PRODUKSI
DAN
KUALITAS
SUSU
KAMBING
SAPERA
YANG
DIBERIKAN
TAMBAHAN
PAKAN
DAUN
SOM
JAWA
(Talinum
paniculatum
(Jacq.)
Gaertn)
SKRIPSIHATMOKO HARI PRASETYO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN
Hatmoko Hari Prasetyo. D14080183. 2012. Produksi dan Kualitas Susu Kambing
Sapera yang Diberikan Tambahan Pakan Daun Som Jawa (Talinum
paniculatum (Jacq.) Gaertn). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Afton Atabany, M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Kambing mempunyai prospek yang baik bagi peternak rakyat, karena mudah dipelihara dan dikembangkan, serta lebih cepat berkembang biak dibandingkan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau. Peternakan kambing memegang peranan penting di desa-desa dalam usaha tani tradisional sebagai penghasil susu, daging atau sebagai usaha sambilan. Kemampuan kambing perah menghasilkan susu di pedesaan untuk konsumsi keluarga dalam rangka meningkatkan sumber protein hewani dan dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan dari hasil penjualan susu. Upaya meningkatkan produksi dan kualitas susu kambing diperlukan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah. Susu merupakan produk pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Peningkatan produksi dan kualitas susu kambing sangat penting untuk memperoleh pangan yang sehat dan bergizi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui produksi dan kualitas susu kambing Sapera (Persilangan PE-Seanen) yang diberikan tambahan pakan daun Som
Jawa (Talinum pniculatum (Jacq.) Gaertn). Penelitian menggunakan sembilan ekor
kambing Sapera laktasi kedua yang memiliki produksi susu + 1 L/hari dengan bobot badan + 33 kg. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan pemberian Som Jawa (0%, 3%, dan 6%) dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Peubah yang diamati meliputi produksi susu, konsumsi pakan, komposisi susu, efisiensi pemanfaatan nutrien pakan untuk produksi susu, dan bobot badan ternak. Data yang diperoleh diolah menggunakan program Minitab 14. Hasil penelitian menunjukkan penambahan daun Som Jawa pada berbagai taraf perlakuan (0%, 3%, dan 6%) tidak berpengaruh pada produksi susu, komposisi susu, konsumsi pakan, dan efisiensi pemanfaatan nutrien untuk produksi susu. Penambahan daun Som Jawa 3% menunjukkan persistensi yang baik hingga minggu kesembilan laktasi. Penambahan daun Som Jawa dapat meningkatkan bobot badan kambing Sapera. Peningkatan bobot badan pada kambing berbanding lurus dengan tingkat pemberian daun Som Jawa. Peningkatan bobot badan terbesar pada kambing yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa sebesar 6% dari kebutuhan BK pakan. Kata-kata Kunci : susu kambing, Som Jawa, Sapera, produksi susu, komposisi Susu
ABSTRACT
The Production and Quality of Sapera (PE-Seanen breed) Goats Milk Given Additional Feed Som Java (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn) Leaves
Prasetyo, H. H., A. Atabany, and B. P. Purwanto
Milk is a food product that has a high nutritional value. The increased of production and quality of goats milk needs to be create a healthy and nutritious products. This research was to observe milk production and its composition of Sapera (PE-Seanen
breed) goat given Som Java (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn) leaves as feed
additive. Nine heads of Sapera goats used in this research with milk production about 1 liter/day and 33 kg body weight. The research consist of 3 levels Som Java leaves 0%, 3%, and 6% in 3 replications. The result of this research showed that Som Java leaves as feed additive did not influence on milk productiton, composition, feed level intake, and nutrient eficiency convert to milk composition. Som Java leaves as feed additive increase the body weight as high as Som Jawa given level. Som Java leaves as feed additive cause milk production stable up to nine week of lactation. Keywords : Som Java, goat milk, Sapera, milk production, milk composition.
PRODUKSI
DAN
KUALITAS
SUSU
KAMBING
SAPERA
YANG
DIBERIKAN
TAMBAHAN
PAKAN
DAUN
SOM
JAWA
(Talinum
paniculatum
(Jacq.)
Gaertn)
HATMOKO HARI PRASETYO D14080183
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 11 April 1990 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Sutino dan Ibu Samirah. Jenjang pendidikan formal dimulai dari SD Negeri Trimulyo I Genuk, Semarang dari tahun 1996 sampai tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan ke SMP Negeri 20 Semarang dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Semarang dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Penulis aktif dalam kegiatan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Patra Atlas Semarang periode 2008/2010 sebagai Ketua Angkatan 2008. Penulis juga aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2009/2010 sebagai Staf Departemen Politik Kajian Strategis dan periode 2010/2011 sebagai Ketua Umum. Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) periode 2009/2011 sebagai Koordinator Wilayah II ISMAPETI.
Penulis berkesempatan memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA) pada tahun 2010 hingga tahun 2012. Penulis mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang kewirausahaan dan didanai Dikti tahun 2012. Penulis pernah mengikuti kegiatan pelatihan Manajemen Organisasi tahun 2011 dan pelatihan HACCP pada Agrondustri Produk Peternakan tahun 2012.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat yang telah membimbing kita menuju jalan terangnya Islam. Susu kambing menjadi primadona masyarakat Indonesia saat ini. Susu kambing memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan ekonomis bagi peternak rakyat. Permintaan susu kambing yang tinggi belum diikuti jumlah produksi yang memadai menyebabkan susu kambing sangat potensial untuk dikembangkan. Susu kambing dipercaya masyarakat memiliki banyak manfaat untuk kesehatan meskipun harus di buktikan secara ilmiah. Susu kambing di pedesaan menjadi salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat. Peningkatan produksi dan kualitas susu kambing menjadi penting dalam rangka pemenuhan pangan yang aman, sehat, dan ekonomis bagi peternak salah satunya dengan modifikasi pakan. Serangkaian penelitian tentang pemanfaatan daun Som Jawa (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn) telah dilaksanakan di Balai
Penelitian Ternak, Ciawi dan Laboratorium Ilmu Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB. Hasil dari penelitian tersebut ditulis dalam skripsi ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semoga hasil penelitian yang dituliskan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan peternakan Indonesia khususnya kambing perah. Bogor, Oktober 2012 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ...i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP ...v KATA PENGANTAR ...vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR ...x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN ...1 Latar Belakang ...1 Tujuan ...2 TINJAUAN PUSTAKA ...3 Kambing Perah ...3 Kambing Sapera...3 Konsumsi Pakan ...4 Komposisi Susu Kambing ...5 Pertambahan Bobot Badan... 6 Som Jawa ...7 MATERI DAN METODE...10 Lokasi dan Waktu ...10 Materi...10 Ternak ...10 Bahan ...10 Alat... 10 Prosedur ...11 Persiapan ...11 Pemeliharaan...11 Perlakuan ...11 Rancangan dan Analisis Data ...12 Rancangan...12 Peubah yang Diamati ...12 Analisis Data...13 HASIL DAN PEMBAHASAN ...14 Konsumsi Pakan ...14 Konsumsi Nutrien ...15 Produksi Susu ...18
Bahan Kering ...21 Kadar Lemak... 21 Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) ...22 Kadar Protein ...22 Kadar Laktosa ...23 Efisiensi Pemanfaatan Ransum terhadap Kualitas Susu Kambing ...23 KESIMPULAN DAN SARAN ...28 Kesimpulan ...28 Saran ...28 UCAPAN TERIMA KASIH ...29 DAFTAR PUSTAKA ...30 LAMPIRAN... 33
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kebutuhan Nutrien Kambing Perah Dewasa pada Berbagai Fase Produksi ...4 2. Rekomendasi Kebutuhan Nutrien Kambing Perah Laktasi ... 4 3. Komposisi Susu Kambing... 6 4. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penelitian (% BK)... 12 5. Kandungan Nutrien Ransum (% BK)... 14 6. Rataan Konsumsi Pakan Kambing Sapera (g/ekor/hari)... 15 7. Rataan Konsumsi Bahan Kering dan Nutrien Pakan... 16 8. Rataan Kecernaan Nutrien Pakan ...18 9. Rataan Produksi Susu Kambing Sapera... 19 10. Rataan Kualitas Susu Kambing Sapera... 20
11. Efisiensi Pemanfaatan Nutrien Ransum untuk Komposisi Susu... 24
Penelitian... 19 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grafik Rataan Produksi Susu Mingguan Kambing Sapera 2. Grafik Rataan Bobot Badan Kambing Sapera Penelitian... 26
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Analisis Ragam Produksi Susu Kambing Sapera... 34 2. Analisis Ragam Konsumsi Konsentrat Kambing Sapera... 34 3. Analisis Ragam Konsumsi Rumput... 34 4. Analisis Ragam Konsumsi Gamal... 34 5. Analisis Ragam Kadar Lemak Susu... 34 6. Analisis Ragam Kadar BKTL Susu... 35 7. Analisis Ragam Bahan Kering ...35 8. Analisis Ragam Berat Jenis Susu... 35 9. Analisis Ragam Kadar Protein Susu... 35 10. Analisis Ragam Kadar Laktosa Susu... 35 11. Uji Non Parametrik Kruskal Wallis Efisiensi Penggunaan Protein untuk Produksi Susu... 36 12. Analisis Ragam Efisiensi Penggunaan Lemak untuk Produksi Susu... 36 13. Uji Non Parametrik Kruskal Wallis Efisiensi Penggunaan Bahan Kering untuk Produksi Susu... 36 14. Analisis Ragam Konsumsi BK (% Bobot Badan)... 36 15. Analisis Ragam Konsumsi Protein (g/ekor/hari)... 37 16. Analisis Ragam Konsumsi Lemak (g/ekor/hari)... 37 17. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar (g/ekor/hari)... 37 18. Foto Pengujian Sampel Susu. a) Sampel Susu Kambing Sapera, b) Milkotester... 37 19. Foto Kandang Penelitian. a) Kandang Individu Penelitian, b) Ambing Salah Satu Kambing Penelitian... 38 20. Foto Pakan Kambing Penelitian. a) Daun Gamal, b) Rumput Raja, c) Konsentrat, d) Daun Som Jawa... 38
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk di Indonesia berkorelasi positif dengan kebutuhan pangan dan kebutuhan protein hewani seperti daging, telur, dan susu. Kesadaran masyarakat meningkat akan pentingnya pangan bergizi sehingga akan meningkatkan permintaan produk pangan berkualitas. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia peternakan untuk menyediakan produk hasil ternak berkualitas. Susu memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan menjadi produk unggulan yang memiliki nilai gizi tinggi. Susu kambing belum banyak dikembangkan dan memiliki banyak manfaat terutama untuk kesehatan. Kambing mempunyai prospek baik bagi peternak rakyat, karena mudah dipelihara dan dikembangkan, serta lebih cepat berkembang biak dibandingkan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau. Peternakan kambing memegang peranan penting di desa-desa dalam usaha tani tradisional sebagai penghasil susu, daging atau sebagai usaha sambilan. Kambing perah menghasilkan susu di pedesaan untuk konsumsi keluarga dalam rangka meningkatkan sumber protein hewani dan dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan dari hasil penjualan susu. Upaya meningkatkan kualitas susu kambing diperlukan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah. Produksi dan kualitas susu yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan manajemen. Pakan ternak kambing seperti juga ternak ruminansia lainnya adalah hijauan rumput yang mempunyai kandungan gizi rendah dan belum memenuhi keseluruhan kebutuhan nutrisi kambing. Pakan penguat atau konsentrat perlu ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pakan. Salah satu upaya dapat dilakukan untuk menurunkan biaya konsentrat maupun ransum secara keseluruhan adalah dengan menggunakan bahan pakan yang relatif murah, mudah didapat, berkualitas, kontinyu, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia ataupun ternak lain.
Kebutuhan Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) sebagai obat
herbal menyisakan limbah berupa daun pohon yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak Som Jawa mampu menurunkan kadar asam lemak kaproat pada susu kambing yang menghasilkan
aroma prengus (goaty flavor) dan meningkatkan kualitas susu kambing. Penggunaan daun Som Jawa sebagai pakan ternak diharapkan mampu meningkatkan nilai guna pertanian Som Jawa. Manajemen pemberian pakan tambahan daun Som Jawa secara sederhana diharapkan dapat diaplikasikan oleh peternak kambing perah sehingga mampu meningkatkan produksi susu serta menghasilkan susu kambing yang berkualitas ditinjau dari komposisi susunya. Tujuan Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi dan kualitas susu serta bobot badan kambing perah Sapera (persilangan PE-Seanen) yang diberikan
tambahan pakan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn).
TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah Menurut Atabany (2002) kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan untuk anaknya. Kambing perah yang dipelihara biasanya adalah kambing lokal seperti kambing Peranakan Etawah (PE) yang merupakan bangsa kambing perah yang dapat hidup di daerah tropis. Kambing Etawah merupakan keturunan dari kambing Jamnapari yang sangat baik sebagai hewan perah dan penghasil daging (Devendra dan Burns, 1994).
Berdasarkan kemampuannya untuk menghasilkan susu dan potensi
pertumbuhannya, kambing Etawah digunakan secara luas untuk meningkatkan mutu kambing asli yang lebih kecil di berbagai negara seperti Malaysia dan Indonesia. Produksi susunya sekitar 235 kg selama masa laktasi 261 hari (Devendra dan Burns, 1994). Kambing Sapera Kambing Sapera merupakan hasil persilangan kambing Peranakan Etawah (tipe dwiguna) betina dengan kambing Seanen jantan (tipe perah) atau sebaliknya. Kambing ini memiliki bobot lahir dan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan induknya (Sutama et al., 2009). Kambing PESA (nama lain Sapera) memiliki produksi susu harian lebih baik dari pada kambing Peranakan Etawah, tetapi produksinya lebih rendah dari pada kambing Seanen impor dan kambing Seanen keturunan (F1) (Ruhimat, 2003). Pertumbuhan pasca sapih kambing Sapera jantan 77 g/hari sedangkan betina 75 g/hari. Pubertas kambing Sapera dicapai pada umur 7-10 bulan dan berat badan 23,4 kg. Produksi susu kambing Sapera meningkat dari 650 ml pada minggu pertama laktasi menjadi 900 ml pada minggu ketiga laktasi kemudian konstan hingga minggu keenam (Sutama et al., 2010). Menurut Macciota et al. (2008), puncak produksi
susu terjadi antara minggu kedua sampai minggu keempat pada periode laktasi. Menurut Ensminger (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu kambing diantaranya: 1) bobot badan induk; 2) umur induk; 3) ukuran ambing; 4) jumlah anak; 5) nutrisi pakan; 6) suhu lingkungan; dan 7) penyakit. Atabany (2003) menambahkan bahwa produksi susu kambing masih dapat ditingkatkan
Fase Produksi Konsumsi BK dengan manajemen yang baik, seperti manajemen pemberian pakan tambahan dan bibit berkualitas. Konsumsi Pakan Menurut Ensminger (2002), salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu adalah dari segi pemberian pakan dan minum. Pakan yang diberikan pada kambing harus dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok dan reproduksi. Jumlah pakan diberikan tergantung kondisi fisiologis (pertumbuhan, bunting, dan laktasi), bangsa, dan kapasitas produksi (Gall, 1981). Kebutuhan nutrien kambing perah pada berbagai kondisi fisiologis menurut Rashid (2008) tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Kambing Perah Dewasa pada Berbagai Fase Produksi (% bobot badan) PK (% BK) TDN (% BK) Kebutuhan nutrien harian Hidup pokok 1,8 – 2,4 7 53 Awal kebuntingan 2,4 – 3,0 9 – 10 53 Akhir kebuntingan 2,4 – 3,0 13 – 14 53 Laktasi 2,8 – 4,6 12 – 17 53 – 56 National Research Council (1981) memberikan rekomendasi kebutuhan nutrien lebih terperinci untuk kambing perah laktasi tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Rekomendasi Kebutuhan Nutrien Kambing Perah Laktasi
Status Rekomendasi Kebutuhan
Bahan Kering (g) Protein Kasar (g) TDN (g) BB 30 kg, Produksi susu 1 liter, Kadar 540 - 1210 1230 - 1340 704 - 798 Lemak 4% Menurut Nursasih (2005), performa produksi ternak sangat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi zat makanan dan tingkat palatabiltas pakan tercermin dari tingkat konsumsi suatu bahan pakan. Tillman et al. (1998) menambahkan bahwa palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk, dan bau dari suatu bahan pakan. Tingkat konsumsi pakan juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi ternak (bobot badan, jenis kelamin, umur, dan genetik), pakan yang diberikan, dan kondisi lingkungan (Parakkasi, 1999).
Komposisi Susu Kambing
Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998), susu kambing mengacu pada SNI 01-3141-1998 tentang susu segar adalah susu yang berasal dari ambing induk kambing yang sehat dan diperoleh dengan cara benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu kambing segar adalah susu kambing murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu kambing merupakan hasil sekresi dari ambing kambing sebagai makanan anaknya. Perbedaan komposisi kimia pada susu kambing disebabkan oleh beberapa faktor pengontrol produksi susu baik secara kualitas maupun kuantitas seperti: 1) variasi antar bangsa kambing; 2) variasi inter bangsa kambing; 3) faktor genetik; 4) musim; 5) umur; 6) lama masa laktasi; 7) faktor perawatan dan perlakuan; 8) pengaruh masa birahi dan kebuntingan; 9) frekuensi pemerahan dan perlakuan; 10) jumlah anak dalam sekali beranak; 11) pergantian pemerahan; 12) lama masa kering; 13) faktor hormonal; 14) faktor pakan; dan 15) pengaruh penyakit (Sodiq dan Abidin, 2002). Spreer (1998) menyebutkan bahwa komponen kimia alami susu kambing terdiri atas: air, lemak, protein, laktosa, dan komponen lain seperti garam, asam sitrat, enzim, vitamin, gas, dan fosfolipid. Menurut Sofyan dan Sigit (1993), susu kambing dari daerah tropis cenderung tinggi total padatannya terutama lemak dan protein, namun total susu kambing daerah tropis berkorelasi negatif dengan produksi susu. Komposisi susu kambing dari berbagai bangsa terdapat pada Tabel 3. Susu kambing lebih berwarna putih dibanding susu sapi karena tidak mengandung karoten. Perbedaan utama antara susu kambing dan susu sapi adalah
kandungan butiran lemak (fat globule) susu kambing yang lebih kecil dibandingkan
dengan susu sapi (Ensminger, 2002). Protein susu disintesis dalam sel kelenjar susu pada bagian mitokondria mengikuti pengkodean genetik (Akers, 2002). Protein susu terdiri atas dua fraksi utama yaitu kasein (αS1, αS2, β, dan κ) dan whey (α-
laktoalbumin dan β–laktoglobulin). Sebanyak 80% dari total protein susu kambing
adalah kasein. Kasein ini stabil dikarenakan kandungan kalsium dan fosfat (Greppi et
al., 2008). Ditinjau dari sudut pandang kualitas, kasein susu kambing lebih dapat
larut (soluble) dan mengandung proporsi protein terlarut yang lebih tinggi,
diantaranya -laktoglobilin, -laktoalbumin dan serum albumin (Barrionuevo et al.,
2002). Protein susu kambing yang lebih larut tentunya akan lebih mudah diserap dan mengindikasikan kualitas protein susu kambing lebih baik dibandingkan susu sapi (Aliaga et al., 2003). Tabel 3. Komposisi Susu Kambing
Komposisi Bangsa Jumlah Sumber
Bahan Kering (%) PESA 11,11 Ruhimat (2003)
Protein (%) PESA 3,07 Ruhimat (2003)
Lemak (%) PESA 4,13 Ruhimat (2003)
BKTL (%) PESA 6,99 Ruhimat (2003)
Berat Jenis (kg/m3) PESA 1,0315 Ruhimat (2003)
pH PE 6,64-6,69 Hertaviani (2009)
Laktoferin (mg/l) PE 42,62-46,10 Hertaviani (2009)
Laktosa (%) PESA 3,48 Ruhimat (2003)
Susu kambing kaya akan MCT (Medium-chain Triglyiseride) meliputi asam
kaproat (C6:0), asam kaprilat (C8:0), dan asam kaprat (C10:0), yang metabolismenya tidak membutuhkan cairan empedu untuk mengemulsikannya (Aliaga et al., 2003). Susu kambing mempunyai lemak yang mudah diserap dan dapat diubah menjadi energi secara cepat. Walaupun mudah diserap, MCT tidak menimbulkan risiko atherogenic (Aliaga et al., 2005).
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan merupakan kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi pakan menjadi daging. Pertambahan Bobot badan per satuan unit waktu sering digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan bobot badan sampai ukuran dewasa tercapai (Taylor dan Field, 2004). Menurut Tillman et al. (1998) selama pertumbuhan seekor ternak mengalami peningkatan bobot badan sampai dewasa dan perubahan bentuk yang disebut dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan ternak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bangsa, jenis kelamin, hormon, pakan, kastrasi, iklim, dan kesehatan ternak (Phillips, 2001). Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa faktor pakan sangat mementukan pertumbuhan, apabila kualitasnya baik dan diberikan dalam jumlah yang cukup, pertumbuhanya akan menjadi cepat. Church dan Pond (1988) menyatakan proses penggilingan bahan pakan memberikan peningkatan performa ternak karena partikelnya semakin kecil. Kualitas pakan yang baik akan diikuti pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Som Jawa
Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn berasal dari benua Amerika kawasan
tengah dan selatan serta daerah Afrika bagian selatan, kemudian menyebar ke daerah tropis lainnya. Di pulau Jawa, jenis ini kemudian lebih dikenal dengan Som Jawa atau Ginseng Jawa. Som Jawa diintroduksi dari Suriname ke pulau Jawa (saat itu dikoleksi oleh Kebun Raya Bogor) pada tahun 1915 (Hidayat, 2005). Som Jawa tumbuh pada ketinggian 5-1.250 m dpl (Dalimartha, 2003).
Klasifikasi dari Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn (Som Jawa) dalam
Hidayat (2005) adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dictyledoneae Ordo : Caryphyllales Famili : Portulacaceae Genus : Talinum
Spesies : Talinum Paniculatum (Jacq.)Gaertn
Selain itu ada beberapa nama sinonim untuk jenis Som Jawa ini, yaitu
Talinum crassifolium Willd, Portulaca patens L., Talinum patens (L.) Wild.
Tanaman ini juga memiliki nama daerah yaitu Gelang porslen (Dalimartha, 2003). Nama lain Som Jawa dikalangan masyarakat, antara lain Som Jawa, Kolesom, dan Ginseng Jawa (Hidayat, 2005).
Di Indonesia dikenal dua jenis tanaman yang secara morfologi dan kandungan kimianya sama dengan Ginseng Cina dan Korea yaitu Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) dan Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.)
Willd) yang keduanya sering dianggap sebagai Ginseng Jawa. Som Jawa merupakan
salah satu tanaman yang dimasukkan ke dalam kelompok ginseng yang diyakini bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan daya seksual (afrodisiak) (Hidayat, 2005). Hasil penelitian Wahyuni dan Hadipoentyanti (1999), menunjukkan
Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn dapat dibedakan dengan Talinum triangulare
(Jacq.) Willd pada : a) bentuk daun; warna pangkal batang; c) waktu bunga mekar; d)
panjang dan lebar mahkota bunga; e) jumlah benangsari; f) warna kulit rimpang; dan g) bentuk dan warna buah. Som Jawa merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak, tinggi 30-60 cm, batang bercabang di bagian bawah, dan pangkalnya mengeras. Daun Som Jawa terletak berhadapan, bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sungsang, bagian tepi rata, ujung dan pangkalnya runcing (Wijayakusuma et al., 1995). Wahyuni dan Hadipoentyanti (1999) menambahkan bahwa panjang daun Som Jawa 8,623+ 0,693 cm, lebar 4,210 + 0,383 cm dan tebal 0,091 + 0,016 cm. Buahnya kecil, berbentuk bulat pipih, warna hitam, dan matang 22-23 hari setelah berbunga. Buahnya berbentuk bola atau agak kotak berwarna merah kecoklatan, diameter 3 mm. Bijinya kecil berukuran 0,7-1 mm (Hidayat, 2005). Som Jawa selain dapat dikonsumsi oleh manusia, daunnya juga dapat dijadikan pakan yang disukai oleh beberapa hewan ternak, seperti kambing dan kelinci (Hidayat, 2005). Daun Som Jawa mengandung saponin, flavonoid, tanin (Dalimarta, 2003), steroid dan minyak atsiri obat bisul (Seswita, 2010). Daun Som
Jawa juga berkhasiat meningkatkan nafsu makan (stomakik), melancarkan ASI,
mengobati bisul (Dalimartha, 2003), dan pembengkakan (anti radang) (Seswita, 2010).
Som Jawa merupakan tanaman yang menghasilkan umbi. Untuk
menghasilkan umbi yang optimal, diperlukan tanah yang sifat-sifat fisik dan kesuburannya baik. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan penggunaan bahan organik (kasting, kompos daun bamboo, dan pupuk kandang). Som Jawa mudah ditemukan di kawasan dimana tumbuhan lain sulit tumbuh dan mampu tumbuh bersama-sama dengan jenis tumbuhan yang bersifat gulma. Som Jawa mampu tumbuh optimal pada tanah-tanah yang kondisinya gembur, sedikit berpasir, dan
Som Jawa yang ditanam dengan metode stek untuk diambil daunnya memiliki produksi daun yang lebih tinggi dibandingkan penanaman dengan biji Produksi daun Som Jawa yang digunakan dalam penelitian diketahui dari hasil survey dengan petani daun Som Jawa di kawasan Agropolitan, Cipanas. Petak lahan seluas 1,5 x 6 meter mampu menghasilkan daun segar rata-rata sebanyak 12 kg. Daun Som Jawa yang dirawat dengan baik mampu dipanen 4 kali dalam setahun. Apabila dikonversi kedalam produksi/ha/panen maka diperoleh: Sehingga dalam satu tahun akan menghasilkan daun Som Jawa:
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Juni 2012 di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Analisis kualitas susu dilakukan di Laboratorium Ternak Perah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Ternak kambing dipelihara di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ternak yang digunakan dalam penelitian berjumlah sembilan ekor kambing perah Sapera laktasi kedua. Kambing yang digunakan memiliki produksi susu + 1 liter/hari dengan bobot badan 32,96 + 3,14 kg. Kambing yang digunakan memasuki minggu kelima laktasi. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah pakan kambing perah yang
terdiri atas rumput Raja, daun Gamal, daun Som Jawa (Talinum paniculatum (Jacq.)
Gaertn), konsentrat komersial (tersusun atas jagung, pollard, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, vitamin, dan mineral), dan air. Rumput Raja dan daun Gamal segar diperoleh dari kebun rumput Balai Penelitian Ternak Ciawi. Daun Som Jawa segar diperoleh dari kebun Agropolitan, Cipanas. Alat Peralatan yang digunakan di kandang meliputi kandang kambing laktasi individu berukuran 1 m3, termohigrometer, ember plastik, timbangan ternak,
timbangan duduk, timbangan digital, gelas ukur, penyaring susu, milk can, lap bersih,
dan plastik pengemas. Sampel susu dibawa ke Laboratorium Ilmu Ternak Perah
dengan menggunakan cooler box, dan motor sebagai sarana transportasi. Sampel
susu diuji menggunakan milkotester.
Prosedur Persiapan Ternak percobaan melalui tahap penyesuaian terhadap perubahan pakan (pre- eliminary) selama dua minggu sebelum diberikan perlakuan. Tahap ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh pakan yang diberikan sebelum perlakuan terhadap peubah yang diamati. Persiapan pemeliharaan meliputi pembersihan kandang individu dan memindahkan kambing yang digunakan untuk penelitian pada kandang individu. Pemeliharaan Pemeliharaan sembilan ekor kambing Sapera dilakukan selama dua minggu pada kandang individu berukuran 1 m3. Penimbangan bobot badan kambing dilakukan sebelum pemeliharaan untuk menghitung jumlah konsumsi bahan kering kambing perah per hari yakni sebesar 4% dari bobot badan kambing (Esminger, 2002). Pakan diberikan sebanyak 6 kali sehari, sedangkan air minum diberikan
secara adlibitum. Konsumsi pakan dan sisa pakan ditimbang setiap hari. Produksi
susu per hari diukur dengan mencatat hasil pemerahan pada pagi dan sore hari. Sampel susu diambil pada awal (sebelum perlakuan), tengah (setelah 14 hari pre- eliminary), dan akhir (setelah 28 hari perlakuan) untuk uji kualitas susu. Perlakuan Pakan yang diberikan terdiri atas hijauan dan konsentrat dengan persentase 60:40. Pakan diberikan secara bergantian yaitu daun Som Jawa diberikan pagi (jam 07.30 WIB) dan sore hari (15.30 WIB). Konsentrat diberikan pagi setelah pemberian daun Som Jawa (08.00 WIB) dan daun Gamal diberikan sore hari (16.00 WIB). Rumput Raja diberikan siang hari (09.00 WIB) sesuai dengan persentase kebutuhan,
sedangkan sore hari (17.00 WIB) diberikan secara adlibitum. Rumput diberikan
adlibitum karena kambing menunjukkan tanda bahwa pakan yang diberikan masih
kurang yaitu tempat pakan yang kosong dan selalu berteriak. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah:
P1 = Kontrol (Rumput Raja adlibitum + daun Gamal 27% + konsentrat 40%)
P2 = Rumput Raja adlibitum + Gamal 27% + daun Som Jawa 3% + konsentrat 40%
P3 = Rumput Raja adlibitum + Gamal 27% + daun Som Jawa 6% + konsentrat 40%
Bahan Pakan Bahan Kasar Abu Tabel 4. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penelitian (%BK)
Serat Protein Lemak
Kering Kasar Kasar
Konsentrat 1 88 8 14 4 10 Rumput Raja 2 45,39 34,67 11,81 2,35 12,9 Daun Gamal 2 86,47 15,33 23,98 3,7 6,8 Daun Som Jawa 1 9,41 9,56 31,24 4,14 16,15 Keterangan: 1. Laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB (2012) 2. Laboratorium Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (2010)
Rancangan dan Analisis Data Rancangan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga taraf perlakuan (0%, 3%, dan 6%) dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Model matematika rancangan penelitian menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah:
Yij = µ + τi + εij Keterangan: Yij = Pengaruh penambahan daun Som Jawa terhadap kualitas susu kambing pada taraf perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Rataan umum. τi = Pengaruh penambahan daun Som Jawa ke-i. εij = Pengaruh acak pada penambahan daun Som Jawa ke-i dan ulangan ke-j.
Peubah yang Diamati
Konsumsi Pakan (g/ekor/hari). Konsumsi pakan merupakan selisih antara pakan yang diberikan dengan pakan sisa. Konsumsi pakan per ekor per hari merupakan konsumsi pakan total dibagi masa pemeliharaan. Perhitungan konsumsi bertujuan untuk mengetahui konsumsi Bahan Kering (BK) dan nutrien pakan seperti protein, serat, dan lemak. Perhitungan konsumsi BK dan komposisi nutrien pakan (McDonald, 2002) adalah: Konsumsi BK pakan (%)= [pakan yang diberikan (g) – sisa pakan (g)] x %BK bahan Konsumsi Nutrien (g/ekor/hari)= konsumsi BK pakan x kadar nutrien dalam pakan
Produksi Susu (kg/ekor/hari). Produksi susu diperoleh dengan cara mencatat hasil pemerahan sembilan ekor kambing Sapera masing-masing pada pagi dan sore hari.
Pengukuran dimulai setelah masa persiapan (pre-eliminary) sampai dengan akhir
masa pemeliharaan. Pengukuran produksi susu dilakukan dengan menggunakan gelas ukur berskala dan timbangan digital.
Komposisi Susu. Pengujian komposisi susu kambing meliputi kadar lemak, bahan kering tanpa lemak, bahan kering, berat jenis, protein, dan laktosa. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan alat milkotester. Sampel susu yang digunakan
masing-masing sebanyak 30 ml.
Efisiensi Pemanfaatan Ransum Terhadap Kualitas Susu. Efisiensi penggunaan nutrien ransum terhadap komposisi susu dapat dihitung dengan perbandingan kandungan nutrien susu dengan konsumsi nutrien tersebut (Asminaya, 2007). Efisiensi pemanfaatan protein ransum dihitung dari perbandingan antara kadar protein dalam susu dengan konsumsi protein ransum (Zamami et al., 2011). Hal ini berlaku bagi perhitungan efisiensi konsumsi nutrien yang lainnya. Efisiensi Penggunaan ransum menjadi susu = Efisiensi penggunaan protein pakan menjadi protein susu = Efisiensi penggunaan lemak pakan menjadi lemak susu =
Bobot Badan Ternak. Bobot badan ternak diukur dengan menggunakan timbangan ternak. Pengukuran bobot badan dilakukan dengan menimbang ternak pada awal
(sebelum perlakuan), tengah (setelah 14 hari pre-eliminary), dan akhir (setelah 14
hari perlakuan) penelitian. Penimbangan dilakukan pagi hari sebelum ternak diberi pakan menggunakan timbangan ternak.
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam Analysis of Variance (ANOVA). Metode non parametrik Kruskal Wallis dilakukan untuk menguji data yang tidak memenuhi uji asumsi ANOVA.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan kandungan protein yang tinggi pada daun Som Jawa yaitu 31,24%. Kadar air yang tinggi pada daun Som Jawa diduga sebagai penyebab penurunan kadar bahan kering ransum. Kandungan lemak daun Som Jawa yang cukup tinggi yaitu 4,14% diduga menyebabkan peningkatan kandungan lemak ransum. Penambahan daun Som Jawa juga meningkatkan kadar abu ransum meskipun tidak signifikan. Peningkatan kadar abu ransum disebabkan kandungan abu yang tinggi pada daun Som Jawa yatu 16,15%. Kandungan nutrien ransum yang diberikan pada kambing Sapera penelitian tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Nutrien Ransum (%) Perlakuan BK Abu Pk Lk Sk P1 73,53 10,09 15,97 3,37 18,78 P2 72,45 10,19 16,55 3,43 18,03 P3 71,37 10,29 17,14 3,48 17,27 Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi (Tillman et al., 1998). Nutrien yang terserap akan dialirkan melalui darah menjadi prekursor untuk proses sintesis susu di ambing. Manajemen pemberian pakan dan minum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu pada ternak perah (Ensminger, 2002). Kandungan protein ransum yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi kebutuhan untuk kambing laktasi yaitu 12-17 % (Rashid, 2008). Tingkat konsumsi pakan mencerminkan palatabilitas suatu jenis pakan. Konsumsi pakan yang semakin tinggi mengindikasikan tingkat palatabilitas yang semakin baik. Pakan yang diberikan dalam penelitian berupa rumput raja, daun gamal, konsentrat komersial, dan daun Som Jawa sebagai perlakuan. Rataan konsumsi pakan kambing perah Sapera yang ditambahkan daun Som Jawa (Talinum ) tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Konsumsi Pakan Kambing Sapera (g/ekor/hari) Parameter P1 P2 P3 Rumput Raja Segar 2870,22 + 516,77 3089,78 + 153,71 2572,22 + 259,02 BK 1302,79 + 234,56 1402,45 + 69,77 1167,53 + 117,57 Konsentrat Segar 633,56 + 85,43 636,67 + 48,05 601,67 + 42,52 BK 511,61 + 72,86 547,64 + 43,52 515,55 + 38,95 Daun Gamal Segar 591,67 + 84,26 633,33 + 50,33 596,22 + 45,05 BK 557,53 + 75,18 560,27 + 42,28 529,47 + 37,42 Som Jawa Segar 0 433,33 + 30,55 808,89 + 61,34 BK 0 40,78 + 2,87 76,12 + 5,77 Rataan konsumsi pakan yang dikonsumsi ternak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sebagai pakan tambahan tidak mempengaruhi tingkat konsumsi pakan hijauan dan konsentrat. Menurut Parakkasi (1999), beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan selain dari pakan itu sendiri adalah kondisi ternak (bobot badan, jenis kelamin, umur, dan genetik), kondisi lingkungan, dan palatabilitas pakan (Nursasih, 2005). Tingkat konsumsi yang tidak berbeda pada masing-masing perlakuan mengindikasikan bahwa penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak mempengaruhi palatabilitas ransum. Daun Som Jawa yang diberikan pada ternak memiliki tingkat palatabilitas yang tinggi karena selalu habis dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi Nutrien Konsumsi bahan kering pakan pada ternak dipengaruhi oleh kondisi fisiologis ternak dan pakan yang diberikan. Kandungan bahan kering ransum menurun seiring dengan meningkatnya jumlah penambahan daun Som Jawa (Tabel 5). Penurunan kadar bahan kering disebabkan tingginya kadar air yang ada pada daun Som Jawa. Rataan konsumsi bahan kering dan nutrien pakan kambing Sapera dengan
penambahan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tertera pada
Tabel 7. Konsumsi bahan kering pakan kambing perah Sapera menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak mempengaruhi tingkat konsumsi bahan kering pakan. Tingkat konsumsi bahan kering pakan kambing Sapera jauh lebih tinggi dari pada kambing PESA yang
dilaporkan Ruhimat (2003) yaitu sebesar 4,18% dari bobot badan. Tingkat konsumsi bahan kering kambing Sapera penelitian lebih besar dari rekomendasi National Research Council (1981) untuk kambing laktasi dengan bobot badan 30 kg, produksi susu 1 liter, dan kadar lemak 4% yaitu sebesar 0,54-1,22 kg. Tabel 7. Rataan Konsumsi Bahan Kering dan Nutrien Pakan Jenis Nutrien Konsumsi P1 P2 P3 BK Protein Lemak g/ekor/hari % BB g/ekor/hari % BK Pakan g/ekor/hari 2371,94 + 230,89 7,27 + 0,62 354,60 + 28,71 14,97 + 0,53 71,85 + 6,35 2551,14 + 153,38 7,57 + 0,31 388,13 + 24,78 15,21 + 0,08 77,32 + 4,92 2288,67 + 174,76 7,04 + 0,43 359,42 + 26,45 15,70 + 0,17 70,84 + 5,17 % BK Pakan Serat Kasar g/ekor/hari % BK Pakan 3,03 + 0,09 574,71 + 75,62 24,20 + 1,39 3,03 + 0,02 618,90 + 33,60 24,27 + 0,24 3,10 + 0,03 533,45 + 46,48 23,30 + 0,50 Tingkat konsumsi bahan kering kambing Sapera sesuai dengan konsumsi bahan kering kambing yang dinyatakan oleh Blakely dan Blade (1991) yaitu berkisar antara 5%-7% bobot badan. Besarnya konsumsi bahan kering pakan pada kambing menunjukkan kapasitas produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan sapi pada satu satuan yang sama. Sapi hanya mampu mengonsumsi bahan kering pakan sebesar 2%-3% bobot badan. Konsumsi protein kasar pakan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi protein. Tingkat konsumsi protein kambing Sapera sesuai dengan kebutuhan kambing fase laktasi yang dinyatakan oleh Rashid (2008) yaitu berkisar 12%-17% dari bahan kering pakan. Jumlah ini mengindikasikan bahwa pakan yang diberikan telah mampu memenuhi kebutuhan protein ternak. Kambing Sapera mengonsumsi protein lebih rendah dari kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu 15,91% dari bahan kering pakan. Protein yang dikonsumsi oleh ternak akan dirombak menjadi asam amino
penting untuk menjaga fungsi organ tubuh agar tetap normal (maintenance), pertumbuhan, produksi susu, dan perkembangan fetus pada ternak yang bunting. Protein juga berfungsi untuk pembentukan enzim dan hormon yang mengontrol reaksi kimia dalam tubuh (Tyler dan Ensminger, 2006). Lemak merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat bagi ternak ruminansia. Lemak pakan memiliki peran yang penting karena berkontribusi 25% pada kandungan lemak susu. Hasil analisis ragam data konsumsi lemak kasar pakan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampau taraf 6% tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi lemak. Tingkat konsumsi lemak pakan dipengaruhi oleh tingkat konsumsi bahan kering dan kandungan lemak dalam pakan tersebut. Tingkat konsumsi lemak kambing sapera lebih tinggi dari kambing PESA yang dilaporkan Ruhimat (2003) yaitu sebesar 2,73% dari bahan kering pakan. Tingginya tingkat konsumsi lemak disebabkan tingkat konsumsi bahan kering kambing Sapera lebih tinggi dari kambing PESA. Konsumsi lemak berkorelasi positif dengan komposisi lemak susu yang dihasilkan. Serat kasar merupakan salah satu sumber karbohidrat ternak ruminansia selain dari gula sederhana dan pati. Ternak ruminansia dewasa mampu mencerna serat disebabkan mikroba rumen dapat memecahnya menjadi molekul karbohidrat sederhana (Tyler dan Ensminger, 2006). Hasil analisis ragam data konsumsi serat kasar menunjukkan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% pada pakan kambing perah Sapera tidak mempengaruhi tingkat konsumsi serat kasar ransum. Konsumsi serat kasar ransum mempengaruhi tingkat konsumsi bahan kering karena serat kasar merupakan salah satu komponen bahan kering pakan. Tingkat konsumsi serat kasar kambing Sapera dengan penambahan daun Som Jawa lebih rendah dari tingkat konsumsi serat kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu 29,55% dari bobot badan ternak. Perbedaan konsumsi serat disebabkan oleh jenis dan kandungan nutrien pakan yang berbeda. Rendahnya konsumsi serat kasar berbanding terbalik dengan tingkat kandungan lemak susu yang dihasilkan (Tabel 8). Kandungan lemak susu kambing Sapera yang lebih tinggi dengan konsumsi serat yang lebih rendah menunjukkan bahwa kambing Sapera lebih efisien dalam memanfaatkan nutrien ransum yang dikonsumsi. Tingginya lemak susu kambing Sapera juga disebabkan tingkat konsumsi lemak kasar yang lebih tinggi.
BK g/ekor/hari Protein g/ekor/hari Lemak g/ekor/hari Serat Kasar g/ekor/hari Produkstivitas ternak salah satunya dipengaruhi oleh kualitas pakan. Kualitas pakan dinilai dari kandungan nutrien dan kecernaannya. Pakan dengan kualitas dan tingkat kecernaan yang baik memungkinkan ternak mengonsumsi nutrien yang lebih tinggi pada jumlah konsumsi bahan kering yang sama. Tingkat kecernaan nutrien pakan yang diberikan pada kambing perah Sapera tertera pada tabel 8. Tabel 8. Rataan Kecernaan Nutrien Pakan
Jenis Nutrien Nutrien Tercerna
P1 P2 P3 1890,11 + 207,84 2054,48 + 110,74 1854,98 + 139,79 % konsumsi 79,67 + 3,53 80,56 + 1,50 81,06 + 0,21 308,42 + 21,96 343,84 + 32,30 312,81 + 31,08 % konsumsi 87,03 + 1,12 88,48 + 2,69 86,92 + 2,36 61,10 + 4,68 67,74 + 2,75 59,30 + 3,74 % konsumsi 85,11 + 1,87 87,71 + 2,82 83,76 + 1,34 458,59 +77,46 499,97 + 27,61 431,08 + 35,42 % konsumsi 79,57 + 4,75 80,82 + 3,06 80,83 + 0,49 Tingkat kecernaan bahan kering dan nutrien pakan menunjukkan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa pada kambing Sapera sampai taraf 6% belum memberikan pengaruh terhadap tingkat kecernaan nutrien pakan. Jumlah nutrien yang dikonsumsi dan tercerna oleh kambing Sapera lebih besar dari rekomendasi National Research Council (1981) untuk kambing laktasi dengan bobot badan 30 kg, produksi susu 1 liter, dan kadar lemak 4% yaitu 540-1.210 g bahan kering dan 123-134 g protein. Jumlah nutrien yang lebih besar mengindikasikan pakan yang diberikan pada kambing Sapera telah memenuhi kebutuhan dan mampu memenuhi kecukupan gizi untuk kambing perah laktasi. Produksi Susu Produksi susu kambing per ekor per hari dihitung dari penjumlahan hasil pemerahan pagi dan sore hari. Rataan produksi susu mingguan kambing Sapera yang
diberikan tambahan pakan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn)
Prod uksiSus u(g ) 1300 1200 1177,33 1100 1000 900 1089,62 988,29 1114,00 1059,24 1018,43 1088,48 1002,24 967,14 1056,71 989,71 941,43 800 700 6 7 8 9 Minggu Laktasi Gambar 1. Grafik Rataan Produksi Susu Mingguan Kambing Sapera Penelitian. P1 = Kontrol (Rumput Raja + daun Gamal 27% + konsentrat 40%); P2 = Rumput Raja + Gamal 27% + daun Som Jawa 3% + konsentrat 40%; P3 = Rumput Raja + Gamal 27% + daun Som Jawa 6% + konsentrat 40%. Keterangan: Persistensi P1= 92,44; P2= 94,86; P3= 93,44. Secara deskriptif, nilai persistensi produksi susu kambing Sapera dengan penambahan daun Som Jawa lebih besar. Nilai persistensi yang semakin besar menunjukkan tingkat kestabilan produksi susu pada kambing Sapera semakin baik. Nilai persistensi produksi susu kambing Sapera terbesar pada perlakuan penambahan daun Som Jawa 3%. Grafik produksi susu mingguan kambing Sapera mengalami penurunan disebabkan kambing telah memasuki masa penurunan produksi susu. Menurut Macciota et al. (2008), puncak produksi susu terjadi antara minggu kedua sampai minggu keempat pada periode laktasi. Grafik produksi susu P1 meningkat pada minggu ketujuh kemudian mengalami penurunan. Peningkatan produksi susu disebabkan beberapa kambing pada P1 melahirkan anak terakhir dibandingkan kambing lainya sehingga diduga masih mengalami puncak produksi susu. Rataan Produksi Susu kambing Sapera yang diberi tambahan pakan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Produksi Susu Kambing Sapera Taraf Som Jawa (% Kebutuhan BK Pakan) Produksi Susu (gram/ekor/hari) P1 (0%) P2 (3%) P3 (6%) 957,73 + 77,85 1074,33 + 26,09 997,31 + 257,25
Berat Jenis (kg/m ) 1,0286 + 0,0011 1,0275 + 0,0013 1,0279 + 0,0006 Produksi susu kambing Sapera yang diberikan tambahan pakan daun Som
Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tidak berbeda nyata. Penambahan daun
Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) sampai taraf 6% pada ransum
belum mampu meningkatkan produksi susu kambing perah Sapera. Rataan produksi susu kambing Sapera pada penelitian lebih rendah apabila dibandingkan dengan produksi susu kambing PESA (nama lain Sapera) di PT Taurus Dairy Farm yaitu 1120 gram/ekor/hari (Ruhimat, 2003). Perbedaan produksi susu ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: 1) bobot badan induk; 2) umur induk; 3) ukuran ambing; 4) jumlah anak; 5) nutrisi pakan; 6) suhu lingkungan; dan 7) penyakit (Ensminger, 2002). Komposisi Susu Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi komposisi susu. Kandungan nutrien tersedia dalam darah dari metabolisme pakan akan digunakan sebagai prekursor dalam sintesis susu. Pakan dengan nutrien yang baik dan tingkat kecernaan tinggi akan menghasilkan komposisi susu semakin baik. Menurut Sodiq dan Abidin (2002), perbedaan komposisi kimia pada susu kambing disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) variasi antar bangsa kambing; 2) variasi inter bangsa kambing; 3) faktor genetik; 4) musim; 5) umur; 6) lama masa laktasi; 7) faktor perawatan dan perlakuan; 8) pengaruh masa birahi dan kebuntingan; 9) frekuensi pemerahan dan perlakuan; 10) jumlah anak dalam sekali beranak; 11) pergantian pemerahan; 12) lama masa kering; 13) faktor hormonal; 14) faktor pakan; dan 15) pengaruh penyakit. Rataan komposisi susu kambing Sapera yang diberi
pakan tambahan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tertera pada
Tabel 10. Tabel 10. Rataan Kualitas Susu Kambing Sapera Komposisi Susu P1 (0%) P2 (3%) P3 (6%) 3 Bahan Kering (%) 15,32 + 0,81 14,59 + 1,56 14,83 + 0,15 Kadar Lemak (%) 6,34 + 0,40 6,01 + 1,07 6,12 + 0,23 Kadar BKTL (%) 8,97 + 0,44 8,59 + 0,51 8,71 + 0,14 Kadar Protein (%) 4,97 + 0,29 4,73 + 0,33 4,79 + 0,06
Berat Jenis Perhitungan analisis ragam data berat jenis susu menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% pada pakan tidak mempengaruhi berat jenis susu. Menurut Walstra dan Jenness (1984), berat jenis merupakan perbandingan antara massa dari jumlah tertentu dari suatu benda atau material dengan volumenya. Berat jenis sangat tergantung pada suhu material tersebut. Berat jenis susu diperlukan dalam perhitungan jumlah bahan padatan di dalamnya. Berat jenis susu kambing Sapera lebih rendah dari susu kambing PESA di yang dilaporkan Ruhimat (2003) yaitu 1,0315 kg/m3. Kadar berat jenis susu menunjukkan kualitas susu kambing PESA masih lebih baik dari pada kambing Sapera. Menurut Rahman et al. (1992) berat jenis susu dipengaruhi oleh zat-zat padatan yang terkandung di dalam susu seperti lemak, protein, laktosa, vitamin dan mineral. Bahan Kering Hasil perhitungan analisis ragam bahan kering susu kambing Sapera yang diberi pakan daun Som Jawa menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak mempengaruhi proses sintesis bahan penyusun susu seperti lemak, bahan kering tanpa lemak, dan air. Nilai bahan kering susu kambing Sapera lebih tinggi dari kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu sebesar 11,11%, akan tetapi lebih rendah dari pada bahan kering susu kambing PE yang dilaporkan oleh Apdini (2011) yaitu sebesar 16,38%. Hal ini menunjukkan kualitas susu kambing PE masih lebih baik dibandingkan kambing Sapera karena semakin tinggi bahan kering maka kualitas susu semakin baik. Kadar Lemak Kadar lemak susu kambing Sapera menunjukkan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa pada pakan sampai taraf 6% tidak berpengaruh terhadap sintesis lemak dalam proses sintesis susu. Kadar lemak susu kambing Sapera lebih tinggi dari pada susu kambing PESA yaitu 4,13% (Ruhimat, 2003). Kadar lemak susu bervariasi tergantung produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas pakan (Larson, 1981). Kadar lemak susu kambing Sapera yang lebih tinggi
disebabkan konsumsi lemak pakan yang lebih tinggi. Asam lemak pakan merupakan
prekursor dalam pembentukan lemak susu. Kambing perah laktasi yang
mengonsumsi pakan dengan kandungan lemak tinggi cenderung menghasilkan lemak susu yang lebih tinggi. Menurut Chilliard et al. (2000), sebagian besar lemak susu terdapat dalam bentuk trigliserida yang disintesis dari bahan-bahan yang diserap dari darah yakni glukosa, asetat, asam β–hidroksibutirat, lipoprotein, asam palmitat, serta asam-asam lemak rantai pendek. Sebagian asam lemak yang lainnya disintesis dari mobilisasi cadangan lemak tubuh dengan proporsi bervariasi menurut fase laktasi. Menurut Tyler dan Ensminger (2006), hanya + 25% asam lemak yang ditemukan pada lemak susu berasal dari lemak pakan. Sebagian besar lemak lainnya berasal dari serat kasar yang dirubah menjadi asam asetat yang akhirnya akan dirubah menjadi lemak susu. Proses pencernaan serat dalam tubuh ruminansia mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi dan kecernaan serat pakan menjadi penting dalam menghasilkan lemak susu.
Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)
Bahan kering tanpa lemak tersusun atas protein, laktosa, vitamin, dan mineral. BKTL susu kambing Sapera yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa sampai taraf 6% menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan tidak adanya peningkatan ataupun penurunan komposisi BKTL dalam susu kambing penelitian. Kandungan BKTL tidak berbeda disebabkan tingkat konsumsi BK (% BB) pakan antar kambing perlakuan sama. Nilai nutrisi penyusun BKTL yang dikonsumsi sama, pada akhirnya digunakan untuk mensintesis BKTL. Kandungan BKTL susu kambing Sapera lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu sebesar 6,99 %. Kadar Protein Kadar protein susu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% pada pakan kambing perah Sapera tidak mempengaruhi kadar protein susu. Kadar protein susu kambing Sapera ini lebih tinggi dibandingkan dengan kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yakni sebesar 3,07%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas protein susu kambing
Perbedaan kadar protein susu juga dipengaruhi proses hormonal tubuh yaitu hormon
oksitosin yang berperan dalam milk let down yang membantu keluarnya susu saat
pemerahan (Delaval, 2008). Kadar protein susu juga dipengaruhi oleh ketersediaan asam amino yang akan digunakan dalam sintesis protein susu. Proses sintesis protein akan tertunda apabila salah satu asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis protein susu tidak tersedia (Tyler dan Ensminger, 2006). Kadar Laktosa Kadar laktosa susu kambing Sapera menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa pada pakan kambing perah Sapera sampai taraf 6% tidak memberikan pengaruh terhadap kadar laktosa susu. Kadar laktosa susu kambing Sapera lebih rendah apabila dibandingkan dengan kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yakni sebesar 3,48%. Perbedaan kadar laktosa dapat disebabkan tingkat pemberian dan kualitas konsentrat yang berbeda. Kadar laktosa
juga dipengaruhi oleh enzim lactose synthease yang akan menggabungkan glukosa
dan galaktosa (Tyler dan Ensminger, 2006). Laktosa atau gula susu merupakan bentuk terbanyak dari karbohidrat dalam susu. Laktosa merupakan disakarida yang tersusun atas satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa susu berasal dari pemecahan karbohidrat dalam rumen menjadi asam propionat kemudian dirubah menjadi glukosa dan selanjutnya digunakan untuk produksi laktosa (Tyler dan Ensminger, 2006). Laktosa dalam susu sebagian besar bertanggung jawab terhadap tekanan osmosis yang diberikan oleh susu. Produksi laktosa yang tinggi akan mempengaruhi pengeluaran cairan ke susu untuk menjaga tekanan osmosis susu tetap stabil (Tyler dan Ensminger, 2006). Rataan sintesis laktosa mengendalikan sebagian besar volume susu. Proses ini menjelaskan pentingnya pemberian konsentrat pada ternak perah sebagai sumber energi. Penambahan konsentrat harus memperhatikan imbangan pemberian rumput sebagai sumber serat penghasil asam asetat yang digunakan untuk produksi lemak susu.
Efisiensi Pemanfaatan Ransum terhadap Kualitas Susu Kambing
Pakan dengan kualitas yang baik selain dapat dilihat dari komposisi nutrien juga tingkat pemanfaatan nutrien untuk menunjang proses produksi ternak yang
tinggi. Rataan tingkat efisiensi pemanfaatan nutrien ransum kambing Sapera untuk komposisi susu tertera pada Tabel 11.
Tabel 11. Efisiensi Pemanfaatan Nutrien Ransum untuk Kualitas Susu
Jenis Nutrien Efisiensi pada Komposisi Susu (%)
P1 P2 P3 Ransum (BK) (%) Lemak (%) Protein (%) 6,18 + 0,06 9,42 + 0,49 13,40 + 0,22 6,19 + 1,03 9,35 + 2,16 13,15 + 1,73 6,43 + 1,37 10,04 + 2,06 13,24 + 2,98 Analisis ragam data efisiensi konsumsi ransum (BK) untuk produksi susu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan daun Som Jawa pada ransum kambing perah sampai taraf 6% tidak mempengaruhi tingkat efisiensi bahan kering pakan terhadap komposisi susu kambing Sapera. Tingkat efisiensi ransum untuk produksi susu pada kambing Sapera lebih rendah dari pada kambing PE yang dilaporkan oleh Apdini (2011) yang berkisar antara 15,6%-38,4%. Nilai efisiensi ini berbanding lurus dengan tingkat kualitas susu kambing Sapera yang lebih rendah dari kambing PE. Tingkat efisiensi ransum menunjukkan jumlah nutrien yang dikonsumsi yang mampu dikonversi ke dalam komposisi susu. Nilai efisiensi yang semakin tinggi menunjukkan semakin banyak nutrien dari pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak untuk produksi susu. Hasil analisis ragam data efisiensi lemak untuk komposisi susu menunjukkan tidak berbeda nyata. Rataan nilai efisiensi lemak kambing Sapera lebih tinggi dibandingkan kambing PE dan Seanen yang dilaporkan oleh Apdini (2011) yaitu sebesar 5,43%. Produksi lemak susu dipengaruhi oleh itngkat konsumsi serat kasar dan lemak pakan. Nilai efisiensi lebih tinggi menunjukkan kambing Sapera lebih efisien dalam memanfaatkan serat kasar dan lemak pakan untuk produksi lemak susu. Lemak susu kambing Sapera lebih tinggi dari kambing PESA dengan tingkat konsumsi serat kasar lebih rendah menunjukkan efisiensi lemak kambing Sapera lebih baik. Tingkat efisiensi lemak kambing Sapera terhadap PESA juga dipengaruhi konsumsi lemak pakan yang lebih tinggi. Berdasarkan analisis ragam data efisiensi protein untuk komposisi susu