• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TENTANG TEORI BEHAVIORISTIK p1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TENTANG TEORI BEHAVIORISTIK p1"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TENTANG TEORI BEHAVIORISTIK

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Psikologi Klinis

DOSEN PENGAMPU:

Ghina Amalia I1C113221 Nor Mai Leza I1C115019 Dyah

Nurdina R. I1C115210 M. Reyhan A. I1C114028 Alya Hanin I1C115027 Ervina Dewi I1C115214 Ayunia Firdayati I1C114204 Fitri Fauziah I1C115030 Jinan Seff I1C115219 Dita Mahfira I1C114210 Nor Anita H. I1C115038 Nur Asmi K. I1C115231 Asmaul Fauziah I1C115004 Rizka Aulia I1C115041 Rif’at Aditya I1C115236 Cahya Aulia A. I1C115006 Rizka Syifa A. I1C115042 Selvia Dwi A I1C115240 Dini Hardianti I1C115007 Akbar I1C115050

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang teori behavioristik untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Klinis dengan dosen pengampu Ibu Jehan Safitri, M. Psi, Psikolog dan Bapak Sukma Noor Akbar, M. Psi, Psikolog. Berkat dari kerjasama kelompok yang baik kami dapat dengan lancar menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah tentang teori behavioristik dapat dipergunakan dengan semestinya dan memberikan pengetahuan bagi para pembaca. Kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun akan kami terima untuk menjadi lebih baik ke depannya.

Banjarbaru, 12 April 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

1.4 Manfaat Penulisan...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Teori Behavioristik...3

2.2 Teori tentang Dinamika Perilaku Manusia Implikasi Psikologi Behavioristik...4

2.3 Konsep Gangguan Psikologi Dari Perspektif Behavioristik...6

2.4 Pengertian Pendekatan Behavioristik...9

2.5 Konsep Pendekatan Belajar...10

2.6 Tujuan dan Kegunaan Teori Behavioristik...10

2.7 Karakteristik Dasar dan Asumsi...12

2.8 Teknik-Teknik Terapi Behavioristik...12

2.9 Proses Terapi...14

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Film...17

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan...19

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku dapat dibedakan menjadi nyata (overt) dan tersembunyi (covert).Perilaku nyata pada dasarnya merupakan jelmaan dari perilaku tersembunyi. Pembagian ini penting artinya karena ada yang penelitiannya hanya dan terhenti pada perilaku nyata yaitu behaviorisme dengan stimulus responnya, seperti menyetel tv dengan menekan knop (stimulus) dan gambar muncul di layar (respons) tanpa ingin tahu apa yang terjadi antara keduanya atau bagaimana terjadi. Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya sendiri berlebih atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil tingkah laku behavioral membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan perkataan lain membantu klien agar tingkah laku nya menjadi adaptif dan menghilangkan yang maladaptif. Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalah gunaan zat, dan disfungsi seksual.Pendekatan ini juga berguna untuk membantu gangguan yang diasosiasikan dengan kecemasan (anxiety), stress, asertivitas, berfungsi sebagai orang tua atau interaksi sosial.

(6)

tradisi psikologi empiris.Dalam intervensi klinis, ini diterjemahkan menjadi kebutuhan untuk mengoperasionasikan masalah klien (yaitu mensifikasikan dengan jelas tindakan yang akan diambil di seputar kesulitan yang dimaksud) dan penyadaran diri terhadap pengumpulan dan terinfertasi data, yang dapat dikumpulkan melalui pengukuran langsung, observasi, atau self-tracking dilakukan oleh klien.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah Pendekatan Behavioristik dan Terapi Behavioristik.

1.3 Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis memiliki beberapa tujuan diantaranya :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Klinis.

2. Untuk mengetahui dan memahami pendekatan behaviorisme.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Diharapkan dapat menjadi sumber penambah wawasan bagi pembaca terutama bagi penulis.

2. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Klinis.

(7)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori Behavioristik

Dustin dan George (1977), yang dikutip oleh George and Cristiani (1981) mengemukakan pandangan tentang perinsip dasar behavioristik yakni:

1. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak

2. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.

3. Penganjur utama adalah Watson :overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.

4. Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang

5. lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.

6. Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.

7. Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Karena behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan yang sungguh-sungguh objektif. Faktor-faktor lingkungan adalah faktor utama yang bekerja untuk membentuk kepribadian seseorang. Pusat perhatian aliran ini adalah proses dalam pendidikan dan cara mengajar manusia untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan tertentu.

(8)

1. Pengkondisian Klasik

Menurut para penganut behaviorisme, kebanyakan reaksi spontan emosi kita terjadi melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning), ketika kita mengasosiasikan suatu respon spontan dengan stimulus yang tidak berhubungan. .Misalnya, bau merek parfum tertentu mungkin membuat anda merasa sangat sedih hingga anda menyadari bahwa parfum tersebut adalah parfum yang digunakan kakek anda yang baru saja meninggal. Pada contoh ini, anda membentuk asosiasiantara stimulus yang secara alamiah bersifat netral (parfum) dengan stimulus yangsecara alamiah bersifat membangkitkan kenangan (kakek yang sudah meninggal)yang menghasilkan suatu reaksi emosi (menjadi berlinang air mata).

Hubungan ini terbentuk melalui pemasangan dua jenis stimulus secara berulang-ulang. Stimulus netral disebut sebagai stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus) karena menghasilkan respon sebelum pengondisian apapun terjadi. Stimulus yang memunculkan sesuatu secara alami disebut stimulus tak terkondisikan (unconditioned stimulus) karena menghasilkan respon sebelum diberi pengkondisian apapun. Reaksi emosi yang diasosiasikan dengan stimulus terkondisikan (parfum) disebut respon terkondisikan (conditioned response). Sebelum pengkondisian, refleks ini disebut respon tak terkondisikan (unconditioned response) karena tidak diperlukan pembelajaran bagi anda untuk menangis ketika anda teringat kakek anda.

2. Pengondisian operant

(9)

memuaskan kebutuhan biologis (lapar, haus, sembuh dari luka, seks) disebutpenguat primer karena mereka mendapat penghargaan secara intrinsic. Perilaku juga digerakkan oleh penguat sekunder yang memperoleh nilai mereka dari asosiasi dengan penguat primer.

Dalam pengondisian operant seperti halnya pada pengondisian klasik, penguatan memiliki efek menyenangkan atau tidak menyenangkan. Saat tidak ada penguatan, sebagian besar perilaku yang dipelajari cenderung berkurang dan akhirnya hilang. Pengondisian operant juga dimaksudkan untuk menerapkan perolehan penguasaan perilaku, mempelajari suatu bahasa atau menjadi musisi yang mahir.

3. Pembelajaran sosial dan kognisi sosial

Para teoritikus yang mengusung teori belajar sosial tertarik untuk memahami bagaimana orang mengembangkan gangguan psikolagis melalui hubungan mereka dengan orang lain dan melalui obsevasi orang lain. Beberapa teoritikus dalam perspektif ini juga memfokuskan diri pada kognisi sosial, faktor-faktor yang memengaruhi cara orang memersepsi dirinya dan orang dan serta membentuk penilaian penyebab perilaku. Menurut pespektif-perspektif ini, tidak hanya penguatan langsung yang memengaruhi perilaku, tetapi penguatan tidak langsung juga dapat memengaruhi perilaku, ketika orang memperoleh perilaku tersebut dengan melihat orang lain melakukan perilaku tersebut dengan orang lain melakukan perilaku tertentu dan melihat mereka diberi penghargaan atau hukuman. Evaluasi Perspektif Berbasis Perilaku. Mungkin hal utama yang menarik dari perspektif perilaku adalah kesederhanaan dan ketergantungannya pada konsep yang dapat diterjemahkan menjadi objek yang terukur.

2.3 Konsep Gangguan Psikologi Dari Perspektif Behavioristik

(10)

Perilaku Abnormal Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perilaku normal. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi perilaku normal dengan memanipulasi lingkungan.

Perilaku Abnormal Kaum behavioris menyatakan: tingkah laku abnormal, menyimpang (kalut, anarkitis, kacau, sakit, psikopatologis) adalah kebiasaan-kebiasaan yang maladaptif dalam cara penyesuaian dirinya. Maka, gangguan mental itu adalah bentuk tingkah laku lahiriah atau eksternal; dan orang tidak memandangnya sebagai produk dari konfik-konflik internal atau batiniah.

B. Perspektif Behavioristik (ganguan mental)

Pada bagian ini kita akan mendiskusikan dua perspektif yang berfokus padaperilaku abnormal dan proses berfikir, yaitu perspektif perilaku dan perspektif kogniti-perilaku. Menurut perspektif perilaku behavioral perspective, abnormalitas disebabkan oleh pengalaman belajar yang keliru.

Perspektif Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku abnormal dapat berkembang melalui respon yang dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya yang dipelajari, melalui classical conditioning, operant conditioning, atau modeling. Para behavioris lebih memperhatikan perilaku abnormal hasil dari perilaku yang bertahan disebabkan berbagai kejadian hadiah atau hukuman yang mendorong pola respon yang bermasalah.

a) Classical conditioning

Classical conditioning dapat menimbulkan ketakutan patologis dimana adanya stimulus netral diikuti dengan respon yang tidak menyenangkan sehingga menimbulkan gangguan perilaku seperti phobia.

(11)

Adanya penguatan positif yang memperkuat tindakan negatif. Seperti agresi verbal diikuti oleh pujian teman-temannya sehingga perilaku tersebut terus berulang.

c) Modeling

Perilaku abnormal disebabkan karena mengamati orang lain. Orang lain mendapat sesuatu yang positive ketika melakukan suatu hal, sehingga pengamat cenderung untuk menirunya. Seperti minuman keras, karena sang model menikmati minuman keras maka individu akan meniru sang model untuk merasakan kenikmatan minuman tersebut tersebut.

Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya, memandang manusia sebagai pemberi respons (responder), sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi. Dustin &George(1977), yang dikutip oleh George & Cristiani(1981), mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia, yakni:

1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat, tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami, yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.

2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.

3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.

4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.

C. Karakteristik Perilaku Bermasalah

(12)

penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Behaviorist memandang perilaku yang bermasalah adalah sebagai berikut:

a. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

c. Manusia yang bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalah pahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

d. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar da juga tingkah laku tersebut juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

D. Identifikasi Gangguan Psikologis dengan Pendekatan Behaviorisme

Orientasi behaviorisme dalam pendekatan dan penyembuhan gangguan psikologis didasarkan atas teori-teori behaviorisme, antara lain prinsip-prinsip kondisioning klasik, kondisioning operan dan belajar sosial. Untuk pendekatan behaviorisme dapat digunakan skema (dalam Kanfer & Philips, dalam Suwondo, 1980)

S = stimulus C = concequence, akibat R =

respon

O = organisme K = contigency, kedekatan

Salah satu asumsi model belajar untuk memahami gangguan jiwa adalah bahwa gangguan jiwa merupakan respons yang tidak cocok (inapropriate) yang

(13)

terbentuk melalui proses belajar dan dapat bertahan karena adanya penguat yang mempertahankannya. Neurosis adalah ‘an inapropriate response affecting your life’.

Dalam interview, tidak perlu digali peristiwa-peristiwa di masa lampau dan konflik-konflik yang tidak didasari seperti halnya dalam pendekatan psikoanalisis. Pendekatan behaviorisme tidak melihat adanya peran semua itu. Yang penting untuk memahami dan menyembuhkan suatu simtom adalah keadaan masa kini yang langsung mencetuskan simtom tersebut. Suatu simtom hanya diperhatikan kuantitasnya, apakah berlebihan (excess) atau kekurangan (deficit). Contoh simtom defisit misalnya anak yang ‘malas belajar’ atau kasus R yang ‘kurang mau peduli terhadap lingkungan keluarga’.

2.4 Pengertian Pendekatan Behavioristik

Terapi dengan pendekatan behaviorisme dinamakan behavior therapy.

Tetapi pada psikoanalisis disebut dengan insight therapy. Perbedaan antara

insight therapy dan behavior therapy adalah :insight therapy (dinamakan juga terapi tradisional) yang dipelopori oleh Freud pada dasarnya masih mempertahankan model penyakit yang diterapkan pada keadaan mental. Pusat perhatian terapis adalah pada masa lalu yang dianggap sebagai sumber permulaan gangguan. Konflik-konflik dimasa lalu yang tidak disadari itu harus disadarkan agar terjadi penyembuhan. Behavior therapy memusatkan perhatian tingkah laku yang dapat diobservasi dan tidak mencari determinan-determinan di dalam diri individu, melainkan mencari determinan-determinan luar dari suatu tingkah laku patologis.

(14)

Terapi perilaku (Behaviour therapy)pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (Learning Theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti : depression,anxiety disorders,phobias,dengan memakai teknik yang didesain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

2.5 Konsep Pendekatan Belajar

kini Tidak penting Tidak penting Tidak penting Masa kini Utama Utama Utama

2.6 Tujuan dan Kegunaan Teori Behavioristik

(15)

yang salah suai dan membentuk tingkah laku baru. Pendekatan tingkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, baik individual maupun kelompok.

Menurut Corey (1988) tujuan pendekatan behavioristik adalah sebagai refleksi masalah konseli, dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling. Karakateristik pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh Eysenck, adalah pendekatan tingkah laku yang ;

a. Didasarkan pada teori yang dirumuskan secara tepat dan konsisten yang mengarah kepada kesimpulan yang dapat diuji.

b. Berasal dari hasil penelaahan eksperimental yang secara khusus direncanakan untuk menguji teori-teori dan kesimpulannya.

c. Memandang simptom sebagai respons bersyarat yang tidak sesuai (un-adaptive conditioned responses).

d. Memandang simptom sebagai bukti adanya kekeliruan hasil belajar. e. Memandang bahwa simptom-simptom tingkah laku ditentukan

berdasarkan perbedaan individual yang terbentuk secara conditioning dan autonom sesuai dengan lingkungan masing-masing.

f. Menganggap penyembuhan gangguan neurotik sebagai pembentukan kebiasaan (habit) yang baru.

g. Menyembuhkan simptom secara langsung dengan jalan menghilangkan respon bersyarat yang keliru dan membentuk respon bersyarat yang diharapkan.

h. Menganggap bahwa pertalian pribadi tidaklah esensial bagi penyembuhan gangguan neurotik, sekalipun untuk hal-hal tertentu yang kadang-kadang diperlukan.

2.7 Karakteristik Dasar dan Asumsi

(16)

1. Terapi Perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip dan prosedur dari metode ilmiah.

2. Behavior therapy berhadapan dengan maslah klien saat ini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Dalam behavior therapy,klien diharapkan melakukan tindakan-tindakan spesifik untuk menghadapi masalah mereka.

4. Secara umum,behavior therapy sebisa mungkin membawa klien pada lingkungan yang natural (yang sebenarnya).

5. Prosedur behavioral dibuat agar cocok dengan kebutuhan masing-masing klien yang unik.

6. Praktek terapi behavioral didasarkan pada hubungan patner yang kolaboratif antara terapis dan klien.

2.8 Teknik-Teknik Terapi Behavioristik

Lesmana (dalam Lubis,2011)membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian, yaitu:

1. Teknik-Teknik Tingkah Laku Umum

Teknik ini terdiri dari beberapa bentuk,yaitu :

a) Skedul Penguatan

Adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku yang baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien.

b) Shaping

Adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap.

c) Ekstingsi

Adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptif tidak berulang.

2. Teknik-Teknik Spesifik

Teknik ini terdiri dari beberapa bagian,yaitu :

a) Desensitisasi sistematis

(17)

tingkah laku yang diperlukan secara negative,dan menyertakan kemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan.

b) Terapi Implosive dan Pembanjiran

Adalah sebuah teknik yang terdiri atas permunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan.

c) Latihan Asertif

Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.

d) Pengkondisian Aversi

Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simtomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan,sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.

e) Pembentukan Perilaku Model

Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien,memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model,baik menggunakan model audio,model fisik atau lainnya yang dapat diamati dan dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh.

f) Kontrak Perilaku

Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.

g) Token Ekonomi

(18)

yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.

2.9 Proses Terapi

Praktisi berorientasi perilaku cenderung aktif dan direktif dan berfungsi sebagai konsultan dan pemecah masalah. Mereka memperhatikan petunjuk yang diberikan oleh klien, dan mereka bersedia untuk mengikuti firasat klinis mereka. Praktisi perilaku harus memiliki keterampilan, sensitivitas, dan ketajaman klinis (Wilson, 2008). Mereka menggunakan beberapa teknik umum untuk pendekatan lain, seperti meringkas, refleksi, klarifikasi, dan terbuka pertanyaan. Bagaimana terapis perilaku melakukan fungsi lain yaitu (Miltenberger, 2008; Spiegler & Guevremont, 2003):

 Berdasarkan penilaian fungsional yang komprehensif, terapis merumuskan tujuan pengobatan awal dan desain serta mengimplementasikan rencana perawatan untuk mencapai tujuan tersebut.

 Klinisi perilaku menggunakan strategi yang memiliki dukungan penelitian untuk digunakan dengan jenis tertentu dari masalah. Strategi ini digunakan untuk mempromosikan generalisasi dan pemeliharaan perubahan perilaku.

 Dokter mengevaluasi keberhasilan rencana perubahan dengan mengukur kemajuan menuju tujuan sepanjang durasi pengobatan. Ukuran hasil yang diberikan kepada klien pada awal pengobatan (disebut baseline) dan dikumpulkan lagi berkala selama dan setelah perawatan untuk menentukan apakah strategi dan rencana pengobatan bekerja. Jika tidak, berilah nilai yang sesuai yang dibuat dalam strategi yang digunakan.

(19)

perubahan dari waktu ke waktu dan memperoleh keterampilan koping perilaku dan kognitif untuk mencegah timbulnya kembal perilaku yang ingin dirubah.

A. Kelebihan dan Kelemahan Behaviour Therapy Kelebihan :

a. Ada hasil konkret atau nyata yang didapat (yaitu perubahan perilaku). Jika client centered therapy,humanistic,dan lain-lain lebih bersifat abstarak dan menekankan pada insight yang diperoleh klien.

b. Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan klien diawal sesi terapi dan hal itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi. c. Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan

selalu diperbaharui.

d. Waktu konseling relatif singkat.

e. Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.

Kelemahan :

a. Behavior therapy dapat mengubah perilaku,tetapi tidak mengubah perasaan.

b. Behavior therapy tidak menimbulkan insight.

c. Behavior therapy lebih mementingkan memperlakukan simtom-simtomnya daripada penyebab

(20)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Film

Dari film “miracle worker” yang menceritakan seorang anak bernama Hellen Kelleryang merupakan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yaitu tuna netra, tuna rungu, tuna wicara. Ibu Hellen, Catie Keller selalu memberikan permen kepada Hellen ketika ia mengamuk, guna menenangkannya. Meskipun pada akhirnya hal tersebut tidak disetujui oleh Ny. Sullivan (pengasuh Hellen) karena ibunya memberikan hadiah ketika Hellen melakukan kesalahan. Hal itu membuat Hellen merasa bahwa apa yang dilakukannya itu benar.

(21)

memberikan respon dengan menampar balik supaya Hellen tau bahwa perilakunya tersebut menyakiti orang. Dan setiap kali Hellen melakukan perilaku yang tidak baik kepada Ny. Sullivan, kemudian dibalas dengan perlakuan yang sama oleh Ny. Sullivan kepada Hellen. Dalam hal ini Ny. Sullivan memberikan punishment atas perilaku tidak baik Hellen.

Selanjutnya Ny. Sulivan membiasakan Hellen menggunakan sandi tangan untuk memahami segala sesuatu yang ada di sekitarnya, bahkan mengajaknya berkeliling agar mengetahui dan memahami semuanya itu. Hingga akhirnya Hellen dapat memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan melalui pembiasaan-pembiasaan (conditioning). Seperti mengajari Hellen mengeja kata “cake” sebelum memberinya kue dan lain sebagainya. Selain itu hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang (teori pembiasaan perilaku respon). Selain itu, Ny. Sullivan juga membiasakan Hellen makan menggunakan piring sendiri, sendok dan garpu sehingga ia menjadi terbiasa melakukan hal tersebut (pembiasaan/conditioning) serta dilakukan berulang-ulang hingga Hellen mampu melakukannya (teori pembiasaan perilaku respon).

Akhirnya setelah dilakukan pembiasaan (conditioning), Hellen mampu memahami bagaimana menggunakan sandi tangan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan membuatnya memahami bahwa perilaku yang dilakukannya tidak baik dan tidak normal.

Behavioral Therapy (Terapi Perilaku)

Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Operan conditioning

(22)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dalam perspektif behavior gangguan psikologis dapat ditangani dengan Behavior therapy. Behavior therapy memusatkan perhatian tingkah laku yang dapat diobservasi dan tidak mencari determinan-determinan di dalam diri individu, melainkan mencari determinan-determinan luar dari suatu tingkah laku patologis. The here and now is what maintains the behavior, not the lack of insight. Teknik-teknik dalam behavior therapy sangat bermacam-macam, sama seperti jenis simtom yang ada. Tidak seperti insight therapy yang menggunakan teknik seragam untuk semua jenis gangguan. Ini disebabkan karena dalam psikoterapi tradisional tujuannya adalah mencapai insight , dan bukan suatu proses belajar gaya conditioning.

(23)

 Ada hasil konkret atau nyata yang dapat (yaitu perubahan perilaku). Jika client contered therapy, humanistic, dan lain-lain lebih bersifat abstrak dan menekankan pada insight yang diperoleh klien.

 Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan klien diawal sesi terapi dan hal

itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi.

 Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui.

 Waktu konseling relatif singkat.

 Kolaborasi yang baik antara kenselor dan konseing dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.

Kelemahan:

 Behavior therapy dapat mengubah perilaku, tetapi tidak mengubah perasaan.

 Behavior therapy tidak menimbulkan insight.

 Behavior therapy lebih mementingkan memperlakukan simtom-simtomnya daripada penyebab.

 Behavior therpy meliputi kontrol dan manipulasi oleh terapis.

4.2 SARAN

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R.L., R.C. Atkinson & E.R Hilgard. (1993). Pengantar psikologi. Nurjanah Taufig. Jakarta: Erlangga.

Corey,Gerald.(1996).Theory and Practice of Counseling and Psycotherapy.USA : Brooks Cole.

Corey, G., Corey, MS., and Callanan, P,. (1988). Issues and Ethiics in The Helping Proffesion. Third Edition. Belmont : Brooks/Cole-Thomson Learning.

Corey,G. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikologi terapi.Bandung : PT.Refika Aditama.

(25)

Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2005). Personality: Theory and research (9th ed.). NJ: John Wiley & Sons.

Psychology and Me,2016. Teknik-TeknikTerapi Behavioristik (online) (http://fauziahziah23.blogspot.co.id) diakses pada 10 April 2017.

Referensi

Dokumen terkait