• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING)

PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

(studi pada pengemudi Bus Jurusan Tasikmalaya-Bandung

PT. Hs Budiman 45 Tasikmalaya)

Oleh : Rena Meiliani, SKM1; Sri Maywati, SKM,. M.Kes2

1 Lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi tahun 2007

2 Lulusan Pasca Sarjana UNDIP tahun 2011, Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Siliwangi,

ABSTRAK

Salah satu faktor lingkungan fisik yang merupakan penyebab terjadinya kelelahan adalah faktor suhu di tempat kerja. Bagi pengemudi, selain faktor tersebut gejala kelelahan juga muncul setelah menempuh perjalanan panjang yang disebabkan banyak gerakan yang sifatnya monoton dan dituntut selalu konsentrasi dalam mengendalikan kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dampak penggunaan AC (air conditioning) pada bus terhadap tingkat kelelahan pengemudi bus jurusan Tasik-Bandung di PT. HS BUDIMAN 45 Tasikmalaya.

Penelitian ini menggunakan metode survei menggunakan pendekatan cross sectional.

Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, bus AC sebanyak 9 orang

dan bus non AC sebanyak 13 orang dari populasi 45 orang. Berdasarkan pengukuran

reaction timer didapatkan tingkat kelelahan setelah kerja pengemudi bus AC dengan kategori sedang yaitu sebanyak 77,8% dan pengemudi bus non AC kategori sedang

sebanyak 92,3%. Analisa statistik uji beda Mann-Whitney didapatkan adanya

perbedaan signifikan tingkat kelelahan pada pengemudi bus AC dan bus non AC

dengan nilai probabilitas p = 0,008 pada signifikansi  = 0,05.

Kata kunci : kelelahan, bus, suhu, AC

ABSTRACT

One of the physical environmental factors are causes of fatigue are temperature in the workplace. For the driver, the symptoms of fatigue factors also appear after a long journey which caused of monotonous movements and always demanded concentration in controlling the vehicle. This study aims to determine differences in the impact of using AC (air conditioning) on the bus to the bus driver's fatigue level majors Tasik-Bandung at PT. HS BUDIMAN 45 Tasikmalaya. This study used a survey method with cross sectional approach. Sampling choosen by purposive sampling techniques, as many as 9 peoples at bus with AC and 13 peoples at bus without AC from a population of 45 peoples. Based on measurements of the reaction timer level of fatigue after working with the AC bus driver categories are middle fatigue as many as 77.8% and without AC bus driver categories are middle fatigue as much as 92.3%. The statistical analysis based on the Mann-Whitney are shown there are significantly difference in the level of bus driver’s fatigue in AC and without AC with a probability value of p = 0.008

at the significance  = 0.05.

(2)

2

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati) LATAR BELAKANG

Lingkungan kerja fisik yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah mikroklimat (suhu udara ambien, kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi), intensitas penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis, dan tekanan udara (Tarwaka, 2004 : 96). Suhu nyaman merupakan suatu daerah

dimana tenaga kerja berada pada kondisi termonetral, yaitu tidak ada rasa panas atau

rasa dingin. Pengalaman yang disepakati oleh para ahli di Indonesia menyatakan

bahwa daerah cuaca nyaman seperti itu adalah 24-26oC suhu kering. Perbedaan

diantara suhu di dalam dan di luar ruangan sebaiknya tidak melebihi 5oC (Suma’mur,

1989 : 107).

Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan selamat akan memicu timbulnya kelelahan pada tenaga kerja (Ramandhani dalam Budiono, 2005 : 86). Kelelahan adalah suatu keluhan letih, lesu, dan tidak bertenaga yang bersifat subjektif (Mengel, 2001 : 208). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004 : 107). Sebab-sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik, keadaan lingkungan. Sebab-sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit-penyakit. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 1996:190). Sehingga kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Ramandhani dalam Budiono, 2005:86).

Bagi pengemudi, gejala kelelahan muncul setelah menempuh perjalanan panjang yang disebabkan banyak gerakan yang sifatnya monoton dan dituntut selalu konsentrasi dalam mengendalikan kendaraan. Apabila keadaan tersebut terus berlanjut, maka pada suatu saat akan mengurangi kesiagaan pengemudi dan akhirnya dapat membahayakan dirinya maupun sesama pengguna jalan dan orang sekitarnya.

PT. HS Budiman 45 merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang usaha jasa transportasi. Berdasarkan hasil survei awal terhadap 16 orang pengemudi dari populasi sebanyak 45 orang didapatkan data bahwa dari 7 orang pengemudi bis AC, 71,43% mengalami cepat lelah, 57,14% mengalami pusing dan 42,86% mengalami rasa cepat ngantuk. Sedangkan dari 9 orang pengemudi bis non AC didapatkan keluhan diantaranya 88,89% mengalami cepat lelah, 66,67% mengalami pusing dan 55,56% mengalami cepat mengantuk. Berdasarkan data

(3)

3

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

tersebut terlihat adanya perbedaan dilihat dari segi kuantitatif keluhan yaitu pengemudi bis non AC lebih banyak mengalami keluhan daripada pengemudi bis AC. Berdasarkan

uraian di atas maka penelitian yang dilakukan adalah mengenai

Studi Komparasi

Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning) Pada Bus Terhadap Tingkat

Kelelahan Pengemudi.

RUMUSAN MASALAH

Faktor yang mempengaruhi kelelahan dari lingkungan kerja fisik salah satunya adalah suhu kerja yang berada di luar suhu nyaman bekerja. Gejala kelelahan pada pengemudi muncul setelah menempuh perjalanan panjang. Apabila keadaan tersebut terus berlanjut, maka pada suatu saat akan mengurangi kesiagaan pengemudi. Studi pendahuluan menunjukkan keluhan subyektif dan kelelahan pada pengemudi bus non AC lebih bayak daripada pengemudi bus AC. Rumusan masalah adalah “Adakah perbedaan tingkat kelelahan antara pengemudi bus AC dengan Non AC?”

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengukur suhu di area kerja (bis AC dan bis non AC) 2. Mengukur tingkat kelelahan sebelum dan sesudah kerja 3. Menghitung selisih tingkat kelelahan sebelum dan setelah kerja

4. Menganalisis perbedaan tingkat kelelahan antara pengemudi bus AC dan Non AC

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2007 dengan sasaran adalah pengemudi bus AC dan Non AC jurusan Tasikmalaya – Bandung pada PT Hs. Budiman Tasikmalaya. Tujuan penelitian untuk mengetahui dampak penggunaan AC (air conditioning) pada bus terhadap kelelahan pengemudi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis bus yaitu AC dan Non AC yang diketahui dengan observasi keadaan bus secara langsung dengan kategori data nominal. Keadaan suhu ruangan di dalam bus diukur untuk mengetahui keadaan panasnya. Variabel terikat adalah tingkat kelelahan berupa besarnya waktu reaksi yang ditunjukkan oleh pengemudi setelah diberi rangsang tertentu, di ukur dengan “reaction timer” dengan satuan milidetik. Tingkat kelelahan diukur sebelum dan sesudah kerja kemudian dihitung selisihnya. Sampel sebanyak 22 orang diambil

(4)

4

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

secara purposif yang terdiri dari 9 sampel pengemudi bus AC dari 16 orang sebagai populasi dan sampel pengemudi bus non AC sebanyak 13 orang dari 29 pengemudi. Kriteria inklusi untuk sampel meliputi Umur < 50 tahun, pengemudi dalam keadaan sehat dan tidak baru sembuh dari sakit, tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah tinggi, dan tekanan darah rendah berdasarkan kuesioner dan hasil pengukuran serta mempunyai status gizi baik berdasarkan Indek Masa Tubuh (IMT) hasil pengukuran.

Data hasil pengukuran tingkat kelelahan dihitung selisih antara sebelum dan sesudah bekerja kemudian dianalisis menggunakan uji komparasi mann whitney untuk melihat perbedaan tingkat kelelahan pengemudi pada bus AC dan Non AC pada taraf signifikansi alpha 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Aktivitas Kerja pengemudi Bus

Jurusan Tasik-Bandung di PT. HS Budiman 45 merupakan salah satu jurusan yang mempunyai dua alternatif bagi pengguna jasa (penumpang), dimana perusahaan menyediakan bis dalam dua kategori yaitu bis AC dan bis Non AC. Setiap pengemudi Bis AC dan Non AC memiliki 15 hari kerja dalam 1 bulan, dimana peraturannya yaitu 2 hari kerja dan 2 hari libur. Dalam 1 hari kerja, pengemudi mengalami 2 kali

pemberangkatan. Pemberangkatan pertama, dimulai dari pukul 04.30 – 11.30,

sedangkan pemberangkatan kedua dimulai dari pukul 12.00 – 21.00. Jadi waktu

operasi tiap pengemudi dalam 1 hari kerja yaitu selama + 14 jam dengan istirahat total + selama 1,5 jam.

Berdasarkan waktu kerja tersebut, setiap pengemudi mengalami waktu malam dalam pengoperasian kendaraan. Dimana menurut Astono (2003 : 17) bahwa waktu malam berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja. Selanjutnya bagi pengemudi gejala kelelahan muncul setelah menempuh perjalanan panjang yang disebabkan banyak gerakan yang sifatnya monoton dan dituntut selalu konsentrasi dalam mengendalikan kendaraan (Santoso, 2006). Maka, dengan dialaminya waktu malam sekaligus pengemudi harus selalu berkonsentrasi dalam menjalankan kendaraannya, ini merupakan suatu hal yang berpotensi mengakibatkan kelelahan kerja.

(5)

5

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati) Suhu Ruang Kerja

Berdasarkan pengukuran suhu dalam ruang bus didapatkan bahwa suhu bus

non AC berada pada rentang 30-32oC, sedangkan suhu bus AC berada pada rentang

21-25 oC. Suhu bus non AC melebihi suhu nyaman kerja yaitu antara 24-26 oC.

Seorang tenaga kerja akan bekerja secara efisien dan produktif bila tenaga kerja berada pada suhu nyaman dimana tenaga kerja berada pada kondisi termonetral yaitu tidak ada rasa panas atau rasa dingin. Cuaca nyaman tersebut berada pada

rentang 24-26 oC (Suma’mur,1989 : 107). Ketidaknyamanan suhu akan mengakibatkan

perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Kondisi panas sekeliling yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Sebaliknya, kondisi dingin yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan rasa malas untuk beristirahat, yang mana akan mengurangi kewaspadaan dan konsentrasi, terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan mental (Grandjean dalam Nurmianto, 1996 : 278).

Karakteristik responden

Semua responden berumur kurang dari 50 tahun, dengan umur minimal 34 tahun dan umur maksimal 49 tahun (terlampir). Status Gizi responden semua dalam kategori normal dengan IMT terkecil 18,56 dan terbesar 25,00.

Kelelahan Kerja

1. Tingkat Kelelahan Pengemudi AC

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat kelelahan Pengemudi Bus AC di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007

Kategori Kelelahan Sebelum Sesudah

Frek % Frek %

Ringan 9 100,0 2 22,2

Sedang - - 7 77,8

Jumlah 9 100,0 9 100,0

Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa semua pengemudi bus AC sebelum bekerja mengalami kelelahan ringan. Sebagian besar pengemudi bis AC setelah bekerja mempunyai tingkat kelelahan sedang yaitu sebanyak 7 orang (77,8%).

(6)

6

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

Grafik 1. Tingkat Kelelahan Pengemudi Bus AC Sebelum dan Sesudah Bekerja di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007

Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan kelelahan pada pengemudi dari kategori ringan menjadi sedang, tetapi ada dua responden yang tidak mengelami peningkatan kelelahan.

2. Tingkat Kelelahan Pengemudi Bus Non AC

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Pengemudi Bus Non AC di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007

Kategori Kelelahan Sebelum Sesudah

Frek % Frek %

Ringan 13 100,0 1 7,7

Sedang - - 12 92,3

Jumlah 13 100,0 13 100,0

Tingkat kelelahan sebelum kerja seluruhnya dalam kategori kelelahan ringan, sedangkan sebagian besar pengemudi bus Non AC setelah bekerja mempunyai kategori tingkat kelelahan sedang yaitu sebanyak 12 orang (92,3%). 2 7 3 ,7 1 2 6 0 ,9 2 3 4 ,4 6 2 0 7 ,4 3 1 7 8 ,3 1 2 4 3 ,8 1 258, 22 2 5 6 ,4 3 298, 95 5 0 3 ,0 6 4 0 1 ,1 4 300, 33 402, 1 3 6 0 ,1 2 483 ,8 4 8 6 ,0 7 4 2 9 ,5 4 5 3 0 ,4 7 0 200 400 600 800 1000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sebelum Sesudah 2 3 3 ,2 6 2 3 6 ,6 2 7 9 ,9 6 2 0 9 ,0 5 2 4 8 ,8 3 2 4 1 ,5 9 2 1 9 ,6 2 237, 58 2 5 8 ,5 7 219, 27 2 5 0 ,5 5 2 1 7 ,9 3 2 8 0 ,5 4 9 8 ,1 3 5 5 8 ,7 1 598 ,1 9 5 4 0 ,9 9 5 5 6 ,6 4 4 9 5 ,9 2 3 0 5 ,4 3 57 7 ,0 8 5 6 7 ,6 8 4 3 2 ,9 7 5 2 4 ,0 3 498, 18 4 3 0 ,8 5 0 200 400 600 800 1000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sebelum Sesudah K el el ah an ( m ili de ti k) Responden

(7)

Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 8 No 1 Maret 2012

7

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

Grafik 2. Tingkat Kelelahan Pengemudi Bus Non AC Sebelum dan Sesudah Bekerja di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007

Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan kelelahan pada pengemudi dari kategori ringan menjadi sedang, tetapi ada satu responden yang tidak mengelami peningkatan kelelahan.

3. Rentang kenaikan waktu reaksi (WR) kelelahan antara pengemudi Bis AC dan Bis Non AC

Rentang kenaikan waktu reaksi pengemudi Bus AC yaitu mempunyai selisih rata-rata 187,49 milidetik dengan rentang antara 68,87– 239,99 milidetik, sedangkan pada pengemudi Bus Non AC mempunyai selisih rata-rata 265,79

milidetik dengan rentang antara 85,81 – 339,50 milidetik. Jadi, rentang

kenaikan waktu reaksi pengemudi Bis AC lebih kecil dari pengemudi Bis Non AC.

Grafik 3. Selisih Tingkat Kelelahan Pengemudi sesudah bekerja pada Bis AC dan Non AC di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007

Pembahasan Kelelahan Kerja

Dilihat dari kategori kelelahan, pengemudi Bus AC dan Bus Non AC rata-rata termasuk ke dalam kategori kelelahan sedang. Kelelahan pengemudi yang teridentifikasi menggambarkan kondisi pengemudi pada awal sebelum bekerja sudah mengalami kelelahan ringan sehingga pengemudi berada dalam kondisi tidak fit . Keadaan tersebut secara langsung berhubungan dengan adanya perubahan fisiologis dalam tubuh, dimana menurut Sedarmayanti (1996 : 55) proses terjadi kelelahan kerja salah satunya disebabkan oleh kelelahan akibat faktor fisiologis.

Sebab lain yang berpengaruh terhadap kelelahan adalah beban dan lamanya bekerja. Menurut Suma’mur (1996 : 193) bahwa lamanya seseorang bekerja dengan

2 2 9 ,3 5 1 4 0 ,2 4 68, 87 19 4 ,6 7 1 8 1 ,8 1 2 3 9 ,9 9 2 2 7 ,8 5 1 7 3 ,1 1 2 3 1 ,5 2 0 0 0 0 2 6 4 ,8 7 3 2 2 ,1 1 3 1 8 ,2 3 3 3 1 ,9 4 3 0 8 ,0 1 2 5 4 ,3 3 8 5 ,8 1 3 3 9 ,5 309 ,1 1 2 1 3 ,7 2 7 3 ,4 8 2 8 0 ,2 5 1 5 0 ,3 5 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 AC Non AC K el el ah an ( m Responden R en tan g K en ai kan K el el ah an (m ili de ti k) Responden

(8)

8

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan. Hal ini berkaitan dengan waktu kerja pengemudi tersebut, dimana pengemudi bekerja + 14 jam sehari, melebihi waktu kerja yang ditentukan yaitu 8 jam sehari.

Faktor eksternalnya, bisa dilihat dari faktor lingkungan kerjanya yaitu cuaca kerja. Ketidaknyamanan suhu akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Kondisi panas sekeliling yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Sebaliknya, kondisi dingin yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan rasa malas untuk beristirahat, yang mana akan mengurangi kewaspadaan dan konsentrasi, terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan mental (Grandjean dalam Nurmianto, 1996 : 278).

Kondisi suhu pada Bis Non AC (30-32oC), dipengaruhi oleh ketidakseimbangan

suplai oksigen karena kurangnya pertukaran udara. Menurut Suma’mur (1996 : 191) bahwa kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibasi) dan sistem penggerak (aktivasi). Apabila salah satu sistem tersebut berada dalam kondisi yang tidak seimbang seperti kurangnya oksigen dalam otak, maka tubuh akan mengalami ketidakstabilan sehingga tubuh akan mengalami lelah.

Perbedaan Kelelahan Pekerja (Pengemudi) antara Bis AC dan Bis Non AC

Analisis selisih kelelahan sesudah bekerja pada pengemudi bus AC dan non

AC menggunakan uji Mann-Whitney, dihasilkan p = 0,008 lebih kecil dari  = 0,05

artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan pengemudi bus AC dan Non AC jurusan Tasik-Bandung di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya.

Berdasarkan pengukuran waktu reaksi, pengemudi Bus Non AC mempunyai angka kelelahan yang lebih tinggi daripada pengemudi Bus AC. Hal ini bisa dilihat dari rentang kenaikan waktu reaksi sebelum dan sesudah bekerja, yaitu selisih rata-rata rentang kenaikan waktu reaksi pengemudi Bus Non AC (265,79 milidetik) lebih besar dari pengemudi Bus AC (187,49 milidetik). Adapun faktor penyebabnya adalah lingkungan kerja yaitu suhu area kerja di dalam ruangan bus, dimana suhu area kerja

(9)

9

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

Grandjean dalam Nurmianto (1996 : 278) bahwa kondisi panas yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, sehingga dapat menimbulkan kelelahan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Suhu ruang kerja Bus AC sekitar 21-25oC dan bus Non AC pada rentang

30-32oC

2. Tingkat kelelahan pengemudi jurusan Tasik-Bandung di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya sebelum dan sesudah kerja adalah sebagai berikut :

a. Pada Bus AC, kategori kelelahan sebelum kerja adalah 100% ringan dan sesudah kerja kategori sedang sebanyak 77,8%.

b. Pada bus Non AC, kategori kelelahan sebelum kerja adalah 100% ringan dan sesudah kerja 92,3% kategori sedang.

3. Selisih kenaikan angka kelelahan pengemudi bus AC rata-rata adalah

187,49 milidetik dan pengemudi bus Non AC rata-rata 265,79 milidetik.

4.

Terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pengemudi Bus AC dan Bus Non

AC jurusan Tasik-Bandung di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya dengan nilai p =

0,008 pada  = 0,05

Saran

1. Pengemudi agar mengoptimalkan waktu istirahat yang ada dan sedapat mungkin tidak melakukan aktivitas yang melelahkan sebeelum berangkat mengemudi.

2. Dilihat dari suhu Bis Non AC yang berada di luar rentang suhu nyaman, sebaiknya dari segi sirkulasi udara lebih diperhatikan yaitu dengan memfungsikan ventilasi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Sugeng, A.M, dkk., Bunga Rampai Hiperkes & Keselamatan Kerja. Edisi Dua,

Universitas Dipenogoro, Semarang, 2005.

Mengel, Mark B, MD, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Hipokrates, Jakarta,

(10)

10

Studi Komparasi Dampak Penggunaan Ac (Air Conditioning)

Pada Bus Terhadap Tingkat Kelelahan Pengemudi ( Rena meiliani, sri Maywati)

Nurmianto, Eko, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama, Candimas

Metropole, Jakarta, 1996.

Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, CV. Mandar Maju, Bandung, 1996.

Suma’mur, Ergonomi untuk Produktivitas Kerja, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989.

________, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung Agung,

Jakarta, 1996.

Tarwaka, dkk., Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas,

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat kelelahan Pengemudi Bus AC     di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007
Grafik 1. Tingkat Kelelahan Pengemudi Bus AC Sebelum dan Sesudah Bekerja  di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007
Grafik 2. Tingkat Kelelahan Pengemudi Bus Non AC Sebelum dan Sesudah  Bekerja di PT. HS Budiman 45 Tasikmalaya Tahun 2007

Referensi

Dokumen terkait

17 Budi Iskandar Prisantoso Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) 18 Chairulwan Umar Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan

Jika dilihat dari masing-masing kalimat aktif dan kalimat pasif, secara individual siswa kelas II SLTP Negeri 1 Batauga dikategorikan belum memahami kalimat akif bahasa

DFD Level 1-Sub Process Perhitungan Harga Pokok Produksi....... Halaman

Di dalam membantu restaurant mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien maka digunakanlah MRP sehingga menghasilkan sistem informasi persediaan

Green architecture (arsitekture hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan

Pendaftaran peserta dapat dilayani di Sekretariat Penyelenggara UKBI di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Balai atau Kantor Bahasa, dan tempat uji kemahiran

Namun demikian, dapat dilihat dengan jelas daripada contoh respon yang diberikan bahawa responden turut mengaplikasikan ciri-ciri atau bentuk penolakan tidak