Service Quality
dan
Customer Satisfaction
Berbagai tantangan industri jasa:1. Ikut sertanya para pelanggan di dalam proses produksi jasa
2. produksi dan konsumsi berlangsung secara bersamaan,
bersamaan,
3. Perishability
4. Pencapaian konsistensi di dalam produksi dan pengiriman jasa
5. Peraturan-peraturan
6. Tantangan sosial, finansial, maupun budaya dalam berbagai bentuk
Semakin pentingnya efisiensi yang lebih tinggi, kualitas yang lebih baik, dan
biaya yang lebih rendah
Dalam jangka panjang, faktor terpenting yang mempengaruhi kinerja usaha
adalah kualitas barang maupun jasa
yang ditawarkan oleh suatu organisasi, relatif terhadap pesaing-pesaingnya
yang ditawarkan oleh suatu organisasi, relatif terhadap pesaing-pesaingnya
Secara lebih umum, pengelolaan kualitas merupakan strategi paling signifikan
untuk menjamin kelangsungan hidup suatu organisasi
Secara teknis, tersedianya kualitas pelayanan yang baik terkait secara langsung dengan peningkatan laba,
Mengapa Kualitas Pelayanan?
Erat kaitannya dengan biaya, profitabilitas,
kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, dan garansi pelayanan.
Salah satu penggerak pemasaran korporat dan kinerja finansial.
dan kinerja finansial.
Salah satu faktor penting di dalam
pencapaian keunggulan kompetitif dan kesuksesan finansial di sektor jasa.
Pengertian Kualitas Pelayanan:
Teas: perbandingan antara kinerja aktual dengan suatu standar ideal.
Berry dkk.: kesesuaian dengan spesifikasi pelanggan. Diukur dengan mendapatkan suatu perbandingan antara
apa yang diharapkan oleh pelanggan (expectation) dengan penilaian mereka tentang pelayanan yang mereka terima (perceptions)
Expectation: pikiran atau keyakinan seorang individu tentang kinerja suatu jasa di masa mendatang
Expectation: pikiran atau keyakinan seorang individu tentang kinerja suatu jasa di masa mendatang
Expectation mencerminkan kinerja antisipatif dan terutama dipengaruhi oleh pengalaman personal, komunikasi dari mulut ke mulut, dan pengalaman komunikasi organisasi dengan pihak eksternal
Perception diartikan sebagai opini seorang individu tentang pelayanan yang telah dialaminya
Seseorang akan mempunyai expectation terhadap
produk jasa yang ditawarkan oleh semua organisasi yang diketahuinya.
Perception akan terbentuk hanya jika orang tersebut
Dimensi (Komponen) Kualitas
Pelayanan
Peneliti Dimensi kualitas pelayanan
Swan dan Combs
(1976) Kualitas instrumental dan kualitas ekspresif Lehtinen dan Lehtinen
(1982) Kualitaskualitas korporatinteraktif, kualitas fisik, dan Donabedian (1980) Struktur, proses, dan outcome (dampak)
Donabedian (1980) Struktur, proses, dan outcome (dampak)
Maxwell (1984) Efektivitas, efisiensi, akseptabilitas, akses, equity, dan relevansi
Grönroos (1984) Kualitas teknis dan kualitas fungsional Parasuraman dkk.
(1985) Tangiblescommunication, reliability, credibility, responsiveness, security,, competence, courtesy, understanding, access
Parasuraman dkk.
Karakteristik Industri Jasa:
• Intangibility
• Perishability
• Interpersonal
• Inseparability/ simultaneous production and consumtion • Heterogeneity • Heterogeneity • Non-returnable • Personal • Psychic • Needs-match uncertainty
• High customer involvement
dikembangkan beberapa metode khas untuk
menemukan, mengukur, dan menganalisa determinan dari kualitas pelayanan
Mengapa Perlu Diukur?
• Hasil pengukuran dapat digunakan untuk
melakukan perbandingan antara sebelum dan sesudah terjadinya perubahan pada suatu
organisasi;
• Pengukuran diperlukan untuk menemukan letak permasalahan yang terkait dengan • Pengukuran diperlukan untuk menemukan
letak permasalahan yang terkait dengan kualitas; dan
• Hasil pengukuran diperlukan untuk
SERVQUAL
Sepuluh Komponen Awal:
• Reliability, meliputi konsistensi kinerja dan dependability. • Responsiveness, berkenaan dengan kemauan atau
kesediaan karyawan untuk menyediakan layanan.
• Competence, dimaksudkan sebagai pemilikan ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjalankan
jasa.
• Access, mencakup kemudahan untuk didekati dan • Access, mencakup kemudahan untuk didekati dan
kemudahan kontak.
• Courtesy, mencakup kesopanan, penghargaan, perhatian, dan keramahtamahan karyawan.
• Communication, yaitu menjaga agar pelanggan tetap mendapatkan informasi dengan bahasa yang mudah mereka pahami.
• Credibility, mencakup kelayakan untuk dapat dipercaya, kejujuran.
• Security, yaitu bebas dari rasa takut, resiko, atau keragu-raguan.
Lima Komponen/ Dimensi:
•
Reliability
, merujuk kepada kemampuan untuk memberikan pelayanan yangdijanjikan secara akurat dan handal. •
Assurance
, merupakan karyawan yangsopan dan berpengetahuan luas yang
memberikan rasa percaya serta keyakinan. •
Tangibles
, menggambarkan fasilitas fisik,•
Tangibles
, menggambarkan fasilitas fisik,perlengkapan, dan tampilan dari personalia serta kehadiran para pengguna.
•
Empathy
, mencakup kepedulian sertaperhatian individual kepada para pengguna. •
Responsiveness,
yaitu kesediaan untukmembantu partisipan dan memberikan perhatian yang tepat
Lima
Gap
:
Komunikasi mulut ke mulut
Jasa yang dirasakan Jasa yang diharapkan
Pengalaman yang lalu Kebutuhan personal Gap 5 Konsumen Persepsi manajemen Komunikasi eksternal Penjabaran jasa Penyampaian jasa Gap 3 Gap 2 Gap 4 Gap 1 Manajemen (penyedia pelayanan)
Lima
Gap
:
Gap
1, yaitugap
antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen tentang harapan tersebut. Misalnya, pelayanan yang diberikan oleh bank B adalah memberikan fasilitas tempat danteknologi yang mutakhir untuk keperluan menarik nasabahnya. Akan tetapi ternyata
nasabahnya lebih mengharapkan bunga bank nasabahnya lebih mengharapkan bunga bank yang menarik.
Gap
ini terjadi karenakurangnya orientasi penelitian pemasaran,
pemanfaatan yang tidak memadai atas temuan-temuan penelitian, kurangnya interaksi antara
pihak manajemen dan pelanggan, komunikasi dari bawah ke atas yang tidak memadai,
serta terlalu banyaknya tingkat manajemen. Itu semua berujung kepada kurangnya pemahaman manajemen tentang apa yang menjadi harapan
Lima
Gap
:
Gap
2, yaitugap
antara persepsi manajemententang harapan pelanggan dan spesifikasi dari kualitas pelayanan. Seorang manajer
operasional suatu bank, misalnya, memberikan instruksi kepada
teller
-nya untuk melayani para nasabah dengan cepat, tanpa menentukanwaktu standar yang konkret dan spesifik waktu standar yang konkret dan spesifik
mengenai cepatnya pelayanan yang diharapkan oleh manajemen.
Gap
ini terjadi, antara lain, karena karena tidak memadainya komitmenmanajemen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas, dan tidak adanya
Lima
Gap
:
Gap
3, antara spesifikasi kualitas pelayanan dan pemberian pelayanan kepada pelanggan.Misalnya,
teller
di suatu bank yangdihadapkan pada standar yang bertentangan, di mana di satu sisi harus mendengarkan keluahan nasabah dan di sisi yang lain
harus memberikan pelayanan secara cepat. Contoh yang lain, menurut standar
harus memberikan pelayanan secara cepat. Contoh yang lain, menurut standar
pelayanan, seorang pembeli yang antri untuk membayar di depan kasir akan dilayani
dalam waktu 3 menit, namun dalam
kenyataannya pembeli dilayani dalam waktu lebih dari 3 menit.
Gap
3 (cont’d):
Gap ini disebabkan oleh:
– Ambiguitas peran, yaitu adanya tuntutan kepada
pegawai/ karyawan untuk dapat melaksanakan tugas sesuai dengan harapan manajer dan sekaligus
mampu memuaskan pelanggan;
– Konflik peran, yaitu sejauh mana pegawai/
karyawan meyakini bahwa mereka tidak memuaskan semua pihak;
– Kesesuaian pegawai/ karyawan dengan tugas yang – Kesesuaian pegawai/ karyawan dengan tugas yang
harus dikerjakannya;
– Kesesuaian teknologi yang digunakan oleh pegawai/ karyawan;
– Sistem pengendalian dari atasan, yaitu tidak
memadainya sistem reward and punishment;
– Perceived control, yaitu sejauh mana pegawai/ karyawan merasakan kebebasan atau fleksibilitas untuk menentukan cara pelayanan;
– Teamwork, yaitu sejauh mana pegawai/ karyawan dan manajemen merumuskan tujuan bersama di
Lima
Gap
:
Gap 4, antara pemberian pelayanan dan komunikasi eksternal. Harapan pelanggan mengenai kualitas
pelayanan dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh perusahaan melalui komunikasi pemasaran. Namun janji melalui komunikasi pemasaran ternyata
tidak dapat diberikan oleh petugas/ karyawan pemberi pelayanan. Misalnya, suatu bank mengeluarkan brosur mengenai pelayanan bank dengan gambar lokasi indah, mengenai pelayanan bank dengan gambar lokasi indah, ruang yang luas, dan hadiah langsung yang menarik. Namun ketika nasabah bank tersebut datang langsung ke kantor bank, mereka mendapati bahwa kantor bank tersebut ternyata hanya memiliki ruang pelayanan yang sempit, tidak seindah pada gambar, dan hadiah
langsung tidak dapat diberikan kepada nasabah dengan berbagai alasan. Gap ini terjadi karena hal-hal berikut: – Tidak memadainya komunikasi horisontal;
– Adanya kecenderungan untuk memberikan janji yang berlebihan.
Lima
Gap
:
Gap 5, antara persepsi dan harapan pelanggan. Jika pelayanan yang diterima lebih baik
daripada pelayanan yang diharapkan atau setidaknya sama, maka perusahaan akan memperoleh citra dan dampak yang positif. Sebaliknya jika pelayanan yang diterima
dirasakan lebih rendah dari pelayanan yang diharapkan, maka gap ini akan menimbulkan diharapkan, maka gap ini akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan. Gap ini dapat diketahui atau dirasakan oleh pelanggan dari orang lain, pengalaman masa lalunya, dan
ketidaksesuaian dengan kebutuhannya. Di sini
pelanggan mempunyai persepsi sendiri di dalam mengukur kinerja dan/ atau kualitas pelayanan yang diberikan. Misalnya, customer service dari sebuah bank menjelaskan dengan rinci
mengenai produk baru kepada salah satu nasabah, tetapi nasabah menginterpretasikan
bertele-Komunikasi dari mulut
ke mulut kebutuhan Pengalaman masa lalu
Pelayanan yang diharapkan
Dimensi kualitas pelayanan: Kualitas pelayanan yang akan diterima:
Pelayanan yang diperkirakan akan
diterima Dimensi kualitas pelayanan:
Tangibles Reliability Responsiveness Empathy
Assurance
Kualitas pelayanan yang diterima lebih baik dari yang dirasakan
Kualitas pelayanan yang diterima sama dengan yang dirasakan
Kualitas pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang dirasakan
Penyebab masing-masing
gap
:
Otoritas penelitian pasar Komunikasi atasan-bawahan
Struktur manajerial Komitmen perorangan terhadap
kualitas pelayanan Penetapan tujuan
Persepsi kelompok pelayanan Standarisasi petugas pelayanan
Tim kerja Gap 1 Gap 2 Assurance Tangibles Tim kerja Perceived control
Kesesuaian pegawai dengan pekerjaan
Kesesuaian tekonologi pekerjaan
Sistem pengawasan Konflik peran Ketidakpastian peran
Janji yang berlebihan Komunikasi dengan pelanggan
Gap 3 Gap 4 Kualitas pelayanan (Gap 5) Responsiveness Assurance Empathy Reliability
•
Gap
= “service quality
(SQ
) =perception
(
P
) –expectation
(E
)”.• Untuk setiap responden, nilai
SQ
dari tiap-tiap dimensi kualitas pelayanan dihitungdengan rumus berikut:
j n i ij ij j n E P SQ j
1SQ
j =SQ
dari dimensi ke-j
,E
ij = nilai harapan dari atribut ke-i
di dalam dimensi ke-j
,Pij
= persepsi dari atribut ke-i
di dalam dimensi ke-j
, danSetelah
SQj
diperoleh, berikutnya dicari skor rata-rata untuk tiap-tiap dimensi denganmenyertakan data dari semua responden.
Suatu skor
SQ
total juga dapat dicari dengan mengambil nilai rata-rata aritmetik dari kelima dimensi yang ada.Skor positif menunjukkan adanya pelayanan yang lebih baik daripada yang diharapkan, skor
lebih baik daripada yang diharapkan, skor negatif menandakan suatu pelayanan yang buruk, dan skor nol merupakan petunjuk adanya pelayanan yang memuaskan.
• Besarnya tingkat kepentingan tiap-tiap dimensi dinilai dengan menggunakan daftar pertanyaan tertentu, sebagaimana disajikan di Tabel.
Angka yang diminta untuk dimasukkan ke
tiap-Menghilangkan
Gap
1:
• Memberikan kesempatan kepada para pelanggan untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka kepada
perusahaan;
• Mencari tahu keinginan dan harapan para pelanggan perusahaan-perusahaan sejenis;
• Mencari tahu keinginan dan harapan para pelanggan melalui para perantara penjualan (intermediaries);
• Melakukan penelitian yang mendalam terhadap pelanggan-pelanggan penting;
• Melakukan penelitian yang mendalam terhadap pelanggan-pelanggan penting;
• Membentuk suatu panel pelanggan;
• Menanyakan kepuasan pelanggan segera setelah bertransaksi dengan perusahaan;
• Melakukan studi komprehensif mengenai harapan pelanggan;
• Menindaklanjuti temuan riset pemasaran seefektif mungkin;
• Mempertinggi interaksi antara perusahaan dan para pelanggan;
• Memperbaiki kualitas komunikasi antarsumber daya manusia di dalam perusahaan;
Menghilangkan
Gap
2:
• Memperbaiki kualitas kepemimpinan perusahaan;
• Mempertinggi komitmen sumber daya manusia terhadap kualitas pelayanan;
• Mendorong sumber daya manusia untuk lebih inovatif dan reseptif terhadap
inovatif dan reseptif terhadap gagasan-gagasan baru;
• Standarisasi pekerjaan-pekerjaan tertentu terutama yang rutin sifatnya;
• Penetapan tujuan yang ingin dicapai secara efektif (atas dasar keinginan dan harapan para pelanggan)
Menghilangkan
Gap
3:
• Memperjelas pembagian pekerjaan;
• Meningkatkan kesesuaian antara sumber daya manusia, teknologi, dan pekerjaan;
• Mengukur kinerja dan memberikan imbalan sesuai dengan kinerja;
• Memberikan kewenangan yang lebih besar • Memberikan kewenangan yang lebih besar
kepada sumber daya manusia yang lebih “dekat” dengan para pelanggan;
• Membangun kerjasama antarsumber daya manusia;
• Memperlakukan para pelanggan seperti bagian dari keluarga besar perusahaan
Menghilangkan Gap 4:
• Memperlancar arus komunikasi antara unit promosi/ iklan dan unit operasi, antara unit penjualan dan unit operasi, dan antara unit personalia, pemasaran, dan operasi;
• Memberikan layanan yang konsisten di semua tingkatan perusahaan;
• Memberikan perhatian yang lebih besar padasemua tingkatan perusahaan; • Memberikan perhatian yang lebih besar pada
aspek-aspek vital kualitas pelayanan;
• Menjaga agar pesan-pesan yang disampaikan secara eksternal tidak membentuk harapan
para pelanggan yang melebihi kemampuan perusahaan;
• Mendorong para pelanggan untuk menjadi pelanggan yang baik dan setia
Model Berry untuk Hilangkan Gap
1-4:
Menumbuhkan kepemimpinan yang efektif Membangun sisteminformasi layanan layananMerumuskan strategi Menerapkan strategilayanan
Kepemimpinan yang efektif:
• Kepemimpinan merupakan langkah 1 di dalam model di atas, karena kepemimpinan
merupakan motor penggerak pembaharuan
layanan. Tanpa kepemimpinan yang efektif,
yang berarti tanpa visi dan arahan yang jelas serta tanpa bimbingan dari manajemen puncak, upaya untuk memberikan pelayanan yang
upaya untuk memberikan pelayanan yang berkualitas niscaya akan sulit untuk
diwujudkan. Terdapat 4 cara untuk
menumbuhkan kepemimpinan yang efektif, yaitu:
• Mendorong kelancaran proses belajar di kalangan manajemen puncak
• Mempromosikan orang yang tepat untuk mendukung jabatan eksekutif puncak
Membangun Sistem Informasi
Layanan:
Sistem informasi layanan menyediakan data dan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk
pengambilan keputusan berkaitan dengan kualitas layanan. Sistem informasi pelayanan yang efektif akan mampu:
menyuarakan keinginan dan harapan para pelanggan,
pelanggan,
mengidentifikasikan berbagai kekurangan layanan yang diberikan oleh perusahaan,
memandu alokasi sumberdaya perusahaan untuk kepentingan peningkatan kualitas pelayanan,
memungkinkan perusahaan untuk memantau kualitas pelayanan para pesaing,
memberikan umpan balik atas upaya perbaikan kualitas pelayanan, dan
Merumuskan Strategi Layanan:
Strategi layanan bagi perusahaan merupakan
perekat sumberdaya manusia sehingga mereka bergerak secara bersama-sama ke arah tujuan yang sama, yaitu memberikan layanan dengan kualitas setinggi mungkin kepada para
pelanggan. Oleh karenanya strategi layanan
harus dimengerti dan merupakan motivasi bagi harus dimengerti dan merupakan motivasi bagi setiap individu yang ada di dalam perusahaan. Selain itu strategi layanan harus mampu
memberikan petunjuk kepada manajemen
perusahaan mengenai layanan-layanan yang kurang berkenan bagi para pelanggan
sehingga dapat diambil langkah-langkah perbaikan.
Menerapkan Strategi Layanan:
Supaya efektif, ditempuh langkah-langkah berikut: • Struktur organisasi yang dapat menjadi media
bagi berkembangnya budaya perusahaan yang menitikberatkan pada penyempurnaan yang terus-menerus, menjadi pemandu upaya-upaya
perbaikan kualitas layanan, peningkatan
kemampuan teknis sumberdaya guna mendukung upaya perbaikan kualitas layanan, serta
upaya perbaikan kualitas layanan, serta
memberikan jalan keluar dari berbagai persoalan yang berkaitan dengan kualitas layanan.
• Teknologi yang dapat diterapkan untuk
memperbaiki sumberdaya, metode kerja, dan
sistem informasi, yang kesemuanya mendukung keberhasilan upaya perbaikan kualitas layanan. • Sumberdaya manusia yang mempunyai sikap,
perilaku, pengetahuan, dan kemampuan yang mendukung efektivitas realisasi strategi layanan.
Manfaat SERVQUAL:
• Mendapatkan pemahaman tentang kualitas pelayanan saat ini
• Mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang bobot kepentingan tiap-tiap
dimensi berdasarkan sudut pandang pelanggan
• Dapat melakukan perbandingan terhadap • Dapat melakukan perbandingan terhadap
berbagai kelompok pelanggan yang terdapat pada suatu organisasi
• Dapat melakukan perbandingan kualitas pelayanan yang diberikan oleh berbagai bagian yang ada di dalam suatu
organisasi
• Dapat digunakan untuk memahami pelanggan internal secara lebih baik
Hubungan harapan pelanggan,
kepuasan pelanggan, dan kualitas
pelayanan
Perceived service Expected services Desired Satisfaction Service quality measures Perceived service quality Perceived service adequacy Desired services Adequate services Perceived services Predicted servicesUpaya peningkatan kepuasan
pelanggan:
• Memperkecil gap yang terjadi antara pihak
manajemen dan pelanggan.
• membangun komitmen bersama untuk menciptakan
visi di dalam perbaikan proses pelayanan.
Komitmen bersama dalam hal ini adalah memperbaiki cara berpikir, perilaku, kemampuan, dan pengetahuan dari semua sumberdaya manusia yang ada, baik di
tingkat top management, middle management,
maupun di tingkat operator pelayanan. maupun di tingkat operator pelayanan.
Beberapa sarana penunjang untuk mempertahankan komitmen dengan pelanggan internal adalah dengan
metode brainstorming, nominal group technique,
quality circle, kotak saran, dan management by walking around.
• Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk
menyampaikan keluhan.
Dalam hal ini perusahaan dapat membentuk
complaint and suggestion systems, misalnya dengan
mengadakan hotline bebas pulsa. Kepuasan
• Menempuh upaya ghost shopping, yaitu perusahaan mencari informasi mengenai catatan baik buruknya pembeli yang potensial di dalam membeli produk perusahaan dan produk pesaing.
• Menerapkan lost customer analysis, yaitu analisis terhadap pelanggan yang tidak lagi berbelanja/ membeli jasa perusahaan.
• Mengembangkan dan menerapkan accountable,
proactive, and partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran. Accountable marketing:
situasi pemasaran. Accountable marketing:
Perusahaan menghubungi pelanggan dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah memberikan jasa
untuk mengetahui kepuasan dan harapan pelanggan.
Proactive marketing: perusahaan menghubungi
pelanggan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan pelayanan kepada pelanggannya.
Partnership marketing: upaya pemasaran oleh perusahan dengan maksud untuk membangun
kedekatan dengan pelanggan yang bermanfaat untuk meningkatkan citra dan posisi perusahaan di pasar.
Penyediaan jasa yang berkualitas buruk dan adanya pelanggan yang tidak terpuaskan
merupakan
antecedent
dari beberapa hal kritis berikut ini:•
Pertama
, beralihnya pelanggan kepadapenyedia jasa yang lainnya serta adanya upaya pelanggan tersebut di dalam
mempengaruhi pelanggan yang lain dalam hal mempengaruhi pelanggan yang lain dalam hal persepsi mereka terhadap kualitas yang
diberikan.
•
Kedua
, sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pelanggan yang terpuaskan berpotensi untuk menjadi pelanggan yang loyal, dan hal itu berarti meningkatnyaprofit
.•