist ri akan memilih sikap bert ahan de-mi keut uhan keluarganya apapun masalah yang sedang dihadapi. Saat ini sering t erj adi bent uk kekerasan dalam rumah t angga yang dilakukan pihak suami t erhadap ist ri, bahkan t idak j arang ist ri dibunuh akibat permasalahan rumah t ang-ganya. Hasil st udi menunj ukkan bahwa t indak kekerasan t erhadap ist ri t erj adi hampir pada semua masyarakat . Adapun bent uk t indak keke-rasan khususnya t erhadap perempuan di dalam lingkup rumah t angga, meliput i: kekerasan f i-sik, psikis, seksual sert a penelant aran rumah.2

Masalah kekerasan t erhadap perempuan saat ini t idak hanya merupakan masalah indivi-dual at au masalah nasional, t et api sudah meru-pakan masalah global. Banyak ist ilah digunakan sepert i “vi ol ence against woman, gender bass-ed viol ence, gender viol ence, f emal e f ocussbass-ed vi olence, domest i c vi olence” dan sebagainya.3 Seiring perubahan nilai-nilai sosial dan semakin banyak perempuan yang sadar akan hak-hak dan kewaj ibannya, maka perempuan sebagai ist ri t idak t inggal diam dan t idak mau diperla-kukan sewenang-wenang oleh laki-laki, maka pihak perempuan akan menggunakan haknya dengan mengaj ukan gugat cerai ke pengadilan. Kondisi ini j elas j auh berbeda dengan masa be-berapa t ahun lalu, di mana suami ist ri, khusus-nya pihak ist ri, akan memilih sikap bert ahan demi keut uhan keluarganya apapun masalah yang dihadapi.

Indonesia t elah banyak melakukan ra-t if ikasi ra-t erhadap perj anj ian inra-t ernasional, salah sat unya adalah Convent ion on t he El i mi nat ion of Al l For ms of Di scr i mi nat ion Agai nst Women

(CEDAW) yang dit erj emahkan sebagai

1

Dat a di ambil dari Pengadil an Agama Pal embang t anggal 20 Sept ember 2011.

2 AM. Muj ahidin, “ Penghapusan Kekerasan Dal am Rmah

Tangga (KDRT) Ruang Lingkup Perl indungan Ter hadap Anak dan Ist ri ” , Var i a Per adi l an Maj al ah Hukum, Tahun XXV No. 290, Januar i 2010, Jakart a: Ikahi, hl m. 73.

3 Mul adi yang dikut i p dar i A. Reni Wi dyast ut i , “ Peran

Hukum Dal am Member ikan Perl indungan t er hadap Perempuan dar i Tindak Keker asan di Era Gl obal isasi” ,

(3)

pusan Segala bent uk diskriminasi t erhadap Perempuan dengan UU No. 7 Tahun 1984 t en-t ang Pengesahan Konvensi mengenai Pengha-pusan Segala Bent uk Diskriminasi t erhadap Pe-rempuan. Hal ini dilakukan pemerint ah sebagai wuj ud pelak-sanaan t erhadap amanat UUD 1945 Pasal 27 dan Pasal 31 UU Perkawinan t ent ang Perkawinan yang merumuskan bahwa hak dan kedudukan ist ri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah t angga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat . Oleh karena it u, segala bent uk diskriminasi t erhadap perempuan waj ib diha-puskan karena t idak sesuai dengan f alsaf ah hi-dup bangsa. Beberapa ket ent uan undang-un-dang t ersebut mengat ur t ent ang hak-hak pe-rempuan dan diperkuat lagi dengan diberlaku-kannya UU No. 23 Tahun 2004 Tent ang Pengha-pusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (selan-j ut nya disebut UU KDRT) sebagai bent uk kepe-dulian negara melindungi hak-hak perempuan sebagai warga negara.

Permasalahan

Berdasarkan lat ar belakang t ersebut di-ambil permasalahan dalam penelit ian ini yait u f akt or apakah yang menyebabkan t ingginya gu-gat cerai di Kot a Palembang, bagaimana bent uk perlindungan hukum t erhadap pihak ist ri dan f akt or apa yang menj adi hambat an bagi pihak ist ri dalaam mengaj ukaan gugat cerai di pe-ngadilan.

Met ode Penelitian

Penelt ian ini menggunakan 2 (dua) me-t ode penelime-t ian yang berbeda yaime-t u penelime-t ian hukum normat if dan penelit ian socio-l egal. Pe-nelit ian hukum normat if dilakukan unt uk meng-ident if ikasikan konsep dan asas-asas hukum yang digunakan t ent unya yang berkait an de-ngan t opik permasalahan.4 Pendekat an peneli-t ian digunakan beberapa pendekapeneli-t an, yaipeneli-t u pendekat an perat uran perundangan (St at ut e Appr oach) dan pendekat an kasus (Case Appr o-ach). Pendekat an st at ut a t erut ama dit ekankan

4 Johny Ibrahi m, 2008, Teor i & Met odol ogi Penel i t i an

Hukum Nor mat i f, Mal ang: Bayu Medi a Publ i shing, hl m. 443.

dalam penela-ahan UU No. 1 Tahun 1974, PP No. 9 Tahun 1975, UU No. 23 Tahun 2004, dan UU No. 39 t ahun 1999 sert a konvensi CEDAW. Pen-dekat an kasus bert uj uan unt uk mempelaj ari penerapan norma-norma at au kaidah hukum yang dalam prakt ik hukum, t erut ama menge-nai kasus gugat cerai yang t elah diput us dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Palembang, sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurispru-densi t erhadap perkara-perkara yang menj adi f okus penelit ian. Kasus-kasus yang t elah mem-punyai kekuat an hukum t et ap, bermakna empi-ris, namun dalam penelit ian hukum normat if , kasus-kasus t ersebut dipelaj ari unt uk memper-oleh gambaran t erhadap dampak dimensi peno-rmaan dalam suat u at uran hukum dalam prakt ik hukum, sert a menghasilkan analisis unt uk ba-han masukan (i nput) dalam eksplanasi hukum.5 Sumber dat a ut ama adalah dat a sekunder de-ngan didukung dat a primer.

Pembahasan.

Profil Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kot a Palembang

Kot a Palembang sebagai salah sat u kot a besar di Indonesia yang merupakan Ibu Kot a Provinsi Sumat era Selat an. Palembang merupa-kan kot a t erbesar kedua di Sumat era set elah Medan. Kot a Palembang pada mulanya menj adi pusat Keraj aan Sriwij aya, sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Sigunt ang di bagian barat kot a Palembang sampai saat ini masih dikeramat kan banyak orang dan dianggap seba-gai bekas pusat kesucian di masa lalu. Palem-bang merupakan kot a t ert ua di Indonesia, berdasarkan prasast i Kedukan Bukit , yang dit af -sirkan sebagai kot a yang merupakan ibukot a Keraj aan Sriwij aya pada t anggal 16 Juni 682 Masehi dan sampai sekarang t anggal t ersebut menj adi pat okan hari lahir Kot a Palembang. Luas wilayah Kot a Palembang adalah 102, 47 Km2 dengan ket inggian rat a-rat a 8 met er dari permukaan laut . Let ak Palembang cukup st ra-t egis karena dilalui oleh Jalan Linra-t as Sumara-t era yang menghubungkan ant ara daerah di Pulau Sumat era. Kot a Palembang t erdapat Sungai

5

(4)

si yang dilint asi j embat an Ampera, berf ungsi sebagai sarana t ransport asi dan perdagangan ant ar wilayah.

Pada bulan November 1951, at as perin-t ah Kemenperin-t erian Agama melalui biro Peradilan Agama Pusat , Pengadilan Agama ini dibekukan. Sebagai gant inya Kement erian Agama mengak-t if kan kembali secara resmi Pengadilan Agama Palembang sebagai lanj ut an Raad Agama Pa-lembang dengan Penet apan Ment eri Agama No. 15 Tahun 1952 dengan Kiagus Haj i Nangt oyib sebagai ket uanya, ini sebagai Pengadilan Aga-ma pert aAga-ma di SuAga-mat era. Sebagai realisasi dari PP No. 45 Tahun 1957 Tent ang Pengadilan Aga-ma/ Mahkamah Syar’ iyah di luar Jawa dan Ma-dura, pada t anggal 31 November 1957 Ment eri agama mengeluarkan Penet apan Nomor 58 Tahun 1957 t ent ang Pembent ukan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’ iyah di Sumat era. De-ngan demikian di Palembang dibent uk sebuah Pengadilan Agama yang mempunyai daerah hu-kum meliput i Kot a Palembang. Keadaan Penga-dilan Agama Palembang sesudah berlakunya UU Perkawinan, secara umum relat if lebih baik da-ri sebelumnya. Keadaan personil dan peralat an kant or dari t ahun ke t ahun sudah mulai diper-hat ikan, begit u j uga volume perkara meningkat rat a-rat a 40 perkara menj adi 60 perkara dalam set iap bulan. Sej ak t anggal 12 November 2009 Pengadilan Agama Palembang dipimpin oleh Drs. H. Burdan Burniat , S. H sebagai Ket ua, dan Drs. Asri Damsy, S. H sebagai Wakil Ket ua.6 Sement ara j enis perkara yang masuk dan di-put us di Pengadilan Agama Palembang berda-sarkan urut an banyaknya perkara yang masuk ant ara lain: cerai gugat , cerai t alak, pengesah-an nikah, penet appengesah-an waris, izin poligami dpengesah-an lain-lain. 7

Faktor-fakt or Penyebab Tingginya Gugat Ce-rai di Kot a Palembang

Set iap pasangan yang menikah mengha-rapkan perkawinannya akan langgeng sampai akhir hayat , begit u j uga yang menj adi harapan

6 Hasil w awancar a dengan Drs. M. Sukr i, S. H Haki m

Pengadil an Agama Pal embang t anggal 22 Sept ember 2011.

7

Dat a di ambil dari Pengadil an Agama Pal embang t anggal 22 Sept ember 2011.

agama dan ket ent uan perat uran perundangan yang mengat ur t ent ang perkawinan. Namun de-mikian, t erdapat pasangan yang mengalami kendala dan persoalan yang t idak dapat diat asi kehidupan rumah t angga mereka sehingga ke-bersamaan t idak lagi mendat angkan kebahagia-an, akan t et api sebaliknya mendat angkan pen-derit aan yang t idak beruj ung. Berkait an dengan hal t ersebut , aj aran agama Islam dan UU Per-kawinan mengat ur j alan keluar dari persoalan it u. Ist ri, apabila mengakibat kan kesulit an dan t idak ada j alan keluar yang lain bagi suami, maka suami dibolehkan menceraikan ist rinya, sebaliknya apabila ist ri t idak t ahan lagi me-nanggung derit a karena suaminya, ist ri diboleh-kan mengaj udiboleh-kan gugat an cerai t erhadap suami-nya. Kewaj iban memberikan naf kah kepada is-t ri dan anak-anak, is-t idak hanya berlaku sewakis-t u masih t erikat dalam perkawinan. Suami masih berkewaj iban unt uk menaf kahi mereka sekali-pun t elah t erj adi perceraian. Ist ri waj ib diberi naf kah layak sesuai dengan st andar kehidupan st andar.8

UU Perkawinan mengat ur hak yang sama unt uk mengaj ukan perceraian bagi suami mau pun ist ri. Dalam Kompilasi Hukum Islam (selan-j ut nya disebut KHI) Pasal 114 mengat ur bahwa put usnya perkawinan disebabkan perceraian dapat karena t alak at au berdasarkan gugat an perceraian. Perceraian karena t alak maupun gugat cerai, hanya dapat dilakukan di depan si-dang Pengadilan Agama.

Alasan perceraian, baik karena cerai t a-lak maupun cerai gugat diat ur dalam Pasal 116 KHI, sebagai berikut :

a. apabila salah sat u pihak berbuat zina at au menj adi pemabuk, pema-dat ,

penj udi dan lainnya yang sukar

disembuhkan;

b. salah sat u pihak meninggalkan yang lain selama 2 (dua) t ahun bert urut -t uru-t -t anpa izin pihak lain dan -t anpa alasan yang sah at au karena hal lain di luar kemampuannya;

8 Hart ini dan Dest r i Budi Nugraheni, “ St udi t ent ang

Pemut usan Hak-Hak Ist eri Ol ah Suami Yang Menikah Menurut Hukum Isl am Di Daer ah Ist i mewa Yogyakart a” ,

(5)

c. salah sat u pihak mendapat hukuman

t erj adi perselisihan dan pert engkar-an dan t idak ada harapan akan hi-dup rukun lagi dalam rumah t angga; g. suami melanggar t a’ lik t alak;

h. peralihan agama at au murt ad yang menyebabkan t erj adinya ket idakru-kunan dalam rumah t angga.

Berdasarkan hasil penelit ian, kasus gugat cerai di Pengadilan Agama Palembang dapat disaj ikan pada t abel berikut ini:9

Tabel 1: Kasus Gugat Cerai di PA Palembang adanya perubahan nilai-nilai sosial yang sedang t erj adi di t engah masyarakat Indonesia umum-nya dan di Kot a Palembang khususumum-nya, bahkan akibat kemampuan ekonomi yang t erus mening-kat di kalangan kaum perempuan, ikut mempe-ngaruhi t ingginya gugat cerai yang diaj ukan is-t ri is-t erhadap suami.10 Ket ua Umum Pimpinan Pusat Nasyiat ul Aisyiyah, Evi Sof ia Inayat i, me-nyadari bahwa perceraian ini bukanlah masalah baru. Namun yang membuat nya prihat in, kasus perceraian t erus meningkat seiring dengan pe-rubahan zaman. Pepe-rubahan nilai-nilai sosial yang sedang t erj adi di masyarakat Indonesia membuat t ingkat perceraian semakin t inggi, bahkan akibat kemampuan ekonomi yang t erus meningkat di kalangan kaum hawa ikut memngaruhi t ingginya kasus gugat cerai. Seiring

pe-nomi dari kaum perempuan t erus membaik.11

Dini P. Daengsari mengakui adanya peru-bahan sosial masyarakat Indonesia yang mem-buat angka perceraian dewasa ini meningkat pada laki-laki.12 Berdasarkan hasil wawanca-ra,13 pada saat ini t erj adi perubahan sit uasi, karena biasanya suami yang menggugat ist ri, sekarang ist ri yang menggugat suami. Hal demi-kian dapat saj a t erj adi karena pengaruh kehi-dupan sosial, misalnya i nf ot ai nment/ media ma-ssa. Hal ini memunculkan f enomena yang me-nimbulkan penaf siran bahwa pihak perempuan t elah memiliki kesadaran cukup t inggi dalam menunt ut hak kepada suami. Mereka t idak i-ngin set erusnya dij adikan sub ordinat yang ha-nya menerima sesuai keinginan suami.

(6)

Ada beberapa f akt or penyebab gugat cerai di Pengadilan Agama Palembang. Per t a-ma, f akt or ekonomi dan kurangnya t anggung j awab. Perubahan sosial mempengaruhi pola hidup seseorang, sehingga t unt ut an akan kebu-t uhan rumah kebu-t angga mengalami perubahan. Suami, dalam keadaan kurang memberikan t anggung j awabnya sebagai kepala rumah t ang-ga dan t idak memikirkan kebut uhan akan ist ri dan anaknya, sert a ist ri merasa mampu unt uk hidup sendiri, maka ist ri cenderung memilih cerai dari suami. Kedua, usia muda dan t idak ada pekerj aan t et ap. Fakt or usia menj adi salah sat u penyebab t erj adinya gugat cerai. Usia yang belum mat ang dalam mengarungi rumah t angga, didukung j uga belum mempunyai peng-hasilan yang t et ap. Fenomena perkawinan usia muda at au di bawah umur t elah “ menampar” waj ah pembuat hukum dan aparat hukum di negeri ini. Prakt ek perkawinan di bawah umur mengindikasikan bahwa hukum perkawinan In-donesia nyaris sepert i hukum yang “ t ak ber-gigi” , karena t erj adi pelanggaran hukum perka-winan t anpa dapat dit egakkan secara hukum.15 Berkait an dengan bat asan usia perkawinan, ini merupakan hal sensit ive sif at nya, karena di-sebabkan sangat erat kait annya dengan per-masalahan set uj u at au t idaknya seseorang un-t uk dinikahkan. Perlu adanya keun-t enun-t uan baun-t as umur, hal ini didasarkan pada pert imbangan t ent ang kemaslahat an keluarga dan rumah t angga yang dibent uk dalam suat u ikat an per-kawinan. Calon suami maupun ist ri yang akan at au hendak melangsungkan perkawinan harus t elah “ masak” j iwa dan raganya agar dapat me-wuj udkan t uj uan perkawinan secara baik t anpa harus berakhir dengan perceraian sert a dapat menghasil-kan ket urunan yang baik dan sehat .16

Ket i ga, selingkuh dan poligami t idak se-hat . Perselingkuhan yang dilakukan suami membuat ist ri kehilangan kepercayaannya dan upaya unt uk kembali mempercayai suami

15 Supri yadi dan Yul karnain Harahap, “ Perkawi nan Di

Ba-wah Umur Dal am Perspekt i f Hukum Pidana dan Hukum Isl am” , Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 21 No. 3, Okt ober 2009, Yogyakart a: Fakul t as Hukum UGM, hl m. 591.

16 Raml an Yusuf Rangkut i, “ Pembat asan Usi a kawin Dan

Perset uj uan Cal on Mempel ai Dal am per spekt if Hukum Isl am” , Jur nal Hukum Equal i t y, Vol . 13 No. 1, Februar i 2008, Medan: Fakul t as Hukum USU, hl m. 66.

j adi masalah yang paling menyit a wakt u sepan-j ang hidup. Kepercayaan yang hilang t ampak-nya sulit dikembalikan lagi, dit ambah perasaan sakit karena t elah dikhianat i akhirnya membuat ist ri memilih bercerai.

Keempat , KDRT. Fakt or penyebab t erj adinya KDRT secara umum adalah budaya pat -riarki yang masih kuat sehingga laki-laki digap paling dominan, baik di dalam rumah t ang-ga maupun di luar rumah t angang-ga. Himpinan ekonomi keluarga, himpit an masalah kot a besar yang mendorong st ress, kondisi lingkungan dan pekerj aan yang berat mendorong t emperamen-t al orang.17 KDRT merupakan segala bent uk pe-nganiayaan, baik yang berupa penyiksaan f isik, psikis/ emosi, seksual maupun ekonomi. Pada kasus KDRT, para wanit a dit empat kan sebagai korban, namun sebenarnya t anpa sadar pihak perempuan memilih t et ap menj adi korban ka-rena berbagai alasan. Keberanian unt uk t idak menj adi korban suami t erus menerus yanag membuat ist ri berani mengambil t indakan dras-t is, yaidras-t u meninggalkan suaminya dan menggu-gat cerai.

Set elah adanya UU KDRT, dalam imple-ment asinya, dif okuskan sepert i kepada keset a-raan dalam pendidikan, pelaksanannya. Ket en-t uan Pasal 4 ayaen-t (100) CEDAW t empor ar y spe-ci al measur e menekankan bahwa perempuan harus diberdayakan unt uk memanf aat kan po-t ensi yang ada. Bukan hanya f isik dan inpo-t elek-t ual elek-t eelek-t api soci al cul t ur al j uga t ermasuk ling-kungan dan orang t ua. St at e obl i gat i on (t ang-gung j awab negara) t ermasuk j udi ci al syst em

(syst em peradilan) yang j uga harus menj amin

equal i t y (keadilan).18

Hukum sebagai alat unt uk membangun masyarakat (l aw as a t ool os soci al engineer -i ng) digunakan sebagai dasar dari apl l i ed t heo-r y. Hukum dan ekonomi merupakan dua sist em dari sist em kemasyarakat an yang sering

17 Gusl iana, “ Penyebab Terj adi nya Keker asan Dal am

Rumah Tangga (KDRT) Yang Dil akukan Ol eh Suami Terhadap Ist ri di Kot a Pekanbaru” , Jur nal Il mu Hukum, Edisi I No. I, Agust us 2010, Ri au: Fakul t as Hukum Uni versit as Riau, hl m. 62.

18 Sj amsi ah Ahmad, 2010, Tent ang Ger akan Per empuan

(7)

t egrasi sat u dengan yang lain.19 Dit egaskan oleh Sat j ipt o Rahardj o bahwa berlakunya at ur-an hukum secara ef ekt if set idaknya diperlukur-an keserasian ant ara hukum at au perat uran it u sendiri, ment alit as pelaksana hukum, f asilit as pendukung pelaksana hukum sert a kesadaran hukum, kepat uhan hukum dan perilaku masya-rakat .20

Bentuk Perlindungan Hukum bagi Pihak Istri dalam Proses Gugat Cerai

Perlindungan merupakan suat u hal at au perbuat an unt uk melindungi subj ek hukum ber-dasarkan perat uran perundangan yang berlaku disert ai dengan sanksi-sanksi apabila ada yang melakukan wanprest asi. Perlindungan hukum j uga merupakan j aminan hak-hak dan kewaj ib-an mib-anusia dalam rib-angka memenuhi kepent ing-an sendiri maupun di dalam hubunging-an denging-an manusia lain.21

Sif at manusia, cenderung ingin kepent i-ngannya dipenuhi t erlebih dahulu, t anpa meng-ingat kepent ingan orang lain dan t idak j arang t erj adi kepent ingan-kepent ingan saling bert en-t angan. Keadaan en-t ersebuen-t , apa-bila en-t idak diaen-t ur at au t idak dibat asi, maka yang lemah akan t er-t indas aer-t au seer-t idak-er-t idaknya er-t imbul perer-t ener-t ang-an at au gej olak. Berkait ang-an dengang-an perlindung-an hukum, maka keadilperlindung-an dperlindung-an kepast iperlindung-an hukum yang harus diberikan kepada seseorang mana-kala orang t ersebut memerlukan perlindungan. Hukum senant iasa berhubungan dengan ma-syarakat . Dalam mama-syarakat sering t erj adi kon-f lik, oleh sebab it u diperlakukan suat u at ur-an unt uk mengat ur kepent ingan ant ara manusia dalam masyarakat . Sesuai dengan t eori konf lik yang menekankan bahwa set iap masyarakat merupakan subj ek dari perubahan sosial dan perubahan it u ada dimana-mana. Pendapat Gust av Radburch seorang Filsuf Jerman menya-t akan bahwa ada 3 (menya-t iga) ide dasar hukum

19 H. M. Abdi Koro, “ Tinj auan Hukum At as Perkaw inan Dini

dikait kan dengan Perl indungan Hukum t erhadap Anak Di Bawah Umur dal am Upaya Pengembangan Kual it as Sum-ber Daya Manusia” , Var i a Per adi l an Maj al ah Hukum, Tahun XXV No. 2391, Tahun 2010, Jakart a: Ikahi , hl m. 40.

20 Sat j i pt o Rahardj o dal am H. M. Abdi Koro, Ibi d, hl m. 41. 21

Sudikno Mert okusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suat u Pengant ar ), Yogyakar t a: Libert y, hl m. . 9.

bagai t uj uan hukum yait u keadilan, kemanf aat -an, dan kepast ian hukum. Urut an t ersebut se-suai dengan priorit as t uj uan hukum.

Hukum yang berisi kaidah-kaidah at au at uran adalah unt uk menj amin adanya kepas-t ian hukum. Pemahaman akan kaidah-kaidah hukum t ersebut , maka masyarakat akan menya-dari bahwa kehidupan bersama akan t ert ib apa-bila t erwuj ud kepast ian dalam hubungan ant ara sesama manusia. Kepast ian hukum merupakan perlindungan yust i abel t erhadap t indakan se-wenang-wenang dan hal ini berart i seseorang akan dapat memperoleh sesuat u yang diharap-kan dalam keadaan t ert ent u. Masyarakat meng-harapkan adanya kepast ian hukum, karena ada-nya kepast ian hukum masyarakat akan lebih t ert ib. Hukum bert ugas mencipt akan kepast ian hukum karena bert uj uan mencapai ket ert iban masyarakat .22 Hakim dalam menj alankan t ugas-nya bert uj uan ant ara lain menj alankan ket en-t uan Undang-undang, demi keadilan, seren-t a un-t uk kepasun-t ian hukum. Kebebasan hakim seperun-t i pedang bermat a dua, kalau dipergunakan seca-ra t idak waj ar, t idak layak, apalagi unt uk me-nyalahgunakan kekuasaan, kebebasan t ersebut menj adi sewenang-wenang (ar bit r ar y wi l l e-keur ). Ket idakwaj aran, ket idakpant asan, bah-kan penyalahgunaan kekuasaan, t idak selalu t erj angkau oleh hukum.23 Keadilan diart ikan se-bagai perbuat an at au perlakuan yang adil. Adil adalah t idak berat sebelah, t idak memihak dan berpihak kepada yang benar. Keadilan adalah t idak merugikan seseorang dan memperlakukan kepada t iap-t iap manusia apa yang menj adi haknya, apabila kedua hal t ersebut dij alankan oleh seorang hakim, maka baru dikat akan adil.24 UU No. 48 Tahun 2004 t ent ang Kekua-saan Kehakiman menekankan bahwa hakim waj ib menggali, mengikut i, dan memahami nilai-nilai hokum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat . Hal ini dimaksudkan agar

22 Sudikno Mert okusumo, Op. Ci t. , hl m. 58.

23 Bagir Manan, “ Peranan Pedoman Tingkah Laku Haki m

Sebagai Penj aga Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka” ,

Var i a Per adi l an Maj al ah Hukum, Jakart a: Ikahi, Tahun XXIV No. 282 Mei 2009, hl m. 5.

24 H. M. Ar syad Sanusi, “ Keadil an Subst ant if dan Probl

(8)

put usan hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat ” . Hakim dilarang menolak unt uk memeriksa dan mengadili suat u perkara yang diaj ukan kepadanya, sert a berkewaj iban unt uk menggali nilai-nilai hukum yang hidup. Sekalipun perat uran t ert ulis dapat memberikan perasan kepast ian hukum yang lebih kuat , namun kepast ian hukum t erut ama berasal dari kepercayaan bahwa hukum t idak dit erapkan sewenang-wenang. Hakim sebagai penegak hu-kum mempunyai t ugas dan kewaj iban unt uk se-lalu menggali, mengikut i dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup menurut adat set em-pat .25

Set iap orang menginginkan agar rumah t angganya harmonis. Hal ini t ert uang dalam UU Perkawinan di mana Pasal 31 ayat (1) mengat ur bahwa hak dan kedudukan ist ri seimbang de-ngan hak dan kedudukan suami dalam kehidup-an rumah t kehidup-angga dkehidup-an pergaulkehidup-an hidup bersama dalam masyarakat . Namun dalam kehidupan sehari-hari t idaklah seindah dengan apa yang t elah dirumuskan dalam undang-undang t erse-but . Namun, realit a yang t erj adi bahwa masih banyak dij umpai ket idakseimbangan hak ant ara laki-laki dan perempuan di masyarakat . Laki-laki sebagai kepala rumah t angga dan mempu-nyai f isik yang lebih kuat dari perempuan se-ringkali melakukan t indakan diskriminasi at au penindasan t erhadap perempuan. Kondisi ini banyak dit unj ang oleh budaya masyarakat Indo-nesia yang banyak menyimpan pola-pola diskri-minasi t erhadap perempuan, sehingga perem-puan sebagai seorang ist ri haruslah pat uh dan t unduk at as segala perint ah suami, dalam art i perempuan t elah menj adi ist ri, maka hidup ist ri hak seut uhnya suami.

Hak suami dan ist ri dalam menj alankan rumah t angga diat ur dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 34 yang menent ukan:

1) Suami waj ib melindungi ist rinya dan memberikaan segala sesuat u keper-luan hidup berumah t angga sesuai dengan kemampuannya.

25 F. H. Edy Nugroho, “ Keberadaan Hukum Adat Dal am

Penegakan Hukum Pi dana Indonesi a” , Gl or i a Jur i s, Vol . 8 No. 1 Tahun 2008, Jakar t a: F. H. UNIKA At maj aya, hl m. 45.

2) Ist ri waj ib mengat ur rumah t angga sebaik-baiknya.

3) Jika suami at au ist ri melalaikan

ke-waj ibannya masing-masing dapat

mengaj ukan gugat an ke pengadilan.

Ist ri sebagai ibu rumah t angga bukan berart i harus diam di rumah mengurus rumah t ang-ganya. Ist ri mempunyai hak unt uk mengakt ua-lisasikan dirinya dan menghindari penelant aran dalam rumah t angganya. Hal ini dikarenakan is-t ri mempunyai penghasilan sendiri. Lahirnya UU Perkawinan dan perat uran lain yang t erkait , selain karena t unt ut an unif ikasi hukum dan upaya merespon perkembangan dan t unt ut an zaman, j uga t idak t erlepas dari keinginan dan perj uangan panj ang dari perempuan-perempu-an Indonesia. Tunt ut perempuan-perempu-an kaum perempuperempuan-perempu-an unt uk keset araan ini banyakj dilat arbelakangi oleh prakt ik hukum dan sikap masyarakat yang t idak menghargai hak-hak perempuan dalam perka-winan, sepert i t erj adinya perkawinan paksa de-ngan alasan i j baar wali, suami t idak memenuhi hak-hak ist ri dan anak, poligami semaunya, t a-lak sewenang-wenang dan t idak menghiraukan hak perempuan yang dit alak.26

Selanj ut nya dit egaskan dalam UU No. 1 Tahun 1974 ayat (1), (2) dan (3):

(1) Hak dan kedudukan ist ri seimbang de-ngan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah t angga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat .

(2) Masing-masing pihak berhak

melaku-kan perbuat an hukum.

(3) Suami adalah kepala keluarga dan ist ri ibu rumah t angga.

Kedudukan perempuan dalam pandangan Islam t idak sebagaimana diduga at au diprakt ikan sebagian masyarakat . Aj aran Islam pada hakikat -nya memberikan perhat ian yang sangat besar sert a kedudukan t erhormat kepada perempuan. M. Al-Gazali menyebut kan bahwa: 27

” kalau kit a mengembalikan pandang-an ke masa sebelum seribu t ahun, maka kit a akan menemukan perempuan menikmat i

26 Isnaw at i Rai s, “ Kedudukan Hukum Perempuan dal am

Undang-Undang Perkawi nan (UUP)” , Jur nal Legi sl asi Indonesi a, Jakart a: Dit j en Perat uran Perundang-Undangan Kement er ian Hukum dan HAM RI, Vol 7 No. 2 Tahun 2010, hl m. 188.

27

(9)

keist imewaan dalam bidang mat eri dan sosial yang t idak dikenal perempuan di kelima benua. Keadaan mereka ket ika it u lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan barat dewasa ini, asal saj a kebebasan dalam berpakaian sert a per-gaulan t idak dij adikan bahan perban-dingan. ”

Perlindungan hukum t ersebut , secara umum diberikan oleh Pasal 28 D UUD 1945 ayat (1) yang mengat ur set iap orang berhak at as pe-ngakuan, j aminan, perlindungan dan kepast ian hukum yang adil sert a perlakuan yang sama di hadapan hukum. Set iap orang di sini menegas-kan bahwa baik perempuan maupun laki-laki adalah memiliki hak-hak yang sama di hadapan hukum. Selain it u dalam Pasal 1 ayat (4) UU KDRT, bahwa perlindungan adalah segala upaya yang dit uj ukan unt uk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak luarga, advokad, lembaga sosial, kepolisian, ke-j aksaan, pengadilan at au pelaksana lainnya baik sement ara maupun berdasarkan penet apan pengadilan. Hakim, dalam memut uskan suat u kasus, harus senant iasa berorient asi pada pene-gakan hukum dan keadilan, sehingga put usan-nya akan dinilai dengan obj ekt if bagi masyara-kat umumnya dan khususnya bagi pencari ke-adilan, apa-lagi di t engah-t engah era ref omasi hukum dan t rasf ormasi yang sedang berj alan saat ini, peran dan f ungsi hukum semakin di-t empadi-t kan sebagai insdi-t rumendi-t pendi-t ing dalam mengadakan berbagai perubahan yang diren-canakan.28

Kedudukan perempuan dalam sist em hu-kum Indonesia, UUD 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 Tent ang HAM t elah menegaskan keset ara-an perempuaara-an dengara-an laki-laki, namun t idak sedikit produk hukum negara baik di t ingkat na-sional, propinsi, maupun kot a/ kabupat en yang berpot ensi menim-bulkan diskriminasi t erhadap perempuan, sepert i di masa awal kemerdeka-an, produk hukum di Indonesia di t ahun

28 Heru Susant o, “ Peran Haki m Agung Dal am Penemuan

Hukum (Resht svinbding) dan Pencipt aan Hukum (Recht sschepping) Pada Er a Ref ormasi dan Tr ans-f ormasi ” , Jur nal Hukum Masal ah-Masal ah Hukum, Vol . 36 No. 2 Apr il -Juni 2007, Semar ang: Fakul t as Hukum Undip, hl m. 91.

an at au pascaref ormasi 1998, sudah menunj uk-kan perhat ian t erhadap perempuan dan keset a-raan gender, akan t et api pot ensi diskriminasi t et ap ada dan masin dij umpai dalam masya-rakat .

Kedudukan perempuan dalam hukum In-donesia sudah dij elaskan secara eksplisit dalam UUD 1945 Pasal 28 D sebagaimana di uraikan di at as. Keset araan kedudukan perempuan dan laki-laki t ersebut dipert egas dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tent ang HAM Pasal 3:

(1) Set iap orang dilahirkan bebas de-ngan harkat dan mart abat manusia yangg sama dan sederaj at sert a di-karuniai akal dan hat i nurani unt uk hidup bermasyarakat , berbangsan dana bernegara dalam semangat persaudaraan.

(2) Set iap orang berhak at as pengaku-an, j aminpengaku-an, perlindungan dan per-lakuan hukum yang adil sert a men-dapat kepast ian hukum dalam se-mangat di depan hukum.

(3) Set iap orang berhak at as perlindu-ngan hak asasi manusia dan kebe-basan manusia, t anpa diskriminasi.

Kemudian Pasal 2 UU HAM menent ukan bahwa Negara RI mengakui dan menj unj ung t inggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kondrat i melekat pada dan t idak t erpi-sahkan dari manusia, yang harus dilindu-ngi, dihormat i, dan dit egaskan demi pe-ningkat ann mart abat kemanusiaan, kesej ah-t eraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serah-t a ke-adilan. Pasal 3 ayat (2) j uga menent ukan bah-wa set iap orang berhak at as perngakuan, j a-minan perlindungan dan perlakuan hukum yang adil sert a mendapat kepast ian hukum dan per-lakuan yang sama di depan hukum. Sedangkan ayat (3) merumuskan bahwa set iap orang ber-hak at as perlindungan ber-hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia t anpa diskriminasi. Pasal 8 merumuskan bahwa perlindungan, pe-maj uan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia t erut ama menj adi t anggung j awab Pe-merint ah.

(10)

memperoleh keadilan, dengan mengaj ukan per-mohonan pengaduan, dan gugat an, baik dalam perkara pidana, perdat a maupun administ rasi sert a diadili melalui proses peradilan yang be-bas dan t idak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menj amin pemeriksaan yang obj ek-t if oleh hakim yang j uj ur dan adil unek-t uk mem-peroleh put usan yang adil dan benar.

UU HAM secara eksplisit mengat ur hak-hak perempuan yang dalam UU HAM disebut kan sebagai “ wanit a” yait u pada Bagian Kesembilan Pasal 45 sampai Pasal 51. Muat an perlindung-an hak-hak t ersebut perlindung-ant ara lain: per t ama, hak perempuan adalah bagian dari HAM (Pasal 45);

kedua, pengakuan hak polit ik perempuan(Pasal 46); Ket i ga, hak perempuan at as kewarganega-raan(Pasal 47); keempat, hak perempuan at as pendidikan dan pengaj aran(Pasal 48); kel i ma, hak perempuan at as pekerj aan (Pasal 49); ke-enam, hak perempuan at as kesehat an repro-duksi (Pasal 49); ket uj uh, hak perempuan at as perbuat an hukum yang mandiri (Pasal 50); dan

kedel apan, hak perempuan dalam perkawinan, perceraian, dan pengasuhan anak (Pasal 51). Sement ara it u, pada Bagian Menimbang but ir a dan b, UU KDRT mengat ur bahwa set iap warga negara berhak mendapat kan rasa aman dan bebas dari segala bent uk kekerasan sesuai de-ngan f alsaf ah Pancasila dan UUD 1945. Berda-sarkan penj elasan t ersebut , segala bent uk ke-kerasan, t erut ama kekerasan dalam rumah t angga merupakan pelanggaran hak asasi manu-sia dan kej ahat an t erhadap mart abat kemanu-siaan sert a bent uk diskriminasi yang harus di-hapus.

Seorang perempuan, ket ika mencari ke-adilan dan perlindungan, baik dalam proses na-mi ng, bl ana-mi ng dan cl ai mi ng, yakni ket ika pe-rempuan mengadukan masalahnya sampai pro-ses penyelesaian perkara dilakukan, perempuan senant iasa mengalami diskriminasi. Perempuan, ket ika mengalami kasus kekerasan, merasakan ket idak-adilan yang t erj adi pada dirinya ( na-mi ng). Perempuan kemudian mempersalahkan at au mulai menunt ut orang at au pihak yang melakukan kekerasan t erhadap dirinya (bl a-mi ng) dan ket ika perempuan mengadukan ka-susnya ke pihak ket iga maka perempuan korban

mulai berpikir bagaimana cara mereka mencari keadilan (cl ai mi ng).

Faktor yang Menj adi Hambat an bagi Pihak Is-t ri dalam Mengaj ukan GugaIs-t Cerai di Penga-dilan.

Kekerasan dalam rumah t angga berbasis

gender cenderung sulit dipahami, sehingga su-lit pula unt uk dit anggulangi secara t unt as. Hal ini dipengaruhi oleh st er eot ype dan pola pikir masyarakat yang disosialisasi dan t elah t erin-t ernalisasi, sererin-t a dierin-t unrunkan dari generasi ke generasi, sepert i posisi dan peran gender (laki-laki dan perempuan) yang berdampak t erhadap pandangan mengenai pant as at au t idak pant as, boleh at au t idak bolehnya suat u hal dilakukan oleh laki-laki at au perempuan.29 Kenyat aan t er-sebut sampai kapan pihak ist ri dapat mempu-nyai kedudukan yang sama haknya dengan sua-mi kalau t idak melalui put usan-put usan peng-adilan. Berdasarkan pada asas kedudukan dan persamaan hak ant ara laki-laki dan perempuan maka sudah selayakanya pihak Pengadilan Agama memberikan keput usan yang adil bagi pihak perempuan at au ist ri sebagai pihak yang mengaj ukan gugat cerai. 30

Tuj uan peradilan adalah menegakkan hu-kum dan keadilan maka hakim harus melakukan beberapa hal. Per t ama, Mampu menaf sir Un-dang-undang secara akt ual, agar hukum yang dit erapkan dilent urkan sesuai dengan kebut uh-an perkembuh-anguh-an kondisi, wakt u duh-an t empat , dit erapkan sesuai dengan t unt ut an kepent ing-an umum ding-an kemaslahat ing-an masa sekaring-ang;

kedua, berani berperan mencipt a hukum baru, dalam hal perat uran perundangan t idak meng-at ur permasalahan t ent ang sumeng-at u kasus konkre-t o; ket iga, berani menyingkirkan pasal undang-undang yang t idak sesuai lagi dengan kebenaran dan keadilan: keempat , mampu berperan me-ngadili secara kasuist ik, yait u pengadilan/ ha-kim harus mampu mengadili set iap perkara yang diaj ukan kepadanya, harus mampu meng-adili perkara case by case. Fungsi pengadilan,

29 Wahyu Ernaningsih, “ Perspekt i f Gender Dal am

Undang-Undang Keker asan Dal am Rumah Tangga” , Jur nal Il mi -ah Pusat St udi Wani t a Ji psw ar i , Vol . I No. 1 Tahun 2010, Pal embang: Unsri, hl m. 173.

30

(11)

secara t eknis, adalah memeriksa, mengadili, dan memut us perkara. Memut us perkara at au sengket a t idak sama dengan menyelesaikan perkara. Suat u put usan hakim ada kemungkinan lebih memperdalam luka hat i yang ada dan dapat menimbulkan rasa benci, penasaran at au dendam. Perkara, secara yuridis, t elah selesai, t et api karena salah sat u pihak at au bahkan pa-ra pihak mepa-rasa masih ada gankalan dalam ha-t i. Keha-t idakpuasan ha-t erhadap puha-t usan pengadilan, bahkan bisa melebar kearah t unt ut an lain se-pert i pidana dalam rangka belas dendam t er-sebut .31

Budaya dan ideologi pat r i ar chal baik di dunia barat maupun t imur masih sangat me-warnai berbagai aspek kehidupan dan st rukt ur masyarakat yang mencipt akan ket impangan dan ket idakadilan gender, hubungan dan keluarga, t eknologi, kewarisan, ekonomi dan masih ba-nyak di bidang lain. Pemerint ah Indonesia t elah berusaha menerapkan prinsip-prinsip yang di-anut konvensi wanit a yait u prinsip-prinsip per-samaan subst ant if , non diskriminasi dan prinsip kewaj iban negara dengan mengahrmonisasi-kannya ke dalam hukum nasional sesuai dengan asas keset araan dan keadilan gender.

Berkait an dengan hal t ersebut , kaum pe-rempuan sebagai ist ri mempunyai hak mengaj u-kan gugat cerai t erhadap suaminya, apabila perbuat an ini dianggapnya yang t erbaik. Kaum perempuan at au ist ri, pada sisi lain, sering me-ngalami hambat an-hambat an dalam hal meng-aj ukan gugat cerainya ke pengadilan, ant ara lain: per t ama, ada ancaman at au int imidasi da-ri pihak suami, di mana sebagian besar pihak perempuan merasa t akut kepada pelaku yang sebagian besar adalah suami dari korban; ke-dua, menyangkut harga diri dalam kehidupan masyarakat karena apabila pihak ist ri yang menggugat , i mage di masyarakat t idak baik;

ket i ga, f akt or budaya. masyarakat masih ba-nyak menilai negat if perempuan yang bercerai;

keempat , ket ergant ungan ekonomi yang begit u besar t erhadap suami membuat a perempuan

31 Bambang Supr iyant o, “ Mediasi Dal am Sengket a

Hu-bungan Kerj a Terbel enggu Dal am Format Legal ist ik” ,

Gl or i a Jur i s, Vol . 18 No. 2 Tahun 2008, Jakar t a: Fakul -t as Hukum UNIKA A-t maj aya, hl m. 21.

merasa t idak berdaya menghidupi dirinya sen-diri; kel i ma, penget ahuan yang minim menge-nai proses persidangan, pembagian hart a gono gini, hak asuh anak dan lain-lain; keenam, pers-pekt if hakim yang masih bias dan cenderung menyalahkan perempuan dalam menyikapi ma-salah gugat cerai; ket uj uh, proses persidangan yang lama dan biaya t ert ent u dari korban; ke-del apan, Kaum perempuan bersikap pasrah pa-da keapa-daan menerima segala kenyat aan t erma-suk bent uk perlakuan misalnya kekerasan f isik, maupun ment al yang dilakukan suaminya dalam rumah t angga; kesembi l an, kaum perempuan belum mempunyai kesadaran akan hak-haknya dan belum berani akan eksist ensi dan kompe-t ensinya apabila akan melakukan gugakompe-t cerai di pengadilan; kesepul uh, pihak pengadilan sam-pai saat ini mengakui t idak memiliki daya paksa unt uk menekan mant an suami agar menj alan-kan kewaj iban hukum mereka.

Penut up

Berdasarkan pembahasan t ersebut di at as, disimpulkan bahwa f akt or-f akt or penye-bab t ingginya gugat cerai di Kot a Palembang khususnya di wilayah hukum Pengadilan Agama Palembang dikelompokan berdasarkan urut an t erat as ant ara lain: t idak ada t anggung j awab dari pihak suami, t idak ada keharmonisan, gangguan pihak ket iga, ekonomi, krisis akhlak, kekej aman j asmani, sert a poligami t idak sehat / selingkuh. Bent uk perlindungan hukum bagi pi-hak perempuan/ ist ri yang mengaj ukan gugat cerai di Pengadilan Agama selama dalam proses persidangan, dalam sist em hukum Indonesia, mengat ur persamaan kedudukan dalam hukum, perlakuan yang sama di depan hukum dan hak memperoleh keadilan sebagaimana diat ur da-lam Pasal 27 (1), Pasal 28 C, Pasal 28 G, Pasal 38 H, Pasal 38 I, UUD 1945 pasca amandemen. Demikian j uga dalam UU No. 7 t ahun 1984 yang merupakan rat if ikasi CEDAW dan dimak-sudkan unt uk menghapus diskriminasi t erhadap wanit a, sert a melindungi hak-hak wanit a.

(12)

dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tent ang HAM, pe-rempuan/ ist ri mempunyai hak memperoleh ke-adilan bagi set iap orang (Pasal 17), hak perem-puan adalah bagian dari HAM (Pasal 45), hak perempuan at as perbuat an hukum yang mandiri (Pasal 50) dan hak perempuan dalam perkawin-an, perceraiperkawin-an, dan pengasuhan anak(Pasal 51).

Sesuai dengan ket ent uan Pasal 57 ayat (3) UU No. 3 Tahun 2006 t ent ang Peradilan Aga-ma bahwa peradilan dilakukan dengan sederha-na, cepat dan biaya ringan. Pengadilan Agama Palembang dalam menangani kasus gugat cerai dilakukan dengan asas t ersebut . Upaya perda-maian melalui mediasi t et ap harus dilakukan sesuai dengan Perma No. I Tahun 2008 t ent ang Mediasi dan Pasal 82 UU No. 7 Tahun 1989 t en-t ang Upaya perdamaian dalam seen-t iap persida-ngan perceraian. Dalam hal pihak perempuan merasa t erancam dalam persidangan, pihak Pe-ngadilan Agama mint a bant uan pihak Kepolisian agar menj aga, melindungi pihak perempuan/ ist ri da-lam set iap persidangan.

Ada beberapa f akt or yang menj adi peng-hambat bagi pihak perempuan/ ist ri dalam me-ngaj ukan gugat cerai di Pengadilan. Per t ama,

f akt or budaya berupa st igma sosial, masyarakat masih banyak yang menilai negat if perempuan yang bercerai, seringkali korban dianggap rang mampu melayani suami, kurang sabar, ku-rang pandai mengurus anak dan lain-lain; ke-dua, ket ergant ungan ekonomi yang begit u be-sar t erhadap suami membuat perempuan mera-sa t idak berdaya menghidupi dirinya sendiri;

ket i ga, penget ahuan yang minim mengenai pro-ses persidangan, pembagian hart a gono gini, hak asuh anak dan lain-lain; keempat , perspek-t if hakim yang masih bias dan cenderung me-nyalahkan perempuan dalam menyikapi perma-salahan gugat cerai; kel i ma, proses persidangan yang membut uhkan wakt u yang lama sert a bia-ya t ert ent u bia-yang harus dibabia-yar oleh korban; ke-enam, kaum perempuan/ ist ri bersikap pasrah pada keadaan, menerima segala kenyat aan t er-masuk bent uk perlakuan misalnya kekerasan f isik, maupun ment al yang dilakukan suaminya dalam rumah t angga; ket uj uh, kaum perempu-an belum mempunyai kesadarperempu-an akperempu-an hak-hak-nya dan belum berani akan eksist ensi dan

kom-pet ensinya apabila akan melakukan gugat cerai di pengadilan; kedel apan, adanya ancaman at au int imidasi dari pihak suami karena sebagi-an besar pihak perempusebagi-an merasa t akut kepada pelaku yang sebagian besar adalah suami dari korban; kesembi l an, menyangkut harga diri da-lam kehidupan ma-syarakat , apabila pihak ist ri yang menggugat maka i mage di masyakarat t i-dak baik; kesepul uh, adanya hak-hak perempu-an at au mperempu-ant perempu-an ist ri dperempu-an perempu-anak-perempu-anak pasca pe-rempuan t idak dengan mudah dieksekusi. Pe-ngadilan Agama sampai saat ini mengakui t idak memiliki daya paksa unt uk menekan mant an suami agar menj alankan kewaj iban hukum me-reka.

Daft ar Pust aka

Ahmad, Sj amsiah. Tent ang Ger akan Per empuan dan CEDAW di Indonesi a. Jakart a: Kom-nas Perempuan Edisi 4 Maret 2010; . Ernaningsih, Wahyu. “ Perspekt if Gender dalam

Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah Tangga” . Jur nal Il mi ah Pusat St udi Wani -t a Ji pswar i . Vol. I No. 1 Tahun 2010. Pa-lembang: Unsri;

Gusliana. “ Penyebab Terj adinya Kekerasan da-lam Rumah Tangga (KDRT) yang Dila-kukan oleh Suami Terhadap Ist ri di Kot a Pekanbaru” . Jur nal Il mu Hukum. Edisi I No. I, Agust us 2010. Riau: Fakult as Hu-kum Universit as Riau;

Hart ini dan Dest ri Budi Nugraheni. “ St udi t en-t ang Pemuen-t usan Hak-Hak Isen-t eri Oleh Sua-mi Yang Menikah Menurut Hukum Islam Di Daerah Ist imewa Yogyakart a” . Jur nal Mi mbar Hukum. No. 42/ X/ 2002 Tahun 2002. Yogyakart a: Fakult as Hukum UGM; Ibrahim, Johny. 2008. Teor i & Met odol ogi

Pe-nel i t ian Hukum Nor mat i f . Malang: Bayu Media Publishing;

Koro, H. M. Abdi. “ Tinj auan Hukum At as Per-kawinan Dini dikait kan dengan Perlin-dungan Hukum t erhadap Anak Di Bawah Umur Dalam Upaya Pengembangan Kua-lit as Sumber Daya Manusia” . Var ia Per a-di l an Maj al ah Hukum. Tahun XXV No. 2391. Tahun 2010. Jakart a: Ikahi;

(13)

Maj al ah Hukum. Jakart a: Ikahi, Tahun XXIV No. 282 Mei 2009;

Mert okusumo, Sudikno. 1991. Mengenal Hukum (Suat u Pengant ar ). Yogyakart a: Libert y; Muj ahidin, AM. “ Penghapusan Kekerasan

Da-lam Rumah Tangga (KDRT) Ruang Ling-kup Perlindungan Terhadap Anak dan Is-t ri” . Var i a Per adi l an Maj al ah Hukum Ta-hun XXV No. 290, Januari 2010, Jakart a: Ikahi;

Nugroho, F. H. Edy. “ Keberadaan Hukum Adat dalam Penegakan Hukum Pidana Indone-sia” . Gl or ia Jur i s. Vol. 8 No. 1 Tahun 2008. Jakart a: F. H. UNIKA At maj aya; Rais, Isnawat i. “ Kedudukan Hukum Perempuan

dalam UU Perkawinan (UUP)” . Jur nal Le-gi sl asi Indonesi a. Jakart a: Dit j en Perat u-ran Perundang-undangan Kement erian Hukum dan HAM RI. Vol 7 No. 2 Tahun 2010;

Rangkut i, Ramlan Yusuf . “ Pembat asan Usia Ka-win dan Perset uj uan Calon Mempelai da-lam perspekt if Hukum Isda-lam” . Jur nal Hu-kum Equal i t y, Vol. 13 No. 1. Februari 2008. Medan: Fakult as Hukum USU;

Sanusi, H. M. Arsyad. “ Keadilan Subst ant if dan Problemat ika Penegakannya” , Var i a Per -adi l an Maj al ah Hukum, Tahun XXV No. 288 November 2009, Jakart a: Ikahi; Supriyadi dan Yulkarnain Harahap. “

Perkawin-an di Bawah Umur dalam Perspekt if Hu-kum Pidana dan HuHu-kum Islam” . Jur nal Mi mbar Hukum. Vol. 21 No. 3. Okt ober 2009. Yogyakart a: Fakult as Hukum UGM; Supriyant o, Bambang. “ Mediasi Dalam Sengket a

Hubungan Kerj a Terbelenggu dalam For-mat Legalist ik” . Gl or i a Jur i s. Vol. 18 No. 2 Tahun 2008. Jakart a: Fakult as Hukum UNIKA At maj aya;

Susant o, Heru. “ Peran Hakim Agung dalam Pe-nemuan Hukum (Resht svinbding) dan Pen-cipt aan Hukum (Recht sschepping) Pada Era Ref ormasi dan Transf ormasi” , Jur nal Hukum Masal ah-Masal ah Hukum. Vol. 36 No. 2 April-Juni 2007. Semarang: Fakult as Hukum Undip;

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa yang menjadi dasar hakim dalam memutuskan perceraian dengan alasan cerai gugat karena pendengaran suami terganggu adalah Pasal

9 Pengertian perkawinan menurut Pasal 1 UUP adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

Huruf a.Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan

Mahkamah Agung berpendapat bahwa menurut hukum adat pada umunya dan menurut hukum adat setempat, perceraian dari perkawinan dibolehkan, dengan alasan karena tidak lagi terdapat

1) Harta bersama adalah harta yang diperoleh selama berlangsungnya perkawinan sesuai dengan pasal 35 (1). Pembagian harta bersama suami istri adalah masing- masing

Dari beberapa putusan pembatalan tersebut di atas, hal ini menjadi jelas bahwa faktor penyebab terjadinya pembatalan perkawinan di wilayah hukum Pengadilan Agama Palembang,

Adapun mengenai penerapan hak ex officio hakim, terhadap hak perempuan dalam cerai gugat, kaitannya dengan PERMA No. 3 tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili Perkara

Kedudukan Hukum terhadap perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif Kitab UU Hukum Pidana Perlindungan hukum terhadap perempuan bukan saja hanya melalui UU yang