• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah o rganogenesis sistem pernafasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah o rganogenesis sistem pernafasan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANOGENESIS

( PEMBENTUKAN SISTEM PERNAFASAN DAN UROGENITAL)

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembanga Hewan

Oleh

Kelompok V

Karolina bukit 1306103010054

Muammar F 1306103010076

Risa Rianda 1306103010026 Riska Aurora Yahya 1306103010006

Zulfikar 1306103010098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan Makalah yang berjudul “Remedial “ Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman dari hasil Makalah ini. Karena itu kami berharap semoga Makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari teman-teman yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama.

Semoga Makalah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi terutama dalam pengetahuan kita tentang “Remedial”

Kelompok Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...1

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

Latar Belakang...1

Rumusan Masalah...2

Tujuan Penulisan...2

BAB II...3

PEMBAHASAN...3

Pengertian Organogenesis ( Pembentukan Sistem Pernafasan Dan Urogenital)...3

Pengertian organogensis...3

Pembentukan sistem urogenital dan Urinarius...4

Sistem Urogenitalia...4

Sistem urinarius...4

Pembentukan Duktus Genitalia...13

Proses Pembentukan sistem Pernafasan...17

BAB III...22

PENUTUP...22

1. Kesimpulan...22

2. Saran...22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dipandang dari sudut fisiologis, system urogenital dapat dibagi dalam 2 unsur yang sangat berbeda sifatnya : system urinarius dan system genitalia. Akan tetapi dipandang dari sudut embriologi dan anatomi, kedua system ini saling bertautan. Keduanya berasal dari rigi mesoderm yang sama disepanjang dinding belakang rongga perut, dan saluran pembuangan kedua system ini pada mulanya bermuara kerongga yang sama, yaitu kloaka. Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium. Pada perkemmbangan selanjutnya, tumpang tindih kedua system ini terutama nyata sekali pada pria. Duktus ekstretorius primitive mula-mula berfungsi sebagai duktus urinarius, tetapi kemudian berubah menjadi duktus genitalis utama. Selain itu, pada orang dewasa, alat kemih maupun kelamin ini menyalurkan air kemih dan semen melalui sebuah saluran yang sama, uretra penis. Sedangkan pada sistem pernafasan ditandai dengan adanya Saluran pernapasan terdiri atas dan bawah, saluran pernafasan atas terdiri atas hidung, sinus, faring, laring, trakea, dan epiglotis. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus, dan paru. Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk pertukaran gas, yaitu sproses menukar oksigen ke darah di arteri dan membuang karbondioksida dari darah di vena. Pertukaran gas normal terjadi dengan tiga proses, yaitu Ventilasi, Difusi, Perfusi.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pembentukan sistem urogenital dan sistem pernafasan ?

2. Bagaimana proses pembentukan sistem urinaria serta proses pernafasan?

3. Bagaimana proses pembentukan sistem genital pria dan wanita serta mekanisme pernafasan ?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan maksud untuk :

a. Menambah wawasan pembaca mengenai organogenesis b. Sebagai bahan referensi dalam pembelajaran

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Organogenesis ( Pembentukan Sistem Pernafasan Dan Urogenital)

a. Pengertian organogensis

Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian

berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam 1 species. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.

Organogenesis terdiri dari dua periode, yaitu pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir. Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies.

Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embrio mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.

1. Tahap Pertumbuhan Embrio.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :

– Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.

– Fase Pasca Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup setelah masa embrio, terutama penyempurnaan alat-alat reproduksi setelah dilahirkan.

Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi biasanya hanya peningkatan ukuran bagian-bagian tubuh dari makhluk hidup.

2. Tahapan Organogenesis

(7)

adalah pembentukan 2 ruang (kavitas) yang menutup, yang terletak berdekatan satu sama lain, yaitu cavitas amniotica dan saccus vitellius (adalah selaput yang terletak ant placenta dan amnion).

Pertumbuhan embrio terjadi dari embional plate yang terdiri dari 3 lapisan:

a. Ektoderm : melapisi cavita amniotica.

Ektoderm mrp lapisan tunggal dari sel-sel yang bertanggung jawab atas pertumbuhan kulit, rambut, kuku, jaringan saraf, yang meliputi pula alat indaria (organ sensoris), kelenjar ludah, cavitas nasi, bagian bawah canalis analis, tractus genitalis dan glandula mammae

b. Endoderm.

Melapisi saccus vitellinus dan berkembang membentuk traktus digestivus, hepar, pancreas, larings, trakea, paru, vesika urinaria dan urethra.

c. Mesoderm.

Merupakan lapisan jaringan selain ectoderm dan endoderm yang berasal dari inner cell mass. Sebagian mesoderm terletak disekeliling cakram embrio.

Perkembangan lebih lanjut dari mesoderm ini akan menghasilkan system sirkulasi dan limfatik, tulang, otot, ginjal, ureter, organ genetalia, dan jaringan subcutan pada kulit

2. Pembentukan sistem urogenital dan Urinarius a. Sistem Urogenitalia

Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium.

(8)

b. Sistem urinarius

1. Pembentukan Ginjal

Pembentukan Ginjal ditandai dengan adanya penonjolan pada mesoderm intermedier di daerah anterior embrio, yang disebut nefrotom. Berlangsung dari anterior ke posterior. Urutan perkembangannya:

1. Pronefros

2. Mesonefros

3. Metanefros

Gambar 1. Cikal bakal ginjal (Pronefros,Mesonefros dan Metanefros)

Organogenesis ginjal terdiri melalui 3 tahapan secara berurutan yaitu : pronefros, mesonefros, dan metanefros seperti pada tabel berikut :

Tabel 1. Proses Pembentukan Ginjal

Usia gestasi minggu ke- Organogenesis

3 1. Sistem pertama yaitu bentuk

pronefros dan duktusnya. 2. Pronefros perlahan akan

berdegenerasi dan duktusnya akan menjadi duktus Wolfii dan bagian kaudal dari mesonefros.

4 1. Sistem pronefros mengalami regresi,

saluran ekskresi mesonefros pertama mulai tampak.

(9)

medial, keduanya membentuk korpuskulus mesonefrikus(renalais). 3. Pembentukan glomerulus berasal

dari vesikel-vesikel yg terbagi menjadi 3 segmen : bawah membentuk epitel viseral dan parietal kapsula Bowman, tengah tubulus proksimal dan ansa Henle, atas tubulus distalis.

5 1. Perkembangan dari sistem

metanefros (ginjal tetap), berawal dari tunas ureter yang berkembang dari tonjolan saluran mesonefros di dekat muaranya ke kloaka.

2. Tunas ureter ini menembus jaringan metanefros, yang menutup ujung distalnya sebagai topi melebar membentuk pelvis renalis primitif terbagi kranial dan kaudal kaliks mayor.

3. Tiap-tiap kaliks membentuk 2 tunas baru yang akan membelah terus hingga 12 generasi atau lebih. 4. Generasi ketiga dan keempat kaliks

minor. Generasi seterusnya piramida ginjal.

7-8 1. Dimulainya nefrogenesis sampai

34-36 minggu. Kemudian nefron berkembang terus dan ukurannya bertambah sesuai dengan

pertambahan ukuran ginjal dan perkembangan fungsinya.18

12-14 1. Pembentukan pelvis renalis serta

(10)

sebelum masa gestasi ini.18

Dua sistem urinaria primitif, pronefros dan mesonefros mendahului pembentukan metanefros. Pronefros mengalami involusi pada minggu kedua dan mesonefros menghasilkan urin pada minggu ke-5 serta mengalami degenerasi pada usia 11-12 minggu.

Kegagalan pembentukan atau regresi kedua struktur ini dapat menyebabkan anomali perkembangan sistem urinaria definitif. Antara minggu ke-9 dan 12, tunas ureter dan blastema nefrogenik berinteraksi untuk menghasilkan metanefros. Pada minggu ke-14, ansa henle sudah berfungsi dan terjadi reabsorpsi. Namun, nefron-nefron baru terus terbentuk sampai minggu ke-36 dan pada bayi prematur pembentukan nefron tersebut berlanjut setelah lahir.

Gambar 2. Potogan melintang pembentukan tubulus nefron

Pada embrio di daerah dorsal kiri-kanan dari garis tengan terdapat penonjolan

mesodermal yang dikenal sebagai penonjolan urogenital, berjalan longitudinal sejajar dengan khordadorsalis. Bagian medial dari urogenital ridge ini kelak menjadi gonad, sedangkan bagian lateral membentuk nefrogen.

Sistem nefrogen ini, bagian kranial berdiferensiasi lebih dahulu dari bagian yang kaudal. Mula-mula pronefros, kemudian mesonefros dan akhirnya metanefros yang kelak menjadi ginjal tetap. pronefros dan mesonefros pada manusia tidak seberapa tampak, bagian kaudal pronefros berhubungan dengan kranial mesonefros. Sehingga sebenarnya keduanya adalah sattu sistem.

Gambar 3. Letak Pronefros, Mesonefros dan Metanefros

(11)

Bentuk paling awal, paling anterior dan strukturnya paling sederhana akan berdegenerasi dan diganti oleh mesonefros. Pada Manusia pronefros tidak berfungsi. Pronefros terdiri atas kelompok-kelompok sel atau gelembung kecil dibagian proksimal dari sistem jaringan nefrogen dan terbentuk pada minggu ke tiga masa pertumbuhan embrio.

pada akhir minggu ke empat, pronefros ini mengadakan regresi. Duktus pronefros tumbuh sendiri tidak tergantung pada tubulus-tubulus pronefros. pada permulaan nya duktus ini hanya menyerupai satu kelompok sel seperti lidi, berada dibagian dorsal jaringan

nefrogen. kemudian menjadi saluran dimulai dari bagian kranial, dan menuju ke ventral.

Kemudian masuk sebagai saluran dibagian dorso-lateral kloaka pada minggu ke lima pertumbuhan embrio. Saluran ini, kecuali bagian atasnya menjadi duktus mesoderm. Pada embrio manusia, pronefros digambarkan oleh 7-10 kelompok sel padat didaerah leher. Kelompok-kelompok yang pertama membentuk nefrotom vestigium yang menghilang sebelum nefrotom yang disebelah kaudalnya terbentuk, dan pada akhir minggu ke-4, semua tanda system pronefros telah menghilang.

b. Mesonefros

Pada waktu pronefros mengadakan regresi, dari jaringan nefrogen di daerah toraks dan lumbal tumbuh tubulus-tubulus mesonefros. Tubulus ini berbentuk S dan terbuka ke saluran pronefros yang pada pertumbuhan selanjutnya dinamakan saluran mesonefros.

Bagian medial dari tiap tubulus mesonefros membesar dan membentuk suatu mangkok (kapsul Bowman). Terbentuk pula di dalamnya suatu kumpulan kapilar berasal dari arteri dan aorta. Terbentuklah glomerulus. Tubulus-tubulus mesonefros cepat memanjang dan berlekuk-lekuk, tetapi saluran lekuk henle tidak terbentuk. bagian kranial dari tubulus mesonefros ini berangsur berdegenerasi sebelum bagian kaudalnya berdiferensiasi.

Diperkirakan dalam bulan ketiga dan keempat pertumbuhan janin, mesonefros berfungsi dan mengeluarkan urine meskipun cair sekali. Namun mesonefros lambat laun tidak berfungsi lagi dan fungsi itu berhenti pada akhir bulan keempat. Fungsi nya di ambil alih oleh ginjal tetap. Glomerulus mesonefros menghilang kecuali beberapa tubulus tidak berdegenerasi.

Gambar 4. Duktus Mesonefros dengan tubulus berbentuk S

(12)

Pada pertengahan bulan kedua, mesonefros membentuk sebuah organ berbentuk bulat telur besar disisi kiri dan kanan garis tengah. Oleh karena gonad yang sedang berkembang terletak pada sis medial mesonefros, rigi yang dibentuk oleh kedua alat tersebut dikenal sebagai rigi urogenital. Sementara saluran-saluran disebelah kaudal tetap berdiferensiasi, saluran disebelah cranial dan glomerulinya memperlihatkan perubahan degenerative, dan menjelang akhir bulan kedua sebagian besar telah menghilang. Akan tetapi beberapa dari saluran kaudal dan saluran mesonefros tetap ada pada pria dan ikut membentuk system kelamin, tetapi menghilang pada wanita.

c. Metanefros

Terbentuk paling akhir paling sempurna dan terletak dari posterior dari mesonefros. Pada minggu keenam dan ketujuh ginjal naik dari daerah pelvis ke daerah lumbal. Hal ini terjadi karena embrio menjadi lurus dan karena pertumbuhannya yang cepat dari bagian badan kaudal ginjal.

Pada waktu naik ginjal berputar hingga hilusnya yang pada permulaan terdapat disebelah ventral kemudian mengarah ke medial.

Hanya terdapat pada hewan-hewan amniota. Terbentuk paling akhir paling sempurna dan terletak dari posterior dari mesonefros. Berfungsi sejak embrio lanjut dan merupakan ginjal yang definitif.

Gambar 5. Metanefros

Satuan-satuan eksresinya berkembang dari mesoderm metanefros, dengan cara yang sama seperti pada system mesonefros. Akan tetapi perkembangan system salurannya, berbeda dari system ginjal lainnya.

Naiknya ginjal disebabkan oleh kurangnya kelengkungan tubuh maupun pertumbuhan tubuh didaerah lumbal dan sacral. Dipanggul, metanefros menerima aliran darah dari sebuah cabang panggul dan aorta. Dalam perjalanan naik ke rongga perut ini, ginjal diperdarai oleh pembuluh-pembuluh nadi yang berasal dari aorta yang letaknya semakin meninggi.

Pembuluh-pembuluh yang lebih rendah biasanya akan berdegenerasi.

2. System pengumpul

(13)

melebar membentuk piala ginjal primitive, dan terbagi menjadi bagian cranial dan kaudal, yang kelak akan menjadi kalises mayors.

Sambil menembus lebih jauh kedalam jaringan metanefros, tiap-tiap kaliks membentuk dua tunas baru. Tunas-tunas yang baru terbentuk masing-masing terus membelah lagi hingga terbentuk 12 generasi saluran atau lebih. Sementara itu, dibagian tepi, terbentuk lebih banyak saluran hingga akhir bulan ke-5. Saluran generasi kedua membesar dan menyerap masuk saluran generasi ketiga dan keempat, sehingga terbentuklah kalises minor piala ginjal.

Pada perkembangan selanjutnya, saluran pengumpul generasi ke-5 dan seterusnya sangat memanjang dan menyebar dari kaliks minor, sehingga membentuk piramida ginjal. Dengan demikian, tunas ureter membentuk ureter, piala ginjal, kalises mayor dan minor, dan kurang lebih satu hingga tiga juta saluran pengumpul.

3. System eksresi

Tiap-tiap saluran yang baru terbentuk, dibagian ujungnya ditutupi oleh topi jaringan metanefrik. Dibawah pengaruh induktif tubulus ini, sel-sel topi jaringan ini membentuk gelembung-gelembung kecil, yaitu vesikel renalis, yang selanjutnya akan membentuk saluran-saluran kecil.

Saluran-saluran ini bersama dengan berkas-berkas kapiler yang dikenal sebagai glomeruli, membentuk nefron atau system eksresi. Ujung proksimal masing-masing nefron membentuk simpai bowman, yang didalamnya berisi glomerulus.

Ujung distalnya membentuk hubungan terbuka dengan salah satu saluran pengumpul, sehingga terbentuklah jalan penghubung dari glomerulus kesatuan pengumpul. Pemanjangan saluran eksresi yang berlangsung terus mengakibatkan pembentukan tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Oleh karena itu, ginjal berkembang dari dua sumber yang berbeda, yaitu mesoderm metanefros yang membentuk satuan eksresi dan tunas ureter yang membentuk system pengumpul.

Pada saat lahir, ginjal berlobulasi. Selama masa anak-anak, gambaran lobulasi ini menghilang karena petumbuhan nefron lebih lanjut. Akan tetapi jumlahnya tidak bertambah.

4. Kandung kemih dan uretra

Selama perkembangan minggu ke-4 hingga ke-7, septum urorektal membagi kloaka menjadi saluran anorektal dan sinir urogenital. Selaput kloaka sendiri kemudian terbagi menjadi membrana urogenitalis di anterior dan membrana analis di posterior. Tiga bagian sinus uroggenitalis primitif tersebut dapat dibedakan:

(14)

b. Bagian selanjutnya berupa sebuah saluran yang agak sempit, yaitu sinus urogenitalis bagian panggul, yang padda pria membentuk uretra pars prostatika dan pars membranosa.

c. Bagian terakhir a dalah sinus urogenitalis tetap, yang juga dikenal sebagai sinus urogenitalis bagian penis. Bagian ini sangat memipih kesamping dan terpisah dari dunia luar oleh mebran urogenitalis.

Selama pembagian kloaka, bagian kaudal duktus mesonefros berangsur-angsur diserap kedalam dinding kandung kemih. Akibatnya, ureter yang tadinya merupakan tonjolan keluar dari saluran mesonefros, masuk ke kandung kemih secara tersendiri. Sebagai akibat naiknya ginjal, muara ureter bergerak lebih ke kranila lagi, duktus mesonefros berkerak saling

mendekati untuk masuk ke uretra pars prostatika dan pada pria menjadi duktus ejakulatorius. Karena duktus mesonefros maupun ureter berasal dari mesoderm, selaput lendir kandung kemih yang diabentuk oleh gabungan dari kedua saluran ini berasal dari mesoderm.

Dalam perkembangan selanjutnya, lapisan mesoderm pada segitiga tadi diganti oleh epitel endoderm, sehingga akhirnya seluruh permukaan dalam kandung kemih dilapisi oleh epitel yang berasaldari endoderm.

5. Uretra

Epitel uretra pria dan wanita berasal dari endoderm, sedangkan penyambung dan jaringan otot polos disekitarnya berasal dari mesoderm splangnik. Pada akhir bulan ke-3, epitel uretra pars prostatika mulai berpoliferasi dan membentuk sejumlah tonjol keluar yang menembus mesenkim disekitarnya. Pada pria, tunas-tunas ini membentnuk kelenjar prostat. Pada wanita, bagian kranial uretra membentuk kelenjar uretra dan kelenjar parauretra.

a. Pembentukan Genitalia

Dibentuk dari epitelium coelom (mesoderm splanknik) pada permukaan median mesonefros. Epitelium mula-mula menebal kemudian melepaskan sel-selnya ke permukaan dalam. Sel-sel ini memperbanyak diri dan terbentuklah suatu penebalan, yang lambat laun tumbuh sehingga membentuk suatu penonjolan, berbentuk suatu pematang pada bagian dorsal dari coleom disebut Pematang Genital.

(15)

1. Pembentukan Gonad

Sekalipun jenis kelamin embrio ditentukan secara genetik pada saat pembuahan, gonad tidak memperoleh ciri-ciri bentuk pria atau wanita hingga perkembangan minggu ke-7.

Gonad mula-mula tampak sebagai sepasang rigi yang memanjang, rigi gonad dan dibentuk oleh proliferasi epitel selom dan pemadatan mesenkim dibawahnya. Sel-sel benih tidak tampak pada rigi kelamin hingga perkembangan minggu ke-6.

Pada embrio manusia, sel-sel benih primordial tampak pada tingkat perkembangan yang dini diantara sel endoderm di dinding kantung kuning telur didekat allantois. Sel-sel benih ini berpindah dengan gerakan menyerupai amuba sepanjang mesenterium dorsal usus belakang, dan sampai di gonad primitif pada perkembangan minggu ke-6.

Apabila mereka gagal mencapai rigi-rigi tersebut, gonad tidak berkembang. Karena itu sel-sel benih primordial tersebut mempunyai pengaruh induktif terhadap perkembangan gonad menjadi ovarium atau testis.

a. Gonad indiferen

Segera sebelum dan selama datangnya sel-sel benih primordial, epitel selom rigi kelamin berpoliferasi, dan sel-sel epitel menembus mesenkim dibawahnya. Disini sel epitel tersebut membentuk sejumlah korda yang bentuknya tidak beraturan, korda kelamin primitif.

Pada embrio pria dan wanita, korda ini berhubungan dengan epitel permukaan, dan kita tidak mungkin membedakan antara gonad pria dan wanita. Oleh karena itu, gonad ini dikenal sebagai gonad indiferen.

b. Pembentukan Testis

Apabila embrio secara genetik bersifat pria, sel-sel benih primordial membawa sebuah gabungan kromosom seks XY. Dibawah pengaruh koromosom Y, yang menjadikan faktor penentu testis, korda kelamin primitif terus-menerus berpoliferasi dan menembus jauh kedalam mmedulla untuk membentuk korda testis atau kordda medulla.

Pada perkembangan selanjutnya, korda testis kehilangan hubungan dengan epitel permukaan. Kemudian mereka dipisahkan dari epitel permukaan oleh selapisan jaringan ikat fibrosa padat, yaitu tunika albuginea, suatu gambaran khas testis.

Dalam bulan ke-4, korda testisa menjadi berbentuk seperti tapal kuda, dan ujung-ujungnya bersambung dengan ujung rate testis. Sekarang korda testis tersusun dari sel-sel benih primordial dan sel-sel sustentakular sertoli yang berasal dari epitel permukaan kelenjar.

Sel interstitial leydig berkembang dari mesenkim asli rigi kelamin. Sel-sel ini terletak diantara korda testis dan mulai berkembang segera setelah mulainya diferensiasi korda ini. Pada kehamilan mingguk ke-8, produksi testosteron oleh sel leydig sudah mulai, dan testis sekarang mampu mempengaruhi diferensiasi seksual duktus genetalia dan organ kelamin luar.

(16)

Duktuli efferentes ini merupakan bagian saluran eksresi sistem mesonefros yang tersisa. Fungsinya adalah sebagai penghubung antara rete testis dengan saluran mesonefros atau saluran wolff, yang dikenal sebaggai duktus deferens.

c. Pembentukan Ovarium

Pada embrio wanita yang mempunyai kromosom seks XX dan tidak mempunyai kromosom Y, korda kelamin primitif terputus-putus menjadi kelompok-kelompok sel yang tidak teratur bentuknya. Kelompok-kelompok sel ini, yang mengandung gugus-gugus sel benih primordial, terletak dibagian medulla ovarium. Kemudian, kelompok-kelompok ini menghilang dan digantikan oleh stroma vaskular yang membentuk medulla ovarium.

Epitel permukaan gonad wanita, tidak seperti pada pria, terus menerus berpoliferasi. Dalam minggu ke-7, epitel ini membentuk korda generasi ke dua, korda korteks yang menembus mesenkim dibawahnya, tetapi tetap dekat dengan permukaan.

Dalam bulan ke-4, korda ini terpecah menjadi kelompok-kelompok sel tersendiri, yang masing-masing mengelilingi satu atau lebih sel benih primitif. Sel-sel benih berkembang menjjadi oogonia, sedangkan sel epitel disekitarnya, yang berasal dari epitel permukaan, membentuk sel folikuler.

Boleh dikatakan bahwa jenis kelamin suatu embrio ditentukan pada saat pembuahan dan tergantung apakah spermatositnya membawa kromosom X atau Y. Pada embrio yang mempunyai konfigurasi kromosom seks XX, korda medula gonad mengalami regresi, dan kemudian berkembang korda korteks generasi kedua. Pada embrio yang mempunyai kompleks kromosom kelamin XY, korda medulla berkembang menjadi korda testis, dan korda korteks tidak berhasil berkembang.

Gambar 7. Genitalia Interna dan Eksterna

2. Pembentukan Duktus Genitalia a. Tahap indiferen

(17)

Disebelah krania,, saluran ini bermuara kedalam rongga selom dengan struktur

menyerupai corong. Disebelah kaudal, saluran berjalan disebelah lateral saluran mesonefros, tatapi kemudian menyilang disebelah ventralnya untuk tumbuh kearah kaudomedial.

Digaris tengah, saluran paramesonefros ini berhubungan erat dengan saluran paramesonefros dari sisi seberang. Kedua saluran tersebut pada mulanya dipisahkan oleh sebuah sekat, tetapi kemudian bersatu membentuk kanalis uterus. Ujung kaudal saluran yang telah bersatu tersebut menonjol kedalam dinding posterior sinus urogenitalia, sehingga menyebabbkan penonjolan kecil, yaitu tuberkulum paramesonefrikum atau tuberkulum mulleri. Duktus mesonefros bermuara kedalam sinus urogenitalis pada kedua sisi tuberkulum mulleri.

b. Diferensiasi Sistem Saluran

Perkembangan sistem duktus genitalis dan genetalia eksterna berlangsung dibawah pengaruh hormon yang beredar dalam darah janin selama kehidupan intrauterin. Juga, sel sertoli di dalam testis janin menghasilkan suatu zat non steroid yang dikenal sebagai substansi penghambat mulleri atau hormon antimulleri yang menyebabkan regresi duktus paramesonefros.

Selain zat penghambat ini, testis juga menghasilkan testosteron yang memasuki sel-sel jaringan sasaran. Disini, hormon ini dikonversi menjadi dihidrotestosteron.

Testosteron dan dihidrotestosteron berikatan dengan suatu protein reseptor spesifik intrasel yang mempunyai aktifitas tinggi, dan akhirnya kompleks hormon reseptor ini berkaitan dengan DNA untuk mengatur transkipsi gen-gen yang spesifik.

Jaringan dan produk-produk proteinnya. Kompleks testosteron reseptor menjadi mediator virilisasi duktus mesonefros, sementara kompleks dihidrotestosteron reseptor mengatur diferensiasi genetalia eksterna pria.

Pada wanita tidak dihasilkan SPM, dan karena tidak ada zat ini, sistem saluran paramesonefros dipertahankan dan berkembang menjadi tuba uterina dan rahim. Faktor-faktor pengendali untuk proses ini tidak jjelas, tetapi bisa melibatkan estrogen yang dihasilakan oleh sistem ibu, plasenta dan ovarium janin.

Oleh karena zat perangsang pria tidak ada, sistem duktus mesonefros mengalami regresi. Kalau tidak ada androgen, genetalia eksterna indiferen dirangsang oleh estrogen dan berdiferensiasi menjadi labia mayora, labia minora, klitoris, dan sebagian vagina.

c. Duktus genetalia pada pria

Ketika mesonefros mengalami regresi, beberapa saluran eksresi yaitu tubulus

epigenitalius, membuat hubungan dengan korda rete testis dan akhirnya membentuk duktus eferen testis. Saluran eksresi disepanjang kutub kaudal testis, yaitu tubulus paragenitalis, tidak bersatu dengan korda rete testis. Sisa-sisa saluran ini keseluruhannya dikenal sebagai paradidimis.

(18)

Dari ekor epididimis hingga ke tonjol-tonjol vesika seminalis, duktus mesonefros mendapatkan lapisan otot pembungkus yang tebal dan dikenal sebagai duktus deferens. Daerah duktus yang diluar vesikula seminalis dikenal sebagai duktus ejakulatorius. Duktus paramesonefros pada pria berdegenerasi kecuali sebagian kecil ujung kranialnya, yaitu appendiks testis.

d. Duktus genetalia pada wanita

Duktus paramesonefros berkembang menjadi duktus genitalis utama pada wanita. Pada mulanya, dapat dikenali tiga bagian pada setiap duktus: (a) bagian kranial vertikal yang bermuara kerongga selom, (b) bagian horisontal yang menyilang duktus mesonefros, dan (c) bagian kaudal vertikal yang bersatu dengan pasangannya dari sisi yang berlawanan.

Bersama dengan turunnya ovarium, dua bagian yang pertama berkembang menjadi tuba uterina, dan bagian kaudal bersatu membentuk kanalis uterus. Ketika bagian kedua duktus paramesonefros berjalan kearah mediokaudal, rigi-rigi urogenital berangsur-angsur terletak pada bidang melintang. Setelah saluran ini manyatu digaris tengah, terbentuklah sebuah lipatan melintang yang lebar didalam panggul.

Lipatan yang membentang dari sisi lateral duktus paramesonefros yang telah menyatu ke dinding panggul tersebut, dikeal sebagai ligamentum latum uteri. Pada tepi atasnya terdapat tuba uterina, dan pada permukaan belakangnya terdapat ovarium. Rahim dan ligamentum latum uteri membagi rongga panggul menjadi kantong uterorektal dan kantong uterovesikal.

Duktus paramesonefros yang telah menyatu tersebut membentuk korpus dan servik uteri. Bangunan ini dibungkus oleh selapis mesenkim yang membentuk lapisan otot rahim, yaitu miometrium, dan lapisan peritoniumnya, yaitu parametrium.

e. Pembentukan Vagina

Gambar 8. Alat genital pada saat dilahirkan

Segera setelah ujung padat duktus paramesonefros mencapai sinus urogenitalis, tumbuh dua tonjolan keluar dari bagian pelvis sinus ini. Evaginasi ini yaitu bulbus sinivaginalis, berpoliferasi dan membentuk sebuah lempeng vagina padat.

(19)

Dengan demikian, vagina mempunyai dua asal-usul, sepertiga bagian atas berasal dari saluran rahim dan dua pertiga bagian baah berasal dari sinus urogenitalis.

Lumen vagina tetap terpisah dari lumen sinus urogenitalis oleh sehelai jaringan tipis, yang dikenal sebagai selaput dara. Selaput ini terdiri atas lapisan epitel sinus urogenitalis dan selapis tipis sel vagina. Biasanya selaput dara membentuk lubang kecil selama masa

perinatal.

Beberapa sisa saluran eksresi bagian kranial dan kaudal masih tersisa pada wanita. Sisa-sisa ini terletak di mesovarium, dimana mereka masing-masing membentuk epooforon dan parooforon. Duktus mesonefros menghilang kecuali sebagian kecil dibagian kranial yang ditemukan pada epooforon dan, kadang-kadang sebagian kecil bagian kaudalnya, yang dapat ditemukan di dinding rahim atau vagina. Dalam masa kehidupan selanjutnya, sisa ini dapat membentuk sebuah kista yang disebut kists gartner.

3. Pembentukan Genetalia eksterna a. Tahap indiferen

Dalam perkembangan minggu ke-3, sel-sel mesenkim yang berasal dari daerah alur primitif bermigrasi ke sekitar membrana klokalis untuk membentuk sepasang lipatan yang agak menonjol, yaitu lipatan kloaka.

Disebelah kranial membrana kloakalis, lipatan ini bergabung membentuk tuberkulum genital. Pada minggu ke-6, membrana kloakalis dibagi lagi menjadi membrana urogenitalis dan membrana analis. Lipatan kloaka juga dibagi lagi menjadi lipatan uretra disebelah anterior, dan lipatan anus disebelah posterior.

Serentak dengan itu, sepasang tonjolan lain, tonjol genetalia, mulai tampak di kedua sisi lipatan uretra. Pada pria tonjolan genitalis ini kelak membentuk tonjolan skrotum, dan pada wanita menjadi labia mayora. Akan tetapi, pada akhir minggu ke-6, sulit membedakan kedua jenis kelamin tersebut.

b. Genetalia eksterna pada pria

Perkembangan genetalia eksterna pria berada di bawah pengaruh hormon androgen yang disekresi oleh testis janin dan ditandai oleh cepat memanjangnya tuberkulum genital yang kini dinamakan phallus(penis). Bersama dengan pemanjangan ini, phallus menarik lipatan uretra ke depan sehingga membentuk dinding lateral sulkus uretra.

Sulkus ini terbentang sepanjang permukaan kaudal penis tetapi tidak mencapai bagian paling distal, yang dikenal sebaggai glans. Lapisan epittel yang melapisi sulkus ini berasal dari endoderm dan membentuk lempeng uretra.

Pada akhir bulan ke-3, kedua lipatan uretra menutup diatas lempeng uretra, sehingga membentuk uretra pars kavernosa. Saluran ini tidak berjalan hingga ke ujung penis. Bagian uretra yang paling distal ini dibentuk pada bilan ke-4 ketika sel-sel ektoderm dari ujung glans menembus masuk kedalam dan membentuk sebuah korda epitel yang pendek. Korda ini kemudian memperoleh rongga, sehingga membentuk orifisium uretra eksternum.

(20)

tiap-tiap tonjolan lalu membentuk setengah skrotum. Kedua belahan skrotum dipisahkan satu sama lain oleh sekat skrotum.

c. Genetalia eksterna pada wanita

Faktor-faktor yang mengendalikan perkembangan genetalia eksterna wanita tidak jelas, tetapi estrogen memainkan satu peranan. Tuberkulum genital hanya sedikit memanjang dan membentuk klitoris. Lipatan uretra tidak menyatu seperti halnya pada pria, tetapi berkembang menjadi labia minora.

Tonjol kelamin membesar dan membentuk labia mayora. Alur urogenital terbuka dan membentuk vestibulum. Sebenarnya, dengan menggunakan kriteria panjang tuberkulum kita bisa salah mengidentifikasi jenis kelamin pada kehamilan bulan ke-3 dan ke-4.

Gambar 9. Proses pembetukan genitalia eksterna wanita

A. Proses Pembentukan sistem Pernafasan

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, sinus, faring, laring, trakea, dan epiglotis. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus, dan paru.

Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk pertukaran gas, yaitu sproses menukar oksigen ke darah di arteri dan membuang karbondioksida dari darah di vena. Pertukaran gas normal terjadi dengan tiga proses, yaitu:

1. Ventilasi adalah pergerakan gas dari lingkungan ke dalam dan ke luar paru. Hal ini dicapai dengan mekanisme inspirasi dan ekspirasi.

2. Difusi merupakan pergerakan gas yang diinhalasi ke dalam alveoli dan melewati membran kapiler alveolus.

3. Perfusi merupakan pergerakan darah yang teroksigenasi dari paru ke jaringan.

(21)

koordinasi irama pernapasan dan mengatur kedalaman pernapasan. Proses kimiawi melibatkan beberapa fungsi penting seperti mengatur ventilasi alveolus dengan mempertahankan tekanan normal gas darah dan melindungi terhadap hiperkapnia serta hipoksi yang disebabkan penurunan oksigen arteri, serta membantu mempertahankan pernapasan saat terjadi hipoksia.

a. Proses Pembentukan Pernapasan Sesuai Tumbuh Kembang

Usia Jumlah

Pernapasan

Struktur dan Fungsi

Perkembangan janin

- Lengkung laringotrakea pada minggu keempat gestai tampak menutup diikuti dengan perkembangan laring dan trakea. Perkembangan cabang bronkus pada minggu ke-5 dan ke-16 gestasi. Pada minggu ke-6 sampai ke-12 terjadi pertumbuhan pembuluh darah dan lumina terjadi dalam bronkus dan brokiolus.

Bayi 30-35 Pada saat lahir, paru mengandung cairan. Cairan akan digantikan oleh udara ketika bayi mulai bernapas. Saluran pernapasan bayi masih kecil dan tidak tahan terhadap infeksi. Permukaan alveolus terbatas untuk pertukaran gas.

Todler 20-30 Volume paru meningkat dan kerentanan terhadap infeksi menurun

Usia Sekolah 18-21 Sistem pernapasan mencapai kematangan seperti orang dewasa. Frekuensi pernapasan berkurang karena peningkatan jumlah pertukaran udara ketika bernapas. Kapasitas paru lebih proporsional.

Remaja 16-20 Laki-laki memiliki kapasitas vital lebih tinggi karena ukuran dada yang lebih besar.

(22)

Kerentanan terhadap penyakit menurun.

Lansia 16-25 Fungsi pernapasan mengalami penurunan secara bertahap yang dimulai dari masa dewasa pertengahan. Alveoli mengurangi area permukaan yang tersedia untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

1. Janin

Pada janin sistem pernapasan berasal dari suatu tonjolan ventral lantai faring primitive, pada bagian anterior usus depan. Penonjolan tersebut meluas ke bawah dan membagi diri menjadi benih bronkial kanan dan bronkial kiri, dan masing-masing lagi bercabang secara dikotom. Penonjolan primer menjadi trakea, tiap-tiap benih bronkial sebagai bronkus utama, dan cabang-cabang selanjutnya sebagai bronkus kecil, bronkiolus dan alveol terminalis. Jadi jaringan yang membatasi seluruh sistem berasal dari endoderm, karena berasal dari usus depan. Pada mulanya jaringan paru nampak menyerupai kelenjar yakni alveoli yang dilapisi epitel yang terendap di dalam mesoderm kemudian bagian mesoderm menyusun selubung tambahan dari sistem lainnya misalnya jaringan ikat dan otot.

(23)

2. Bayi

Proses dimulainya respirasi merupakan penyesuaian fisiologis yang paling mendesak bagi bayi. Proses ini terlaksana melalui reaksi terhadap stimulas pusat pernafasan dalam medula oblongata oleh kadar karbondioksida yang tinggi. Faktor lain yang membantu onset respirasi adalah dinding dada yang tadinya terpampat jalan lahir, kemudian secara mendadak mengembang sehingga membuat udara mengalir masuk ke dalam dada, suhu yang berubah atau syok akibat penanganan yang dilakukan pada dirinya dapat menyebabkan bayi tersebut menarik napas dengan cepat (gasping).

Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian sistem pernapasan. Paru – paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg. Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada kelahiran pervaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan paru – paru bayi. Pernapasan abnormal dan kegagalan paru untuk mengembang dengan sempurna mengganggu aliran cairan paru janin dari alveoli dan interstisial ke sirkulasi pulmoner. Retensi cairan akan mengganggu kemampuan bayi memperoleh oksigen cukup.

Tarikan napas pertama, disebabkan reflek yang dipicu oleh perubahan tekanan, pendinginan, bunyi, cahaya, dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses kelahiran. Diperhitungkan bahwa beberapa tarikan napas pertama memerlukan upaya lima kali lebih berat daripada upaya yang dibutuhkan untuk bernapas biasa.

Tekanan oksigen arteri menurun dari 80 menjadi 15 mmHg, tekanan karbondioksida meningkat dari 40 menjadi 70 mmHg, dan pH arteri menurun sampai dibawah 7,35. Kebanyakan kasus timbul reaksi pernapasan yang berlebih dalam satu menit setelah bayi lahir, sehingga bayi mulai menarik napas pertama dan menangis.

(24)

Lingkaran dada berukuran kurang lebih 30 sampai 33 cm saat bayi lahir. Auskultasi dada bayi baru lahir akan menghasilkan bunyi napas yang bersih dan keras, bunyi terdengar sangat dekat karena jaringan pada dinding dada masih tipis. Tulang iga bayi berartikulasi dengan tulang dada secara horisontal, bukan membentuk sudut ke bawah. Akibatnya, rongga dada bayi tidak mengembang sebaik orang dewasa saat paru inspirasi.

3. Anak

Menurut Kadar S.K., dkk (2002) karakteristik sistem pernafasan pada bayi dan anak kecil meliputi:

a. Pernafasan perut yang berlanjut hingga anak berusia 5 tahun.

b. Retraksi lebih sering terlihat pada penyakit pernafasan karena meningkatnya komplians dinding dada. Insufisiensi pernapasan bisa timbul dengan cepat pada anak-anak.

c. Diameter jalan napas yang lebih kecil meningkatkan resiko obstruksi. d. Bayi dan anak-anak menelan sputum pada saat diproduksi.

Rongga toraks anak tersusun lebih banyak kartilago dibandingkan tulang dan, karena kurangnya jaringan subkutan menyebabkan temuan palsu, pergeraka dinding dada harus lebih terlihat selama bernapas. Bayi dan anak-anak sering menunjukkan pernapasan perut atau pernapasan paradoksikal. Pernapasan paradoksikal, yang terjadi ketika dada dan abdomen tidak bekerja bersamaan untuk berekspansi dan berkontraksi selama inspirasi dan ekspirasi, yang disebabkan oleh belum matangnya pusat pernapasan anak dan lemahnya otot-otot dada. Bayi dan toddler mempunyai permukaan dada yang kecil (Kurnianingsih, 1997).

4. Remaja

Oksigenasi tidak adekuat terjadi pada saat sistem pernapasan mengalami pertumbuhan yang lambat dalam proporsi dengan keseluruhan anggota tubuh. Laki-laki memiliki kapasitas vital lebih tinggi karena ukuran dada yang lebih besar dan kapasitas paru mengalami pematangan lebih lama dibandingkan perempuan yang telah mencapai kapasitas dewasa pada usia 17-18 tahun.

(25)

mulai merokok mengalami peningkatan resiko penyakit kardipulmonar dan kanker paru.

5. Dewasa

Sistem pernapasan mencapai tingkat kematangan. Volume paru mencapai tingkat maksimal kapasitasnya. Kerentanan terhadap penyakit akan menurun. Individu usia dewasa akan lebih banyak terpapar pada banyak faktor resiko kardiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan, dan merokok.

6. Lansia

Pada lansia, fungsi pernapasan mengalami penurunan secara bertahap yang dimulai dari masa dewasa pertengahan. Perubahan yang terjadi adalah alveoli mengurangi area permukaan yang tersedia untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Pada usia 50 tahun, alveoli mulai kehilangan elastisitasnya, penebalan kelenjar bronkial juga meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Selain itu, silia hilang dan surfaktan berkurang di kantung alveoli; produksi mukosa meningkat.

Kapasitas vital paru-paru mencapai tingkat maksimal saat berusia 20-25 tahun, kemudian menurun seiring dengan pertambahan usia dan hilangnya mobilitas dada sehingga membatasi aliran tidal udara.. jumlah ruang rugi pernapasan meningkat dan mengakibatkan penurunan kapasitas difusi oksigen sehingga menghasilkan oksigen rendah dalam dalam sirkulasi arteri.

Perubahan ini menyebabkan penurunan toleransi terhadap aktivitas yang yang berkepanjangan atau olahraga yang berlebihan dan mungkin membutuhkan istirahat setelah beraktivitas yang lama dan berat.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

 1. Dalam pembelajaran hendaknya melibatkan semua komponen agar apa yang di harapakan, dalam tujuan bisa terlaksanakan sesuai dengan apa yang dicita-citakan.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Kadar, S.K. dkk. 2002. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis, E/9. Jakarta: EGC

Muscari, Marry E. 2005. Pandungan Belajar: Keperawatan Pediatrik, E/3. Jakarta: EGC.

Potter and Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, E/4 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Glencoe. 2008. Biology. USA : The McGraw Hill Companies, Inc

Hagewen, K.J. 2002. The Biodemography of Human Reproduction and Fertily. Social Biology, 49(3), 249-251.

Kushnick, G. 2012. Reproduction and Adaptation:Topics in Human Reproductive Ecologi. Human Biology, 84(1),91-92.

Marieb, Elaine N dan KatjaTtoen. 2011. Anatomy and physiologi. San Fransisco : Pearson

Marimbi, Hanum. 2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Nusa Medika

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Sadava. 2008. Life: The Science of Biology. Eight Edition. USA : Sinaeur Associates, Inc

Gambar

Gambar 1. Cikal bakal ginjal (Pronefros,Mesonefros dan Metanefros)
Gambar 2. Potogan melintang pembentukan tubulus nefron
Gambar 4. Duktus Mesonefros dengan tubulus berbentuk S
Gambar 5. Metanefros
+5

Referensi

Dokumen terkait

1. Sistem kontrol yang baru tersebut harus mempunyai harga yang bersaing dengan sistem kontrol berbasis relay yang digunakan saat itu. Sistem tersebut harus tahan

The second study from Feryal Cubukcu (2010) his research about Student Teacher’s Perceptions Of Teacher Competence and Attribution for Success and Failure In Learning.. The

PENGARUH PENERAPAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNING MANAGEMENT DI DALAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI (Studi Kasus pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar

Penderita sindrom nevus displastik sindrom nevus displastik ternyata memiliki mola yang tidak ternyata memiliki mola yang tidak lazim, berukuran lebih besar dan

Kegiatan PKL pada Manajemen Asuhan Gizi Klinik bertujuan untuk dapat tercapainya kompetensi yang terdiri dari : kemanpuan melakukan self assessment dalam rangka

Perbedaan stegranograpy dengan cryptography terletak pada bagaimana proses penyembunyian data dan hasil akhir dari proses tersebut.Watermarking (tanda air)

Hubungan harmonis antara karyawan dengan rekan kerja maupun atasan akan meningkatkan semangat atau etos kerja Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap

Metode yang digunakan dalam penciptaan karya adalah: (a) Eksplorasi tema, yaitu metode untuk menemukan ide dalam pembentukan objek mata maupun objek pendukung lain dengan