• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1986). Mark Snyder (1974) mengajukan konsep self-monitoring, yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1986). Mark Snyder (1974) mengajukan konsep self-monitoring, yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Self-monitoring

2.1.1 Definisi Self-monitoring

Self-monitoring merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan impression management atau konsep pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Mark Snyder (1974) mengajukan konsep self-monitoring, yang menjelaskan mengenai proses yang dialami dari tiap individu dalam menampilkan impression management dihadapan orang lain. Menurut Snyder (Watson et al, 1984), self-monitoring merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan dirinya di hadapan orang lain dengan menggunakan petunjuk yang ada pada dirinya atau petunjuk-petunjuk yang ada di lingkungan sekitarnya.

Snyder dan Cantor (dalam Fiske & Taylor, 1991) mendefinisikan self-monitoring sebagai cara individu dalam membuat perencanaan, bertindak, dan mengatur keputusan dalam berperilaku terhadap situasi sosial. Hal ini diperkuat dengan pendapat Robbins (1996) yang menyatakan bahwa self-monitoring merupakan suatu ciri kepribadian yang mengukur kemampuan individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor lingkungan luar. Menurut Baron dan Byrne (1994) self-monitoring merupakan tingkatan individu dalam mengatur perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan reaksi orang lain (self monitoring tinggi) atau atas dasar faktor internal seperti keyakinan, sikap, dan minat (self monitoring rendah).

(2)

Berdasarkan dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya maupun yang ada di sekitarnya, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan serta bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya.

2.1.2 Ciri-ciri Self-monitoring

Berdasarkan teori self-monitoring, sewaktu individu akan menyesuaikan diri dengan situasi tertentu, secara umum menggunakan banyak petunjuk yang ada pada dirinya ataupun di sekitarnya sebagai informasi. Individu dengan self-monitoring tinggi selalu ingin menampilkan citra diri yang positif dihadapan orang lain. Menurut Snyder dan Monson (dalam Raven & Rubin, 1983), seorang individu yang memiliki self-monitoring tinggi cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan berusaha untuk berperilaku sesuai situasi saat itu, dengan menggunakan informasi yang diterimanya. Hal ini mencerminkan bahwa individu yang mempunyai self-monitoring tinggi biasanya sangat memperhatikan penyesuaian tingkah lakunya pada situasi sosial dan hubungan interpersonal yang dihadapinya.

Snyder (dalam Baron & Byrne, 1994) menambahkan bahwa individu dengan self-monitoring tinggi mampu untuk menyesuaikan diri pada situasi dan mempunyai banyak teman serta berusaha untuk menerima evaluasi positif dari orang lain. Singkatnya, individu dengan self-monitoring tinggi cenderung fleksibel, penyesuaian dirinya baik dan cerdas sehingga cenderung

(3)

lebih cepat mempelajari apa yang menjadi tuntutan di lingkungannya pada situasi tertentu (Wrightsman & Deaux, 1981). Selanjutnya, Snyder dan Cantor (dalam Fiske & Taylor, 1991) menyatakan bahwa individu dengan self-monitoring tinggi juga sangat sensitif terhadap norma sosial dan berbagai situasi yang ada di sekitarnya sehingga dapat lebih mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Hal tersebut dapat dilihat bahwa individu dengan self-monitoring yang tinggi cenderung peka terhadap aturan- aturan yang ada di sekitar dirinya sehingga selalu berusaha untuk menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan situasi (Brehm & Kassin, 1993). Hoyle dan Sowards (dalam Baron & Byrne, 1994) menyatakan bahwa individu dengan self-monitoring tinggi cenderung melakukan analisis terhadap situasi sosial dengan cara membandingkan dirinya dengan standar perilaku sosial dan berusaha untuk mengubah dirinya sesuai dengan situasi saat itu.

Individu dengan self-monitoring rendah memiliki ciri-ciri yang berkebalikan dengan individu yang memiliki self-monitoring tinggi. Individu yang mempunyai self-monitoring rendah lebih mempercayai informasi yang bersifat internal. Menurut Snyder (dalam Fiske & Taylor, 1991), individu dengan self-monitoring rendah, dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain cenderung hanya didasarkan pada apa yang diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri. Hal ini mencerminkan bahwa individu dengan self-monitoring rendah kurang peka akan hal-hal yang ada di lingkungannya sehingga kurang memperhatikan keadaan-keadaan dari lingkungan sekitarnya.

(4)

Snyder (dalam Baron & Byrne, 1994) menambahkan bahwa individu yang memiliki self-monitoring rendah menunjukkan perilaku yang konsisten. Ini dikarenakan faktor internal seperti kepercayaan, sikap, dan minatnya yang mengatur tingkah lakunya (Kreitner dan Kinicki, 2005). Engel dkk (1995) juga menyatakan bahwa individu dengan self-monitoring rendah tidak peduli dengan pendapat orang lain dan lebih mementingkan perasaan dan faktor internal yang dimilikinya. Tidak mengherankan apabila individu ini menjadi cenderung memegang teguh pendiriannya dan tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya sehingga kurang berhasil dalam melakukan hubungan sosial (Baron & Byrne, 1994). Hal ini mencerminkan bahwa individu dengan self-monitoring rendah tidak berusaha untuk mengubah perilakunya sesuai dengan situasi dan tidak tertarik dengan informasi-informasi sosial dari lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat maka disimpulkan bahwa individu yang memiliki self-monitoring tinggi menunjukkan ciri-ciri tanggap terhadap tuntutan dari lingkungan di sekitarnya, memperhatikan informasi sosial yang merupakan petunjuk baginya untuk menampilkan diri sesuai dengan informasi atau petunjuk tersebut, mempunyai kontrol yang baik terhadap tingkah laku yang akan ditampilkan, mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berperilaku dalam situasi-situasi yang penting, dan mampu mengendalikan diri, mengubah perilaku serta ekspresif. Namun sebaliknya, individu yang memiliki self-monitoring rendah menunjukkan ciri-ciri kurang tanggap terhadap situasi-situasi yang menuntutnya untuk menampilkan dirinya, kurang memperhatikan pendapat orang lain dan kurang memperhatikan informasi sosial, kurang dapat menjaga

(5)

dan suka mengabaikan penampilannya, kurang berhasil dalam menjalin hubungan interpersonal, perilaku dan ekspresi diri lebih dipengaruhi oleh pendapat dirinya pada situasi sekitarnya.

2.2 Self -presentation

2.2.1 Definisi Self-presentation

Self presentation adalah proses dimana kita mencoba untuk membentuk apa yang orang lain pikirkan tentang kita dan apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri (Goffman dalam Worchel, Cooper, Goethals, & Olson, 2000). Kemudian, suatu usaha yang disengaja dilakukan oleh seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau terkontrol yang akan menciptakan kesan khusus tentang dirinya merupakan self presentation (George dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Menurut Myers (1987), self presentation adalah ungkapan diri yang ditunjukkan dalam bentuk lain agar membuat orang lain menyukai kesan pada dirinya atau sebuah kesan yang cocok untuk suatu rencana tertentu. Sedangkan Delamater dan Myers (2007) mengungkapkan bahwa self presentation berhubungan dengan usaha kita untuk mengontrol image yang akan kita rancang untuk diri kita sendiri dalam melakukan interaksi sosial.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self presentation merupakan suatu tindakan yang secara disengaja dimunculkan atau dihadirkan seseorang dengan cara-cara tertentu untuk menciptakan kesan khusus tentang dirinya demi diterima dan disukai oleh orang lain yang berada di sekitarnya.

(6)

2.2.2 Fungsi Self-presentation

Menurut Brown (2007) ada tiga fungsi dari self-presentation yang menyatakan mengapa seseorang terlibat dalam self-presentation, yaitu:

1. Memfasilitasi Interaksi Sosial

Menurut Goffman (dalam Brown 2007) fungsi dasar dari self-presentation adalah untuk mendefinisikan sifat suatu situasi sosial. Interaksi sosial sangat mudah untuk diatur, setiap orang mempunyai peran untuk dimainkan dan interaksi dapat berjalan dengan mudah apabila peran tersebut diterapkan secara efektif. Seseorang mungkin saja salah menggambarkan dirinya sendiri atau sebaliknya, menahan diri sendiri dari apa yang mereka katakan atau yang mereka rasakan. Contohnya, mencari model baju atau gaya rambut dan membuat alasan mengapa mereka tidak bisa bersama dalam suatu acara sosial. Perilaku self-presentation semacam ini nampaknya diutamakan oleh dorongan dari keinginan untuk menghindari konflik sosial dan untuk mengurangi tekanan sosial menurut DePaulo, Kashy, Kirkendol, Wyer, & Epstein (dalam Brown 2007).

2. Mendapatkan Imbalan Material dan Sosial

Individu berusaha untuk membuat kesan pada dirinya untuk mendapatkan keuntungan materi dan keuntungan sosial. Contohnya, karyawan biasanya mempunyai kepentingan materi yaitu seperi masa depan yang cerah, berkomitmen, dan menjanjikan. Sampai batas bahwa mereka sukses melakukan kesan-kesan tersebut di depan majikannya,

(7)

mereka cenderung akan di promosikan atau mendapatkan kenaikan gaji. Keuntungan sosial juga tergantung pada kemampuan kita untuk meyakinkan orang lain bahwa kita memiliki kualitas tertentu. Menurut Jones (dalam Brown 2007) strategi self-presentation semacam ini mewakili suatu bentuk pengaruh sosial pada setiap orang yang mencoba untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain.

3. Konstruksi Diri

Untuk menciptakan identitas biasanya dimulai dari konstruksi diri. Menurut Rosenberg (dalam Brown 2007) hal ini umum terjadi pada masa remaja, remaja secara rutin mencoba berbagai macam identitas. Self-enhancement juga didasari oleh konstruksi diri, kebanyakan orang memikirkan dirinya menjadi orang yang kompeten, disukai, dan maju dengan cara meyakinkan orang lain bahwa mereka memiliki sifat yang positif. Hal ini membawa mereka untuk memikirkan dirinya sebagai orang yang bermatabat yang pada akhirnya membuat mereka merasa baik tentang dirinya.

2.2.3 Strategi Self-presentation

Strategi self presentation adalah suatu upaya pembentukan kesan tertentu yang secara sadar dan disengaja dibentuk oleh orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Delameter dan Myers (2007), strategi self presentation merupakan kondisi tertentu yang membuat orang menghadirkan diri mereka sebagai seseorang yang dibuat-buat atau image yang bukan sesungguhnya dirinya, menggambarkan dirinya secara berlebihan, ataupun membuat image yang menyesatkan tentang dirinya dimata orang lain, agar membuat orang lain menyukai

(8)

kita lebih daripada diri mereka yang sesungguhnya (ingratiation), untuk membuat orang lain merasa takut kepada dirinya (intimidation), agar dihormati kemampuannya (self promotion), memberikan contoh kepada orang lain agar menjadi panutan (exemplification), atau memberikan image dimana individu membutuhkan pertolongan orang lain (supplication).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi self presentation adalah suatu usaha pengelolaan kesan tertentu yang diperlihatkan atau dihadirkan oleh seseorang kepada orang lain secara sadar dan disengaja guna mencapai beberapa tujuan tertentu.

2.2.4 Online Self-presentation

Di dalam dunia virtual, pembentukan identitas online termasuk ke dalam online self-presentation, yang di dalamnya ada cara yang berbeda pada pengguna untuk menunjukkan dirinya ke pengguna yang lain (Šmahel, 2003). Online self-presentation sangat penting karena setiap individu memiliki pilihan yang cukup besar untuk menunjukkan aspek-aspek tentang dirinya. Aspek-aspek ini bisa saja tentang dirinya yang ingin mereka sampaikan, misalnya gender mereka, minat, atau preferensi seksual. Tetapi hal ini juga bisa mengenai aspek-aspek yang mereka cita-citakan, yang mereka tidak inginkan, atau bahkan ingin mengeksplorasi dan melakukan ekperimen dengan melihat dirinya dan reaksi dari orang lain.

Menurut Subrahmanyam dan Šmahel (2010), online self-presentation difasilitasi oleh beberapa hal, antara lain:

(9)

1. Nicknames (usernames)

Nicknames atau Usernames dapat menyampaikan informasi mengenai gender pada user, contohnya “prettygurl245”, identitas seksual contohnya “straitangel”, dan minat-minat yang khusus contohnya “soccerchick”.

2. A/s/l code

age/sex/location ini adalah informasi yang paling dasar untuk menunjukan suatu identitas pada lingkungan internet, biasanya remaja yang online di chat rooms menjadikan a/s/l code sebagai kode untuk menanyakan identitas pada user lain (Greenfield & Subrahmanyam, 2003).

3. Avatars

Biasanya avatars digunakan oleh user game online sebagai identitas atau persona, yang dimana dapat disesuaikan sesuai dengan kriteria atau wujud yang diinginkan user. Avatars dapat dibentuk oleh beberapa cara, misalnya seperti animasi berbentuk manusia.

4. Foto dan video

Foto dan video dapat digunakan sebagai online self-presentation. Yang dimana dengan sangat mudah untuk di upload di blogs,

(10)

2.3 Self-monitoring dan Self-presentation

Setiap masing-masing individu memiliki hal yang berbeda dalam memilih jenis informasi yang digunakan untuk konsep dirinya. Masing-masing individu memiliki kesadaran yang berbeda-beda tentang cara menampilkan perilaku pada orang lain yang disebut dengan self-monitoring (Penrod, 1986). Individu membentuk kesan setiap saat berada di lingkungan sosialnya, tetapi tidak selalu dengan aktif mengamati atau mengatur kesan tersebut. Di dalam beberapa situasi, saat kita mempresentasikan diri itu sudah menjadi hal yang otomatis atau sudah menjadi hal yang biasa, dan kita memberikan sedikit perhatian yang kita sadari untuk mengetahui bagaimana presepsi orang lain terhadap diri kita. Menurut Leary (dalam Brown 2007) saat kita berada di situasi yang berbeda, kita menjadi lebih khawatir dengan kesan yang kita buat, dan kita dengan aktif berusaha untuk mengontrol kesan-kesan tersebut, maka dari itu perlu adanya strategi dalam mempresentasikan diri agar membuat orang lain menyukai kita lebih daripada diri mereka yang sesungguhnya (ingratiation), untuk membuat orang lain merasa takut kepada dirinya (intimidation), agar dihormati kemampuannya (self promotion), memberikan contoh kepada orang lain agar menjadi panutan (exemplification), atau memberikan image dimana individu membutuhkan pertolongan orang lain (supplication).

Menurut Goffman (1959) interaksi sosial dapat disamakan seperti pertunjukan teater, setiap individu adalah aktor yang berusaha membuat pertunjukkan dramanya sendiri. Aktor harus memperhitungkan setting, kostum, maupun penggunaan kata dan lainnya untuk memberikan kesan yang baik dan hal tersebut memudahkan individu untuk mencapai tujuannya yang

(11)

menurut Goffman disebut dengan impression management. Goffman (1959) juga memberikan perbedaan dimana aktor berada diatas panggung (front stage) dengan di belakang panggung (back stage). Front stage yang di maksud adalah ketika penonton melihat kita dan kita sedang berada dalam bagian dari pertunjukan tersebut. Saat itu kita berusaha memainkan peran agar membuat penonton menjadi tertarik. Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita di belakang panggung dengan kondisi tidak ada penonton, sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa memperdulikan peran yang akan kita mainkan. Apabila dapat dilakukan dengan baik, penonton akan termanipulasi dan melihat aktor sesuai dengan sudut pandang yang ingin ditampilkan oleh aktor tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, tahap front stage dan back stage merupakan self-presentation dari individu. Contohnya dalam media sosial adalah ketika seorang individu memperkenalkan atau menampilkan dirinya melalui Twitter. Akun Twitter tersebut sengaja dibuat agar individu mempunyai citra yang baik, begitu juga saat individu mem-posting tweets, komentar, dan foto. Individu sengaja membangun sebuah image yang baik untuk diperlihatkan kepada teman-temannya. Apa yang individu perlihatkan di Twitter adalah sebuah front stage seseorang, dan teman-temannya di Twitter adalah penontonnya. Sedangkan back stage merupakan kehidupan sehari-hari dari individu tersebut dan tidak ada penonton dari teman-temannya di media sosial, mereka memainkan peran yang berbeda dengan apa yang mereka bangun di panggung front stage.

(12)

2.4 Twitter

2.4.1 Definisi Twitter

Menurut Marwick dan Boyd (2010) Twitter merupakan real-time information network yang memungkinkan penggunanya untuk menikmati cerita, ide, pendapat dan informasi-informasi menarik. Tweet adalah fitur utama dari Twitter, yang berupa pesan berisi 140 huruf (O’Reily & Milstein, 2009). Dengan Twitter pengguna dapat melakukan follow dengan teman, artis dan berita terbaru yang menarik. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini pengguna dapat mengirim dan menerima pesan melalui bermacam-macam perangkat seperti PC, smartphone dan telepon seluler, yang memungkinkan Twitter digunakan oleh setiap orang (Twitter, 2012).

2.4.2 Perilaku dalam Twitter

Menurut O’Riely & Milstein (2009) Tweet adalah sistem penulisan pesan yang berada dalam Twitter yang dibatasi menjadi 140 huruf, Twitter mengikuti sistem SMS yang dibatasi oleh 160 huruf dan memotong 20 huruf untuk nama pengguna sehingga menyisakan 140 huruf untuk isi pesan. Twitter juga akan mempersingkat URL yang kita masukan kedalam tweet secara otomatis. Apabila pesan melebihi 140 huruf disarankan untuk mempersingkat pesan dengan menghilangkan beberapa tanda baca, menggunakan singkatan yang masih dapat dibaca, dan menulis angka secara numerik bukan menuliskan angka dengan huruf (O’Reily & Milstein, 2009).

Selain itu, foto yang dipasang di halaman profil pengguna Twitter disebut dengan avatar. Avatar akan muncul disebelah postingan tweet setiap kali individu menulis tweet. Foto yang digunakan sebagai avatar juga dapat diperbesar dengan mengklik avatar pada halaman profil. Avatar yang

(13)

digunakan maksimal berukuran 2MB. Kolom bio di twitter juga dapat digunakan untuk menuliskan tentang diri kita dalam 160 karakter (twitterabout, 2013).

Menurut O’Reily dan Milstein (2009) Follow adalah perilaku mengikuti sebuah account Twitter, pengguna yang menjadi follower sebuah account akan mampu melihat setiap tulisan yang ditulis di dalam Twitter oleh account yang di-follow. Dengan menggunakan simbol @username di dalam tweet pengguna dapat menujukan tweet tersebut kepada pengguna tertentu (O’Reily & Milstein, 2009). Pesan yang menggunakan @username dikategorikan menjadi @mention dan @reply, dengan menggunakan @username pesan dapat diartikan sebagai, ditujukan kepada pengguna tersebut dan membalas tweet dari pengguna tersebut (O’Reily & Milstein, 2009).

Retweet adalah fitur lain yang terdapat dalam Twitter, yaitu mengulang kembali tweet dari pengguna lain yang dianggap menarik atau berisi informasi berguna. Dengan melakukan retweet kita akan mengulang pesan tersebut kepada follower kita sendiri (O’Reily & Milstein, 2009). Untuk melakukan retweet, pengguna cukup menekan tombol RT yang berada di bawah tweet orang lain.

2.5 Remaja

2.5.1 Definisi Remaja

Remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Untuk menjadi orang dewasa, menurut Erikson, remaja akan melalui masa krisis, dimana remaja berusaha untuk

(14)

mencari identitas diri (search for self-identity) (Dariyo, 2004).

Menurut Geldard, (2004) remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada umumnya remaja akan menghadapi lima perubahan, yaitu biologis, kognitif, psikologis, sosial, dan norma (Geldard, 2004). Saat mengalami perubahan biologis, produksi hormon akan meningkat yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan organ seksual yang drastis dalam tubuh remaja (Colarusso dalam Geldard, 2004). Perubahan ini ditandai dengan berubahnya suara dan tumbuhnya bulu-bulu pada pria, dan menstruasi serta munculnya payudara pada wanita (Colarusso dalam Geldard, 2004). Saat perubahan biologis terjadi, remaja juga akan mengalami perubahan kognitif (Geldard, 2004). Remaja akan mengembangkan kemampuan untuk dapat berpikir secara abstrak, dengan menemukan cara menjalin relasi dengan sesama, menemukan cara baru untuk memproses informasi dan berpikir secara kreatif dan kritis (Geldard, 2004). Dalam hubungan antarrelasi, remaja mulai dapat memahami dan mencoba melihat dari persepsi orang lain (Geldard, 2004). Selain dapat memahami hubungan antarrelasi, remaja dapat memproses informasi dengan lebih efektif dan berpikir secara kreatif dan kritis seperti mampu mengambil keputusan sendiri, membedakan jenis-jenis masalah, dan menyelasikan masalah menggunakan cara mereka (Geldard, 2004).

Seiring berjalannya perubahan biologis dan kognitif remaja akan mengalami perubahan psikologis (Geldard, 2004). Perubahan fisik dan pola pikir remaja yang disebabkan kedua hal diatas akan menyebabkan remaja menjadi sosok yang sedang mencari identitas mereka bukan lagi seorang yang berada di masa kanak-kanak tetapi belum juga menjadi orang dewasa

(15)

(Geldard, 2004). Menurut Geldard (2004), dalam menghadapi perubahan secara sosial, seorang remaja harus mencari tempat mereka di lingkungan sosial yang baru. Remaja berusaha mencari tempat mereka di lingkungan sosial dan berusaha untuk menyesuaikan diri mereka untuk dapat diterima di lingkungan tersebut (Geldard, 2004). Untuk dapat diterima, remaja akan berusaha untuk memenuhi ekspektasi yang ada lingkungan sosial tersebut seperti dari orang tua dan teman, ekspektasi berasal dari asumsi bahwa remaja sudah menjadi sosok yang mandiri (Geldard, 2004). Perkembangan pola pikir remaja akan menyebabkan terjadinya perubahan moral dan spiritual pada diri remaja, remaja tidak lagi bertindak karena rasa takut atau atau persetujuan dari pihak lain seperti anak-anak (Geldard, 2004). Remaja tidak lagi mengikuti kepercayaan spiritual mereka karena pengaruh orang tua dan guru, remaja akan mengembangkan sendiri kepercayaan spiritual mereka berdasarkan pengalaman dan kejadian yang mereka alami (Geldard, 2004 ).

2.5.2 Karakteristik Perkembangan Remaja

Ketika seorang anak masuk dalam masa remaja, orang tuanya akan merasa penasaran akan terjadinya perubahan yang cepat pada anak mereka di masa remaja seperti selera musik, penampilan fisik, pertemanan, hubungan romantis, hobi dan pengambilan keputusan (Erikson, 1968). Remaja mulai menjauh dari orang tua mereka dan mulai membangkang dari orang tua, remaja sendiri mulai membutuhkan ruang pribadi untuk kehidupan mereka yang bebas dari gangguan orang tua, hal ini sangatlah penting untuk mengembangkan diri karena remaja harus memisahkan identitas diri mereka

(16)

dengan orang tua untuk dapat menciptakan otonomi untuk memperoleh kedewasaan (Erikson, 1982).

Pada Teori Erikson, usia remaja yang berada antara 10 sampai 20 tahun berada pada tahap identity versus identity confusion. Remaja dihadapkan pada pertanyaan siapakah diri mereka sebenarnya, apakah mereka, dan hendak kemana mereka menuju dalam hidupnya. Remaja dihadapkan pada peran baru dan status dewasa yang berkaitan dengan pekerjaan dan asmara. Orang tua sebaiknya memberi kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi peran yang berbeda dan jalan yang berbeda dalam peran tertentu. Bila remaja mengeksplorasi peran tersebut dalam cara yang baik dan mendapatkan jalan yang positif untuk diikuti dalam hidupnya, identitas positif akan terbentuk. Jika remaja kurang mengskplorasi peran yang berda dan jalan ke masa depan yang positif tidak ditentukan maka kekacauan identitas akan terjadi (Santrock, 2003).

2.6 Kerangka Berpikir

Remaja yang menggunakan Twitter dalam kehidupan sehari-hari di karenakan Twitter bersifat lebih tertutup dibandingkan dengan Facebook maupun media sosial yang lain. Sesuai dengan masa perkembangannya remaja sedang membentuk identitas yaitu berada pada tahap identity versus identity confusion. Media sosial Twitter memfasilitasi pembentukan identitas pada remaja, dalam pembentukan identitas perlu adanya eksplorasi yang dimana aktivitas tersebut dilakukan untuk menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya, setiap masing-masing individu memiliki hal yang berbeda dalam memilih jenis informasi yang digunakan untuk konsep dirinya. Masing-masing individu memiliki kesadaran

(17)

yang berbeda-beda tentang cara menampilkan perilaku pada orang lain yang disebut dengan self-monitoring (Penrod, 1986). Menurut Leary (dalam Brown 2007) saat kita berada di situasi yang berbeda, kita menjadi lebih khawatir dengan kesan yang kita buat, dan kita dengan aktif berusaha untuk mengontrol kesan-kesan tersebut, maka dari itu perlu adanya strategi dalam mempresentasikan dirinya agar membuat orang lain menyukai kita lebih daripada diri mereka yang sesungguhnya (ingratiation), untuk membuat orang lain merasa takut kepada dirinya (intimidation), agar dihormati kemampuannya (self promotion), memberikan contoh kepada orang lain agar menjadi panutan (exemplification), atau memberikan image dimana individu membutuhkan pertolongan orang lain (supplication). Interaksi di dalam media sosial Twitter berbentuk tulisan yang dapat dibaca kapanpun oleh siapapun, maka dari itu strategi dalam penampilan kesan saat menulis tweet juga diperhatikan, karena individu mengetahui bahwa tweet tersebut dapat dibaca oleh semua orang. Berbeda dengan dunia maya, individu yang berinteraksi dengan tatap muka dapat langsung memberikan kesan tanpa harus menuliskan tweet walaupun individu tidak sedang berinteraksi langsung dengan orang lain. Individu yang mempunyai self-monitoring tinggi memiliki kesadaran untuk menampilkan kesan, sehingga ada strategi khusus untuk menampilkan dirinya di dalam media sosial Twitter.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Resolusi citra dengan warna yang sama tidak terlalu berbeda untuk nilai persentase kompresi dan rasio kompresi atau dengan kata lain resolusi citra dengan warna yang sama tidak

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

Humbang Hasundutan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 42 15071902710300 HONDA SIHOTANG Kab.. Humbang Hasundutan Guru

mendayagunakan zakat secara produktif sebagai pemberian modal usaha yang tujuannya adalah supaya zakat tersebut dapat berkembang. Zakat didayagunakan dalam rangka

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen terhadap keputusan dalam pembelian beras premium di Pasar

pasar setempat karena terlalu kecil. Susunan perusahaan daerah itu mungkin mengakibatkan satuan-satuan biaya makin tinggi dibandingkan dengan biaya menyediakan layanan itu dari dalam

Tidak adanya kebijakan perusahaan terkait penggunaan internet di tempat kerja dengan kombinasi kebijakan lain (membawa perangkat keras pribadi dan cara kerja baru) yang ada

Untuk mengurangi emisi polutan di sektor transportasi dipergunakan teknologi katalitik konverter pada kendaraan berbahan bakar bensin dan penggunaan mesin diesel yang