• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN SAMOSIR - DOCRPIJM 15084331323 BAB 3 ARAHAN PERNC NASIONAL UTK KAB SAMOSIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN SAMOSIR - DOCRPIJM 15084331323 BAB 3 ARAHAN PERNC NASIONAL UTK KAB SAMOSIR"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK

KABUPATEN SAMOSIR

3.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP

Nomor 26 Tahun 2008) Terkait Kawasan Samosir

Kawasan Strategis Nasional adalah adalah wilayah

yang penataan ruangnya diprioritaskan karena

mempunyai pengaruh sangat penting secara

nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,

dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kebijakan pengembangan

kawasan strategis nasional meliputi:

1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan

meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan

warisan budaya nasional;

2. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang

produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;

4. pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat;

5. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;

6. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar

biosfer, dan ramsar; dan;

7. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar

kawasan.

Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 lampiran X, Kawasan Samosir ditetapkan sebagai Kawasan

Strategis Nasional. Kawasan Kabupaten Samosir (Provinsi Sumatera Utara) ditetapkan sebagai kawasan

strategis nasional dengan sudut kepentingan lingkungan hidup dengan fokus untuk rehabilitasi/revitalisasi

kawasan. Adapun strategi untuk sudut kepentingan lingkungan hidup, yaitu:

1. Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;

2. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi

lindung kawasan;

3. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi

(2)

4. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis

nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;

5. mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang

berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi

daya terbangun; dan;

6. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang

berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

3.2. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera (Peraturan Presiden Nomor 13

Tahun 2012) Terkait Kawasan Samosir

A. Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera

Peran RTR Pulau Sumatera meliputi:

1. Rencana Tata Ruang Pulau dan Provinsi Sumatera Utara berperan sebagai perangkat operasional

dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau dan Provinsi

Sumatera Utara;

2. Rencana Tata Ruang Pulau dan Provinsi Sumatera Utara tidak dapat digunakan sebagai dasar

pemberian izin pemanfaatan ruang.

Adapun fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera sebagai pedoman untuk:

1. Penyusunan rencana pembangunan di Pulau dan Provinsi Sumatera Utara;

2. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi,

dan kabupaten/kota, serta keserasian antar sektor di Pulau Sumatera;

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau dan Provinsi Sumatera Utara;

4. Penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau dan Provinsi Sumatera Utara; dan;

5. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau dan Provinsi Sumatera Utara.

B. Tujuan Penataan Ruang Pulau Sumatera

Penataan ruang Pulau Sumatera bertujuan untuk mewujudkan:

1. Pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan serta pertambangan yang berkelanjutan;

2. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;

3. kemandirian energi dan lumbung energi untuk ketenaga listrikan;

4. Pusat industri yang berdaya saing;

5. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya, dan ilmu

pengetahuan serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

(Meeting, Incentive, Convention and Exibition /MICE);

6. kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40

(empat puluh) persen dari Luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

(3)

9. Pusat pertumbuhan baru di pesisir Barat dan wilayah pesisisr Timur Pulau Sumatera;

10.Jaringan Transportasi antar moda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi

ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan;

11.Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan

dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam

dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara,

kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.

C. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera

Kebijakan dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera seperti diuraikan dibawah ini:

1. Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan

secara seimbang di Bagian Barat dan Bagian Timur Pulau Sumatera dilakukan melalui:

a. Pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan

tembakau;

b. Pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan sentra produksi perikanan darat; dan

c. Pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan

gas bumi.

1.1. Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit,

karet, kopi, dan tembakau meliputi:

a. Mengembangkan kawasan agrobisnis perkebunan dengan memperhatikan daya dukung

dan daya tampung lingkungan; dan

b. Mengembangkan industri pengolahan yang ramah lingkungan.

1.2. Strategi pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan darat meliputi:

a. Mengembangkan keterkaitan antara kota-kota pusat pertumbuhan minapolitan dengan

kota-kota PKN, PKW, dan PKSN;

b. Mengembangkan kawasan peruntukan perikanan laut dengan memperhatikan potensi

lestarinya; dan

c. Mengembangkan pusat industri pengolahan dan/atau pemasaran hasil kelautan dan

perikanan darat yang ramah lingkungan.

1.3. Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta

minyak dan gas bumi meliputi:

a. Mengembangkan kawasan pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi

dengan memelihara kelestarian sumber daya alam dan meminimalisasi dampak negatif

terhadap lingkungan; dan;

b. Mengembangkan pusat industri pengolahan hasil kegiatan pertambangan yang ramah

lingkungan.

2. Kebijakan untuk menciptakan kemandirian energi dan lumbung energi dilakukan melalui:

(4)

b. Pengembangan sistem transmisi interkoneksi.

2.1. Strategi pengembangan energi berbasis sumber daya alam dan energi baru terbarukan

dilakukan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, matahari, dan

angin dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung; dan

2.2. Strategi pengembangan sistem transmisi interkoneksi meliputi:

a. Mengembangkan interkoneksi seluruh Pulau Sumatera; dan

b. Mengembangkan interkoneksi antar pulau Sumatera dengan Jawa.

3. Kebijakan untuk menciptakan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional dilakukan melalui:

a. Pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta

sawah non irigasi; dan;

b. Penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.

3.1. Strategi pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan

lebak, serta sawah non irigasi meliputi:

a. Mempertahankan luasan kawasan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut dan

lebak, serta sawah non irigasi;

b. Memelihara prasarana sumber daya air; dan

c. Mengendalikan alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non

sawah.

3.2. Strategi penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:

a. Menetapkan dan mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan

kriteria, persyaratan, dan tata cara penetapan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

b. Mengembangkan kawasan pertanian pangan sesuai kesesuaian lahan serta kelayakan

rawa dan lahan kering/ tadah hujan; dan

c. Mengelola sungai, waduk, dan jaringan irigasi dalam rangka konservasi air,

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

4. Kebijakan untuk mewujudkan kawasan pariwisata berdaya saing internasional di wilayah Bagian Barat

dan Bagian Timur Sumatera dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan

pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan meeting-incentive-convention-exhibition.

4.1. Strategi pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan

budaya, alam, dan meeting-incentive-convention-exhibition meliputi:

a. Mengembangkan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya;

b. Mengembangkan kawasan pariwisata berbasis potensi alam wisata unggulan; dan

c. Mengembangkan pusat pariwisata berbasis meeting-incentive-convention-exhibition.

5. Kebijakan untuk mewujudkan pusat industri pengolahan berbasis daya saing global dilakukan melalui:

(5)

5.1. Strategi pengembangan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi meliputi:

a. Mengembangkan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi yang ramah

lingkungan; dan;

b. Mengembangkan klaster-klaster industri kreatif berbasis keunikan budaya dan alam.

5.2. Strategi pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama

dilakukan dengan mengembangkan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan

utama di Pulau Sumatera mulai dari Sabang sampai Bakauheni menuju Kawasan Samosir

sebagai koridor ekonomi Sumatera Bagian Barat.

6. Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi

hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dilakukan melalui penataan, pelaksanaan restorasi, serta

pengendalian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

6.1. Strategi penataan, pelaksanaan restorasi, serta pengendalian kawasan lindung dan kawasan

berfungsi lindung meliputi:

a. Mempertahankan fungsi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung, serta

merestorasi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung yang telah terdegradasi;

b. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan dan budi daya non hutan yang dekat

dengan kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung;

c. Menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat yang

berada di kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung; dan

d. Mendorong peran masyarakat untuk mendapatkan manfaat jasa lingkungan sebagai

upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

7. Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keaneka ragaman hayati hutan tropis

basah dilakukan melalui:

a. Pelestarian dan pengembangan keaneka ragaman hayati hutan tropis basah; dan

b. Pengembangan koridor ekosistem antar kawasan berfungsi konservasi.

7.1. Strategi pelestarian dan pengembangan keaneka ragaman hayati hutan tropis basah meliputi:

a. Melestarikan kawasan konservasi keaneka ragaman hayati hutan tropis basah; dan

b. Mengembangkan pusat penelitian keaneka ragaman hayati hutan tropis basah.

7.2. Strategi pengembangan koridor ekosistem anta rkawasan berfungsi konservasi meliputi:

a. Menetapkan koridor ekosistem antar kawasan suaka alam dan pelestarian alam;

b. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya yang dilintasi koridor ekosistem;

c. Melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor

ekosistem; dan

d. Mengembangkan infrastruktur hijau yang dilintasi koridor ekosistem.

8. Kebijakan untuk melaksanakan pengendalian perkembangan kawasan metropolitan, kawasan

perkotaan besar, dan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h

(6)

a. Pengendalian perkembangan kawasan terbangun di kawasan metropolitan dan perkotaan besar;

dan;

b. Pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

8.1. Strategi pengendalian perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan

perkotaan besar meliputi:

a. Mengendalikan perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan perkotaan

besar yang kompak, vertikal, hemat energi dan sumberdaya, serta memanfaatkan

teknologi lingkungan; dan

b. Mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan dan perkotaan besar yang

berdekatan dengan kawasan lindung.

8.2. Strategi pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana meliputi:

a. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Barat dan pesisir

Selatan Pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya yang rawan bencana

tsunami dan gempa bumi;

b. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah tengah Pulau Sumatera

yang rawan tanah longsor, gempa bumi, dan rawan letusan gunung berapi;

c. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan terutama di wilayah Timur Pulau

Sumatera yang rawan banjir;

d. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Pulau Sumatera

yang rawan gelombang pasang;

e. Mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan dengan fasilitas jalur evakuasi

bencana; dan;

f. Menetapkan standar bangunan dan jalur evakuasi yang disesuaikan dengan jenis dan

potensi ancaman bencana.

9. Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan di pesisir Timur dan pesisir Barat Pulau Sumatera

sebagai pusat pertumbuhan baru dilakukan melalui pengembangan kawasan perkotaan berbasis

sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

9.1. Strategi pengembangan kawasan perkotaan berbasis sumber daya alam dengan

memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi:

a. Mengembangkan kota-kota pusat pertumbuhan agropolitan, minapolitan, dan

pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah;

b. Mengembangkan keterkaitan antara PKL dengan kota-kota PKN dan PKW; dan

c. Mengintegrasikan PKN dan PKW dengan pusat pertumbuhan global.

10.Kebijakan untuk mewujudkan akses pelayanan infrastruktur antar kawasan perkotaan, pusat

pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi dengan

(7)

a. Pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan perkotaan, pusat

pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi; dan

b. Pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan

prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi.

10.1.Strategi pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan

perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang

terisolasi meliputi:

a. Mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau

udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan;

b. Mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat yang meliputi

jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta angkutan sungai dan penyeberangan yang

menghubungkan pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut; dan

c. Mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau

udara dari dan ke wilayah yang terisolasi.

10.2.Strategi pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya

air, dan prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi meliputi:

a. Mengembangkan infrastruktur energi, telekomunikasi, dan sumber daya air sesuai

karakteristik dan potensi wilayah; dan

b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana perkotaan.

11.Kebijakan untuk mempercepat pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan

dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia,

Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan,

pertahanan dan keamanan (security) negara, kesejahteraan masyarakat (prosperity), dan kelestarian lingkungan hidup (sustainability) meliputi:

a. Percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai kawasan pertahanan dan

keamanan negara dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan

hidup; dan

b. Penegasan dan pertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik-titik Garis Pangkal

Kepulauan Indonesia.

11.1.Strategi percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai kawasan

pertahanan dan keamanan negara dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan

kelestarian lingkungan hidup meliputi:

a. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi pertahanan dan keamanan negara di kawasan

perbatasan negara;

b. Mengembangkan dan mempertahankan kawasan konservasi pada kawasan perbatasan

(8)

c. Meningkatkan pelayanan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di kawasan perbatasan negara;

d. Mengembangkan kawasan pengembangan ekonomi yang berdaya saing;

e. Mengembangkan kawasan budi daya berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan;

dan;

f. Mengembangkan PKSN sebagai pusat pengembangan kawasan perbatasan dan pintu

gerbang negara.

11.2.Strategi penegasan dan pemertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik-Titik

Garis Pangkal Kepulauan Indonesia meliputi:

a. Mengembangkan area titik referensi dasar laut sebagai garis batas delimitasi perbatasan

negara;

b. Membangun dan memelihara mercu suar sebagai penanda dan navigasi pelayaran;

c. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat

meningkatkan akses ke pulau-pulau kecil terluar;

d. Menyediakan kebutuhan air baku untuk pulau-pulau kecil terluar;

e. Mendorong pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit

Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mencukupi kebutuhan di pulau yang bersangkutan;

(9)
(10)
(11)

IDENTIFIKASI ARAHAN SPASIAL

Identifikasi awal penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah dalam penyusunan RPI2-JM

Wilayah Kawasan Samosir dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun yang akan dikemukakan dibawah ini

yaitu Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Samosir, Rencana Struktur Ruang,

Rencana Pola Ruang dan Indikasi Program Utama Jangka Menengah I dan II yang bersumber dari

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan dan Rancangan

Peraturan Presiden Rencana Tata Ruang Kawasan Samosir. Dari Identifikasi Awal tersebut akan dapat

dikenali mengenai peran dan fungsi wilayah, kawasan/wilayah yang perlu didorong pengembangannya,

serta kawasan/wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya. Materi yang dibahas diarahkan pada

Rencana dan Program di Kawasan Samosir sesuai dengan lingkup pekerjaan ini.

3.3. RTRW Kawasan Strategia Nasional (KSN)

Kawasan Kabupaten Samosir (Provinsi Sumatera Utara) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis

Nasional dengan sudut kepentingan ekonomi dengan fokus untuk pengembangan/peningkatan kualitas

kawasan. Adapun strategi kawasan strategis nasional dengan sudut kepentingan ekonomi nasional

meliputi:

1. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya

unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

3. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung

kawasan;

4. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan

efisiensi kawasan;

5. Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

6. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

3.4. Arahan RTRW Provinsi Sumatera Utara

A. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1)

Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya

mengintegrasikan berbagai dokumen kebijakan spasial dalam ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan

BBK.

1. Output: Integrasi arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

dalam jangka menengah;

2. Input: dokumen kebijakan spasial;

a. RTRWN;

b. RTR Pulau Sumatera (Raperpres Edisi Terakhir/Draf terakhir);

(12)

d. Raperpres (edisi terakhir) Tentang RTR Kawasan Danau Toba;

e. RTRW Provinsi: Sumatera Utara dan Kepulauan Riau;

f. RTRW Kabupaten/Kota dalam lingkup Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK;

g. RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan operasionalisasi dari Rencana

Tata Ruang (RTR) Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK, sehingga RTR yang telah

disepakati dapat terwujud secara optimal.

3. Proses: Berdasarkan dokumen kebijakan spasial (Input), disusun integrasi Arahan Spasial

Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dengan menggunakan metode:

Penyusunan Matriks dan superimpose (tumpang tindih peta), dengan langkah yang akan diuraikan

dibawah ini (setelah uraian poin 5);

4. Batasan: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan

BBK ini memiliki batasan yang harus diperhatikan, yaitu skala peta yang berbeda, dimana RTRWN

memiliki skala peta 1:000.000, RTR Pulau memiliki skala peta 1:500.000, RTRW Provinsi memiliki

skala peta 1:250.000, RTRW Kabupaten memiliki skala 1:50.000, RTRW Kota memiliki skala

1:25.000, RTR Kawasan Danau Toba dan RTR Kawasan BBK memiliki skala 1:50.000 (RTR KSN).

Selain itu tidak semua infrastruktur memiliki hierarki dari nasional hingga kabupaten/kota, seperti

infrastruktur sumber daya air, infrastruktur energi dan ketenagalistrikan, serta infrastruktur

telekomunikasi. Dengan penyamaan skala peta, maka dapat dilakukan tumpang tindih peta;

5. Prasyarat: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah ini memiliki prasyarat dimana

dokumen yang diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, dalam

penyusunan superimpose peta, perlu konsistensi kedalaman/skala peta. Mengingat RPI2-JMD yang

disusun yaitu RTR KSN, maka skala peta yang digunakan yaitu 1:50.000.

Tahap penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

dapat dilihat pada Gambar 3.3.

(13)

B. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)

Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

merupakan upaya inventarisasi dan sintesis terhadap fokus program pembangunan infrastruktur prioritas,

serta target tingkat pelayanan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

Output: Sintesis prioritas program pembangunan infrastruktur yang sinergis dari tingkat nasional, provinsi

dan kabupaten/kota.

1) Input: Program pembangunan infrastruktur yang mengacu pada dokumen sistem perencanaan

pembangunan yang berlaku, yaitu: RPJP/RPJM Nasional, Renstra Kementerian/Lembaga, MP3EI,

RPJP/RPJM Provinsi, RPJP/RPJM Kabupaten/Kota, serta Renstra SKPD;

2) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan inventarisasi dan integrasi/penggabungan fokus

program prioritas pembangunan infrastruktur dan target pelayanannya di Kawasan Danau Toba dan

Kawasan BBK;

3) Batasan: Program prioritas pembangunan infrastruktur ini memiliki beberapa batasan yang

perludiperhatikan, antara lain yaitu:

a. karakter infrastruktur unik/spesifik masing-masing infrastruktur;

b. tingkat pelayanan Infrastruktur terbatas dengan ukuran per 1000 jiwa dan km2; dan

c. adanya time-lag antara waktu pembangunan dengan waktu merasakan manfaatnya.

4) Prasyarat: Program prioritas pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat dimana dokumen yang

diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, masing-masing

infrastruktur memiliki hierarki yang berbeda, baik itu dalam mendukung fungsi nasional, provinsi,

maupun kabupaten/kota.

Tahap penyusunan program prioritas pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur

(14)

C. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)

Rencana terpadu pembangunan infrastruktur Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan

upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah (hasil tahap I) dengan program prioritas

pembangunan infrastruktur (hasil tahap II) di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

1) Output: Rencana terpadu pembangunan infrastruktur jangka menengahdengan skenario tahunan,

berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK;

2) Input: Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK jangka

menengah (Output dari tahap 1) dan Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau

Toba dan Kawasan BBKjangka menengah (Output dari tahap 2);

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan: Integrasi antara arahan spasial dengan program

prioritas pembangunan infrastruktur antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

Selanjutnya perlu dilakukan konfirmasi dan pembahasan/forum/rapat koordinasi antarsektor di

Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dan Pemerintah Daerah, untuk menyepakati rencana

terpadu pembangunan infrastruktur;

4) Batasan: Program dan pengembangan infrastruktur belum sepenuhnya berbasis spasial.

5) Prasyarat: Penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat adanya

kesesuaian periode waktu antara Rencana Tata Ruang Wilayah di wilayah provinsi, kabupaten/kota,

dan kawasan strategis nasional Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK sebagai acuan spasial,

dengan RPJP/RPJM Nasional, Renstra K/L, MP3EI, RPJP/RPJM Daerah Provinsi, RPJP/RPJM

Daerah Kabupaten/Kota, Renstra SKPD sebagai acuan program prioritas pembangunan infrastruktur.

Tahap penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

D. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4)

(15)

1) Output: Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang

sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, maupun waktu pelaksanaan. Program/kegiatan tahunan

tersebut yang dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan

pelaksana kerjasama.

2) Input: Rencana terpadu (program/kegiatan terpadu) pembangunan infrastruktur jangka menengah

dengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. (Output

dari tahap 3).

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur disusun melalui upaya penyerasian

program prioritas pembangunan infrastruktur ditinjau dari aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; dan (3)

waktu pelaksanaan, sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah;

b. Penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu antarkegiatan/program infrastruktur

prioritas;

c. Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antar sektor Pusat dengan Daerah, antara Pemerintah,

Pemda, dan masyarakat/dunia usaha, melalui berbagai forum dan rapat kordinasi.

Pembahasan/forum/rapat kordinasi antarsektor di Pusat, dan antar sektor di Daerah, untuk

menyepakati rencana program investasi pembangunan infrastruktur;

d. Alat yang digunakan untuk membangun kesepakatan (Concensus Building) tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD/Diskusi Kelompok Terarah). Sebelum melakukan FGD, dilakukan kegiatan-kegiatan integrasi, sinkronisasi, dan konfirmasi/koordinasi dengan sektor baik di Pusat

maupun di Daerah. Aspek-aspek penting dalam pelaksanaan FGD yaitu: stakeholders yang akan

dilibatkan, lokasi FGD, dan Pelaksanaan FGD.

4) Batasan: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki beberapa batasan,

antara lain: terkait kemampuan keuangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta adanya aspirasi

eksternal yang tidak terantisipasi.

5) Prasyarat: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat harus

mengacu pada beberapa aspek sinkronisasi yaitu: fungsi, lokasi, dan waktu, serta keseragaman

tingkat kedetailan program infrastruktur.

Tahap penyusunan sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar

(16)

Gambar 3.6 Penyusunan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur

E. Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan (Kotak 5)

Pembiayaan penganggaran pembangunan merupakan upaya mengidentifikasi bentuk atau wujud

pembiayaan penganggaran RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

1) Output: alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program investasi

pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv)

masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan.

2) Input:

a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang

sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaan (Output dari tahap IV);

b. Ketentuan Perpres Nomor 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

dalam Penyediaan Infrastruktur. Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan pihak

swasta/badan usaha mencakup:

1. infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau, bandar udara, jaringan

rel dan stasiun kereta api;

2. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;

3. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;

4. infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi,

jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;

5. infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan

jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat

pembuangan;

6. infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi;

(17)

8. infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,

transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi.

c. Ketentuan UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang atau

peraturan perundang-undangan tentang APBN/APBD.

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Identifikasi ketersediaan/kemampuan anggaran Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;

b. Melakukan analisis “demand dan supply” pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan melihat

kemungkinan kemitraan dengan badan usaha dan masyarakat termasuk pendayagunaan sumber

daya luar negeri;

c. Penyusunan matriks (tabel) pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur.

4) Batasan: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki beberapa batasan, yaitu: (i)

kelayakan pembiayaan sangat dinamis dalam fungsi waktu; dan (ii) tidak semua pembangunan

infrastruktur diminati pihak swasta.

5) Prasyarat: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki prasyarat, yaitu: (i) tersedia

sumber pembiayaan publik yang pasti, (ii) tersedianya sumber pembiayaan asing yang bisa diakses,

dan (iii) tersedianya sumber pembiayaan swasta yang siap membiayai pembangunan infrastruktur.

Tahap penyusunan sumber pembiayaan penganggaran pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada

Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan

F. Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan (Kotak 6)

Inisiasi pelaksanaan pembangunan merupakan upaya inisiasi pelaksanaan RPI2-JMD Kawasan

Danau Toba dan Kawasan BBK ke dalam penganggaran publik tahunan, yaitu Kementerian/Lembaga,

SKPD, atau pembiayaan kerjasama (dengan swasta).

1) Output: Prioritas pembangunan infrastruktur yang masuk dalam sistem penganggaran Nasional,

(18)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah/Dokumen Anggaran Satuan Kerja pada Tahun Anggaran ke-n+1),

serta rencana kerja bersama (dengan swasta) dalam dokumen formal dan mengikat.

2) Input:

a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang

sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaannya. Program tahunan tersebut

dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan

pelaksana/pelaksana kerjasama (Output dari tahap V).

b. Alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program prioritas pembangunan

infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v)

sharing/kerjasama pendanaan (Output dari tahap V).

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Pendampingan dalam sistem penganggaran pemerintah dan pembiayaan dengan swasta;

b. Monitoring dan evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan program prioritas pembangunan

infrastruktur berupa alokasi terhadap program/kegiatan (K/L) dengan komitmen terhadap RPI2-JM

Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK;

c. Pemberian tanda non-RPI2-JM terhadap program/kegiatan yang tidak sesuai antara dokumen

RPI2-JM yang disusun dengan yang di dalam dokumen usulan anggaran, yang menunjukkan

bahwa program tersebut belum direkomendasikan bersama (forum MUSRENBANG).

4) Batasan: Pelaksanaan pembangunan ini memiliki beberapa batasan yang perlu diperhatikan, yaitu: (i)

keserasian waktu proses penganggaran dengan waktu pembahasan program bersama; dan (ii) asumsi

konsistensi pelaksanaan RPI2-JM masuk dalam RKP/DIPA atau DASK TA. n+1, dan/atau masuk

dokumen Rencana Kerja.

5) Prasyarat: Pelaksanaan pembangunan ini memiliki prasyarat, yaitu bahwa dokumen pendukung

(backup) lengkap, terutama kesepakatan antarpihak, dan komitmen bersama dengan swasta. Tahap penyusunan pelaksanaan pembangunan dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan

(19)

3.5. Arahan RTRW Kabupaten Samosir

3.5.1 Dasar Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang

dijabarkan ke dalam indikasi program utama kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)

tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun). Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten

berfungsi:

1. Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman pemanfaatan ruang;

2. Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program utama (besaran, lokasi, sumber

pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);

3. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun pertama; dan

4. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan:

1. Rencana struktur ruang dan pola ruang;

2. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;

3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan

4. Prioritas pengembangan wilayah kabupaten dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai

dengan RPJPD.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:

1. Mendukung perwujudan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis kabupaten;

2. Mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;

3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;

4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka waktu tahunan

maupun antar lima tahunan; dan;

5. Sinkronisasi antar program harus terjaga.

Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi:

1. Usulan Program Utama

Usulan program utama adalah program-program pemanfaatan ruang yang diindikasikan memiliki

bobot kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur dan pola ruang wilayah

kabupaten sesuai tujuan.

2. Lokasi

Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.

3. Besaran

Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program utama yang akan

dilaksanakan.

4. Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan dapat berasal dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, dan/atau

(20)

5. Instansi Pelaksana

Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang disesuaikan dengan kewenangan

masing-masing pemerintahan, dan pihak swasta serta masyarakat.

6. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan

Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang

dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan

yang bervariasi sesuai kebutuhan. Program utama 5 (lima) tahun pertama dapat dirinci ke dalam

program utama tahunan. Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan jangka

waktu 5 (lima) tahunan RPJP Daerah Kabupaten.

3.6. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

3.6.1 Perwujudan Sistem Pusat-Pusat Permukiman

Dari hirarki dan fungsi utama kawasan dapat diturunkan kebutuhan pembangunan prasarana dan

sarana utama yang seharusnya dibangun dalam kerangka mewujudkan rencana struktur ruang yang telah

dirumuskan. Adapun program utama yang sebaiknya dilakukan/disediakan untuk masing-masing pusat

adalah sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Perwujudan Rencana Sistem Pusat-Pusat Permukiman

No.

Ibukota Kabupaten/Kecam

atan

Hirarki

Fungsi Fungsi Utama Prasarana & Sarana Minimum

1 2 3 4 5

1 Pangururan PKWp  Pemerintahan

 Perdagangan

 Penyusunan RDTR Kota Pangururan

 Pengembangan dan penataan detil Kota Pangururan

 Pengembangan perkantoran pemerintahan

 Peningkatan Pasar Pangururan

 Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa

 Pembangunan Energi Alternatif

 Pembangunan Perguruan Tinggi (Akademi)

 Pengembangan RSUD

 Pembangunan Gedung OR dan kesenian (Stadion)

 Peningkatan terminal (tipe B)

 Peningkatan kapasitas PAM

 Pembangunan jalan lingkar utara kota

 Pembangunan Terminal Agribisnis

 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Tomok  Peningkatan Dermaga

 Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)  Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Perbaikan Daerah Irigasi

 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan dini Kecelakaan Danau

 Pembangunan Lumbung Pangan

 Pembangunan LITBANG dan Balai Pelatihan Agro

3 Ronggur Nihuta PKK  Pendidikan

 Kesehatan

 Pertanian Hortikultura, Lahan Kerng dan Basah  Pariwisata Alam

 Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Pembangunan Lumbung Pangan

 Pembangunan Pabrik Pengolahan Kopi Terpadu  Pembangunan Gudang Pengumpul dan Lahan jemur

(21)

No.

Ibukota Kabupaten/Kecam

atan

Hirarki

Fungsi Fungsi Utama Prasarana & Sarana Minimum

1 2 3 4 5

 Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)  Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Perbaikan Daerah Irigasi

 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan dini Kecelakaan Danau

 Pembangunan Lumbung Pangan  Peningkatan Pasar Tradisional

 Pembangunan Jalan Produksi Perkebunan 5 Nainggolan Sub PKLp  Perdagangan

 Pendidikan  Kesehatan

 Pertanian Hortikultura, Lahan Kering dan Basah  Perikanan

 Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)  Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Perbaikan Daerah Irigasi

 Pembangunan Lumbung Pangan  Peningkatan Pasar Tradisional

 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan dini Kecelakaan Danau

 Pembangunan Jalan Produksi Perkebunan

6 Onan Runggu PKLp  Perdagangan

 Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)  Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Perbaikan Daerah Irigasi

 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan dini Kecelakaan Danau

 Pembangunan Lumbung Pangan  Peningkatan Pasar Tradisional

 Pembangunan Jalan Produksi Perkebunan

7 Sitio-tio PKK  Perdagangan

 Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)  Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Perbaikan Daerah Irigasi

 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan dini Kecelakaan Danau Lahan Kering dan Basah  Perikanan

 Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)  Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Perbaikan Daerah Irigasi

 Pembangunan Lumbung Pangan  Peningkatan Pasar Tradisional

 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan dini Kecelakaan Danau

 Pembangunan Jalan Produksi Pertanian/Perkebunan  Pengembangan Balai Benih Perikanan dan Penelitian

9 Sianjur Mula-mula PKK  Perdagangan  Pendidikan

 Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)  Peningkatan Pusat Perdagangan dan Jasa  Perbaikan Daerah Irigasi

 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan dini Kecelakaan Danau

 Pembangunan Lumbung Pangan  Peningkatan Pasar Tradisional

(22)

3.6.2 Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah

Berdasarkan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang yang menghasilkan ordo-ordo pada

daerah yang akan dikembangkan di Kabupaten Samosir maka disusunlah seperangkat rencana sistem

prasarana wilayah yang terdiri dari rencana sistem prasarana transportasi darat, rencana sistem

prasarana pengairan, rencana sistem perangkutan udara, rencana sistem prasarana energi, rencana

sistem pembuangan air hujan dan air kotor (drainase), rencana sistem pembuangan limbah padat,

rencana sistem persampahan, rencana sistem jaringan energi (listrik) dan rencana sistem jaringan

telekomunikasi.

Rencana sistem prasarana wilayah pada intinya adalah penciptaan akses yang merata terutama

pada wilayah-wilayah yang menjadi sentra aktifitas ekonomi potensial yang tersebar di Kabupaten

Samosir. Melalui pembatasan prasarana pula suatu wilayah dapat dihindarkan dari eksploitasi atau

Gambar

Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Pulau Sumatera
Gambar 3.2 Peta Rencana Pola Ruang Sumatera
Gambar 3.3 Penyusunan Arahan Spasial Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK
Gambar 3.4 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ketika individu masuk dan bergabung dengan sebuah kelompok tentunya ada pembagian in-group dan out-group yang nantinya dapat menciptakan suatu identitas

[r]

tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak.. dapat disebut

The quiescent power drain is only 24 milliwatts when operating from a 6 voltage supply, making the LM386 ideal for battery operation... Absolute maximum ratings are stress

Pada rancang bangun mesin bending otomatis untuk begel diameter 8mm, ini juga merupakan otomisasi yakni pengontrolan arus listrik sehingga motor dapat on/off secara

Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini

besi cor yang mana membuat kualitas produk rendah karena adanya bagian permukaan dari molten metal yang meleleh menempel pada permukaan pipa.. rendah dan umur

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi