• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Yang Mengikuti Kelas Ibu Hamil Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kecamatan Langsa Kota Kota Langsa Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Ibu Yang Mengikuti Kelas Ibu Hamil Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kecamatan Langsa Kota Kota Langsa Tahun 2016"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inisiasi Menyusu Dini

Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan / menyelenggarakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling sedikit selama satu jam. IMD dilakukan dengan cara meletakkan atau membiarkan bayi di dada ibunya segera setelah lahir sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu. IMD dilakukan dalam keadaan ibu dan bayi stabil dan tidak membutuhkan tindakan medis selama paling singkat satu jam. Lama IMD selama satu jam dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada bayi agar dapat mencari puting susu ibu dan menyusu sendiri. Apabila selama satu jam bayi masih belum menyusu, maka kegiatan IMD harus tetap diupayakan oleh ibu., tenaga kesehatan dan penyelenggara pelayanan fasilitas kesehatan.

Pada tahun 2007 The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam pekan ASI sedunia yang mengangkat tema tentang IMD telah berhasil mengunggah masyarakat dunia dan Indonesia untuk mulai mempopulerkan IMD. IMD menjadi begitu penting untuk dilakukan karena sejak 2008 dalam Asuhan Persalinan Normal (APN), IMD merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan yang membantu persalinan (Depkes, 2008).

(2)

juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini disebut The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara. Program IMD ini akan selalu digalakkan oleh pemerintah dan di dukung sepenuhnya oleh WHO dan UNICEF kerena program ini dapat mengurangi angka kematian bayi hingga 22% (Nurul 2014).

2.1.1 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini

Dalam melakukan praktek Inisiasi Menyusu Dini perlu diperhatikan tahapan-tahapan dalam menunjang keberhasilan kegiatan tersebut, yaitu:

a. Tahap pertama; istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu 30 menit, biasanya bayi hanya terdiam. Tapi jangan menganggap proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit sang bayi tetap diam. Bayi jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat.

b. Tahap kedua; bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30 sampai 40 ini bayi memasukkan tangannya ke mulut.

c. Tahap ketiga; bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau ini yang dicium bayi. Bayi juga mencium bau air ketuban di tangannya yang baunya sama dengan bau puting susu ibunya. Jadi bayi mencari baunya.

(3)

tahap keempat, ibu juga merasakan manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian rahim membantu proses persalinan selesai, hentakan itu membantu ibu mengeluarkan ari-ari.

e. Pada tahap kelima; bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan si bayi melakukan kegiatan itu.

f. Tahap terakhir; adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi akan menjilat, mengulum puting membuka mulut lebar dan menyusu untuk pertama kalinya. Proses sampai bisa menyusu bervariasi ada yang sampai 1 jam. (Roesli, Utami, 2008).

2.1.2 Tatalaksana IMD

Pelaksanaan praktek Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh ibu dan di dukung oleh seluruh keluarga dan penolong persalianan. Secara umum tata laksana IMD adalah :

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2. Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hynobirthing.

3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal di dalam air atau dengan jongkok.

(4)

5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimun satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Kedunya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.

6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya vakum jika keadaan umum bayi baik.

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, di ukur, di cap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasife, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

(5)

minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan. (Roesli, Utami 2008)

Pelaksanaan IMD pada proses persalinan normal pada umumnya dapat dilakukan sesuai dengan tata laksana secara umum. Akan tetapi pada kasusu bayi kembar (gemeli) ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan IMD antara lain yaitu :

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.

2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.

3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.

4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.

5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah.

(6)

7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.

8. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan saudaranya, ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi-bayi dapat diselimuti.

9. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu se-lama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu & bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.

10.Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting kemulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit melekat pada kulit.

11.Rawat Gabung : Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

12.Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

Selain pada kasus persalinan normal dan anak kembar, pada kasusu persalinan melalui operasi (caecar) ada beberapa hal yang harus diperahatikan untuk kelancaran praktek IMD pada bayi, yaitu.:

1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif

(7)

3. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan yang tepat, sensitif dan mendukung ibu

4. Sarankan untuk mempergunakan cara yang tidak mempergunakan obat kimiawi dalam menolong ibu saat melahirkan (pijat, aroma therapi dsb).

5. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan

6. Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi

7. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya, kalau perlu menggunakan topi bayi

8. Biarkan bayi mencari puting susu ibunya sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu

9. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai

10.Ibu melahirkan dengan proses operasi berikan kesempatan skin to skin contact. 11.Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah menyusu dini

selesai

12.Hindarkan pemberian minuman pre-laktal

(8)

2.1.3 Manfaat IMD

Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan pada saat persalinan. Pelaksanaan IMD ini juga telah tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan. Adapun manfaat dari IMD adalah :

a. Manfaat IMD secara umum

Beberapa penelitian membuktikan manfaat IMD. Saat proses IMD berlangsung, kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi dan hal ini akan mencegah hipotermi pada bayi (Yohmie, 2010). Bayi baru lahir yang melakukan kontak dini dengan kulit ibu memiliki suhu aksila yang lebih tinggi dan lebih sedikit menangis dibandingkan bayi yang tidak dilakukan kontak dini. Proses kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu memungkinkan bayi memperoleh bakteri komensal (flora normal) secara dini dan bakteri tersebut akan berkolonisasi dikulit dan usus yang penting untuk pertahanan bayi (Goldman, 2000)

Menurut Roesli, Utami (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dengan melakukan IMD, yaitu :

1. Menurunkan resiko kehilangan suhu pada bayi (hypothermia).

(9)

2. Membuat pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.

Ketika berada di dada ibunya bayi meraa dilindungi dan kuat secara psikis sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres sehingga pernafasan dan detak jantungnya akan lebih stabil.

3. Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri

IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dulu dengan bakteri ibu yang tidak berbahaya , sehingga bakteri tersebut membuat koloni di usus dan kulit bayi yang akan dapat menyaingi bakteri tidak baik dari lingkungan luar.

4. Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin paling tinggi.

IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran, mengandung kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin dengan konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

5. Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif

(10)

6. Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan

Sentuhan, kuluman, dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang sekresi hormon oksitosin yang berperan penting dalam kontraksi uterus, mengurangi perdarahan merangsang pengeluaran ASI.

b. Manfaat IMD untuk Bayi

1. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia, 2. Dada ibu menghangat bayi dengan suhu yang tepat,

3. Bayi mendapatkan kolustrum yang kaya akan anti bodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi,

4. Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen,

5. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam setelah persalinan

6. Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus normal pada bayi baru lahir.

c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu 1. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang,

2. Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama,

(11)

4. Membantu kontraksi uterus, mengurangi resiko perdarahan, dan mempercepat pelepasan plasenta (Prawirohardjo, 2000).

2.1.4 Masalah-masalah dalam Praktek Inisiasi Menyusu Dini

Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan IMD antara lain pendapat salah yang selama ini masih dipegang oleh masyarakat Indonesia. Beberapa pendapat mengatakan bahwa bayi akan kedinginan jika diletakkan diatas perut ibunya tanpa dibedong. Pendapat lain mengatakan bahwa setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui (Besar, 2008).

Anggapan atau mitos yang menyatakan kolostrum adalah air susu yang tidak baik dan harus dibuang merupakan salah satu faktor kendala dalam pelaksanaan IMD. Mitos tersebut masih banyak ditemukan dimasyarakat karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kolostrum (Besar, 2008).

Menurut UNICEF (2006), Banyak sekali masalah yang dapat`menghambat pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain:

1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.

2. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya`praktek Inisiasi Menyusu Dini.

(12)

4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan.

5. Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi.

6. Kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk menyusui dini sebelum payudaranya di bersihkan

(13)

2.2 Kelas Ibu Hamil

Dalam perkembangan saat ini penyuluhan kesehatan ibu dan anak umumnya dilakukan melalui kegiatan konseling pada individu atau ibu hamil yang datang kepelayanan kesehatan ataupun Posyandu pada saat seorang ibu memeriksakan kehamilannya. Akan tetapi kegiatan ini memiliki kelemahan, seperti masih rendahnya pengetahuan seorang ibu sehingga pada saat melakukan konseling pengetahuan yang didapat hanya sebatas permasalahan yang dihadapi si ibu. Selain itu tidak adanya pemantauan yang kontinyu dan masih rendahnya pembinaan yang dilakukan merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas, direncanakan metode pembelajaran kelas ibu hamil. Kegiatan yang direncanakan adalah pembahasan materi Buku KIA dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang diikuti diskusi dan tukar pengalaman antara ibu-ibu hamil dan petugas kesehatan. Kegiatan kelompok belajar ini diberi nama Kelas Ibu Hamil (KIH) (Kemenkes RI, 2011).

Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. (Kemenkes RI, 2011).

(14)

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil.

Pendidikan dalam kelas ibu hamil (prenatal class) di negara asing menunjukkan hasil positif dan telah berkembang menjadi standar kelas promosi kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan (Berman, 2006). Hasil penelitian Redshaw & Henderson (2013) kelas ibu hamil mempersiapkan orang tua secara emosional dan psikologis dalam menghadapi masa kehamilan, persalinan dan pola asuh, sehingga mereka lebih percaya diri tentang peran mereka sebagai orang tua nanti.

(15)

2.2.1 Tujuan Kelas Ibu Hamil

Kelas ibu hamil merupakan salah satu kegiatan yang di tetapkan kementrian kesehatan sejak tahun 2014. Adapun tujuan dari kelas ibu hamil adalah :

a Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. b Tujuan Khusus :

1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh, keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. 2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang:

a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?, perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia).

(16)

oleh ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, dan P4K(perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi).

c. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan proses persalinan).

d. Perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ekslusif?, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).

e. KB pasca persalinan.

f. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian k1 injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada bayi baru lahir).

g. Mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

h. Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan danpenanganan malaria pada ibu hamil).

i. Akte kelahiran.

2.2.2 Sasaran Kelas Ibu Hamil

(17)

a Ibu Hamil :

Sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 s/d 36 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas.

b Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lainnya.

2.2.3 Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Penyelenggaraan kelas Ibu Hamil dapat di dilaksanakan oleh Pemerintah, Swasta LSM dan Masyarakat. Akan tetapi pada perkembangannya pelaksanaan kelas ibu hamil ini hanya dilaksanakana oleh pemerintah (Petugas Puskesmas/bidan desa).

a. Fasilitator dan Nara Sumber

(18)

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting demi terlaksananya sebuah kegiatan. Dalam menunjang terlaksananya dan keberhasilan kegiatan kelas ibu hamil maka perlu diperhatikan sarana dan prasarana sebagai berikut :

1. Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4 m x 5 m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup

2. Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, bolpoin) jika ada 3. Buku KIA

4. Lembar Balik kelas ibu hamil

5. Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil 6. Buku pegangan fasilitator

7. Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode kangguru, dll) jika ada 8. Tikar/karpet (matras)

9. Bantal, kursi(jika ada)

10.Buku senam hamil/CD senam hamil(jika ada)

(19)

c. Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil

Dalam melakukan suatu kegiatan maka perlu dilakukan persiapan kegiatan. Hal-hal yang harus di persiapkan sebelum pelaksanaan kelas ibu hamil adalah :

1. Melakukan identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya, selama satu tahun.

2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya tempat di Puskesmas atau Polindes, Kantor Desa/Balai Pertemuan, Posyandu atau di rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar menggunakan, tikar/karpet, bantal dan lain-lain jika tersedia.

3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan disampaikan.

4. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur kehamilan antara 4 sampai 36 minggu.

5. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara sumber jika diperlukan.

d. Pelaksanaan kelas ibu hamil

(20)

e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas ibu hamil perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Seluruh pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil dibuatkan pelaporan dan didokumentasikan.

Gambar 2.2. Skema Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Sumber, Kemenkes 2011

Kebutuhan dalam masyarakat/di tempat, Memilih materi yang dibutuhkan

Pertemuan Persiapan

Bentuk TIM

Sosialisasi KIH Kepada masyarakat

Persiapan

Pelaksanaan KIH dan Pelaporan

Monitoring

(21)

2.3 Perilaku

Perilaku menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Di samping itu faktor stimulus sendiri, motivasi, latar belakang pengalaman individu, status kepribadian dan sikap sangat mempengaruhi perilaku manusia. Green mengemukakan bahwa perilaku manusia terbentuk oleh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong.

Menurut Skinner (1983) dalam Notoatmodjo (2010), di dalam menerima informasi, masyarakat dapat menunjukkan dua respon yaitu :

a. Respondent Respons atau Reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan–rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut dengan electing stimulus,karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut juga sebagai reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus ini, maka didalam teori S-O-R (stimulus-organisme-respons) perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku Tertutup (covert behabi)

(22)

persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku Terbuka (Overt behavior)

Pada prilaku terbuka respon terhadap stimulus dalam tindakan nyata atau praktek (practice), sehingga akan dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain.Oleh sebab itu perilaku ini disebut over behavior.

Penelitian Sri Rati, dkk tentang perilaku ibu post partum dalam pelaksanaan IMD di Puskesmas Batua Kota Makasar meyatakan bahwa perilaku ibu tentang IMD tergantung pada petugas penolong persalinan. Pada umumnya ibu belum begitu paham akan IMD, akan tetapi karena IMD merupakan program pemerintah dan puskesmas memiliki fasilitas IMD, maka penolong persalinan melakukan IMD walau tanpa konfirmasi kepada ibu.

2.3.1. Perilaku Kesehatan

Berdasarka batasan perilaku dari Skinner (1938) tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit. Oleh karena itu prilaku pemeliharaan kesehatan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanaance), dimana perilaku ini dapat dibagi dalam tiga aspek,

1.Prilaku pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan, 2.Prilaku peningkatan kesehatan

(23)

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistim atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior)

c. Perilaku kesehatan lingkungan.

Backer (1979) dalam Notoatmodjo (2010) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu :

a. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup pengaturan pola hidup (aktifitas fisik, istirahat, pengendalian stres) dan pola makan yang seimbang (appropriate diit).

b. Perilaku sakit (illnassbehavior)

Perilaku ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan terhadap penyebab, gejala, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick rool behavior)

(24)

1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2. Mengenal / mengetahu fasilitas atau sarana pelayanan / penyembuhan penyakit yang layak,

3. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (tidak menularkan penyakit kepada orang lain, memberitahukan penyakit kepada orang lain terutama kepada dokter / petugas kesehatan, dsb).

Meskipun prilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun didalam memberikan respons sangat tergantung kepada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi membagikan prilaku manusia kedalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (cognitive), efektif (effektive), dan psikomotor (psycomotor). Didalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan kesehatan, yaitu :

1. Pengetahuan (Knowladge)

(25)

menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan danpraktek IMD di rumah sakit tersebut.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, karena pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu melalui indra yang dimiliki dan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010). Karena dalam pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (ling lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pegetahuan. Menurut Lukman dan Hendra (2008), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan, pendidikan, mass media, sosial budaya, ekonomi dan intelegensi.

Penelitian Rogers pada tahun 1974 (dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi pikiran baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu ;

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dahulu.

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimuus atau objek tertentu.

c. Evaluation yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut terhadap dirinya.

(26)

Merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan ibu post partum tentang manfaat IMD untuk pertumbuhan dan perkembangan anak akan membantu ibu dalam memberikan ASI sedini mungkin (Dianartiana, 2011)

Pengetahuan yang dicakup didalam domainkognitif mempunyai 6 (enam) tindakan, yakni :

a. Know (tahu)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan menyatakan.

b. Comprehension (memahami)

(27)

c. Application (Aplikasi / penerapan)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat mrnggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analysis (analisis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara kemponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Synthesis (sintesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluation (evaluasi)

(28)

2. Sikap ( attitide )

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas. Sikap ini merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka(Notoadmodjo, 2003). Didalam menerima rangsangan pada Kelas Ibu Hamil diharapkan ibu yang mengikuti kelas tersebut memilki sikap yang baik terhadap informasi yang disampaikan.

a. Komponen Pokok Sikap

Allport (1954 ) dalam Notoatmodjo 2013 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

(29)

b. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima ( receiving )

Diartikan bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Hal ini dapat dilihat dari kesediaan peserta dalam menghadiri dan memperhatikan materi-materi yang disampaikan.

2. Merespon ( responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Dengan menjawab dan mengerjakan tugas yang diberikan maka orang tersebut menerima ide yang diberikan.

3. Menghargai ( valuing )

Mengajak orang lain untuk mendiskusikan atau mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

4. Bertanggung jawab ( responsible )

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(30)

2.4 Peran Penolong Persalinan

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui. Merhasil atau tidaknya praktek IMD ditempat pelayan kesehatan sangat tergantung pada petugas penolong persalinan yaitu bidan. Penolong persalinan harus mengetahui dan memahami dengan benar tatalaksana IMD dan laktasi. Kesiapan tenaga kesehatan dalam melaksanakan proses laktasi sangat menentukan keberhasilan IMD.

Idris (2009) menyatakan bahwa pengetahuan petugas pertolongan persalinan merupakan salah satu faktor penting didalam keberhasilan praktek IMD. Informasi IMD dominan didapatkan dari bidan yang melakukan pemeriksaan kehamilan dan yang menolong persalinan. Yang menjadi masalah adalah informasi tersebut tidak selamanya disampaikan bidan tersebut jauh hari sebelum persalinan, bahkan terkadang diberitahu setelah proses persalinan. Namun yang paling dominan adalah penyampaian informasi IMD dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan. Dengan pengetahuan yang baik diharapkan bidan dapat memberikan informasi lebih awal kepada ibu hamil, akan tetapi informasi tentang IMD dan ASI Esklusif sering diberikan pada saat umur kehamilan mendekati proses persalinan. Keterlambatan ini menyebabkan masih terdapat ibu yang ragu mengambil keputusan IMD.

2.4.1 Sikap dan Tindakan Penolong Persalinan dalam IMD

(31)

lain, seperti suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

1. Persepsi (perseption)

Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benardan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka iasudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kemenaran tindakan tersebut.

(32)

Pengukuran prilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobserfasi tindakan atau kegiatan responden.

2.5 Landasan Teori

Dalam upaya meningkatan pengetahuan ibu dan praktik Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tergantung pada faktor-faktor yang dimiliki oleh ibu hamil. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap ibu yang mengikuti kelas ibu hamil terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kecamatan Langsa Kota Kota Langsa Tahun 2016.

Teori Stimulus Organisme (SOR) merupakan salah satu teori mengenai perubahan perilaku. Penggunaan tiori ini sebagai landasan teori dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berhubungan dengan organisme. Proses perubahan perilaku merupakan gambaran proses belajar pada individu sebagaimana pada bagan berikut :

Gambar 2.3 Bagan Teori Stimulus – Organisme – Respon

STIMULUS ORGANISME

RESPON TERTUTUP - Pengetahuan

- Sikap

(33)

Stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif didalam mempengaruhi individu, dan berhenti disini. Tapi bila stimulus diterima maka ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif dan dapat dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme akan mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kekesediaan untuk bertindak sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Dengan adanya dorongan dan dukungan dari lingkungan dan fasilitas, maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Berdasarkan tori SOR maka perilaku manusia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Perilaku Tertutup.

Perilaku tertutup merupakan bilamana respons seseorang terhadap stimulus yang didapatnya belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap terhadap stimulus yang diterimanya. Dalam penelitian ini yang menjadi perilaku / renpon tertutup adalah pengetahuan dan sikap terhadap IMD.

b. Perilaku Terbuka

(34)

2.6 Kerangka Konsep

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kelas Ibu Hamil, pengetahuan dan sikap ibu dan tindakan penolong persalinan, sedangkan variabel depanden adalah tindakan dalam melakukan praktek Inisiasi Menyusu Dini. Secara skematis, kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Inisiasi Menyusu Dini Kelas Ibu Hamil :

Pengetahuan ibu Sikap Ibu

Gambar

Gambar 2.1. Faktor-faktor Keberhasilan IMD  (Skema Modifikasi dari Determinan Keberhasilan IMD)
Gambar 2.2. Skema Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Gambar 2.3 Bagan Teori Stimulus – Organisme – Respon
Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Rangkaian lainnya yang menyebabkan aktivasi faktor X adalah jalur instrinsik, disebut demikian karena rangkaian ini menggunakan faktor-faktor yang terdapat di dalam sistem

Belajar dari perdebatan yang sudah ada, maka apa yang coba dan bisa kami lakukan adalah mencoba menelusuri dan menggambarkan konteksnya yang lebih besar dari kisah

Persaingan yang muncul dalam dunia usaha saat ini menuntut semua komponen dalam organisasi untuk selalu mempersiapkan diri terutama kualitas sumber daya manusia

Total Quality Management (TQM) digunakan untuk memaksimalkan adanya persaingan organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan

Indosat’s public offering for its Bond IV and Syariah Ijarah Bond were initially having a total size of Rp 1,000,000,000,000.00 (one trillion rupiah), while the book-building

merumuskan karakteristik bahan ajar mata kuliah Penulisan Kreatif bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter religius bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar. haemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau