• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM_418e2d6cc3_BAB IVBAB IV. ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN (Autosaved) OK.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM_418e2d6cc3_BAB IVBAB IV. ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN (Autosaved) OK.pdf"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -0

BAB IV

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI

DAN LINGKUNGAN

Rencana Program Investas

Jangka Menengah 2016 - 2020

Kota Tidore Kepulauan

(2)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -1 4.1. Analisis Sosial

4.1.1. Umum

Analisis social sebagai dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya erat kaitannya dengan pengarusutaman gender.

Pengarusutamaan gender (PUG) merupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan. Pengintegrasian perspektif gender tersebut dimulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. PUG ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan, yaitu pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan dan program pembangunan.

Kesetaraan dan keadilan gender yang merupakan salah satu tujuan pembangunan yang ditetapkan dalam RPJPN 2005-2025, dihadapkan pada tiga isu strategis di dalam RPJMN 2015-2019 sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan. 2. Meningkatkan perlindungan bagi perempuan dari berbagai tindak

kekerasan, termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan.

Dari ketiga isu strategis Pengarusutaman gender di atas, kita lebih focus membahas terkait isu strategis Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan.

Membangun sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran yang akan dicapai dalam rangka mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Upaya pembangunan tersebut ditujukan untuk kepentingan seluruh penduduk tanpa

(3)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -2 membedakan jenis kelamin. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG). IPM merupakan indeks komposit ya.ng

mengukur kapabilitas dasar manusia pada bidang kesehatan (angka harapan hidup), pendidikan (rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf), dan ekonomi (Produk Domestik Bruto/PDB per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli). Sementara IPG merupakan IPM yang sudah dikoreksi dengan tingkat disparitas gendernya. Data BPS menunjukkan IPM dan IPG Indonesia cenderung meningkat. IPM meningkat dari 72,3 pada tahun 2010 menjadi 73,8 pada tahun 2013, dan IPG meningkat dari 67,2 menjadi 69,6. Selisih antara IPM dan IPG juga semakin menurun dari 5,1 pada tahun 2010 menjadi 4,2 pada tahun 2013, yang berarti bahwa kesetaraan gender dalam pelaksanaan pembangunan manusia di Indonesia semakin meningkat.

(4)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -3 meningkat dari 15,70 persen menjadi 19,75 persen, Eselon IV meningkat dari 24,90 persen menjadi 33,54 persen, dan Eselon V meningkat dari 25,34 persen menjadi 29,06 persen.Peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki daya saing baik di dalam negeri maupun di luar negeri masih merupakan permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi. Untuk negara ASEAN, IPM Indonesia masih berada pada posisi keenam pada tahun 2012. Posisi yang sama seperti pada dua dekade sebelumnya. Selain itu, Indonesia termasuk satu dari tiga negara ASEAN dengan Indeks Ketimpangan/Ketidaksetaraan Gender (IKG) yang tinggi, meskipun telah melaksanakan berbagai program kesetaraan gender (Human Development Report, UNDP).

4.1.2. Permasalahan Gender di berbagai Bidang Pembangunan

Secara Nasional, Permasalahan gender yang terdapat di berbagai bidang pembangunan dalam lima tahun ke depan adalah sebagai berikut :

1. Bidang pendidikan ; permasalahan gender antara lain ditunjukkan oleh

(5)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -4 responsif gender dan masih terdapat materi atau bahan pelajaran yang tidak resposif gender.

2. Bidang kesehatan ; antara lain ditunjukkan oleh status kesehatan ibu yang

belum memperlihatkan kemajuan yang berarti. Angka kematian ibu (AKI) melahirkan masih sebesar 346 per 100.000 kelahiran hidup (SP 2010). Kondisi ini masih jauh dari target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Proporsi perempuan yang menderita anemia sebesar 23,9 persen, lebih tinggi dibanding laki-laki sebesar 18,4 persen. Proporsi perempuan umur di atas 18 tahun yang mengalami obesitas juga lebih tinggi dibanding laki-laki pada kelompok umur yang sama, yaitu 19,7 persen berbanding 16,3 persen (Riskesdas 2013). Kasus HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga juga cenderung meningkat, yaitu mencapai 4.943 kasus pada tahun 2012 (KPAN).

Permasalahan gender lainnya di bidang kesehatan adalah status kesehatan dan gizi anak laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh Angka Kematian Balita (AKBa) laki-laki sebesar 49 per 1.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dibandingkan AKBa perempuan sebesar 37 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Selain itu, prevalensi gizi kurang pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan, yaitu masing-masing sebesar 19,3 persen dan 15,0 persen pada usia 1-2 tahun serta 21,6 persen dan 24,4 persen pada anak usia 4-5 tahun. Sebagai akibat dari kekurangan gizi tersebut anak mengalami stunting (pendek), yang angkanya mencapai 29,0 persen pada anak laki-laki umur 5 tahun dan 27,5 persen pada anak perempuan usia 5 tahun. Rata-rata tinggi badan anak laki-laki umur 5-18 tahun juga lebih rendah dibandingkan anak perempuan, yaitu masing-masing berbeda sebesar 12,5 cm dan 9,8 cm terhadap rujukan WHO (Riskesdas 2013).

(6)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -5 Upah atau pendapatan pekerja perempuan jauh lebih rendah dari laki-laki secara rata-rata, yaitu Rp 1,427 juta untuk perempuan dan Rp 1,795 juta untuk laki-laki pada tahun 2013. Kondisi ini menyebabkan kontribusi pendapatan perempuan untuk sektor non pertanian jauh lebih rendah dibanding laki-laki, dan kesenjangan kontribusi pendapatan antara perempuan dan laki-laki cenderung meningkat (Sakernas).

Di samping itu, terdapat masalah terkait tenaga kerja perempuan. Pekerja perempuan banyak yang berstatus pekerja tidak dibayar seperti ibu rumah tangga atau membantu orang lain berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, yaitu sekitar 30,83% persen (Sakernas 2013). Selain itu, gambaran Tenaga Kerja Indonesia (TKI) juga masih belum mencerminkan status pekerja perempuan yang sejajar dengan laki-laki. Pada tahun 2013, sebagian besar TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh dan sebagainya karena pendidikan dan keahlian yang dimilikinya rendah adalah perempuan. Karena kurangnya pengalaman dan pendidikan, TKI tersebut mengalami banyak permasalahan, mulai dari pra-penempatan, masa penempatan, hingga purna penempatan (pemulangan), serta permasalahan keluarga yang ditinggalkan.

4. Di bidang ekonomi ; dalam upaya pengentasan kemiskinan masih terdapat

(7)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -6 perempuan sebagai penerima manfaat telah dilaksanakan, namun akses RTM-P terhadap program tersebut masih terbatas.

5. Di bidang politik ; permasalahan keterwakilan perempuan di lembaga

parlemen perlu mendapatkan perhatian khusus karena masih rendahnya dan menurunnya keterwakilan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan oleh masih terbatasnya jumlah perempuan yang memiliki kualitas dan kualifikasi untuk berperan dalam dunia politik, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap aktor politik perempuan, dominannya orientasi patriarkis, dan sikap media massa yang kurang advokatif terhadap potensi politik perempuan. Keterwakilan perempuan di lembaga legislatif hasil Pemilu untuk 2014 sebesar 17,32 persen, menurun dibandingkan hasil Pemilu 2009 sebesar 18,04 persen (KPU, 2014).

Selanjutnya, pengambil keputusan di lembaga eksekutif meskipun proporsi perempuan sebagai pejabat eselon I sampai eselon IV mengalami peningkatan, peningkatan tersebut masih belum berimbang antara pejabat laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data BKN tahun 2014 (Juli), rasio menteri laki-laki dengan menteri perempuan masih sekitar 8:1. Sementara rata-rata rasio antara pejabat laki-laki dan perempuan eselon I sekitar 6:1, eselon II sekitar 8:1, eselon III sekitar 4:1, dan eselon IV dan V sekitar 2:1. Demikian pula pada tingkat kabupaten/kota kondisinya tidak jauh berbeda. 6. Di bidang hukum ; masih terdapat peraturan perundang-undangan,

kebijakan, program yang bias gender. Berdasarkan catatan Komnas Perempuan, peraturan daerah yang diskriminatif atau bias gender terus meningkat dari sebanyak 282 pada tahun 2012 menjadi 342 pada tahun 2013. Permasalahan lainnya adalah jumlah aparat penegak hukum yang responsif gender juga masih terbatas.

7. Bidang lingkungan hidup ; perubahan iklim yang dapat menyebabkan

terjadinya krisis air bersih, pangan, dan ancaman kesehatan, berdampak lebih besar terhadap perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini karena perempuan melakukan kegiatan yang seringkali bersinggungan langsung dengan alam, yang mengakibatkan perempuan lebih rentan. 1-17

(8)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -7 keterampilan para pelaku pembangunan dalam pengintegrasian perspektif gender dalam setiap tahapan pembangunan; dan (iii) kelembagaan PUG/PPRG di K/L/Pemerintah daerah masih bersifat adhoc. Berdasarkan permasalahan tersebut, tantangan yang dihadapi dalam menyelesaikan permasalahan gender terkait peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan lima tahun ke depan adalah meningkatkan pemahaman, komitmen, dan keterampilan para pelaku pembangunan akan pentingnya pengintegrasian perspektif gender di semua bidang dan tahapan pembangunan; penyediaan, analisis, dan pemanfaatan data terpilah berdasarkan jenis kelamin di semua bidang pembangunan; dan penguatan kelembagaan PUG/PPRG di K/L/Pemerintah daerah.

4.1.2. Permasalahan Gender di Kota Tidore Kepulauan

Dari analisis pengaruhsutaman gender secara Nasional di berbagai bidang yang telah djelaskan di atas adalah merupakan masalah-masalah yang terjadi di wilayah Negara Republik Indonesia baik di Propinsi maupun Kabupaten/Kota dan kecamatan yang merupakan lingkup propinsi.

Di bawah ini adalah data di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan kaitannya dengan kesetaraan gender diwilayahKota Tidore Kepulauan.

1. Bidang Pendidikan.

Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kemampuan di dalam dan di luar seklolah dan berlangsung seumur hidup. Faktor strategis yang sangat menentukan kemajuan suatu Negara atau daerah bukan hanya terletak pada kepemilikan sumber daya alam yang melimpah tetapi yang utama adalah keunggulan sumber daya manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development index kota Tidore Kepulauan berada di urutan ke dua setelah Kota Ternate dengan IPM 69.97 atau berada pada kategori sedang.

(9)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -8 Tidore Kepulauan tahun 2014 adalah sebesar 98,29 %, angka Partisipasi murni kelompok SLTA/MTs Kota Tidore Kepulauan tahun 2014 jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelompok SD/MI yaitu sebesar 71,24 % sedangkan angka Partisipasi murni kelompok SLTA/MA Kota Tidore Kepulauan tahun 2014 adalah sebesar 66,80 %.

Dalam rangka meningkatkan potensi sumber daya manusia maka pengelolaan sektor pendidikan menjadi kebijakan prioritas Pemerintah Daerah guna menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berikut ini adalah data jumlah murid dan guru baik di sekolah negeri maupun swasta diwilayah Kota Tidore Kepulauan dari tingkat SD/MI sampai dengan Perguruan Tinggi

Tabel IV.1.

Data Jumlah murid dan Guru baik di sekolah negeri maupun swasta di wilayah KotaTidore Kepulauan dari tingkat SD/MI sampai dengan

Perguruan Tinggisesuai jenis kelamin

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

2. Bidang Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja Kota Tidore Kepulauan tahun 2014 adalah sebanyak

44.880 jiwa atau meningkat sebanyak 550 jiwa dibandingkan dengan tahun 2013.

Dari angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2014

adalah sebanyak 42.259 jiwa atau berkurang sebanyak 1.244 jiwa dibandingkan

dengan tahun 2013. Berkurangnya jumlah penduduk bekerja 2014 juga diikuti

dengan peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota Tidore Kepulauan

menjadi 3,69% atau meningkat menjadi 97,32% dibandingkan dengan tahun

L P L P

1 3 5

TK 1893 1846 3739 2 371 373

SD/MI 7220 6642 13862 291 718 1009

SLTP/MTs 3015 3041 6056 241 424 665

SMTA/MA 1944 1901 3845 252 344 596

SMK 537 461 998 95 105 200

PERGURUAN TINGGI 106 75 181 69 28 97

(10)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -9 2013. Dari 42.259 penduduk yang bekerja di Kota Tidore Kepulauan di tahun

2014, sebanyak 17.042 jiwa atau 41% diantaranya bekerja di sector pertanian,

perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan, sedangkan sebanyak 8.565

jiwa atau 20% bekerja di sector jasa kemasyarakatan, social dan perorangan.

Dan penduduk yang bekerja disektor perdagangan, rumah makan dan jasa

akomodasi sebanyak 6.853 jiwa atau sebesar 16%.

Berikut ini adalah Data – data Ketenagakerjaan di wilayah Kota Tidore Kepulauan kaitannya dengan Kesetaraan Gender.

a. Tabel IV.2. Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama dan jenis kelamin di kota Tidore Kepulauan

tahun 2014

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

b. Tabel IV.3. Penduduk yang bekerja menurut Status Pekerjan dan jenis kelamin di kota Tidore Kepulauan tahun 2014

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

I ANGKATAN KERJA 26,209 17,671 43,880

1. Bekerja 24,828 17,431 42,259

2. Pengangguran 1,381 240 1,621

II BUKAN ANGKATAN KERJA

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

6,653 15,207 21,860

Jumlah / Total

NO JENIS KEGIATAN UTAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2 3 4 5

1 Berusaha sendiri 5,228 3,556 8,784

Berusaha di bantu buruh tdk tetap/buruh tidak dibayar Berusaha di bantu buruh tetap/buruh dibayar

4 Buruh/Karyawan/Pegawai 9,074 5,792 14,866

5 Pekerja Bebas 1,541 169 1,710

6 Pekerja Keluarga 1,536 6,077 7,613

(11)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -10

c. Tabel IV.4. Penduduk yang bekerja menurut Kelompok umur dan Jenis Kelamin di kota Tidore Kepulauan tahun 2014

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

d. Tabel IV.5. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di kota Tidore Kepulauan tahun 2014

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

Tabel IV.6. Jumlah Pencari Kerja menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan di kota Tidore Kepulauan tahun 2014

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

NO KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2 3 4 5

NO LAPANGAN USAHA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2 3 4 5

NO KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

(12)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -11 Dari data Pendidikan dan ketenagakerjaan di atas dapat dilihat dan diambil kesimpulan bahwa belum adanya Kesetaraan Gender di wilayah Kota Tidore Kepulauan. Hal ini menurut data yang tertera di atas, baik di bidang Pendidikan maupun ketenagakerjaan, kaum laki-lakilah yang paling mendominasi dibandingkan dengan kaum perempuan.

Kebutuhan infrastruktur Bidang Cipta Karya berupa pembangunan infrastruktur fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas umum seperti pasar dan pembangunan infrastruktur lainnya harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu perlu adanya penanganan sosial pasca pelaksanaan pembangunan tersebut sebaik mungkin dengan membentuk kelompok yang bertanggung jawab terhadap asset yang telah di bangun agar fasilitas yang telah diberikan tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

4.2. Analisis Ekonomi

4.2.1. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Lintas Bidang

A. Pemerataan dan Penanggulangan Kemiskinan

Selama kurun waktu lima tahun, pemerintah telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 6,3 ribu jiwa dalam kisaran 7,08 persen di tahun 2010 menjadi 5,5 ribu jiwa dalam kisaran 5,77 persen di tahun 2013 jiwa. Di tahun 2011 jumlah penduduk miskin masih berada pada kisaran 6,8 ribu jiwa dengan prosentase 7.34% dan tahun 2012 jumlah penduduk miskin masih berada pada kisaran 5,6 ribu jiwa dengan prosentase 6,05%. Dengan garis kemiskinan dan indeks keparahan dapat di lihat pada table berikut.

(13)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -12

Tabel IV.7. Jumlah penduduk total, Penduduk Miskin serta prosentasenya di kota Tidore Kepulauan tahun 2013/2014

Tahun Jumlah Penduduk Jumlah penduduk miskin Prosentase

2013 109.227 5.600 5,13

2014 109.202 5.600 5,03

Sumber : Profil wilayah Kota Tidore Kepulauan 2015

Tabel IV.8.

Klasifikasi Keluarga Per Kecamatan di wilayah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

Tabel IV.9.

Garis kemiskinan dan penduduk miskin di kota Tidore Kepulauan tahun 2010 - 2014

1 TIDORE UTARA 185 465 1,284 1,813 194 3,941

2 TIDORE SELATAN 84 482 604 2,186 276 3,632

(14)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -13

Tabel IV.10.

Indeks Kedalaman dan keparahan kemiskinan tahun 2010 - 2014

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka 2015

B. Permasalahan dan Isu Strategis

Laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi per kapita penduduk secara nasional tumbuh sekitar 4,87 persen antara tahun 2008-2012. Hanya 20,0 persen penduduk teratas yang pertumbuhannya di atas ratarata nasional, yang diperkirakan jumlahnya sekitar 50 juta jiwa. Sementara itu, sekitar 80,0 persen penduduk lainnya mempunyai tingkat pengeluaran konsumsi dibawah rata-rata nasional. Gambaran ini mencerminkan bahwa Indonesia masih mengalami ketidakmerataan distribusi pendapatan. Tidak meratanya distribusi pendapatan menyebabkan terjadinya ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat. Ini berarti, pendapatan nasional belum dapat dinikmati oleh seluruh penduduk, sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat, yang dicerminkan oleh meningkatnya gini rasio dari 0,37 tahun 2007 menjadi 0,41 tahun 2012. Ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembanguna menggambarkan masih besarnya angka kemiskinan dan kerentanan, yang dicerminkan oleh angka kemiskinan turun melambat dan angka penyerapan Pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan isu penting yang menjadi focus banyak pihak terutama pemerintah guna melihat tingkat kesejahteraan masyarakat. Adapun hasil peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat kami sampaikan sebagai berikut :

Pertama : Program penanggulangan Kemiskinan

Berdasarkan hasil pendataan tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Statistik Kota Tidore Kepulauan, dari jumlah penduduk sebanyak 109.227 jiwa terdapat jumlah penduduk miskin sebanyak 5.600 jiwa atau 5,13%. Sedangkan di tahun 2014 jumlah penduduk miskin turun menjadi 5.500 jiwa atau 5.03% dari jumlah

2014 -

-2013 0.56 0.08

2012 0.66 0.14

2011 0.75 0.20

(15)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -14 penduduk sebesar 109.202 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, prosentase jumalh penduduk miskin di kota Tidore Kepulauan mengalami penurunan sebesar 100 jiwa atau 1,78%.

Berikut ini terdapat prosentase jumlah penduduk miskin tahun 2013 dan 2014 di wilayah kota Tidore Kepulauan.

Kedua : Melihat Tingkat keberhasilan dalam Pembangunan Manusia dapat dilihat

dari angka Human Development Indeks (HDI), atau Indeks Pembangunan manusia (IPM). Menurut skala internasional dalam perhitungan IPM, berdasarkan indeks yang disusun dapat dikategorikan suatu wilayah ke dalam tiga kelompok tingkat keberhasilan pembangunan manusia.sebagai berikut :

 Skor IPM kurang dari angka 50 dikategorikan tingkat pembangunan manusia yang masih rendah atau kurang.

 Skor diantara angka 51 s/d 79,99 dkategorikan tingkat pembangunan manusia yang cukup atau sedang.

 Skor di atas 80 ke atas dikategorikan tingkat pembangunan manusia di suatu daerah tinggi.

Adapun angka IPM kota Tidore Kepulaun pada tahun 2013 sebesar 70.80. angka tersebut menunjukkan bahwa Kota Tidore Kepulauan masuk dalam Kategori sedang.

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah pembangunan ekonomi mengusahakan agar arah pendapatan mayarakat naik yang disertai dengan tingkat pemeliharaan yang tinggi.

(16)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -15 Dalam perencanaan pembangunan sangat membutuhkan data pendukung dalam mengukur tingkat kesejahteraan serta potensi yang terdapat di suatu daerah. Salah satu ukuran yang berperan penting melihat bagaimana suatu sektor dapat menghasilkan produk dan memberikan distribusi pada perekonomian adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui konstribusi masing-masing lapangan usaha. Indicator ini berperan penting dalam mengetahui kategori lapangan usaha apa saja yang menjadi penyumbang terbesar dari PDRB. Dengan kata lain kategori lapangan usaha apa saja yang menjadi penyumbang terbesar merupakan sektor ekonomi yang menjadi penopang dari perekonomian suatu wilayah.

Sejak pertengahantahun 2010, adanya perpindahan ibukota propinsi Maluku Utara ke Sofifi yang merupakan bagian dari wilayah Kota Tidore Kepulauan merupakan factor utama yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi Kota Tidore Kepulauan. Jika sebelumnya di tahun 2010, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan struktur perekonomian yang paling mendominasi, namun sejak tahun 2010 sampai 2014 kategori ini menjadi urutan kedua dalam menopang perekonomian. Peranan kategori pertanian, kehutanan dan perikanan berada dalam kisaran 25 hingga 27 persen.

(17)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -16 Tabel Berikut menunjukkan prosentase peranan PDRB menurut Lapangan Usaha tahun 2010 s/d 2014.

Tabel. IV.11. Prosentase peranan PDRB Kota Tidore Kepulauan menurut Lapangan Usaha tahun 2010 - 2014

2010 2011 2012 2013* 2014**

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 27.69 26.86 27.02 26.35 25.36

B Pertambangan dan Penggalian 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06

C Industri Pengolahan 4.75 4.49 4.29 4.24 4.24

D Pengadaan listrik dan gas 0.08 0.08 0.08 0.06 0.08

E Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, limbah dan daur ulang 0.15 0.14 0.13 0.14 0.14

F Konstruksi 6.6 6.44 6.63 6.41 6.27

G Perdagangan besar dan eceran, Reparasi mobil dan sepeda motor 9.6 9.54 9.49 9.83 9.86

H Transportasi dan pergudangan 3.44 3.29 3.25 3.42 3.57

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17

J informasi dan Komunikasi 3.56 3.41 3.24 3.24 3.22

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.82 2.13 2.29 2.35 2.55

L Real Estate 0.09 0.09 0.08 0.08 0.08

M,N Jasa Perusahaan 0.45 0.42 0.40 0.40 0.38

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial wajib 34.54 36.14 36.44 36.92 38.12

P Jasa Pendidikan 4.41 4.25 4.00 3.95 3.80

Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1.98 1.94 1.86 1.87 1.91

R, S, T, U Jasa lainnya 0.63 0.58 0.56 0.53 0.50

Catatan : * Angka sementara/preliminart Figures Sumber ; Tinjauan PDRB Kota Tidore Kepulauan 2014

** Angka sangat sementara/Very preliminart Figures

PROSENTASE PDRB ( %)

(18)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -17 Tabel Berikut ini menunjukkan Laju Pertumbuhan Riil PDRB menurut Lapangan Usaha tahun 2011-2014.

Tabel. IV.12. Prosentase Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Tidore Kepulauan menurut Lapangan Usaha tahun 2011 - 2014

* Angka Sementara / Preliminary Figures Sumber : Tinjauan PDRB Kota Tidore Kepulauan 2014

**Angka sangat Sementara / very Preliminary Figures

2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3.33 5.86 3.03 2.09

B Pertambangan dan Penggalian 5.77 7.80 3.20 3.12

C Industri Pengolahan 1.99 3.11 5.79 8.88

D Pengadaan listrik dan gas 18.92 20.14 -6.33 48.04

E Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, limbah dan daur ulang 2.96 5.82 5,24 10.72

F Konstruksi 6.65 12.65 3.75 3.96

G Perdagangan besar dan eceran, Reparasi mobil dan sepeda motor 6.00 7.97 12.34 10.03

H Transportasi dan pergudangan 4.60 7.45 7.11 9.02

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.00 5.87 2.52 5.16

J informasi dan Komunikasi 5.81 5.26 8.97 8.97

K Jasa Keuangan dan Asuransi 25.56 10.21 8.48 3.31

L Real Estate 7.17 5.56 4,23 5.86

M,N Jasa Perusahaan 2.89 3.57 6.28 4.52

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial wajib 9.00 5,72 7,04 9.79

P Jasa Pendidikan 6,23 3,71 3.52 4.63

Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 6.59 5.59 7.93 7.82

R, S, T, U Jasa lainnya 1.21 3.40 3.25 5.13

6.43 6.35 6.11 6.89

KATEGORI URAIAN PROSENTASE PDRB ( %)

(19)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -18 Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu indicator penting dalam melihat perkembangan perekonomian suatu daerah. Besarnya nilai pertumbuhan ekonomi menunjukkan besaran nilai tambah Bruto di suatu wilayah. Mengetahui fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun digunakan PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negative menunjukkan terjadinya penurunan kinerja pembangunan yang dilaksanakan.

Pada Tabel. IV.9. tentang Prosentase Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Tidore Kepulauan di atas, dapat di lihat bahwa secara umum dalam kurun waktu 2011-2014 pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan tumbuh positif dalam kisaran 6.11-6.89 persen. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB atas dasar harga konstan diperoleh angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 sebesar 6.89 persen. Artinya pada tahun 2014 perekonomian Kota Tidore Kepulauan tumbuh lebih besar 0.78 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Jika dilihat dari tahun 2011-2013, pertumbuhan ekonomi Kota Tidore selikit mengalami perlambatan.

Pada tahun 2014, Kategori pengadaan listrik dan gas tumbuh sebesar 48.04 persen, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pembangkit baru PLTU Rum yang meningkatkan nilai tambah bruto pada sektor ini. Kemudian diikuti oleh pengadaan air, kategori pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, tumbuh 10,72 persen. Pada kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,masih berpotensi tumbuh dari tahun 2011-2013 dan pada tahun 2014 sedikit mengalami perlambatan menjadi 10,03 persen.

(20)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -19 PDRB perkapita diartikan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk elama satu tahun di suatu wilayah/daerah. Perhitungan secara rumus diuraikan sebagai nilai PDRB dibagi jumlah penduduk alam suatu wilyah per periode tertentu. Pada PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, menunjukkan PDRB per kepala atau per satu orang penduduk, sedankan PDRB per kapita atas dasar harga konstan bdrguna untuk mengatahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu Negara.

PDRB Per kapita penduduk Kota Tidore Kepulauan tahun 2010-2014 mengalami kenaikan setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku maupun konstan. Pada tahun 2014 pendapatan per kapita harga berlaku yang I terima penduduk Tidore sebesar 19,51 juta dalan setahun, jika dihtung rata-rata dalam sebulan adalah 1,6 juta. Akan tetapi jika ingin melihat nilai riil pendapatan per kapita yakni tanpa di pengaruhi kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi yaitu pada PDRB perkapita atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar 15,86 juta rupiah diterima penduduk Tidore selam setahun atau rata-rata 3,32 juta rupiah per bulan selama tahun 2014.

Nilai PDRB Kota Tidore Kepulauan atas dasar harga tahun 2014 sebesar Rp.1.869.689,1 dengan konstribusi terbesar diberikan oleh Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan jaminan social wajib yakni sebesar Rp.712.762,2 atau hampir 50% dari total PDRB sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan (adhk) tahun 2013 sebesar Rp.322.871,01 dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,11%.

(21)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -20 4.3. Analisis Lingkungan

4.3.1. Komponen Lingkungan

Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk:

 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

 Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

 Standar Operasi Baku (SOP)

 Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapi dengan AMDAL.

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan:

 Bahan-bahan perusak ozon

 Bahan-bahan mengandung asbes.

 Bahan-bahan mengandung B3

(22)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -21

 Pembangunan bendungan.

 Perusakan kekuayaan budaya.

 Penebangan kayu.

4.3.2. Metoda Pendugaan Dampak

A. Metoda Pendugaan Dampak Sosial

Metoda pendugaan safeguard sosial atau pembebasan tanah dan permukiman kembali dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain sesuai dengan Keputusan Presiden No 55/1993 tentang Pembebasan Tanah untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum.

Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi :

1. Pentapisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali atau tidak;

2. Pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel 5.1;

3. Perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK Gubernur/Bupati/Walikota.

(23)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -22

Tabel IV.13

Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

Kategori Dampak Persyaratan

A Sub Proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah

1. Sub Proyek seluruhnya menempati tanah negara

Surat Pernyataan dari pemrakarsa kegiatan

2. Sub Proyek seluruhnya atau sebagian menempati tanah yang dihibahkan secara sukarela m dari batas kavling atau garis sepadan bangunan, dan bangunan atau aset tidak bergerak lainnya yang dihibahkan senilai < Rp. 1 Juta. aset produktif atau melibatkan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi

RTPTPK sederhana

D

Pembebasan tanah berdampak pada > 200 orang atau memindahkan warga > 100 orang

RTPTPK menyeluruh

B. Metoda Pendugaan Dampak Lingkungan

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: 1. Pentapisan awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard,

evaluasi dampak lingkungan;

(24)

BAB IV Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan IV -23 Tabel IV.14.

Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan

Kategori Dampak Persyaratan

Pemerintah

A

Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan RKL/RPL

B

Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan

UKL/UPL

C

Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.

Tidak ada

Catatan:

Gambar

Tabel IV.1.
Tabel IV.6. Jumlah Pencari Kerja menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan di kota Tidore Kepulauan tahun 2014
Tabel IV.9.
Tabel IV.10.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Laporan kinerja ini merupakan media pertanggungjawaban kinerja Pemerintah Kabupaten Solok yang berisi pencapaian target indikator Sasaran Strategis Rencana

Komite Madrasah dalam pelibatan masyarakat tidak begitu besar dan bersifat natural, artinya hubungan masyarakat dan madrasah telah terjalin den- gan kultur pondok

Hasil yang diharapkan adalah sebuah dokumen analisis kebutuhan pelatihan aparatur pemerintah desa yang disesuaikan dengan kondisi terbaru organisasi dalam rangka

“ Saya ketika lulus sekolah, saya tidak bekerja sebagai apa-apa hanya saja membantu para tetangga-tetangga di sawah. Saya sadar bahwa saya memiliki keterbatasan

“kalo aku sih yang penting tidak ada kebohongan dalam transaksi toh ketika awal melihat dan memilih sudah kita sudah mengesahkan akad jual beli itu, tanpa kita ada

Pembelajaran dengan media bola gantung ternyata memberikan hasil lebih efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi sepak mula bawah sepak takraw, sehingga hal

Setelah membandingkan MSE dari ketiga penaksir eksponensial untuk rata-rata populasi pada sampling acak sistematik, diperoleh bahwa MSE minimum dari kombinasi

Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial dengan Motivasi