• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kimia Pangan - Vitamin Larut Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Kimia Pangan - Vitamin Larut Air"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat penting dalam gizi manusia. Banyak vitamin tidak stabil pada kondisi pomrosesan tertentu dan penyimpanannya. Karena itu kandungan vitamin pada makanan sangat mudah menurun. Vitamin dibagi menjadi dua bagian, yaitu vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Pada makalah ini akan membahas tentang vitamin larut dalam air. Group ini terdiri dari Vitamin B dan Vitamin C. Karena vitamin ini larut dalam air, maka vitamin ini tidak bisa disimpan dalam tubuh karena kelebihannya akan langsung dikeluarkan bersamaan dengan urine.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari vitamin larut dalam air? 2. Apa saja jenis-jenis dari vitamin larut dalam air?

3. Apa saja sifak fisik dan sifat kimia dari vitamin larut dalam air? 4. Apa saja analisis yang dilakukan pada vitamin larut dalam

air? C. Tujuan

a. Mengetahui pengertian dari vitamin larut dalam air. b. Mengetahui jenis-jenis dari vitamin larut dalam air.

c. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari vitamin larut dalam air.

d. Mengetahui analisis yang dilakukan pada vitamin larut dalam air.

(2)

Pembahasan

A. Pengertian Vitamin Larut dalam Air

Vitamin larut dalam air adalah vitamin yang hanya bisa disimpan sedikit dalam tubuh karena kelebihannya langsung terbuang bersamaan dengan urine. Vitamin B dan C vitamin yang larut dalam air. Dalam keberadaannya di sumber bahan pangan maupun setelah masuk ke dalam tubuh dan masuk ke dalam metabolisme tubuh, vitamin-vitamin tersebut membutuhkan air. Pada vitamin B itu sendiri memiliki kelompoknya tersendiri yaitu Thiamin (Vit. B1), Ribloflavin (Vit.

B2), Piridoksin (Vit.B6), Niasin, Kobamalin (Vit. B12), Asam Folat (Folasin),

Asam Pantotenat, dan Biotin. Kedelapan vitamin B tersebut berperan penting dalam membantu enzim untuk memetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, dan dalam pembuatan DNA dan sel-sel baru.

B. Jenis-Jenis Vitamin Larut dalam Air a. Vitamin C (Asam L-askorbat)

Vitamin ini terdapat dalam semua jaringan hidup, yang mempunyai tugas mempengaruhi reaksi oksidasi-reduksi. Sumber utama asam L-askorbat dalam makanan ialah sayur dan buah.

Primata yang tidak dapat mensintesis vitamin C hanya manusia dan marmot. Kebutuhan manusia akan vitamin C tidak diketahui dengan pasti. Angka mulai dari 45 sampai 75 mg/hari dicantumkan sebagai kebutuhan harian. Keterangan jiwa yang terus menerus dan terapi obat dapat meningkatkan kebutuhan vitamin ini.

Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena kerja logam, terutama tembaga dan besi, dan juga oleh kerja enzim. Pendedahan oksigen pemanasan yang terlalu lama dengan

(3)

adanya oksigen, dan pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makanan.

Asam Askorbat dioksidasi dengan adanya udara pada kondisi netral dan basa. Pada pH asam, misalnya dalam sari buah jeruk, vitamin ini lebih stabil. Karena oksigen diperlukan untuk penguraian, penghilangan oksigen harus mempunyai efek menstabilkan. Untuk produksi minuman buah, air harus diawaudarakan untuk meminimumkan kehilangan vitamin C.

i. Sifat Fisik

 Berbentuk kristal putih  Mudah larut dalam air

 Cukup stabil pada keadaan kering, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak Karen bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas

 Oksidasi akan semakin cepat jika ada tembaga dan besi

 Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.

ii. Sifat Kimia

Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat; keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam L-drhidroaskorbat secara kimia

(4)

sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi

iii. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan vitamin C Tingkat kekerasan kondisi pemroresan sering dapat dinilai dari persentase asam askorbat yang hilang. Tingkat kehilangan bergantung pada banyaknya air yang telah dipakai. Ukuran partikel juga mempengaruhi besarnya kehilangan.

iv. Fungsi vitamin C

Banyak pemakaian teknik asam askorbat dalam pemrosesan makanan. Teknik ini dipakai untuk mencegah pencoklatan dan pengawawarnaan dalam produk sayuran dan buah; sebagai anti oksidan dalam lemak, produk ikan dan produk susu; sebagai penstabil warna dalam daging; sebagai senyawa untuk memperbaiki tepung terigu; sebagai penerima oksigen dalam pemrosesan bir; sebagai pereduksi dalam anggur, menggantikan belerang dioksida sebagian; dan sebagai gizi yang ditambahkan. Vitamin dilindungi oleh belerang dioksida, tampaknya dengan menghambat polifenolase.

Vitamin C juga penting untuk membentuk kolagen, serat, dan struktur protein. Kolagen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jaringan bekas luka. Vitamin C juga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi dan membantu tubuh menyerap zat besi.

b. Vitamin B1 (Thiamin)

Vitamin ini bertindak sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat dan terdapat dalam semua jaringan

(5)

makhluk hidup. Vitamin ini bekerja dalam bentuk tiamin difosfat pada dekarboksilasi asam α-keto dan disebut kokarboksilase. Tiamin tersedia dalam bentuk klorida atau nitratnya.

Sumber yang baik ialah butir serealia utuh; daging organ hewan seperti hati, jantung, dan ginjal, daging babi yang tidak berlemak, telur, kacang, dan kentang. Kebutuhan harian manusia berkaitan dengan aras karbohidrat makanan. Konsumsi minimum 1 mg per 2000 kkal dianggap suatu keharusan.

Thiamin adalah salah satu dari vitamin yang kurang kestabilannya. Berbagai operasi pemrosesan makanan dapat sangan mereduksi aras tiamin. Panas, oksigen, belerang dioksida, pelindian, dan pH netral atau basa dapat mengakibatkan perusakan tiamin. Cahaya tidak berpengaruh. Enzim stabil dalam kondisi asam; pada nilai pH 3,5 atau dibawahnya, makanan dapat diautoklaf pada suhu 120° C dengan sedikit atau tanpa kehilangan tiamin. Pada pH netral atau basa, vitamin rusak dengan pendidihan atau bahkan dengan penyimpanan pada suhu kamar. Bahkan sedikit kebasaan air yang dipakai untuk pemrosesan dapat mempunyai efek penting.

i. Sifat fisik

 Kristal putih kekuningan  Larut dalam air

 Keadaan kering Thiamin cukup stabil, di dalam keadaan larut Thiamin hanya tahan panas bila berada dalam keadaan asam. Dalam suasana alkali Thiamin mudah rusak oleh panas dan oksidasi.

 Thiamin tahan pada suhu beku. ii. Sifat Kimia

(6)

Thiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Molekul ini terdiri atas cincin piramida yang terikat dengan cincin tiasol. Thiamin memiliki rumus molekul C12H17N4OS, vitamin ini

memiliki berat molekul 1265,36 gram/molekulnya. iii. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan Thiamin

Belerang dioksidan dapat merusak tiamin dengan cepat. Karena alasan ini, belerang dioksida tidak diizinkan sebagai tinambah dalam makanan yang mengandung tiamin dalam jumlah yang lumayan. Pemasakan pada daging-dagingan dan potongan juga mempengaruhi pengurangan thiamin. Proses penggilingan pada butir serealia juga kurangnya thiamin karena kandungan thiamin pada serealia paling besar pada lapisan kulit terluarnya.

iv. Fungsi Thiamin

Thiamin merupakan bagian dari TPP, yaitu koenzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energy. Sistem syaraf dan otot tergantung pada thiamin. Kekurangan tiamin banyak diderita oleh para pecandu alcohol karena dalam metabolisme alcohol dan karbohidrat menjadi energy, banyak diperlukan thiamin. Karena itu diusahakan untuk mengadakan fortifikasi thiamin dalam bis. Ternyata thiamin sangat stabil dalam bir.

(7)

Vitamin ini merupakan komponen dari dua koenzim, flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenine dinukleotida (FAD). FMN adalah riboflavin-5’-fosfat dan merupakan bagian dari beberapa enzim termasuk sitokrom c reduktase. Flavoprotein bertindak sebagai pembawa electron dan terlibat dalam oksidasi glukosa, asam lemak, asam amino, dan purina. Sumber riboflavin yang sangat baik adalah susu dan produk susu. Sumber lainnya ialah otot sapi, hati ginjal, unggas, tomat, telur, sayur hijau, dan ragi.

Riboflavin stabil terhadap oksigen dan pH asam tetapi tidak stabil dalam medium basa dan sangat peka terhadap cahaya. Jika kena cahaya, laju kerusakan meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu. Pemanasan pada kondisi netral atau asam tidak merusak vitamin.

Kebutuhan manusia akan riboflavin beragam menurut aktivitas metabolisme dan bobot badan dan mempunyai rentan mulai dari 1 sampai 3 mg per hari. Kebutuhan orang dewasa normal 1,1 sampai 1,6 mg per hari.

Karena pengaruh cahaya dan pH basa, riboflavin diubah menjadi lumiflavin,senyawa tak aktif dengan fluoresensi hijau kekuniangan. Pada konsidi asam, riboflavin diubah menjadi turunan tak aktif yang lain, lumikrom dan ribitol. Senyawa ini mempunyai fluoresensi biru. Perubahan menjadi lumiflavin dalam susu mengakibatkan kerusakan asam askorbat.

i. Sifat Fisik

 Bentuknya kristal kuning  Larut pada air

 Tahan panas, oksidasi, dan asam

 Tidak tahan pada alkali dan cahaya terutama sinar ultraviolet

(8)

Struktur riboflavin terdiri dari atas cincin isoaloksazin dengan rantai samping ribitil. Flavin mononukleotida (FMN) dibentuk dengan diikatkannya ester fosfat pada rantai samping ribital. Flavin Adenin Difosfat (FAD) dibentuk bila FMN pada rantai samping diikatkan dengan adenine monofosfat.

iii. Faktor-faktor kerusakan Riboflavin

Kepekaan riboflavin terhadap cahaya mengakibatkan kehilangan 50 persen jika susu kena sinar matahari selama 2 jam. sifat bahan pengemas mempengaruhi derajat kerusakan riboflavin secara bermakna, tampaknya panjang gelombang cahaya yang terlibat pada kerusakan riboflavin terdapat di daerah spectrum tampak di bawah 500 sampai 520 nm.

iv. Fungsi Riboflavin

Seperti halnya thiamin, riboflavin berfungsi sebagai koenzim. Riboflavin membantu enzim untuk menghasilkan energy dari nutrisi penting untuk tubuh manusia. Riboflavin berperan pada tahap akhir metabolisme energy nutrisi tersebut.

d. Vitamin B6 (Piridoksin)

Piridoksin stabil terhadap panas dan basa kuat atau asam; juga peka terhadap cahaya, terutama sinar ultraviolet dan jika terdapat dalam larutan basa. Karena suka menentukan vitamin ini dalam makanan, maka informasi mengenai keberadaannya sangat langka. Data akhir-akhir ini

(9)

menyatakan aras dalam susu 0,54 mg per liter. Sumber-sumber lain ialah biji-bijian, daging, hati, sayur, butir utuh serealia, dan kuning telur.

Konsumsi Vitamin B6 harus sebanding dengan konsumsi

protein. Kebutuhan untuk vitamin B6 adalah 0,016 mg/g

protein. Rata-rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/ hari untuk wanita.

i. Sifat Fisik

 Berbentuk Kristal putih  Tidak berbau

 Larut dalam air dan alcohol

 Piridoksin tahan panas dalam keadaan asam  Tidak begitu stabil dalam larutan alkali

 Tidak tahan pada cahaya. ii. Sifat Kimia

Ada tiga senyawa yang mempunyai aktivitas vitamin B6. Dua bentuk vitamin B6 lainnya berbeda

dengan struktur Piridoksin. Keduanya mempunyai penyulih lain pada karbon 4 inti benzene. Piridoksal mengandung guguz –CH2NH2.

iii. Fungsi Piridoksin

Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam

amino dan asam lemak. Vitamin B6 membantu tubuh

untuk mensintesis asam amino nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel darah merah.

(10)

Niasin dikenal juga sebagai faktor pencegah pellagra. Triptofan dapat diubah oleh tubuh menjadi niasin. Banyak diet yang menyebabkan pellagra karena kandungan proteinnya yang berkualitas baik rendah begitu juga vitamin.

Kebutuhan manusia akan niasin berkaitan dengan pemasukan triptofan. Protein hewan mengandung kira-kira 1,4 persen triptofan, protein sayur sekitar 1 persen. Pemasukan 60 mg triptofan melalui makanan dianggap setara dengan 1 mg niasin. Sumber makanan yang mengandung niasin ialah hati, ginjal, daging, tidak berlemak, ayam, ikan, gandum, barli, gandum hitam, polong hijau, ragi, kacang tanah, sayur dedaunan.

Niasin adalah vitamin B yang paling stabil. Senyawa ni tidak terpengaruh oleh cahaya, panas, oksigen, asam atau basa.

i. Sifat fisik

 Kristal putih

 Lebih stabil daripada thiamin dan riboflavin

 Niasin tahan terhadap suhu tinggi, cahaya, asam, akali, dan oksidasi.

 Bisa hilang jika dimasak dengan air yang dibuang. ii. Sifat Kimia

Niasin adalah istilah generic untuk nikotinat dalam turunan alaminya nikotinamida (niasin amisa)

iii. Faktor-faktor kerusakan niasin

Kehilangan utama Niasin ini biasanya terjadi karena pelarutan dalam air pemrosesan. Proses yang menggunakan air garam dapat menghilangkan sekitar 30%. .

iv. Fungsi Niasin

Dua koenzim yang dibentuk oleh niasin, NAD dan NADP dibutuhkan untuk beberapa aktivitas

(11)

metabolisme, terutama metabolisme glukosa, lemak dan alcohol. Niasin memiliki keunikan diantara vitamin B karena tubuh dapat membentuknya dari asam amino tryptophan. Niasin membantu kesehatan kulit, sistem syaraf dan sistem pencernaan.

f. Vitamin B12 (Kobalamin)

Kobalamin merupakan komponen beberapa koenzim dan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan asam nukleat melalui kerjanya dalam mendaur 5-metiltetrahidrofolat kembali ke timbunan folat. Sumber vitamin dari makanan yang penting ialah produk hewan seperti daging kurus tanpa lemak, hati, ginjal, ikan, kerang dan susu. Diproduksi juga oleh mikroorganisme. Kebutuhan perhari kobalamin adalah 2 mikro gram perhari

i. Sifat fisik

 Berbentuk kristal merah  Larut pada air

 Perlahan rusak oleh asam encer, alkali, cahaya, dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. ii. Sifat Kimia

Kobalamin terdiri atas

cincin mirip- porifirin seperti

hem, yang mengandung

kobalt serta terkait pada

ribose dan asam folat.

(12)

5-deoksiadenosilkobalamin, metilkobalamin, dan hidroksokobalamin.

iii. Faktor-faktor kerusakan Vitamin B12

Vitamin B12 tidak rusak banyak dengan

pemasakan, kecuali jika makanan direbus dalam larutan basa. Jika hari direbu dalam air selama 5 menit, haya 8 persen vitamin B12 yang hilang, pemanggangan daging

dapat mengakibatkan kehilangan lebih besar. Pensterilan susu dengan suhu ultra-tinggi tidak menyebabkan kerusakan vitamin B12 lebih banyak

daripada pasteurisasi. iv. Fungsi Vitamin B12

Vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin b12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktivitas dan metabolisme sel-sel tulang. Vitamin B12 juga dibuthkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu sel-sel darah merah.

g. Asam Folat (Folasin)

Vitamin ini terdapat dalam berbagai makanan, terutama dalam hati, buah, sayur dedaunan, dan ragi. Bentuk lazim vitamin ini dalam produk terebut ialah poliglutamat.

Dosis harian yang dianjurkan untuk folasin 400 mikro gram untuk orang dewasa. Ada kebutuhan tambahan sebesar 400mikrogram/hari selama hamil dan 200 mikrogram.hari selama menyusui.

Banyak folat alam yang sangat labih dan mudah dirusak dengan pemasakan. Asam folat sendiri stabil terhadap panas dalam medium asam tetapi cepat dirusak dalam kondisi netral dan basa. Dalam larutan , vitamin mudah dirusak oleh cahaya.

i. Sifat Fisik

(13)

 Sebagai asam bebas asam folat tidak larut pada air dingin, namun sebagai garam natrium dapat lebih larut.

 Stabil pada panas dalam medium asam, cepat rusak pada keadaan netral dan basa.

 Mudah rusak bila terkena cahaya ii. Sifat Kimia

Bentuk aktif folat

terdiri atas cincin pteridin

terikat dengan p-asam amino benzoate yang bersama membentu asam pteroat dan asam glutamate.

iii. Fungsi asam folat

Folat merupakan bagian dari dua koenzim yang penting dalam sintesa sel-sel baru

i. Asam Pantotenat

Asam Pantotenat terdapat dalam semua sel dan jaringan makhluk hidup, karena itu, terdapat dalam kebanyakan produk makanan. Sumber makanan yang baik termaksud daging, hati, ginjal, buah, sayur, susu, kuning telur, ragi, butir utuh serealia dan buah batu.

Tidak ada dosis harian yang dianjurkan untuk vitamin ini karena tidak ada bukti yang cukup sebagai dasarnya. Diperkirakan konsumsi yang aman dan cukup adalah antara 4 sampai 7 mg perhari.

Vitamin ini stabil di udara, dan labil oleh panas yang kering. Senyawa ini stabil dalam larutan dengan rentang pH 5-7 dan di luar rentang ini kurang stabil.

i. Sifat fisik

 Berbentuk Kristal putih  Larut pada air

 Rasa pahit

(14)

 Mudah terurai dengan asam, alkali, dan panas kering

 Dalam larutan netral asam pantotenat tahan terhadap panas basah.

ii. Sifat Kimia

Asam pantotenat adalah derivative dimetil dari asam butirat yang berkaitan dengan beta-alanin. Vitamin ini mengikat fosfat dan membentuk 4-fosfapantotein dan koenzim A/KoA, yaitu bentuk aktif asam pantotenat.

iii. Fungsi Asam Pantotenat

Asam pantotenat berperaan dalam metabolisme sebagai bagian dari koenzim A. koenzim ini berperan untuk membawa molekul dalam proses pemecahan glukosa, asam lemak dan metabolisme energi.

j. Biotin

Biotin terdapat dalam beberapa produk dalam bentuk bebas (sayur, susu, dan buah) dan di dalam produk lain terikat pada protein (daging organ, biji, dan ragi) sumber vitamin yang baik ialah daging, hati, ginjal, susum kuning telur, ragi, sayur, dan jamur.

Vitamin ini rupanya sangat stabil. Perlakuan panas hanya mengakibatkan kehilangan nisbi kecil. Vitamin ini stabil diudara dan stabil pada pH netral dan asam.

i. Sifat Fisik

 Larut air dan alcohol  Mudah dioksidasi

 Vitamin ini stabil di udara dan stabil pada pH netral dan asam.

(15)

ii. Sifat Kimia

Biotin adalah salah suatu asam monokarboksilat terdiri atas cincin midasol yang bersatu dengan cincin tetrahidrotiofen dan rantai samping sayap valerat.

iii. Fungsi Biotin

Dibandingkan dengan berbagai vitamin B yang lain, sedikit sekali yang diketahuo tentang fungsi biotin seperti yang ditemukan baru-baru ini. Biotin memainkan peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

C. Analisis pada Vitamin Larut dalam Air a. Vitamin C

i. Titrasi Iodin  Prinsip

Oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi

menjadi ion iodida. Indikator : amilum. Akhir titrasi ditandai dengan warna biru (iod-amilum)

(16)

 Prosedur  Blangko

1. Menambahkan 5 ml H2SO4 2 N dalam 10 ml H2O pada labu erlenmeyer.

2. Menambahkan 10 ml larutan iod 0,1 N. 3. Menambahkan beberapa tetes indikator

amilum.

4. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan 5. Na2S2O3 0,1 N hingga larutan bening. 6. Mengulangi langkah 1-4 sebanyak 3 kali.  Sampel

1. Menghaluskan beberapa butir vitamin C 2. Menimbang 0,3 g vitamin C yang halus 3. Melarutkan vitamin C tersebut dengan 10

ml aquadest dan segera menambahkannya dengan 5 ml H2SO4 2 N

4. Menambahkan 10 ml larutab iod 0,1 N dengan beberapa tetes amilum.

5. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan menjadi warna kuning kembali (warna larutan menjadi kuning).

6. Melakukan langkah 2-5 sebanyak 3 kali. ii. Metode Titrasi Dye

 Prinsip

Vitamin C dalam suasana asam akan mereduksi laritan 2,6 dichlorophenol indophenols salt (Dye) menjadi dehidro asam askorbat yang tidak berwarna. Kelebihan Dye dalam suasana asam akan berwarna pink.

 Reaksi

(17)

 Prosedur

1. Timbang 5 gram bahan, gunakan pinset untuk menambahkan dan mengurangi bahan. Hancurkan dengan mortar dan tambahkan 25 ml HPO3-asam asetat.

2. Pindahkan ke dalam labu seukuran 100 ml dan tambahkan HPO3-asam asetat sampai tanda

batas, kocok sampai homogen, saring dan filtrate diambil.

3. Pipet 2 ml filtrate ke dalam erlemeyer, tambahkan 5 ml HPO3-asam asetat sehingga

volume totalnya 7 ml. jika filtrate yang diambil 5 ml maka HPO3-asam asetat yang ditambahkan

2ml.

4. Titrasi dengan larutan Dye sampai warna pink yang tidak hilang dalam 5 detik.

5. Lakukan standarisasi larutan Dye:

2 ml larutan standar vitamin C dan 5 ml HPO3

-asam asetat je dalam erlemeyer lalu titrasi dengan larutan dye sampai warna pink yang tidak hilang dalam 5 detik.

b. Vitamin B1 (Thiamin)

i. Flourometer  Prinsip

 oksidasi thiamin menjadi thiokrom (turunan thiamin yang dapat berpendar dengan sinar UV)  Bila senyawa yg dapat berfluoresen lain dapat

dipisahkan, maka tingkat fluoresensi thiamin akan proporsional dng kadarnya

ii. Kolorimetri  Prinsip

Reaksi antara tiamin yang telah didiazotasi dengan 6-aminotimol yang akan memperpanjang kromofor sehingga menimbulkan warna. Intensitas warna ini diukur dengan melihat serapannya pada λ tertentu. Intensitas serapan ini akan sebanding dengan kadar tiamin.

(18)

 Reaksi

Thiamin + garam reinecke à endapan

Endapan + aseton à larut à diukur kadarnya pada λ 525 nm

iii. Mikrobiologis  Prinsip

 Menggunakan mikrobia yang sangat peka thd vit. B1

 Tingkat pertumbuhan sebanding dengan tingkat kekeruhan

 Diperlukan larutan thiamin standar sebagai pembanding

o Ochrodomonas danica (ketelitian 1 x 10 -10

gr) o Lactobacillus fermenti o Kloechera brevis c. Vitamin B2 (Riboflavin) i. Spektoflourometri  Prinsip

 Riboflavin dapat diperoleh dng penyerapan menggunakan fuller’s earth dari extrak hati segar atau extrak lain yg mengandung laktoflavin dlm larutan netral atau asam kuat.  Adsorpsi umumnya selesai dalam 10 menit.  Selanjutnya dilakukan elusi dng lart dietilamina

10-15% atau lart NaOH 0.2% .

 Kadar vit. B2 dapat dianalisis secara fluorimetrik.

d. Vitamin B6 (Piridoksin)

i. Metoda Hochberg, Melnick, dan Oser  Prinsip

 Piridoksin yang terikat dibebaskan melalui hidrolisis dengan HCl dan pemanasan

(19)

 Setelah diasamkan (pH 3,0), piridoksin bebas diserap oleh absorben Lloyd

 Setelah pencucian dengan HCl, dilakukan elusi terhadap piridoksin yang terserap dalam absorben, dengan larutan NaOH

 Eluat dijernihkan dengan isopropil alkohol e. Vitamin B12 (Kobalamin)

i. Mikrobiologis  Prinsip

 Vitamin B12 dipisahkan dari makanan memakai

larutan buffer asetat pH 4,5

 Kobalamin (tidak stabil) ditambah Na-sianida  terbentuk sianokobalamin yang stabil

 Kadar vitamin ditetapkan dengan menumbuh-kan Lactobacillus leichmanii (bakteri tersebut membutuhkan vitamin B12 untuk pertumbuhannya

sehingga pada kondisi terkontrol pertumbuhannya spesifik)

f. Asam Folat

i. Mikrobiologis  Prinsip

 Folat sampel diekstrak dalam buffer pada 100oC

 Ekstrak diperlakukan dengan -amilase, protease, dan conjugase

Respons pertumbuhan L. rhamnosus diukur dengan % transmitansi

Lalu ada juga analisis pada vitamin larut air dengan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). HPLC merupakan salah satu teknikkromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi

pada umumnya, HPLC berupaya untuk

memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fase cair dan zat padatnya merupakan fase diam (stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karana setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fase diam

(20)

tertentu dan fase gerak tertentu. Dengan bantuan detektor serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatorgram memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa.

Prinsip dasar dari HPLC adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya. Adapun prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detector (spektrofotometer UV, fluorometer atau indeks bias) pada panjang gelombang tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator atau menggunakan personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut.

Penutup

A. Kesimpulan

Sesuai dengan apa yang sudah kami paparkan. Kita sudah bisa mengetahui bahwa vitamin larut dalam air adalah vitamin yang hanya bisa disimpan sedikit dalam tubuh karena kelebihannya langsung terbuang bersamaan dengan urine. Adapun vitamin larut dalam air terdiri dari vitamin C (asam askorbat), vitsmin B1

(21)

(Thiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), Biotin, Asam

Pantotenat, vitamin B6 (Piridoksin), Asam Folat, dan vitamin B12

(Kobalamin). Pada umumnya, sifat fisik pada vitamin larut dalam air adalah larut dalam air dan sangat mudah rusak bila diproses dalam teknik pemasakan yang berhubungan dengan air. Sedangkan pada masing-masing sifat kimia pada vitamin larut dalam air berbeda-beda sehingga harus dijelaskan satu persatu. Analisis yang digunakan untuk menguji vitamin larut dalam air juga berbeda-beda dari setiap jenis vitamin, tetapi cara modern dalam menguji vitamin larut dalam air dengan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography).

DaftarPustaka

Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi, PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

deMan, John M., 1997. Kimia Makanan : Edisi Kedua,

ITB, Bandung.

Prayitno, dkk. Serial Buku Ajar Gizi : Kimia Makanan,

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II,

Jakarta.

(22)

Coultate, T.P., 1996. FOOD The Chemistry od Its

Components : THIRD EDITION, School of Applied

Science, South Bank University, London.

Fennema, Owen R., 1996. FOOD CHEMISTRY : THIRD

EDITION, Marcel Dekker,Inc., New York. Basel.

Referensi

Dokumen terkait

Defisiensi vitamin K secara jelas, sangat jarang pada manusia., kecuali pada bayi baru lahir dan orang yang keracunan warfarin (biasa digunakan sebagai racun tikus) atau orang

Jenis pemanis memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut dan uji deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pemanasan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap organoleptik warna, viskositas dan kestabilan relatif larutan kitosan larut

Polisakarida Larut Air (PLA) sebagai food ingridien diperdagangkan dengan nama gum telah banyak digunakan oleh industri pangan dan non pangan, dalam industri

Karakteristik Fisik, Kimia, dan Fungsional Teknis Bubuk Polisakarida Larut Air Kulit Kopi Terekstraksi pada Variasi Suhu; Rahayu Martha Jaya, 081710101067; 2012;

Spesies bakteri yang ditemukan berbeda-beda karena jenis dari ikan fermentasi juga berbeda baik itu dari ikan segar yang digunakan, bahan untuk fermentasi serta

Dalam pembuatan kurva kalibrasi vitamin C digunakan 4 larutan vitamin C murni dengan konsentrasi yang berbeda yang diukur pada panjang gelombang maksimum yaitu 250

KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengujian sifat kimia kadar ekstraktif larut dalam air panas dilakukan dengan menguji serbuk kayu yang