• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 0

BAB 7

(2)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 1

7.1.

Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan kawasan permukiman, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.1.1 Kondisi Eksisting

A. Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan menuju 100-0-100, dilengkapi dengan SK bupati/walikota

Tabel 7. 1 Kawasan Kumuh Kabupaten Ponorogo Berdasarkan SK Kawasan Kumuh No: 188.45/1100/405.14/ 2014

No Nama Kawasan Kelurahan Kecamatan Luas (Ha) 1 Badrek (stadion) Nologaten Ponorogo 2,03

2 Gang Sate Nologaten Ponorogo 2,67

3 Tanggul Pinggirsari Ponorogo 1,57

4 Kelutan Pinggirsari Ponorogo 1,95

5 Gang bayi Tamanarum Ponorogo 1,12

6 Setono Banyudono Ponorogo 1,24

7 Gang Sumulwo Banyudono Ponorogo 1,71

8 Dukuh patuk Paju Ponorogo 5,15

9 Prayungan Paju Ponorogo 4,16

10 Sawahan Brotonegaran Ponorogo 1,19

11 Lingkungan Krajan Brotonegaran Ponorogo 2,03

12 Pinggir Sungai Jingglong Ponorogo 5,25

(3)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 2 B. Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana,

perbatasan, dan pulau kecil

Sampai tahun 2016, luas kawasan permukiman di Kabupaten Ponorogo secara keseluruhan sebesar 21.654 Ha (sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka, 2015). Kawasan permukiman di Kabupaten Ponorogo berdasarkan fungsi kegiatannya dibedakan menjadi dua yaitu kawasan permukiman perkotaan (kota kabupaten maupun IKK/ perkotaan kecamatan) dan kawasan permukiman perdesaan.

B.1.

Kondisi Perumahan Permukiman

(4)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 3 a. Perumahan Singosaren

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1984, perumahan berada di Kelurahan Singosaren, Kecamatan Jenangan. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 2 tipe rumah yaitu 70, 42 dan 36 yang masing-masing terdiri dari 160 unit rumah dan 155 unit rumah dengan total rumah yang ada 315 unit rumah. Sarana yang ada diantaranya lapangan olah raga (bulu tangkis, voli), kontainer sampah, dan masjid.

b. Perumahan Patihan Kidul

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1985, perumahan berlokasi di Kelurahan Tajug, Kecamatan Siman. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 3 tipe rumah yaitu 70, 60 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 26 unit rumah, 39 unit rumah dan 50 unit rumah dengan total rumah yang ada 115 unit rumah. Sarana yang ada adalah kontainer sampah, masjid, dan lapangan olah raga (voli).

c. Perumahan PEPABRI Keniten

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1992, perumahan berada di Kelurahan Keniten, Kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 2 tipe rumah yaitu 36 dan 45 yang masing-masing terdiri dari 85 unit rumah dan 35 unit rumah dengan total rumah yang telah dibangun adalah 120 unit rumah. Adapun rencana pembangunan permukiman tersebut memiliki kualitas lingkungan yang cukup baik karena dilengkapi dengan utilitas dan fasilitas yang menunjang kebutuhan hidup dan interaksi masyarakat. Namun pembangunan permukiman tersebut sasaran utama penghuninya ditujukan kepada TNI/Polri sehingga belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sarana yang disediakan diantaranya : laporan. Sarana yang ada : olah raga, mushola, kontainer sampah, dan pos kampling.

d. Perumahan Kertosari Indah

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1994, perumahan berlokasi di Kelurahan Kertosari, Kecamatan Babadan. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 4 tipe rumah yaitu 21, 27, 36 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 146 unit rumah, 75 unit rumah, 83 unit rumah dan 56 unit rumah dengan total rumah yang ada 360 unit rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga dan masjid.

e. Perumahan Grisimai

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1995, perumahan ini berlokasi di Kecamatan Siman. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 5 tipe rumah yaitu 21, 27, 36, 45 dan 70 yang masing-masing terdiir dari 87 unit rumah, 37 unit rumah, 45 unit rumah, 31 unit rumah dan 10 unit rumah dengan total rumah yang ada 210 unit rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga, dan masjid.

f. Perumahan Kertosari Estate

(5)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 4 Kelurahan Kertosari, kecamatan Babadan. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 4 tipe rumah yaitu 21, 27, 36 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 16 unit rumah, 26 unit rumah, 10 unit rumah dan 20 unit rumah dengan total rumah yang ada 70 unit rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga, dan masjid, TPS, dan pos kampling.

g. Perumahan Keniten

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1997, perumahan berada di Kelurahan Keniten, kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 2 tipe rumah yaitu 21 dan 36 yang masing-masing terdiri dari 294 unit rumah dan 77 unit rumah dengan total rumah yang ada 371 unit rumah. Selain unit perumahan di perumahan ini juga dikembangkan sarana perdagangan dengan konsep rumah-toko (ruko) yang terdiri dari 17 unit ruko. Sarana yang disediakan diantaranya: lapangan olah raga, dan masjid, TPS, dan pos kampling.

h. Perumahan Setono

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 2002, perumahan ini berada di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 3 tipe rumah yaitu 27, 36 dan 45 yang masing-masing terdiri dari 12 unit rumah, 162 unit rumah dan 8 unit rumah dengan total rumah yang ada 182 unit rumah. Sarana yang disediakan adalah lapangan olah raga.

i. Perumahan Bangunsari

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 2004, perumahan ini berada di Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 3 tipe rumah yaitu 70, 100 dan 150 yang masing-masing terdiri dari 30 unit rumah, 14 unit rumah dan 11 unit rumah dengan total rumah yang ada 55 unit rumah. Sarana yang ada adalah kontainer sampah, masjid, dan lapangan olah raga (voli).

Kondisi perumahan di Kabupaten Ponorogo, khususnya di wilayah perkotaan (Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo, dan Ponorogo) didominasi dengan rumah permanen. Hal ini terlihat bahwa sampai tahun 2012 jumlah rumah permanen di kelima kecamatan tersebut sebesar 62.754 unit (atau 94,29%).

Pada kawasan permukiman perdesaan Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa kawasan perdesaan yang memiliki beragam potensi untuk pengembangan pusat permukiman, yaitu antara lain:

1. Kawasan Agropolitan

(6)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 5 Timur. Lokasi Kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Agropolitan berdasarkan SK. Gubernur Jatim.

a. Wilayah administrasi Kawasan Agropolitan Ngebel terdapat di Kecamatan Ngebel dan terdiri dari 8 desa yaitu:

- Desa Ngrogung, sebagai sentra tanaman pangan

- Desa Sempu, sebagai sentra tanaman pangan dan buah-buahan

- Desa Sahang, sebagai sentra buah-buahan

- Desa Wagir Lor, sebagai sentra buah-buahan

- Desa Ngebel, sebagai sentra perikanan dan perkebunan

- Desa Gondowido, sebagai sentra peternakan

- Desa Talun, sebagai sentra peternakan

- Desa Pupus, sebagai sentra peternakan

b. Wilayah administrasi Kawasan Agropolitan Pudak terdapat di Kecamatan Pudak dan terdiri dari 6 desa yaitu:

- Desa Pudak Wetan, sebagai sentra tanaman pangan dan sayuran

- Desa Pudak Kulon, sebagai sentra tanaman pangan dan sayuran

- Desa Tambang, sebagai sentra buah-buahan dan perkebunan

- Desa Krisik, sebagai sentra buah-buahan dan sayuran

- Desa Banjarejo, sebagai sentra buah-buahan dan perkebunan

- Desa Bareng, sebagai sentra tanaman pangan dan perkebunan. 2. Kawasan Permukiman Desa Perbatasan

Kawasan permukiman di wilayah perbatasan Kabupaten Ponorogo, seperti halnya wilayah perbatasan kabupaten/kota lainnya, relatif diabaikan dan cenderung dikatakan sebagai kawasan tertinggal. Padahal wilayah perbatasan tidak selalu identik dengan hal demikian. Pusat permukiman di kawasan perbatasan, khususnya perbatasan Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan, memiliki potensi sebagai kawasan permukiman yang berkembang memiliki skala pelayanan dan hirarki tertentu. Desa-desa perbatasan ini memiliki potensi sebagai kawasan pemasok bahan makanan, baik dari pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, maupun holtikultura.

B.2.

Kondisi Sarana dan Prasarana Permukiman

Kondisi sarana prasarana permukiman di Kabupaten Ponorogo akan dijelaskan berdasarkan jenis kegiatannya, yaitu antara lain

1. Sarana dan Prasarana Permukiman Perkotaan

(7)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 6 perkotaan. Wilayah permukiman perkotaan dalam hal ini adalah perkotaan Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo, dan Ponorogo.

a) Jalan lingkungan

Kondisi jalan pada wilayah di Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo, didominasi oleh kondisi jalan aspal. Kecamatan Babadan dan Ponorogo merupakan kecamatan dengan kondisi jalan yang cukup baik dengan prosentase kondisi jalan aspal pada masing-masing kecamatan sebesar 64% dan 73 %. Sedangkan pada Kecamatan Jenangan masih didominasi oleh kondisi jalan batu (41%) dan pada wilayah Kecamatan Siman serta Sukorejo didominasi oleh kondisi jalan tanah dengan prosentase masing-masing kecamatan sebesar 41 % dan 43%. b) Jaringan drainase

Kondisi drainase di wilayah Perkotaan Ponorogo dapat dilihat dari keberadaan saluran drainase yang ada yang terbagi menjadi 3, yaitu: saluran primer, sekunder, dan tersier. Keberadaan saluran drainase primer, sekunder dan tersier tersebar di 5 kecamatan. Keseluruhan panjang drainase tersier di wilayah perencanaan adalah kurang lebih sepanjang 177.445 m, drainase sekunder sepanjang 103.135,90 m dan drainase primer sepanjang 90.878,9 m.

c) Persampahan

Kondisi pelayanan jaringan sampah di wilayah Perkotaan Ponorogo telah menjangkau sebagian besar kecamatan, hanya terdapat 1 kecamatan yang belum terlayani, yaitu kecamatan Sukorejo. Sedangkan Kecamatan Babadan, Jenangan dan Siman telah terlayani oleh jaringan pelayanan persampahan yang dikelola oleh pemerintah yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Kondisi tingkat pelayanan persampahan di wilayah perencanaan dapat terlihat pada sarana dan prasarana persampahan yang ada: Transfer Depo, TPS, Container dan TPA. d) Air minum

Kebutuhan air bersih penduduk di wilayah perkotaan Ponorogo dipenuhi dari 4 macam pelayanan, yaitu PDAM, Sumur Gali, Sumur Pompa, dan lainnya (dapat berasal dari suplai PAH). Hampir semua daerah perkotaan telah terlayani oleh jaringan air minum PDAM kecuali di Kecamatan Sukorejo. Dari pelayanan yang ada masih menjangkau sebagian kecil desa dari kecamatan yang ada, sedangkan kebanyakan masih menggunakan sumur gali dalam pemenuhan air minumnya.

(8)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 7 Kawasan Agropolitan Ngebel ditunjang dengan sarana dan prasarana penunjang meliputi sarana perekonomian berupa pasar desa (pasar Desa Ngebel, Wagir Lor, dan Talun) dan prasarana jalan berupa jalan poros desa. Adapun kondisi jalan poros desa yang menghubungkan Kawasan Agropolitan Ngebel dengan daerah lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. 2

Kondisi Jalan Poros Desa Pada Kawasan Agropolitan Ngebel

No. Desa Nama Pangkal Nama Ujung

Panjang (km)

Lebar

(m) Tipe Jalan Kondisi 1 Ngrogung Jati Ngrogung Krangkungan Ngrogung 1,50 3,00 Makadam Sedang

2 Sempu Sejarak Tileng 1,00 2,50 Makadam Sedang

3 Sempu Seglagah Sempu Tileng Dagangan 2,50 2,50 Makadam Sedang

4 Ngebel Ngebel Semenok 3,85 3,00 Aspal Sedang

5 Ngebel Mlingi Gedangan 4,50 2,50 Makadam Sedang

6 Ngebel Jagalan Piring 1,00 3,00 Makadam Sedang

7 Ngebel Semenok Semenok 1,40 3,00 Makadam Sedang

8 Pupus Prambon PUpus Jawol Ngebel 2,00 3,00 Aspal/ Sedang 9 Gondowido Krajan Gondiwido Krajan 3,00 3,00 Makadam Sedang 10 Gondowido Briket Gondowido Brambang 2,00 3,00 Makadam Sedang 11 Sahang Bujet Ngrambing Danten PUle Ngrogung 3,00 2,50 Makadam Sedang 12 Wagir Lor Pucuk Wagir Lor Krajan Wates 4,50 3,00 Makadam Baik 13 Ngrogung Jati Ngrogung Galih Wates 1,00 3,00 Makadam Sedang

14 Talun Krajan Talun Krajan 4,00 3,00 Makadam Baik

15 Talun Krajan Talun Dusun Sedayu 3,50 3,00 Makadam Rusak 16 Talun Krajan Talun Dusun Tritis 4,00 2,50 Makadam Sedang 17 Talun Krajan Talun Dusun Sidomukti 2,00 3,00 Makadam Sedang 18 Sahang Mutihan Sahang Bugan Wagur Lor 2,20 3,00 Makadam Baik 19 Gondowido Krajan Gondiwido Batik 2,50 3,00 Makadam Sedang 20 Sempu Dusun Seglagah Dusun Segodeng 4,50 2,50 Makadam Sedang

Sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo, 2008

3. Sarana dan Prasarana Desa Perbatasan

(9)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 8 Tabel 7. 3

Kondisi Prasarana dan Sarana Pada Permukiman Kawasan Perbatasan Ponorogo-Pacitan

No Desa Per-Batasan Kondisi prasarana sarana

1 Dayakan-Watupatok (Kec.Badegan - Kec. Bandar)

- Kondisi akses masih kurang memadai (sedang sampai buruk) menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani di musim kemarau

- Belum adanya angkutan perdesaan sehingga mempersulit pergerakan penduduk

2 Dusun bangunsari-watuagung

(Kec.Badegan - Kec. Bandar)

- Sebagian jalan masih banyak yang belum diaspal - Irigasi masih buruk

- Desa ini tidak ada sumber mata air, sehingga ada pembagian air.

3 Desa Krebet-sidoharjo dengan desa watupatok (Kec. Jambon - Kec. Bandar)

- Sebagian jalan masih banyak yang belum diaspal

- Irigasi masih buruk kurang memperoleh pengairan di musim kemarau - Belum adanya tempat untuk menampung hasil pertanian masyarakat - Mayoritas sebagai petani, buruh tani, hanya sebagian kecil yang

menjadi pegawai 4 Desa

Karangpatihan-ngendut-pandak dan desa tahunan

(Kec. Balong-Kec.Tegalombo)

- Permasalahan akses yang sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani

- Fasilitas masih kurang utamanya untuk kesehatan - Kendala pemasaran untuk produk pertanian 5 Desa wates-Gemaharjo.

(Kec.Slahung - Tegalombo)

- Memiliki beberapa industri bidang peternakan (desa wates) yang mempunyai aset besar bagi pendapatan kabupaten dan menyerap tenaga kerja

- Memiliki jalan penghubung (kolektor primer) ke wil.Kab.Pacitan untuk jalur perekonomian.

- Akses/jalur tembus antar desa dalam konsisi sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian serta masih adanya daerah rawan bencana longsor di jalur penghubung kedua kawasan

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen - Penerangan jalan masih kurang

- Kurang optimalnya pengelolaan SDM 6 Desa Mrayan-Binade

- Jaringan komunikasi kurang

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani

(10)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 9 4. Infrastruktur perdesaan

Pengembangan dan pembangunan permukiman pada kawasan perdesaan di Kabupaten Ponorogo tidak bisa terlepas dari keberadaan prasarana penunjang yang berupa jalan poros desa. Jalan poros desa mempunyai peran yang sangat penting dalam program pembangunan perdesaan. Jalan poros desa merupakan jalan yang menghubungkan antar desa yang merupakan jalan poros masyarakat perdesaaan dalam meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan). Panjang jalan poros yang terdapat di Kabupaten Ponorogo sepanjang 1.390,474 km (sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo 2008), dimana kondisi jalan poros desa pada beberapa desa di Kabupaten Ponorogo masih didominasi dengan jalan tanah. Berikut tabel mengenai kondisi jalan poros desa di Kabupaten Ponorogo.

Tabel 7. 4

Jalan Poros Desa di Kabupaten Ponorogo dengan Kondisi Rusak

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Ngrupit Jenangan Jalan PU Janti-Nguprit Desa Sedah Tanah 0,10

Kedung Banteng Sukorejo Kali Pucang Sekuwung Tanah 0,18

Kedung Banteng Sukorejo Kali Pucang Kali Pucang Makadam 0,15

Japan Babadan Desa Gupalo Desa Babadan Tanah 0,65

Kedung Banteng Sukorejo Krajan Sekuwung Makadam 0,575

Gelang Lor Sukorejo Desa Kauman Desa Boto Makadam 0,75

Trisono Babadan Desa Karang Gayam Desa Banjarejo Penetrasi 1,25

Gandu Kepuh Sukorejo Desa Ngujung Desa Ngujung Tanah 0,12

Prajegan

Sukorejo

Jalan Batas

Desa/Kedung Banteng

Jalan Batas

Desa/Serangan Makadam 0,525

Cekok Babadan Jambean Jambean Tanah 0,25

Somoroto Kauman Jl. Bantaran Angin Batas Desa Maron Aspal 0,97

Prajegan

Sukorejo

Jalan PU

Seragen-Gegeran Batas Desa Makadam 1,05

Gandu Kepuh

Sukorejo Desa Gandu Kepuh

Jalan Batas Desa

Desa/Gilang Lor Aspal 1,02

Bringin Kauman Krajan Dusun Bringin Aspal, Makadam 1,05

Simo Slahung Krajan Krajan Tanah 0,45

Nglumpang Mlarak Perempatan Blabakan Dukuh I Sirtu 1,30

Setono Jenangan Sejanjang Serut Makadam 1,30

(11)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 10 Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Sendang Ngrayun Tumpak Salam Ngringin-Pasar Makadam 4,50

Singosaren Jenangan Segaran Jetak Makadam 2,70

Kesugihan Pulung Krajan Kebonagung Tanah 4,00

Bancar Bungkal Dusun Duwet Dusun Nglodo Sirtu 1,00

Bekare Bungkal Dusun Bugis Batas Desa Menggare Makada,Tanah 1,80

Sawoo

Sawoo

Jalan PU Sawoo

Tempuran Batas Desa Temon Makadam,Sirtu 2,90

Sawoo

Sawoo

Jalan PU Bina Marga

Prop Batas Desa Pangkal Makadam,Sirtu 2,10

Totokan

Mlarak Pertigaan Bendo

Batas Desa

Serangan/Bakalan Makadam,Tanah 3,30

Bekare Bungkal Dusun Bugis Dusun Kepandean Tanah 2,40

Mrayan Ngrayun Jalan PU Montongan Gunung PUyang Makadam 1,70

Mrayan Ngrayun Pakel Gawangan Makadam,Tanah 4,50

Tumpuk Sawoo Dusun Salam Dusun Nggondang Tanah 1,50

Duri Slahung Desa Brambang Desa Brambang Tanah 0,50

Wonodadi Ngrayun Krajan Krajan Makadam 3,00

Badegan Badegan Dukuh Nglambong Dukuh Nglambong Tanah 0,85

Badegan Badegan Dukuh Badegan Dukuh Nglambong Tanah 1,80

Somoroto Kauman Jl. Intan Gandini Batas Desa Maron Tanah 1,526

Somoroto Kauman Jl. Parang Garuda Batas Desa Maron Tanah 0,50

Somoroto Kauman Jl. Dorowati Jl. Sayang Ayu Tanah 0,90

Ngrandu Kauman Dukuh Ngeluk Dukuh Bulur Tanah 1,00

Ngrandu Kauman Jalan PUK Batas Desa Tanah 0,20

Japan Babadan Desa Sidorejo Desa Sidorejo Tanah 1,00

Japan Babadan Desa Babadan Desa Pondok Tanah 0,575

Japan Babadan Desa Krajan Desa Krajan Tanah 0,35

Japan Babadan Desa Krajan Desa Krajan Tanah 0,225

Ngrupit Jenangan Jalan PU Janti-Nguprit Desa Sedah Tanah 1,00

Ngrupit Jenangan Jl. Dusun Krajan Gentan Tanah 1,50

Bedi Wetan Bungkal Dukuh Krajan Dukuh Krajan Tanah 0,80

Ketonggo Bungkal Dusun Ketonggo Dusun Ketonggo Tanah 0,80

Menggare Slahung Krajan Yanglung Tanah 0,60

Prayungan

Sawoo

Jalan DJalan PU/Balai Desa

Perbatasan Desa

/Jalan Ngindeng Tanah 1,00

Mlarak Mlarak Purworejo Ngledok Makadam 0,30

Mlarak Mlarak Purworejo Pelem Bebek Makadam 0,85

Mrayan

Wonodadi Ngrayun Gamping Sendang Makadam 2,50

(12)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 11 Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan

Jajar Batas Wonodadi Makadam 1,30

Ngadisanan Sambit Gangin Banyu Gong Aspal 2,00

Semanding

Kauman

Dukuh Bentong/Jalan

PU Desa Tosanan Makadam 0,40

Karang Joho Badegan Dukuh Bandar Dukuh Mitir Aspal 1,80

Blembem Jambon Ngadirejo Wetan Nagdirejo Kulon Tanah 0,90

Jambon Jambon Krajan Dusun Sumpel Tanah 1,50

Jambon Jambon Dukuh Bureng Batas Desa Blembem Tanah 1,00

Blembem Jambon Dukuh Sekaran Tanah 1,00

Blembem Jambon Tunjungan Dukuh Tanah 0,68

Ngilo-Ilo Slahung Pengkol Pasar Desa Tanah 0,50

Slahung Slahung Tengger Tengger Tanah 0,60

Slahung Slahung Tengger Tengger Tanah 1,00

Slahung Slahung Tengger Gembes Tanah 4,00

Binade

Ngrayun Krajan

Pucang Ombo

Tegal/Ombo Pacitan Makadam 1,50

Baosan Lor Ngrayun Ngembel Bon Kandang Tanah 0,95

Baosan Lor Ngrayun Banu Sendang Tanah 3,45

Baosan Lor Ngrayun Ngembel Perbatasan Ngrayun Makadam 4,95

Sendang Ngrayun Tawing Putuk Makadam 1,10

Sendang Ngrayun Pagersari Milir Tanah 1,27

Wonodadi Ngrayun Krajan Manggis Makadam,Aspal 4,00

Nglarangan Kauman Dukuh Ngarangan I Kidul Kali Tanah 0,55

Nglarangan Kauman Dukuh Ngarangan I Dukuh Ngarangan I Tanah 0,35

Slahung Slahung Gembes Gembes Tanah 3,00

Semanding

Kauman

Dukuh Dampak/Jalan

PU Desa Pulosari Makadam 1,50

Sampung Sampung Dusun Boworejo Bi Babat Aspal 3,00

Kauman Kauman Dusun Tengah Dusun Tengah Grosok 0,60

Ploso Jenar Kauman Ploso Jenar Ploso Jenar Tanah 1,00

Pengkol Kauman Pengkol Pengkol Tanah 0,70

Semanding Kauman Dukuh Bentong Dukuh Klampean Makadam 1,00

Kranggan

Sukorejo

Dukuh Jayengranan

RT 01/01 Batas Desa Nampan Tanah 2,50

Sukosari Babadan Danyang Jogoragan Makadam 2,10

Sukosari Babadan Krajan Krajan Makadam 0,90

Sukosari Babadan Krajan Demung Makadam 1,00

Lembah Babadan Jl. Kojang Manden/Ngrupit Aspal 0,90

Lembah Babadan Desa Jajar Desa Jajar Aspal 2,20

(13)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 12 Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Purwosari Babadan Jl. Kojang Manden/Ngrupit Aspal 3,00

Lembah Babadan Asem Growong Malang Makadam 0,60

Kertosari Babadan Jl. Grinsing Jl. Grinsing Aspal 0,60

Kadipaten Babadan

Lingkungan Jurang

Gandul Jalan Kabupaten Aspal 3,00

Kadipaten Babadan Lingkungan Tengah Jurang Gandul Aspal 0,30

Kadipaten Babadan Lingkungan Tengah Kebon Aspal 0,30

Japan Babadan Jl. Ki Lelono Jl. Ki Lelono Aspal 0,60

Panjeng Jenangan Perempatan Batas Desa Makadam 0,50

Singosaren Jenangan Segaran Segaran Lapen 0,60

Singosaren Jenangan Semampir Semampir Makadam 0,30

Mrican Jenangan Krajan Trenceng Makadam 3,00

Kemiri Jenangan Krajan Desa Tumpuk Makadam 1,50

Brahu Siman Besaran Krajan Aspal 0,70

Brahu Siman Krajan Krajan Tanah 0,525

Bajang Mlarak Bajang Bajang Tanah 0,20

Mangunsuman Siman Jalan Kabupaten Jalan Abiyoso Aspal 0,20

Prajegan Sukorejo Jalan PU

Batas Desa

Kedungbanteng Tanah, Makadam 1,00

Kedungbanteng Sukorejo Dusun Tambang Dusun Tambang Makadam 0,75

Sidorejo Sukorejo Dusun Buyanan Jangglengan Grosok Gamping 1,50

Bangun Rejo Sukorejo Dukuh Walikukun Dukuh Walikukun Tanah 1,00

Karanglo Lor Sukorejo Desa Kulon Desa Kulon Makadam 0,75

Sidorejo Sukorejo Dusun Gadel/Jl. SDN Gelang Lor Grosok Gamping 0,70

Prajegan Sukorejo Karang/Prajegan Burungan/Gegeran Tanah 1,00

Gelang Lor Sukorejo Menggeng Batas Desa Gegeran Tanah 0,20

Gelang Lor Sukorejo Menggeng Menggeng Tanah 0,20

Kranggan Sukorejo Krajan Krajan Tanah 0,50

Talun Ngebel Krajan Talun Dusun Sedayu Makadam 3,50

Pulung Merdiko Pulung Krajan Segropyak Aspal 0,70

Tegalrejo Pulung Krajan Krajan Makadam 2,00

Bedrug Pulung Bentis Jati Makadam 1,50

Karangpatihan Pulung Selodono Malangsari Makadam 0,50

Pomahan Pulung Sabil Pohijo Makadam 0,30

Jabung Mlarak Jalan PU

Batas Desa

Wonoketro Jetis Makadam 1,00

Nglumpang Mlarak Dukuh IV Dukuh IV Tanah 1,30

Kaponan Mlarak Jalan PUK Jabung Mlarak Aspal 1,20

Joresan Mlarak Joresan Batas Moko Aspal 1,10

Tugu Mlarak Pojok Bondrang Makadam 0,15

Kaponan Mlarak Pertigaan Jeblok

Batas Desa

(14)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 13 Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Suren Mlarak Jalan PUK Batas Desa Makadam 2,00

Ngadisanan Sambit Sanan Sanan Aspal 0,70

Mojomati Jetis Mojomati II Mojomati I Tanah 2,222

Kutuwetan Jetis Dusun I Dusun I Aspal 0,70

Kutuwetan Jetis Bulus Sidorejo Tanah 0,70

Bedi Kulon Bungkal Bedi Kulon Bedi Kulon Tanah 1,00

Bancar Bungkal Dusun Nglodo Desa Nglodo Sirtu 0,90

Koripan Bungkal

Dusun Banyu

Panguripan Batas Desa Tiron Makadam 3,00

Koripan Bungkal Dusun Penanggungan Batas Desa Koripan Tanah Dan 3,50

Munggu Bungkal Muwung Dusun Bungur Tanah 6,50

Munggu Bungkal Muwung Ngemplak Aspal 0,68

Munggu Bungkal Muwung Sumber Rejo Aspal 1,00

Belang Bungkal Belang Keplekan Tanah 3,00

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Tanah 0,60

Belang Bungkal Belang Batas Desa Bungkal Tanah 1,60

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Tanah 0,75

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Makadam 0,75

Belang Bungkal Dusun Gondang Dusun Kanigoro Aspal 0,80

Munggu Bungkal Muwung Sumber Sari Makadam 2,50

Munggu Bungkal Muwung Pager Aspal 1,50

Bancar Bungkal Bancar Bancar Sirtu 0,75

Sambi Lawang Bungkal Dusun Suki Dusun Suki Tanah 1,60

Sambi Lawang Bungkal Dusun Bandang Dusun Ngijo Tanah 1,80

Bareng Pudak Tajem Moncol Makadam,Tanah 5,00

Bareng Pudak Duwet Tengger Makadam 2,50

Tambang Pudak Krajan Krajan Aspal 1,00

Pudak Wetan Pudak Dusun Ngelo Dusun Ngelo Tanah 1,50

Pudak Kulon Pudak Dukuh Toro Dukuh Toro Aspal 0,20

Pudak Kulon Pudak Dukuh Toro Dukuh Toro Aspal 2,50

Pudak Wetan Pudak Dusun Ngelo Kali PUter Tanah 2,50

Banjar Rejo Pudak Krajan Dukuh Makadam 1,50

Banjar Rejo Pudak Bedog Dukuh Makadam 1,00

Banjar Rejo Pudak Dukuh Gempol Makadam,Tanah 3,50

Ngadirojo Sooko Dukuh Krajan Dukuh Wates Makadam 6,00

Desa Ngadirojo Sooko

Dukuh

Krajan-Ngadirojo

Dukuh Buyut

Ngadirojo Makadam 8,00

Desa Suru Sooko Dusun Popongan Dusun Popongan Makadam 3,00

Desa Bedoho Sooko Dusun Sepung Dusun Jetis Aspal 2,00

(15)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 14 Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Desa Ngadirojo Sooko Dukuh Karang Rejo-Ngadirojo

Dukuh Karang

Rejo-Ngadirojo Makadam 3,00

Desa Ngadirojo Sooko Dukuh Ploso Dukuh Ploso Makadam 3,50

Jurug Sooko Setumbal Plongko Makadam 2,50

Bondrang Sawoo Jotongan Jotongan Makadam 0,70

Sawoo Sawoo Jalan PU Bina Marga

Prop

Batas Desa

Prayungan Makadam, Sirtu 1,70

Temon Sawoo Senarang Tunggangan Tanah 2,00

Temon Sawoo Senarang Bentis Makadam 1,50

Sriti Sawoo Dung Petung Tanggul/Temon Tanah 2,60

Tempuran Sawoo

Darungan

Batas Desa

Tempuran-Desa Sriti Makadam 2,00

Tempuran Sawoo Tempuran Batas Desa Dermosari Tanah 3,00

Ngilo-Ilo Slahung Suka Maju Suka Maju Tanah 1,00

Tegalrejo Pulung Krajan Sawur Makadam 1,50

Karangpatihan Pulung Krajan Selodono Makadam 0,70

Besuki Sambit Putuk Wilangan Bedagan Tanah 1,50

Bungu Bungkal Desa Bungu Desa Bungu Sirtu 1,10

Ketro Sawoo Ketro Selatan Ketro Aspal 0,3

Biting Badegan Dukuh Temon Dukuh Brangkal Aspal 0,4

Baosan Kidul Ngrayun Gedangan Kali Jabug Makadam,Tanah 7,00

Ngrandu Kauman Jalan PU Dukuh Ngeluk Makadam,Tanah 2,50

Ngasinan Jetis Sumbersari Samen Makadam,Tanah 1,90

Bajang Balong Jalan PUK

Balong-Ngasinan Jalan Desa Katekan Tanah Sirtu 0,825

Selur Ngrayun Jalan PU Selur

Tenggaran Batas Desa Sidomulyo Tanah 0,50

Selur Ngrayun Ngelos Putuk Tanah 2,00

Cepoko Ngrayun Gunung Gede Batas Desa Poyong Makadam 6,00

Pondok Babadan Pondok Ngrambang Aspal 0,70

Madusari Siman Majasem Majasem Tanah 0,30

Pelem Bungkal Dukuh Pelem Dukuh Swari Tanah 5,25

Tambang Pudak Krajan Tengger Tanah 0,70

Bareng Pudak Ngecek-Ecek Wot Duwur Makadam 3,65

Temon Sawoo Mloko Legi Tumpak Tanah 0,70

Temon Sawoo Senarang Tanggul Tanah 0,50

Tumpak Pelem Sawoo Karangbendo Tumpak Andong Tanah 0,70

Tugu Mlarak Pojok Pojok Tanah 0,45

Siman Siman Jalan PUK

Jeruksing-Jabung

Batas Kelurahan

Probosuman Tanah 0,80

Bajang Mlarak Jalan PUK

Jeruksing-Jabung/Persawahan

Perbatasan Desa

Kaponan/Persawahan Tanah 1,00

Gontor Mlarak Jalan PUK Jabung

Mlarak

Jalan PUK Jabung

(16)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 15 Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Suren Mlarak Wonojati-Suren Jalan Desa Tanah 1,50

Pudak Kulon Pudak Dukuh Toro Dusun Pandan Sari Tanah 3,00

Truneng Slahung Dusun Setono Dusun Setono Tanah 0,45

Bekare Bungkal Dusun Bugis Dusun PUnung Tanah 0,65

Pangkal Sawoo Pangkal Pangkal Tanah 1,00

Sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo, 2008

B.3.

Kondisi Lingkungan Permukiman

Kondisi lingkungan perumahan permukiman di beberapa lokasi pada wilayah perkotaan Ponorogo termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter. Penentuan permukiman kumuh (slum) didasarkan pada 4 kondisi yaitu kondisi bangunan (mayoritas non permanen), kondisi sarana prasarana (MCK, air bersih, saluran buangan, sanitasi, listrik, gang lingkungan terkesan jorok dan menjadi sarang penyakit), kondisi lokasi, dan kondisi sosial ekonomi.

Sedangkan gambaran permukiman squaters lebih pada permukiman yang berlokasi di daerah bukan difungsikan sebagai kawasan permukiman dan atau terletak di daerah rawan bencana (bantaran sungai, sempadan jalan, bahu jalan, sempadan rel kereta api). Tabel berikut memaparkan beberapa desa/kelurahan dengan perumahan permukimannya yang termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter.

Tabel 7. 5

Kawasan Permukiman Kumuh (slum) dan Squatters di Perkotaan Ponorogo dan Perkotaan IKK

No Kecamatan Kategori Lokasi Desa/kel Keterangan

1 Babadan

Slum & Squatter Cekok sempadan sungai,kawasan rawan bencana Squatter Ngunut rawan banjir karena berada di sempadan

sungai

Slum Kadipaten dan Japan rawan banjir karena berada di sempadan sungai

Slum Purwosari kawasan irigasi mulai dikembangkan sebagai kawasan permukiman besar 2. Jenangan Slum & Squatter Mrican rumah-rumah non permanen

Squatter Pintu warung/toko yang berada di sempadan jalan

Slum Panjeng permukiman kondisi sebagian besar non-permanen, kawasan rawan bencana Slum & Squatter Kemiri kawasan rawan bencana

Slum Nglayang, Paringan, dan Wates

kawasan rawan bencana

3. Slum Jarak standar kesehatan rendah

(17)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 16

No Kecamatan Kategori Lokasi Desa/kel Keterangan

Siman kesehatan rendah

Slum & Squatter Pijeran kawasan standar kesehatan rendah Slum Madusari, Beton,

Ngabar, Ronowijayan, dan Brau

rawan banjir dan genangan krn berada di sempadan sungai

4. Sukorejo Slum Morosari, Sragi, Lengkong, Prajegan, dan Serangan

kawasan standar kesehatan rendah

Slum & Squatter Kedungbanteng kawasan standar kesehatan rendah 5. Ponorogo Slum & Squatter Tambakbayan kawasan rawan bencana daerah bantaran

sungai

Slum & Squatter Paju kawasan rawan bencana daerah bantaran sungai Sekayu

Slum & Squatter Kauman dan Pinggirsari kawasan rawan bencana daerah bantaran sungai (Sungai Sekayu dan

Tambakkemang) Slum & Squatter Beduri,

Jingglong,Keniten

kawasan rawan genangan air/banjir

6. Badegan Slum & Squatter Biting, Dayakan, Kapuran, dan Badegan

daerah rawan bencana longsor dan tepi sungai

7. Balong Slum & Squatter Ngampel, Tatung, Balong, Purworejo, Sedarat, Jalen, Bajang, Ngumpul dan Bulak

daerah rawan bencana longsor dan tepi sungai

C. Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman

C.1. Permasalahan Pengembangan Permukiman

Secara umum beberapa pokok permasalahan terkait pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Ponorogo(baik kawasan perkotaan dan pedesaan), antara lainsebagai berikut:

1. Adanya backlog rumah di hampir setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Ponorogo. 2. Masih terdapatnya permukiman kumuh pada beberapa lokasi khususnya di Perkotaan

Ponorogo. Dimana prasarana dan sarana pada lokasi permukiman kumuh tersebut masih minim.

3. Permasalahan akses perdesaan yaitu dengan kondisi jalan sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian. Sebagian jalan masih banyak yang belum diaspal.

(18)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 17 C.2. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Seiring dengan peningkatan jumlah kebutuhan perumahan penduduk dan sekaligus untuk mengatasi permasalahan permukiman yang ada di Kabupaten Ponorogo, maka perlu ada upaya untuk pengembangan permukiman di Kabupaten Ponorogo yang sesuai dengan karakteristik penduduk dan lahan yang ada. Hal itu penting diperhatikan terutama untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang diakibatkan oleh perubahan guna lahan.

C.1.a. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

Di wilayah Kabupaten Ponorogo terdapat kecenderungan bahwa pertumbuhan permukiman di perkotaan berjalan dengan pesat dengan dimotori oleh wilayah Kecamatan Ponorogo sebagai pusat dari Kabupaten Ponorogo. Beberapa usulan program dan kegiatan terkait kebutuhan dan permasalahan pengembangan permukiman khususnya di kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 - 2018 adalah Infrastruktur kawasan permukiman perkotaan : Penyediaan PSD permukiman di kawasan RSH.

C.1.b. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

Pertumbuhan permukiman di Kabupaten Ponorogo masih cenderung terpusat di wilayah perkotaan. Sedangkan permukiman perdesaan tidak berjalan dengan pesat dan pertumbuhan cenderung berjalan lambat karena tidak terdapat fungsi guna lahan yang dapat menarik pergerakan ke arahnya dan kondisi morfologi yang berbukit di Jenangan dan Siman serta minimnya sarana prasarana kebutuhan masyarakat. Diharapkan adanya pemerataan fungsi dan kegiatan di daerah luar wilayah Perkotaan Ponorogo yang nantinya akan memicu pertumbuhan di wilayah di Kabupaten Ponorogo.

(19)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 18 7.1.2 Sasaran Program

(20)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 19

7.2.

Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam penataan bangunan dan lingkungan, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.2.1 Kondisi Eksisting

A. Data kondisi Perda Bangunan Gedung dan NSPK lainnya di kabupaten/kota (IMB, SLF, TA-BG, dan Pendataan BG)

Kepadatan bangunan di wilayah Perkotaan Ponorogo rata-rata memiliki kepadatan bangunan rendah (1-35 unit/Ha). Dimana sebagian besar desa/kelurahan (86 desa/ kelurahan) memiliki kepadatan rendah, sedangkan 1 desa/ kelurahan memiliki kepadatan sedang dan tidak ada desa/kelurahan yang memiliki kepadatan tinggi. Dari keseluruhan kecamatan yang ada, kepadatan bangunan tertinggi terdapat di Kecamatan Siman yaitu dengan kepadatan rata-rata 4,28 unit/Ha. Sedangkan kepadatan bangunan terendah terdapat di Kecamatan Jenangan dimana rata-rata kepadatan di kecamatan ini adalah 2,05 unit/Ha. Terdapat satu kelurahan di kecamatan Ponorogo yaitu Kelurahan Taman Arum yang memiliki kepadatan bangunan mencapai 26,59 unit/Ha.

Pola penataan lingkungan di wilayah Perkotaan Ponorogo meliputi pola penataan lingkungan perumahan yang berbentuk radial, linier dan tersebar. Pola penataan radial adalah pola penataan perumahan yang cenderung memusat pada suatu kawasan tertentu karena adanya pemusatan pelayanan, fasilitas, dan lain sebagainya. Pola ini pada umumnya terdapat di kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan (IKK). Sedangkan pola penataan linier adalah penataan lingkungan yang cenderung linier mengikuti jaringan jalan yang ada. Perumahan pada pola ini pada umumnya terletak di sepanjang jalan utama atau jalan-jalan yang banyak menimbulkan bangkitan lalu lintas. Untuk pola tersebar, adalah pola penataan lingkungan yang cenderung menyebar pada seluruh kawasan yang pada umumnya terjadi pada perumahan pinggiran kota.

B. Kondisi kota pusaka, kota hijau (RTH, Kebun Raya, Bangunan Gedung Hijau) dan kawasan strategis lainnya

Kawasan peruntukan tata hijau kota mencakup pola, skala, tatanan ruang terbuka menurut kebutuhan hidup kota. Dalam hal ini kawasan peruntukan ruang hijau terdapat di Kota Ponorogo. Di Kota Ponorogo ruang terbuka jenis ini meliputi taman kota, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, makam, dan lapangan olah raga.

a. Taman Kota : 77.265 m2

(21)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 20

▪ Taman Sukowati : 2800 m2

▪ Pendopo Kabupaten : 6200 m2

▪ Taman air Mancur : 1.042,5 m2

▪ Taman Perempatan Jalan : 95,78 m2

▪ Tugu Batas Kota : 2400 m2

▪ Taman lainnya : 27.526,72 m2

b. Hutan Kota : 122.975 m2

c. Jalan : 499 km

d. Jalur Sungai : 17.000 m2

e. Makam : 326.634 m2

f. Pekarangan : 4.660.000 m2

g. Rekreasi dan olah raga : 323.400 m2

▪ Taman wisata Ngembag : 12.451 m2

▪ Gor : 4.900 m2

Joging track : 7500 m2

▪ Stadion Batoro katong : 48.165 m2

▪ Sawah perkotaan : 20.750.000 m2

Secara garis besar, fungsi RTH Kota Ponorogo terbagi menjadi dua, yaitu fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik). RTH yang mempunyai fungsi intrinsik meliputi RTH Hutan Kota, dan RTH Jalur Hijau Sempadan Sungai, karena ketiganya mempunyai fungsi utama sebagai fungsi ekologis yang mempunyai tujuan utama untuk menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik dan terdiri dari beberapa fungsi, seperti pengendali banjir, penyerap air hujan, penyegaran udara, pemeliharan ekosistem tertentu, dan sebagainya. Sementara itu ke – 6 RTH lainnya tergolong RTH yang mempunyai fungsi ekstrinsik (fungsi tambahan) karena RTH tersebut berfungsi sosial, ekonomi, arsitektural serta merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan kota tersebut, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

1. Kondisi Kawasan Bersejarah/Tradisonal

Kabupaten Ponorogo memiliki kawasan bangunan bersejarah/tradisional yang yang memiliki nilai historis. Kawasan bangunan bersejarah/tradisional tersebut juga dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Berikut beberapa kawasan bersejarah/tradisional di Kabupaten Ponorogo:

▪ Makam Bathoro Katong di Desa Sentono Kecamatan Jenangan ▪ Makam Jayengrono di Kecamatan Pulung

(22)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 21 ▪ Masjid Jami’i Kabupaten Ponorogo

▪ Makam Kyai Ageng Mohammad Besari di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis ▪ Makam Merto Hadinegoro di Desa Tajug Kecamatan Siman

▪ Pondok Modern Gontor di Kecamatan Mlarak ▪ Ponpes Putri Al-Mawadah di Kecamatan Mlarak ▪ Ponpes Ar-Risalah di Kecamatan Slahung ▪ Ponpes Kyai Hasyim Ashari

Potensi wisata religi/budaya memberikan peran yang cukup besar terhadap perkembangan kegiatan ekonomi. Salah satu diantaranya adalah Kawasan Makam Kyai Ageng Mohammad Besari dan lingkungan disekitarnya (Kawasan Desa Tegalsari, Karanggebang, dan Mojorejo) yang berada di Kecamatan Jetis. Makam Kyai Ageng Mohammad Besari tepatnya berada di Desa Tegalsari. Dimana makam tersebut dilingkupi dengan bangunan-bangunan yang berumur rata-rat tergolong tua, berkepadatan tinggi, dan masih tersedia cukup lahan terbuka. Adapun kondisi lebih detail yang ada di lingkungan Makam Kyai Ageng Mohammad Besari sebagai berikut:

a. Bangunan

Bangunan cungkup masjid terdiri dari dua buah tipe, yaitu cungkup Kyai Ageng Besari, beratap Tajug, sedangkan di sebelahnya juga atap tajug yang didempetkan sehinnga membentuk tajug loro.

b. Ruang Luar

Masih banyak terdapat lahan kosong di sekitarnya dan letak makam berada tepat di belakang bangunan masjid, atau berada pada sebelah baratnya.

c. Penanda

Perbedaan ketinggian dan peletakan makam juga tergantung dari statusnya, semakin keramat status bangunan maka semakin tinggi pula bangunan tersebut.

(23)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 22 2. Kondisi Sarana dan Prasarana Pemadam Kebakaran Kabupaten Ponorogo

Sarana instansi pemadam kebakaran merupakan bangunan pemadam kebakaran yang disediakan untuk menanggulangi kebakaran pada suatu wilayah. Bangunan pemadam kebakaran pada wilayah Kabupaten biasanya memiliki status bangunan Pos Pemadam Kebakaran (PPK). Di Kabupaten Ponorogo terdapat bangunan PPK dengan luas lahan ± 200 m2. Sarana yang tersedia pada bangunan PPK Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 7. 6

Sarana dan Prasarana Pemadam Kebakaran Kabupaten Ponorogo

Klasifikasi Keterangan

Jenis PMK UPT

Lokasi Jl. Alun-Alun Utara No.9 Komp. Perkantoran Pemda Ponorogo Kec. Ponorogo, Kab. Ponorogo

Struktur Organisasi Pos Pemadam Kebakaran Jumlah Personil 35 Org (Sistem sif)

- Shift Pagi 07.00-14.00 WIB (7 org) - Shift Siang 14.00-21.00 WIB (7 org) - Shift Malam 21.00-07.00 WIB (7 org Ketersediaan

Peralatan

- 3 Unit Mobil Pemadam - 1 Unit Mobil Patroli - 2 Unit Sepeda Motor - 7 Pcs Baju Anti Panas - 7 Pcs Sepatu Anti Panas - 2 Unit Breathing Apparatus - 12 Unit Selang 20 meter

Sumber : UPT Pemadam Kebakaran, Kabupaten Ponorogo

Selain tersedianya bangunan pos pemadam kebakaran, terdapat juga prasrana hydrant yang berpusat di Kecamatan Ponorogo. Terdapat 22 buah hydrant yang tersedia dan 20 diantaranya merupakan hydrant yang aktif. Berikut merupakan lokasi detail beberapa hydrant aktif di Kabupaten POnorogo :

▪ Jalan Sinduro / Ahmad yani (1 hidran aktif) ▪ Jalan Kesatrian (1 hidran aktif)

▪ Jalan Sultan Agung (1 hidran aktif) ▪ Jalan Batoro Katong ( 2 hidran aktif) ▪ Jalan Semeru (1 hidran aktif)

▪ Pasar Songgolangit (2 hidran aktif) ▪ Pasar Legi (1 hidran aktif)

(24)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 23 Dari 10 hydrant yang ada, terdapat 4 hydrant yang sering dipergunakan yaitu hydrant yang terletak di Jl. Sinduro/Ahmad Yani, Jl. Kesatrian dan Jl. Batoro Katong.Selain bangunan pos pemadam kebakaran dan ketersediaan hydrant, belum tersedia sarana dan prasarana lainnya di Wilayah Kabupaten Ponorogo.

C. Potensi dan tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Beberapa isu permasalahan terkait penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Ponorogo antara lain sebagai berikut:

a. Beberapa bangunan/kawasan yang ada di Kabupaten Ponorogo memerlukan perawatan karena merupakan bangunan/kawasan yang bersejarah, misanya bangunan Masjid Tegalsari dan kawasannya, Makam Setono dan kawasannya serta masih banyak lagi bangunan dan kawasan yang memerlukan konservasi, renovasi,restorasi, maupun preservasi.

b. Penandaan wilayah Ponorogo yang kental dengan bentuk budaya dan ornamen reog yang mulai tereliminasi oleh bentuk bangunan modern

c. Keberadaan RTH perkotaan yang mulai berkurang untuk pengembangan perumahan

D. Data lain yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan

Kebutuhan Hydrant Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Tidak ada tempat kerja yang dapat dijamin bebas resiko dari bahaya kebakaran. Kebakaran di tempat kerja dapat membawa konsekuensi yang berdampak merugikan banyak pihak baik bagi pengusaha, tenaga kerja maupun masyarakat luas. Atas dasar hukum Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,

Pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

(25)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 24 standar. Serta berdasarkan SNI 03-3989-2000 tentang pipa tegak yang mengatur sistem hydrant. Agar bahaya kebakaran tidak semakin membesar maka pemasangan hydrant kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung akan menjadi suatu keharusan. Pengawasan dan pengujian instalasi hydrant kebakaran dan APAR untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut agar tetap berfungsi dengan baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

Kebutuhan hydrant disesuaikan dengan wilayah manajemen kebakaran (WMK) yang telah dianalisis. Pada pusat Kabupaten, dibutuhkan pengaktifan seluruh hydrant yang tersedia. Dari 10 buah hydrant, terdapat 6 buah hydrant yang belum aktif. Dari 6 hydrant tersebut dapat digunakan. Sedangkan pada wilayah manajemen kebakaran lain perlu disediakan 1-2 hydrant pada WMK lingkup mikro yang menaungi radius 1-2,5 km mencakup Kecamatan Sampung, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kauman, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Pudak, Kecamatan Sooko, Kecamatan Sawoo, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Sambit, Kecamatan Balong, Kecamatan Brungkal dan Kecamatan Ngrayun, maka dibutuhan hydrant sebanyak 15 hydrant.

Pada WMK lingkup makro yaitu WMK 2 Kecamatan Jetis, WMK 3 Kecamatan Jambon, WMK 4 Kecamatan Pulung dan WMK 5 Kecamatan Slahung dibutuhkan 3 unit hydrant yang tersebar 1 unit pada radius 2,5 km dan 2 unit pada radius 7,5 km. Sehingga pada 4 WMK dibutuhkan minimal 12 unit hydrant. Perlu diperhatikan bahwa penyediaan hydrant pada WMK lingkup makro diutamakan dikarenakan cakupan manajemennya yang luas.

7.2.2 Sasaran Program,

(26)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 25

7.3.

Sektor Pengembangan

PLP

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.3.1 Kondisi Eksisting

A. Data terkait pengelolaan air limbah eksisting (terpusat maupun setempat)

Pada wilayah Kabupaten Ponorogo, sebagian besar dari masyarakat di kawasan permukiman telah menggunakan MCK sebagai sarana sanitasinya. Akan tetapi kebutuhan sarana sanitasi tersebut belum mampu melayani atau mencakup keseluruhan rumah tangga, ada beberapa rumah tangga di beberapa wilayah yang belum MCK. Sampai tahun 2008 prasarana dan sarana air limbah yang ada di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. 7

Prasarana dan Sarana Air Limbah di Kabupaten Ponorogo No. Prasarana dan sarana air

limbah

Jumlah (unit) Perkotaan Perdesaan 1. Fasilitas Jamban Pribadi

a. Tangki septik 6.996 14.842

b. Cubluk 11.463 24.319

c. Non tangki lainnya 7.452 15.809

2. Fasilitas Jamban Umum

a. Tangki septik 63 117

b. Non tangki 170 480

3. IPTL Belum ada

5. Truk 1

Sumber: Penyusunan Action Plan Pelayanan Bidang Permukiman Propinsi Jawa Timur

(27)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 26 Gambar 7.1. Pelayanan Prasarana dan Sarana Air Limbah Kabupaten Ponorogo

(28)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 27 B. Permasalahan Pengelolaan Air Limbah

Secara umum pengelolaan air limbah di Kabupaten Ponorogo belum terencana dengan baik. Hal ini dikarenakan belum adanya masterplan pengelolaan air limbah, yang dapat menjadi pedoman untuk merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah. Sementara itu dari dari segi penyediaan prasarana dan sarananya, yang menjadi permasalahan adalah belum adanya IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) khususnya di wilayah perkotaan Ponorogo maupun IPAL untuk daerah industri.

C. Kondisi eksisting pengelolaan persampahan di kabupaten/kota (TPA dan 3R)

Berdasarkan data dari Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ponorogo 2007, jumlah sampah yang dihasilkan oleh Kota Ponorogo setiap harinya sebesar 328 m3/hari. Akan

tetapi dari data analisa Manajemen Pengelolaan Persampahan Kota Ponorogo 2007, jumlah sampah di Kota Ponorogo sebesar 324,4 m3/hari. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

semua sampah masuk ke TPA, ada beberapa pengurangan/reduksi di beberapa TPS maupun dari sumber sampahnya. Pengurangan ini dilakukan melalui pengolahan secara mandiri atau berkelompok seperti composting, incinerator mini, pemulungan sampah di bak sampah rumah tangga dan di TPS , maupun yang dibuang sembarangan di luar TPS yang disediakan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ponorogo.

Pelaksanaan penanganan persampahan di wilayah Kota Ponorogo meliputi 4 kecamatan. Pelayanan tersebut mencakup area 1.128 Hektar dengan total luas wilayah 5.317 Hektar. Dengan adanya daerah pelayanan persampahan yang jelas, tentunya sangat membantu dan mempermudah Bidang Kebersihan dan Pertamanan Perkotaan Ponorogo, untuk memantau baik dalam pelaksanaan penanganan sampah maupun pengawasannya. Berikut daerah pelayanan persampahan Kota Ponorogo:

▪ Kecamatan Ponorogo dengan 16 kelurahan: Kel. Brotonegaran, Kel. Pakunden, Kel. Kepatihan, Kel. Surodikraman, Kel. Tonatan, Kel. Bangunsari, Kel. Tamanarum, Kel. Kauman, Kel. Tambak Bayan, Kel. Mangkujayan, Kel. Banyudono, Kel. Nologaten, Kel. Cokromenggalan, Kel. Keniten, Kel. Jengglong, Kel. Beduri

▪ Kecamatan Jenangan dengan 1 kelurahan: Kel. Singosaren

▪ Kecamatan Babadan 4 desa/kelurahan: Kel. Kertosari, Desa Cekok, Kel. Patihan Wetan, Kel. Kadipaten

▪ Kecamatan Siman dengan 3 kelurahan: Kel. Mangunsuman, Kel. Ronowijaya, Kec. Tajuk

(29)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 28 C.1. Sistem Pewadahan

Jenis pewadahan yang paling banyak dijumpai di Kota Ponorogo masih bersifat pewadahan tetap dari pasangan batu bata khususnya di kawasan perumahan. Wadah dari pasangan batu bata ini tidak efisien bagi gerobak pengumpul sampah yang melakukan kegiatan pengumpulan secara individual langsung, karena ketika petugas mengambil sampah dari bak sampah biasanya banyak sampah yang tercecer sehingga petugas harus mengumpulkan sampah-sampah yang tercecer tersebut. Selain itu sistem pewadahan untuk sampah belum dipilah/dipisah untuk sampah kering dan sampah basah. Sehingga memperlambat dalam proses daur ulang, karena sebelum didaur ulang sampah harus dipilah dahulu menurut jenisnya.

C.2. Sistem Pengumpulan

Pengumpulan sampah dari sumbernya di Kota Ponorogo biasanya ditampung menggunakan bak sampah (baik keranjang bambu maupun bak dari pasangan bata). Selanjutnya yang telah tertampung di bak sampah diangkut oleh petugas kebersihan RT/RW per kelurahan ke lokasi TPS dengan menggunakan sarana pengumpul sampah berupa gerobak sampah dan becak. Waktu pengambilan sampah umumnya dilakukan setiap hari.

Sementara itu sampah dari fasilitas umum dan jalan-jalan umum dikumpulkan oleh pasukan kuning/ penyapu jalan untuk selanjutnya dibawa ke TPS terdekat. Jumlah pasukan kuning yang bertugas di tiap-tiap lokasi bergantung dari luasnya daerah penyapuan. Jam kerja bagi pasukan kuning dalam melakukan tugasnya sehari-hari dibagi menjadi dua yaitu pagi (pukul 05.00 – 09.00) dan sore (pukul 15.00 – 17.00).

C.3. Sistem Tempat Penampungan Sementara (TPS)

(30)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 29 Tabel 7. 8

Lokasi Masing-masing TPS Kota Ponorogo

No TPS/Lokasi Kelurahan Yang

Menggunakan

3 TPS Jalan Bayangkara - Mangkujayan

Tonatan

5 TPS Jl. Pahlawan - Bangunsari

Bangunsari

9 TPS Stasiun/Jl Soekarno Hatta - Banyudono

(31)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 30

No TPS/Lokasi Kelurahan Yang

Menggunakan

14 TPS Jl. Udan Liris -Cokromenggalan

Cokromenggalan

TD III 1

Banyudono Nologaten

15 TPS Perum Kertosari

Kertosari

20 TPS Perum Keniten Keniten

Kontainer tanpa

landasan 1

21 TPS Terminal Seloaji – Cekok

Terminal Kontainer tanpa

landasan 2 Cekok

22 TPS Jl. Letjen Suprapto - Ronowjayan

Ronowijayan

Kontainer tanpa

landasan 1 Mangunsuman

Singosaren

23 TPS Jeruksing - Tonatan Ronowijayan Kontainer tanpa

landasan 1 Tonatan

24 TPS Pondok Gontor II - Ds. Madusari, Siman

Kompleks Pondok

Gontor II TD III 1

25 TPS Pasar Jetis - Ds. Jetis Jetis TD III 1

26 TPS Pasar Balong - Ds. Balong Balong TD III 1

27 TPS Pasar Sumoroto - Ds. Plosojenar

Plosojenar

TD III 1

Carat Sumoroto

28 TPS Kedung Banteng - Sukorejo Kedung Banteng TD III 1 29 TPS di Kelurahan Keniten/Pemda Keniten Pemda TD III 2

30 TPS timur kantor Camat Ngebel TD III 2

(32)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 31 Pada beberapa lokasi, jarak pengumpulan ke TPS masih belum memenuhi persyaratan, dimana untuk pengumpulan secara manual jarak maksimum adalah 1000 meter, misalnya TPS Terminal Seloaji. Selain itu peletakan TPS di beberapa lokasi belum memperhatikan aspek estetika, hygenis, dan kesehatan. Keberadaan beberapa TPS masih mengganggu aktivitas warga seperti:

▪ Mengganggu aktivitas pasar/perdagangan dan jasa: di TPS Pasar Ayam (Jl. Pacar-Tonatan), TPS Jl. Pahlawan, TPS Pasar Legi

▪ Mengganggu aktivitas permukiman/rumah tangga: TPS Jl. Bhayangkara, TPS Stasiun Lama (Jl. Sukarno-Hatta), TPS Imam Bonjol, TPS Pondok Mayak, TPS Perumahan Tajug, TPS Perum Keniten

▪ Mengganggu aktivitas perkantoran pada TPS Gedung Korpri (Kantor Bupati) dan aktivitas kesehatan pada TPS RSU Keniten

C.4. Sistem Pengangkutan Sampah

Sarana pengangkutan sampah yang dimiliki oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ponorogo tahun 2007 berupa truk sampak/dump truk yang berjumlah 2 unit dengan kapasitas 7 m3 dan arm roll truk berjumlah 4 unit kapasitas 7 m3. Sedangkan

untuk sistem pengangkutan sampahnya, menggunakan sistem kontainer tetap. Dimana kendaraan pengangkut keluar dari pool (DKP) langsung menuju ke TPS kemudian membawa kontainer yang berisi sampah menuju TPA. Dari TPA, kendaraan truk (baik dump truk maupun arm roll truk) dengan kontainer kosong menuju kontainer yang berisi sampah di TPS berikutnya sampai dengan rotasi yang terakhir.

(33)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 32 Tabel 7. 9

Kondisi Pengangkutan Eksisting pada Tempat Pemindahan yang ada di Kota Ponorogo Sarana

Pengangkutan No Truk Daerah Pelayanan Volume m

3 Pengambilan Perum Singasaren 7 Tiap hari Jl. Letjen Suprapto 7 Tiap hari Ds. Cokromenggalan 7 1 hari sekali Perum Keniten 7 1 hari sekali

Sumber : Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ponorogo, 2007

C.5. Kondisi Sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

TPA yang digunakan sebagai tempat tujuan akhir pembuangan sampah dari Kota Ponorogo adalah TPA Mrican yang berada di Kecamatan Jenangan. TPA Mrican memiliki luas lahan 17.772 m2 dan kapasitas tampung mencapai 1.964.941 m3, sedangkan

untuk status lahan TPA milik PEMDA Kabupaten Ponorogo. Beberapa sarana dan prasarana yang telah ada dan terbangun di TPA Mrican adalah sebagai berikut:

(34)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 33 ▪ Dinding/tanggul penahan untuk cell sampah yang bertujuan untuk membatasi cell

sampah agar tidak terjadi pemasukan air ke dalam area cell sampah.

▪ Jalan akses (jalan lokal) menuju lokasi TPA, dengan kondisi jalan cukup sempit/kecil, sehingga truk yang masuk mengalami kesulitan

▪ Terdapat 1 unit bulldozer dan 1 unit excavator

Pada awalnya operasi dan pelaksanaan pengelolaan sampah di TPA Mrican menggunakan sistem control landfill. Sistem control landfill merupakan sistem pelapisan di dalam area penimbunan dan ditutupi dengan lapisan tanah tiap harinya atau akhir periode pelaksanaan. Akan tetapi pada kenyataannya, sistem control landfill ini sulit di-implementasikan di TPA Mrican.

C.6. Permasalahan Pengelolaan Persampahan

Beberapa permasalahan persampahan yang terjadi di Kota Ponorogo antara lain sebagai berikut:

1. Jumlah timbulan sampah di Kota Ponorogo semakin meningkat (rata-rata 328 m3/hari)

tanpa diikuti upaya reduksi sampah oleh masyarakat.

2. Permasalahan jumlah dan kondisi sarana pengelolaan sampah di Kota Ponorogo, baik dalam pewadahan, pengumpulan, pemindahan maupun pengangkutan:

- Tidak meratanya armada/gerobak, wilayah padat penduduk armada yang tersedia terbatas bahkan kekurangan sehingga masih banyak sampah yang menumpuk dan tidak terangkut petugas pengumpul.

- Kurangnya jumlah kontainer yang dapat menampung jumlah timbulan sampah + 324,4 m3/hari.

- Kinerja sarana pengangkutan sampah yang tidak merata, karena ada sarana pengangkutan yang melayani pengangkutan sampah dalam banyak trip setiap harinya.

3. Permasalahan TPS dan sarana prasarana pendukungnya:

- Pada beberapa lokasi jarak pengumpulan ke TPS masih belum memenuhi persyaratan, dimana untuk pengumpulan secara manual jarak maksimum adalah 1000 meter, seperti TPS Terminal Seloaji.

- Landasan container pada beberapa TPS kurang terawat, seperti TPS Jl. Anggrek

- Akses menuju beberapa lokasi TPS sangat sempit untuk di lalui arm roll seperti TPS Jl. Letjen Suprapto.

(35)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 34 - Luas lahan TPA terbatas dan perencanaan TPA hanya untuk 8-10 tahun sehingga

diperlukan alternative lokasi TPA baru.

- Sistem atau mekanisme control terhadap operasional pengolahan sampah belum ada karena belum ada SOP (Standart Operasional Prosedur) terhadap pengolahan sampah di TPA.

- Belum ada pengontrolan dan evaluasi terhadap masuknya sampah yang terindikasi mengandung limbah B3

- Belum ada jembatan timbang untuk mengetahui jumlah sampah yang masuk ke TPA.

- Kondisi prasarana jalan menuju lokasi TPA cukup sempit/kecil, sehingga truk yang masuk mengalami kesulitan karena kurang leluasa

- Peralatan operasional tidak sebanding dengan volume sampah yang masuk karena keterbatasan dana untuk penambahan peralatan maupun pengadaan tanah urug.

- Operasional control landfill cenderung berubah menjadi open dumping.

5. Kurangnya kesadaran/peran serta sebagian warga di Kota Ponorogo untuk membuang sampah pada tempatnya.

6. Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan program antar Bidang Kebersihan dan Pertamanan dengan dinas lain dalam menangani persampahan di Kota Ponorogo

D. Kondisi eksisting drainase permukiman

Pada umumnya di Kota Ponorogo sudah dilayani oleh saluran-saluran drainase, mulai saluran drainase kwarter, tersier, sekunder dan sebagai buangan akhir adalah saluran alam sebagai saluran primer.

1. Saluran drainase primer

Kondisi saluran drainase primer yang merupakan saluran alam (berupa sungai) yang melewati Kota Ponorogo menyesuaikan dengan kondisi morfologi alirannya. Berikut uraian kondisi saluran alam (sungai) dan afvour sebagai saluran drainase primer di Kota Ponorogo:

a. Kali Ketegan di hulu dan di hilir mempunyai kondisi dasar sungai yang berbeda. Di bagian hulu sungai dibangun Dam Cokromenggalan sehingga dasar sungai di bagian hulu ini relatif lebih tinggi dibanding dengan di hilir karena efek sedimentasi akibat pembendungan. Jika terjadi banjir maka pada bagian hulu muka air akan meluap terlebih dahulu karena penampang alur tidak mampu. Karena Kali Jaraan pada bagian hilir ini bermuara di Kali Sekayu, maka banjir di Kali Sekayu akan berpengaruh pada tinggi muka air di Kali Jaraan.

(36)

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya |7- 35 cukup dalam kurang lebih 5,0 m dengan lebar sungai antara 8,0 m s/d 15,0 m setelah Dam urung-urung. Sepanjang kiri dan kanan sungai ditumbuhi dengan semak belukar. Sungai ini di Jembatan Jenes dimensinya berubah agak sempit dengan lebar rata-rata 6,0 dan kedalaman alur kuang lebih 3,5 m. Kemiringan rata-rata sungai Dam Urung-urung sampai jembatan Jenes adalah 0,0018.

c. Saluran primer yang paling selatan adalah Kali Keyang dengan dimensi lebar rata-rata 13 m dan kedalaman 7 s/d 8 m. Berupa saluran tanah dengan kemiringan tebing 4 : 1 m. Muara Kali Keyang ini adalah di Kali Sekayu. Debit Kali Keyang dibagian muara bertambah besar setelah aliran dari Jembatan Jenes masuk ke Kali Keyang

d. Afvour Tambak Kemangi mempunyai penampang aliran yang cukup baik pada bagian hilir Dam Tambak Kemangi karena sudah dinormalisasi. Tebing kiri dan kanan alur dibuat dari pasangan batu Kali dengan kemiringan 4 : 1. Pada bagian hulu Dam Tambak Kemangi alurnya hanya mempunyai tinggi jagaan 0,5 m s/d 0,8 m terhadap permukaan jalan (sepanjang Jalan H. Juanda). Adapun pada bagian hilirnya tersedia kedalaman alur cukup memadai yaitu sampai 5,0 m. Dengan demikian jika terjadi banjir dari arah hulu maka daerah pada bagian hulu dam ini berpeluang seKali menjadi daerah genangan banjir karena air cukup sebagian efek pembendungan dam dan tinggi jagan aliran yang memadai melampaui tebing afvour.

e. Pada bagian lain di selatan Kota Ponorogo afvour Sedodok dengan dimensi lebar rata-rata 2,5 m dan kedalaman 2,0 m s/d 2,5 m. Kondisi afvour ini masih merupakan saluran tanah dengan kemiringan tebing 4 : 1 s/d 2 : 1. Muara dari afvour ini di Kali Urung-urung pada Jembatan Jenes. Dengan demikian pada Jembatan Jenes terdapat tiga muara alur yaitu afvour Tambak Kemangi, afvour Sedodok dan Kali Urung-urung.

2. Saluran drainase sekunder

Gambar

Tabel 7. 1 Kawasan Kumuh Kabupaten Ponorogo
Tabel 7. 2
Tabel 7. 4
Tabel 7. 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai pada materi indahnya asmaul husna di RA

Lengan robot didesain agar dapat mengikuti gerak sesuai dengan gerakan yang dilakukan oleh gerakan lengan manusia, input pengontrol dibuat dengan potensiometer untuk

ntcmerlukau alat tes kn=ativitas verbal. SehubWJgan dcngan Ita! terscbut kmni mohtm sudi klran)·a Jbu mcmb<mtu m~h.wa t~out. Atas terkubulnya p¢rmoru;;nan iru,

Informan ibu A menyatakan bahwa keterlibatan orangtua sangatlah penting karena dengan begitu orangtua bisa mengetahui perkembangan belajar anak, apakah mengalami

pemecahan masalah termasuk salah satu keterampilan yang harus dikuasai di abad 21 (PISA 2012). Dengan demikian sudah seharusnya pembelajaran fisika di kelas diharapkan tidak

Tesis yang berjudul ”Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur” merupakan salah

Tulislah sebuah pidato yang berisi paling sedikit lima macam nasehat yang akan dapat membantu para siswa untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Indonesia.. OR

Unified Power Flow Controller (UPFC) sebagai keluarga dari FACTS Devices , merupakan salah satu peralatan control elektronik berbasis inverter, berfungsi mengontrol aliran