PELENGKAP CAIR (PPC) SUPER GREEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
CABAI MERAH (Capsicum annumL.)
SKRIPSI
OLEH
ABDUL HALIM 07C10407002
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annum L.) pada mulanya diketahui berasal dari meksiko, dan menyebar di negara-negara sekitarnya di amerika Selatan, Amerika Tengah pada sekitar abad ke-8. Dari benua Amerika kemudian menyebar ke Eropa di perkirakan pada sekitar abad ke-15. kini tanaman cabai merah sudah menyebar keberbagai Negara tropik, terutama di benua asia, dan Afrika (Tim Bina karya Tani, 2008).
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya.
Sebagai usaha untuk meningkatkan hasil produksi tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, sifat fisika dan kimia, serta biologi tanah. Salah satu upaya memperbaikinya adalah dengan menambahkan pupuk kandang, karena pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara makro dan mikro bagi tanaman.
dipahami bahwa pemberian kotoran sapi akan meningkatkan jumlah humus dalam tanah yang juga berarti meningkatkan C-organik tanah. Peningkatan C-organik dalam tanah juga meningkatkan bahan organik tanah.
Selain penggunaan pupuk kandang dalam peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, Karena pemupukan sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun, salah satu pupuk yang beredar dipasaran diantaranya pupuk pelengkap cair (PPC) super green.
3 pemberian melalui tanah, adapun dosis anjuran untuk tanaman cabai adalah 2- 4 cc/liter air. (Hanolo, 1997 dalam Fitri Rizqiani dkk., 2007).
Dari permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pupuk kandang dan konsentrasi pupuk pelengkap cair (PPC) yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman cabai yang baik sesuai yang diharapkan.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan konsentrasi PPC super green terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
2. Konsentrasi PPC super green berpengaruh terhadap pertubuhan dan hasil tanaman cabai
4
2.1. Botani Tanaman Cabai
a. Sistematika
Menurut Wiryanta (2005), tanaman cabai (Capsicum annum L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Clas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus :Capsicum
Spesies :Capsicum Annum.L b. Morfologi
1. Akar
5
2. Batang
Batang dibedakan menjadi dua macam yaitu batang utama dan batang percabangan ( batang skunder ). Batang berwarna coklat hijau, berkayu, panjang antara 20 – 28 cm dan diameter 1,5 cm – 2,5 cm. Percabangan berwarna hijau dengan panjang antara 5 – 7 cm. Diameter percabangan lebih kecil dari batang utama, berkisar antara 0,5 cm – 1 cm. Cabang yang terletak dekat batang utama diameternya lebih besar dibandingkan dengan bagian atasnya (Nawangsih, 2003).
3. Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut sepesies dan varietas, ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bulat telur, dan bahkan ada yang langset dengan ujung meruncing. Daun cabai yang ditompang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip, warna permukaan daun cabai bagian atas biasanya berwarna hijau tua, hijau muda, hijau dan hijau kebiruan, sedangkan warna bagian bawah daun berwarna hijau muda, hijau pucat, dan hijau, permukaan daun cabai ada yang halus dan ada pula yang berkerut dengan ukuran panjang antara 3–11 cm dengan lebar antara 1–5 cm ( Prajananta, 1997 dan Wiryanta, 2005 )
4. Bunga
panjang bunga 1-1,5 cm dan panjang tangkainya 1-2 cm. Mahkota bunga akan gugur pada saat buah mulai terbentuk, kelopak bunga tertinggal dan melekat dipangkal calon buah ( Nawangsih, 2003 ).
5. Buah
Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah. Buah ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun dan buah. Bagian buah tersusun atas kulit buah berwarna hijau, daging buah dan biji, permukaan buah rata, licin dan yang telah masak berwarna merah mengkilat. buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk yaitu servano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell. Panjang buah berkisar antara 9 – 15 cm, diameter 1-1,5 cm, dan berat bervariasi dari 7,5 – 25 gr/buah, panjang tangkai 3,5 –4,4 cm, buah menggantung terletak dipercabangan atau ketiak daun. Jumlah buah perpohon berkisar antara 150-200 buah/batang (Nawangsih, 2003).
2.2. Syarat Tumbuh Cabai
1. Iklim
7
hibrida mempunyai daya penyesuaikan tersendiri terhadap lingkungan tumbuh (Suharjono, 2006).
2. Tanah
Tekstur dan struktur tanah sangat mempengaruhi semua sifat fisik tanah, seperti daya tahan tanah mengikat air dan permeabilitas, peredaran udara didalam tanah, temperatur serta mudah tidaknya pengolahan tanah (Wiryanta, 2005).
Hampir semua tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kualitas dan hasil yang tinggi, keadaan tanah yang ideal untuk tanaman cabai adalah jenis tanah Andosol dan Regosol yang subur, gembur, remah, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek (tergenang), bebas cacing (nematoda), penyakit tular tanah, dan poros. Walaupun demikian, cabai masih dapat ditanam di tanah lempung (berat), tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah hitam. Namun tanah yang demikian memerlukan proses pengolahan yang lebih ekstra sebelum ditanami. Adapun kisaran pH tanah yang ideal untuk tanaman cabai adalah antara 5,5 – 6,8, karena pada pH dibawah 5,5 atau diatas 6,8 hanya akan menghasilkan hasil yang sedikit (Suharjono,2006).
2.3. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami dibandingkan pembenah buatan/sintetis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N, P dan K rendah, tapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman.
Pupuk mikroba yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (mikro organisme) sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.
Sebagai bahan pembenah tanah pupuk organik mencegah terjadinya erosi, pengerakan permukaan tanah (crusting) dan retakan tanah, serta mempertahankan kelengasan tanah (Sutanto, 2002).
Pupuk kandang ialah campuran kotoran ternak dan urin. Campuran tanah dan pupuk kandang sapi sangat baik bagi pertumbuhan tanaman karena pupuk kandang mampu meningkatkan kelembaban tanah dan membangun kesuburan tanah terutama apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto, 2002).
Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah pupuk kandang tersebut mempunyai kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit (Samekto, 2006).
2.4. Pupuk Pelengkap Cair Super Green.
Super Green adalah pupuk cair lengkap yang mengandung unsur-unsur N1,P2,
dan K2O serta zat penyangga tanaman serta unsur-unsur mikro lainya yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Adapun kelebihan dari pupuk pelengkap cair super green antara lain : 1. Mudah larut dalam air
9
3. Dapat dicampur dengan berbagai jenis pestisida
4. Sangat baik untuk tanaman hias, palawija, hortikultura serta tanaman perkebunan.
Komposisi Pupuk pelengkap cair super green yaitu : N 24%, P 3%, K 8%, organik nutrien 2%, Cu 3 ppm, Co 0,35 ppm, Mn 22 ppm, Zn 4 ppm, B 22 ppm, dan Mo 2 ppm. Dosis yang dianjurkan dalam penggunaan PPC super green untuk tanaman cabai yaitu 2- 4 ml/liter air.
Pemupukan tanaman lewat daun biasanya disebut foliar feeding yaitu suatu cara pemupukan yang disemprotkan lewat daun dan diharapkan pupuk yang disemprotkan dapat masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) dan celah-celah kutikula (Sutanto, 2002).
2.5. Peran dan Fungsi Unsur Hara Bagi pertumbuhan Tanaman
Tanaman membutuhkan bahan organik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan dengan oleh unsur lain dan apabila terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Unsur hara N dan K menentukan berlangsungnya metabolism di dalam tanaman. Jika kekurangan hara tersebut tanaman akan terhambat pertumbuhannya dan peranan unsur hara tersebut tidak dapat digantikan oleh unsur hara lainnya. Unsur hara N dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar untuk penyusun purines dan pirimidin, komponen asam amino penyusun protein, pembentukan asam nukleat, unit structural dari butir hijau daun (klorofil), penyusun propirin dalam metabolism klorofil sebagai katalisator dalam pembentukan senyawa-senyawa organik lainnya. Unsur hara K berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan protein, activator enzim, pengatur turgor daun, menetralkan reaksi dalam sel terutama asam organik hasil metabolisme, mengatur berbagai kegiatan unsur mineral, meningkatkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat tegaknya batang, memperkuat perkembanagan akar, dan meningkatkan kadar karbohidrat sehingga biji tanaman berisi lebih padat (Salisbury dan Ross, 1995).
11
2.6. Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Melalui Daun
Mekanisme penyerapan unsur hara melalui daun dimulai dengan proses difusi
dan osmosis melalui lubang stomata dan berhubungan lansung dengan proses
transpor aktif ke seluruh jaringan tanaman. Membukanya stomata merupakan
mekanisme yang diatur oleh tekanan turgor sendiri berbanding lansung dengan
kandungan oksigen (O2 dari ruang di bawah stomata dan pada saat itu unsur hara
akan berdifusi ke dalam lubang stomata bersama dengan air (Sarief, 1986).
Daun memiliki mulut yang dikenal dengan nama stomata. Sebagian besar
stomata terletak di bagian bawah daun. Fungsi stomata untuk mengatur
penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai ke daun. Saat
suhu udara meningkat, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan
mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan
membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan
daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga
masuk ke dalam jaringan daun (Prasetya, 2011)..
Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman
sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak
menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya
dilakukan secara benar.Penyemprotan pupuk daun dilakukan pada saat
membukanya stomata (pagi atau pada sore hari). Prioritas penyemprotan pada
bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor yang
mempengaruhi efektivitas pemupukan ialah faktor cuaca. Karena bila terjadi
suhu udara panas menyebabkan konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun
13
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai dari tanggal 21 Pebruari 2013 sampai dengan tanggal 25 Juni 2013..
3.2. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas TM 999 yang diproduksi PT. East West Seed Indonesia.
b. Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran sapi yang sudah siap pakai (Sudah terdekomposisi). Diambil dari Gampong Pasi Aceh. Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
c. Pupuk pelengkap cair super green
Pupuk pelengkap cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah PPC super green yang di produksi PT. Petro Kimia Gresik Group.
d. Pupuk Dasar
e. Pestisida
Insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah decis dan valiant. Fungisida yang digunakan adalah Bion - M.
f. Kapur (Dolomit)
Pemberian kapur pertanian (Dolomit) dengan dosis 2 ton/ha.
g. Mulsa plastik hitam perak (MPHP) yang digunakan, pemasangan dilakukan pada siang hari agar mulsa mudah umtuk di pasang krena bersifat elastic jika terkena sinar matahari
h. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gembor, meteran, jangka sorong, timbangan analitik, ember, parang, cangkul, spayer dan alat-alat tulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x4, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi pupuk kandang dan dosis PPC.
Faktor dosis pupuk kandang (K) terdiri atas 3 taraf, yaitu : K1 = 2880 gr/plot ( 20 ton/ha)
K2 = 4320 gr/plot ( 30 ton/ha )
15 Faktor konsentrasi PPC super green (P) terdiri atas 4 taraf, yaitu :
P0 = 0 ml/liter air
P1 = 2 ml /liter air
P2 = 4 ml /liter air
P3 = 6 ml /liter air
Dengan demikian tedapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan maka terdapat 144 perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel .1 Tabel 1. Susunan Kombinasi perlakuan antara Kupuk Kandang dan Dosis PPC
Super Green
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk=+i + Kj+ Pk+ (KP)jk+ ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor pupuk kandang taraf ke-j, faktor
konsentrasi PPC taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)
Pk = Pengaruh faktor konsentrasi PPC ke-k ( k = 1,2,3 dan 4)
(KP)jk = Interaksi pupuk kandang dan konsentrasi PPC pada taraf pupuk
kandang ke-j, taraf konsentrasi PPC ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor pupuk kandang taraf
ke-j, faktor konsentrasi PPC taraf ke-k.
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai
KTg = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Persemaian
Media semai dipersiapkan sebelum dilakukan persemaian, media semai terdiri dari Tanah dan pupuk kandang. Media semai kemudian diaduk hingga merata kemudian dimasukkan kedalam babybag yang berukuran 8x4 cm, kemudian media semai dalam babybag didiamkan selama 14 hari sebelum penanaman benih dipersemaian.
2. Persiapan Benih
17 menggunakan air hangat selama 8 jam untuk memecahkan dormansi yang ada pada benih, kemudian benih ditiriskan dan diletakkan didalam kain yang lembab, kemudian benih yang dibungkus dalam kotak penyimpanan selama 24 jam untuk mempercepat proses perkecambahan.
3. Penanaman Benih
Benih ditanam pada media semai terlebih dahulu, sebelum benih ditanam media semai disiram terlebih dahulu sampai basah, kemudian media semai dilubangi dibagian tengahnya dengan kedalaman 2 cm, selanjutnya benih ditanam dengan meletakkan satu per satu di bagian tengah babybag yang sudah dilubangi.
4. Pengolahan Tanah
Lahan yang diolah terlebih dahulu harus di bersihkan dari sisa-sisa rerumputan tanaman sebelumnya, kemudian tanah diolah dengan menggunakan cangkul.
5. Persiapan Plot
Plot yang digunakan dalam penelitian ini adalah berukuran 120 cm persegi, setelah plot selesai maka dilakukan pemberian pupuk kapur pertanian (Dolomit) dengan dosis 2 ton/ha. (288 gr/plot) yang deberikan 2 minggu sebelum tanam
6. Aplikasi Pupuk Kandang.
Pupuk kandang diaplikasikan dengan sistem tabur di plot 15 hari sebelum tanam dengan dosis sesuai perlakuan.
Pupuk dasar deberikan pada saat 7 hari sebelum tanam, pupuk dasar akan diberikan yaitu pupuk NPK dengan dosis 144 gram per plot. Pupuk dasar akan diberikan pada permukaan plot kemudian diaduk dengan tanah hingga tercampur dengan tanah
8. Pemasangan Mulsa
Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa plastik hitam perak (MPHP), pemasangan mulsa akan dilakukan pada siang hari agar mulsa mudah untuk dipasang karena bersifat elastis jika terkena sinar matahari. Pemasangan mulsa akan dilakukan satu hari setelah pemberian pupuk dasar. 9. Persiapan Lubang Tanam
Lubang tanam dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan kaleng yang berdiameter 15 cm. Lubang tanam dibuat 2 hari sebelum tanam.
10. Penanaman Bibit
Penanam dilakukan setelah bibit berumur 28 hari setelah semai, penanaman dilakukan pada sore hari dengan menanam 4 tanaman per unit perlakuan/plot. Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 60 cm.
11. Pemeliharaan a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore bila tidak hujan tergantung kondisi lingkungan.
b. Penyulaman
19 Pemasangan ajir dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam, panjang ajir 120 cm, pemasangan ajir dilakukan dengan menancapkan ajir ke samping barisan tanaman.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan penyemprotan pestisida Vegasus, Bion M-1/8 WP dan fungisida Dithane 45 WP.
12. Aplikasi PPC
Aplikasi PPC dilakukan pada umur 7, 14, 21, 28, 35, 43, 50, dan 57 hari setelah tanam (HST), dengan interval waktu 7 hari sekali. PPC diaplikasikan dengan cara penyemprotan dengan menggunakan sprayer.
3.5. Pengamatan
Adapun peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tingggi Tanaman.
Tinggi tanaman diukur pada umur 30, 45, dan 60 hari setelah tanam (HST) dengan mengukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi.
b. Diameter Pangkal Batang
Jumlah buah per tanaman dilakukan dengan menghitung jumlah buah pertanaman yang dipanen untuk setiap tanaman sampel. Perhitungan jumlah buah pertanaman dilakukan selama 4 kali panen.
d. Berat Buah per Tanaman (gram)
Perhitungan berat buah pertanaman dilakukan dengan menimbang setiap tanaman sampel dengan menggunakan timbangan analitik. Perhitungan dilakukan 3 kali panen dengan interfal waktu 5 hari sekali. Dikonversikan dalam satuan ton/ha.
e. Produksi (ton).
21
IV. -HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Pengaruh Pupuk Kandang
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18) menunjukkan bahwa pupuk kandangberpengaruh sangat nyata terhadapdiameter batang umur 30, 45 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, umur 45 dan 60 HST, jumlah buah, berat buah per tanaman serta produktivitas. Akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST. 1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata–rata tinggi tanaman umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata–rata tinggi tanaman pada Berbagai pupuk kandangUmur 30, 45 dan 60 HST
Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)
Simbol ton ha¯ ¹ 30 HST 45 HST 60 HST tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 30 HST dijumpai pada pupuk kandang30 ton/ha (K2) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan media tanam lainnya. Pada umur 45 HST tanaman tertinggi dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K2) yang berbeda
nyata dengan pupuk kandang 40 ton/ha (K3), namun tidak berbeda nyata denga.
Hubungan antara tinggi tanaman pada berbagai pupuk kandang umur 30, 45 dan 60 HSTdapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk KandangUmur 30, 45dan 60 HST
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Rata–ratadiameter pangkalbatang umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata–rataDiameter PangkalBatang pada Berbagai Pupuk KandangUmur 30, 45 dan 60 HST
Pupuk Kandang Diameter PangkalBatang (mm)
Simbol ton ha¯ ¹ 30 HST 45 HST 60 HST
K1 20 5.05 a 6.38 a 7.61 a
K2 30 6.12 b 7.50 b 9.60 b
K3 40 5.91 b 5.91 a 8.44 a
BNJ 0,05 0.65 0.76 0.99
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 30, 45 dan 60 HST dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K2) yang berbeda nyata
dengan pupuk kandang 20 ton/ha (K1) dan pupuk kandang 40 ton/ha (K3).
26.08 27.60 23.83
Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹)
23 Hubungan antara diameter pangkalbatang pada berbagai pupuk kandang umur 30, 45 dan 60 HST dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diameter Batang Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk KandangUmur 30, 45 dan 60 HST
3. Jumlah Buah per Tanaman (buah)
Rata–rata jumlah buahper tanaman cabai dalam 4 kali panen pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata–rata Jumlah Buah Tanaman Cabaidalam Empat Kali Panen pada Berbagai Pupuk Kandang tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K2) yang berbeda nyata dengan pupuk kandang 20 ton/ha
(K1), namun tidak berbeda nyata denga. pupuk kandang 40 ton/ha (K3).
5.05 6.12 5.91
Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹
Hubungan antara jumlah buah tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah Buah per Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk Kandang
4. Berat Buah per Tanaman (gram)
Rata–rata berat buahtanaman cabai dalam tiga kali panen pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata–rata Berat Buah per Tanaman Cabai dalam Tiga Kali Panen pada Berbagai Pupuk Kandang
Pupuk Kandang
Berat Buah per Tanaman (gr) Simbol ton ha¯ ¹ tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 5 menunjukkan bahwa buah terberat dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K2) yang berbeda nyata dengan pupuk kandang 20 ton/ha (K1) dan
pupuk kandang 40 ton/ha (K3).
19.58
25 Hubungan antara berat buah tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Berat Buah per Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk Kandang
5. Produktivitas (ton)
Rata–rata produktivitas tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata–rata Produktivitas Tanaman Cabai Panen pada Berbagai Pupuk Kandang tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 6 menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K2) yang berbeda nyata dengan pupuk kandang 20 ton/ha (K1)
dan pupuk kandang 40 ton/ha (K3).
79.78
Hubungan antara berat buah tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Produktivitas Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk Kandang
4.1.2. Pengaruh PPC Super Green
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18) manunjukkan bahwa dosis PPC super green berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman cabai umur 45HST, diameter batang umur 30, 45 dan 60 HST, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan produktivitas. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 60 HST.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata–ratatinggi tanaman umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 7.
2.22
27 Tabel 7.Rata–rataTinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green
Umur 30, 45 dan 60 HST
Dosis PPC Super Green Tinggi Tanaman (cm)
Simbol ml/liter air 30 HST 45 HST 60 HST
P0 0 23.44 a 30.47 a 37.61 a
P1 2 29.28 b 35.89 b 43.31 b
P2 4 26.22 ab 31.64 ab 38.22 a
P3 6 24.42 ab 30.67 a 37.69 a
BNJ 0,05 5.19 4.38 5.02
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 30 HST dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1liter air (P1) yang berbeda nyata dengan dosis
PPC super green 0 ml/1 liter air (P0), namun tidak berbeda nyata dengan dosis
PPC super green 4 ml/1 liter air (P2) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air
(P3). Pada umur 45 HST tanaman tertinggi dijumpai pada dosis PPC super green
2 ml/1 liter air (P1)yang berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter
air (P0) dan dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P3), namun tidak berbeda
nyata dengan dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P2). Sedangkan pada umur
60 HST tanaman tertinggi dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1)yang berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P0), dosis
PPC super green 4 ml/1 liter air (P2) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air
(P3).
Gambar 6. Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green Umur 30, 45 dan 60 HST
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Rata–ratadiameter pangkal batang tanaman cabai umur 30, 45 dan 60 HST
pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata–rataDiameter Pangkal Batang pada Berbagai Dosis PPC Super GreenUmur 30, 45 dan 60 HST
Dosis PPC Super Green Diameter Pangkal Batang (mm)
Simbol ml/liter air 30 HST 45 HST 60 HST
P0 0 5.17 a 6.47 a 7.75 a
P1 2 6.61 b 7.67 b 9.82 c
P2 4 5.74 a 7.10 ab 8.77 b
P3 6 5.26 a 6.52 a 7.87 a
BNJ 0,05 0.83 0.97 0.99
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 7 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 30
HST dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1) yang berbeda
Dosis PPC Super Green (ml/liter air)
29 nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P0), dosis PPC super green 4
ml/1 liter air (P2) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P3). Pada umur 45
HST diameter pangkalbatang dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter
air (P1) yang berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P0) dan
dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P3), namun tidak berbeda nyata
dengan dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P2). Sedangkan pada umur 60 HST
diameter batang dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1) yang
berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P0), dosis PPC super
green 4 ml/1 liter air (P2) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P3).
Hubungan antara diameterpangkal batang tanaman cabai pada berbagai
dosis PPC super green umur 30, 45 dan 60 HST dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diameter PangkalBatang Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green Umur 30, 45 dan 60 HST
5.05 6.12 5.91
Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹
3. Jumlah Buah per Tanaman(buah)
Rata–rata jumlah buahpertanaman pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata–rata Jumlah per Tanaman Buah pada Berbagai Dosis PPC Super Green tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1) yang berbeda nyata dengan dosis PPC super
green 0 ml/1 liter air (P0) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P3) , namun
tidak berbeda nyata dengan dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P2).
Hubungan antara jumlah buah tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Jumlah Buah per Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super
31
4. Berat Buah per Tanaman (gr)
Rata–rata berat buah per tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata–rata Berat Buahper Tanamanpada Berbagai Dosis PPC Super Green
Dosis PPC Super Green
Berat Buah/Tanaman (gr) Simbol ml/liter air
P0 0 77.25 a
P1 2 107.45 b
P2 4 82.82 a
P3 6 81.81 a
BNJ0,05 24.28
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 9 menunjukkan bahwa buah terberat per tanaman dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1) yang berbeda nyata dengan dosis PPC
super green 0 ml/1 liter air (P0), dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P2) dan
dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P3).
Gambar 7. Berat Buah per Tanaman Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green
6. Produktivitas (ton)
Rata–rata produktivitas tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata–rata Produktivitas Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0.05)
Tabel 9 menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1) yang berbeda nyata dengan dosis PPC super
green 0 ml/1 liter air (P0),dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P2) dan dosis
33 Hubungan antara produktivitas tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Produktivitas Tanaman Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green
4.1.3. Pengaruh Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara pupuk kandang dan dosis PPC super green terhadap semua peubah yang diamati.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Pupuk Kandang
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan menunjukkan bahwa pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang umur 30, 45 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, umur 45 dan 60 HST, jumlah buah, berat buah per tanaman serta produktivitas. Akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST.Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai terbaik dijumpai pada pupuk kandang30 ton/ha (K2).
2.15
Hasil penelitian menunjukkan bahwapupuk kandang 30 ton/ha (K2).
merupakanpupuk kandang yang paling baik bila dibandingkan dengan perlakuan pupuk kandang lainnya, karena pada perlakuan tersebut memberikan rataan angka tertinggi pada semua peubah pertumbuhan tanaman cabai yang diamati, Hal tersebut diduga pupuk kandang 30 ton/ha (K2) merupakan dosis yang tepat
sehingga memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan tanaman cabai, pupuk kandang yang ditambahkan kedalam plot tanaman tersebut telah mampu menciptakan keadaan fisik, kimia dan biologi tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman cabai. Hal ini sesuai dengan pendapat Rinsema (1986) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang kedalam tanah dapat memperbaiki keadaan fisik tanah menjadi gembur, aerasi menjadi lebih baik sehingga absorbsi unsur hara menjadi lebih baik dan tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang dibutuhkannya tersedia dalam jumlah yang optimum. Selanjutnya Bukman dan Brady (1982) menambahkan, pemberian pupuk kandang kedalam tanah selain memperbaiki kondisi dalam tanah serta komposisinya yang sempurna pupuk kandang dapat menyediakan unsur hara yang cukup terutama unsur nitrogen yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian pupuk kandang akan memberikan nitrogen yang berguna bagi pertumbuhan awal tanaman.Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah pupuk kandang tersebut mempunyai kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit (Samekto, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan, pupuk kandang 20 ton/ha (K1) dan pupuk
35 30 ton/ha (K2) pada semua peubah yang diamati, hal ini disebabkan takaran
pupuk kandang belum sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai sehingga unsur hara belum tersedia dalam kondisi seimbang dan menguntungkan. Hal ini sejalan dengan Hakim et al., (1986), takaran pupuk kandang yang sesuai akan mampu memperbaiki sifat buruk pada tanah dengan adanya bantuan jasad mikro yang berperan dalam proses perombakan bahan organik sehingga agregat tanah akan terombak dan struktur padat akan menjadi remah.
4.2.2. Pengaruh Dosis PPC Super Green
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan manunjukkan bahwa dosis PPC super green berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman cabai umur 45 HST, diameter batang umur 30, 45 dan 60 HST, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan produktivitas. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 60 HST. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai terbaik dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1) merupakan dosis yang paling baik bila dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Hal ini disebabkan pada dosis 2 ml/liter air (P1) merupakan dosis yang
seimbang akan mempengaruhi proses metaoblisme pada jaringan tanaman. Proses metabolisme merupakan proses pemmbentukan dan perombakan unsure-unsur dan senyawa organik dalam tubuh tanaman guna melengkapi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didukung oleh Suseno (1974) yang menyatakan bahwa unsur hara yang berada dalam keadaan optimum dalam jaringan tanaman akan memacu kegiatan metabolisme dan pembentukan dan pembentukan sel tumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1) dan menurun jika dosis
ditingkatkan atau dikurangi. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk yang terlalu sedikit tidak memberikan pengaruh bagi tanaman dan jika pada dosis yang terlalu tinggi akan bersifat racun yang dapat menghambat pertumbuhan dan hasil tanaman.Hal ini sesuai dengan Suseno (1974) yang menyatakan bahwa unsur hara yang berada dalam keadaan optimum dalam jaringan tanaman akan memacu kegiatan metabolisme dan pembentukan sel tumbuhan.
4.2.3. Pengaruh Interaksi
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang umur 30, 45 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, umur 45 dan 60 HST, jumlah buah, berat buah per tanaman serta produktivitas. Akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai terbaik dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K2).
2. Dosis PPC super green berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman cabai umur 45 HST, diameter batang umur 30, 45 dan 60 HST, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan produktivitas. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 60 HST. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai terbaik dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P1).
3. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara Pupuk kandang dan dosis PPC super green terhadap semua peubah yang diamati.
5.2 Saran
Anonymous. 2003. Budidaya Cabai Hibrida. Kantor Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Barat. 45 Hal.
Buckman, H.O dan N.C. Brady. 1982. Ilmu tanah (terjemahan soegiman). Bharata Karya Aksara. Jakarta. 788 Hal.
Candra, N. A. 2003. Pengaruh Takaran Zeolit dan Pupuk Kandang Terhadap Perubahan Sifat-Sifat Tanah, Pertumbuhan, dan Hasil Jagung di Tanah Pasir Pantai. Tesis. Program Studi Agronomi Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
Darmawan. J dan J. Baharsyah 1983. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman Surya Daru Utama, Semarang.89 Hal.
Fitri Rizqiani, Nur. Erlina.A. Nasih. W.Y. 2007. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Buncis (phseolus vulgaris L) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan. Vol 7 no.1;45-53.
Hakim, N. at al., (1986). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.488 Hal.
Hanolo, W. 1997. Tanggapan Tanaman Selada Dan Sawi Terhadap Dosis Dan Cara Pemberian Pupuk Cair Stimulan. Jurnal Agrotropika 1(1):25-29. Leiwakabessy, F.M.1997. Ilmu Kesuburan Tanah dan Penuntun Praktikum.
Departemen Ilmu Tanah, IPB.Bogor.179 Hal.
Musnamar, E. I. 2003. Pupuk Organik: Cair & Padat, Pembuatan, Aplikasi. Revisi ke-9. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Nawangsih, a. A, Imdad, P. H, Wahyudi, A.2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. 128 Hal.
Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agro Media Pustaka, Jakarta Prajananta, Final, 1997. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. 64 Hal. Prasetya. 2011. Mekanisme dan Efektivitas Penyerapan Pupuk Melalui Daun. Rinsema, W.T.1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (Terjemahan H.M Saleh)
39
Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Salisbury, F.B and C. W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. ITB, Bandung. Samekto R, 2008. Pemupukan. PT. Citra Aji Parama Yogyakarta. Kanisius.
Yogyakarta.
Samekto, R. 2006 Pupuk Kandang. Citra Aji Parama. Yogyakarta.44 hlm
Sarief E.S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung. Bandung.
Setiadi. 2005. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. 183 Hal. Setuadi. 1995 : Bertanam Cabai. P.T. Penebar Swdaya.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Suharjono, H. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 Hal.
Suseno, H.1974. Fisiologi Tumbuhan Metabolisme Dasar. Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.277 Hal.
Sutanto, Rachman. 2002. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Kanisius..Yogyakarta. TIm Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cabai. Cetakan 1. CV.Yrama
Widya, Bandung.