ii
Judul Skripsi :
Semarang, Mei 2011
Dosen Pembimbing,
Drs. Sutopo, M.S.
iii
Judul Skripsi :
! "#$% & ' $ ( () (*# $ + " & $,, #
Tim Penguji
1. Drs. Sutopo, M.S.
2. Drs. Suryono B.S., MM.
iv
bahwa skripsi dengan judul: PENGARUH SIKAP DAN PROMOSI TERHADAP
PENINGKATKAN JUMLAH PENUMPANG (BRT)
TRANS SEMARANG, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah<olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah< olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, April 2011 Yang membuat pernyataan,
(Hanung Eka Atmaja)
v
dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al<Insyrah, 6<8)
“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna”. (Albert Einstein)
“Tujuh hal yang akan menghancurkan kita: kekayaan tanpa kerja, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip”. (Mahatma Gandhi)
“Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang”. (William J. Siegel)
Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Ayah dan Ibuku Tercinta
2. Adikku tercinta
3. Semua Dosen Fakultas Ekonomi 4. Almamaterku
vi
movement. As part of efforts to solve the problems of congestion, the central government through the Department of Transportation proposed the implementation of Bus Rapid Transit (BRT) or better known as the busway is now beginning to be applied in various cities in Indonesia. The concept of BRT is an integrated mass transit system in every corridor, which aims to meet community needs for transportation in the city. The purpose of this study was to determine the effect of attitude, the promotion of the increased number of passengers Bus Rapid Transit (BRT) Semarang Trans.
The population in this study are all passengers Bus Rapid Transid (BRT) Semarang Trans. The sample in this study was a passenger Bus Rapid Transid (BRT) Semarang Trans. The method used is the Non<Probability Sampling with Accidental Sampling techniques. Data collection methods are questionnaires, interviews.
The results of this study indicate that there are significant positive and significant correlation between attitude variables Passengers (X1) on Efforts to Increase Number of Passengers (Y), there is a positive and significant influence between Promotion (X2) against Efforts to Increase Number of Passengers (Y). This means that the hypothesis proposed in this study received.
The conclusion of this research is an indicator variable and the promotion of passenger attitudes have a significant impact on Efforts to Increase Number of Passengers. Suggestions that can be drawn from this research is to increase the number of passengers Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang, competent parties should also consider the attitude of passenger and promotion in service (BRT) Trans Semarang.
vii
pelayanan yang baik sesuai permintaan pergerakan. Sebagai bagian dari upaya memecahkan permasalahan kemacetan, Pemerintah Pusat melalui Departemen
Perhubungan mengajukan penyelenggaraan (BRT) atau lebih
dikenal dengan busway yang saat ini mulai diterapkan di berbagai kota di Indonesia. Konsep BRT merupakan sistem angkutan massal yang terintegrasi di setiap koridor, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi dalam kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
sikap, promosi terhadap peningkatan jumlah penumpang (BRT)
Trans Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang
(BRT) Trans Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah penumpang (BRT) Trans Semarang. Metode yang digunakan adalah
dengan teknik . Metode pengumpulan
Data yaitu kuesioner, wawancara.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Sikap Penumpang (X1) terhadap Upaya Peningkatan Jumlah Penumpang (Y), terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Promosi (X2) terhadap Upaya Peningkatan Jumlah Penumpang (Y). Hal ini berarti hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah indikator variabel sikap
penumpang dan promosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Upaya Peningkatan Jumlah Penumpang. Saran yang dapat diambil dari penelitian ini
yaitu untuk meningkatkan jumlah penumpang (BRT) Trans
Semarang, pihak<pihak yang berkompeten sebaiknya juga memperhatikan sikap penumpang dan promosi dalam pelayanan (BRT) Trans Semarang
viii
./
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. H. Muhamad Nasir, M.si, Akt, Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
2. Bapak H. Susilo Toto Raharjo, S.E, M.T, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bapak Drs. Sutopo MS, selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah
diluangkan, perhatian, kesabaran, dan segala bimbingannya selama penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Drs. H.M. Kholiq Mahfud, M.Si., selaku dosen wali yang telah banyak
membantu dan memberikan bimbingannya selama penulis menempuh studi di
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro atas segala ilmu dan
ix
menjadi kebanggaan keluarga. Semoga Allah SWT mengabulkan doa dan
memberikan umur yang panjang kepada Bapak dan Ibu.
7. Ami yang selalu mendukung, memberi semangat dan doa terlebih waktu dan
pengertianmu, sehingga aku dapat menyentuh finis, walaupun sebenarnya ini
merupakan sebuah awal.
8. Terima kasih kepada semua responden, petugas Dishubkominfo, dan pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman
penulis. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Mei 2011
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRACT... vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL……….. xiii
DAFTAR GAMBAR………. xiv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 13
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 13
1.3.2. Manfaat Penelititan ... 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... .… 14
2.1. Landasan Teori ... 14
2.1.1 Bauran Pemasaran... 18
2.1.2 Pengertian Promosi ... 21
2.1.3 Promosion Mix... 23
2.1.4 Pengukuran Hasil Promosi... 25
2.1.5 Perilaku Konsumen... 25
2.1.6 ... 27
xi
2.4. Hipotesis... 44
BAB III. METODE PENELITIAN... 45
3.1. Variabel Penelitian ... 45
3.1.1. Variabel Dependen... 45
3.1.2 Variabel Independent... 45
3.1.3 Definisi Operasional... 45
3.2. Populasi dan Sampel... 46
3.2.1 Populasi ... 46
3.2.2 Sampel ... 47
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 48
3.3.1 Data Primer... 48
3.3.2 Data Sekunder ... 49
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 49
3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 49
3.5. Metode Analisis... 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
4.1 Deskripsi Variabel... 57
4.1.1. Identitas Responden ... 57
4.1.2. Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Penelitian... 59
4.2 Hasil Penelitian... 73
4.2.1. Hasil Uji Persyaratan Analisis ... 73
a. Uji Validitas ... 73
b. Uji Reliabilitas ... 75
c. Uji Normalitas... 76
xii
Promosi (X2) Terhadap Upaya Peningkatan
Jumlah Penumpang ... 80
4.2.2.2 Pengujian Terhadap koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)... 82
4.2.2.3 Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 84
4.2.2.4 Pengujian koefisien Determinasi ... 85
4.3 Pembahasan ... 86
4.3.1 Terdapat Pengaruh Signifikan Antara Sikap Penumpang Terhadap Upaya Peningkatan Jumlah Penumpang BRT Bus Rapid Transid Semarang ... 86
4.3.2 Terdapat Pengaruh Signifikan Antara Promosi Terhadap Upaya Peningkatan Jumlah Penumpang Bus Rapid Transid(BRT)Semarang ... 87
BAB V. PENUTUP ... 89
5.1. Simpulan ... 89
5.2. Keterbatasan Penelitian... 90
5.3. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA
xiii
Trans Semarang Januari sampai Desember... 8
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 58
Tabel 4.2 Pekerjaan Responden ... 58
Tabel 4.3 Umur Responden... 59
Tabel 4.4 Deskripsi Jawaban Responden tentang Variabel Sikap Penumpang... 60
Tabel 4.5 Deskripsi Jawaban Responden tentang Variabel Promosi ... 64
Tabel 4.6 Deskripsi Jawaban Responden tentang Variabel Jumlah Penumpang ... 69
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 75
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas ... 77
Table 4.9 Hasil Penghitungan Regresi... 81
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Secara Simultan... 85
1
objek wisata yaitu Lawang Sewu, Tugu Muda, Kawasan Kota Lama, Museum
Mandala Bakti dan memiliki museum terbesar di Jawa Tengah yaitu Museum
Jawa Tengah Ronggowarsito serta masih banyak lagi tempat wisata yang banyak
diminati oleh wisatawan baik dari dalam kota maupun luar kota bahkan tidak
sedikit pula wisatawan mancanegara yang tertarik untuk mengunjungi Kota
Semarang. Demikian pula jumlah penduduk yang ada di Kota Semarang maupun
para pendatang dari luar kota ke Semarang yang semakin tahun semakin
bertambah, oleh karena itu kebutuhan sarana transportasi khususnya bus kota di
dalam melayani penumpang armadanya masih terbatas, bila dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang juga masih terbatas dalam memiliki sarana transportasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan arus penumpang
khususnya bus kota semakin hari semakin bertambah.
Sejumlah aktivitas perkotaan yang ada di Kota Semarang menjadikan
tingginya peningkatan dari zona internal maupun eksternal Kota Semarang.
Peningkatan pergerakan ini tentunya membutuhkan dukungan sistem angkutan
umum yang handal, cepat, dan efisien. Namun hingga pada saat ini pelayanan
pelayanan yang baik sesuai permintaan pergerakan. Perencanaan sistem angkutan
umum Kota Semarang yang kurang tertata dengan baik merupakan salah satu
penyebab pelayanan yang kurang baik. Kota Semarang juga menghadapi problem
klasik transportasi, yakni kemacetan lalu lintas dan buruknya fasilitas angkutan
umum (Suara Merdeka, 2006).
Kota Semarang termasuk kota yang mengalami masalah transportasi yang
cukup pelik, terutama transportasi darat. Transportasi darat adalah salah satu
sektor yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dari suatu wilayah bahkan
suatu negara. Apabila transportasi darat lancar maka akan mendorong efisiensi
pergerakan barang dan jasa. Namun sayangnya berbagai permasalahan di sektor
angkutan darat hingga saat ini masih bermunculan. Kemacetan di kota besar, jalan
yang rusak, terminal yang tidak mendukung dan permasalahan lainnya masih
menjadi berita yang didengar hampir setiap hari. Berbagai permasalahan seperti
pertumbuhan jumlah kendaraan yang jauh meninggalkan pertumbuhan jalan serta
pertumbuhan pusat kegiatan yang tidak seiring dengan peningkatan kapasitas dan
pembukaan akses. Selain itu juga penggunaan kendaraan pribadi yang jauh lebih
besar daripada kendaraan umum, pelayanan angkutan umum dari sisi kenyamanan
yang relatif kurang, dan sebagainya mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas
meningkat pada beberapa ruas jalan utama dan tingginya tingkat polusi udara.
Berdasarkan data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Tengah, jumlah
1 /
(2 ! $" 0 $ 0#1 "# + " 3&30 " $ 31#
!($ 45 6
3/ !($ + " 3&30 31# 0#1 "#
1 2004 3.884.364 607.274
2 2005 4.481.575 674.656
3 2006 5.113.579 713.340
4 2007 5.757.293 757.959
5 2008 6.525.860 873.159
6 2009 7.421.603 1.172.308
Sumber : Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Tengah
Berdasarkan data di atas, jumlah kendaraan, baik kendaraan pribadi sepeda
motor maupun mobil dari tahun 2004<2009 terus mengalami peningkatan
jumlahnya. Jumlah kendaraan pribadi pada tahun 2004 sebanyak 3.884.364 buah,
dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2009 sebanyak 7.421.603 buah.
Sedangkan jumlah mobil yang pada tahun 2004 sebanyak 607.274 buah juga terus
mengalami peningkatan hingga tahun 2009 sebanyak 1.172.308 buah. Hal
tersebut bisa memacu tingkat kemacetan serta dapat menyebabkan kecelakaan di
Kota Semarang. Berikut ini adalah data kecelakaan lalu lintas Kota Semarang
selama tahun 2000<2009:
Sebagai bagian dari upaya memecahkan permasalahan kemacetan,
Pemerintah Pusat melalui Departemen Perhubungan mengajukan penyelenggaraan
(BRT) atau lebih dikenal dengan busway yang saat ini mulai
diterapkan di berbagai kota di Indonesia. Konsep BRT merupakan sistem
angkutan massal yang terintegrasi di setiap koridor, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi dalam kota. Namun
sayangnya kebijakan penerapan BRT tersebut ternyata belum dapat terselenggara
dengan baik di berbagai kota.
atau disingkat BRT adalah sebuah sistem bus yang
cepat, nyaman, aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan jadwal.
Menggunakan bus untuk melayani servis yang kualitasnya lebih baik
dibandingkan servis bus yang lain. Setiap sistem BRT pasti menggunakan sistem
yang berbeda, walaupun berbagi dengan sistem
BRT yang lain. Hasil dari sistem tadi untuk mendekati jika masih
menikmati keamanan dan tarif bus. Negara yang memakai ada di Amerika
Utara, di Eropa dan Australia dinamai busway dan nama tersebut juga dipakai di
Indonesia, sedangkan negara lain memanggilnya atau servis bus
mudah saat mencapai kualitas tinggi (Wikipedia).
memakai sebagian nama dari yang
mendeskripsikan transportasi rel berkapasitas tinggi atau kita bisa menyebutnya
! "!# . Kereta rapid transit memakai terowongan bawah tanah, dan tipikal
kereta berbadan panjang dalam jalur pendek dalam beberapa menit. Ironisnya,
BRT. Kecepatan transit tipikal dari sistem BRT rata<rata dari 19<48 km/jam
dimana mengkomparasikan dengan permukaan jalan (Wikipedia).
Angkutan massal $ %di kota Semarang, diluncurkan
pada tanggal 2 Mei 2009 yang bertepatan dengan peringatan HUT kota Semarang
ke<462 di halaman Balai Kota. Menurut keterangan Kepala Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Semarang, Andi Agus
Wandono mengatakan, operasional BRT pada saat itu hanya untuk 1<2 hari saja,
yaitu Sabtu dan Minggu. Pengoperasian selanjutnya menunggu penyempurnaan
infrastruktur dan konsorium operator. Pada hari pertama pengoperasian BRT di
Kota Semarang pada saat itu, penumpang tidak dipungut biaya (Suara Merdeka,
2009). Terdapat sepuluh unit bus yang dijalankan untuk melayani rute Mangkang
– Penggaron PP. Empat bus berangkat dari terminal Mangkang dan empat bus
dari Terminal Penggaron. Sementara dua bus lainnya diberangkatkan dari Balai
Kota setelah menjalani upacara peresmian.
Selanjutnya Andi menjelaskan dalam operasionalnya, BRT masih
"meminjam" sopir dan pramugara dari Damri. Pasalnya, bus tersebut belum
memiliki sopir sendiri. Begitu pula dengan petugas penjual tiket dan penjaga di
tempat pemberhentian bus yang juga belum tersedia. Untuk lintasan, BRT akan
berbaur dengan kendaraan lainnya di jalanan. Terkait belum ada marka jalan
khusus untuk pemberhentian BRT di halte, petugas Satpol PP diturunkan. Petugas
itu untuk menjaga agar tidak ada parkir kendaraan umum di sekitar tempat
pemberhentian bus. Selama ini tepi jalan<jalan protokol di Kota Semarang
Wali Kota Sukawi Sutarip yang mengikuti upacara peresmian
(BRT) pada saat itu mengatakan, apabila ada pengusaha yang tertarik
mengoperasikan BRT dipersilakan. Upaya Pemkot membahas bersama pengusaha
operator bus yang sudah ada masih mengalami kebuntuan. Pihak Pemkot
Semarang mendorong supaya BRT secepatnya dioperasikan.
Sebagai persiapan, petugas melakukan pembersihan shelter<shelter.
Pengawas PT. Jaya Ardinilon (perusahaan pembangun shelter BRT), Sri Harjono
mengatakan, masa pemeliharaan bangunan yang ditanggung perusahaannya
sampai 2 Mei. Pihaknya melakukan pembersihan shelter, seperti mengepel lantai
dan melap kaca. Pengerjaannya sendiri sudah dilakukan sejak awal beroperasinya
BRT tersebut. Tanggung jawab dari PT. Jaya Ardinilon tersebut hanya sebatas
pembangunan shelter dan saat itu sudah selesai dikerjakan (Suara Merdeka, 2009).
Staf Operasional Damri, Nana Suryana mengatakan, armada BRT
ditempatkan di garasi Damri. Namun pihak Damri sendiri enggan memberikan
penjelasan lebih lanjut mengenai kerjasama yang dilakukan dengan Pemerintah
Kota Semarang. Hanya saja beliau mengatakan bahwa saat ini Damri memiliki
jalur trayek Ngaliyan<Pucanggading, yang lintasannya hampir sama dengan
koridor I BRT. Dan jika BRT beroperasi maka pihak Damri menjelaskan bahwa
akan ada pengaruh jumlah penumpang yang dialami Damri (Suara Merdeka, 01
Mei 2009).
Permasalahan lain terlihat dari jumlah penumpang BRT yang mengalami
penurunan dari mulai periode Januari sampai dengan Desember 2010. Hal
1 /8
Januari 87523 28870 116393 8.35
Pebruari 89032 33182 122214 8.77
Maret 75573 32585 108158 7.76
April 94715 25064 119779 8.59
Mei 72774 50897 123671 8.87
Juni 87270 28617 115887 8.31
Juli 88779 32929 121708 8.73
Agustus 75320 32332 107652 7.72
September 94462 24811 119273 8.55
Oktober 72521 50644 123165 8.83
Nopember 83242 36496 119738 8.59
Desember 73659 22965 96624 6.93
Rata<Rata 116189 8.33
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo)
Kota Semarang Tahun 2010.
Sampai dengan saat ini, operasional (BRT) Trans
Semarang Koridor I Mangkang < Penggaron baru saja terealisasi pada tahun 2009
lalu, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Kota
Semarang sudah mempersiapkan koridor II Pudakpayung < Terboyo. Seperti yang
diberitakan oleh Suara Merdeka online, Kepala Dishubkominfo, Andi Agus
Wandono menjelaskan bahwa persiapan Koridor II baru sebatas sosialisasi jalur
trayek yang akan dilewati serta kajian. Diharapkan, pada tahun 2010, trayek
koridor II bisa menyusul untuk dioperasikan. Di antara dua koridor tersebut
nantinya juga dibuat dua transfer point di Jl Pemuda, depan SMA 5 serta
Simpanglima. Di transfer point ini penumpang BRT bisa berpindah jalur tanpa
Rencana lainnya, Koridor II jurusan Terboyo < Pudakpayung, Koridor III
jurusan Terboyo < Tembalang Universitas Diponegoro melalui Simpanglima,
Koridor IV jurusan Pelabuhan Tanjung Emas < Banyumanik melalui Bubakan,
Koridor V jurusan Penggaron < Terboyo melalui Citarum, dan Koridor VI jurusan
Terboyo < Bandara Ahmad Yani melewati Kedungmundu. BRT ditargetkan untuk
menggantikan sejumlah angkutan umum kota pada koridor yang sama sehingga
mengurangi kuota trayek angkutan umum yang ada saat ini. Satu armada BRT
diharapkan mampu menggantikan tiga bus angkutan kota atau juga setara dengan
enam unit mobil penumpang umum (MPU). Bila semua koridor sudah berjalan
maka akan semakin memudahkan penumpang bus.
Kepala Dishubkominfo Kota Semarang menambahkan bahwa saat ini
pihaknya sedang berusaha mempercepat penyiapan sarana prasarana BRT. Maret<
April 2010 harus sudah ada pengerjaan fisik, berbagai sarana yang diperlukan.
Sehingga pihaknya sedang mengintensifkan koordinasi dengan instansi terkait
untuk menyiapkan sarana prasarana. Koordinasi tersebut misalnya, pengaspalan
jalan yang masih berupa tanah. Ada sejumlah pemberhentian bus di mana antara
jalan dan pemberhentian bus masih ada jarak berupa tanah belum beraspal.
Begitu pula dengan penyediaan rambu<rambu. Program BRT Trans
Semarang ini, Pemkot menerima bantuan dari pemerintah pusat sebesar Rp 4,5
miliar dan Pemprov Jateng Rp 1,7 miliar. Pada pembahasan RAPBD 2009 Kota
Semarang dimasukkan pos anggaran BRT sebanyak Rp 1,13 miliar. Anggaran itu
dan III) Rp 150 juta, pengadaan marka Rp 532 juta, pengadaan rambu Rp 356
juta, rekrutmen SDM Rp 50 juta dan pelatihan SDM Rp 40 juta (Gobel, 2009).
Anggota Komisi B DPRD Kota Semarang, Agung Budi Margono
mengatakan, hendaknya operasional BRT tidak hanya sekadar meniru program
transportasi massal yang sudah dijalankan di Jakarta maupun Yogyakarta karena
masing < masing kota memiliki karakteristik yang berbeda. Jika di Jakarta terdapat
separator untuk # , sementara BRT nantinya akan bercampur dengan
kendaraan yang lain. Sehingga perlu antisipasi supaya tidak terjadi waktu
menunggu yang lama karena sejumlah titik kerawanan macet.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sangat dibutuhkan strategi
pemasaran yang baik dari pihak penyedia dan pengelola layanan BRT tersebut.
Dalam hal ini pihak penyedia atau pengelola layanan disebut sebagai penjual dan
penumpang yang menjadi pihak yang memperoleh jasa sebagai konsumen.
Strategi yang digunakan oleh penjual harus mampu mempengaruhi konsumen
sebagai sasaran pemasaran. Strategi yang dilakukan tersebut adalah dengan
melakukan promosi dalam memasarkan produk atau jasa yang ditawarkan kepada
pihak konsumen sehingga konsumen terpengaruh dengan strategi yang dilakukan
oleh penjual produk atau jasa tersebut dan dapat menentukan sikap.
Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh sikap penumpang dan
promosi penjual terhadap peningkatan jumlah penumpang pada BRT Trans
Semarang, dan mengambil judul “Pengaruh Sikap dan Promosi Terhadap
/ /
Sebagai bagian dari upaya memecahkan permasalahan kemacetan,
Pemerintah Pusat melalui Departemen Perhubungan mengajukan penyelenggaraan
(BRT) atau lebih dikenal dengan busway yang saat ini mulai
diterapkan di berbagai kota di Indonesia. Konsep BRT merupakan sistem
angkutan massal yang terintegrasi di setiap koridor, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi dalam kota. Namun
sayangnya kebijakan penerapan BRT tersebut ternyata belum dapat terselenggara
dengan baik di berbagai kota.
Ini telihat dari jumlah penumpang pada bulan Januari tahun 2010
mencapai 116.393 (8,35%) diantaranya sebanyak 87.523 orang (umum) dan
28.870 orang (pelajar), pada bulan Desember tahun 2010 menunjukkan jumlah
penumpang sebanyak 96.624 (6.93%) diantaranya sebanyak 73.659 orang (umum)
dan 22.965 orang (pelajar). Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan
sebesar 1, 42% jmlah penumpan BRT pada tahun 2010.
Upaya untuk memaksimalkan fungsi BRT (Bus Rapid Transid) dalam
memajukan angkutan transportasi di kota Semarang, pemerintah kota Semarang
mempersiapkan koridor II Pudakpayung – Terboyo, dibuat dua transfer point di Jl
Pemuda, depan SMA 5 serta Simpanglima. Di transfer point ini penumpang BRT
bisa berpindah jalur tanpa dipungut tarif lagi.
Rencana lainnya, Koridor II jurusan Terboyo < Pudakpayung, Koridor III
jurusan Terboyo < Tembalang Universitas Diponegoro melalui Simpanglima,
Koridor V jurusan Penggaron < Terboyo melalui Citarum, dan Koridor VI jurusan
Terboyo < Bandara Ahmad Yani melewati Kedungmundu.
Selain itu, upaya yang dilakukan yaitu pengaspalan jalan yang masih
berupa tanah, penyediaan rambu<rambu, menambahkan sopir dan pramugara,
menambah marka, pembersihan shelter<shelter. Dengan penambahan fasilitas
BRT (Bus Rapid Transit) maka, diharapkan jumlah penumpang mengalami
kenaikan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan permasalah pada penelitian
ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh sikap untuk meningkatkan jumlah penumpang Bus
Rapid Transit (BRT) Trans Semarang?
2. Apakah terdapat pengaruh promosi untuk meningkatkan jumlah penumpang
Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang?
/8/
/8/ (*( $ $ #&# $
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap terhadap peningkatan
jumlah penumpang (BRT) Trans Semarang.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh promosi terhadap
peningkatan jumlah penumpang (BRT) Trans
/8/ $: & $ #&# $
1.3.2.1 Manfaat Teoritis.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah pengetahuan terutama pada bidang ilmu Manajemen
Pemasaran yang berkaitan dengan strategi pemasaran dan distribusi.
1.3.2.2 Manfaat Praktis.
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi bagi
pihak<pihak yang berkaitan dengan kebijakan publik Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Kota Semarang untuk mengoperasikan
13
kelangsungan hidup organisasi. Penggunaan konsep pemasaran yang jitu dapat
ikut menunjang berhasilnya pelayanan yang diberikan kepada konsumen (Stanton,
1996). Pemasaran berarti aktivitas manusia yang berkaitan dengan pasar.
Sedangkan pasar merupakan tempat atau wadah dimana terjadi transaksi antara
pembeli dan penjual. Pemasaran secara menyeluruh mencakup kegiatan
merencanakan, mengembangkan produk yang memberi nilai superior,
menetapkan harga, mempromosikan, mendistribusikan produk yang diharapkan
dapat memuaskan keinginan pasar sasaran sehingga tujuan organsiasi dapat
tercapai.
Pengertian pemasaran menurut Swastha (1995: 214) adalah suatu system
keseluruhan dari kegiatan usaha yang dirancang untuk merencanakan,
menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa, dan ide<
ide yang dapat memuaskan keinginan pasar sasaran dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Kotler (2002: 265) mendefinisikan Marketing sebagai suatu proses
sosial dan manajerial dan melalui proses tersebut individu dan kelompok
pertukaran timbal balik produk<produk dan nilai dengan orang lain. Sementara
menurut masyarakat umum pemasaran hanya merupakan penjualan dan
periklanan seperti melalui surat kabar, televisi, selebaran, dan lain sebagainya.
Secara definitif konsep pemasaran menurut Kotler adalah: Kunci untuk
mencapai tujuan organisasi adalah pada penentuan kebutuhan dan keinginan dari
pada pasar sasaran dan pada pemberian kepuasan yang diinginkan dengan lebih
efektif dan efisien daripada para pesaing. Dari pendapat diatas dapatlah diambil
pokok<pokok pengertian sebagai berikut:
a. Pemasaran merupakan suatu proses yang meliputi analisis perencanaan dan
pengendalian.
b. Pemasaran mencakup kegiatan dalam penetapan harga, promosi dan
pendistribusian barang dan jasa untuk pertukaran.
Dari definisi di atas, dapat ditarik suatu kesamaan adanya pemuasan
kebutuhan melalui pertukaran yang akan menguntungkan pihak pemberi produk
dan konsumen pemakai produk. Bagi konsumen, terpenuhinya kebutuhan dan
keinginan merupakan kepuasan yang diperolehnya. Bagi pemberi produk,
kepuasan konsumen akan menjadi sarana untuk mempermudah mendapatkan
hasil. Keberadaan organsiasi akan semakin mantap jika mampu memberikan
0# 1 #' + $(2+ $, ; & 0! " + $#$,' & $ (2 ! $(2+ $,
-Paul dan Olson (1999) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi konsep
secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Evaluasi adalah tanggapan
pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif rendah. Evaluasi dapat diciptakan
oleh sistem afektif maupun kognitif. Sistem pengaruh secara otomatis
memproduksi tanggapan afektif termasuk emosi, perasaan, suasana hati dan
evaluasi terhadap sikap, yang merupakan tanggapan segera dan langsung pada
rangsangan tertentu. Tanggapan afektif yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan tersebut muncul tanpa pemrosesan kognitif yang disadari terhadap
informasi produk tertentu. Kemudian melalui proses ,
evaluasi tersebut dapat dikaitkan dengan produk atau merek tertentu, sehingga
menciptakan suatu sikap” (Simamora, 2002 : 153).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa sikap konsumen
yang dalam hal ini adalah sikap penumpang terhadap merek dapat diartikan
sebagai penyampaian apa yang diharapkan pembeli agar dapat memuaskan
kebutuhan<kebutuhan pembeli. Karena itu sikap konsumen dapat mengacu
keinginan atau niat untuk membeli produk. Sikap konsumen terhadap merek dapat
timbul setelah mengenal merek atau langsung mendengar pesan iklan yang di
sampaikan produsen.
Penelitian Petrus Wisnubroto (1998) menunjukkan bahwa sikap penumpang
terhadap promosi perusahaan dan operasi bus memuaskan. Artinya sikap
Apabila penumpang memberikan respon yang kurang memuaskan maka upaya
untuk meningkatkan jumlah penumpang tidak bisa maksimal. Hal ini diantaranya
disebabkan oleh fasilitas sarana dan prasarana, kenyamanan dan kemananan yang
disediakan.
Atas dasar hal tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
&' ( " ) )
) *
0# 1 0323)# ; & 0! " + $#$,' & $ (2 ! $(2+ $,
-Promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran sehingga ini perlu
diperhatikan. Agar persaingan dengan loyalitas konsumen tersebut terhadap
produk<produk yang sudah dipasarkan, maka para produsen barang<barang baru
dan variasi<variasi produk baru harus menyebarluaskan informasi sehubungan
dengan apa yang ditawarkan mereka seperti dengan periklanan, publisitas,
penjualan tatap muka dan promosi penjualan. Menurut Philip Kotler ( 1992 : 237),
definisi promosi adalah sebagai berikut:
+ "
) ) ) )
) ) +
Menurut Mc Carthy ( 1993 : 294 ) , difinisi mengenai promosi adalah:
+) ) ) ) " * )
) ) ) ) ,
definisi<definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa betapapun
produk tersebut tidaka akan diketahui kemanfaatannya dan mungkin tidak dibeli
konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha mempengaruhi para
konsumen, untuk dapat menciptakan permintaan atas produk itu, dan kemudian
dipelihara dan dikembangkan.
Upaya untuk meningkatkan jumlah penumpang diantaranya adalah kegiatan
promosi. Kegiatan promosi bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya adalah
melalui media elektronik dan media cetak. Studi Petrus Wisnubroto (1998)
menunjukkan bahwa sikap penumpang terhadap promosi perusahaan dan operasi
bus memuaskan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak melakukan
promosi maka akan dapat meningkatkan jumlah penumpang BRT Trans
Semarang.
Maka berdasar telaah pustaka tersebut di atas, maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:
&- ( " ) )
) *
/ / / (0 $ 2 ) 0 $/
Sesuai dengan tujuan pendirian perusahaan, bahwa perusahaan tadi
harus dapat tumbuh dan berkembang. Agar perusahaan tadi dapat tumbuh
dan berkembang tentu saja perusahaan harus dapat meningkatkan jumlah
penjualan, sehingga meningkat pula jumlah laba yang dihasilkan. Adapun
menurut Kotler (2002: 378) pengertian bauran pemasaran (Marketing Mix)
adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti
kegiatan promosi. Keempat unsur yang terdapat dalam kombinasi tersebut
paling berhubungan dan saling mempengaruhi. Setiap variabel yang ada
masing<masing mempunyai banyak sekali sub variabel, dengan demikian
manajer harus dapat memilih kombinasi terbaik sehingga didapat ramuan
yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Kotler secara ringkas menguraikan
masing<masing variabel marketing mix sebagai berikut:
a. (Produk).
Produk ialah barang dan atau jasa yang ditawarkan di pasar untuk
dikonsumsi oleh konsumen. Pengolahan produk termasuk di dalamnya
perencanaan dan pengembangan produk dan atau jasa yang baik untuk
dapat dipasarkan oleh perusahaan. Beberapa elemen dari produk tadi
antara lain ialah kualitas, bentuk fisik, kemasan, merk dagang, servis dan
lain<lain.
b. (Harga).
Harga menduduki tempat yang penting karena akan menentukan
penerimaan perusahaan. Dalam menentukan harus menitikberatkan pada
kemampuan pembeli pada harga yang telah ditetapkan. Harga bukan
semata<mata untuk menutupi biaya produk dan keuntungan yang
diinginkan perusahaan, tetapi yang lebih penting akan menunjukkan
c. (Distribusi).
Merupakan upaya agar produk yang ditawarkan berada pada tempat dan
waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan biaya
wajar. Beberapa unsur yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Saluran distribusi.
2. Jangkauan distribusi.
3. Persediaan barang.
4. Lokasi dan transportasi.
d. ( ).
Promosi merupakan salah satu variabel yang penting dalam pemasaran,
yang merupakan suatu proses yang berlanjut. Adanya promosi dapat
membantu pihak<pihak yang terlibat dalam pemasaran untuk
memperbaiki hubungan antara pemasar dan konsumen. Variabel lain
disamping keempat variabel Marketing Mix tersebut di atas sesuai
dengan tugas dan fungsi Perusahaan Daerah dalam melaksanakan bauran
pemasaran masih dikenal satu variabel, yakni variabel pelayanan
(services). Variabel ini sangat penting karena tanpa pelayanan yang baik
konsumen tidak akan merasa puas.
/ / / $, 0&# $ 0323)#/
Promosi merupakan salah satu variabel yang dipakai untuk
mempengaruhi pasar bagi suatu produk maupun jasa dari suatu perusahaan.
bahkan ada pula yang berpendapat bahwa promosi itu merupakan bagian
dari penjualan. Menurut Kotler: ”Promosi adalah merupakan informasi atau
persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seorang atau organisasi
kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.” Sedang
menurut Swastha: “Promosi dapat diartikan semua jenis kegiatan pemasaran
yang ditujukan untuk mendorong permintaan”. Pengertian promosi baik dari
Kotler maupun dari Swastha, keduanya tidaklah saling bertentangan. Disatu
pihak lebih menitikberatkan kepada penciptaan pertukaran, sedang di pihak
yang lain lebih menitikberatkan kepada pendorongan permintaan. Kegiatan
promosi dalam prakteknya menurut Swastha (1995: 278) adalah sebagai alat
untuk:
a. Modifikasi tingkah laku.
Orang<orang yang melakukan komunikasi itu mempunyai beberapa
alasan, antara lain mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan
pertolongan atau intruksi, pengembangan ide dan pendapat. Sedangkan
promosi dari segi lain berusaha merubah sikap tingkah laku dan pendapat,
serta memperkuat sikap dan tingkah laku yang telah ada. Penjual sebagai
sumber selalu berusaha menciptakan kesan yang baik yang ada pada
dirinya (lembaganya) untuk mendorong peningkatan pembelian barang
dan jasa yang ditawarkan.
b. Pemberitahuan.
Kegiatan promosi dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang
bersifat informasi ini harus dilakukan sejak tahap<tahap awal dari siklus
kehidupan produk. Sebagian konsumen tidak akan membeli suatu produk,
apabila mereka belum mengetahui apa bentuk produk tadi dan apa
faedahnya produk tadi. Promosi yang bersifat informatif ini sangat
penting dilaksanakan, karena akan sangat terkesan membantu konsumen
dalam memutuskan untuk membeli atau tidak membeli.
c. Membujuk.
Promosi yang bersifat membujuk (persuasi) umumnya kurang
disenangi oleh sebagian masyarakat. Namun kenyataannya dewasa ini
promosi yang bersifat persuasif ini malah tumbuh dan berkembang,
karana hasilnya sangat menguntungkan. Promosi ini terutama ditujukan
untuk meningkatkan jumlah pembelian dari suatu produk yang telah
mulai memasuki tahap pertumbuhan dalam siklus kehidupannya.
d. Mengingatkan.
Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk
mempertahankan merk suatu produk agar tetap diminati oleh para
konsumen. Promosi macam ini sangat perlu dilakukan apabila produk tadi
telah memasuki tahap kedewasaan dalam siklus kehidupannya.
/ /8/ 0323$ #</
Untuk melaksanakan promosi biasanya dapat dilakukan melalui
empat kegiatan/komponen promosi yaitu: advertising (periklanan),
a. Periklanan: Bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang tentang
ide, barang maupun jasa yang dibayar oleh sponsor untuk memberikan
informasi kepada masyarakat.
b. adalah bentuk presentasi lisan dalam suatu percakapan
dengan calon pembeli, untuk mempengaruhi sikap konsumen agar terjadi
kegiatan penjualan.
c. ) adalah bentuk pendorongan permintaan secara non pribadi
untuk suatu produk, jasa maupun ide dengan menggunakan berita
komersial di dalam media masa. Publikasi ini biasanya sponsor tidak
dibebani sejumlah biaya tertentu secara langsung.
d. Promosi penjualan ialah kegiatan pemasaran selain ,
periklanan dan publikasi yang digunakan untuk mendorong pembelian
oleh konsumen maupun untuk mengefektivitaskan kegiatan para
pengecer.
Kegiatan<kegiatan ini dapat berupa peragaan, demonstrasi,
pertunjukan dan lain sebagainya. Pada hakekatnya promosi adalah untuk
menciptakan terjadinya pertukaran dalam pasar. Pertukaran akan terjadi
kalau ada permintaan, permintaan dapat muncul salah satunya bila ada
kegiatan promosi. Promotional mix memuat kombinasi strategi yang paling
baik dari variabel<variabel periklanan, personal selling dan alat promosi
yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan dari program
penjualan: meningkatkan jumlah penjualan agar meningkat pula jumlah laba
Promotional mix untuk setiap jenis produk maupun industri adalah
berbeda<beda. Pada umumnya periklanan dan personal selling merupakan
alat promosi utama untuk barang dan jasa, dan dalam praktek kedua
kegiatan tersebut dapat didukung serta dilengkapi dengan promosi
penjualan, sedangkan publisitas dapat membantu dalam pembelian karena
memberikan kesan positif bagi perusahaan maupun product line. Dalam
menentukan variabel promotional mix yang paling efektif merupakan tugas
yang sulit dalam manajemen pemasaran. Dalam prakteknya manajemen
harus mencari kombinasi yang terbaik atas penggunaan instrumen tersebut.
Kesulitan yang dihadapi adalah bahwa manajemen tidak mengetahui secara
pasti tentang luasnya kegiatan periklanan, personal selling, promosi
penjualan, publisitas maupaun alat promosi yang lain yang dipakai untuk
tujuan promosi program penjualan. Selain itu berapa besar hasil yang dapat
dicapai dari pengeluaran<pengeluaran untuk promosi juga sulit untuk
diketahui.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan kombinasi
terbaik dari variabel<variabel promotional mix. Faktor<faktor tersebut antara
lain adalah: besarnya dana yang digunakan untuk promosi, sifat pasar, jenis
produksi maupun tahap<tahap dalam siklus kehidupan barang. Besarnya
dana yang tersedia merupakan faktor penting yang mempengaruhi
promotional mix. Perusahaan yang memiliki dana yang lebih besar maka
kegiatan promosinya akan lebih leluasa dibandingkan dengan perusahaan
memproduksi barang<barang konsumsi, kegiatan promosi yang dilakukan
agar lebih efektif adalah personal selling.
/ /4/ $,('(0 $ )# 0323)#/
Pengukuran efisiensi biaya suatu kegiatan promosi dikaitkan dengan
hasil akhir yang dicapai, yaitu seberapa banyak peningkatan jumlah nasabah
yang berhasil diraih. Atau juga bisa dikatakan efisiensi biaya suatu kegiatan
promosi dikaitkan hasil akhir yang dicapai yaitu peningkatan jumlah
nasabah yang berhasil diraih setiap bulan.
/ /=/ 0# '( 3$)(2 $/
Dalam kaitannya dengan perkembangan manajemen pemasaran yang
berorientasi pada konsumen, ada satu hal yang harus dikuasai oleh suatu
perusahaan khususnya seorang manajer pemasaran yaitu pengetahuan yang
mendalam mengenai kesempatan baru yang berasal dari terpenuhinya
kebutuhan konsumen.
Adapun definisi perilaku konsumen sebagai berikut:
Perilaku konsumen adalah kegiatan<kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa
termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentu kegiatan tersebut. (Swasta dan Handoko, 1997). Perilaku konsumen
akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian. Proses
tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri
Lima proses tahap pembelian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penganalisaan kebutuhan dan keinginan.
Ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya kebutuhan dan
keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut
diketahui, maka konsumen akan segera dipenuhi atau masih bisa ditunda
pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama<sama harus segera dipenuhi.
Jadi dari tahap inilah proses pembelian dimulai.
b. Pencarian informasi.
Untuk memenuhi keinginan kebutuhan yang dirasakan, pencarian
informasi secara aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko
untuk membuat perbandingan secara pasif hanya dilakukan dengan
membaca atau melihat suatu pengiklanan baik majalah maupun media
elektronik tanpa mempunyai tujuan khusus tentang gambaran produk
yang diinginkan.
c. Penilaian terhadap alternatif pembelian.
Tahap ini meliputi dua tahap yaitu menetapkan tujuan pembelian dan
menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian
berdasarkan tujuan pembelian.
d. Keputusan untuk membeli.
Merupakan proses dalam pembelian yang nyata. Jadi setelah tahap<tahap
dimuka dilakukan, maka konsumen akan menjumpai serangkaian
keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, kuantitas
e. Perilaku sesudah pembelian.
Semua tahap yang ada didalam proses pembelian sampai tahap ini adalah
bersifat operatif. Bagi perusahaan, perilaku pembelian dapat
mempengaruhi penjualan ulang dan juga mempengaruhi ucapan<ucapan
pembeli kepada pihak lain tentang produk perusahaan.
/ / /
Personal selling merupakan salah satu metode promosi yang paling
efektif diantara metode<metode promosi lainnya, dimana dalam personal
selling terjadi interaksi secara langsung antara penjual dengan calon
konsumen sehingga tenaga penjual sebagai wakil dari produsen dapat
menyesuaikan kebutuhan calon konsumen dengan produk yang
ditawarkannya dan pada akhirnya akan mengarah pada terjadinya transaksi
penjualan.
Winardi (2001, p.113) mendefinisikan personal selling sebagai:
“interaksi antar pribadi dan secara tatap muka untuk mencapai tujuan
menciptakan, memodifikasi, mengeksploitasi atau mengusahakan timbulnya
suatu hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.”
Dari definisi tersebut dapat digaris bawahi bahwa dalam kegiatan
personal selling terkandung usaha tenaga penjual, sebagai wakil perusahaan,
untuk membangun kepercayaan calon konsumen terhadap produk yang
ditawarkan dengan cara persuasif, yaitu menciptakan, memodifikasi,
mengeksploitasi atau mengusahakan suatu transaksi penjualan yang saling
Sementara itu Swastha dan Irawan (2000, p.350) mengemukakan
pendapatnya bahwa: “Personal selling merupakan prentasi secara lisan
dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli yang
ditujukan untuk menciptakan penjualan”. Winardi (2001, p.114)
menyebutkan bahwa dalam personal selling, tenaga penjual diharapkan
dapat menciptakan, memodifikasi dan mengeksploitasi atau mengusahakan
terjadinya suatu hubungan pertukaran yang saling menguntungkan.
Menciptakan, berarti tenaga penjual harus mencari calon pembeli
untuk terjadinya suatu transaksi. Memodifikasi, berarti setelah terjadinya
pertukaran antara penjual dengan pembeli harus diikuti dengan usaha
melanggengkan hubungan baik yang telah terjalin. Mengeksploitasi artinya
dalam hubungan tersebut harus dapat dimanfaatkan terjadinya pertukaran
secara berkesinambungan dan saling menguntungkan kedua belah pihak.
Dengan demikian tenaga penjual harus dapat memberikan kesan baik
terhadap para langganan. Personal selling dalam pelaksanaannya lebih
fleksibel dibandingkan dengan metode promosi lainnya, karena dalam
personal selling tenaga penjual dapat mengadakan penyesuaian seperlunya.
Selanjutnya dengan personal selling, kegiatan promosi yang tidak perlu
dapat mengadakan penyesuaian seperlunya.
Selanjutnya dengan personal selling, kegiatan promosi yang tidak
perlu dapat terhindari karena sasaran penjualan telah ditetapkan. Disamping
sikap, perilaku dan keadaan pasar lainnya yang berhubungan dengan produk
perusahaan sekaligus kondisi persaingan yang sedang terjadi.
/ / / $&('51 $&('
Menurut Swastha dan Irawan (2000, p.225) adapun bentuk<bentuk
ada enam macam yang antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Metode penjualan ini dapat dilihat seperti yang banyak dilakukan oleh
tokotoko pengecer tapi tidak termasuk toko yang " .
- &
Di sini petugas penjualan menawarkan barangnya dengan mendatangi
para calon konsumennya dari rumah ke rumah.
. #
Adalah salesman yang dipekerjakan oleh wholesaller (pedagang besar)
untuk berhubungan dengan para pengecer ( ).
/ " #
Adalah salesman yang ditugaskan produsen untuk menghubungi para
pedagang besar dan atau pedagang pengecer.
0 1 2 ""
Kunjungan terhadap langganan<langganan penting yang dilakukan oleh
3 4
Salesman yang berpendidikan teknis yang menawarkan dan
menerangkan barang kepada calon pembeli.
Sedangkan menurut Kotler (2005, p.259) sifat<sifat khas dari
adalah:
1. Berhadapan langsung secara pribadi.
Penjualan tatap muka yang melibatkan suatu hubungan yang hidup,
langsung, interaktif antara dua orang atau lebih. Setiap pihak bisa
melihat dari dekat kebutuhan dan ciri masing<masing, dan bisa segera
melakukan penyesuaian.
2. Keakraban.
Penjualan tatap muka yang memungkinkan berkembangnya segala
macam hubungan yang bermula dari sekedar hubungan penjualan ke
suatu hubungan pribadi yang lebih mendalam. Seorang wiraniaga yang
efektif biasanya mengingat<ingat kesenangan pembeli bila mereka
menghendaki hubungan itu berlangsung lama.
3. Tanggapan.
Penjualan tatap muka membuat pembeli merasa wajib mendengarkan
pembicaraan penjual. Pembeli mempunyai kebutuhan lebih besar untuk
memperhatikan dan menanggapi, walaupun tanggapannya hanya sekedar
/ />/ 0#' $ $
Periklanan adalah suatu alat penting yang digunakan oleh badan
usaha untuk melancarkan komunikasi persuatif terhadap pembeli dan
masyarakat yang ditargetkan. Komunikasi persuatif dari periklanan itu
sendiri bersifat tidak langsung yang didasarkan pada infomasi suatu produk
secara menarik, dirancang untuk membujuk yang akhirnya dapat
mempengaruhi suatu pembelian.
Pengertian periklanan itu sendiri menurut Kotler dan Armstrong
(1991: 144), adalah semua kegiatan yang terlibat didalam perjanjian suatu
pesan yang tidak tertuju pada seseorang tertentu. Kegiatan tersebut dapat
disuarakan atau diperlihatkan dan dibiayai secara terbuka untuk suatu
produk , jasa atau ide. Pesan ini dinamakan iklan yang dapat disiarkan lewat
satu atau lebih media dan dibiayai oleh sponsor yang diketahui oleh umum.
Dalam memasarkan suatu produk badan usaha perlu memasarkan program
periklanan yang efektif, dimana penyebaran informasi dapat dilakukan
dengan seluas<luasnya kepada masyarakat. Swastha DH (1981: 245)
memberikan definisi periklanan sebagai bentuk komunikasi non individu
dengan sejumlah barang melalui berbagai media yang dilakukan oleh
perusahaan, lembaga non laba serta individu.
Definisi yang dikemukakan oleh Nitisemito (1988:56) adalah sebagai
suatu usaha untuk mempengaruhi konsumen dalam bentuk tulisan, gambar,
suara atau kombinasi dari semuanya itu yang diarahkan kepada masyarakat
1. Tujuan dan Fungsi Periklanan.
Beberapa tujuan periklanan menurut Nitisemito (1988:58) adalah
sebagai berikut:
a) Mendukung program penjualan pribadi dan kegiatan promosi
lainnya.
b) Mencapai orang<orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjual
dalam waktu tertentu.
c) Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik langganan baru.
d) Memperkenalkan produk baru.
e) Menambah volume penjualan.
Dalam menghadapi situasi persaingan yang sangat ketat, setiap
perusahaan haruslah berusaha menguasai pasar. Fungsi sangat
berarti sekali bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan maksudnya
produk lebih dikenal dan digemari konsumen sehingga dari iklan tersebut
dapat dijadikan investasi untuk menghasilkan imbalan yang besar. Adapun
beberapa fungsi periklanan menurut Nitisemito (1988:60) antara lain sebagai
berikut:
a) Memberikan informasi.
Periklanan dapat menambah nilai pada suatu barang dengan memberikan
b) Membujuk atau mempengaruhi.
Periklanan tidak hanya berfungsi memberitahu saja, tetapi juga memberi
sifat membujuk terutama kepada pembeli<pembeli potensial, dengan
menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari pada produk lain.
% Menciptakan kesan$ %
Pemasangan iklan selalu berusaha untuk menciptakan iklan
sebaikbaiknya, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi, bentuk
dan susunan yang menarik. Tindakan tersebut bertujuan agar dengan
sebuah iklan, orang akan mempunyai suatu kesan tertentu pada
masyarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis.
d) Memuaskan keinginan.
Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan, yang berupa pertukaran yang saling memuaskan.
e) Sebagai alat komunikasi.
Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah
antara penjual dan pembeli sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi
dengan efektif dan efisien.
2. Media Periklanan dan Cara Penyajian Iklan.
Pemilihan media periklanan adalah salah satu masalah penting yang
dihadapi para menejer untuk memilih cara yang efektif sesuai dengan
tujuan
Beberapa media yang dapat digunakan menurut Nitisemito
a) Televisi.
Penggunaan media televisi (TV) sebenarnya lebih efektif dalam
mempengaruhi konsumen, sebab dengan TV penyiarannya berupa
gambar dan suara. Media TV ini mampu menjangkau khalayak
sasaran yang sangat luas, karena jutaan orang menonton televisi
secara teratur.
b) Radio.
Dengan mempergunakan radio sebagai media maka dapat dicapai
daerah seluas<luasnya sampai daerah terpencil. Radio merupakan
media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar
tertentu.
c) Surat Kabar.
Dengan media surat kabar dapat dicantumkan gambar dan tulisan
sehingga detail dari produk yang diiklankan media ini mungkin
tepat, meskipun demikian kelemahan dari media ini pada umumnya
sekali dibaca terus dibuang sehingga penanaman brand image sia<sia,
karena untuk menimbulkan brand image pemasangan tidak dapat
dilakukan sekali saja tetapi harus secara terus<menerus
d) Majalah.
Majalah merupakan media yang jauh lebih baik, karena majalah
menspesialisasikan produknya untuk menjangkau konsumen tertentu.
sebagai media iklan adalah majalah ini dibaca berulang<ulang dan
tidak sekali dibuang sebagaimana surat kabar.
e) Media Luar Masyarakat.
Yang termasuk media luar masyarakat adalah papan reklame, poster,
spanduk dan lain<lain yang bersifat memperkenalkan merek suatu
produk. Papan reklame ini biasanya diletakkan pada tempat<tempat
strategis yang mudah terlihat, seperti dipersimpangan jalan, dibatas
kota, dan biasanya digunakan gambar<gambar yang indah dan
menarik.
Media apapun yang telah ditetapkan sehubungan dengan pemilihan
media yang paling tepat untuk periklanan produk yang dihasilkan, tidaklah
terlepas dari pemikiran cara<cara penyajian periklanan yang paling tepat
sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Menurut Nitisemito
1988:75) untuk penyajian suatu periklanan maka perlu di perhatikan hal<hal
sebagai berikut:
1) Harus dapat menimbulkan perhatian.
Dalam penyajian suatu iklan baik dalam bentuk apapun, dalam media
apapun maka harus dapat menimbulkan perhatian. Untuk menimbulkan
perhatian ini dapat menggunakan gambar, tulisan yang menyolok, kata<
kata yang menarik, karikatur<karikatur, warna<warna dan sebagainya,
sehingga kemungkinan iklan tersebut akan dibaca, dilihat atau didengar
2) Dapat Menarik.
Apabila iklan mampu menimbulkan perhatian sehingga orang ingin
membaca, mendengar, melihat maka apabila setelah dibaca ternyata
iklan yang disajikan tidak menarik, hal ini akan menimbulkan rasa
penolakan. Untuk itu iklan harus disajikandengan cara yang menarik,
sehingga meskipun suatu iklan kata<katanya sama maka akan
menimbulkan perbedaan pengaruh.
3) Dapat menimbulkan keinginan.
Iklan harus dapat menimbulkan keinginan seseorang untuk membeli.
Agar dapat menimbulkan keingian untuk membeli dibedakan menjadi:
a. Motif Rasional.
Pembeli akan mempertimbangkan untung ruginya membeli suatu
barang, misalnya kekuatannya, kualitasnya, harganya dan
sebagainya.
b. Motif Emosional.
Pembelian lebih didasarkan pada emosi<emosi tertentu, misalnya
ingin dianggap termasuk golongan tertentu, perasaan bangga,
meningkatkan status sosial dan sebagainya.
/ /6/ 0323)# + $*( $
Promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran sehingga ini
perlu diperhatikan. Agar persaingan dengan loyalitas konsumen tersebut
terhadap produk<produk yang sudah dipasarkan, maka para produsen
informasi sehubungan dengan apa yang ditawarkan mereka seperti dengan
periklanan, publisitas, penjualan tatap muka dan promosi penjualan.
Menurut Philip Kotler ( 1992 : 237), definisi promosi adalah sebagai
berikut:
+ "
) ) ) )
) ) +
Menurut Mc Carthy ( 1993 : 294 ) , difinisi mengenai promosi adalah:
+) ) ) ) " * )
) ) )
) ,
Dari definisi<definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
betapapun bermanfaatnya suatu produk, akan tetapi jika tidak dikenal oleh
konsumen, maka produk tersebut tidaka akan diketahui kemanfaatannya dan
mungkin tidak dibeli konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha
mempengaruhi para konsumen, untuk dapat menciptakan permintaan atas
produk itu, dan kemudian dipelihara dan dikembangkan.
Selain itu Basu Swastha ( 1990 : 353 ), mengatakan bahwa tujuan
perusahaan melakukan promosi adalah untuk:
a. Modifikasi tingkah laku.
Orang<orang yang melakukan komunikasi itu mempunyai beberapa
alasan antara lain ; mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan
dan pendapat. Sedangkan promosi dari segi lain, berusaha merubah
tingkah laku dan pendapat, dan memperkuat tingkah laku yang ada.
Penjual selalu berusaha menciptakan kesan baik tentang dirinya atau
mendorong pembelian barang dan jasa perusahaan.
b. Memberi tahu.
Kegiatan promosi itu dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang
dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat informasi
umunya lebih sesuai dilakukan pada tahaptahap awal dalam siklus
kehidupan produk.
c. Membujuk.
Promosi yang bersifat membujuk (Persuasif) umumnya kurang disenangi
oleh sebagian masyarakat. Namum kenyataannya sekarang ini justru
yang banyak muncul adalah promosi yang bersifat persuasif. Promosi
demikian terutama diarahkan untuk mendorong pembelian.
d. Mengingatkan.
Promosi yang bersifat mengingatkan terutama dilakukan untuk
mempertahankan merk produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan
selama tahap kedewasaaan di dalam siklus hidup produk. Ini berarti pula
perusahaan berusaha untuk paling tidak mempertahankan pembeli yang
ada.
Kegiatan promosi adalah kombinasi dari periklanan, personal selling,
publisitas, dan promosi penjualan. Basu Swastha ( 1990 : 350 ) menjelaskan
a. Periklanan, yaitu bentuk persentasi dan promosi non pribadi tentang ide,
barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.
b. Personal selling, yaitu persentasi lisan dalam suatu percakapan dengan
satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan
penjualan.
c. Publisitas, yaitu pendorongan permintaan secara non pribadi untuk suatu
produk, jasa atau ide dengan menggunakan berita komersial didalam
media masa dan sponsor yang tidak dibebani sejumlah pembayaran
secara langsung.
d. Promosi penjualan, yaitu kegiatan pemasaran selain personal selling,
periklanan dan publisitas yang mendorong pembelian konsumen dan
efektivitas pengecer. Kegiatan tersebut antara lain peragaan, pertunjukan
dan pameran, demonstrasi dan sebagainya.
/ / / #' + + $(2+ $,
Paul dan Olson (1999) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi
konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Evaluasi adalah
tanggapan pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif rendah. Evaluasi
dapat diciptakan oleh sistem afektif maupun kognitif. Sistem pengaruh
secara otomatis memproduksi tanggapan afektif termasuk emosi, perasaan,
suasana hati dan evaluasi terhadap sikap, yang merupakan tanggapan segera
dan langsung pada rangsangan tertentu. Tanggapan afektif yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan tersebut muncul tanpa pemrosesan
melalui proses , evaluasi tersebut dapat dikaitkan
dengan produk atau merek tertentu, sehingga menciptakan suatu sikap”
(Simamora, 2002 : 153).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa sikap
konsumen yang dalam hal ini adalah sikap penumpang terhadap merek dapat
diartikan sebagai penyampaian apa yang diharapkan pembeli agar dapat
memuaskan kebutuhan<kebutuhan pembeli. Karena itu sikap konsumen
dapat mengacu keinginan atau niat untuk membeli produk. Sikap konsumen
terhadap merek dapat timbul setelah mengenal merek atau langsung
mendengar pesan iklan yang di sampaikan produsen. Kemampuan iklan
untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering
tergantung pada sikap konsumen dengan adanya iklan<iklan yang di minati
atau di evaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih
positif terhadap produk. Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi niat
beli produk oleh konsumen.
/ / $ #&# $ 0" !( (
Untuk penelitian ini, penulis mengamati dan mencermati hasil penelitian
terdahulu yaitu: Penelitian oleh Petrus Wisnubroto yaitu mencoba untuk
mengamati penumpang dan kampanye promosi yang diselenggarakan oleh
koperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1) untuk mencari bentuk kampanye promosi yang lebih baik untuk mendapatkan
lebih banyak penumpang, dan
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Analisis index sikap penumpang itu.
2) Analisis korelasi sederhana.
3) Korelasi parsial.
4) Korelasi ganda dalam termas beban penjualan pribadi, menjual biaya
promosi, dan
5) Indeks skor sikap penumpang dengan melibatkan responden penumpang
bus Kopata.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kegiatan promosi yang lebih tepat mengenai sasaran, dalam
meningkatkan jumlah penumpang bus Kopata DIY?
2. Erat atau tidakkah pengaruh kegiatan promosi dan sikap dalam meningkatkan
jumlah penumpang bus Kopata DIY)?
3. Apakah dengan memahami dan mempertimbangkan skor penumpang
pengurus dan pemilik bus Kopata DIY dapat menentukan kebijakan dalam
meningkatkan jumlah penumpang bus Kopata DIY?
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sikap penumpang memiliki skor
1,107, itu berarti bahwa sikap penumpang terhadap promosi perusahaan dan
operasi bus memuaskan. Sementara itu, hasil korelasi parsial antara biaya
penjualan pribadi dan sikap penumpang adalah positif dan sangat berhubungan
dengan jumlah penumpang dalam hal rupiah yang diterima. Hasil korelasi ganda
antara personal selling, biaya promosi, biaya penjualan<promosi, dan para
/8/ 0 $,' 2#'#0 $ 30#&#)
Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk
menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut
konsep, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan
pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian yang
berkaitan satu dengan yang lainnya (Singarimbun, 1995 : 32).
Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa dasar teori yang ada serta
pemahaman terhadap penelitian sebelumnya yaitu berdasar dari hipotesis dan
model yang ada, maka berikut ini dibentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Pengaruh sikap penumpang, promosi terhadap jumlah penumpang
Sumber : Swastha (1995), Paul dan Olson (1999) dikembangkan oleh peneliti. Sikap
Penumpang (X1)
Promosi (X2)
Jumlah Penumpang
/4/ #+3& )#) $ #&# $
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang bersifat dugaan dari
suatu penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya.
Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut :
H1 : Ada pengaruh positif antara variabel sikap terhadap variabel jumlah
penumpang.
H2 : Ada pengaruh positif antara variabel promosi terhadap variabel jumlah
43
variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah
penumpang (Y).
8/ / / 0# 1 $" + $" $ 1 1 )
Adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen.Variabel dalam penelitian ini adalah
sikap (X1) dan promosi (X2).
8/ /8/ :#$#)# + 0 )#3$ 0# 1
3/ 2
0# 1
:#$#)# $"#' &30 $)&0(2 $&
1. Sikap
< BRT lebih enak daripada
angkutan lain
< BRT lebih
menyenangkan < BRT lebih aman
dan kondusif < BRT mengerti
kebuuhan masyarakat
2. Promosi Promosi dapat diartikan
murah
< BRT melakukan sosialisasi
3. Jumlah
Penumpang Total konsumen yangdiharapkan setelah
melakukan beberapa
usaha agar dapat sesuai
dengan tujuan yang
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Dapat berupa
benda hidup, maupun benda mati, dimana sifat<sifat yang ada padanya
dapat diukur atau diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui dengan
pasti jumlahnya disebut “Populasi infinit”. Atau tak terbatas. Sedangkan
populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti jumlahnya disebut
“populasi finit” (Nasution, 2003). Populasi dari penelitian ini adalah
oleh populasi tersebut ( Sugiyono, 1999). Sampel dalam penelitian ini
adalah penumpang (BRT) Trans Semarang.
Metode pengambilan sample yang digunakan adalah
yaitu metode pengambilan sample yang tidak
memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sample. Teknik penentuan samplenya
adalah dengan 5 teknik ini digunakan karena ukuran
populasi tidak diketahui jumlahnya secara pasti.
adalah teknik penentuan sampel yang berdasarkan kebetulan yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel bila di pandang orang yang ditemui tersebut cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 1999). Mengingat jumlah populasi yang tidak
diketahui secara pasti, maka penentuan jumlah sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus dari Rao
Purba (1996).
n = jumlah sample.
Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel sebagai
berikut:
n = 0.25
[ ]
n = 96,04
Maka berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah sample
adalah 96 responden dan hal ini di anggap mewakili populasi yang akan
diteliti.
8/8/ $#) " $ (21 0 &
8/8/ / & 0#2 0
3.3.1.1.Wawancara.
Wawancara dilakukan dengan pengurus maupun sopir dan
kernet bus Trans Semarang atau BRT.
3.3.1.2.Kuesioner.
Kuesioner dibagikan kepada pengurus maupun penumpang bus
Trans Semarang atau BRT dengan mengajukan pertanyaan<
pertanyaan serta membagikan angket sikap penumpang.
3.3.1.3.Observasi.
Observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan
langsung pada obyek penelitian. 1,96
yang berkaitan dengan masalah penelitian ini, dimaksudkan untuk
memperoleh data sebagai pendukung atau tambahan informasi dan
data yang dapat melengkapi penelitian ini.
8/4/ &3" $,(2+( $ &
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berisikan sejumlah
pertanyaan. Metode kuesioner adalah pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang ditunjukkan langsung kepada
konsumen. Kuesioner yang diajukan berupa kuesioner terbuka artinya
bahwa jawaban atas pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pemikiran
responden dari pengamatannya terhadap obyek penelitian.
8/4/ / $)&0(2 $ $,(2+( &
Instrumen atau alat pengumpul data yang di perlukan yaitu
kuesioner. Kuesioner yang di susun dengan model kuesioner tertutup.
Respon dari responden dikategori kesetujuan konsumen yang dinyatakan
dengan skala likert.
*# #"#& )
Adalah ukuran yang menentukan tingkat<tingkat kevalitan suatu
instrument. Instrument yang valid mempunyai validitas tinggi dan
n
Σ
XY <(Σ
X)( Σ
Y)
√{
nΣ
X²
<(Σ
X)
²
}{
nΣ
Y² <
(Σ
Y²
)
}
rxy =Berikut rumus pendekatan validitas konstruk dengan teknik
korelasi produk moment (Sugiyono, 1999):
Dimana :
rxy : koefisien kaca butir.
n : cacah subyek uji coba.
X : total skor butir x.
Y : total skor butir y.
Menurut Singgih Santoso (2000), ada dua syarat penting yang
berlaku pada sebuah angket., yaitu keharusan sebuah angket untuk valid
dan reliabel. Suatu angket dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu
angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket
tersebut. Sedangkan suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu. Di mana
validitas data diukur dengan membandingkan r hasil dengan r tabel (r
), jika:
− r hasil > r tabel, data valid