BAB II
KAJIAN TEORITIS 2.1 Ketersediaan Koleksi
Kesiapan perpustakaan dalam menyediakan koleksi yang dibutuhkan siswa sejatinya harus tetap dilakukan, karena kebutuhan informasi siswa harus tetap terpenuhi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan informasi siswa ini tidak terlepas dari jumlah koleksi yang memadai dan relevan. Perpustakaan tentunya harus mampu memberikan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 230), “Ketersediaan ialah kesiapan suatu sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan diwaktu yang telah ditentukan.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa ketersediaan koleksi merupakan kesiapan perpustakaan dalam memberikan sarana seperti koleksi dengan pelayanan yang baik sesuai dengan kurikulum di sekolah.
Menurut Standar Nasional Indonesia (2009: 1), “Koleksi perpustakaan sekolah adalah semua materi perpustakaan yang dikumpulkan, diolah, disimpan, ditemukembali dan didayagunakan bagi pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk pembelajaran.”
Standar koleksi terdapat pada Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 43 ayat 4 yang berbunyi “Bahwa standar jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk peserta didik 1:1.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi belajar yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk memenuhi kebutuhan proses belajar. Jumlah buku pelajaran harus sesuai dengan perbandingan mata pelajaran yang dipelajari siswa yang ada di sekolah.
Menurut Sulistiyo-Basuki (1993: 132), “Pentingnya koleksi bahan pustaka yang mutakhir dan seimbang”.
Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/ UNESCO (2006: 12) menjelaskan, “Perpustakaan sekolah hendaknya menyediakan akses ke sejumlah besar sumberdaya yang memenuhi kebutuhan pengguna berkaitan dengan pendidikan,
informasi dan pengembangan pribadi. Perkembangan koleksi yang terus menerus merupakan keharusan untuk menjamin penggguna memperoleh pilihan terhadap materi baru secara tetap.”
Sumber informasi yang diberikan oleh perpustakaan harus berkaitan dengan pendidikan, informasi dan pengembangan pribadi pengguna. Hal ini bertujuan agar pengguna memperoleh informasi yang mutakhir dengan perbandingan koleksi yang mereka butuhkan sesuai dengan untuk kebutuhan informasi mereka.
Menurut Sutarno (2006: 220), “Agar perpustakaan tersebut dibaca dan dipergunakan secara maksimal oleh masyarakat, maka perpustakaan harus menyediakan berbagai jenis koleksi dan layanan beserta sarana dan prasarananya.”
Sumber belajar seharusnya didukung dengan kesiapan perpustakaan dalam menyediakan koleksi yang dibutuhkan. Jenis koleksi yang dimiliki perpustakaan seharusnya memberikan sumber informasi yang baik untuk siswanya. Jadi, perpustakaan mengelola dan mengumpulkan sumber belajar yang beragam serta relevan untuk kebutuhan informasi siswa.
2.1.1 Jumlah Koleksi
Sumber informasi yang berada di perpustakaan dapat membantu pengembangan ilmu pengetahuan siswa di sekolah. Dengan demikian, jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan harus dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam mencari semua sumber informasi yang relevan untuk kebutuhan mereka. Jenis koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah harus menitik beratkan kepada fungsi perpustakaan dalam memberikan sumber informasi.
Menurut Perpustakaan Nasional RI, (2001: 12) “Jumlah koleksi dasar perpustakaan sekolah minimal 1000 judul, terdiri dari berbagai disiplin ilmu atau pelajaran sesuai sekolah yang bersangkutan.”
Menurut Yusuf (1995: 18), “Perpustakaan sekolah harus mampu memberikan koleksi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan yaitu siswa. Perpustakaan sekolah harus memenuhi fungsi yang dimiliki oleh perpustakaan tersebut yaitu pendidikan dan rekreasi bagi siswa.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa sumber informasi yang lengkap dan memadai, seharusnya dapat memenuhi kebutuhan informasi siswa dengan baik. Menurut Standar Nasional Perpustakaan (2011: 2), “Perpustakaan menambah koleksi buku per tahun dengan ketentuan semakin besar jumlah koleksi semakin kecil prosentase penambahan koleksi.”
Sedangkan menurut Perpustakaan Nasional RI (2001: 13), “Koleksi dasar perpustakaan sekolah yang dimiliki harus selalu dikembangkan/ditambah, khususnya buku bacaan yang mengarah kepada ratio 1 siswa 14 judul untuk SLTA.”
Dengan demikian, perpustakaan sekolah harus selalu menambah koleksi setiap periodenya dengan perbandingan kebutuhan setiap siswa. Perbandingan ratio buku bacaan untuk pengguna perpustakaan sekolah akan dapat membantu dalam tercapainya sistem pendidikan yang telah ditetapkan
Menurut Pedoman Perpustakaan Sekolah dalam IFLA/ UNESCO (2006: 13), “Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi dan berkaitan dengan kurikulum.”
Sedangkan menurut Perpustakaan Nasional RI (1994: 24), “Untuk sekolah lanjutan tingkat atas perbandingan antara buku nonfiksi dan fiksi disarankan sebagai 75: 25.”
Secara umum Perpustakaan Nasional RI menggambarkan perbandingan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Koleksi dasar
Disarankan standar sebagai berikut:
Setiap sekolah memulai dengan suatu koleksi dasar dengan perbandingan 10 judul untuk setiap murid. Koleksi ini diharapkan dapat disusun dalam waktu lima tahun. Koleksi dasar merupakan 50 % dari jumlah koleksi minimum yang hendaknya dapat dicapai dalam waktu sepuluh tahun.
2. Pengembangan
Setelah tercapai koleksi dasar, selanjutnya untuk pemeliharaan dan pergantian koleksi yang telah ada, diperlukan penambahan setiap tahunnya kurang lebih 10% dari jumlah koleksi yang ada. Disamping itu mash diperlukan penambahan seperlunya (kurang lebih 10%) untuk mencapai koleksi minimum yang ditargetkan. Sesudah tahun yang kesepuluh pertumbuhan itu hanya untuk pemeliharaan dan penggantian.
Dengan demikian sumber informasi yang harus didapatkan siswa melalui koleksi yang dibutuhkan siswa harus dimiliki oleh perpustakaan. Dengan kata lain, jumlah koleksi yang seharusnya dimiliki perpustakaan tersebut adalah 75% buku non fiksi dan 25% buku fiksi. Dengan jumlah perbandingan koleksi yang beragam akan dapat memenuhi kebutuhan informasi siswa.
2.1.2 Jenis Koleksi
Jenis koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah dalam memenuhi kebutuhan siswa harus beragam. Pemenuhan kebutuhan informasi siswa bergantung kepada koleksi yang memadai yang dimiliki oleh perpustakaan. Koleksi tersebut dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar dikelas. Menurut Yusuf (2007: 9), “Koleksi perpustakaan adalah sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah.”
Menurut Sutarno (2006: 82), secara umum koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan ada dua bagian utama yaitu:
1. Bahan pustaka yang tercetak, yang termasuk dalam kelompok ini buku teks, surat kabar, majalah, buletin, pamphlet, kamus, ensiklopedia, direktori, almanak, indeks, bibliografi, buku tahunan,buku pedoman, dll. 2. Bahan pustaka yang terekam yang dalam kelompok ini adalah slide, kaset
audio,kaset video, film, strip, CD, VCD, dll.
Lebih lanjut menurut Yusuf (2007: 9-24), jenis koleksi yang diperlukan untuk suatu perpustakaan sekolah bisa dikelompokkan ke dalam kategori buku dan bahan bukan buku. Yang pertama meliputi segala jenis buku dan yang terakhir meliputi segala jenis bahan yang tidak termasuk ke dalam kategori buku. Adapun koleksi yang diperlukan di perpustakaan sekolah adalah:
1. Koleksi Buku
Pada perpustakaan sekolah pembagian buku lebih baik disesuaikan dengan jenis buku yang sudah dikenal selama ini, yaitu buku-buku yang berdasarkan jenis materi buku yang bersangkutan, buku-buku non fiksi, dan buku-buku fiksi.
a. Buku Non-Fiksi
Buku non-fiksi buku yang ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan kebudayaan sekitar kita. Buku-buku non-fiksi ini banyak sekali jenisnya baik dilihat dari segi bentuk penyajian maupun penyajian maupun pola
isinya. Berikut adalah contoh-contoh yang tergolong ke dalam buku-buku non-fiksi:
1) Buku teks dan pelajaran 2) Buku teks lengkap 3) Buku penunjang
4) Buku referens atau rujukan: - Kamus
- Ensiklopedia - Buku tahunan
- Buku pedoman, buku petunjuk - Direktori - Almanak - Bibliografi - Indeks - Abstrak - Atlas - Dokumen pemerintah b. Buku Fiksi c. Komik
2. Koleksi Bahan Bukan Buku
Bahan atau koleksi yang masih dalam bentuk cetakan namun bukan berupa buku. Jenis koleksi yang termasuk ke dalam beberapa kategori yaitu:
a. Terbitan berkala b. Pamflet
c. Brosur
d. Guntingan surat kabar e. Gambar dan lukisan f. Globe
g. Koleksi bahan bukan buku lainnya 3. Koleksi Audiovisual
Koleksi perpustakaan yang dibuta atas hasil teknologi elektronik bukan bahan hasil dari cetakan dari kertas. Berasal dari bahan-bahan konvensional. Contohnya: film suara, kaset video, tape recorder, slide suara, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa jumlah koleksi yang dibutuhkan oleh perpustalaan yang dikelola dengan baik dan diberikan kepada pengguna perpustakaan sebagai sarana sumber informasi yang mereka butuhkan meliputi: koleksi tercetak, bahan bukan tercetak, dan audiovisual.
2.1.3 Relevansi Koleksi
Kebutuhan informasi siswa harus relevan terhadap sumber informasi di perpustakaan. Hal ini akan membantu dalam proses belajar. Pemanfaatan koleksi dengan baik didukung dengan kemampuan perpustakaan untuk mengidentifikasi sumber belajar yang siswa butuhkan.
Menurut Siregar (2002: 8), “Salah satu prinsip pemilihan buku adalah relevansi atau kesesuaian, yaitu perpustakaan hendaknya mengusahakan agar koleksi perpustakaan relevan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan serta tujuan lembaga induknya.” Penilaian relevansi koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan dapat dilihat seberapa besar pengguna perpustakaan menggunakan koleksi yang digunakan untuk proses belajar dan mengajar.
Menurut Purnomo (2006: 9), “Dokumen yang relevan artinya dokumen-dokumen yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang sedang dibutuhkan.”
Koleksi yang relevan menurut kebutuhan informasi siswa, selalu dimanfaatkan siswa untuk membantu dalam proses belajar. Jika koleksi yang mereka butuhkan tidak sesuai lagi dengan kebutuhan informasi siswa yang seharusnya di penuhi oleh perpustakaan. Perpustakaan harus melakukan pembenahan terhadap koleksi-koleksi tersebut. Koleksi yang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan akan dapat membantu setiap proses belajar siswa. Koleksi-koleksi ini terlebih dahulu dilakukan penyeleksian sebelum dilakukan proses pengadaaan bahan pustaka untuk siswa.
2.1.4 Pengadaan Koleksi 1. Pengadaan
Dalam memenuhi kebutuhan informasi, perpustakaan harus dapat memperhatikan kebutuhan informasi melalui pengadaan koleksi yang tepat Pengadaan koleksi dilakukan dengan penyeleksian bahan pustaka. Karena sumber informasi merupakan hal terpenting dalam menunjang proses belajar mengajar di kelas. Menurut UU No 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Pasal 35 Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa, “Setiap
satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar.”
Sedangkan menurut Yusuf (2007: 25), “Pengadaan bahan atau koleksi perpustakaan sekolah ini meliputi kegiatan pemilihan koleksi dan cara atau teknik pengadaannya.”
Dari kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa perpustakaan sebagai sumber belajar melalui koleksi yang dimiliki. Koleksi ini terlebih dahulu dilakukan penyeleksian, agar tidak terjadi ketidak sesuaian koleksi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan. Sehingga pengguna perpustakaan dapat melakukan proses belajar mengajar dengan baik.
Menurut Bafadal (2008: 32-36), ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru pustakawan, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki 2. Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang dimiliki 3. Analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka
4. Menetapkan prioritas
5. Menetapkan cara pengadaan bahan-bahan pustaka.
Adapun teknik pengadaan menurut Yusuf (2007: 26-32) sebagai berikut: a. Pembelian
b. Hadiah atau Sumbangan
c. Sumbangan atau Swadaya Masyarakat d. Pertukaran dengan perpustakaan lain e. Pengadaan atau reproduksi
Sedangkan menurut Perpustakaan Nasional RI (1994: 16), alat-alat yang digunakan dalam memilih bahan pustaka adalah sebagai berikut:
a. Katalog penerbit
Katalog penerbit berfungsi untuk mempromosikan hasil terbitan yang telah diterbitkan oleh penerbit. Katalog tersebut diberikan secara cuma - cuma. Banyak katalog tersebut hanya diberikan kepada perpustakaan berupa daftar, dan ada juga sebagian yang diberikan dalam bentuk ringkasan dari setiap judul buku yang diterbitkannya.
b. Daftar Buku yang Beranotasi dengan rekomendasi
Daftar ini diterbitkan oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Daftar buku tersebut dibuat sebagai alat bantu pemilihan bahan pustaka bagi perpustakaan sekolah. Disamping membuat anotasi, yaitu isi ringkasan buku, diberikan juga petunjuk untuk
tingakat sekolah mana buku itu ditulis. Di buat pula katalog dan nomor klass buku berdasarkan sistem klasifikasi persepuluh Dewey untuk membenatu pustakawan mengolah buku tersebut.
c. Daftar buku teks perlengkap, Sumber dan Bacaan
Daftar buku ini memuat buku-buku yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Berdasarkan ketentuannya, buku-buku inilah yang pantas beredar di sekolah. Daftar buku ini diterbitkan oleh Direktorat Sarana Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah.
Pengadaan koleksi memerlukan alat bantu dalam penyeleksian bahan pustaka. Penyeleksian ini memberikan kemudahan terhadap pustakawan dalam menyediakan koleksi yang dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Koleksi akan dapat terpenuhi jika koleksi telah sesuai dengan kebutuhan informasi siswa.
2. Penyeleksian Bahan Pustaka
Penyeleksian bahan perpustakaan sangat penting dilakukan, karena untuk memenuhi kebutuhan sumber informasi pengguna perpustakaan. Perpustakaan harus mengetahui terlebih dahulu kebutuhan informasi dan sumber informasi yang pengguna perpustakaan lakukan. Perpustakaan akan dapat dikatakan baik jika perpustakaan tersebut mampu memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaannya.
Menurut Darmono (2001: 58), ada beberapa prinsip dasar dalam pemilihan koleksi perpustakaan adalah:
a. Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan. Skala prioritas untuk masing-masing perpustakaan pada umumnya berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan karakteristik masyarakat yang dilayani.
b. Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh penanggung jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung.
Prinsip dasar dalam pemilihan koleksi perpustakaan harus dipilih secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Pemilihan koleksi perpustakaan ini harus didukung kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan.
Sedangkan menurut Yusuf (2007: 26), secara umum prinsip pemilihan koleksi untuk suatu perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum yang berlaku di sekolah.
b. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan sistem pendidikan secara nasional
c. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan daerah tempat perpustakaan sekolah tersebut berada
d. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca siswa usia sekolah
e. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan sistem perpustakaan nasional
f. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan dana yang tersedia.
Menurut Perpustakaan Nasional RI (1994: 17), terdapat kriteria dalam pemilihan koleksi yang akan diberikan kepada siswa. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pilihlah buku yang dapat membantu siswa menjawab pertanyaan yang timbul dikelas.
b. Pilihlah buku yang dapat memberikan informasi yang komprehensif dan akurat
c. Pilihlah buku yang dapat digunakan untuk mempelajari lebih dalam dari apa yang diberikan di kelas.
d. Pilihlah buku yang membantu siswa dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
e. Pilihlah buku yang dapat membentuk nilai-nilai etika, ataupun mempertinggi nilai-nilai setiap pembaca.
f. Pilihlah buku yang dapat memberikan petunjuk untuk berbagai kegiatan di luar sekolah
g. Pilihlah buku yang dapat memberikan inspirasi, memperkenalkan ciptaan-ciptaan dan penemuan-penemuan baru
h. Pilihlah buku yang membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat
i. Pilihlah buku yang membantu nilai etika, ataupun mempertinggi nilai-nilai setiap pembacanya
j. Pilihlah buku yang dapat memberikan petunjuk untuk berbagai kegiatan diluar sekolah, seperti misalnya kegiatan untuk dapat mengisi hari-hari libur k. Pilihlah buku yang dapat memberikan inspirasi, memperkenalkan
ciptaan-ciptaan dan penemuan-penemuan baru, dapat membentuk anak mematangkan pikirannya
l. Pilihlah buku yang dapat membantu siswa menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat
n. Siapa penerbitnya
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa penyeleksian bahan pustaka perlu dipertimbangakan dengan baik. Penyeleksian tersebut harus sesuai dengan kriteria koleksi yang seharusnya dimiliki oleh perpustakaan, karena bahan pustaka merupakan sumber informasi dan sumber belajar bagi siswa. Siswa akan selalu membutuhkan sumber belajar demi menunjang proses belajar yang mereka lalui di sekolah. Dengan adanya penyeleksian bahan perpustakaan dan menetapkan kebutuhan informasi pengguna menjadi prioritas, kebutuhan pengguna akan terpenuhi dengan baik.
Ketersediaan koleksi merupakan kesiapan perpustakaan dalam menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan informasi siswa. Ketersediaan koleksi dapat diukur diantaranya: melalui jumlah koleksi yang memadai, jenis koleksi dan relevansi koleksi dengan kebutuhan informasi siswa.
2.2 Pelayanan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sebagai sumber belajar seharusnya juga mampu memberikan layanan yang baik bagi pengguna perpustakaan. Layanan yang baik ini berguna untuk menciptakan kenyamanan siswa dalam mencari sumber informasi. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1994: 71), “Layanan perpustakaan sekolah bertujuan untuk menyajikan informasi untuk kepentingan pelaksanaan proses belajar mengajar dan rekreasi bagi semua warga sekolah dengan mempergunakan bahan pustaka.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa layanan perpustakaan memberikan sumber informasi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan untuk kepentingan proses belajar. Layanan perpustakaan ini berdasarkan serangkaian kegiatan yang dilakukan di perpustakaan untuk terciptanya layanan yang tepat untuk pengguna.
Menurut Perpustakaan Nasional RI (1994: 71), berbagai aktifitas layanan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: a) meminjam buku-buku, b) melayani kebutuhan-kebutuhan pelajaran dalam kelas, c) menyediakan sumber-sumber informasi bagi murid atau guru perorangan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan murid atau guru tentang berbagai jenis sekolah, d) sekolah mempunyai perpustakaan yang dikelola dengan baik ditempatkan dalam runagan yang cukup besar dengan mobiler yang memadai, e) mendidik anak untuk dapat mencari informasi secara mandiri, f) melatih anak untuk mahir dalam menggunakan bahan perpustakaan.
Aktifitas layanan yang diberikan kepada pengguna, harus dapat memenuhi kebutuhan informasi siswa. Perpustakaan dapat melayani kebutuhan informasi siswa dengan baik, dengan menyediakan sumber informasi bagi siswa. dengan demikian, pemenuhan kebutuhan informasi dapat terpenuhi denganbaik.
Menurut Qobe (2012), “Kegiatan perpustakaan merupakan kegiatan layanan atau jasa, yang dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kelompok layanan, yaitu layanan teknis dan layanan pemakai.”
Layanan perpustakaan yang diberikan kepada pengguna merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari layanan teknis dan layanan jasa. Kegiatan perpustakaan dalam memberikan layanan yang baik akan memberikan citra yang baik terhadap perpustakaan.
Menurut Dwijati yang dikutip Rufaidah (2011: 17), mengemukakan sejumlah defenisi perpustakaan dikatakan baik, jika perpustakaan memiliki beberapa kriteria antara lain:
1. Koleksi yang relevan
2. Tenaga yang berkualitas dan professional 3. Sistem pelayanan yang cepat dan tepat
4. Didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Selanjutnya perpustakaan dikatakan berhasil jika perpustakaan itu dimanfaatkan secara optimal oleh penggunanya
Sedangkan menurut Memans (2008), “Perpustakaan memberikan layanan bahan pustaka kepada masyarakat adalah agar bahan pustaka tersebut yang telah diolah dapat dimanfaatkan dengan cepat oleh masyarakat pengguna perpustakaan.”
Perpustakaan yang baik, perpustakaan yang mampu memberikan koleksi yang relevan dengan layanan yang mampu memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Pengguna diberikan kemudahan dalam menelusur sumber informasi yang mereka butuhkan, dan memanfaatkannya dengan optimal.
Menurut Darmono (2001: 134), Hakikat layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pemakai perpustakaan tentang hal-hal berikut:
1. Segala bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai perpustakaan, baik untuk dimanfaatkan ditempat ataupun untuk dibawa pulang untuk digunakan diluar rungan perpustakaaan.
2. Manfaat berbagai sarana penelusuran informasi yang tersedia di perpustakaan yang merujuk pada keberadaaan sebuah informasi.
Perpustakaan merupakan segala bentuk informasi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan, serta pengguna dapat memanfaatkan sarana dalam mencari sumber informasi yang dibutuhkan. Semua kegiatan layanan perpustakaan harus dilakukan dengan efektif agar pemenuhan kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan tepat.
Menurut Darmono (2001: 136), Agar fungsi layanan perpustakaan dapat tercapai maksimal maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Adanya iklim yang kondusif untuk menciptakan minat baca gairah baca dan kebiasaan menbaca. Iklim ini diciptakan oleh perpustakaan melalui berbagai kegiatan seperti promosi perpustakaan, kegiatan lomba minat baca, pameran buku, pameran koleksi yang bernilai khusus.
2. Tersedianya koleksi yang sesuai dengan kebutuhan dan selera pemakai perpustakaan
3. Perpustakaan diselenggarakan dengan teratur dan diorganisir secara baik 4. Pemakai mengetahui cara-cara pemanfaatan perpustakaan dengan baik 5. Adanya pustakawan atau tenaga perpustakaan yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan di bidanag kepustakawanan yang memadai.
Perpustakaan sekolah sebagai pusat belajar bagi siswa, harus didukung dengan layanan yang maksimal untuk kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Perpustakaan sekolah harus memperhatikan secara tepat tentang layanan yang akan diberikan kepada siswa, ketersediaan koleksi, bagaimana perpustakaan dikelola dengan baik.
Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000: 97), pekerjaan pelayanan dapat mencakup empat kegiatan, antara lain:
1. Kegiatan pekerjaan peminjaman (pelayanan sirkulasi)
2. Kegiatan membantu pengunjung mencari informasi (pelayanan referensi) 3. Kegiatan mendidik pengunjung menggunakan alat perpustakaan dan bahan
pustaka
Sementara menurut Sutarno (2006: 90), layanan yang diberikan oleh perpustakaan tersebut mampu menciptakan rasa nyaman bagi pengguna perpustakaan. Adapun layanan perpustakaan tersebut:
1. Layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan 2. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan
3. Berlangsung cepat waktu dan tepat sasaran 4. Berjalan mudah dan sederhana
5. Murah dan ekonomis
6. Menarik dan menyenangkan dan menimbulkan rasa empati 7. Bervariatif
8. Mengundang rasa ingin kembali 9. Ramah tamah
10. Bersifat informatif, membimbing, dan mengarahkan, tetapi tidak bersifat menggurui
11. Mengembangkan hal-hal yang baru/inovatif
12. Mampu berkompetisi dengan layanan di bidang yang lain
13. Mampu menumbuhkan rasa percaya bagi pengguna perpustakaan dan bersifat mandiri.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan perpustakaan sekolah bertujuan memberikan informasi yang dibutuhkan siswa dengan jenis-jenis layanan yang ada di perpustakaan. Ini bertujuan untuk kepentingan pelaksanaan proses belajar di kelas, siswapun merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan. Layanan perpustakaan juga dapat menumbuhkan rasa percaya bahwa informasi yang diberikan oleh perpustakaan tersebut baik untuk kebutuhan informasi yang mereka butuhkan.
Pelayanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan seharusnya dapat memberikan dampak yang baik untuk motivasi siswa untuk datang ke perpustakaan. Menurut Lasa (1994:122), pelayanan pengguna adalah “Mencakup semua kegiatan pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan, penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pengguna perpustakaan.”
Layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan bersifat memberikan kenyaman pengguna perpustakaan, agar pengguna perpustakaan dapat menemukan informasi yang dibutuhkan. Pustakawan harus selalu memberikan layanan yang tepat, cepat, dan akurat, agar siswa merasa ingin selalu
datang ke perpustakaan. Motivasi siswa datang ke perpustakaan tergantung kepada baik atau tidaknya pelayanan perpustakaan.
2.2.1 Sistem Layanan
Layanan perpustakaan sekolah memiliki layanan yang langsung melayani siswa untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan siswa. Akan tetapi terdapat beberapa layanan yang tidak dapat langsung digunakan siswa, siswa harus meminta bantuan kepada pustakawan untuk memperoleh sumber informasi yang mereka butuhkan. Adapun layanan yang dapat diberikan kepada pengguna perpustakaan untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan, antara lain: 1. Layanan Terbuka (Open Access)
Bentuk pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan melalui pustakawan yaitu pelayanan antara pustakawan dengan pengguna perpustakaan. Pengguna perpustakaan dapat mencari sumber informasi yang mereka butuhkan, dan dapat mencarinya dengan bebas melalui alat telusur yang dimiliki perpustakaan.
Menurut Pujihastuti (2012), “Dalam sistem layanan terbuka, perpustakaan memberi kebebasan kepada pengunjungnya untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak.”
Pengguna perpustakaan dapat menemukan sumber informasi yang dibutuhkan di rak, dan dapat membantu mereka dalam mencari sumber informasi yang lain. Pelayanan seperti ini selalu dilakukan pengguna perpustakaan dalam mencari koleksi, mereka dapat datang ke lokasi koleksi yang telah disusun dengan rapi dan lebih efisien. Layanan ini seharusnya juga didukung dengan rambu-rambu yang dapat membantu siswa dalam mencari koleksi yang mereka butuhkan.
Lebih lanjut Pujihastuti (2012) menyatakan, terdapat kelemahan dan kelebihan dalam layanan sistem terbuka ini, antara lain:
a. Kelebihan
1) Pengguna bebas memilih koleksi ke rak
2) Kebebasan ini menimbulkan rangsangan untuk membaca karena biasanya pengguna akan menemukan bahan pustaka yang menarik yang sebelumnya tidak dicari.
3) Pengguna dapat mengganti koleksi yang isinya mirip, jika bahan pustaka yang dicarinya tidak ada
4) Pemakai dapat membandingkan isi koleksi dengan judul yang dicarinya
5) Pengguna tidak harus menggunakan katalog 6) Koleksi lebih didayagunakan
7) Menghemat tenaga petugas perpustakaan b. Kelemahan
1) Pengguna cenderung mengembalikan koleksi seenaknya sehingga susunan buku di rak menjadi kacau
2) Kemunginan kehilangan koleksi sangat besar
3) Tidak semua pemakai paham dalam mencari koleksi di rak 4) Koleksi lebih cepat rusak
5) Perlu pembenahan terus menerus
Layanan perpustakaan ini memberikan kelebihan yaitu pengguna perpustakaan dapat secara bebas mencari sumber informasi yang dibutuhkan dan menemukan sumber informasi alternatif jika sumber informasi yang dibutuhkan tidak ditemukan. Layanan ini juga memiliki kekurangan yang yaitu koleksi yang tidak rapi, dan ditemukan koleksi yang hilang. Namun setiap layanan yang diberikan perpustakaan diberikan untuk menciptakan kenyamanan pengguna perpustakaan.
2. Layanan Tertutup (Closed Access)
Layanan tertutup diberikan kepada pengguna perpustakaan, karena koleksi tersebut harus dicarikan oleh pustakawan yang bertugas di perpustakaan tersebut. Koleksi yang dibutuhkan oleh siswa ini tidak dapat diambil secara bebas. Pustakawanlah yang membantu dalam penelusuran koleksi tersebut. Menurut Darmono (2001: 137), “Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pengguna perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka di perpustakaan tersebut.”
Sementara menurut Pujihastuti (2012), terdapat juga kelemahan dan kelebihan dalam layanan tertutup, antara lain:
a. Kelebihan
1) Koleksi lebih terjaga kerapian susunannya di rak karena hanya petugas perpustakaan yang mengambil
3) Koleksi tidak cepat rusak
4) Pengawasan dapat dilakukan lebih longgar 5) Proses temu kembali informasi lebih efektif b. Kelemahan
1) Pengguna kurang puas dalam mencari koleksi bahan pustaka yang diinginkannya
2) Koleksi yang didapat kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai
3) Tidak semua pemakai paham menggunakan katalog 4) Tidak semua koleksi dapat didayagunakan
5) Petugas lebih sibuk
Layanan tertutup ini memberikan kelebihan terhadap koleksi, akan tetapi juga memberikan kekurangan dalam melayani pengguna perpustakaan. Dampak dari layanan ini pengguna perpustakaan tidak dapat memperoleh sumber informasi yang mereka butuhkan jika sumber informasi yang dicari tidak ditemukan oleh pustakawan, dan tidak dapat menemukan informasi yang lain.
2.2.2 Jenis-Jenis Layanan
Jenis layanan perpustakaan yang diberikan kepada siswa, tergantung kepada kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh siswa saat ini. Layanan yang diciptakan untuk perpustakaan tidak terlepas dari kondisi dari perpustakaan tersebut. Layanan dapat diberikan berdasarkan tempat bernaungnya perpustakaan itu sendiri.
Berdasarkan Perpustakaan Nasional RI (1994: 71), jenis layanan yang diberikan di perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Sirkulasi
Perpustakaan mempunyai peraturan tentang peminjaman yang mencakup hal-hal seperti di bawah ini:
a. Waktu Peminjaman
Menentukan hari-hari peminjaman diserahkan kepada kebijaksanaan masing-masing sekolah. Sebaliknya kesempatan peminjaman diberikam setiap hari kerja
b. Lama peminjaman
Tiap-tiap sekolah dapat menentukan lamanya waktu peminjaman. Yang biasa berlaku ialah dua minggu tetapi karena buku kita kebanyakan tipis, seminggupun agak telah memadai
Jika jumlah buku perpustakaan banyak jumlahnya, seorang murid dapat diberikan izin meminjam 2 atau lebih buku sekaligus
d. Sanksi perpustakaan
Tindakan-tindakan yang perlu dilaksanakan terhadap hal-hal yang dapat terjadi pada buku-buku yang dipinjam, seperti kelambatan mengembalikan buku, buku hilang, buku rusak dan lain-lain, dapat dilihat pada bagian berikutnya.
e. Sistem Peminjaman
Bagi perpustakaan yang mempunyai koleksi lebih dari 1500 eksemplar, sistem peminjaman memakai kartu.
f. Prosedur peminjaman
Setiap anggota perpustakaan tersebut meminjam buku, pertama mengambil kartu buku dari kantong buku, catat tanggal buku itu harus kembali dalam lembar pengembalian, setelah jam peminjaman selesai susunlah kantong-kanting peminjamn dalm kotak karton.
Pelayanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan bertujuan untuk membantu pengguna mencari informasi. Layanan perpustakaan akan mempermudah siswa dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Koleksi tersebut tidak hanya dapat dimanfaatkan di perpustakaan, siswa juga dapat meminjam koleksi yang ada dengan batas waktu peminjaman.
Menurut Yusuf (2007: 70), “Pelayanan sirkulasi artinya perputaran koleksi: dipinjam ke luar, dikembalikan; dipinjam keluar lagi, dan seterusnya. Sirkulasi memang berarti perputaran.”
Pelayanan prima yang diberikan perpustakaan kepada pengguna tentunya dapat memenuhi kebutuhan informasi siswa. Siswa akan merasa senang untuk datang ke perpustakaan, karena semua informasi yang mereka butuhkan ditemukan di perpustakaan. Pelayanan sirkulasi yang diberikan melalui layanan peminjaman dan pengembalian koleksi di perpustakaan dengan peraturan perpustakaan yang dimiliki, tentunya dapat menciptakan kenyaman untuk pengguna perpustakaan.
2. Pelayanan Referensi
Pelayanan referensi merupakan pelayanan yang diberikan perpustakaan kepada pengguna dengan koleksi rujukan yang dimiliki perpustakaan. Koleksi rujukan ini akan membantu dalam mencari informasi yang tidak diketahui
pengguna perpustakaan. Informasi yang ada didalam koleksi referensi, akan dapat menjawab pertanyaan pengguna dalam proses belajar dan mengajar disekolah.
Menurut Sutarno (2006: 94), “Layanan referensi merupakan layanan yang hanya dapat diberikan terbatas di perpustakaan. Hal itu dilakukan karena berbagai pertimbangan, misalnya keterbatasan koleksi”.
Sementara menurut Darmono (2001: 156), “Pelayanan referensi adalah pelayanan dalam menggunakan buku-buku referensi dikumpulkan tersendiri dan disebut “Koleksi Referensi” sedangkan ruang tempat penyimpanannya disebut ruang referensi.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui pelayanan referensi merupakan layanan yang diberikan kepada pengguna dalam mencari sumber informasi melalui koleksi referensi. Koleksi tersebut dapat membantu dalam proses belajar di kelas, dan juga dapat menambah ilmu pengetahuan siswa. Dengan demikian, perpustakaan telah mampu menyediakan beragam informasi kepada pengguna perpustakaan melalui layanan yang baik.
3. Pelayanan Bimbingan Kepada Pengguna Perpustakaan
Pemberian layanan bimbingan kepada pengguna perpustakaan sangat penting dilakukan oleh perpustakaan, karena dengan melalui bimbingan ini pengguna perpustakaan akan dapat mengerti dalam menggunakan koleksi yang ada di perpustakaan sekolah. Perpustakaan dapat melakukan kegiatan ini pada tahun ajaran baru kepada siswa baru. Dengan layanan ini dimaksudkan agar siswa lebih mengerti dalam menggunakan sumber informasi di perpustakaan, tanpa canggung lagi dalam mencari sumber informasi yang dibutuhkan.
Menurut Yusuf (2007: 81), bentuk dari pelayanan bimbingan kepada pengguna perpustakaan adalah sebagai berikut:
1. Menerangkan kepada para pengunjung atau pembaca bagaimana cara menggunakan perpustakaan
2. Menerangkan kepada para siswa dan guru mengenai keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan melalui momentum-momentum yang tepat 3. Jika memungkinkan, sewaktu-waktu bisa juga diadakan kegiatan pemutaran
film dan atas nama perpustakaan sekolah. 4. Diadakan kegiatan perlombaaan secara berkala
5. Petugas perpustakaan harus bersifat ramah
Sedangkan menurut Sinaga (2010: 34), “Bimbingan kepada pemakai adalah mengoptimalkan pendayagunaan perpustakaan sekolah. Pemberian bimbingan kepada pengguna perpustakaan ini sangat penting karena mengingat segala fasilitasnya tidak terlepas dari keseluruhan rangakaian proses belajar dan mengajar.”
Pemberian bimbingan kepada pemakai bertujuan untuk memberikan bimbingan terhadap siswa dalam mengoptimalkan dalam menggunakan perpustakaan sekolah. Bimbingan tersebut dapat dilakukan jika fasilitas yang ada di perpustakaan tersebut memadai dan dapat menunjang proses belajar-mengajar di sekolah. Jika ini telah terlaksana dengan baik siswa akan mampu menggunakan koleksi dengan semaksimal mungkin dan dapat menemukan sumber informasi yang dibutuhkan.
Jadi, pelayanan perpustakaan merupakan pemeberian informasi yang dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Dengan demikian, pelayanan perpustakaan dapat diukur dengan indikator: Pertama, sistem layanan yang dapat mempermudah siswa untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan. Kedua, layanan sirkulasi yang diberikan kepada pengguna perpustakaan.
2.3 Kebutuhan Informasi Siswa
Setiap individu membutuhkan informasi yang berguna untuk proses belajar yang sedang dihadapi. Informasi yang bermanfaat untuk kebutuhan informasi tersebut selalu dicari dimanapun. Tidak menutup kemungkinan informasi yang dibutuhkan siswa di sekolah. Kebutuhan informasi bagi siswa sangat berperan penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kebutuhan informasi ini harus disesuaikan dengan jumlah koleksi dan relevannya koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah.
Menurut Belkin dalam Ishak (2006: 91), “Kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut.” Hal yang sama yang dikemukan oleh Krikelas dalam Ishak (2006: 91),
“Kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi.”
Tingkat kebutuhan informasi yang mendorong seseorang untuk mencari sumber informasi secara terus-menerus. Kebutuhan tersebut tergantung kepada situasi dan topik yang ingin di pelajari.
Menurut Wilson (2006: 663), “Kebutuhan informasi dibagi atas 3 kategori yaitu: psikologi, afektif, dan kognitif.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh Atherton dalam Yulianah (2009: 18), bahwa “Kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan, tujuan menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan profesional.”
Munculnya kebutuhan informasi diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu keinginan pribadi, usia, kecakapan, pekerjaan dll. Hal ini harus didorong dengan ketersediaan sumber informasi yang mencukupi di perpustakaan.
Menurut Krikelas dalam Ishak (2006: 92), “Kebutuhan informasi seseorang sulit didefinisikan dan diukur karena melibatkan proses kognitif dengan tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Juga sulit untuk membedakan kapan kebutuhan itu disadari dan bagaimana kebutuhan itu diungkapkan.”
Kebutuhan informasi pengguna sulit untuk dianalisis, karena setiap orang memiliki tingkat kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Perpustakaan sebagai pengolelo dan pengumpul informasi agar dapat mempermudah siswa dalam mencari sumber informasi yang mereka butuhkan, harus dapat mengidentifikasi kebutuhan informasi siswa sedini mungkin.
Menurut Yusuf (2010: 79), “Masyarakat pelajar dan mahasiswa, misalnya sangat jelas akan kebutuhannya terhadap informasi. Terutama informasi yang berkaitan dengan akademik dan pendidikan.” Kebutuhan akan informasi, mendorong siswa untuk memenuhi kebutuhan informasi yang mereka temui melalui sumber-sumber informasi yang telah disediakan. Hal yang sama disampaikan oleh Hasugian (2009: 76), “Kebutuhan pengguna dapat berbeda baik dalam kelompok maupun sebagai individu. Siswa Sekolah Menengah Atas misalnya berbeda kebutuhan informasi seorang mahasiswa.”
Informasi yang sesuai untuk kebutuhan akademik, membuat sumber belajar tersebut harus dicari untuk memecahkan permasalahan yang ada. Sumber informasi yang dibutuhkan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan individu masyarakat itu sendiri.
Menurut Wilson dalam Harissanty (2007: 5), “Kebutuhan informasi manusia terbagi kedalam tiga konteks yaitu : kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang (person’s environment), peran sosial yang disandang (social roles), karakteristik personal (personal characteristics)
Kebutuhan tersebut sangat erat kaitannya dengan lingkungan, peran sosial, dan sifat seseorang tersebut. Kebutuhan yang terkait dengan lingkungan, seperti lingkungan sekolah. Kebutuhan informasi yang terkait dengan peran sebagai siswa yaitu kebutuhan akan proses belajar dan mengajar. Siswa akan mencari sumber informasi ke perpustakaan utuk mendukung kegiatan belajar dan mengajar. Sementara sifat dari seseorang tersebut juga dapat mempengaruhi kebutuhan informasi.
Sementara menurut Taylor dalam Putubuku (2008: 2), ada empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benar-benar dapat terwujud secara pasti:
a. Visceral need, yaitu tingkatan ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya. Inilah kebutuhan “tersembunyi” yang seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.
b. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai mereka-reka apa
sesungguhnya yang ia butuhkan.
c. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.
d. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan
kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.
Begitu sulitnya mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan, mengharuskan perpustakaan harus mengenal kebutuhan seseorang dari tingkatan pikiran yang dilalui manusia. Hal ini bertujuan mempermudah perpustakaan untuk mengetahui kebutuhan informasi yang dibutuhkan siswa.
Bukan hanya itu, perpustakaan juga dapat mengenal karakteristik kebutuhan informasi siswa dalam memenuhi kebutuhan informasi yang di butuhkan.
1. Karakteristik Kebutuhan informasi
Karakteristik kebutuhan informasi pengguna perlu di perhatikan oleh perpustakaan. Perpustakaan harus mengerti dengan keinginan penggunanya. Dan memberikan layanan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Sudah seharusnya perpustakaan mengidentifikasi karakteristik kebutuhan informasi pengguna yang datang ke perpustakaan.
Menurut Chowdhury dalam Ishak (2006: 92), Kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tentang subjek tertentu. Selanjutnya Chowdhury menyatakan sifat-sifat kebutuhan informasi antara lain:
1. Mempunyai konsep yang relatif 2. Berubah pada periode tertentu
3. Berbeda antara satu orang dengan orang lain 4. Dipengaruhi oleh lingkungan
5. Sulit diukur secara kuantitas 6. Sulit diekspresikan
7. Seringkali berubah setelah seseorang menerima informasi lain.
Berbeda dengan Nicholas dalam Ishak (2006: 94), terdapat sebelas karakteristik kebutuhan informasi, antara lain:
1. Pokok Masalah (Subject) 2. Fungsi (Function) 3. Sifat (Nature)
4. Tingkat Intelektual (Intelektual Level) 5. Titik pandang (Viewpoint)
6. Kuantitas (Quantity) 7. Kualitas (Quality)
8. Batas waktu informasi (Date)
9. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery) 10. Tempat asal publikasi
11. Pemprosesan dan pengemasan
Karakteristik kebutuhan informasi dapat dilihat dari berbagai sisi. Kebutuhan informasi siswa dapat terpenuhi dengan baik, jika semua sumber
belajar yang disediakan oleh perpustakaan sekolah memiliki karakteristik kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan. Kebutuhan informasi itu sendiri dapat terpenuhi jika koleksi yang dimiliki perpustakaan telah memadai.
2. Analisis Kebutuhan Informasi Siswa
Kebutuhan informasi dapat terpenuhi jika perpustakaan dapat mengetahui sumber informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Menganalisis kebutuhan informasi ini sangat penting dilakukan oleh perpustakaan agar perpustakaan tersebut dapat mengetahui kebutuhan informasi yang sesungguhnya di butuhkan oleh pengguna perpustakaannya. Dalam perpustakaan sekolah kebutuhan informasi siswa juga harus terpenuhi dengan baik, kebutuhan informasi tersebut dapat juga dilihat melalui kurikulum yang digunakan di perpustakaan tersebut.
Menurut Harisanty (2013), “Menetapkan kebutuhan informasi bagi suatu perpustakaan merupakan fenomena yang rumit, karena perpustakaan melayani komunitas yang terdiri atas individu-individu pemakai yang memiliki kebutuhan yang beragam.”
Menurut Hiller dalam Ishak (2006: 91), memahami kebutuhan informasi pemakai sebenarnya untuk mengetahui antara lain:
1. Siapa pemakai potensial perpustakaan 2. Apa yang mereka pelajari dan teliti
3. Sumber informasi dan layanan perpustakaan apa yang mereka butuhkan 4. Bagaimana pengetahuan mereka tentang sumber informasi dan layanan
yang ada di perpustakaan
5. Bagaimana mereka menggunakan sumber informasi dan perpustakaan, 6. Bagaimana mereka menjadikan perpustakaan sebagai nilai tambah dalam
membantu menyelesaikan tugas dan pekerjaan
Kebutuhan informasi yang ada di perpustakaan sekolah harus dianalisis dengan baik. Perpustakaan harus mengetahui pengguna perpustakaan yang potensial dalam menggunakan fasilitas dan layanan di perpustakaan sekolah, perpustakaan harus dapat mengetahui secara jelas sumber informasi seperti apakah yang mereka butuhkan untuk kebutuhan informasi siswa, dan masih
banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan informasi siswa.
Lebih lanjut Hiller dalam Ishak (2006: 91), mengemukakan bahwa upaya pengelola informasi untuk memahami kebutuhan informasi pemakai, berdasarkan pada konsep user center, yaitu:
1. Menyesuaikan koleksi dan sumber informasi dengan kebutuhan pemakai 2. Mengidentifikasi perbedaan kebutuhan informasi pemakai
3. Mendukung pendistribusian dana yang wajar dan adil
4. Menjamin perpustakaan mampu merespons kebutuhan pemakai.
Timbulnya faktor pendorong dalam pemenuhan kebutuhan informasi pada siswa, membuat perpustakaan harus selalu menyediakan sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa dalam setiap kebutuhan informasi yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda. Manusia juga memiliki beberapa kebutuhan informasi, seperti pelajar atau mahasiswa. Dalam menyelesaikan pendidikannya mereka memiliki tingkat kebutuhan informasi yang berbeda-beda setiap individunya. Tergantung jenjang pendidikan yang sedang mereka jalani. Maka dari itu, perpustakaan sebagai sumber informasi harus selalu menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan. Dan selalu mengetahui kebutuhan informasi yang mereka butuhkan, selalu menyeleksi bahan koleksi yang dibutuhkan siswa.
2.3.1 Jenis Kebutuhan Informasi
Informasi yang dibutuhkan tergantung kepada faktor kebutuhan informasi siswa. Kebutuhan informasi yang harus terpenuhi untuk menunjang belajar di kelas membutuhkan informasi yang selalu baru. Setiap siswa memiliki jenis kebutuhan informasi yang berbeda. Menurut Guha dalam Saepudin (2009) ada empat jenis kebutuhan terhadap informasi yaitu :
1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna
informasi yang sifatnya mutakhir.
2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna
3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, spesifik dan lengkap.
4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan
informasi yang cepat, ringkas tetapi juga lengkap
Menurut Maslow yang dikutip dalam Yusuf (1995: 2), terdapat teori yang dapat menjelaskan kebutuhan informasi dari pengguna perpustakaan tersebut. Teori berangkai dari Maslow yang dimulai dari mengetahui kebutuhan informasi yang mendasar sampai kepada kebutuhan informasi yang tinggi, adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis, misalnya haus dan lapar 2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan rasa cinta dan memiliki 4. Kebutuhan rasa harga diri
5. Kebutuhan rasa aktualisasi diri
Jenis kebutuhan informasi seseorang tergantung pada kebutuhan pribadi. Kebutuhan ini muncul, karena seseorang memembutuhkan informasi yang terbaru. Kemudian, kebutuhan informasi tersebut juga dapat dipengaaruhi oleh kebutuhan fisiologi, dll. Dengan demikian, informasi menjadi kebutuhan yang penting bagi siswa dalam mencari sumber belajar yang mereka butuhkan.
Terdapat beberapa teori yang diusulkan oleh Katz, Gurevitz, dan Has yang dikutip oleh Yusuf (2010: 82), antara lain:
1. Kebutuhan Kognitif 2. Kebutuhan Afektif
3. Kebutuhan Integrasi Personal 4. Kebutuhan Integrasi Sosial 5. Kebutuhan Berkhayal
Sementara Diao Ai Lien yang dikutip dalam Rasiman (2005: 12), membagi tentang jenis-jenis kebutuhan informasi sebagai berikut:
1. Kebutuhan informasi obyektif
Kebutuhan yang seharusnya ada kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses.
2. Kebutuhan informasi subyektif
Kebutuhan yang disadari oleh seseorang sebagai persyaratan untuk mencapai tujuan,
Jenis kebutuhan berdasarkan tingkatan kebutuhan informasi yang dibutuhkan siswa, tentunya harus selaras dengan kesiapan lembaga penyedia sumber informasi tersebut. Kebutuhan informasi siswa dapat dilihat dari karakteristik kebutuhan informasi siswa dalam mencari sumber informasi.
2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi dapat didorong oleh beberapa faktor. Kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan informasi tidak terlepas dari peran dan sikap kita dalam mencari informasi. Keinginan untuk mencari informasi tersebut timbul ketika informasi yang dibutuhkan belum memenuhi kebutuhan informasi.
Menurut Sulistiyo-Basuki dalam Saepudin (2009) kebutuhan informasi ditentukan oleh:
1. Kisaran informasi yang tersedia;
2. Penggunaan informasi yang akan digunakan;
3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing-masing pemakai;
4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada 5. Konsekuensi penggunaan informasi.
Pannen dalam Ishak (2006: 93), “Faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan”.
Sedangkan menurut Nicholas dalam Ishak (2006 : 93), “Ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu :
a. Jenis pekerjaan.
b. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian sacara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega, dan atasan.
c. Waktu.
d. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)
e. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk informasi.
Kebutuhan informasi diakibatkan oleh faktor yang mendorong seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi. Faktor yang mendorong kebutuhan
informasi salah satunya jenis pekerjaan, waktu, personalitas, dll. Sehingga keingin tahuan seseorang semakin meningkat. Hal ini mendorong seseorang untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan
Menurut Wilson dalam Ishak (2006:93-94) menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu :
1. Kebutuhan individu (person)
Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs).
2. Peran sosial (social role) Peran soaial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.
3. Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (socio-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu, sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu: kebutuhan individu, peran sosial, dan lingkungan. Kebutuhan informasi yang ada pada diri seseorang mengakibatkan seseorang tersebut memebutuhkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan.
Menurut Wilson (2006: 663), kebutuhan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
1. Physiological needs, such as the need for food, water, shelter etc.;
2. Affective needs (sometimes called psychological or emotional needs) such as the need for attainment, for domination etc.;
3. Cognitive needs, such as the need to plan, to learn a skill etc
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi terbagi atas 3 kategori. Kebutuhan psikologi, afektif, dan kognitif. Semua ini dapat mempengaruhi kebutuhan informasi seseorang. Jika tidak terpenuhi dengan baik akan mengancam kepada proses belajar siswa. Maka dari itu, informasi akan dicari dimanapun berada.
Jadi, kebutuhan informasi timbul ketika seseorang merasa sumber informasi yang dibutuhkan adanya kekurangan, sehingga membutuhkan sumber informasi yang dapat menunjang kebutuhan informasi siswa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi tersebut dapat diukur melalui: dengan menyesuaikan koleksi dan sumber informasi dengan kebutuhan pemakai, mengidentifikasi perbedaan kebutuhan informasi pemakai, mendukung pendistribusian dana yang wajar dan adil, dan menjamin perpustakaan mampu merespons kebutuhan pemakai. Jika kebutuhan informasi siswa dapat terpenuhi dengan baik, siswa akan mampu memenuhi tuntutan sistem pendidikan yang sudah ditetapkan sekolah.