• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

an

QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 17 TAHUN 2009

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TAMIANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengaturan, penertiban dan peningkatan

pelayanan kepada para pedagang kaki lima, pedagang keliling dan asongan, perlu mengatur pemakaian/pemanfaatan pasar, kios, losd dan tanah pasar milik Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf

a, perlu membentuk Qanun tentang Retribusi pelayanan Pasar;

Mwngingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 3699);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 3851);

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan

Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten gayo Lues , Kabupaten Aceh jaya, Kabupaten Nagan raya , Kabupaten Aceh TAmiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179);

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

(2)

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1980 tentang Ketentuan Umum mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

15. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03);

Dengan Persetujuan Bersama,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TAMIANG dan

BUPATI ACEH TAMIANG MEMUTUSKAN :

Menetapkan : QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG TENTANG RETRIBUSI

PELAYANAN PASAR.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :

1. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Tamiang;

2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah

unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang;

(3)

4. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Aceh Tamiang;

5. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah Kepala Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Aceh Tamiang.

6. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang retribusi daerah sesuai

perundang-undangan yang berlaku;

7. Badan adalah Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Persero Komenditer,

Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan, atau Organisasi sejenis, Lembaga Dana Pensiun, Bentuk usaha tetap serta Bentuk usaha lainnya;

8. Retribusi Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Kabupaten Aceh Tamiang untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

9. Retribusi pelayanan Pasar selanjutnya disebut dengan retribusi adalah pembayaran atas pemakaian fasilitas pasar yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan khusus disediakan untuk kegiatan transaksi barang dan jasa;

10. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

11. Wajib Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan pasar, kios dan losd;

12. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh wajib Retribusi untuk melaporkan data objek Retribusi dan wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terhutang menurut peraturan perundang – undangan Retribusi Daerah;

13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;

14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusaan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar Tambahan yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLBT adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar darpada retribusi yang terhutang atau yang seharusnya tidak terhutang;

16. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi adminitrasi berupa denda dan atau denda; 17. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD

atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLBT yang diajukan Wajib Retribusi;

18. Pemeriksaan adalah Rangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Restriusi Pasar berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi Pasar;

19. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi oleh penyidik pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan itu membuat terang Tindak Pidana dibidang Retribusi Pasar atau Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya;

20. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya;

21. Pasar Tradisional dalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang memiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual barang dagangan melalui tawar menawar;

(4)

22. Pusat Perbelanjaan Adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang;

23. Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual;

24. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan;

25. Pengelola Jaringan Minimarket adalah pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha dibidang Minimarket melalui satu kesatuan manajemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang merupakan jaringannya;

26. Pemasok adalah pelaku usaha yang secara teratur memasok barang kepada Toko Modern dengan tujuan untuk dijual kembali melalui kerjasama usaha;

27. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;

28. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan;

29. Syarat Perdagangan (trading terms) adalah syarat-syarat dalam perjanjian kerjasama antara Pemasok dan Toko Modern/Pengelola Jaringan Minimarket yang berhudendan dengan pemasokan produk-produk yang diperdagangkan dalam Toko Modern yang bersangkutan;

30. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional, Izin Usaha Pusat Perbelanjaan dan Izin Usaha Toko Modern adalah izin untuk melaksanakan usaha pengelolaan Pasar Tradisional, pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Setempat;

31. Peraturan Zonasi adalah ketentuan-ketentuan Pemerintah Daerah setempat yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rinci tata ruang;

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

(1) Bupati berwenang mengatur dan mengendalikan pemanfaatan Pasar, Kios dan Losd

dalam Kabupaten Aceh Tamiang;

(2) Setiap pemanfaatan pasar, kios dan losd harus dengan persetujuan Bupati;

BAB III

NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 3

Retribusi ini adalah retribusi pemanfaatan pasar, kios dan losd yang dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemanfaatan pasar, kios dan losd.

Pasal 4

(1). Objek Retribusi adalah pelayanan pemberian hak pemanfatan pasar, kios dan losd untuk jangka waktu tertentu yang meliputi :

a. Pemakaian Kios;

b. Pemakaian Losd Pasar;

c. Pemakaian Tanah Pasar milik pemda; d. Pemakaian Fasilitas pasar lainnya.

(5)

(2) Tidak termasuk objek pelayanan retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas pasar yang dimiliki dan atau dikelola oleh pihak swasta.

(3) Subjek Retribusi pelayanan pasar adalah orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan

obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB IV

GOLONGAN RETRIBUSI DAN WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 5

Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai Retribusi JasaUmum.

Pasal 6

Retribusi Pelayanan Pasar dipungut dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

BAB V

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 7

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis, ukuran dan lokasi tempat usaha.

BAB VI

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF

Pasal 8

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk

menutupi biaya penyelenggaraan penyediaan pelayanan fasilitas pasar dengan

mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. BAB VII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri atas halaman/pelataran, losd/kios, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.

(2) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentukan besarnya

tarif retribusi.

(3) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. Dalam Wilayah Kota kualasimpang :

1. Retribusi Sewa Meja, Sewa Kios serta Sewa Los milik daerah : a) Sewa Meja beton Pasar Ikan Rp. 2.000,-/Meja/Hari;

b) Sewa Los Tempat Penempatan/Tong/Fiber Ikan Rp.2.500,-/Meja/Hari; c) Sewa Kios Ayam Potong Permanen Rp. 1.100.000,-/Kios/Tahun; d) Sewa Kios Ayam Potong Non Permanen Rp. 750.000,-/Kios/Tahun ; e) Sewa Meja Batu Daging Lembu Rp.6.500,-/Meja/Hari ;

f) Sewa Meja Batu Daging Kambing Rp.4.500,-/Meja/Hari ; g) Sewa Meja Batu Ayam Rp.3.000,-/Meja/Hari;

h) Sewa Meja Papan Ayam Rp.1.500,-/Meja/Hari. 2. Retribusi Sewa Kios PKL :

Sewa kios PKL ukuran 2 x 3 m Rp.500.000/Tahun. 3. Retribusi Sewa Kios Pasar Jaya :

(6)

4. Retribusi Sewa Losd Pasar Pajak pagi Lantai II Rp.720.000/Tahun. 5. Retribusi Harian Pasar Rp.2.000/Hari.

b. Wilayah Kecamatan :

1. Sewa Losd Pasar di Kecamatan Rp.300.000/Tahun . 2. Sewa Kios pasar di Kecamatan Rp.1.200.000/Tahun. 3. Sewa Meja, sewa Kios dan sewa losd milik daerah :

a) Sewa meja batu pasar ikan : Rp. 1.875/meja/hari;

b) Sewa losd tempat penempatan tong/fiber ikan : Rp. 2.500/meja/hari; c) Sewa kios ayam potong permanen : Rp. 1.125.000/kios/tahun; d) Sewa kios ayam potong permanen : Rp. 1.125.000/kios/tahun; e) Sewa kios ayam potong non permanen : Rp. 500.000/kios/tahun; f) Sewa meja batu daging lembu : Rp. 6.250/ meja/hari;

g) Sewa meja batu daging kambing : Rp. 4.375/ meja/hari; h) Sewa meja batu ayam : Rp. 2.500/ meja/hari;

i) Sewa meja papan ayam : Rp. 1.250/ meja/hari; c. Retribusi Pemakaian WC/kamar mandi milik daerah :

1. Untuk setiap kali buang Air Kecil Rp. 500,-; 2. Untuk setiap kali buang Air Besar Rp.1.000,-; 3. Setiap Kali Mandi Rp.2.000,-.

BAB VIII

TATA CARA PERMOHONAN, SYARAT-SYARAT DAN PENGATURAN RETRIBUSI

Pasal 10

Tata cara permohonan, syarat-syarat dan pengaturan pemanfaatan pasar, kios dan losd ditetapkan dengan Peraturan Bupati

BAB IX

SURAT PENDAFTARAN Pasal 11

(1) Wajib retribusi wajib mengisi SPORD.

(2) SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.

(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPORD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB X

PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 12

(1) Berdasarkan SPORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang

semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terhutang, maka dikeluarkan SKRDKBT.

(3) Bentuk, isi serta tata cara penerbitan dan penyampaian SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

(7)

BAB XI

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan

dan SKRDKBT.

(3) Tata cara pemungutan, penggunaan jasa dan tempat pembayaran retribusi diatur lebih

lanjut dengan oleh Bupati.

(4) Semua hasil pungutan retribusi yang dilakukan berdasarkan Qanun ini, harus disetor ke

Kas Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIII

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 15

(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi paling lama 1 (satu) kali masa retribusi.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur lebih lanjut

oleh Bupati.

BAB XIV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 16

(1) Retribusi yang terhutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan,

SKRDKBT, STRD dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang bayar oleh wajib retribusi dapat ditagih melalui Surat Peringatan/teguran atau surat lain yang disamakan.

(2) Penagihan retribusi melalui Surat Peringatan/teguran atau surat lain yang disamakan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XV KEBERATAN

Pasal 17

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketentuan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan kebenaran ketentuan retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(8)

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan

penagihan retribusi.

Pasal 18

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terhutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati

tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut.

BAB XVI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 19

(1) Atas keberatan pembayaran retribusi, maka wajib retribusi dapat mengajukan

permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberi keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah dilampaui dan Bupati

tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut.

Pasal 20

(1) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.

(2) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 21

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat wajib retribusi; b. masa retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran; dan d. alasan yang singkat dan jelas.

Pasal 22

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 disampaikan secara langsung atau melalui Pos tercatat.

(2) Bukti penerimaan oleh pejabat atau bukti pengiriman Pos tercatat merupakan bukti saat

permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 23

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah

membayar kelebihan retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan yang berlaku sebagai bukti pembayaran.

(9)

BAB XVII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 24

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan wajib retribusi. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut oleh

Bupati.

BAB XVIII

KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 25

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3

(tiga) tahun terhitung saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana bidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh

apabila :

e. diterbitkan surat teguran, atau

f. ada pengakuan hutang retribusi baik langsung atau tidak langsung.

BAB XIX PENYIDIKAN

Pasal 26

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap atau jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana bidang retribusi daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

e. melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, catatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana dibidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut ketentuan perundang-undangan.

(10)

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA Pasal 27

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terhutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah Tindak Pidana Pelanggaran.

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 28

Dengan berlakunya Qanun ini, maka ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) Qanun

Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 Nomor 14 Seri C) dan ketentuan lainnya yang bertentangan dengan Qanun ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 29

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 30 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2009 NOMOR 17 Diundangkan di Karang Baru

pada tanggal 16 Nopember 2009 M 28 Dzulqaidah 1430 H

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG,

SYAIFUL ANWAR

Ditetapkan di Karang Baru

pada tanggal 16 Nopember 2009 M

28 Dzulqaidah 1430 H BUPATI ACEH TAMIANG,

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa pengertian manajemen sumber daya manusia secara garis besar sama yaitu bahwa suatu proses pendayagunaan tenaga

2) Seorang mahasiswa dapat mengambil mata kuliah dari prodi atau konsentrasi yang berbeda jika memang dianggap perlu dan relevan khususnya dengan rencana

Iklan Baris Iklan Baris PENGOBATAN PANTI PIJAT NOMOR CANTIK Serba Serbi PARABOLA/TV PEMBERITAHUAN PERLENKPN MOBIL Rumah Dijual JAKARTA BARAT BODETABEK DI JUal rmH 2lti lt 204 /

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

yang digunakan n untuk menetap untuk menetapkan kan lebar Laut lebar Laut Wilay Wilayah ah nasi nasional onal tidak selayaknya untuk digunakan sebagai metode

Sedangkan kelompok komoditas yang lain memberikan andil/sumbangan inflasi antara lain sebesar kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,0060 persen;

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesa biokomposit filler serat kenaf dengan zat aditif serbuk daun tembakau dan perekat PVA pada aplikasi papan gipsum plafon

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada umat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini