• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pajak. Tidak sedikit wajib pajak terutama badan usaha yang melakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pajak. Tidak sedikit wajib pajak terutama badan usaha yang melakukan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk menunjang kegiatan perekonomian dalam menggerakan roda pemerintahan dan sebagai penyedia fasilitas umum bagi masyarakat, sehingga diharapkan pajak dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Penerimaan pajak hingga saat ini terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Berdasarkan informasi Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi penerimaan pajak di Indonesia pada tahun 2010 mencapai Rp.723.307 milyar dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2014 yang mencapai Rp.1310.219 milyar atau meningkat sebesar 81,14% selama lima tahun terakhir. Meskipun dalam realisasinya pajak mengalami peningkatan, namun dalam pencapaian target APBN setiap tahunnya tidak pernah tercapai. Adapun penyebabnya salah satunya adalah kesadaran wajib pajak yang masih kurang dicermati oleh wajib pajak. Tidak sedikit wajib pajak terutama badan usaha yang melakukan penghindaran pajak baik secara legal (tax avoidance) bahkan ilegeal atau penggelapan pajak (tax evasion).

Sebagai contoh beberapa tahun lalu Direktorat Jenderal Pajak telah menyelidiki kasus penghindaran pajak oleh PT. Coca Cola Indonesia. PT.

(2)

CCI diduga mengakali pajak sehingga menimbulkan kekurangan pembayaran pajak senilai Rp. 49,24 milyar. Hasil penelusuran Direktorat Jenderal Pajak, bahwa perusahaan tersebut telah melakukan tindakan penghindaran pajak yang menyebabkan setoran pajak berkurang dengan ditemukannya pembengkakan biaya yang besar pada perusahaan tersebut. Beban biaya yang besar menyebabkan penghasilan kena pajak berkurang, sehingga setoran pajaknya juga mengecil. Beban biaya itu antara lain untuk iklan dari rentang waktu tahun 2002-2006 dengan total sebesar Rp. 566,84 milyar. Akibatnya ada penurunan penghasilan kena pajak.

Berkembangnya praktik penghindaran pajak didukung dengan perkembangan teknologi informasi dan semakin terbukanya perekonomian suatu negara yang akan memberi peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Perencanaan pajak yang masih dalam koridor Undang - Undang disebut penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik. Apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku maka aktivitas tersebut dapat tergolong ke dalam penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat ilegal. Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran

(3)

pajak tidak diinginkan (Budiman & Setiyono, 2012 dalam Teguh Muji Waluyo, Yessi Mutia Basri dan Rusli, 2015).

Secara umum tindakan penghindaran pajak dianggap sebagai tindakan yang legal karena lebih banyak memanfaatkan loopholes yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku (lawfull) (Santoso dan Ning, 2013;2). Dengan melakukan penghindaran pajak maka perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan arus kas. Namun hal tersebut menjadi suatu dilema etika ketika sebuah perusahaan melakukan penghindaran pajak. Jika suatu perusahaan melakukan penghindaran pajak yang akan meningkatkan profitabilitas, akan tetapi pengurangan pajak tersebut dapat mempengaruhi dukungan kepada pemerintah dalam pembangunan maupun program - program sosial lain, maka perusahaan dapat dikategorikan tidak bertanggung jawab secara sosial (Huseynov, 2012 dalam Pradipta dan Supriyadi, 2015).

Pembayaran pajak kepada pemerintah dirasa tidak memberikan manfaat langsung bagi perusahaan, oleh karena itu perusahaan terkadang merasa berat untuk membayar pajak. Maka perusahaan melakukan upaya untuk meminimalkan pembayaran pajak dan mengoptimalkan laba perusahaan dengan perencanaan pajak melalui penghindaran pajak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, praktik penghindaran pajak dilihat hanya untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan. Oleh karena itu menjadikan perusahaan dinilai tidak bertanggung jawab secara sosial.

(4)

Dalam beberapa tahun terakhir otoritas pajak tampaknya telah berusaha dengan semaksimal mungkin tidak hanya menegakkan batas yang jelas antara penghindaran pajak dan penggelapan pajak dalam upaya perencanaan pajak, tetapi juga untuk mencegah Wajib Pajak masuk ke dalam ambiguitas yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan (Bovi, 2005; Annisa & Kurniasih, 2012 dalam Prakosa, 2014).

Fenomena penghindaran pajak di Indonesia, pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang ditengarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi dalam waktu 5 tahun berturut - turut dan tidak membayar pajak (Bappenas, 2005). Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh Dirjen Pajak pada tahun 2012 ada 4.000 perusahaan PMA yang melaporkan nihil nilai pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama 7 tahun berturut - turut. Perusahaan tersebut umumnya bergerak pada sektor manufaktur dan pengolahan bahan baku (DJP, 2013). Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat seperempat dari jumlah perusahaan telah melakukan penghindaran pajak yakni dengan membayar pajak kurang dari 20% padahal rata - rata pajak yg dibayarkan perusahaan mendekati 30% (Dyreng at al., 2008 dalam Prakosa, 2014).

Dari sudut pandang pemerintah, wajib pajak diharapkan melaksanakan kewajiban perpajakan semaksimal mungkin dengan begitu penerimaan negara dari sektor pajak akan bertambah dan sebaliknya jika pajak yang dibayarkan pleh wajib pajak lebih kecil dari yang seharusnya

(5)

mereka bayar, maka pendapatan negara dari sektor pajak akan berkurang. Namun, dari sisi pengusaha atau wajib pajak, pajak merupakan salah satu faktor pengurang pendapatan atau penghasilan dan apabila pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah yang semestinya maka akan mengalami kerugian, karena salah satu tujuan pengusaha adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham atau investor dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara memperoleh laba maksimum. Oleh sebab itu di dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sangat dibutuhkan manajemen perpajakan yang baik. Beberapa faktor yang memepengaruhi penghindaran pajak antara lain Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi.

Leverage merupakan penggunaan asset atau aktiva tetap dan sumber dana (sources of funds) di mana untuk penggunaan aktiva tetap dan dana pinjaman tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap dan beban bunga. Penggunaan aktiva tetap dan modal dari pinjaman (hutang jangka panjang) tersebut pada akhirnya untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Karena adanya beban bunga akan mengurangi beban pajak maka semakin tinggi nilai utang jangka perusahaan maka nilai effective tax rates (ETRS) perusahaan akan semakin rendah, artinya leverage berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak (Richardson dan Lanis, 2007 dalam penelitian Pradipta dan Supriyadi, 2015).

(6)

Faktor lainnya adalah ukuran perusahaan adalah skala / pedoman untuk mengukur suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar bearti perusahaan tersebut dapat mengatur arus kas perusahaan yang baik dan dapat dinilai memiliki prospek yang baik. Semakin besar suatu ukuran perusahaan maka akan lebih rendah cash effective tax rate nya karena mampu memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk membuat perencanaan pajak yang baik. Sebuah perusahaan yang ukuran/skalanya besar dan sahamnya tersebar luas memiliki kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah bisnis dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih tinggi karena usaha tersebut didukung oleh aset yang besar, sehingga kendala perusahaan yang behubungan dengan aset dapat diatasi (Nur Alizna, 2009).

Kompensasi rugi fiskal merupakan proses peralihan kerugian dari satu periode ke periode lainnya yang menunjukkan perusahaan yang sedang merugi tidak akan dibebani pajak. Kompensasi rugi fiskal diduga dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan tindakan penghindaran pajak. Secara logika, perusahaan yang telah merugi dalam satu periode akuntansi diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya, selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena laba kena pajak akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan.

(7)

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan asuransi, investor luar negeri atau bank (Dewi dan Jati, 2014). Karena adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham, maka pemilik instusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Pada pengungkapan suka rela menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih besar lebih memungkinkan untuk mengeluarkan, meramalkan dan memperkirakan sesuatu lebih spesifik, akurat dan optimis (Khurana, 2009 dalam Fitri Damayanti dan Tridahus Susanto, 2015).

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008 Pasal 6 ayat 2 tentang pajak penghasilan, bahwa perusahaan yang telah merugi dalam satu periode akuntansi diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun kedepan dan laba perusahaan akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya, selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena penghasilan neto fiskal akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan. Menurut Kurniasih dan Sari (2013) bahwa kompensasi kerugian ini dapat dimanfaatkan sebagai penghindaran pajak karena perusahaan yang medapatkan kompensasi kerugian akan terhindar dari beban pajak yang tinggi.

(8)

Dari beberapa hasil temuan terdahulu diatas, dapat diringkas research gap pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Ringkasan Research Gap Penelitian Terdahulu Peneliti Terdahulu Variabel Terikat Variabel Bebas Leverage Ukuran Perusahaan Kompensasi Rugi Fiskal Kepemilikan Institusi 1.Kesit Bambang Prakosa (2014) Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan 2.Teguh Muji Waluyo dan Yessi Mutia Basri Rusli (2015)

Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan

3.Dyah Hayu Pradipta, Supriyadi (2015) Tidak signifikan - - -4.Fitri Damayanti, Tridahus Susanto (2015) - - - Tidak signifikan 5.Ajeng Wijayanti, Anita Wijayanti, Yuli Chomsatu Samrotun (2016) Tidak signifikan Signifikan -

-Sumber : Disarikan dari beberapa jurnal

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menurut Kesit Bambang Prakosa (2014) dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia mengatakan bahwa profitabilitas, kepemilikan keluarga dan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak sedangkan komite audit,

(9)

laverage, ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Return on Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi Terhadap Penghindaran Pajak yang diteliti oleh Teguh Muji Waluyo, Yessi Mutia Basri dan Rusli (2015) menghasilkan kesimpulan bahwa ROA, Leverage, Ukuran Perusahaan berpengaruh siginifikan terhadap penghindaran pajak sedangkan Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

Dyah Hayu Pradipta dan Supriyadi (2015) dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Profitabilitas, Leverage dan Komisaris Independen Terhadap Praktik Penghindaran Pajak mengatakan bahwa variabel CSR dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak sedangkan Leverage dan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

Fitri Damayanti dan Tridahus Susanto (2015) dengan judul penelitiannya Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Resiko Perusahaan dan Return on Asset Terhadap Tax Avoidance menyimpulkan bahwa Komite Audit, Kualitas Audit dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

(10)

Sedangkan variabel Resiko Perusahaan dan Return on Asset berpengaruh terhadap tax avoidance.

Ajeng Wijayanti, Anita Wijayanti, Yuli Chomsatu Samrotun (2016) dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Karakteristik Perusahaan, GCG dan CSR Terhadap Penghindaran Pajak mengatakan bahwa hanya Ukuran Perusahaan dan Intensitas Modal saja yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak sedangkan variabel lainnya Leverage, Komisaris Independen, Komite Audit dan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Dengan melihat hasil penelitian terdahulu, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang menyimpulkan hasil pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan kepemilikan institusi terhadap penghindaran pajak. Namun hasil penelitian masih belum jelas mengenai pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi terhadap terjadinya penghindaran pajak. Oleh karena itu penulis termotivasi untuk menekankan melakukan pengujian kembali terhadap variabel tersebut dengan harapan untuk memperoleh hasil yang konsisten.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada obyek penelitian mengambil pada perusahaan real estate di BEI periode penelitian tahun 2011-2015.

(11)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyusun skripsi ini dengan judul ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (Studi Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015) ”.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu berdasarkan latar belakang di atas bahwa tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) menyebabkan setoran pajak negara berkurang atau tidak memenuhi target, sehingga dari permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian secara khusus yang mengkaji masalah tentang penghindaran pajak. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak ?

2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak ?

3. Apakah Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak ?

4. Apakah Kepemilikan Institusi berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak ?

(12)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :

1. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris antara Leverage berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak.

2. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris antara Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak

3. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris antara Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak

4. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris antara Kepemilikan Institusi berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu ekonomi sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi pada pihak–pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Manajemen Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melaksanakan kewajiban

(13)

perpajakan semaksimal mungkin dengan begitu penerimaan negara dari sektor pajak akan bertambah.

b. Bagi Direktorat Jenderal Pajak

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang faktor -faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan strategi pembayaran pajak tanpa tax avoidance dalam pencapaian target APBN setiap tahunnya agar pembangunan nasional dan kegiatan perekonomian dapat terlaksana dengan baik.

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian ini melibatkan empat variabel yang terdiri atas variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel independen tersebut adalah Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi. Sedangkan variabel dependennya adalah Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Adapun definisi dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen.

a. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel dependen bisa dilambangkan dengan huruf Y. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak. Untuk mengukur penghindaran pajak menggunakan metode pengukuran Effective Tax Rate (ETR) yang merupakan ukuran hasil berbasis pada laporan laba rugi yang secara umum mengukur efektifitas dari strategi pengurangan pajak dan mengarahkan pada laba setelah pajak yang tinggi (Waluyo, dkk,2015). ETR dirumuskan sebagai berikut:

(15)

ETR =

b. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun negatif dengan variabel dependen nantinya. Variasi dalam variabel dependen merupakan hasil dari variabel independen (Mudrajad Kuncoro, 2009:50). Dalam penelitian ini menggunakan 4 variabel independen, yaitu terdiri dari :

1. Leverage

Leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk membiayai asset perusahaan (Waluyo, dkk, 2015).Leverage diukur dengan rumus sebagai berikut:

Rasio Utang = x 100%

2. Ukuran Perusahaan

Size atau ukuran perusahaan merupakan tingkat ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan dapat dihitung dari total aktiva karena ukuran perusahaan diproksikan dengan Ln total asset. Penggunaan natural log pada penelitian ini digunakan untuk mengurangi fluktuasi data tanpa mengubah proporsi nilai asal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh De George et al, (2013) variabel ini diukur dengan rumus sebagai berikut:

(16)

Size = Ln(Total Asset)

3. Kompensasi Rugi Fiskal

Kompensasi rugi fiskal merupakan proses peralihan kerugian dari satu periode ke periode lainnya yang menunjukkan perusahaan yang sedang merugi tidak akan dibebani pajak (Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari, 2013).

Kompensasi kerugian fiskal ini dapat diukur dengan menggunakan variabel dummy, yang akan diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi kerugian fiskal dan diberikan nilai 0 jika tidak terdapat kompensasi pada awal tahun (Bambang Prakosa, 2014).

4. Kepemilikan Institusi

Kepemilikan institusional akan diukur menggunakan persentase saham yang dimiliki institusi yaitu perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan, sedangkan yang dimaksud blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan diatas 5% yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial (Waluyo, dkk, 2015). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(17)

3.1.2 Definisi Operasional

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penghindaran Pajak (tax avoidance), Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskaldan Kepemilikan Institusi. Definisi operasional tersebut dapat diringkas pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1

Tabel Definisi Operasional Variabel Penelitian

NO NAMA VARIABEL DEFINISI VARIABEL INDIKATOR SUMBER 1 Penghindaran Pajak (Y) Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak dengan tidak melanggar undang

–undang yang ada

Prakosa (2014) 2 Leverage Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan utang Jessica dan Agus Arianto Toly (2014) 3 Ukuran perusahaan

Size atau ukuran perusahaan

merupakan tingkat ukuran besar kecilnya suatu perusahaan

natural logarithm total assets (Ln assets)

Agnes Sawir,2004:1

(18)

NO NAMA VARIABEL DEFINISI VARIABEL INDIKATOR SUMBER 4 Kompensasi Rugi Fiskal Kompensasi rugi fiskal merupakan proses peralihan kerugian dari satu periode ke periode lainnya yang menunjukkan perusahaan yang sedang merugi tidak akan dibebani pajak (Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari, 2013).

Kompensasi kerugian fiskal ini dapat diukur dengan menggunakan variabel dummy, yang akan diberikan nilai 1

jika terdapat

kompensasi kerugian fiskal dan diberikan nilai 0 jika tidak terdapat kompensasi pada awal tahun

Bambang Prakosa (2014). 5 Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional merupakan lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham

Jumlah saham institusi + jumlah saham

blockholder Jumlah saham yang

beredar

Cahyono, dkk (2016)

Sumber : disarikan dari berbagai sumber

3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penetuan Sampel 3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel

Objek penelitian ini terdiri dari laporan keuangan dari semua perusahaan real estate yang terdaftar di BEI dari tahun 2011-2015. BEI dipilih karena perusahaan yang terdaftar di BEI merupakan perusahaan publik yang diwajibkan untuk melakukan audit atas laporan keuangan mereka agar informasi yang disajikan menjadi relevan dan reliable bagi stakeholders.

(19)

3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dan dipublikasikan selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Sampel merupakan bagian dari populasi (Sugiyono, 2010). Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2015. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampel dipilih sesuai dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 sampai dengan 2015.

2. Perusahaan real estate yang secara berturut - turut menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember dari tahun 2011 hingga tahun 2015. 3. Perusahaan real estate yang memiliki data mengenai Kepemilikan

Institusional.

4. Perusahaan real estate yang memiliki laba positif dari tahun 2011 sampai tahun 2015.

5. Perusahaan real estate yang nilai Effective Tax Rate kurang dari 1 (ETR <1).

(20)

3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya atau melalui perantara (Indriantoro dan Supomo, 2009). Data yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan memenuhi kriteria. Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber eksternal, yaitu data laporan keuangan perusahaan dan data tanggal penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada BAPEPAM LK periode tahun 2011 hingga tahun 2015.

3.3.2 Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data base laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI, laporan perusahaan kepada Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan melalui website BEI yaitu www.idx.com.

3.4. Teknik Pengambilan Data

Data yang digunakan adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh dari database laporan keuangan yang tersedia di Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pada tahun 2011 sampai tahun 2015.

(21)

3.5. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan mengolah data dalam bentuk angka dengan menggunakan metode statistik (Supranto, 2006). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebagai berikut :

3.5.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2012:160). Untuk menguji normalitas, peneliti akan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi α 0,05. Apabila p value > α, maka data berdistribusi normal, jika p value < α maka data tidak

berdistribusi normal (Ghozali, 2012:160).

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2012:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

(22)

independen. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi dan menunjukkan kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off bagi angka tolerance adalah sebesar 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10, artinya bahwa semua variabel yang akan dimasukkan dalam perhitungan model regresi harus mempunyai tolerance di atas 0,10. Jika lebih rendah dari dari 0,10 maka terjadi multikolinearitas. Sedangkan hasil perhitungan nilai VIF, jika memiliki nilai VIF kurang dari 10, maka tidak mempunyai persoalan multikolinieritas (Ghozali, 2012:106).

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 (sebelumnya). (Ghozali, 2012:110). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (Sukstiyarno, 2012:83). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji:

H0 : tidak ada autokorelasi (r=0) H1 : ada autokorelasi (r≠0)

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

(23)

pengamatan yang lain (Ghozali, 2012:139). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan metode uji glejser. Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Kriteria tidak terjadi problem heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, sehingga disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

3.5.2. Persamaan Regresi Linier

Persamaan regresi linier digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini dapat dituliskan dengan rumus :

Y =β0 +1X1+2X2+3X3+4X4+5X5+6X6+ e Keterangan:

Y = Variabel terikat (Penghindaran pajak) X1 = profitabilitas

X2 = leverage

X3 = ukuran perusahaan X4 = Kompensasi rugi fiskal X5 = kepemilikan institusi X6 = intensitas modal

(24)

0 = Konstanta 1,2,3,4,5,6 = koefisien regresi

e = error

3.5.3. Uji Hipotesis

3.5.3.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen/terikat (Ghozali, 2012:98). Maka peneliti menggunakan uji pengaruh simultan (F test) dengan alat bantu program SPSS. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini.

1. Menentukan Hipotesis

H0 : b1 = b2 = ...= bk = 0 (1)

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : b1≠ b2 ≠ ...≠ bk ≠ 0 (2)

Artinya, apakah semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

1. Menghitung Fhitung.

Kriteria penyimpulannya adalah sebagai berikut ini.

2. H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil

dari 5% (p < α), berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan.

(25)

3. H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar

dari 5% (p > α), berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.

3.5.3.2. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Pengujian Koefisien Determinasi (uji R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2 (Ghozali, 2012:97).

3.5.3.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t pada dasarnya digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (terikat) (Ghozali, 2012:98). Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini.

1. Menentukan Hipotesis.

(26)

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : b1≠ b2 ≠ b3 ... ≠ 0 ... (2) Artinya, apakah variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Menghitung Fhitung.

Kriteria penyimpulannya adalah sebagai berikut ini.

1. H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil

dari 5% (p < α), berarti variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar

dari 5% (p > α), berarti variabel independen secara individual tidak

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal Standar Pengembalian dilakukan pada saat terjadinya pengembalian pendapatan, belanja, penerimaan pembiayaan, dan pengeluaran pembiayaan. Jurnal Standar

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis PBL (Problem Based

1) Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap aktif pada siswa dalam kegiatan pembelajaran. 2) Mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran PPKn dan Bahasa

Pada tugas akhir ini telah dibuat sebuah sistem kontrol pompa air yang dapat digunakan untuk mengontrol debit keluaran agar tetap stabil pada ukuran tertentu. Sistem

PERAN KELUARGA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER SERVIKS (The Role of Family and Quality of Life in Patients with Cervical Cancer), (Nci).. K., Warjiman,

Aents iruntrar matsamin ainia, tíi yanchusha túke kampuntniujai metek tsaniaku aíniáwai, tuma asa shuarka nii utsumamurincha kampuntniunmayan wainkiaiti:

Outbound adalah aktivitas yang dilakukan dialam terbuka. Outbound merupakan sarana dalam menambah wawasan pengetahuan.

Tetapi, penelitian ini tetap mengguna-kan CPO dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi karena menggunakan katalis padat CaO dari cangkang kerang darah yang