GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
(MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-24 BULAN
DI DESA CINTAMULYA
KARYA TULIS ILMIAH (LATIHAN)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Program Diploma Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RIKA GUSTINISARI
130103120062
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Di lain sisi, masalah gizi lebih merupakan contoh masalah gizi di negara maju, dan juga mulai terlihat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk meningkatkan keadaan
gizinya.1
Beberapa temuan studi penyimpangan positif di Bangladesh, Indonesia dan Mexico, menyatakan bahwa anak umur 6 – 24 bulan adalah periode kritis kurang gizi.
Prevalensi kurang gizi menurut tingkat keparahan adalah kelompok umur 6 – 23 bulan. Pada tahun 1999 di daerah pedesaan prevalensi kurang gizi untuk umur 6 – 23
bulan adalah paling tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain, yaitu sebesar 32,06% untuk gizi buruk, 31,35% gizi kurang, 21,02% gizi sedang, dan 28,46% gizi baik. 2
Masa pertumbuhan dan perkembangan paling pesat terjadi pada dua tahun awal kehidupan. Status gizi yang optimal pada bayi merupakan salah satu penentu kualitas
harus mendapat perhatian gizi, hal ini disebabkan pada usia 1-2 tahun anak rentan terkena gizi kurang sehingga bila tidak mendapakan penanganan lebih lanjut dapat
membuat anak mengalami penurunan status gizi.4 Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku ibu serta adanya dukungan keluarga
dan lingkungan. Bila hal tersebut tidak diperhatikan dan didukung dengan maksimal maka sangat rentan terjadi malnutrisi yang dapat menyebabkan kerusakan irreversibel seperti perawakan pendek (stunted). Kejadian demikian merupakan salah satu
indikator atau petunjuk kekurangan gizi yang berkepanjangan dan akan berdampak fatal pada perkembangan otak. Memburuknya gizi anak dapat terjadi akibat
ketidaktahuan ibu mengenai pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) kepada anak. 5
Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan sebagai faktor predispoisi.6 Sedangkan Perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Jika pengetahuan tentang makanan pendamping ASI baik diharapkan pula pada akhirnya perilaku terhadap makanan pendamping ASI juga baik.
Semakin meningkatnya umur bayi, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan ibunya
mulai diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) agar kebutuhan gizinya terpenuhi.7 Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi
dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga
berpengaruh terhadap sikap ibu dalam pemberian MPASI.
Dalam menanggulangi dan mencegah kurang gizi pada balita, maka ibu harus mengetahui dengan benar tentang MP-ASI dan bagaimana cara pemberian yang tepat
pada anak. Menteri pemberdayaan perempuan mengatakan sekitar 6,7 juta balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi. Hal ini akibat
pemberian ASI dan MP-ASI yang salah. Waktu yang paling tepat untuk pemberian makanan pendamping ASI adalah usia 6 bulan.8 pada kenyataannya sebagian besar
ibu di beberapa negara mulai memberi makanan dan minuman buatan pada bayi sebelum usia 6 bula, dan banyak pula ibu yang berhenti menyusui sebelum 2 tahun.6 Cara pemberian pertama kali berbentuk cair menjadi lebih kental secara bertahap.
Jadi makan pendamping ASI yang cukup dalam hal kualitas ataupun kuantitas, penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan anak (Graimes, 2008).
Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI serta akan menimbukan alergi karena usus yang telah matang dapat mengeluarkan immunoglobulin protein IgA yang melewati usus dan
mencegah lewatnya protein allergen yang berbahaya (susu sapi, gandum, kacang kedelai merupakan contoh makanan yang menyebabkan alergi bila diberikan terlalu
menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping (Poppy, 2001). William 2006
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberi
makanan pendamping ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia nol sampai dua bulan diberi makanan pendamping cair (21-25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi usia tiga pemberian sampai lima bulan yang mulai
diberikan makanan pendamping cair (60,2%), lumat/lembek (66,25%) dan padat (45,5%). Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keadaan kurang gizi pada bayi
dan anak disebabkan makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian makanan pendamping ASI yang benar
sehingga berpengaruh terhatap pemberian makanan pendamping ASI (Depkes RI, 2006) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti Di Posyandu Karya Mulya Jetis Jaten tahun 2011 menggunakan wawancara kepada 10 ibu yang
mempunyai bayi berumur 6-24 bulan, didapatkan 2 orang (20%) ibu yang berpengetahuan baik, 3 orang (35%) berpengetahuan cukup, dan sisanya 5 orang
(45%) berpengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil Survey Mawas Diri (SMD) bulan Oktober 2014 di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang peneliti menemukan
beberapa bayi diberikan MP-ASI sejak berusia 1 hari dengan alasan ASI tidak keluar dan ibu bekerja. Selain itu ditemukan pula pemberian makan pada bayi tidak sesuai
bertujuan mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa Cintamulya tentang Pemberian (MP-ASI) Pada Bayi Usia 6-24 Bulan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa Cintamulya entang Pemberian (MP-ASI) Pada Bayi Usia 6-24 Bulan?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa
Cintamulya Tentang Pemberian (MP-ASI) Pada Bayi Usia 6-24 Bulan
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran perilaku ibu menyusui mengenai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan pengetahuan.
b. Mengetahui gambaran perilaku ibu menyusui mengenai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan sikap.
c. Mengetahui gambaran perilaku ibu menyusui mengenai Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan motivasi.
d. Mengetahui gambaran perilaku ibu menyusui mengenai Makanan
e. Mengetahui gambaran perilaku ibu menyusui mengenai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan sumber
informasi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang pentingnya
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-24 bulan, serta dapat menyediakan data untuk penelitian mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Program Studi Diploma Kebidanan serta dapat menjadi bahan bacaan unuk menambah wawasan khususnya mengenai perilaku ibu menyusui tentang
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran perilaku ibu menyusui tentang pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan
c. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi masyarakat mengenai perilaku ibu menyusui
tentang pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Teori
Masa bayi dan balita khususnya usia dibawah dua tahun merupakan masa
pertumbuhan da perkembagan paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity untuk
menciptakan generasi penerus bangsa yag sehat dan cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi baiknya diperhatikan secara optimal pada masa ini untuk mencapai
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.
Pengetahun dan perilaku ibu dikatakan dapat mempengaruhi pola pemberian makan pada bayi dan balita, hal ini disampaikan pada buku laporan MDGS . Anak
dengan ibu berpendidikan rendah memiliki kemungkinan angka mortalitas tinggi dibandingkan ibu berpedidikan tinggi.7 selain itu perilaku ibu mengenai makanan
pada anak akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makan anaknya. Sikap ibu dlam pemberian makan pada anak dapat memiliki resiko 2,7 kali terhadap ibu, dibandingka dengan pengetahuan ibu yang tidak mempengaruhi perilaku.9
dan Hygiene. Disingkat menjadi AFATVAH.8 Untuk itu diperlukan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu yang baik dalam pemberian MP-ASI.
1.5.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pada kerangka konsep di bawah ini :
Gambar 1.1 Kerangka konsep Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa Cintamulya Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP -ASI) pada Bayi Usia 6-24 bulan
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-24 bulan Perilaku ibu tentang
pemberian MP-ASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
2.1.1 Pengertian MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Makanan atau minuman yang mengandung gizi diberika kepada bayi atau anak untuuk memenughi gizinya dan
seagai makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.7
2.1.2 Tujuan Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi
kebutuhan bayi atau balita guna perttumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik yang optimal, selain itu mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan
makan yang baik.
2.1.3 Pemberian Makanan Anak usia 0-24 bulan yang Baik dan Benar
a) Makanan bayi umur 0-6 bulan
b) Makanan bayi umur 6-9 bulan
2.1.4 Tanda-tanda Bayi sudah siap Menerima MP-ASI
2.1.5 Kerugian Memperkenalkan MP-ASI Terlalu Dini dan Lambat
2.1.6 Cara Pemberian MP-ASI yang baik dan benar
2.2 Konsep Perilaku
2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu
kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
2.2.2 Klasifikasi perilaku
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua,yaitu:
a) Perilaku Terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
b) Perilaku Tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Dalam proses pembentukan perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor yang berasal dari dalam dan faktor yag berasal dari luar
individu itu sendiri.
Faktor intern mencakup: pengalaman, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi,
dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan, faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, seperti iklim, manusia, social-ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
diri seseorang dapat diketahui melalui:
a. Persepsi, yaiu pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera, setiap orang
mempunyai persepsi yang berbeda walaupun mengamati objek yang sama.
b. Motivasi, yaitu suatu dorongan untuk bertindak suatu tujuan juga dapat terwujud
dalam bentuk prilaku.
c. Emosi, espek psikologis yang mempegaruhi emosi berhubunga erat dengan
d. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.
e. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan.
2.2.4 Domain Perilaku
Perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi: domain perilaku pengetahuan (knowing behavior ), domain perilaku sikap ( feeling behavior) dan domain perilaku keterampilan ( doind behavior ).
A. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakanseseorang (over behaviour). 10
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil yang di dapatkan oleh manusia dari usahanya untuk menjawab keingintahuan melalui proses
b. Fungsi Pengetahuan
Manusia belajar dari pengalamannya, dan beasumsi bahwa alam mengikuti
hukum-hukum dan aturan-aturannya. Ilmu merupakan salah satu hasil budaya manusia, dimana lebih mengutamakan kuantitas yang obyektif, dan
mengesampingkan kualitas subyektif yang berhubungan dengan keinginan pribadi. Sehingga dengan ilmu, manusia tidak akan mementingkan dirinya
sendiri .13
c. Jenis Pengetahuan11
Dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan,
pengtahuan dimiliki manusia ada empat yaitu, yaitu :
1. Pengetahuan Biasa 2. Pengetahuan Ilmu
3. Pengetahuan Filsafat 4. Pengetahuan Agama
d. Tingkatan Pengetahuan10
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu : 1) Tahu (know )
2) Memahami (comprehension) 3) Aplikasi (application)
5) Sintesis (synthesis) 6) Evaluasi (evaluation)
e. Cara Memperoleh Pengetahuan12
Pengetahuan yang ada dan berkembang diperoleh dengan menggunakan
berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut, berikut beberapa sumber penelitian :
1. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah
a. Cara Coba Salah (Trial And Eror) b. Cara Kekuasaan Atau Otoritas
c. Pengalaman Pribadi d. Kebenaran Melalui Wahyu
e. Melalui Jalan Pikiran
2. Cara Ilmiah Dalam Memperoleh Pengetahuan
f. Hakikat Pengetahuan12
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan yaitu : 1. Realisme
2. Idealisme
g. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan 10,14
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
atau responden. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu:
1. Faktor Internal a. Umur
b. IQ ( Intelegecy Quotient ) c. Keyakinan (Agama) 2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan b. pekerjaan
c. Sosial Budaya d. Informasi
h. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Pengetahuan yang kita keahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan.10
B. Sikap
1) Pengertian sikap
a. Komponen Kognitif b. Komponen Afektif
c. Komponen Konatif
3) Tingkatan Sikap
a. Menerima b. Merespon c. Menghargai
d. Bertanggung jawab
4) Sifat Sikap
5) Ciri-ciri Sikap
6) Cara Pengukuran Sikap
7) Faktor yang mempengaruhi sikap
a. Pengalaman Pribadi
b. Pengalaman orang lain yang dianggap penting
c. Pengaruh Kebudayaan d. Media Massa
C. Praktek/ tindakan
1) Definisi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Rancangan Penelitian
Rencana metode penelitian yang akan penulis gunakan pada penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah ibu menyusui yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Sumber data yang digunakan adalah
data primer yang dimbil langsung dari responden dengan teknik pengisian kuesioner.
3.2Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
3.3Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Independen
GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
(MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-24 BULAN
DI DESA CINTAMULYA
3.4Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pendidikan
Kuesioner 0. Tidak Sekolah 1. SD
4. Motivasi
Pengkategorian dari masing-masing indikator dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1) Indikator pengetahuan (1) Baik ( > 75%-100% )
(2) Cukup ( 75% ≥ x ≥ 60% ) (3) Kurang (hasil < 60%).
2) Indikator sikap dan perilaku (motivasi, persepsi)
(1) Jika data berdistribusi normal, maka :
1) ≥ mean, maka responden bersikap dan berperilaku positif.
2) < mean, maka responden tidak bersikap dan berperilaku positif.
(2) Jika data tidak berdistribusi normal, maka :
1) ≥ median , maka responden bersikap dan berperilaku positif (untuk data tidak berdistribusi normal).
< median, maka responden tidak bersikap dan berperilaku positif (untuk data tidak
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Kesembilan, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. 2. LIPI, 2000.
3. Merryana, Bambang. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2012
4. UNICEF. Tracking Progress on Child and Maternal Nutrition- A Survival and
Developmet Priority. 2012
5. Agria, I.,Sari,R.N.,Ircham.,2012.Gizi Reproduksi,Cetakan Kedua, Penerbit
Fitramaya, Yogyakarta 6. (Notoatmodjo, 2007).
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010.
8. World Health Organization. World Health Statistics. 2010.
9. Askerning. Sikap dan Perilaku Keluarga dalam Pengasuhan Anak. Jakarta: Rineka Cipta;2007
10.Notoatmodjo, Soekidjo., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta
12.Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Cetakan Pertama, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
13.Salam., 2009. Pengantar Filsafat, Cetakan Kedelapan. PT. Bumi Aksara, Jakarta 14.Mubarak , W.I., 2012. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Salemba Medika.