• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Nyeri pada Pasien Artritis Gout di Lingkungan I, Kelurahan Siti Rejo II, Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Nyeri pada Pasien Artritis Gout di Lingkungan I, Kelurahan Siti Rejo II, Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri.

Kolcaba dalam Potter & Perry (2005), mendefinisikan kenyamanan sebagai suatukeadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan akan ketentraman, kelegaan, dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri). Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan.

Rasa nyeri muncul akibat respon psikis dan refleks fisik. Kualitas nyeri fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri tersayat, nyeri terbakar, rasa sakit, denyutan, sensasi tajam, rasa mual, dan kram. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik timbul sebagai respon terhadap nyeri dan dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan warna kulit.

Berdasarkan klasifikasinya secara umum, (Mubarak & Chayatin, 2008) nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.

a) Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan suatu kondisi yang biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkat presepsi nyeri (Mubarak & Chayatin, 2008).

Menurut Prasetyo, nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan), memiliki onset yang tiba-tiba, dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau imflamasi. Hampir setiap individu pernah merasakan nyeri ini, seperti sakit kepala, sakit gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat melahirkan dan nyeri sesudah tindakan pembedahan.

b) Nyeri Kronis

(2)

timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain itu pengindraan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita menjadi lebih mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam priode waktu (Mubarak & Chayatin, 2008).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri menurut (Potter & Perry, 2006) sebagai berikut :

a) Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansi. Perbedaan perkembangan, yang ditemuka diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagai mana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

b) Jenis Kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam beresspon terhadap nyeri. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap induvidu.

c) Kebudayaan

Keyakinan dan niali-nilai budaya mempengaruhi cara induvidu mengatasi nyeri. Induvidu mempelajari apa apa yang diharapkan dan apa yang diterima leh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

d) Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakan budaya induvidu tersebut.

e) Perhatian

(3)

konsep yang perawat terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relasasi, teknik imajinasi, dan masase.

f) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali menigkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan.

g) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap induvidu yang menderita penyakit dalam jangka lama.

h) Pengalaman Sebelumnya

Setiap induvidu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa induvidu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih muda pada masa yang akan datang. Apabila seorang klien tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama dapat mengganggu koping terhadap nyeri.

i) Mekanisme Koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat seseorang merasakan kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien yang merasa kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa yang terjadi. j) Dukungan Keluarga dan Sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran oram-orang terdekat klien dan bagai mana sikap mereka terhadap klien.

2.1.2 Pengkajian Nyeri

Prasetyo (2010) mengatakan tindakan perawat yang perlu dilakukan oleh perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien nyeri akut adalah :

a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul).

(4)

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatiakan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Girton (1984) dalam Prasetyo (2010), mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut, diantaranya:

1. Penentuan ada tidakya nyeri:

Dalam melakuakn pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun adanya obsevasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembuyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.

2. Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T) a) Faktor pencetus (P: Provocate)

Perawat menkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakuakan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cidera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenetik maka perawat harus dapat mengeksplor perasaan klien dan menyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.

b) Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kaliamat-kalimat: tajam, tumpul berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-bada dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

c) Lokasi (R: Region)

(5)

melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

d) Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan paisen tentag nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat.

Skala Intensitas Nyeri (0-10)

e) Durasi (T: Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan durasi, dan rangkaian nyeri.

3. Respon-respon nyeri a. Respon Fisiologis

Respon fisilogis yang timbul akibat nyeri antar lain: Respon Fisiologis Terhadap Nyeri

Respon Simpatik Peningkatan frekuensi pernafasan Dilatasi saluran bronkiolus

Peningkatan frekuensi denyut jantung

Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah)

Peningkatan gadar glukosa darah Diaforesis

Peningkatan tegangan otot Dilatasi pupil

(6)

Respon Parismpatik Pucat

Ketegangan otot

Penurunan denyut jantung atau tekanan darah Pernafasan cepat dan tidak teratur

Mual dan muntah

Kelemahan atau kelelahan

b. Respon perilaku

Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, mengeretakkan gigi, menunjukan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.

c. Respon afektif

Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan ganguan rasa nyeri.

d. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien

Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari.

e. Presepsi klien tetang nyeri

Dalam hal ini, bagai mana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan sekitarnya,

f. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri

Perawat terhadap hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan saat klien menjalani perawatan dirumah sakit.

2.1.3 Analisa Data

(7)

& Perry, (2005). Batas karekteristik adalah kreteria klinis yang mendukung adanya katagori diagnostik. Kreteria klinis adalah tanda dan gejala objektif dan subjektif atau faktor resiko (Capernito, 1995). Batas karakteristik multiple yang dihasilkan dari data pengkajian mendukung diagnosa keperawatan (Capernito, 1995).

2.1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai menunjukan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa yang sesuai. Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan kebutuhan dasar keperawat dari klien (Gordon, 1994). Untuk mengidentivikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klein dan apakah maslah tersebut potensial atau aktual (Potter & Perry, 2005). Diangnosa keperawatan NANDA mungkin muncul pada klien dengan masalah nyeri adalah (Potter & Perry, 2006).

1. Nyeri yang berhubungan dengan a. Cedera fisik dan trauma.

b. Penurunan suplay darah kejaringan. c. Proses melahirkan normal.

2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan a. Jaringan parut.

b. Kontrol nyeri yang tidak adekuat.

3. Ketidak berdayaan yang berhubungan dengan a. Nyeri kronik.

4. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan a. Nyeri muskuloskeletal

b. Nyeri insisi

5. Resiko cedera yang berhubungan dengan a. Penurunan resepsi nyeri

6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan a. Nyeri muskuloskeletal.

(8)

8. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan a. Nyeri punggung bagian bawah

2.1.5 Perencanaan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang di perkirakan di tetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005). Berikut contoh asuhan keperawatan pada klien dengan masalah nyeri berdasarkan intervensi NIC dan kreteria hasil NOC meliputi:

No. Dx

Perencanaan Keperawatan 1. Tujuan dan Kreteria Hasil Nyeri:

1.setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang. 2. skala nyeri berkurang hingga 0-3.

3. wajah tidak tampak meringis.

4. klien tampak rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan.

5. klien menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan non analgesik secara cepat. 6. tanda-tanda vital normal

Tujuan dan Kreteria Hasil Intoleransi Aktivitas : 1.klien dapat beraktivitas secara baik

2. klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan 3. kebutuhan sehari-hari terpenuhi.

Rencana Tindakan Rasional

• Lakukan pengkajian tentang nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, intensitas, atau keparahan nyeri. • Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)

untuk menurunkan nyeri. • Kaji tanda-tanda vital.

• Lakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam.

• Berikan posisi yang nyaman.

• Mengetahui drajat/skala nyeri yang sedang pasien.

• Memberikan ketenangan kepada pasien dan mengurangi derajat nyeri.

• Nyeri yang berkelanjutan akan meningkatkan tanda-tanda vital • Mengurangi ketengan pada otot-otot.

(9)

• Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan (misalnya, suhu ruangan, cahaya).

• Kolaborasi pemberian analgetik.

yang dialami.

• Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat.

• Terapi farmakologi dapat meredakan nyeri.

Rencana Tindakan Rasional

• Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.

• Lakukan pengkajian tentang kekuatan otot kaki.

• Lakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien

• Hubungan yang baik membuat klien dan keluarga koopratif

• Untuk mengidentivikasi masalah-masalah klien.

(10)

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2.2.1 Pengkajian

I. BIODATA

Identitas Pasien

Nama : Ny.N

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 65 Tahun Status Perkawinan : Sudah Menikah Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl.SM Raja, Gg.Awan No.12A Ling. 1 Kel.Siti Rejo II, Kec. Medan Amplas

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2016, Rabu Diagnosa Medis : Asam Urat (Artritis Gout)

Komposisi Keluarga Lansia :

Ny.N memiliki 7 orang anak diantaranya 5 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan, 1 orang anaknya sudah meninggal dunia. Suami Ny.N sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu, semua anak Ny.N sudah menikah, sekrang Ny.N tinggal bersama anak nya An.L sebagai anak terakhir.

(11)

II. KELUHAN UTAMA :

Ny. N mengatakan sering mengalami linu-linu atau kebas-kebas pada kakinya.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

Ny.N mengatakan nyeri timbul pada saat mengkonsumsi makanan seperti kacang-kacangan,makanan laut dan duduk dengan kaki terlipat terlalu lama.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Ny.N mengatakan jika nyeri timbul maka pasien meminum obat yang telah dikasih dari puskesmas.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana Dirasakan

Ny.N mengatakan merasa kurang nyaman ketika lutut dan pergelangan kaki terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk.

2. Bagaiman dilihat

Bagian lutut dan pergelangan kaki tampak sedikit memerah dan kulit tampak terkelupas.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Ny.N mengataka nyeri terjadi dibagian lutut dan pergelangan kaki. 2. Apakah menyebar

Ny.N mengatakan nyeri tidak menyebar.

D. Severity

(12)

E. Time

Ny.N mengatakan timbulnya nyeri pada saat mengkonsumsi makanan seperti kacang-kacangan dan pada saat duduk dengan kaki yang terlipat telalu lama.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Ny.N mengatakan kedua orang tuanya tidak mengalami sakit apapun. B. Saudara kandung

Ny.N mengatakan tidak ada yang mengalami sakit yang sama sepertinya.

C. Penyakit keturunan yang ada

Ny.N mengatakan tidak ada penyakit keturunan D. Anggota keluarga yang meninggal

Ny.N mengatakan anaknya yang nomor tiga sudah meninggal. E. Penyebab meninggal

Ny.N mengatakan anaknya meninggal karna mengalami muntah mencret yang terus menerus, usia anak Ny.N 42 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Ny.N mengatakan mengetahui tentang penyakitnya akan tetapi pasien tidak terlalu menghawatirkan penyakitnya.

B. KONSEP DIRI :

- Gambaran diri : klien tidak merasa terganggu dengan keadaanya.

- Ideal diri : klien merasa puas dengan bentuk tubuhnya seperti ini.

- Peran diri : klien sebagai ibu dan nenek.

- Identitas : klien sebagai orang yang paling tua.

(13)

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti :

Ny.N mengatakan orang yang berarti adalah anak dan cucunya. - Hubungan dengan keluarga :

Ny.N mengatakan hubungannya dengan keluarga terjalin dengan baik.

- Hubungan dengan orang lain :

Ny.N mengatakan hubungannya dengan orang lain terjalin dengan baik.

- Hambatan dalam berhungan dengan orang lain :

Ny.N mengatakan tidak ada hambatan dengan dalam berhungan dengan orang lain.

E. Spiritual :

- Nilai dan keyakinan : Ny.N mengatakan mempercayai adanya Allah SWT.

- Kegiatan ibadah : Sholat, Membaca Al-Qur’an, dan mengikuti perwiritan.

VI. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Keadaan Ny.N tampak baik-baik saja. B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 36.5oc

- Tekanan darah : 150/90 mmHg - Nadi : 88 kali/menit - Pernafasan : 22 kali/menit

- Skala nyeri : 6

- TB : 150 cm

(14)

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut

- Bentuk : Bulat

- Ubun-ubun : Tidak dilakukan pemeriksaan - Kulit kepala : Bersih dan tidak berketombe Rambut

- Peyebaran dan keaadan rambut : Rambut tidak telalu panjang, dan beruban

- Bau : tidak berbau

- Warna kulit : putih dan bersih

Wajah

- Warna kulit : putih - Struktur wajah : simetris

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : mata lengkap dan simetris

- Palpebra : dapat membuka

danmenutup

- Konjungtiva dan sklera : tidak ada anemis dan tidak ikterus

- Tekana bola mata : tidak ada tekanan pada bola mata

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi : simetris dan tidak ada deviasi

- Lubang hidung : lubang dua, tampak simetris, dan tidak ada sekret

(15)

Telinga

- Bentuk telinga : telinga tampak simetris - Ukuran telinga : normal

- Lubang telinga : tidak ada sekret - Ketajaman pendengaran : baik

Leher

- Thyroid : tidak ada pembesaran - Suara : tidak ada suara - Denyut nadi karotis : teraba

Pemerisaan ekstremitas bawah

- Kesimetrisan : tampak simetris - Kekuatan otot : 4

- Edema : tidak ada edema

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari - Nafsu/selera makan : selera makan baik

- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri pada ulu hati - Alergi : tidak ada alergi

- Waktu pemberian makan : pagi, siang, dan malam - Jumlah dan jenis makanan : nasi, lauk pauk, sayuran, dan

buah

- Waktu pemberian cairan/minum : sering mengkonsumsi air putih yang banyak setiap harinya.

- Masalah makan dan minum : tidak ada masalah ketika makan maupun minum

II. Perawatan diri/personal hygiene

(16)

- Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut bersih dan tak berbau.

- Jumlah gigi : 30 gigi, 2 gigi geraham bawah sudah tercabut.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tampak bersih dan rapi

III. Pola kegiatan/Aktivitas

- Pemenuhan aktivitas : semua dilakukan secara mandiri

- Pola kegiatan diwaktu luang : mengaji atau mengikuti perwiritan

IV. Pola eliminasi 1. BAB

- Pola BAB : 1 kali sehari

- Karakter fases : lembek, kekuning-kuningan

- Riwayat perdarahan : tidak pernah mengalami pedarahan - Penggunaan laksatif : tidak pernah menggunakan laksatif 2. BAK

- Pola BAK : 7-8 kali sehari

- Karakter urin : kuning jernih dan sedikit berbau - Nyeri/kesulitan BAK : tidak ada rasa nyeri/tidak kesulitan

(17)

2.2.2ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah

Keperawatan 1. DS :

- Klien mengeluhkan nyeri pada pergelangan kaki dan lutut

- Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk. - klien mengatakan nyeri timbul pada saat

mengkonsumsi makanan seperti kacang-kacangan dan duduk dengan kaki terlipat terlalu lama. DO :

- Skala nyeri : 6 dari NRS (0-10).

- kadar asam urat : 8 - klien tampak meringis. - Pemeriksaan TTV - TD : 150/90 mmHg - HR : 88 kali/menit - RR : 22 kali/menit - T : 36, 50c

Hiperurisemia

Defosit asam urat pada persendian

Inflamasi pada persendian

Sensasi yang tidak menyenangkan (faktor

yang mempengaruhi klien tampak meringis)

Presepsi nyeri dihitung dari NRS (0-10)

Nyeri

Nyeri

2. DS :

- Klien mengatakan

pergelangan kaki terasa linu dan kesemutan pada saat melakukan aktivitivitas. DO :

- Klien tampak mengurut kakinya

Reaksi inflamasi pada persendian

Keterbatasan aktivitas

Intoleransi aktivitas

(18)

- kaki agak sedikit membengkak

- pada saat berjalan kaki sebelah kanan agak sedikit meyeret

2.2.3RUMUSAN MASALAH Masalah Keperawatan : 1. Nyeri

2. Intoleransi aktivitas

Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

1. Gangguan rasa aman nyaman: nyeri berhubungan dengan hiperurisema ditandai dengan pasien tampak meringis, pasien mengatakan nyeri dibagian lutut dan pergelangan kak, intensitas nyeri skala 6 diukur dengan menggunakan numerik rating scale (0-10), nyeri timbul pada saat klien mengkonsumsi kacang-kacangan dan duduk dengan kaki terlipat terlalu lama.

(19)

2.2.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL No.

Dx

Perencanaan Keperawatan 1. Tujuan dan Kreteria Hasil Nyeri:

1.setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang. 2. skala nyeri berkurang hingga 0-3.

3. wajah tidak tampak meringis.

4. klien tampak rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan.

5. klien menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan non analgesik secara cepat. 6. tanda-tanda vital normal

Tujuan dan Kreteria Hasil Intoleransi Aktivitas : 1.klien dapat beraktivitas secara baik

2. klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan 3. kebutuhan sehari-hari terpenuhi.

Rencana Tindakan Rasional

• Lakukan pengkajian tentang nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, intensitas, atau keparahan nyeri. • Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)

untuk menurunkan nyeri.

• Kaji tanda-tanda vital.

• Lakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam.

• Berikan posisi yang nyaman.

• Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan (misalnya, suhu ruangan, cahaya).

• Kolaborasi pemberian analgetik.

• Mengetahui drajat/skala nyeri yang sedang pasien.

• Memberikan ketenangan kepada pasien dan mengurangi derajat nyeri.

• Nyeri yang berkelanjutan akan meningkatkan tanda-tanda vital • Mengurangi ketengan pada otot-otot.

• Merilekskan tubuh dan megurangi nyeri yang dialami.

• Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat.

(20)

Rencana Tindakan Rasional • Lakukan pendekatan pada klien dan

keluarga.

• Lakukan pengkajian tentang kekuatan otot kaki.

• Lakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien

• Hubungan yang baik membuat klien dan keluarga koopratif

• Untuk mengidentivikasi masalah-masalah klien.

(21)

2.2.5 Implementasi dan Evaluasi

1. 1. Mengkaji keadaan umum klien. 2. Mengukur vital sign.

3. Mengkaji skala nyeri yang dialami pasien.

1. Mengkaji keadaan umum pasien.

2. Mengajarkan pasien menajemen nyeri tarik nafas dalam apabila nyeri timbul.

1. Mengkaji keadaan umum pasien.

S : klien mengeluh sakit pada kakinya di bagian lutut dan pergelangan kaki.

P : intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan mengerti dan akan mencoba teknik relaksasi nyeri dengan tarik nafas dalam. A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

(22)

Sabtu 28-5-2016

2. Mengevaluasi respon klien terhadap manajemen nyeri : tarik nafas dalam.

3. Menganjurkan keluarga untuk melakukan kompres hangat dibagian yang sakit untuk meredakan nyeri.

2. Mengevaluasi keadaan umum pasien.

3. Mengevaluasi respon klien terhadap metode manajemen nyeri pengaliahan perhatian. 4. Evaluasi respon klien terhadap

metode kompres hangat.

membantu dalam

P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan kompres hangat sangat cukup membantu dalam meredakan nyeri. A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Hari/

2. 1. Mengkaji keadaan umu pasien 2. Mengukur vital sing

3. Mengkaji kekuatan otot kaki kanan pasien

S : Klien merasa sulit untuk beraktivitas akibat nyeri yang Ny.N rasakan O : TD : 150/90 mmHg HR : 88 x/i

RR : 26 x/i T : 36,50C

(23)

gravitas)

A : masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan Jum’at

27-5-2016

1. Mengkaji keadaan umum pasien. 2. Membantu aktivitas klien

sehari-hari.

S : klien mengatakan mengerti bahwa

pentingnya beraktivitas sehingga Ny.N sering melakukan aktivitas. O : Ny.N bisa melakukan aktivitas akan tetapi dengan kaki kanan yang berjalan agak meyeret A : Masalah teratasi sebagian

Referensi

Dokumen terkait

Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OOO

[r]

Kemampuan mahasiswa dalam memahami dan dapat menjelaskan suatu sistem yang menyediakan informasi umum digunakan oleh semua manajer dalam mengambil keputusan bisnis..

[r]

Oracle 8i and 9i, allow both relational and object views of data on the same database. • Currently, OODBMS have not been a commercial success due to high cost of relational to

[r]

Kehilangan gigi molar pertama saat masih anak-anak atau remaja dan tidak diganti dengan gigi tiruan, menyebabkan gigi molar kedua akan bergerak ke mesial, gigi

ISDN merupakan pengembangan dari jaringan telepon IDN (Integrated Digital Netwok) yang menyediakan hubungan digital dari ujung satu pelanggan ke ujung pelanggan