• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vita Dwiki Purbasari BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Vita Dwiki Purbasari BAB II"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan medis

A. Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan didefisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisai hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau

10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

(Prawirohardjo, 2011 Hal. 213). Kehamilan berlangsung selama

40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan sama dengan

28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42 minggu.

(Manuaba , 2010 hal. 98). Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terahir ( HPHT )

hingga dimulainya persalinan sejati ( Varney, 2007 hal. 492 )

2. Proses kehamilan

a) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Proses pertumbuhan ovum

asalnya epitel germinal, oogonium, folikel primer, proses

(2)

b) Spermatozoa

Proses pertumbuhan spermatozoa merupakan proses yang komplek. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan

spermatozoa dipengaruhi oleh sistem hormonal yang komplek dari panca indra, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial Leydig sehingga dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang

mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala( lonjong

sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung

antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala,

mengandung energy sehingga dapat bergerak)

(Manuaba,2010, hal. 76).

c) Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Konsepsi adalah suatu

peristiwa penyatuan sel mani dengan sel telur di tuba uterin.

Dalam pembuahan satu sperma yang telah mengalami proses

kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke

(3)

spermatozoa hidup selama tiga hari di dalam genitalia interna ( Manuaba, 2010, hal. 79 )

d) Nidasi atau implantasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi

kedalam endometrium. (Mochtar, 2012, hal. 17).Terjadinnya nidasi mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan ekoselum membentuk entoderm dan yolk sac ( Kantong kuning telur ) sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan amnion ( Manuaba 2010, hal 82 ). Plasentasi adalah proses pembentukan strruktur dan

jenis plasenta. Setelah nidasi embrio kedalam endometrium,

plasentasi dimulai. Pad a manuasia plasentasi berlasung smpai

12-18 minggu setelah fertilisasi.

e) Pembentukan plasenta

Terjadinnya nidasi mendorong sel blastula mengadakan

diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan ekoselum

membentuk entoderm dan yolk sac ( Kantong kuning telur ) sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan amnion (

Manuaba 2010, hal 82 ). Ruang amnion inilah yang akan

bertumbuh pesat mendesak ekoselom sehingga dinding ruang

amnion mendekati korion. Mosobles diantara ruang amnion dan

mudigah menjadi padat yang disebut dengan body stalk dan nantinya akan menjadi tali pusat. Pada tali pusat ini terdapat

(4)

umbilikaslis.Kedua arteri dan satu vena ini berfungsi untuk menghubungkan sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta. Sistem kardiovaskuler akan terbentuk kira-kira pada kehamilan minggu ke sepuluh ( Mochtar, 2012, hal. 19 ).

3. Perubahan fisiologis pada kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh ssistem genitalia

wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat

menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

a) Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan.

Otot rahim mengalami hipertrofi dan hiperplasia menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena

pertumbuhan janin. (Manuaba , 2010 hal. 87)

b) Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan (tanda chadwicks). (Manuaba , 2010 hal. 92)

c) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung

(5)

Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan villi korealis

yang mengluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip denan hormon luteotropik hipofisis anterior. (Manuaba , 2010 hal. 92)

d) Panyudara

Panyudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikab ASI pada saat laktasi.

Perkembangan panyudara tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progresteron dan somatomamomatrofin. (Manuaba, 2010 hal. 92)

e) Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

(1) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan

janin dalam rahim.

(2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada

sirkulasi retroplasenter.

(3) Pengaruh hormon estrogen dan progresteron makin

meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai bebrapa perubahan peredaran

darah.

(6)

dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu, serum

darah (volume darah) bertambah sebersar 25 sampai 30%

sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah

jantung akan bertambah sekitar 30%.

(2) Sel darah. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya

untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim,

tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan

peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi

yang disertai anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih

meingkat mencapai 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anmeia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi

dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal

(3) Sistem respirasi. Pada kehamilan, terjadi juga perubahan

sistem respirasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

Disamping itu, terjadi desakan diafragma karena dorongan

rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu.

Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan

kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan

bernafas lebih dalm sekitar 20 sampai 25% daripada

biasanya.

(4) Sistem pencernaan. Oleh karena pengaruh estrogen,

pengeluaran asam lambung meingkat dan dapat

menyebabkan:

(7)

(b) Daerah labung terasa panas.

(c) Terjadi mual dan sakit/ pusing kepala terutama pagi

hari, yang disebut morning sickness

(d) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum

(5) Traktus urinarius. Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan

miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut

menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.

Hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urin akan bertambah. Filtrasi pada

glomelurus bertambah sekitar 69-70%.

(6) Perubahan warna kulit. Pada kulit terjadi perubahan

deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh

melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior

dan pegaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini

terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

hilang.

(7) Metabolisme. Dengan terjadinya kehamilan, metabilosme

tubuh mengalami perubahan yang mendasar, di mana

kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin

dan persiapan memberiakan ASI. (Manuaba , 2010

(8)

4. Pertumbuhan dan perkembangan janin menurut Varney

(2007.hal.504) yaitu

a) Trimester Pertama

Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan fertilisasi

dan proses fusi pronekleus pada wanita dan pria masing-masing dari ovum dan sperma. Proses fusi ini menghasilkan

sel tunggal yang disebut zigot. Segera setelah fertilisasi zigot

yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan.

(1) Minggu ke 3

Ditandai dengan mulainya morfogenesis, yakni

perkembangan bentuk tubuh (embrio).

(2) Minggu ke 4

Jantung mulai bedetak pasca fertilisasi (enam minggu

berdasarkan masa menstruasi terahir). Selama minggu ke

4 terjadi perkembangan lapisan longitudinal meliputi lapisan kepala dan lapisan ekor yang mengubah embrio

dari bentuk yang lurus enjadi bentuk yang memiliki lekuk.

Pada ahir minggu ke 4, embrio diperkirakan memiliki

ambaran seperti kadal dan mempunyai bakal telinga

(lubang otis), lengan (bakal lengan), tungkai (bakal

tungkai), dan struktur leher dan wajah (empat lekuk

(9)

(3) Minggu ke 5

Perkembangan pesa pada otok menghasilkan

perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya

menjadi bagia yang lebih besar dari pada anggota tubuh

lainnya. Perkembangan berlangsung dari kepala hingga

bokong dan tungkai berkembang, mata terbentuk bakal

lensa, cangkir optic dan pigmen retina.

(4) Minggu ke 6

Perkembangan pada minggu ini terbentuk mulut, hidung,

dan mata mulai telhat.

(5) Minggu ke 7

Perkembangan janin pada minggu ini yaiu berkembang

lempeng kaki , kelopak mata dapat terlihat, usus halus

mengalami herniasi ke bagian belakang tali pusat yang

memiliki ruan untuk usus tersebut.

(6) Minggu ke 8

Periode ini menandai ahir dari periode embroik. Semua

struktur eksternal dan internal sudah terbentuk dan

mengalami perkembangan.

b) Trimester kedua dan ketiga

(1) Minggu ke 13-16

Kelopak mata mengalami fusi sedangkan kepala

berkembang lambat, sementara telinga bergerak ke posisi

(10)

telah mencapai panjang sesungguhnya, kuku jari tangan

mulai berkembang, respon reflek sudah terjadi meski ibu

belum merasakan. Minggu ke 14 jenis kelamin mulai jelas

terlihat, pada minggu ke 16 terjadi perkembangan tulang.

(2) Minggu ke 17-20

Kaki telah mencapai panjang total, kuku jari kaki mulai

tumbuh, kelopak mata masih menyatu, pada ahir bulan

vernik caseosa mulai menutupi seluruh tubuh. Vernik caseosa adalah campura sebum (sekresi dari kelenjar

sebasea) dan sel epitel permukaan yang tebal, suatu substansi seperti keju yang melindungi kulit janin yang

rapuh. Detak jantung dapat terdengar dengan

menggunakan fetoskop.

(3) Minggu ke 21-24

Seluruh tubh janin dilapisi lanugo, yakni rambut halus yang

menurun, bakal gigi permanen telah muncul, tangan mulai

membentuk kepalan dan pegangan, lemak coklat yang

merupakan sumber energi, produksi panas, dan

pengaturan panas pada bayi baru lahir juga mulai

terbentuk.

(4) Minggu ke 25-28

Sufaktan mulai dihasilkan paru-paru pada usia 26 minggu,

gerakan menghisap semakin kuat, mata mulai menutup,

(11)

(5) Minggu ke 29-32

Tubuh janin sudah berisi elemak,janin telah memiliki

kendali terhadap gerak pernafasan yan berirama dan

temperature tubuh, mata telah terbuka, reflek cahaya

terhadap pupil muncul.

(6) Minggu ke 33-36

Kulit mulai halus, tubuh menjadi semakin bulat, rambut

memanjang, kuku sudah sempurna, testis sebelh kiri biasanya telah turun ke skrotum.

(7) Minggu ke 37-40

Pertumbuhan dan perkembanan janin telah mencapai

sempuna dengan dada dan kelenjar payudara menonjol

pada kedua jenis kelamin, kedua testis sudah masuk ke

skrotum, lanugo semakin menghilang.

5. Tanda – tanda kehamilan ( Manuaba 2010 hal. 107 )

a) Tanda dugaan kehamilan

(1) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terahir dengan perhitungan rumus naegle, dapat ditentukan

perkiraan persalinan.

(2) Mual dan muntah (emesis) Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung

(12)

disebut morning sicknes. Dalam batas yang fisiologis,

keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah nafsu

makan berkurang.

(3) Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan

tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

(4) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan

saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini mengholang setelah usia kehamilan 16

minggu.

(5) Payudara tegang. Pengaruh estrogen progesterone dan

somatomotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan

garam pada payudara. Payudara membesar dan

tegang.ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit

terutama pada kehamilan pertama.

(6) Sering miksi.desakan rahim ke depan menyebabkan

kandung kemih cepatterasa penuh dan sering miksi. Pada

triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang

(7) Konstipasi atau obstipasi. pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus, menyebabkan kesulitan

untuk buang air besar.

(13)

lividae, strie nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola mamae, putting susu makin menonjol,kelenjar montgometri menonjol, pembuluh

darah menifes sekitar payudara), di sekitar pipi (kloasma gravidarum).

(9) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulus, dapat terjadi bila hamil.

(10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh estrogen dan progesterone terjadi penampakan

pembuluh darah vena, penampkan pembuluh darah itu

terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, dan

payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat

menghilang setelah persalinan.

b) Tanda tidak pasti kehamilan

Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh:

(1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.

(2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.

(3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi

sebagian kemungkinan positif palsu. (Manuaba

2010;hal.108)

c) Tanda pasti kehamilan

(14)

(1) Gerakan janin dalam Rahim

(2) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian

janin

(3) Denyut jantung janin didengar dengan stetoskop, laenec,

alat karrdiotokografi, alat dopler, dilihat dengan

ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih yaitu

rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.

d) Diagnosis banding kehamilan ( Manuaba,2010,hal. 109)

Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan

kehamilan sehingga perlu dilakukan diagnosis banding di

antaranya:

(1) Hamil palsu, gejala dapat sama dengan kehamilan

sperti amenoroe,perut membesar, mual, muntah, air

susu keluar, bahkan wanita tersebut merasakan

gerakan janin. Namun, pada pemeriksaan uterus tidak

membesar, tanda – tanda kehamilan lain dan reaksi

kehamilan negative.

(2) Mioma uteri, perut dan rahim membesar, tetapi pada

perabaan, rahim terasa padat, kadang kala

berbenjol-bejol. Tanda kehamilan negative dan tidak dijumpai

tanda – tand kehamilan lainnya.

(3) Kista ovarium, perut membesar bahkan maskin

(15)

rahim teraba sebesar biasa, reaksi kehamilan negative,

tanda – tanda kehamilan lain negative.

(4) Kandung kemih penuh dan dan terjadi retensi urin. Pada

pemasangan kateter, keluar banyak urin.

(5) Hematometra, uterus membesar karena berisi darah

yang disebabkan hymen impeforata, stenosis vagina

atau servik.

6. Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh seara baik dan lage aetist: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, jantung, paru0paru, dan

sebagainya.

Perkusi adalah Tidak begitu banyak artinya, kecuali jika asa suatu

indikasi

Palpasi adalah ibu hamil diminta berbaring terlentang, kepala dan

bahu sedikit ditinggikan dengan memakai bantal.

Manuver palpasi menurut leopold

a) Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin

yang terdapat dalam fundus.

b) Leopold II : Menentukan batas samping rahim kanan-kiri,

menentukan letak punggung janin, dan pada letak lintang

tentukan letak kepala janin.

(16)

d) Leopold IV : Menentukan apa bagian terbawah janin dan

berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul. (Mochtar.

2011;hal 39-40)

7. Usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uterus.

Tabel 2.1 usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uterus

Tinggi fundus uterus Usia

kehamilan

1/3 di atas simfisis 12 minggu

½ di atas simfisis pusat 16 minggu

2/3 di atas simfisis 20 minggu

Setinggi pusat 22 minggu

1/3 di atas pusat 28 minggu

½ pusat-prosesus xifoidus 34 minggu

Setinggi prosesus xifoidus 36 minggu

Dua jari (4 cm) dibawah prosesus xifoidus

40 minggu

Sumber : manuaba,2010;hal 100

8. Ketidaknyamanan pada masa kehamilan

a) Nausea

Nausea, dengan atau tanpa di sertai muntah-muntah,

ditafsirkan sebagai morning sickness, tetapi paling sering terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan sepanjang hari (Varney,

2007; hal .536-537).

b) Ptialisme

Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau

peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva

pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan

(17)

c) Keletihan

Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya

belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan

diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar

pada awal kehamilan, tetapi alasan ini terjadi masih belum

jelas. Untungnya keletihan merupakan ketidaknayamanan yang

terbatas dan biasanya hilang pada akhir trimester pertama.

(Varney, 2007; hal.537).

d) Nyeri Punggung Bagian Atas

Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama

akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat

panyudara menjadi berat. Pembesaran ini dapat

mengakibatkan tarikan otot jika panyudara tidak disokong

adekuat. Metode untuk mengurangi nyeri ini ialah dengan

menggunakan bra yag berukuran sesuai ukuran panyudara.

Dengan mengurangi mobilitas panyudara, bra penyokong yang

berukuran tepat juga menurangi ketidaknyamanan akibat nyeri

tekan pada panyudara yang timbul karena pembesaran

panyudara. (Varney, 2007; hal.538).

e) Leukorea

Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester

pertama. Upaya untuk mengatasi leukorea adalah dengan

(18)

mengganti panty berbahan katun dengan sering (Varney, 2007; hal.538).

f) Peningkatan Frekuensi Berkemih

Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat

peningkatan berat pada fundus uterus. Peningkatan berat pada

fundus uterus ini membuat istmu menjadi lunak ( tanda hegar),

menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar. Hal ini

menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih.

Frekuensi berkemih pada trimester ketiga paling sering dialami

oleh wanita primigravida setelah lightening terjadi. Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk

kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsunng pada

kandung kemih. Tekanan ini menyebabkan wanita merasa

perlu berkemih (Varney, 2007; hal.538).

g) Nyeri Ulu Hati

Nyeri ulu hati, ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang

akhir trimester ke dua dan bertahan hingga trimester ketiga

adalah kata lain untuk regurgitasi atau refluks isi lambung yang

asam menuju esophagus bagian bawah akibat peristaltis

balikan. Isi lambung bersifat asam karena sifat asam

hidroklorida ini menyebabkan materi tersebut membakar

(19)

h) Faltulen

Peningkatan flatulen diduga akibat penurunan mortilitas

gastrointestinal.Hal ini kemungkinan merupakan akibat efek

peningkatan progesteron yang merelaksasi otot halus dan

akibat pergeseran serta tekanan pada usus halus karena

pembesaran uterus (Varney, 2007; hal.539).

i) Konstipasi

Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat

memiliki masalah ini pada trimester kedua atau

ketiga.Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis

yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika

terjadi peningkatan jumlah progesterone (Varney, 2007;

hal.539).

j) Hemoroid

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu,

semua hemorid sering didahului oelh konstipasi. Oleh karena

itu, semua penyebeb konstipasi berpotensi menyebabkan

hemorid. Progesteron juga menyebabkan hemoroid.

Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan

usus besar. (Varney, 2007; hal.539).

k) Kram Tungkai

Dasar fisiologis untuk kram kaki belum diketahui dengan pasti.

Selama beberapa tahun, kram kaki diperkirakan disebabkan

(20)

adekuat atau ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor

dalam tubuh. Salah satu dugaaan lainnya adalah bahwa uterus

yang membesar memberi tekanan baik pada pembuluh darah

panggul, sehingga mengganggu sirkulasi, atau pada saraf

sementara saraf ini melewati foramen obturator dalam

perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah (Varney, 2007;

hal.540).

l) Edema Dependen

Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkaatan tekanan vena pada ekstremitas bagian

bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus

yang membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut

duduk atau berdiri dan pada vena kava inferior saat ia berada

dalam posisi telentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran

balik vena dari ekstremitas bagian bawah juga memperburuk

masalah (Varney, 2007; hal.540).

m) Varises

Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.

Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang membesar

pada vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan

penekanan pada vena kava inferior saat ia berbaring. Pakaian

(21)

bagian bawah, atau posisi berdiri yang lama memperberat

masalah tersebut (Varney, 2007; hal.540).

n) Dispareunia

Perubahan fisiologis menjadi penyebab, seperti kongesti

vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi yang dikarenakan

tekanan uterus yang membesar atau tekanan bagian

presentasi. Masalah-masalah fisik kemungkinan disebabkan

abdomen yang membesar atau dijumpai pada tahap akhir

kehamilan saat bagian presentasi mengalami penurunan ke

dalam pelvis sejati (Varney, 2007; hal.540-541).

o) Nokturia

Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang

berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi

menekan pembuluh darah panggul dan vena kava inferior. Bila

wanita berbaring dalam posisi ini pada saat tidur dimalam hari,

akibatnya adalah pola diurnal kebalikan sehingga terjadi

peningkatan keluaran urine pada saat ini (Varney, 2007;

hal.541)

p) Insomnia

Insomnia, baik pada wanita yang mengandung maupun tidak, dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti

kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu

acara untuk keesokan hari.Wanita hamil, bagaimanapun,

(22)

Hal ini meliputi ketidaknyamanan akibat uterus yang

membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan, dan

pergerakan janin., terutama jika janin tersebut aktif (Varney,

2007; hal.541).

q) Nyeri pada Ligamentum Teres Uteri

Ligamentum terdiri atas sejumlah besar otot polos yang

merupakan lanjutan otot polos uterus.Jaringan otot ini

memudahkan ligamentum latum untuk hipertrofi selama

kehamilan berlangsung dan, yang terpenting, meregang seiring

pembesaran uterus.Ligamentum teres uteri secara anatomis

memiliki kemampuan memanjang saat terus meninggi dan

masuk ke dalam abdomen.Nyeri pada ligamentum teres uteri

diduga terjadi akibat peregangan dan kemungkinan akibat

penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada ligament

(Varney, 2007; hal.541-542).

r) Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung yang terjadi

pada area lumbosacral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan

karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi

wanita tersebut dan postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini

disebabkan oleh berat uterus yang membesar (Varney, 2007;

(23)

s) Hiperventilasi dan Sesak Nafas

Peningkatan jumlah progesteron selama kehamilan di duga

memengaruhi langsung pusat pernapasan untuk menurunkan

kadar karbondioksida dan meningkatkan kadar oksigen.

Peningkatan kadar oksigen menguntungkan janin.

Hiperventilasi akan menurunkan kadar karbondioksida. Sesak

nafas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada

trimester ketiga.Selama periode ini, uterus telah mengalami

pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma. Selain itu,

diafragma akan mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama

kehamilan (Varney, 2007; hal.543).

t) Kesemuatan dan Baal pada Jari

Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang membesar

dan bertambah berat dapat menyebabkan wanita mengambil

postur dengan posisi bahu terlalu jauh ke belakang dan

kepalanya antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan berat

bagian depannya dan lengkung punggungnya. Postur ini diduga

menyebabkan penekanan pada saraf median dan ulnar lengan,

yang akan mengakibatkan kesemutan dan baal pada jari-jari

(Varney, 2007; hal.543).

u) Sindrom Hipotensi Telentang

Sindrom hipotensi telentang menyebabkan wanita merasa

seperti ingin pingsan dan ia menjadi tidak sadarkan diri bila

(24)

terjadi saat wanita berbaring pada posisi telentang (seperti saat

sedang tidur atau berada diatas meja pemeriksaan) karena

berat total uterus yang membesar berikut isinya menekan vena

kava inferior dan pembuluh darah lainnya pada sistem vena.

Aliran vena balik dari bagian bawah tubuh dihambat, yang

akhirnya mengakibatkan jumlah darah yang mengisi jantung

berkurang dan kemudian akan menurunkan curah jantung.

Sindrom hipotensi telentang dapat segera diatasi dengan

meminta wanita tersebut berbaring ke samping atau duduk

(Varney, 2007; hal.544).

9. Tanda bahaya pada kehamilan

a) Abortus (Keguguran)

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Prawirohardjo,

2011. Hal 460).

Aborsi adalah suatu usaha mengahiri kehamilan dengan

mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa sebelum janin

mampu bertahan hidup, jika dilahirkan (Varney, 2007. Hal.

604).

Jenis-jenis abortus menurut Prawirohardjo (2011. Hal 467)

yaitu:

(1) Abortus Iminens

Merupakan abortus tingkat permulaan dan

(25)

perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan

hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

(2) Abortus Insipiens

Merupakan abortus yang sedang mengancam yang

ditandai serviks telah mendatar dab astium uteri telah

membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum

uteri dan dalam proses pengeluaran.

(3) Abortus Kompletus

Merupakan abortus yang seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari

20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

(4) Abortus Inkompletus

Merupakan abortus yang sebagian hasil konsepsi

telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang

tertinggal.

(5) Missed abortus

Merupakan abortus yang ditandai dengan embrio

atau fetus telah meninggal dalam kadungan sebelum

kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya

masih tertahan dalam kandungan.

(6) Abortus habitualis

Merupakan abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

(26)

b) Anemia pada kehamilan

(1) Anemia merupakan kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative

mudah, bahkan murah. Pada kehamilan relative terjadi

anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi

(pengenceran) dengan peningkatan volume 30%

sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32

sampai 34 minggu. Pemeriksaan dan pengawasan Hb

dilakukan dengan alat sahli yang dilakukan minimal dua

kali selama kehamilan yaitu pda trimester I dan trimester

III. Klasifikasi anemia (Manuaba, 2010. Hal. 237) yaitu : (i) Tidak anemia : Hb 11 g%

(ii) Anemia ringan : Hb 9-10 g%

(iii) Anemia sedang : Hb 7-8 g%

(iv) Anemia berat : Hb <7 g%

(2) Kebutuhan zat besi pada wanita hamil ( Manuaba, 2010.

H 238)

Pada kehamilan relative terjadi anemia karena

darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang

puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat

besi pada setiap kehamilan perhatikan bagan berikut :

(27)

Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe

Untuk darah janin 100 mg Fe

Jumlah 900 mg Fe

(3) Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakan diagnosis anemia kehamilan

dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa

akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah

hebat pada hamil muda.

(4) Pengaruh Anemia dalam Kehamilan dan janin

(a) Bahaya anemia pada kehamilan

(i) Bahaya selama kehamilan : dapat terjadi

abortus, persalinan prematuritas, IUGR,

mudah terjadi infeksi, molahidatidosa,

hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini (KPD).

(ii) Bahaya saat persalinan : gangguan His

(kekuatan mengejan), kala 1 dapat

berlangsung lama, terjadi partus terlantar,

kala 2 lama sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakan oprasi

(28)

plasenta dan perdarahan post partum

sekunder dan atonia uteri.

(iii) Pada kala nifas : terjadi subinvolusi uteri

menimbulkan perdarahan post partum,

memudahkan infeksi perineum, pengeluaran

ASI berkurang, mudah terjadi infeksi mamae.

(b) Bahaya anemia pada janin : anemia akan mengurangi

kemampuan metabolism tubuh sehingga menggangu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk:

abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas

tinggi, BBLR, kelahiran dengan anemia dapat terjadi

cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai

kematian perinatal

(c) Penatalaksanaan

Wanita dengan Hb ≤ 10 g/dl harus segera diberi

tambahan zat besi, asam folat (400 mcg) dalam jumlah

lebih besar daripada vitamin prenatal, dan suplemen

vitamin lain jika belum mengkomsumsinya, koseling

tentang tablet Fe.

c) Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan

dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.

(29)

yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum, pembesaran

uterus yang diatas normal (molahidatidosa), pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan,

adanya masa di adneksa biasanya disebabkan oleh

kehamilan ektopik. (Prawirohardjo, 2011; h. 282).

Perdarahan kehamilan lanjut atau di atas usia 20 minggu

pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa.

Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luasnya

plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi

tempat implasntasi plasenta tersebut (Prawirohardjo, 2010;

hal.282).

d) Preeklamsi

Pada umumnya Ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas

normal sering diasosiasikan dengan preeclampsia. Data

atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum

hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk

membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada

sebelumnya) dengan preeklampsia (Prawirohardjo, 2011;

hal.283)

e) Nyeri Hebat di Daerah Abdominal pelvikum

Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester

(30)

diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik dari

jenis yang disertai perdarahan maupun yang tersembunyi.

Tanda-tanda nya :

(1) Trauma Abdomen

(2) Preeklamsia

(3) Tinggi Fundus Uteri lebih besar dari usia kehamilan

(4) Bagian-bagian janin sulit diraba

(5) Uterus tegang dan nyeri

(6) Janin mati dalam rahim (Prawirohardjo, 2010;hal. 282

10. Asuhan kebidanan kehamilan

Asuhan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan

sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam

standar pelayanan kebidanan. Standar pelayanan tersebut

diajukan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan

atau janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan

penanganan dini komplikasi kebidanan.

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal

komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu

hamil.

Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas

(Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2014. Hal 46) yaitu :

a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

(31)

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus toxoid sesuai status imunisasi

f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan

g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana )

i) Pelayanan tes laboraturium sederhana, minimal tes

hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urine dan

pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan

sebelumnya)

j) Tatalaksana kasus

B. Persalinan

1. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta)yang telah cukup bulan atau dapat diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lahin, dengan bantuan atau

tanpa bantuan (kekuatan sendiri).(Manuaba, 2010;hal 164).

persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin + uri )

(32)

2. Sebab-sebab mulainya persalinan

Sebab – sebab mulainya persalinan ( Mochtar,2012,hal.70 ).

a) Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar

hormone estrogen dan progesterone. progesteron bekerja

sebagai penenang otot-otot polus rahim. Karena itu, akan

terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika

kadar progesterone turun.

b) Teori plasenta menjadi tua

Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar

progesterone sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal

tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.

c) Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan

iskemia otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi

uteroplasenta.

d) Teori iritasi mekanik

Di belakang servik terletak ganglion servikale. Apabila ganglion tersebut di geser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan

timbul kontraksi uterus.

(33)

(1) Gagang laminaria, beberapa laminaria dimasukan ke dalam kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus

Franken hauser.

(2) Amniotomi, pemecahan ketuban

(3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per

infuse.

3. Tanda-tanda permulaan persalinan

Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu

sebelumnya, wanita memasuki bulanya atau minggunya atau

harinya yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan

memberikan tanda-tanda sebagai berikut:

a) Lightening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.

Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.

b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.

c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung

kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya

kontraksi-kontraksi lemah uterus.

e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya

bertambah, mungkin bercampur darah.(Mochtar. 2011;hal 70)

4. Tahap-tahap persalinan(Mochtar. 2011;hal 71-73)

(34)

Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah ( Bloody show ) karena servik mulai membuka ( dilatasi ) dan mendatar (

effacement ). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis serviks akibat pergeseran ketika servik

mendatar dan membuka.Kala pembukaan dibagi menjadi 2

fase yaitu :

(1) Fase laten

Pembukaan servik yang berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm, lamanya 7 – 8 jam.

(2) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase

(a) Periodeakselerasi

Berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm

(b) Periode dilatasi maksimal

Selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat

menjadi 9 cm.

(c) Periode deseleras

Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10 cm ( lengkap )

b) Kala II ( Kala pengeluaran Janin )

His mulai terkoordinasi, kuat , cepat, dan lebih lama kira – kira

2 – 3 menit sekali. Kepala janin mulai turun dan masuk ke

ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot – otot

(35)

mengedan, karena tekanapda rectum ibu merasa sperti mau

buang air besar, dengan tanda anus terbuka, pada waktu his,

kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum

meregang. Dengan his dan mengedan terpimpin, akan lahir

kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi

berlangsungg selama 1 setengah – 2 jam, pada multi setengah

jam sampai 1 jam.

c) Kala III ( kala pengeluaran Uri )

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri

setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih

tebal dari sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his

pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit,

seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan

lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas

simfisisatau fundus uteri. Seluruh proses berlangsung 5-30

menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluran darah kira – kira 100 sampai 200 cc.

d) Kala IV

Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri

lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya

perdarahan postpartum.

5. Mekanisme persalinan

(36)

Kepala biasanya masuk kepanggul pada posisi transversal

atau pada beberapa posisi yang sedikit berbeda dari posisi ini

sehingga memanfaatkan diameter terluas panggul.

Engagement dikatakan terjadi ketika bagian terluas dari

bagian presentasi janin berhasil masuk ke pintu atas panggul.

Bilangan perlima kepala janin yang dapat dipalpasi melalui

abdomen sering digunakan untuk menggambarkan apakah

engagement telah terjadi. Jika lebih dari dua perlima kepala

janin dapat dipalpasi melalui abdomen, kepala belum

engaged. (Holmes,2012; hal 224).

b) Penurunan

Selama kala satu persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus

memberikan tekanan pada janin untuk turun. Proses ini

dipercepat dengan pecah ketuban dan upaya ibu untuk

mengejan.( Holmes, 2012; hal 224).

c) Fleksi

Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul yang

lebih sempit, fleksi meningkat.( Holmes, 2012; hal 224).

d) Rotasi Internal

Jika kepala fleksi dengan baik, oksikut akan menjadi titik

utama dan saat mencapai alur yang miring pada otot levator

ani, kepala akan didorong untuk berotasi secara anterior

sehingga sutura sagital ini terletak didiametet anterio posterior

(37)

adalah dinamika rotasi yang paling penting. Jika janin

mencapai engagement dalam posisi oksipitoposterior, rotasi

internal dapat terjadi dari posisi OP sampai posisi

oksipitoanterior. Rotasi internal yang lama ini, bersama

dengan diameter presentasi tengkorak janin yang lebih besar,

menjelaskan peningkatan durasi persalinan akibat kelainan

posisi ini. Atau, posisi OP dapat menetap sehingga

mengakibatkan pelahiran “wajah sampai pubis”. Lebih sering,

posisi OP yang persisten dikaitkan dengan ekstensi kepala

janin yang akan meningkatkan diameter presentasi tengkorak

janin pada pintu bawah panggul. Posisi ini dapat

menyebabkan obstruksi persalinan dan memerlukan pelahiran

dengan alat bantu atau bahkan perlu dilakukan sectio

caesaria.( Holmes, 2012; hal 224).

e) Ekstensi

Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada dibawah

simfisis pubis dan beregma berada dekat batas bawah

sakrum. Jaringan lunak perinium masih memberikan

resistensi, dan dapat mengalami trauma dalam proses ini.

Kepala yang fleksi sempurna kini mengalami ekstensi, dengan

oksiput keluar dari bawah simfisis pubis dan mulai

mendistensi vulva. Hal ini dikenal dengan crowning kepala.

Kepala mengalami ekstensi lebih lanjut dan oksiput yang

(38)

tumpu ketika beregma, wajah, dan dagu tampat secara

berturut-turut pada lubang vagina posterior dan badan

perinium. Ekstensi dan gerakan ini meminimalkan trauma

jaringan lunak dengan menggunakan diameter terkecil kepala

janin untuk kelahiran. ( Holmes, 2012; hal 224).

f) Restitusi

Restitusi adalah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi

akibat rotasi internal. Resistusi adalah sedikit rotasi oksiput

melalui seperdelapan lingkaran. Saat kepala dilahirkan oksiput

secara langsung berada dibagian depan. Segera setelah

kepala keluar dari vulva, kepala mensejajarkan dirinya sendiri

dengan bahu, yang memasuki panggul dalam posisi oblig atau

miring. ( Holmes, 2012; hal 224).

g) Rotasi Eksternal

Agar dapat dilahirkan, bahu harus berotasi kebidang

anterior-posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini

terjadi oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih

lanjut keposisi transversal. Ini disebut rotasi eksternal.

(Holmes, 2012; hal 224).

h) Pelahiran Bahu dan Tubuh Janin

Ketika restitusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada

dalam bidang anterior-posterior. Bahu anterior berada

dibawah simfisis pubis dan lahir pertama kali, dan bahu

(39)

tanpa bantuan, seringkali “traksi lateral” dilakukan dengan

menarik kepala janin secara perlahan kearah bawah untuk

membantu melepaskan bahu anterior dari bawah simfisis

pubis. Normalnya sisa tubuh janin lahir dengan mudah

dengan bahu posterior dipandu keatas, pada perinium dengan

melakukan traksi kearah yang berlawanan sehingga

mengayun bayi ke abdomen ibu. ( Holmes, 2012; hal 224).

6. Asuhan persalinan

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal menurut Prawirohardjo

(2011, hal 341) yaitu :

a) Melihat tanda dan gejala kala dua

(1) Mengamati tanda dan gejal persalinan kala dua

(a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

(b) Ibu merasa tkanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vaginanya

(c) Perineum menonjol

(d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

b) Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosi 10

unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di

dalam partus set

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang

(40)

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu

kali pakai atau pribadi yang bersih

(5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk

semua pemeriksaan dalam

(6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)

dan meletakkan kembali di partus set atau wadah desinfksi

tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung

suntik.

c) Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah di basahi air desinfeksi tingkat

tinggi jika mulut vagina, perineum, atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan

seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.

Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar.mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut

dengan benar didalam larutan dekontaminasi, selanjutnya

(41)

(8) Dengan menggunakan teknik antiseptic, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

(9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tamgan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam

larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan

klorin 0,5 % selam 10 menit. Mencuci kedua tangan

setelah sarung tangan dilepaskan.

(10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(100-180x/menit)

(a) Mengambil tidakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

lainnya pada partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

pimpinan meneran

(11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang

nyaman sesuai dengan keinginannya.

(a) Tunggu ibu hingga mempunyai keinginan untuk

(42)

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan yang ada

(b) Menjelaskan pada anggota keluarga bagaiman mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu

saat ibu mulai meneran

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

(13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran:

(a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinganan untuk meneran

(b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran.

(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (tidak meminta ibu berbaringterlentang).

(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara

kontraksi.

(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu.

(f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

(43)

(h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2jam) meneran

untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu

multipara, merujuk segera.

(i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit,anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat diantara kontraksi.

(j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu

dengan segera.

e) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(14) Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk

mengeringkan bayi jika kepala bayi telah membuka vulva

dengan diameter 5-6 cm.

(15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah

bokong ibu.

(16) Membuka partus set.

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

f) Menolong kelahiran bayi

(44)

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan

tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala

bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir.

(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi

dengan kain atau kassa yang bersih.(langkah ini tidak

harus dilakukan)

(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan

segera proses kelahiran bayi :

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

Lahirnya Bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

(45)

kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus

pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas

dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah

perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior

lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan

tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan

bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat

keduanya lahir.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang

ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi

untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir.

Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati

membantu kelahiran kaki.

g) Penanganan bayi baru lahir

(25) Menilai bayi dengan cepat, (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu

pendek, meletakkan )

(26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan

(46)

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari

klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari

klem pertama (ke arah ibu)

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem

tersebut

(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil

tindakan yang sesuai

(30) Memberikan bayi pada ibu dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya

h) Oksitosin

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan

palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan

adanya bayi kedu

(32) Memberitahu ibu bahwa ibu akan di suntik

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha

kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih

(47)

i) Penegangan Tali Pusat Terkendali

(34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10

cm dari vulva.

(35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu

(di atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Melakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian

bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas

dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk

membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika

plasenta tidak lahir setelah 30–40 detik, menghentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi

berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu

atau seorang anggota keluarga untuk melakukan

ransangan puting susu.

j) Mengeluarkan plasenta

(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran

sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian

kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil menruskan

tekanan berlawanan arah pada uterus.

(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

(48)

(b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan

penegangan tali pusat selama 15 menit:

(i) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(ii) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik

aseptik jika perlu.

(iii) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(iv) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

(v) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam

waktu 30 menit sejak kelahiran bayi

(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan dua

tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terrpilin. Dengan lembut perlahan

melahirkan selaput ketuban tersebut.

(Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks

ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau

klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

melepaskan bagian selaput yang tertinggal)

k) Pemijatan uterus

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

(49)

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

l) Menilai perdarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke

ibu maupun janin dan selpaut ketuban untuk memastikan

bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau

khusus.

(Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selama 15 .detik mengambil tindakan yang sesuai)

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami

perdarahan aktif.

m) Melakukan prosedur pasca persalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5 %; membilas kedua tangan

yang masih bersarung tangan tersebut dengan air

disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan

kain yang bersih dan kering.

(44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau

(50)

dengan simpul ,mati dan sekeliling tali pusat sekitar 1 cm

dari pusat.

(45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan meletakkanya kedalam

larutan klorin 0,5 %.

(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau

kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan prvaginam:

(a) 2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama

pascapersalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama

pascapersalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedau pascapersalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

laksanakan perawatan yang sesuai untuk

penatalksanaan atonia uteri.

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan

(51)

(50) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana

melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi

uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah.

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung

kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca

persalinan dan sertiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan.

(a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pascapersalinan.

(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal.

n) Kebrsihan dan keamanan

(53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,6

% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

(55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan

darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

(52)

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas

dengan air bersih.

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

0,5 %, membalikkan bagian dalam keluar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

o) Dokumentasi

(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

7. Komplikasi persalinan

a) Persalinan/ Kelahiran Prematur

Persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu

gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

2008; hal.782).

b) Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini dapat secara teknis didefinisikan sebagai

pecah ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa

memperhatikan usia gestasi (Varney, 2008; hal.788).

(53)

Yaitu terjadinya infeksi pada kulit ketuban dan cairan

ketuban.Biasanya terjadi akibat pecah ketuban yang lama

(lebih dari 24 jam), dengan atau tanpa persalinan yang

memanjang, pada pemeriksaan dalam atau manipulasi vagina

atau prosedur intrauteri yang berulang (Varney, 2008; hal.792).

d) Prolaps Tali Pusat

Terdapat dua jenis prolaps tali pusat : menumbung (frank) atau

terkemuka (accult). Pada prolaps tali pusat menumbung, tali

pusat masuk ke dalam serviks.Pada prolaps tali pusat

terkemuka, tali pusat berada di samping bagian presentasi,

tetapi tidak masuk ke dalam serviks (Varney, 2008; hal.793).

e) Disproporsi Sefalopelvik

Yaitu disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, yakni

ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi

keluarnya janin melalui pelvis sampai terjadi kelahiran per

vaginam (Varney, 2008; hal. 796-797).

f) Disfungsi Uterus

Yaitu terjadinya pemanjangan waktu setiap fase atau kala

persalinan yang melebihi waktu yang diperkirakan.Hal ini di

identifikasi berdasarkan sedikitnya kemajuan pendataran

serviks atau dilatasi atau penurunan bagian presentasi janin

(54)

g) Kelelahan Ibu (Distress Maternal)

Kelelahan Ibu (Distress Maternal) harus dicegah karena

memburuknya kondisi wanita akan membahayakan Ibu dan

janin yang belum lahir (Varney, 2008; hal. 800).

h) Rupture Uteri

Yaitu terjadinya robekan/ laserasi pada uterus yang terjadi

sebelum atau selama kehamilan, yang dapat disebabkan oleh

bekas SC, dorongan fundus saat bersalin, janin besar. Tanda

dan gejala rupture uteri dapat menyerupai tanda dan gejala

gangguan berat lainnya (Varney, 2008; hal. 801)

8. Patologis

Menurut prawiroharjo (2010; 569-573) membagi kelainan pada

kala l lama sebagai berikut

a. Fase laten memanjang

Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional

pada persalinan untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis

persalinan. Tahap persalinan ini mungkin peka terhadap

sedasi dan anesthesia regional. Friedman dan sachtleben

mendefinisikan fase laten berkepanjangan apabila lama ase

ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jan pada multipara.

Fakyor-faktor yang mempengaruhi derasi fase laten antara

lain adalah anesthesia regional atau sedasi yang berlebihan,

keadaan serviks yang buruk (misal tebal, tidak mengalami

(55)

mengklam bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama

efektif dan amannya dalam memperbaiki fase laten yang

berkepanjangan istirahat lebih disarankan karena persalinan

palsu sering tidak disadari. Amniotomi tidak dianjurkan karena

adanya insiden persalinan palsu

b. Fase aktif memanjang

Menurut friedman rerata durasi persalinan fase aktif pada

nulipara adalah 4,9 jam deviasi standar 3,4 jam cukup lebar.

Dengan demikian, fase aktif dilaporkan memiliki maksimum

statistic sebesar 11,7 jam. Protaksi yaitu kecepatan

pembukaana atau penurunan <1,2 cm/jam atau penurunan <1

cm/jam. Untuk multipara protaksi yaitu kecepatan pembukaan

<1,5 cm/jam atau penurunan<2 cm/jam.

9. Episiotomi

episiotomi merupakan tindakan untuk melebarkan jalan lahir

lunak dengan jalan melakukan insisi pada daerah perineum.

Syarat untuk dapat melakukan episiotomi :

a. Proses persalinan dihalangi pleh jaringan lunak dijalan lahir,

khusus perineum. Dengan melakukan insisi menggunakan

gunting khusus jalan lahir lunak dapat di perlebar sehingga

proses persalinan dalam berlangsung dengan baik.

b. Indikasi melakukan episiotomi adalah: hampir semua

(56)

dianggap perineumnya kaku dan sempit sehingga di

perlukan pelebaran dengan episiotomi.

saat yang paling tepat melakukan episiotomi adalah: pembukaan

kepala dengan lingkaran sekitar 5 cm, kepala hampir melakukan

defleksi dan ekspulsi, jaringan perineum sudah tipis, dilakukan

bersamaan dengan puncak His dan mengejan. Jenis episiotomi

yang umum adalah episiotomi median dan medio-lateral.

Bentuk insisi episiotomi

a. Media

b. Lateral

c. Mediolateral

d. Mediolateral disertai pelebaran menurut schuhart

Tujuan melakukan episiotomi adalah episiotomi adalah

meluaskan jalan lahir sehingga persalinan dapat berlangsung

lebih cepat dan mengupayakan agar tepi robekan perineum

menjadi teratur untuk memudahkan mejahitnya kembali. Rasa

nyeri jahitan episiotomi dikurangi atau dihilangkan dengan cara

yang mudah , aman, dan murah. Mengurangi rasa nyeri sangat

penting untuk dapat menjahit bekas luka episiotomi dengan

tenang hasilnya memuaskan. Metode yang dianjurkan adalah

infiltrasi dengan lidocain disekitar luka episiotomi yang akan

Gambar

Tabel 2.1 usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uterus
Tabel 2.2  Penapisan KB Metode Nonoperatif
Tabel  2.3 penapisan KB Tubektomi
Tabel 2.4  penapisan Metode Vasektomi

Referensi

Dokumen terkait

metode baku histologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE). Masing- masing preparat dibaca gambaran histopatologi di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan

a) Mereka cipta cerita berdasarkan ayat matematik bahagi yang diberi. b) Menyelesaikan masalah harian yang melibatkan pembahagian dua nombor.. MINGGU UNIT 6 – WANG HINGGA RM

Lembar jawab subjek T2 kosong. Hal ini dikarenakan subjek tidak mau mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua

Temuan penelitian diatas menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang di- peroleh dari prakerin sudah sangat memadai untuk melakukan wirausaha, dan untuk

Penelitian yang dilakukan oleh Patterson (Berkowitz, 1995) selama lebih dari satu dekade melakukan observasi dalam hubungan keluarga, hasil penelitian memaparkan bahwa

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pengujian secara eksperimen di Laboratorium adalah momen nominal hasil analisis pada kolom beton bertulangan bambu wulung

suatu proses pengiriman pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan penanganan yang tepat Agar pasien yang tidak bisa ditangani di Puskesmas