• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU MATEMATIKA TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 KELAS X DI SMA NEGERI 16 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI GURU MATEMATIKA TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 KELAS X DI SMA NEGERI 16 MAKASSAR"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

HABIBA ULFAHYANA

NIM : 20700113118

FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

v Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur ke hadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan

tepat waktu sesuai dengan rencana.

Skripsi dengan judul : “Persepsi Guru Matematika tentang Implementasi

Kurikulum 2013 Kelas X Di SMA Negeri 16 Makassar’’ merupakan tugas akhir

dalam menyelesaikan studi dan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa memulai hingga mengakhiri proses

penyusunan skripsi ini bukanlah hal mudah seperti membalikkan telapak tangan. Ada

banyak hambatan yang dilalui. Hanya dengan ketekunan, kerja keras dan adanya

bantuan baik moril dan materil dari berbagai pihak yang menjadi penggerak penulis

dalam menyelesaikan segala proses tersebut. Meskipun demikian, penulis telah

berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta ibunda Ir Hj. Amirah Usman dan ayahanda

(5)

vi hidup menuju masa depan yang cerah.

Selama menempuh studi maupun dalam merampungkan dan menyelesaikan

skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si., Rektor UIN Alauddin Makasar. Prof. Dr.

Mardan, M.Ag. (wakil Rektor I), Prof. Dr. Lomba Sultan, M.A (wakil Rektor

II) dan Prof. Siti Aisyah, MA, PhD (wakil Rektor III).

2. Dr. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Dr.

Muljono Damopolii, M.Ag. (wakil Dekan I), Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si.

(wakil Dekan II) dan Dr. H. Syahruddin, M.Pd. (wakil Dekan III).

3. Dr. Andi Halimah, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Sri

Sulastri, S.Pd, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika UIN Alauddin

Makassar.

4. Dr. Hj. Ulfiani Rahman, M.Si dan Suharti, S.Pd., M.Pd., Pembimbing I dan

pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan

pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk mulai dari

(6)

vii

memberikan ilmu pengetahuan, dan pelayanan yang layak selama penulis

melakukan studi.

6. Seluruh keluarga besar penulis yang ada di Kabupaten Maros teristimewa

kepada saudaraku tersayang Azizyah Usman Malik SH., yang telah

memberikan motivasi, dukungan dan doa yang tiada hentinya buat penulis.

7. Teman-teman jurusan pendidikan matematika khususnya angkatan 2013 UIN

Alauddin Makassar dan teristimewa untuk kelas Matematika 5,6 yang selama

hampir empat tahun ini telah berbagi suka dan duka serta memberikan banyak

motivasi, bantuan dan telah menjadi teman diskusi yang hebat bagi penulis.

8. Sahabat-sahabatku Fahreza Ilhami Achzan, Fitria, Multazam, Devi Novitasari,

Devy purnama, Andi Nur Sulfayani, Adila Mufidah, Muh. Hidayatullah, Zainal

Basri, Muh. Ridwan Adnan, dan Ismail yang selalu memberi bantuan,

dukungan dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat KKN UINAM Alauddin Makassar angkatan ke-55 Kab.Gowa

Tombolo Pao Desa Tamaona. Bapak dan Ibu Kepala Desa, Bapak dan Ibu

dusun, dan segenap tenaga pengajar dan adik-adik SD Muhammadiyah

Tamaona. Karena dukungan dan bantuan kalian penulis dapat menyelesaikan

(7)

viii

yang berhubungan dengan penyelesaian studi penulis.

Semoga skripsi yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat. Akhirnya,

dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas

segala kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik yang

membangun tentunya sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Makassar, November 2017

(8)
(9)
(10)

x

3. Uji Konfirmabilitas ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 50

1. Reduksi Data ... 51

2. Penyajian Data ... 51

3. Vertifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan ... 52

BAB IV PERSEPSI GURU MATEMATIKA TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 ... 54-77 Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 54

BAB V PENUTUP ... 76-77 A.Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

Kelas X Di SMA Negeri 16 Makassar

Skripsi ini membahas mengenai persepsi guru matematika tentang implementasi kurikulum 2013 kelas x di SMA Negeri 16 Makassar. Pertanyaan pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana persepsi guru matematika tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA Negeri 16 Makassar, (2) Apa kendala yang dihadapi guru matematika dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA Negeri 16 Makassar, (3) Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika di SMA Negeri 16 Makassar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui persepsi guru matematika tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA Negeri 16 Makassar, (2) Mengetahui kendala yang dihadapi guru matematika untuk pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA Negeri 16 Makassar, (3) Mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika di SMA Negeri 16 Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber dan triangulasi teknik digunakan untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama, dan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data yakni merangkum semua data hasil wawancara, observasi dan telaah dokumentasi, penyajian data dalam bentuk narasi, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Persepsi guru matematika tentang kurikulum 2013 adalah negatif hal ini ditunjukkan dengan: Pertama, guru mendeskripsikan bahwa kurikulum 2013 itu rumit dengan adanya kompetensi inti yang menilai siswa dari segala aspek yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kedua, miskonsepsi guru terhadap pendekatan saintifik karena dalam pendekatan

saintifik pada kurikulum 2013 menggunakan model pembelajaran discovery/ inquiry

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan diperlukan seseorang untuk menambah pengetahuan dan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Pendidikan yang dilaksanakan dengan baik dapat mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa, maka pendidikan senantiasa dijadikan faktor pendukung berkembangnya suatu bangsa.

Perkembangan pendidikan di Indonesia dapat kita lihat dari perubahan kurikulum yang ada di Indonesia. Kurikulum merupakan salah satu unsur daya pendidikan yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Secara pedagogis kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kemampuan dirinya untuk memiliki

kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya.1

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2

1 Sitti Mania, Asesmen Autentik untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif Implementasi

Kurikulum 2013, (Makassar:Alauddin University Press, 2014), h. 1.

2 Kemendikbud, Permendikbud Nomor68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA,

(13)

Berdasarkan pengertian di atas, artinya makna kurikulum diibaratkan sebagai suatu pedoman untuk guru yang dijadikan acuan dalam proses pembelajaran di kelas, yang berisi tentang kegiatan-kegiatan siswa agar tercapai suatu tujuan pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,

1994, 2004 (KBK), 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013.3 Kurikulum 2013 bertujuan

untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia.4 Dengan demikian pergantian dan perubahan kurikulum dilakukan

guna untuk menyesuaikan perkembangan zaman dan kurikulum lama dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan kebutuhan zaman, dan juga untuk memperbaiki kekurangan kurikulum lama dengan kurikulum baru. Namun perubahan itu sendiri harus diiringi dengan persiapan yang cukup matang agar pelaksanaan kurikulum berjalan dengan baik.

Terbitnya Kurikulum 2013 untuk semua satuan pendidikan dasar dan menengah, merupakan salah satu langkah sentral dan strategis dalam kerangka penguatan karakter menuju bangsa Indonesia yang madani. Kurikulum 2013 dikembangkan secara komprehensif, integratif, dinamis, akomodatif, dan antisipatif

3 Misykat Malik Ibrahim, Implementasi Kurikulum 2013, (Alauddin University Press, 2014),

h. 2.

(14)

terhadap berbagai tantangan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, Kurikulum 2013 diyakini mampu mendorong terwujudnya manusia Indonesia yang bermartabat, beradab, berbudaya, berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bertanggung jawab, serta mampu menghadapi

berbagai tantangan yang muncul di masa depan.5

Kehidupan sosial selalu mengalami perubahan sebagai akibat kemajuan dan teknologi. Perubahan tersebut memunculkan beragam tuntutan kehidupan di berbagai aspek kehidupan manusia. Adanya perbedaan dan tuntutan kebutuhan yang beragam itu mengharuskan kurikulum mampu mempersiapkan anak didik yang terintegrasi, sehingga anak didik mampu berintegrasi dalam kehidupannya dan akan menjadi manusia yang berarti nantinya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Al-Ra’d/13: 11

بِأَنْ نُسِأِم نْۗ

مَا

يُس نيَُِّسا

ب َيَّّى

بِقأوَمنْۗ

مَا

بس نيَُِّسا

بَا

بَ َيّهي

بِن

ي

Terjemahan: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum,

sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.6

Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa anak didik menjadi bagian integral dari masyarakat di mana pun ia berada. Kurikulum diharapkan mampu mempersiapkan anak didik agar mampu mengintegrasikan diri dalam masyarakat dengan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan cara berpikir yang dimiliki,

sehingga ia dapat berperan dan memberi kontribusi kepada masyarakat.7 Karena itu

5 Kemendikbud, Permendikbud Nomor68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA. h. 3.

6

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada, 2014),h.168.

(15)

sebaiknya guru mengimplementasikan pendidikan yang berkarakter dalam tiap pelajaran dengan bentuk kurikulum yang dilakukan melalui kegiatan belajar di kelas, sekolah, dan luar sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler yang telah dirancang sekolah.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan, Muhammad Nuh menegaskan bahwa kurikulum terbaru 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan

pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.8 Pemerintah

menganggap kurikulum ini lebih berat dari pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Guru sebagai ujung tombak implementasi Kurikulum 2013 sedangkan guru yang tidak profesional hanya dilatih beberapa bulan saja untuk mengubah pembelajaran

sesuai dengan Kurikulum 2013.9

Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah

mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.10 Oleh karena itu guru perlu

diberikan sebuah pelatihan serta penataran khusus mengenai bagaimana pelaksanaan kurikulum yang baru. Kegiatan ini bisa diadakan oleh pihak sekolah dengan mengundang ahli pendidikan dan kurikulum ataupun dilakukan oleh tenaga

8 Misykat Malik Ibrahim, Implementasi Kurikulum 2013, h. 20.

9 Ester Lince Napitupulu, Ujung Tombak Kurikulum Guru yang Selalu Kesepian, dalam A.

Ferry T. Indratno (eds.), Menyambut Kurikulum 2013 , (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2013), hal. 206-207.

(16)

kependidikan di lingkungan daerah setempat.11 Namun dari pernyataan di atas proses penyiapan guru melalui pelatihan harus ditekankan pada perbaikan kualitas guru, dan hal ini harus ditunjang dengan pelatihan yang berkualitas pula, maka ini yang harus terus ditingkatkan sehingga pelatihan bukan hanya sekedar kegiatan formalitas saja.

Menurut Purwanto, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting dalam belajar di sekolah. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada siswanya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat

dicapai siswa.12 Sikap guru yang menyenangkan akan menghasilkan pembelajaran

yang menyenangkan juga.

Persepsi merupakan suatu proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalaui alat indera manusia. Proses terjadinya suatu persepsi yaitu, objek memberikan stimulus kepada alat indra, dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah persepsi guru yang terbentuk dari pengalaman saat mengimplementasikan kurikulum 2013. Pengalaman tersebut akan disimpulkan ke sebuah pendapat menurut individu yang merasakannya dan terbentuklah persepsi guru tentang implementasi kurikulum 2013.

Seiring dengan perkembangan IPTEK, tugas dan peran guru semakin berat. Sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan seorang guru dituntut untuk mampu mengembangkan hingga melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan

11 Misykat Malik Ibrahim, Implementasi Kurikulum 2013, h. 24.

12 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004),

(17)

teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi serta siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.

Salah satu indikator keberhasilan guru di dalam pelaksanaan tugas, adalah mampunya guru itu menjabarkan, memperluas, menciptakan, relevansi kurikulum dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan yang lebih penting lagi mampu mewujudkan kurikulum potensial (official kurikulum) menjadi kurikulum aktual melalui proses perkuliahan di kelas. Yang disebut terakhir ini memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan profesional

di dalam pengimplementasiannya.13

Kurikulum 2013 membawa perubahan mendasar peran guru dalam pembelajaran. Secara administratif, pemerintah pusat telah menyiapkan perangkat pelaksanaan pembelajaran yang tidak perlu lagi disiapkan oleh guru. Namun demikian, guru dituntut berperan secara aktif sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran sehingga guru akan menjadi pusat pembelajaran. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para guru karena tidak semua guru memiliki kompetensi tersebut. Selain itu, guru dituntut kesiapannya untuk melaksanakan kurikulum dalam

waktu yang relatif singkat sementara perangkatnya belum disiapkan secara matang.14

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi guru yang baik harus mampu menguasai beberapa kompetensi kaitannya dengan

13 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, h. 68.

14Faridah Alawiyah, “Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013”Kajian Singkat

(18)

keprofesionalan guru. Serta guru juga harus menyesuaikan dengan peraturan dan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang tercantum dalam kurikulum. Untuk itu guru diharapkan aktif dalam proses pembelajaran agar dapat membangun karakter yang baik.

Muhammad Nuh mengatakan bahwa untuk menyiapkan implementasi kurikulum 2013, kementerian akan membekali guru dengan pelatihan 52 jam dan sesi mentoring selama beberapa bulan pertama tahun pelajaran 2013/2014. Bagaimanapun para aktivis antara lain, ketua Forum Diskusi Guru (FSGI) Jakarta, Retno Listyarti (2013), mengutarakan bahwa 52 jam pelatihan tidak memadai untuk menyiapkan guru menerapkan kurikulum baru. Menurutnya, sulit untuk mengajarkan dan memaksa guru menerapkan kurikulum baru. Banyak pengamat pendidikan lainnya juga tidak setuju dengan jam pelatihan guru yang dianggap cukup singkat. Menurut mereka, pemerintah sebaiknya menyiapkan guru dulu dengan meningkatkan kompetensi mereka sebab penerapan kurikulum baru diperkirakan memang berat. Jadi, Muhammad Nuh dianggap terlalu tergesa-gesa

menerapkan kurikulum baru dengan mengabaikan kesiapan guru.15

Bahkan mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan menjelaskan, penerapan Kurikulum 2013 tidak diimbangi dengan kesiapan pelaksanaan. Ia juga menyebut substansi pelaksanaan kurikulum tersebut tidak jelas dan tidak terdokumentasi dengan baik. Anies Baswedan menyatakan bahwa keputusannya menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 dan kembali pada

15Syarwan Ahmad, “Problematika Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan Instruksional Kepala

(19)

Kurikulum 2006 merupakan langkah tepat bagi pendidikan nasional. Ia menolak jika

kebijakannya itu disebut sebagai sebuah kemunduran. Mantan Rektor Universitas

Paramadina itu mengaku tidak ingin menyalahkan Kurikulum 2013. Anies hanya menyayangkan karena penerapan kurikulum tersebut sangat tergesa-gesa. Anies menuturkan, banyak guru dan siswa yang keberatan akibat ketergesaan menerapkan Kurikulum 2013. Padahal, kata Anies, guru adalah kunci utama untuk menyukseskan

penerapan kurikulum tersebut.16

Masih tentang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, menilai kebijakan Anies untuk kembali pada Kurikulum 2006 adalah langkah mundur. Kurikulum 2013 secara substansi dinilainya tidak ada masalah. Nuh menjelaskan, bukti Kurikulum 2013 tidak ada masalah secara substansi adalah dengan tetap diberlakukannya untuk 6.221 sekolah. Jika ada masalah, kata dia, maka tentu tidak akan dipakai sama sekali. Menurut dia, Kemendikbud sudah pernah mengadakan UKG (uji kompetensi guru) untuk mengevaluasi penguasaan guru terhadap KTSP itu pada 2012. Ternyata, kata dia, nilai rata-rata adalah 45. Padahal Kurikulum 2006 itu sudah enam tahun berlaku. Oleh karena itu, ukuran penguasaan guru terhadap substansi dan metodologi Kurikulum 2013 juga masih lebih baik daripada penguasaan terhadap Kurikulum 2006 (KTSP). Saat itu, UKG dilakukan

pada 1,3 juta guru.Selain itu, jika kembali pada Kurikulum 2006 (KTSP), ujar Nuh,

hal itu akan mengharuskan orang tua untuk membeli buku baru. Padahal, buku-buku

Kurikulum 2013 selama ini sudah digratiskan. Ditanya tentang keberatan guru

(20)

terhadap sistem penilaian Kurkulum 2013 yang naratif atau deskriptif, ia mengatakan,

hal itu hanya soal pembiasaan karena hal baru memang membutuhkan pembiasaan.17

Selain itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2016 angkat bicara mengenai kurikulum 2013, Muhadjir juga menilai sistem kurikulum pendidikan di Indonesia yang kerap berganti memiliki sifat yang berkesinambungan. Muhadjir mengatakan setiap semester dan per tahunnya ada evaluasi yang dilakukan oleh kementerian terkait implementasi kurikulum tersebut. Sebenarnya itu kontinum, sehingga ketika nanti akan berubah dari kurikulum sebelumnya ke kurikulum berikutnya ada namanya krisis, ada namanya masalah-masalah yang harus

disesuaikan dan itu hal yang wajar.18

Kontroversi mengenai pemberlakuan kurikulum 2013 oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan, yang cenderung disikapi oleh para guru sebagai pengurangan beberapa kompetensi dan adanya beberapa mata pelajaran yang mengalami penggabungan, karena mempengaruhi jumlah jam mengajar walaupun di sisi lain juga terdapat mata pelajaran yang mendapat tambahan jam. Hal tersebut tidak menyurutkan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk memberlakukannya.

Implementasi kurikulum adalah proses aktualisasi kurikulum potensial menjadi kurikulum aktual oleh guru/staf pengajar di dalam proses belajar mengajar. Dalam studi kurikulum, implementasi dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari

17 http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/07/13181651/Kritik.Anies.M.Nuh.Nilai.Penghenti

an.Kurikulum.2013.Langkah.Mundur?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kpopwp

18

(21)

pengembangan kurikulum.19 Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan bahwa “Kurikulum nyata atau aktual kurikulum merupakan implementasi dari official

curriculum oleh guru di dalam kelas. Beberapa ahli mengatakan bahwa betapapun

bagusnya suatu kurikulum (official), tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang

telah dilakukan oleh guru dan juga murid dalam kelas (actual). Dengan demikian

guru memegang peranan penting baik di dalam penyusunan maupun pelaksanaan

(implementasi) kurikulum.20

Sejauh ini, berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri 16 Makassar pada tanggal 24 Februari 2017, diketahui bahwa di sekolah tersebut baru menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2015/2016 dan dilaksanakan pada kelas X (Sepuluh) MIA dan IIS. Menurut keterangan salah satu guru matematika di SMA Negeri 16 bahwa pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 16 Makassar berjalan sesuai target yang diharapkan oleh kementrian. Walaupun sekolah ini dipandang telah siap untuk implementasi kurikulum 2013, namun masih terdapat kendala-kendala dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolah ini, salah satu hambatan tersebut adalah perencanaan pembelajaran dengan penilaian yang kompleks. Hal ini karena perubahan besar yang terjadi pada KTSP menjadi Kurikulum 2013 yang menyebabkan adanya beberapa guru yang belum sepenuhnya memahami maksud dari pada kurikulum 2013 dan cara mengimplementasikannya.

(22)

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 membentuk sebuah persepsi atau pendapat tersendiri bagi guru tentang implementasi kurikulum 2013.

Berdasarkan uraian tersebut, maka atas dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan melakukan penelitian yang mengkaji “Persepsi Guru Matematika tentang Implementasi Kurikulum 2013 Kelas X Di

SMA Negeri 16 Makassar Sulawesi Selatan”. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang persiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 16 Makassar.

B.Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Untuk memberikan kejelasan dan menghindari penafsiran yang salah pada saat penelitian, maka fokus penelitian dan deskripsi fokus penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

Fokus Penelitian Deskripsi Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi guru matematika tentang

implementasi kurikulum 2013.

Deskripsi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi guru matematika yang

terbentuk dari pengalaman saat

mengimplementasikan kurikulum

2013. Persepsi tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Persepsi guru dari segi

(23)

b. Persepsi guru dari segi pendekatan pembelajaran

c. Persepsi guru dari segi model

pembelajaran

d. Persepsi guru dari segi penilaian

dalam pembelajaran

e. Persepsi guru dari segi pelatihan

atau sosialisasi dalam

3. Upaya yang dilakukan guru dalam

menyukseskan implementasi

kurikulum 2013 pada mata

pelajaran matematika di SMA Negeri 16 Makassar.

3. Guru memaparkan upaya yang

(24)

C. Pertanyaan Penelitian

Menindaklanjuti hasil observasi di SMA Negeri 16 Makassar, ada beberapa pertanyaan lebih lanjut untuk perlu diketahui yaitu:

1. Bagaimana persepsi guru matematika tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di

SMA Negeri 16 Makassar ?

2. Apa kendala yang dihadapi guru matematika dalam pelaksanaan kurikulum

2013 di SMA Negeri 16 Makassar ?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam rangka menyukseskan

implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika di SMA Negeri 16 Makassar ?

D.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persepsi guru matematika tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di

SMA Negeri 16 Makassar.

2. Mengetahui kendala yang dihadapi guru matematika untuk pelaksanaan

kurikulum 2013 di SMA Negeri 16 Makassar.

3. Mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam rangka menyukseskan

implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika di SMA Negeri 16 Makassar.

E.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

(25)

Secara teoretis, penelitian ini berupaya memperluas pengetahuan dan wawasan tentang kurikulum 2013, baik yang berkaitan dengan aspek kesiapan

manajemen, pelaksanaan, keunggulan, dan kemungkinan kendala-kendala

pelaksanaannya. Serta memberikan informasi berkaitan dengan upaya-upaya, kemungkinan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kurikulum 2013 khususnya bagi guru matematika.

2. Manfaat Praktis

Pada ranah praktis, harapannya hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi segenap pihak berikut:

a. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada di dalam maupun di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar mereka di sekolah

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat mengetahui usaha-usaha yang perlu dilakukan dalam penerapan konsep kurikulum 2013 oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah

c. Bagi Sekolah

(26)

d. Bagi peneliti

(27)

16

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

bahasa Latin perceptio; dari parcipere, yang artinya menerima atau mengambil.21

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melaui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak lepas dari proses penginderaan yang merupakan

proses pendahulu dari proses persepsi.22

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

orang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut De Vito dalam Sudirman Sommeng, persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indera kita. Yusuf dalam buku Sudirman

Sommeng, menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Gulo dalam

21Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung:Pustaka Setia, 2013), h

.445

22Sudirman Sommeng, Psikologi Umum dan Pekembangan, (Makassar:Alauddin University

(28)

buku Sudirman Sommeng, mendefinisikan persepsi sebagai proses seorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Rakhmat dalam buku Sudirman Sommeng, menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, dan hubungan-hubungannya yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Bagi Atkinson dalam buku Sudirman Sommeng, persepsi adalah proses kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek dalam buku Sudirman Sommeng, persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. Brouwer dalam buku Sudirman Sommeng menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replica dari benda di

luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsangan-rangsangan dari objek.23

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi guru adalah penginderaan langsung seseorang melalui proses yang sifatnya kompleks dalam menerima dan menginterpretasi suatu objek yang menggunakan alat indera.

b. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat

dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:24

1) Objek yang Dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang

(29)

dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat Indera, Syaraf dan Pusat Susunan Syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

c. Proses Terjadinya Persepsi

(30)

dikemukakan bahwa tahap terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, apa yang didengar atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari

persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.25

Selain itu, dalam definisi persepsi yang dikemukakan oleh Pareek, tercakup beberapa segi atau proses. Pareek dalam buku Alex Sobur menjelaskan tiap proses sebagai berikut:

1) Proses Menerima Rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

2) Proses Menyeleksi Rangsangan

Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut.

3) Proses Pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni pengelompokan, bentuk timbul dan latar dan kemantapan persepsi.

(31)

4) Proses Penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.

5) Proses Pengecekan

Sesudah diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil bebrapa tindakan untuk mengecek apakah penampilannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mungkin terlau cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. Pengecekan ini dapat diperoleh dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru.

6) Proses Reaksi

Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasa dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan

dengan persepsinya.26

d. Aspek-aspek Persepsi

Woodworth dan Marquis dalam Walgito mengatakan bahwa aspek-aspek persepsi yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut:

(32)

1) Aspek Kognitif

Aspek kognitif merupakan komponen sikap yang berisi kepercayaan individu terhadap objek sikap. Kepercayaan itu muncul karena adanya suatu bentuk yang telah terpolakan dalam pikiran individu. Kepercayaan itu juga datang dari apa yang pernah individu lihat dan ketahui sehingga membentuk suatu ide atau gagasan tentang karakteristik objek. Kepercayaan ini dapat menjadi dasar pengetahuan bagi individu tentang suatu objek dan kepercayaan ini menyederhanakan fenomena dan konsep yang dilihat dan yang ditemui. Perlu juga dikemukakan bahwa kepercayaan tidak selamanya akurat, karena kepercayaan itu muncul juga disebabkan oleh kurangnya informasi tentang objek.

2) Aspek Afektif

Aspek afektif ini menyangkut kesan atau perasaan individu dalam menafsirkan stimulus sehingga stimulus tersebut disadari. Aspek afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif dari individu terhadap objek persepsi, berisi perasaan memihak atau tidak memihak, mendukung atau tidak mendukung terhadap objek yang dipersepsi.

3) Aspek Konatif

(33)

atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang berisi tendensi atau kecenderungan

untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu objek yang dipersepsi.27

e. Guru

Pengaruh guru dalam proses pembelajaran memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak (fisik, intelek, emosi dan sosialnya). Dari gurulah, seorang anak mendapatkan pengajaran secara formal setelah dari rumah sebagai madrasah utama bagi seseorang sebelum masuk ke sekolah. Makanya sangat penting bagi guru untuk menunjukkan keteladananya, baik dari segi perilaku, sikap, pengetahuan, perasaan dan pemikirannya. Guru yang berpikir tentang perkembangan pendidikan dan selalu berorientasi pada peningkatan kualitas, akan melahirkan siswa yang memiliki keharmonisan dan keseimbangan dari aspek-aspek tersebut (intelek, rohani, emosi dan jasmani). Dengan demikian, sedapat mungkin seorang guru dapat mendorong setiap anak yang dihadapi untuk belajar karena antara satu dengan lainnya

memiliki perbedaan kemampuan-kemampuan.28

Modal utama yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi guru adalah adanya rasa terpanggil untuk menjadi guru. Lebih lanjut dikemukakan bahwa terdapat tiga tanggung jawab guru yaitu, tanggung jawab atas kepribadian pelajarannya, tanggungjawab atas perkembangan sosialnya dan tanggung jawab atas pencapaian akademiknya. Untuk melaksanakan tanggungjawab ini, guru mesti

mampu melakukan berbagai peranan profesional.29

27 http://armyofpsychology.blogspot.co.id/2013/12/a_6.html

28 Ulfiani Rahman, Memahami Psikiologi dalam Pendidikan Teori dan Aplikasi,

(Makassar:Alauddin University Press, 2014), h.128-129

(34)

Menurut Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 (2010), guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai pelajar pada pendidikan anak usia awal (bayi di bawah usia lima tahun atau balita) jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih lanjut dalam Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada peringkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai peraturan undang-undang. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan perakuan pendidikan. Selain itu, kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peranan guru sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Esensi Peningkatan Kompetensi Guru tidak terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru

selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu

mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan

berbagai pendekatan, metode, dan teknologi pembelajaran terkini.30

Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru. Dikarenakan pengembangan kurikulum

(35)

bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya. Ini merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, di samping sebagai unsur penunjang administrasi

secara keseluruhan.31

Dalam hal ini guru sebagai sosok yang memberikan pengaruh kuat kepada peserta didik untuk dijadikan identifikasi terhadap dirinya. Demikian pula dalam melaksanakan tugas dituntut untuk bersungguh-sungguh, bukan sebagai pekerjaan sambilan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya.

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi guru adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna pendidik atau pengajar atas suatu informasi terhadap stimulus.

memperoleh ijazah.32 Dalam pendidikan Islam kurikulum dimaksudkan sebagai jalan

atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

31 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pemgembangan Kurikulum, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,

2013), h.231

32 Hamka Ilyas, Konsep dan Teori Pengembangan Kurikulum, (Makassar:Alauddin University

(36)

mereka.33 Istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan sejak satu abad yang lampau.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran.34

Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yakni dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah ini telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran”. Menurut Hilda Taba dalam bukunya

Curriculum Development, Theory and Practice mengartikan sebagai “a plan for

learning”, yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.35 Menurut Edward

A. Krug dalam buku Sani, kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk

mencapai atau melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.36

33 Sariono, Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas”, E-Jurnal, vol.3 (2014), h.1. 34 Kemendikbud, Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA, h.1. 35 Hamka Ilyas, Konsep dan Teori Pengembangan Kurikulum, h.2-3.

36Qomariyah, “Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Implementasi Kurikulum 2013”, Jurnal 03,

(37)

Kurikulum juga dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Kurikulum menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan. Kurikulum tidak cukup hanya dengan mengarahkan peserta didik pada penguasaan

materi pembelajaran (content oriented) saja, tetapi perlu dikembangkan dengan

berorientasi kepada kehidupan peserta didik dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.37

Dari berbagai defInisi kurikulum yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu perangkat pembelajaran atau suatu program yang disediakan untuk membelajarkan siswa dan dijadikan acuan dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan siswa yang akan digunakan dalam aktivitas belajar mengajar.

Kurikulum bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum, maka tidak akan berjalan dengan efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan.38

(38)

b. Kurikulum 2013

Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Menurut Suparlan (2012), Kurikulum pertama Indonesia adalah Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu, istilah kurikulum belum digunakan. Kemudian, Rencana Pelajaran 1947 ini dirubah menjadi Rencana Pelajaran 1950. Selanjutnya diganti dengan Rencana Pelajaran 1958. Rencana Pelajaran ini kemudian direvisi menjadi Rencana pelajaran 1964. Setelah itu rencana pelajaran ini diganti menjadi Kurikulum 1968. Sejak inilah istilah rencana pelajaran yang sudah digunakan selama bertahun-tahun berganti nama menjadi kurikulum. Kemudian, kurikulum ini dirubah lagi menjadi Kurikulum 1975. Selanjutnya, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dan terakhir

Kurikulum 2013.39

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan internal maupun eksternal. Salah satu alasan pentingnya kurikulum 2013 adalah bahwa generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Digunakannya pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 adalah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. Oleh karenanya kurikulum tersebut sudah dilaksanakan secara terbatas mulai tahun pelajaran 2013-2014 pada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan secara selektif. Tetapi pada

39 Syarwan Ahmad, “Problematika Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan Instruksional Kepala

(39)

tahun pelajaran 2014-2015 kurikulum 2013 tersebut direncanakan dilaksanakan

pada semua sekolah.40

Perubahan suatu kurikulum suatu hal biasa demi memperbaiki kuallitas pendidikan suatu negara. Sama halnya, untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satunya, dapat dilakukan dengan evaluasi dan memperbarui kurikulum pendidikan nasional. Evaluasi perlu dilakukan secara berkala sebagai upaya penilaian relevansi kurikulum dengan anak-anak dalam konteks tempat dan waktu yang terus berubah secara dinamis. Reformasi suatu kurikulum bertujuan agar peserta didik menjadi cerdas, bermoral, berakhlak, kreatif, komunikatif, dan toleran dalam

kehidupan keberagaman.41

Tentu banyak sekali alasan kenapa terjadi perubahan kurikulum, selain alasan kurikulum sebelumnya harus disempurnakan karena ada kekurangan disana-sini, tapi yang paling mendasar adalah agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan yang mampu bersaing dimasa depan dengan segala kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.42 Pada intinya dalam menyikapi pemberlakuan kurikulum

2013 ini seorang guru dituntut betul-betul meningkatkan kompetensi atau kemampuan yang dapat menunjang dan mengantarkan peserta didik berhasil mencapai tujuan pendidikan.

40 Rudi Kustijono, “Pandangan Guru Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 Dalam

Pembelajaran Fisika SMK di Kota Surabaya”, Jurnal 06, No.1, (2014), h.2

41 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, h.25.

(40)

Mengenai tujuan dan fungsi Kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada undang No. 23 tahun 2003 tetang sistem pendidikan nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya yaitu untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mendiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.43

Fenomena yang muncul sekarang menjadi perhatian dalam perubahan dari KTSP 2006 ke Kurikulum 2013, anatar lain: tawuran pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak dalam masyarakat. Sebagian kalangan berpandangan bahwa hal demikian terjadi karena KTSP 2006 terlalu menitik beratkan kepada kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter, dan kurang berorientasi IPTEK dan IMTAQ. Dalam perkembangan kehidupan berbangsa terkini, kuat kecenderungan dalam penyelesaian persoalan sering terlibat tawuran atau perkelahian massal. Beberapa ahli pendidikan ada yang berpandangan salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterbelengguan anak didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang bagi mereka. Karenanya,

43 Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, dan

(41)

kurikulum perlu direorientasi dan reorganisai terhadap beban belajar dan kegiatan

pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini44

Selanjutnya dengan kurikulum 2013 nantinya akan memangkas jumlah mata pelajaran menjadi lebih sedikit, sehingga meringankan peserta didik karena jumlah mata pelajaran yang banyak membebani siswa, dan menyebabkan siswa menjadi bosan, secara filosofis, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta,

beserta segenap isi dan peradabannya.45

Asesmen pada kurikulum 2013 yang diterapkan adalah penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan proses penilaian secara global untuk menilai secara

mendalam pemikiran, motivasi, atau tindakan. Dengan kurikulum ini

direkomendasikan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah ilmuwan dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran saintifik dilakukan

dengan tahap mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan

mengomunikasikan.46

44 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, h.27. 45 Misykat Malik Ibrahim, Implementasi Kurikulum 2013, h. 22

46Heri Ratnawati, “Hambatan Guru Matemtika Sekolah Menengah Pertama dalam

(42)

c. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

1) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

2) Tantangan Eksternal

(43)

modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation

(APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait

dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di

dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999

juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam

kurikulum Indonesia.47

d. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan

sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman

belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya

dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

(44)

4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih

lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)

kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling

memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran

dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).48

3. Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti (menjadi kenyataan) jika tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas. Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya masyarakat, dan lain-lain.

Berbagai dimensi implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah materi kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau perilaku, pengetahuan, dan internasional nilai. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi

(45)

ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar

dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback.49

Implementasi kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara professional merancang pembelajaran efektif dan bermakna, mongorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran, dan pembentukan kompetensi secara

efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.50

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Sosialisasi kurikulum dilakukan terhadap pihak yang terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini penting

terutama agar warga sekolah mengerti tentang kurikulum yang akan

diimplementasikan. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memilki sifat yang sangat kompleks serta melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Aspek psikologis menunjuk pada

49 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pemgembangan Kurikulum, h.190

50 Mulyasa, Pengembangan dan Implemenasi Kurikulum 2013 (Cet. III; Bandung: ROSDA), h.

(46)

kenyataan bahwa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda. Yang menuntut materi yang berbeda pula. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar oleh guru.51

Dari uraian di atas perubahan suatu kurikulum adalah suatu hal biasa demi untuk memperbaiki kinerja pendidikan suatu negara, serta untuk meningkatkan kuallitas pendidikan. Reformasi suatu kurikulum bertujuan agar peserta didik menjadi cerdas,bermoral, berakhlak, kreatif, dan toleran dalam kehidupan beragama. Jadi perubahan suatu kurikulum pada suatu negara merupakan suatu hal yang normal. B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa rujukan referensi penelitian relevan yang digunakan pada penelitian ini yang merupakan penelitian terdahulu, dimana ada kesamaan topik, antara lain:

Penelitian oleh Isa Ansori yang berjudul “Persepsi Guru dalam Implementasi

Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri Kauman 07 Batang”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang persiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013 dan persepsi guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SD Negeri Kauman 07 Batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013 adalah menyiapkan buku guru dan siswa, menganalisis silabus, membuat RPP dengan beberapa penyesuaian. Persepsi guru adalah kurikulum 2013 itu baik, namun tidak cocok di implementasikan di indonesia karena SDM di Indonesia belum memenuhi tuntutan dari kurikulum itu sendiri, terkesan tergesa-gesa, karena bintek yang dilakukan hanya lima hari dan langsung harus menerapkan

(47)

keesokan harinya, jadi terkesan tergesa-gesa karena belum disiapkan dengan matang.

Serta dilihat dari distribusi buku yang sangat terlambat.52

Penelitian oleh Nela Pranawati dan Abdul Rachman Syam yang berjudul

“Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Penjasorkes di SMP sasaran Kota Mojokerto”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai seberapa

jauh keterlaksanaan kurikulum 2013 di SMP sasaran di kota Mojokerto yakni SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, dan SMPN 6 Mojokerto. Berdasarkan tujuan penelitian, serta hasil penelitian yang dilakukan di SMP sasaran kota Mojokerto dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar mata pelajaran penjasorkes di SMP sasaran kota Mojokerto sudah dilakukan sesuai kurikulum 2013, meskipun belum

sepenuhnya dapat berjalan dengan baik.53

Penelitian oleh Qomariyah yang berjudul “Kesiapan Guru Dalam

Menghadapi Implementasi Kurikulum 2013 di MTs Al Fitroh Bonang Demak”. Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan guru dalam menghadapi implementasi kurikulum 2013 di MTs Al Fitroh Bonang Demak masih rendah, hal ini diperkuat dengan sebagian besar guru yang mengajar masih menggunakan sistem kurikulum KTSP 2006, dalam artian guru yang belum mengenal dan faham akan kurikulum mereka ini tidak aktif untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah ataupun Diknas. Namun peranan sekolah dalam mendukung implementasi kurikulum 2013 di MTs Al Fitroh yakni cukup, hal ini diperkuat dengan memberikan pengarahan

52Isa Ansori, “Persepsi Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri

Kauman 07 Batang Tahun Ajaran 2014/2015”, h.1

53Nela Pranawati, Abdul Rachman Syam “Survei Keterlaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata

(48)

terhadap para guru dan melakukan supervise terhadap para guru guna meningkatkan

kualitas sistem pengajaran.54

Penelitian oleh Heri Retnawati yang berjudul “Hambatan Guru Matematika

Sekolah Menengah Pertama dalam menerapkan Kurikulum baru”. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan hambatan guru matematika SMP dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hambatan guru meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama, pelatihan dan sosialisasi belum dapat memberikan pemahaman yang baik dan menyeluruh pada guru mengenai kurikulum 2013, kedua guru kesulitan mengatur waktu pada perencanaan pembelajaran, merencanakan penilaian sikap, dan keterampilan pada penyusunan instrumen penilaian, serta sistem penilaian yang rumit dan perlu waktu yang lama untuk menyusun laporannya. Ketiga, kesulitan terkait dengan perangkat

pembelajaran, dan sulit mengaktifkan siswa.55

Penelitian oleh Mizan Abrory dan Badrun Kartowagiran yang berjudul

“Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Matematika SMP Negeri Kelas VII di Kabupaten Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kualitas perencanaan pembelajaran matematika SMP di Kabupaten Slemen dalam implementasi kurikulum 2013 dan mengetahui kualitas pelaksanaan penilaian hasil belajar matematika dalam implementasi kurikulum 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas perencanaan pembelajaran matematika termasuk

54 Qomariyah “Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Implementasi Kurikulum 2013 di MTs Al

Fitroh Bonang Demak”. h.21-35

55Heri Retnawati yang berjudul “Hambatan Guru Matematika Sekolah Menengah Pertama dalam

(49)

kategori baik, hal tersebut ditinjau dari kualitas silabus dan RPP yang termasuk kategori baik, dan kualitas penilaian pembelajaran termasuk kategori kurang baik karena kualitas komponen sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi

keterampilan termasuk kategori kurang baik.56

Penelitian oleh Rudy Kustijono, Elok Wiwin yang berjudul “Pandangan Guru

terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Fisika SMK di Kota

Surabaya”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjaring pandangan guru terkait

tingkat kesiapan dan kelayakan pelaksanaan kurikulum 2013 untuk pemebelajaran fisika SMK di kota surabaya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para guru berpandangan belum sepenuhnya memahami prinsip penilaian diantaranya: cara menilai kompetensi sikap,keterampilan, dan menyusun instrumen penilaian yang sesuai kaidah, serta bagaimana cara mengembangkan rubrik penilaian dari instrumen

yang dikembangkan.57

Penelitian oleh Kaimuddin yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter

Dalam Kurikulum 2013”. Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara utuh

kurikulum 2013. Dan hasil dari penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter dalam kurikuum 2013, dapat dilakukan melalui proses integrasi capaian

56Mizan Abrory, Badrun Kartowagiran “Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 pada

Pemeblajaran Matematika SMP Negeri Kelas VII di Kabupaten Sleman”. h.50-59

57Rudy Kustijono, Elok Wiwin yang berjudul “Pandangan Guru terhadap Pelaksanaan

(50)

pembelajaran mensinergikan peran lembaga pendidikan, oleh sebab itu guru

menampakkan diri sebagai guru berkompeten dan diteladani.58

Penelitian oleh Riana Nurmalasari yang berjudul “Peran Guru Dalam

Implementasi Kurikulum 2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan peran guru dalam implementasi kurikulum 2013. Dan hasil penelitian peran guru SMK PGRI Wlingi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 meliputi : guru melakukan diskusi dalam proses penyususnan RPP, guru menyusun RPP, melalui langkah-langkah yang sesuai, guru sebagai fasilitator, guru memberikan pedidikan karakter, guru membimbing siswa dalam belajar sesuai

dengan pendekatan saintifik, dan guru melakukan penilaian otentik.59

Penelitian oleh Dominggus Rumahlatu, Estevanus, dan Johanis yang berjudul

“An Analysis of the Readiness and Implementation of 2013 Curriculum in The West

Part of Seram District, Maluku Province, Indonesia”. Penelitian ini bertujual untuk

mengetahui kesiapan siswa, guru, dan bahkan sekolah dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di bagian barat dari kabupaten seram provinsi maluku.

“The results of this research show that the students and the teachers in

West part of Seram district regency are ready to implement the 2013 curriculum. Even, there have been some schools that have implemented the curriculum. However, there are still some inhibiting factors in the implementation of 2013 Curriculum in West part of Seram district namely the lack of handbooks for teachers and students, the mental readiness of teachers and students which are not yet optimally prepared, and the dissemination that

has not reached all schools”

58 Kaimuddin yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013”.

h.47-63

(51)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dan guru di bagian barat dari Kabupaten Seram siap mengimplementasikan kurikulum 2013. Bahkan, ada beberapa sekolah yang telah menerapkan kurikulum. Namun, masih ada beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan 2013 Kurikulum di bagian barat dari kabupaten Seram yaitu tidak adanya buku pegangan untuk guru dan siswa, kesiapan mental guru dan siswa yang belum optimal disiapkan, dan penyebaran yang belum mencapai

semua sekolah.60

Penelitian oleh Djuwairiah Ahmad yang berjudul “ Understanding the 2013

Curriculum of English Teaching through the Teachers’ and Policymakers’ Perpectives”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan perspektif

tentang isu-isu reformasi kurikulum sekolah dalam Kurikulum 2013 pada guru bahasa Inggris.

“The results show that the release of K-13 in a number of schools Indonesia on July 15, 2013 last year was based on five essential reasons according to the policymakers in education system at the national, provincial and city level. The five essential reasons are world future challenges, government regulations, failure of the former curriculum, potential benefits of the enacted curriculum and planning a better education through a better curriculum”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan Kurikulum di sejumlah sekolah Indonesia pada tanggal 15 Juli tahun 2013 lalu didasarkan pada lima alasan penting menurut kebijakan dalam sistem pendidikan di tingkat nasional, provinsi dan kota. Lima alasan penting adalah tantangan dunia masa depan, peraturan pemerintah,

60 Dominggus Rumahlatu, Estevanus, dan Johanis yang berjudul “An Analysis of the Readiness

(52)

kegagalan mantan kurikulum, potensi manfaat dari kurikulum yang berlaku dan

perencanaan pendidikan yang lebih baik melalui kurikulum yang lebih baik.61

Penelitian oleh Sutama, Sabar Narimo, dan Samino yang berjudul

“Management Of Curriculum 2013 Mathematic Learning Evaluation In Junior High

School. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan evaluasi pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum 2013 pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang dilakukan oleh guru di SMP Salatiga Jawa Tengah.

The results of this study are not all evaluations can be optimized and the

psychomotor aspect tends to be done in groups”

Hasil dari penelitian ini adalah tidak semua evaluasi dapat berjalan secara optimal

dan pada aspek psikomotorik cenderung dilakukan dalam kelompok.62

C.Kerangka Konseptual

Kerangka teoretis adalah kerangka berpikir yang bersifat teoretis atau konseptual mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka konseptual tersebut menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diteliti. Persepsi yang dilakukan oleh guru pada Kurikulum 2013 ini berfokus pada pelaksanaan pembelajaran matematika.

Konsep yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tentang Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

61 Djuwairiah Ahmad yang berjudul “ Understanding the 2013 Curriculum of English Teaching

through the Teachers’ and Policymakers’ Perpectives”, h. 6-15

62Sutama, Sabar Narimo, dan Samino yang berjudul “Management Of Curriculum 2013

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Bagan Teknik Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Penulis dengan menyebarkan angket dan wawancara, demi mendapatkan hasil yang lebih akurat, berharap hasil penelitian dapat mmebantu pembelajar bahasa Mandarin terutama mahasiswa

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III (Tahap Perencanaan) ... Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III (

“ Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli Melalui Permainan Kucing Bola Pada Siswa Kelas V SDN Citraresmi Kecamatan. Sumedang Selatan Kabupaten

kalimat bahasa Mandarin: 往 往 w ǎngwǎng adalah menunjukkan keadaan frekuensi yang terjadi secara teratur dalam kondisi atau persyaratan tertentu, maka di dalam kalimat

[r]

Untuk mengidentifikasi wilayah dunia di mana beberapa garis keturunan kosmopolitan berasal, peneliti menghitung (1) jumlah saudara garis keturunan, (2) jumlah kisaran dibatasi

Through this game, I have learnt more about “how to make and accept apologies”.. (Tick any box that corresponds to

[r]