• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kausalitas antara Ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan Inflasi Indonesia, Suku Bunga Dasar Tiongkok, dan Nilai Tukar Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kausalitas antara Ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan Inflasi Indonesia, Suku Bunga Dasar Tiongkok, dan Nilai Tukar Indonesia"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesia

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

Teddy Aldwin Leonard 7111411054

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (Q.S. Al-Layl 4-11)

Persembahan

Untuk Allah Tuhan Semesta Alam, tanpa Nya skripsi ini tidak akan selesai.

Untuk Ibu saya, Arief Hidayati.

Untuk kakak saya Julius Andre Alpha Nugraha. Untuk dosen pembimbing saya.

(6)

vi

kami kekuatan dalam menyelesaikan penyusun skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya , hingga kepada umatnya yang mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis tidak dapat menyelsaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu melancarkan penyusunan skripsi ini yaitu kepada.

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, MM., Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi. 3. Lesta Karolina br. Sebayang, S.E.,M.si., Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Negeri Semarang.dan selaku doen pembimbing saya yang telah membimbing dan memberi kritik dan saran dalam proses mengejarkan skripsi saya.

4. Dr. Amin Pujiati,. S.E, M.Si., selaku Dosen Penguji 1 dalam ujian skripsi saya yang telah memberi saya kritik dan saran atas skripsi saya sehingga skripsi saya dapat lebih baik.

(7)
(8)

viii

Indonesia”. Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan. Universitas Negeri Semarang. Lesta Karolina Br. Sebayang, S.E., M.Si..99 Halaman.

Kata kunci: suku bunga, inflasi, ekspor, nilai tukar, kausalitas granger.

(9)

ix

Exchange Rate". Bachelor of Economics Department of Development Economics. Semarang State University. Lesta Karolina Br. Sebayang, S.E., M.Si..99 Pages. Keywords: interest rate, inflation, export, exchange rate, granger causality.

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Penelitian ... 13

1.4.Manfaat Penelitian ... 14

1.4.1Manfaat bagi Pemerintah ... 14

1.4.2Manfaat bagi Mahasiswa ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1Landasan Teori ... 15

2.1.1Definisi Ekspor ... 15

2.1.2Pengaruh Inflasi terhadap Ekspor ... 15

2.1.3Pengaruh Ekspor terhadap Inflasi ... 16

2.1.4Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Negara Lain ... 16

2.1.5Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Inflasi Negara Lain ... 16

2.1.6Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Ekspor Negara Lain ... 17

(11)

xi

2.1.11Definisi Suku Bunga ... 18

2.2Penelitian Terdahulu... 19

2.3Kerangka Penelitian ... 23

2.4Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1.Jenis Penelitian ... 25

3.2.Variabel Penelitian ... 25

3.3.Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4.Metode Analisis Data ... 26

3.5.Definisi Operasional Variabel ... 27

3.6.Uji Stasioner ... 28

3.7.Uji Kointegrasi ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1.Perkembangan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 31

4.2.Perkembangan Inflasi di Indonesia ... 32

4.3.Perkembangan Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia ... 33

4.4.Gambaran Kondisi Ekspor Indonesia ... 34

4.5.Tiga Negara dengan Pangsa Ekspor Terbesar Indonesia ... 35

4.6.Perkembangan Ekspor Indonesia ke Tiongkok ... 37

4.7.Perkembangan Perekonomian Tiongkok ... 38

4.8.Hasil Uji Stasioner ... 39

4.9.Hasil Uji Kointegrasi ... 41

4.10.Hasil Uji Kausalitas Granger ... 41

4.11.Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok ... 43

(12)

xii

Tingkat Inflasi Indonesia ... 47

4.15.Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok ... 49

4.16.Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok ... 51

BAB V PENUTUP ... 53

5.1.Simpulan ... 53

5.2.Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(13)

xiii

Tabel Halaman

1.1Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 2

1.1Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia... 3

1.1Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia... 5

1.1Nilai Ekspor Indonesia ke Tiga Negara Tujuan Ekspor Terbesar ... 7

1.1Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok ... 9

1.1Suku Bunga Dasar Tiongkok ... 10

2.1Penelitian Terdahulu ... 19

4.1Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller dengan Trend dan Intersep ... 40

4.2Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller dengan Trend dan Intersep ... 40

(14)

xiv

Gambar Halaman

1.1Nilai dan Trend Ekspor Indonesia ke Negara Tiongkok ... 8

1.2Kerangka Penelitian ... 23

4.1Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok Januari 2011 – Mei 2016 ... 44

4.2Tingkat Inflasi Indonesia Januari 2011-Mei 2016 ... 44

4.3Tingkat Impor Indonesia periode 2012-2016 ... 47

4.4Tingkat Suku Bunga Tiongkok ... 49

(15)

xv

Lampiran Halaman

1.Augmented Dickey Fuller Test variabel EKS tingkat level ... 71

2.Augmented Dickey Fuller Test variabel EKS tingkat first difference ... 72

3.Augmented Dickey Fuller Test variabel INF tingkat level ... 73

4.Augmented Dickey Fuller Test variabel INF tingkat first difference ... 74

5.Augmented Dickey Fuller Test variabel INT tingkat level ... 75

6.Augmented Dickey Fuller Test variabel INT tingkat first difference ... 76

7.Augmented Dickey Fuller Test variabel KURS tingkat level ... 77

8.Augmented Dickey Fuller Test variabel KURS tingkat first difference ... 78

9.Uji Johansen Cointegration ... 79

10.Uji Length Criteria ... 81

11.Uji Kausalitas Granger ... 81

(16)

1.1.Latar Belakang Masalah

Lima tahun kebelakang Indonesia mendapat beberapa tantangan dari melemahnya perekonomian global dan dampak-dampak rambatan dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh negara maju ataupun negara emerging market yang berhubungan dengan perekonomian Indonesia.

Melemahnya perekonomian global tersebut merupakan salah satu dampak dari krisis di kawasan Eropa dan masih buruknya perekonomian Amerika saat itu. Perlambatan ekonomi tersebut menyebar juga kepada beberapa negara berkembang termasuk Indonesia dan mitra dagang Indonesia. Gejolak tersebut mempengaruhi kondisi harga aset serta kondisi aliran modal asing dan nilai tukar yang fluktuatif. Permintaan barang dari negara maju juga mengalami penurunan akibat krisis tersebut sehingga memperlambat pertumbuhan ekspor di beberapa negara.

(17)

Tabel 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Nilai dalam %)

Tahun Pertumbuhan Ekonomi

20116,5 20126,2 20135,8 20145,0 20154,8

Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia, Bank Indonesia

Negara yang memberikan tekanan terhadap neraca perdagangan Indonesia salah satunya adalah Tiongkok. Tiongkok ditahun 2013 mengeluarkan agenda reformasi struktural sebagai hasil dari pertemuan ke 18 partai komunis. Hal tersebut dapat memperburuk perekonomian Tiongkok dalam jangka pendek karena perekonomian harus beradaptasi dengan reformasi struktural saat itu, walaupun perlambatan ekonomi Tiongkok sebenarnya sudah terjadi sebelum adanya agenda tersebut yang disebabkan oleh transisi perekonomian Tiongkok yang sebelumnya ditopang dengan kegiatan ekspor dan investasi menjadi kegiatan konsumsi domestik. Kemungkinan buruk dari adanya perlambatan ekonomi Tiongkok bagi negara Indonesia adalah turunnya permintaan barang ekspor Indonesia ke Tiongkok. Tiongkok cukup penting bagi ekspor Indonesia karena Tiongkok merupakan pangsa ekspor terbesar Indonesia untuk negara berkembang. Hal tersebut dilihat dari nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok yang lebih besar dari negara berkembang tujuan ekspor Indonesia lainnya.

(18)

Tekanan inflasi dari luar berkurang karena adanya perlambatan ekonomi global berdampak pada turunnya harga komoditi dunia sehingga tekanan imported inflation untuk Indonesia relatif terbatas.

Namun sebaliknya turunnya harga komoditi dunia adalah tanda turunnya nilai ekspor Indonesia jika volume ekspor tidak mengalami perubahan. Turunnya ekspor ini juga akan berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia yang kondisinya beberapa tahun kebelakang cukup berfluktuasi.

Tabel 1.2

Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia (Nilai dalam Juta US$)

Uraian 2010 2011 2012

EXPORT 157.779,1203.496,6190.020,3 -OIL &GAS 28.039,6 41.477 36.977,3 -NON OIL & GAS129.739,5162.019,6 153.043 IMPORT 135.663,3177.435,6191.689,5 -OIL & GAS 27.412,7 40.701,5 42.564,2 -NON OIL & GAS108.250,6 136.734149.125,3 TOTAL 293.442,4380.932,2381.709,7 -OIL &GAS 55.452,3 82.178,6 79.541,4 -NON OIL & GAS237.990,1298.753,6302.168,3 BALANCE 22.115,8 26.061,1 -1.669,2 -OIL & GAS 626,9 775,5 -5.586,9 -NON OIL & GAS 21.488,9 25.285,5 3.917,7 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Kementrian Perdagangan (Kemendag)

(19)

setelahnya tercatat neraca perdagangan defisit sebesar 1669,2 juta US$ tahun 2012, 4.076,9 juta US$ tahun 2013, 1.886,3 juta US$ tahun 2014. Surplus pada tahun 2010 disebabkan oleh kondisi perekonomian global yang mengalami akselerasi pemulihan sedangkan di tahun 2011 surplus disebabkan oleh basis ekspor Indonesia merupakan komoditi sumber daya alam dan dukungan dari diversifikasi pasar tujuan ekspor di kawasan Asia seperti China dan India mampu mendorong ekspor tetap kokoh. Faktor lain seperti harga minyak yang mengalami kenaikan semakin menaikkan nilai ekspor Indonesia ditengah kondisi produksi minyak mentah Indonesia yang rata-ratanya menurun menjadi 0,902 juta barel per hari dibanding tahun 2010 yang produksinya rata-rata sebanyak 0,945 barel per hari.

Tahun berikutnya tahun 2013 kondisi neraca perdagangan semakin buruk seiring harga komoditi barang yang semakin menurun. Turunnya permintaan ekspor beberapa negara mitra dagang Indonesia akibat perlambatan ekonomi dan juga sebagai salah satu dampak dari adanya tappering off yang dilakukan Amerika Serikat tahun 2014 juga ikut memperburuk nilai ekspor Indonesia.

(20)

gangguan dari reservoir gas dan shutdown di beberapa kilang gas. Adanya kebijakan konversi energi dari minyak menjadi gas mengakibatkan produksi gas lebih dituju pada permintaan domestik dan peningkatan konsumsi bahan bakar minyak pada sektor transportasi semakin meningkatkan impor migas Indonesia saat itu.

Tabel 1.3

Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia (Nilai dalam Juta US$)

Uraian 2013 2014 2015

EXPORT 182.551,8176.292,5150.282,3 -OIL &GAS 32.633 30.331,9 18.552,0 -NON OIL & GAS149.918,8145.960,6131.730,3 IMPORT 186.628,7178.178,8142.694,8 -OIL & GAS 45.266,4 43.459,9 24.613,2 -NON OIL & GAS141.362,3134.718,9118.081,6 TOTAL 369.180,5354.471,3292.977,1 -OIL &GAS 77.899,4 73.791,8 43.165,2 -NON OIL & GAS291.281,1280.679,5249.811,9 BALANCE -4.076,9 -1.886,3 7.587,5 -OIL & GAS -12.633,3 -13.128 -6.061,2 -NON OIL & GAS 8.556,4 11.241,7 13.648,7

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Kementrian Perdagangan (Kemendag)

(21)

Amerika Serikat dan hal ini berdampak baik pada peningkatan permintaan barang ekspor dari Indonesia oleh Amerika Serikat seperti yang terlihat dari meningkatnya ekspor manufaktur Indonesia tahun 2014.

Contoh lain kebijakan negara mitra dagang Indonesia yang berpengaruh adalah kebijakan konversi energi Tiongkok yang berpengaruh pada menurunnya permintaan komoditi ekspor batu bara Indonesia. Kebijakan lain yang dapat memberi pengaruh pada permintaan barang ekspor Indonesia oleh Tiongkok adalah kebijakan transisi ekonomi Tiongkok dari perekonomian Tiongkok yang bertopang pada kegiatan ekspor dan investasi menjadi bertopang pada kegiatan konsumsi domestik yang berpengaruh pada perlambatan ekonomi dan kebijakan ini didukung pula dengan agenda reformasi struktural Tiongkok.

Dengan berbagai permasalahan tersebut, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit selama tiga tahun yaitu pada tahun 2012 hingga tahun 2014. Walaupun tahun 2014 keseimbangan neraca perdagangan mengalami defisit namun nilainya semakin membaik dibanding tahun sebelumnya, begitu juga tahun 2015 dengan surplus setelah sempat tiga tahun berturut mengalami defisit. Perbaikan kondisi neraca perdagangan pada tahun 2014 dan 2015 ini merupakan salah satu dampak baik dari peningkatan permintaan barang ekspor Indonesia dari Amerika Serikat dan penurunan konsumsi rumah tangga yang bedampak pada turunnya volume impor non migas. Selain itu rendahnya harga komoditi berdampak baik pada turunnya nilai impor non migas, ditambah dengan pelemahan nilai tukar.

(22)

negara tersebut termasuk pangsa ekspor terbesar Indonesia jika dilihat dari besar nilai ekspor ke negara tersebut selain Amerika Serikat. Permasalahannya adalah dalam perkembangannya kondisi ekspor ke negara tersebut terlihat menurun.

Tabel 1.4

Nilai Ekspor Indonesia ke Tiga Negara Tujuan Ekspor Terbesar (FOB dalam Juta US$)

Bulan NEGARA

Tiongkok Jepang Amerika 06/15 1332,4 1361,2 1430,3 05/15 1273,3 1418,9 1339,5

04/15 1255,4 1324 1466

03/15 1253,7 1752,2 1455 02/15 1150,2 1640,8 1228,9 01/15 1253,7 1752,2 1455 12/14 1504,2 1885,8 1536,3 11/14 1462,2 1933,1 1277,6 10/14 1399,4 2005 1403,3 09/14 1379,2 1886,1 1446,4 08/14 1229,7 1898,5 1354,2 07/14 1301,3 1689,3 1374,4 06/14 1376,3 1951 1436,8

05/14 1492,7 1828 1339

04/14 1316 1953 1405,6

03/14 1874,5 1938,9 1329 02/14 1700,4 2020,1 1354,4 01/14 1874,5 1938,9 1329 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

(23)

sehingga nilai ekspor Indonesia ke Jepang masih tetap tergolong besar. Namun pada tiga triwulan berikutnya kenaikan pajak mengontraksi perekonomian Jepang termasuk kegiatan impornya. Ditambah pada tahun 2015 harga minyak pada kisaran harga yang rendah sehingga mengakibatkan menurunnya nilai ekspor Indonesia ke Jepang.

Sedangkan ekspor Indonesia ke Tiongkok sebagai negara berkembang yang masuk dalam tiga negara pangsa ekspor terbesar Indonesia, kondisi ekspor ke negara tersebut menurun seiring dengan perlambatan yang terjadi di negara tersebut. Perlambatan tersebut selain akibat kondisi perekonomian dunia yang memang sedang melambat, kondisi perekonomian Tiongkok melambat dikarenakan adanya rebalancing economy Tiongkok. Rebalancing economy ini sehubungan dengan transisi perekonomian Tiongkok yang bertumpu pada kegiatan ekspor dan investasi menjadi kegiatan konsumsi domestik

Gambar 1.1 Nilai dan Trend Ekspor Indonesia ke Negara Tiongkok Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah.

(24)

Selain itu penurunan ekspor Indonesia ke Tiongkok terutama sangat terlihat dari ekspor komoditi batubara yang merupakan salah satu komoditas utama Indonesia. Penurunan impor komoditi tersebut merupakan salah satu respon pemerintah Tiongkok akan tingkat polusi di negaranya.

Tabel 1.5

Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok

Tahun Triwulan Pertumbuhan Ekonomi

2011Triwulan 1 9,7% yoy

Triwulan 2 9,5% yoy

Triwulan 3 9,1% yoy

Triwulan 4 8,9% yoy

2012Triwulan 1 8,1% yoy

Triwulan 2 7,6% yoy

Triwulan 3 7,4% yoy

Triwulan 4 7,9% yoy

2013Triwulan 1 7,8% yoy

Triwulan 2 7,7% yoy

Triwulan 3 7,8% yoy

Triwulan 4 7,7% yoy

2014Triwulan 1 7,4% yoy

Triwulan 2 7,5% yoy

Triwulan 3 7,3% yoy

Triwulan 4 7,3% yoy

2015Triwulan 1 7% yoy

Triwulan 2 7% yoy

Triwulan 3 6,9% yoy

Triwulan 4 6,8% yoy

Sumber : Bank Indonesia

(25)

ekspor Indonesia ke Tiongkok terutama pada komoditi ekspor non migas. Namun perkembangannya menurun dua tahun terakhir dibanding dengan negara lainnya, yang mana ekspor Tiongkok telah dilampui oleh Jepang dan Amerika Serikat padahal pada tahun 2011 hingga tahun 2013 ekspor Indonesia ke Tiongkok terbesar dibanding ekspor ke dua negara lainnya.

Perkembangan ekspor non migas Indonesia ke Tiongkok dikhawatirkan menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi di Tiongkok. Sementara itu adanya rebalancing economy dan agenda reformasi struktural didalamnya semakin memberi tekanan pada perekonomian Tiongkok. Walaupun pemerintah Tiongkok memberi tekanan dari efek kebijakan reformasi struktural, namun Tiongkok juga memberi kebijakan untuk meredam perlambatan perekonomian Tiongkok.

Salah satu kebijakan yang digunakannya adalah menurunkan suku bunga Tiongkok secara bertahap dan penurunan cukup cepat dilakukan di tahun 2015, hanya berkisar kurang lebih dua bulan untuk mengganti suku bunga dasarnya.

Tabel 1.6

Suku Bunga Dasar Tiongkok (Nilai dalam %)

Bulan Suku Bunga Dasar

November 2015 43,5

Oktober 2015 43,5

September 2015 46

Agustus 2015 46

Juli 2015 48,5

Juni 2015 48,5

Mei 2015 5,1

April 2015 5,35

Maret 2015 5,35

November 2014 – Februari 2015 5,6

(26)

Adanya kebijakan moneter tersebut bagi ekspor Indonesia merupakan sinyal positif, karena harapannya dengan turunnya suku bunga masalah perlambatan perekonomian Tiongkok mulai terselesaikan sehingga permintaan barang dapat meningkat seiring mulai bergairahnya perekonomian Tiongkok termasuk permintaan barang impor dari Indonesia. Suku bunga Tiongkok ini juga dapat berpengaruh pada inflasi Indonesia secara tidak langsung karena pengaruh suku bunga negara Tiongkok sebagai negara berkembang dengan perekonomian cukup besar dapat mempengaruhi suku bunga negara mitra dagangnya.

Selain kondisi negara Tiongkok, faktor lain yang dapat memberi tekanan terhadap ekspor Indonesia adalah inflasi di Indonesia itu sendiri. Walaupun turunya harga komoditi dunia akibat perlambatan ekonomi global dapat mengurangi tekanan inflasi dari luar namun tekanan inflasi Indonesia dari dalam seperti kenaikan BBM cukup menjadi masalah bagi kondisi Inflasi Indonesia.

Kenaikan harga BBM saat itu disebabkan oleh permasalahan anggaran APBN yang cukup membengkak, kondisi kilang minyak yang berhenti produksi dan belum digantinya sumur-sumur minyak yang sudah tua. Kondisi tersebut akhirnya berimbas pada terbatasnya pasokan minyak saat itu.

(27)

Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok adalah nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China. Nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China merupakan salah satu faktor penentu harga komoditi ekspor Indonesia dimata konsumen ataupun produsen negara Tiongkok. Kondisi nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China untuk beberapa tahun kebelakang menunjukkan trend terdepresiasi, artinya harga barang Indonesia akan lebih mampu bersaing terhadap barang-barang yang dijual di Tiongkok karena adanya depresiasi akan mengakibatkan yuan China dapat membeli lebih banyak uang rupiah Indonesia. Jika kondisi nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China ini menguntungkan ekspor Indonesia maka kondisi tersebut harus tetap dipertahankan.

Kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok yang dapat dipengaruhi kondisi inflasi Indonesia, nilai tukar rupiah Indonesia ke Tiongkok dan juga inflasi Indonesia yang dapat dipengaruhi oleh suku bunga negara Tiongkok sebagai negara berkembang dengan perekonomian Tiongkok yang besar di dunia, maka peneliti akan membahas tentang bagaimana hubungan kausalitas antar variabel nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, inflasi Indonesia, nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China dan tingkat suku bunga Tiongkok.

1.2.Perumusan Masalah

(28)

mempengaruhi suku bunga Indonesia secara tidak langsung dapat mempengaruhi variabel inflasi Indonesia dan semakin terkendalinya perekonomian Tiongkok maka semakin dapat meningkat juga permintaan impor Tiongkok salah satunya untuk barang ekspor Indonesia ke Tiongkok. Selain itu kondisi inflasi Indonesia dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China yang dapat mempengaruhi harga barang ekspor Indonesia juga menjadi variabel yang dapat mempengaruhi kondisi total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Oleh dasar permasalahan tersebut maka didapatkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan inflasi Indonesia?

2. Bagaimana hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok?

3. Bagaimana hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang telah dijelaskan pada rumusan masalah sehingga harapannya akan memenuhi beberapa pencapaian berikut :

1. Mengetahui hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan inflasi Indonesia.

2. Mengetahui hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok.

(29)

Tiongkok dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China.

1.4.Manfaat Penelitian

Ada beberapa menfaat penelitian dari hasil penelitian ini, beberapa diantaranya adalah :

1.4.1Manfaat bagi Pemerintah

Memberi gambaran kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok sehingga dapat memilih kebijakan yang tepat dalam mengatasi permasalahan ekspor Indonesia ke Tiongkok dikatikan dengan fenomena atau indikator ekonomi yang berkaitan yang telah dijelaskan beberapa dalam penelitian ini.

1.4.2Manfaat bagi Mahasiswa

(30)

2.1.Landasan Teori 2.1.1.Definisi Ekspor

Ekspor secara definisinya adalah barang dan jasa yang dijual ke negara lain. (Mankiw, 2006:546). Pentingnya ekspor bagi sebuah negara karena ekspor merupakan salah satu penentu besarnya pendapatan nasional. Hal ini didasarkan dari cara penghitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran memiliki persamaan sebagai berikut (Mankiw, 2006:25):

Y=C+I+G+NX………(2.1) Dimana Y adalah GDP atau output, C adalah konsumsi, I adalah investasi dan NX atau (X-M) adalah selisih antara ekspor dengan impor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan ekspor akan menambah nilai GDP atau pendapatan nasional sebuah negara.

2.1.2.Pengaruh Inflasi terhadap Ekspor

(31)

menunjukkan bahwa semakin tingginya harga akan menurunkan jumlah faktor produksi yang selanjutnya akan mengurangi jumlah output termasuk output dari barang-barang yang akan dijual keluar negeri (ekspor). Kesimpulannya adalah inflasi dapat mengurangi ekspor.

2.1.3.Pengaruh Ekspor terhadap Inflasi

Salah satu penyebab inflasi adalah karena tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. (Prasetyo, 2009:198). Sehingga ketika ekspor dikurangi maka jumlah barang yang ditawarkan di dalam negeri akan meningkat dan jika penawaran barang dalam negeri melebihi jumlah barang yang diminta maka harga barang atau inflasi akan menurun.

2.1.4.Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Negara Lain.

Faktor penyebab terjadinya inflasi disuatu negara adalah imported inflation. Ketika inflasi sebuah negara menyebabkan harga komoditi barang tersebut meningkat dan komoditi tersebut meruapakan barang faktor produksi dinegara yang dituju maka dapat menjadi penyebab terjadinya inflasi di negara yang dituju tersebut. Sehingga salah satu instrumen moneter yang dapat digunakan untuk mengurangi tekanan inflasi di negara tersebut adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga.

2.1.5.Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi Negara Lain

(32)

bunga dunia atau negara yang pengaruhnya cukup besar terhadap perekonomian dunia meningkat maka suku bunga negara dengan perekonomian terbuka kecil juga akan ikut meningkat sehingga inflasi di negara tersebut dapat menurun.

2.1.6.Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Ekspor Negara Lain.

Tingkat Suku Bunga negara yang cukup berpengaruh di perekonomian dunia akan diikuti pergerakannya oleh suku bunga negara perekonomian terbuka kecil. Meningkatnya tingkat suku bunga mengurangi arus modal keluar neto yang berarti berkurangnya penawaran dolar di pasar valuta asing sehingga menyebabkan kurs riil mengalami apresiasi dan ekspor neto turun. (Mankiw, 2006:150)

2.1.7.Hubungan Kurs dengan Ekspor

Hubungan kurs dengan ekspor sangat erat, hubungan antara kurs riil dan ekspor neto, semakin rendah kurs, semakin murah harga barang domestik relatif terhadap barang-barang luar negeri, dan semakin besar ekspor neto kita. (Mankiw, 2006:131).

2.1.8.Hubungan Kurs dengan Tingkat Suku Bunga

(33)

2.1.9.Hubungan Kurs dengan Inflasi

Besarnya nilai kurs nominal tergantung pada nilai kurs riil dan rasio tingkat harga, sehingga jika tingkat harga domestik meningkat maka kurs nominal akan turun. (Mankiw, 2006:135)

2.1.10.Inflasi

1. Definisi dan Jenis Inflasi

Inflasi merupakan proses kecenderungan kenaikan harga-harga umum barang-barang dan jasa secara terus menerus. (Prasetyo, 2009:195). Ada empat jenis inflasi berdasarkan penyebabnya, yaitu (Prasetyo, 2009:198-200):

1) Daya Tarik Permintaan (Demand Pull Inflation)

Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena adanya daya tarik dari permintaan masyarakat akan berbagai barang yang terlalu kuat. Faktor Penyebab demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya.

2) Daya Dorong Penawaran (Cost Push Inflation)

Cost push inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena adanya goncangan atau dorongan kenaikan biaya faktor-faktor produksi secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu.

2.1.11.Definisi Suku Bunga

(34)

2.2.Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terhadulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan untuk mempermudah pembaca maka dibuat tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Judul

(35)

kausalitas antara

EPAPHRA GDP real perkapita, trade

Yodiatmaja BI Rate dan Inflasi Kausalitas Toda-Yamamoto

(36)

perekonomian

Istiqomah Nilai tukar rupiah

(37)
(38)

2.3.Kerangka Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Jika mengkaji kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok maka ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok seperti tingkat inflasi Indonesia, tingkat suku bunga Tiongkok, dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Maka peneliti ingin mengetahui

Ekspor Indonesia ke

Saran Kebijakan untuk Pemerintah Total Nilai

Ekspor Indonesia ke

Tiongkok

(39)

hubungan antar variabel yang mempengaruhi total nillai ekspor Indonesia ke Tiongkok.Maka dilakukan uji stasioner untuk mengetahui stasionarian data. Jika data tidak stasioner pada tingkat level maka terindikasi terdapat kointegrasi dalam jangka panjang maka dilakukakn uji kointegrasi. Selanjutnya setelah diketahui bahwa terdapat kointegrasi maka dilakukan uji kausalitas untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel. Hasil uji kausalitas kemudian disimpulkan dan dengan kesimpulan yang didapat peneliti memberikan saran atas hasil penelitian ini.

2.4.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangkan penelitian maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan tingkat inflasi Indonesia.

2. Terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok.

(40)

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini yang diolah adalah data sekunder berupa skor atau nilai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menyimpulkan hasil penelitian tanpa perlu menggunakan olah data dari nilai atau skor, penelitian kuantitatif memerlukan data berupa nilai ataupun skor dalam menyimpulkan penelitiannya yang sebelumnya dilakukan pengolahan.

3.2.Variabel Penelitian

Penelitian ini tidak membagi jenis variabel menjadi dua jenis variabel independent dan variabel dependent. Variabel yang digunakan adalah variabel tingkat inflasi Indonesia, variabel tingkat suku bunga Tiongkok, kurs tengah nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan Tiongkok dan variabel total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.

3.3.Metode Pengumpulan Data

(41)

www.tradingeconomic.com sebagai website yang menyajikan data salah satunya dari People Bank of China.

3.4.Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis granger causality. Kausalitas adalah hubungan dua arah. (Widarjono, 2009:223). Uji granger causality digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel. Model persamaan kausalitas granger dapat ditulis sebagai berikut (Widarjono, 2009:223) :

� = ∑= �− + ∑= �− + � � ………...(3.1)

�= ∑ = �− + ∑= � �− + � � ………..(3.2)

Selanjutnya untuk menyelesaikan persamaan diatas maka ada dua persamaan untuk menjelaskan variabel X mempengaruhi Y dan sebaliknya dua persamaan juga untuk menjelaskan variabel Y mempengaruhi X. Dua Persamaan untuk menjelaskan variabel Y mempengaruihi X adalah sebagai berikut (Widarjono, 2009:223):

Persamaan unrestricted

� = ∑= �− + ∑= �− + � � ………..(3.3)

Persamaan restricted

� = ∑= �− + � � ……….………..(3.4)

Dua Persamaan untuk menjelaskan variabel X mempengaruhi Y adalah sebagai berikut (Widarjono, 2009:223):

Persamaan unrestricted

�= ∑ = �− + ∑= � �− + � � ………..(3.5)

(42)

�= ∑ = �− + � � ………..(3.6)

Langkah berikutnya untuk mengetahui hubungan kausal antar variabel X dan Y digunakan uji F. Nilai F hitung diperoleh dari formula sebagai berikut (Widarjono, 2009:224):

� = � − � �− ��

�� ………...(3.7)

Keterangan :

RSSR adalah residual sum of squares persamaan restricted.

RSSUR adalah residual sum of squares persamaan unrestricted.

n adalah jumlah observasi. m adalah jumlah lag.

k adalah parameter yang diestimasi di dalam persamaan unrestricted.

Hasil uji F jika nilai F hitung lebih besar dari F table maka variabel Y mempengaruhi variabel X atau sebaliknya. Selain itu dapat pula menggunakan nilai probability, jika nilai probability lebih kecil dari nilai α (alpha) maka variabel Y mempengaruhi variabel X atau sebaliknya.

3.5.Definisi Operasional Variabel

1. Total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok

Total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok yang dimaksud disini adalah total nilai ekspor Indonesia dari seluruh komoditi migas ataupun non migas yang di ekspor Indonesia ke negara Tiongkok. Data berupa data bulanan dari bulan November 2011 hingga November 2016.

2. Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China

(43)

kurs jual dari mata uang Rupiah Indonesia dikonversi ke Yuan China yang dijumlahkan kemudian dibagi dua. Data berupa data bulanan dari bulan November 2011 hingga November 2016.

3. Suku Bunga Dasar Tiongkok

Suku bunga dasar Tiongkok disini adalah salah satu instrument moneter Tiongkok. Data berupa data bulanan dari bulan November 2011 hingga November 2016.

4. Inflasi Indonesia

Inflasi Indonesia disini adalah tingkat inflasi yang dicari berdasarkan indeks harga konsumen. Data berupa data bulanan dari bulan November 2011 hingga November 2016.

3.6.Uji Stasioner

Uji Stasioner digunakan untuk mengetahui stasioner atau tidaknya sebuah data. Ada beberapa cara uji yang dapat digunakan dalam uji stasioner, dan uji stasioner yang paling umum digunakan adalah uji stasioner dengan cara Augmented Dickey Fuller. Adapun formulasi untuk ADF adalah sebagai berikut (Widarjono, A, 2009:319)::

∆Yt = γYt-1+∑= β ∆ �− + �� ………...(3.8)

∆Yt = a0+ γYt-1+∑= β ∆ �− + �� ………(3.9)

∆Yt = a0+ a1T+ γYt-1+∑= β ∆ �− + �� ………..(3.10)

dimana :

(44)

T adalah trend waktu

Jika nilai ADF statistik lebih dari nilai McKinon maka data stasioner dan jika nilai ADF statistik kurang dari nilai McKinon maka data tidak stasioner. Nilai ADF statistik didapatkan dari nilai γYt-1.

3.7.Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi digunakan untuk melihat kointegrasi dalam antar variabel. Ada beberapa uji kointegrasi seperti uji kointegrasi Engle-Granger, uji Cointegrating Regression Durbin Watson (CRDW), dan uji Johansen. Penelitian ini akan menggunakan uji johansen. Untuk menjelaskan uji dari Johansen kita perhatikan mdel autoregresif dengan order p berikut ini (Widarjono, A, 2009:328):

� = �− + ⋯ + � �−�+ �+ �� ………(3.11)

Dimana Yt adalah vector k dari variabel I(1) non-stasioner, Xt adalah vector d

dari variabel determanistik dan et merupakan vektor inovasi. Persamaan kita tulis kembali menjadi (Widarjono, 2009:328)::

�= ∑�−= �− + Π �− + �+ �� ………(3.12)

Dimana Π = ∑�= − �dan = − ∑�= + ………(3.13)

(45)
(46)

4.1.Perkembangan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif baik sebelum tahun 2013 seperti yang ditunjukkan pada tahun 2011 dan 2012. Pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi didukung oleh iklim investasi yang baik, kuatnya kegiatan konsumsi dan kegiatan ekspor.

Tahun 2011 perekonomian masih tergolong stabil dengan kegiatan konsumsi rumah tangga menguat selaras dengan meningkatnya pendapatan penduduk yang mendongkrak daya beli masyarakat. Sedangkan kegiatan ekspor semakin baik dengan adanya diversifikasi pasar tujuan ekspor serta kondisi pertumbuhan ekonomi pada negara tujuan ekspor seperti China dan Amerika. Namun tekanan perlambatan ekonomi global dari adanya krisis pada negara-negara maju di kawasan Eropa dan juga masih belum membaiknya perekonomian Amerika Serikat semakin menjalar efeknya pada perekonomian Indonesia terutama ekspor Indonesia yang menurun di tahun berikutnya. Adanya perbaikan Amerika Serikat bukan semakin memperbaiki kondisi perlambatan ekonomi global justru memberi dampak buruk karena munculnya isu tappering off yang pada akhirnya benar-benar dilaksanakan ditahun 2014. efek dari isu tappering off sendiri berimbas pada aliran modal keluar yang meningkat.

(47)

seperti reformasi pada sektor pertambangan guna meningkatkan nilai tambah terkait kondisi ekspor yang kurang baik karena adanya penurunan harga komoditas dan berkurangnya serapan barang ekspor dari Indonesia oleh negara emerging market. Selain itu kebijakan-kebijakan lain seperti penghematan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) , menaikan BI Rate guna menanggapi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan kebijakan lain untuk menstabilkan kondisi perekonomian.

Dengan kebijakan tersebut kondisi perekonomian mulai terlihat ada perbaikan pada paruh kedua tahun 2015 terlihat dari belanja pemerintah yang meningkat, kondisi inflasi yang berada pada kisaran sasaran inflasi, menurunnya impor migas dan non migas seiring dengan depresiasi rupiah dan menurunnya permintaan domestik. Walaupun jika dilihat secara keseluruhan kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2015 masih tergolong melemah jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 4,8% (yoy) menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2014 yang mencapai 5,0% (yoy).

4.2.Perkembangan Inflasi di Indonesia

Selama tahun 2011 hingga tahun 2015 kondisi inflasi mendapat tekanan dari harga komoditi global. Harga komoditi global sempat mengalami peningkatan dan mempengaruhi peningkatan inflasi Indonesia ditahun 2011 dan 2012.

(48)

Minyak disebabkan oleh pasokan minyak yang berkurang akibat sumur-sumur minyak mentah yang sudah tua ataupun adanya reformasi subsidi. Selain Bahan Bakar Minyak, imbas adanya reformasi subsidi dirasakan pada kenaikan harga Liquefied Proteleum Gas (LPG), dan Tarif Tenaga Listrik.

Perkembangan inflasi semakin baik seiring dengan berkurangnya tekanan inflasi dari luar. Kondisi perekonomian global yang sebelumnya memberi tekanan terhadap harga barang di Indonesia berubah seiring dengan krisis negara-negara maju. Adanya krisis negara maju kemudian berimbas pada perlambatan ekonomi dunia termasuk harga komoditi barang dunia. Dengan turunnya harga ekonomi global maka tekanan inflasi dari luar juga ikut semakin berkurang. Efek lain dengan adanya perlambatan ekonomi global adalah permintaan domestik yang menurun seperti yang terjadi di tahun 2015, sehingga semakin menurunkan tekanan inflasi.

4.3.Perkembangan Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia

Neraca perdagangan Indonesia selama tahun 2011 hingga tahun 2015 cukup berfluktuasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi neraca perdagangan Indonesia salah satunya adalah perlambatan ekonomi global. Perlambatan ekonomi global yang telah terjadi beberapa tahun kebelakang memberi efek kepada sisi impor ataupun ekspor Indonesia. Perlambatan ekonomi global menyebabkan turunnya permintaan beberapa komoditi barang yang selanjutnya memberi efek pada turunnya permintaan impor ataupun ekspor.

(49)

turunnya permintaan domestik akan minyak diikuti oleh penurunan tingkat produksi minyak.

Selain itu efek berikutnya dari perlambatan ekonomi global adalah turunnya harga komoditi barang. Hal tersebut berpengaruh pada turunnya nilai ekspor ataupun impor. Perkembangan neraca perdagangan Indonesia semakin membaik tahun 2015.

4.4.Gambaran kondisi ekspor Indonesia

Perkembangan ekspor Indonesia selama lima tahun kebelakang mendapatkan tekanan dari perekonomian dunia seperti penurunan permintaan barang ekspor dari Indonesia dan penurunan harga komoditi. Sebelum tahun 2013 kondisi harga komoditi global masih pada kisaran yang baik untuk kegiatan ekspor Indonesia, bahkan ekspor sebagai sektor penopang pertumbuhan ekonomi. Namun seiring dengan krisis negara maju yang belum dapat diatasi pada saat itu, membuat harga komoditi terus menurun dan berakibat pada turunnya nilai beberapa barang ekspor Indonesia.

(50)

Selain komoditi minyak, penurunan volume ekspor juga sempat terjadi pada komoditi pertambangan. Penurunan ini terjadi karena adanya kebijakan yang mengatur ekspor pertambangan

Sedangkan pada sektor non migas yang lain, komoditi manufaktur untuk beberapa bulan menunjukkan adanya peningkatan ditengah perlambatan ekonomi global yang mengakibatkan penurunan permintaan ekspor. Peningkatan permintaan ekspor manufaktur dari Indonesia terutama diakibatkan oleh kenaikan permintaan dari Amerika Serikat. Berbeda dengan negara tujuan ekspor Indonesia yang mengalami perlambatan ekonomi, perekonomian Amerika justru mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab perlambatan ekonomi global karena kebijakan tappering off nya.

Perkembangan komoditi ekspor manufaktur mengalami penurunan di tahun 2015, selain itu komoditi migas masih mengalami tekanan karena turunnya nilai ekspor minyak. Turunnya ekspor minyak lebih disebabkan karena penurunan harga akibat pasokan minyak dunia yang melimpah. Komoditi yang perkembangannya mengalami peningkatan adalah pertanian. Perkembangan terbaru ditahun 2015 menunjukkan perlambatan ekonomi global masih menjadi masalah turunnya ekspor Indonesia karena perlambatan ekonomi global mengakibatkan turunnya permintaan ataupun harga komoditi ekspor Indonesia.

4.5.Tiga Negara dengan Pangsa Ekspor Terbesar Indonesia

(51)

baik ditunjukkan oleh ekspor Indonesia ke negara Amerika Serikat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat pasca krisis. Komoditi ekspor yang terlihat meningkat atas membaiknya perekonomian Amerika Serikat adalah ekspor manufaktur Indonesia.

Sedangkan Jepang mengalami penurunan cukup dalam dibanding awal tahun 2011. Penyebabnya adalah turunnya nilai ekspor migas Indonesia ke Jepang. Walau pada tahun 2011 bencana alam tsunami yang dialami Jepang sempat meningkatkan permintaan impor energi Jepang namun kondisi tersebut berubah seiring dengan melemahnya permintaan minyak dunia yang mengakibatkan turunya harga minyak dunia. Selain penurunan permintaan minyak dunia, semakin banyaknnya pasokan minyak dunia yang disumbang oleh beberapa negara seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat juga menjadi salah satu penyebab turunnya harga minyak dunia. Tidak hanya penurunan harga minyak yang menjadi penyebab turunnya nilai ekspor miyak Indonesia, turunnya volume ekspor minyak juga ikut berperan dalam hal tersebut. Adanya kendala teknis dan operasional lapngan menyebabkan turunnya produksi minyak yang berpengaruh pula pada turunnya ekspor minyak.

(52)

4.6.Perkembangan Ekspor Indonesia ke Tiongkok

Indonesia memiliki beberapa komoditi ekspor utama yang diekspor ke Tiongkok. Beberapa komoditi ekspor utama Indonesia yang diekspor ke Tiongkok adalah dari komoditi minyak nabati, karet, TPT, baturbara, dll. Dari beberapa komoditi utama ekspor tersebut, peningkatan permintaan sangat terlihat dari ekspor minyak nabati. Namun ditahun 2016 ekspor minyak nabati terkendala oleh penurunan produk kelapa sawit ditengah permintaan ekspor minyak nabati yang meningkat oleh Tiongkok.

Peningkatan permintaan ekspor minyak nabati oleh Tiongkok berbanding terbalik dengan permintaan ekspor komoditi batubara dan karet olahan oleh Tiongkok yang menurun. Ada beberapa penyebab turunnya ekspor komoditi batubara ke Tiongkok yaitu perlambatan ekonomi Tiongkok, industri di Tiongkok yang kurang mendapat pinjaman, melambatnya kinerja industri, pembatasan impor batubara kualitas rendah, usaha pemerintah Tiongkok untuk mengganti energi alternatif sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Tiongkok, dan usaha pemerintah Tiongkok dalam mengurangi polusi udara di Tiongkok.

Nilai ekspor batubara ke Tiongkok semakin parah dengan turunnya harga batubara dunia. Penyebab turunnya harga batubara itu sendiri adalah turunnya permintaan batubara Tiongkok. Besarnya pengaruh turunnya permintaan Tiongkok terhadap harga komoditi batubara dikarenakan hampir setengah suplai batubara diserap oleh Tiongkok.

(53)

industri ban Tiongkok menjadi salah satu penyebab turunnya harga komoditi karet Indonesia.

Tantangan ekspor Indonesia ke Tiongkok kedepan masih diwarnai dengan permasalahan perlambatan ekonomi Tiongkok dan harga beberapa komoditi dunia walaupun harga komoditi batubara menunjukkan adanya peningkatan diakhir tahun 2016.

4.7.Perkembangan Perekonomian Tiongkok

Perekonomian Tiongkok dalam beberapa dekade mengalami perlambatan. Pada tahun 2011 perlambatan ekonomi Tiongkok disebabkan oleh beberapa kebijakan moneter Tiongkok untuk meredam inflasi yang cukup tinggi pada saat itu dan pada sisi eksternal kondisi krisis utang Eropa memberi dampak menurunnya ekspor Tiongkok. Kebijakan moneter kemudian menjadi longgar setelah kondisi inflasi pada tahun 2011 terlihat mereda ditahun 2012. Pelonggaran ini juga merupakan respon dari melemahnya pasar properti dan tekanan perekonomian global seperti krisis utang Eropa dan masih belum membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang menyebabkan perlambatan ekonomi global termasuk Tiongkok.

(54)

diselenggarakan pada 9-12 November 2013 dengan mengeluarkan agenda reformasi struktural.

Walaupun rebalancing economy menyebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok, namun pemerintah Tiongkok menjaga agar tidak mengalami hard landing sebagai salah satu kemungkinan efek dari rebalancing economy dalam jangka pendek. Usaha yang ditempuh pemerintah Tiongkok adalah pelonggaran likuiditas dan peningkatan stimulus.

Pada tahun 2015 kondisi struktur ekonomi yang dulu proporsinya didominasi oleh sektor manufaktur mulai mengalami penggeseran oleh sektor jasa. Hal ini sesuai dengan upaya rebalancing economy Tiongkok dan merupakan gejala alamiah dari pasca industrialisasi. Sejalan dengan rebalancing economy Tiongkok, kondisi ekonomi Tiongkok dalam jangka pendek masih terlihat melambat. Upaya pemerintah dalam menahan perlambatan yang lebih dalam masih tetap dilakukan namun utang pemerintah yang meningkat menyebabkan stimulus pemerintah tertahan.

Rata-rata kondisi perkonomian Tiongkok selama lima tahun kebelakang ekonomi melambat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ekonomi Tiongkok melambat seperti pelemahan perekonomian global dan konsekuensi dari adanya rebalancing economy Tiongkok.

4.8.Hasil Uji Stasioner

(55)

pada tingkat level adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller

Dengan Trend dan Intersep

Critical

Value Variabel

EKS INF INT KURS

1% -4.118444 -4.121303 -4.118444 -4.118444 5% -3.486509 -3.487845 -3.486509 -3.486509 10% -3.171541 -3.172314 -3.171541 -3.171541

ADF-Stat -3.980978 -2.276629 -1.299064 0.063744 Sumber : Hasil Olah Eviews7

Dari tiga variabel yang diuji hanya variabel EKS (total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok) yang stasioner pada critival value 5% namun terbukti tidak stasioner pada critical value 1% yang mana nilai Augmented Dickey Fuller Statistic nya menunjukkan nilai lebih kecil dibandingkan nilai critical value, karena seluruh variabel terbukti terdapat unit root atau tidak stasioner maka variabel tersebut akan diuji lagi dengan tingkat first difference yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller

Dengan Trend dan Intersep

Critical

Value Variabel

EKS INF INT KURS

1% -4.121303 -4.124265 -4.124265 -4.121303 5% -3.487845 -3.489228 -3.489228 -3.487845 10% -3.172314 -3.173114 -3.173114 -3.172314

(56)

Hasil uji unit root pada tingkat first difference ditemukan bahwa ketiga variabel yaitu INT (Tingkat Suku Bunga Tiongkok), KURS (Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China), dan INF (Tingkat Inflasi Indonesia) sudah tidak terdapat unit root pada critical value 5% atau data stasioner. Nilai ADF statistik untuk variabel EKS atau total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok sebesar -9.663794 lebih besar

dari critical value 5% sebesar -3.487845. Nilai ADF statistik untuk variabel INF atau tingkat inflasi Indonesia sebesar -6.027184 lebih besar dari critical value 5% sebesar -3.489228. Nilai ADF statistik untuk variabel INT atau tingkat suku bunga dasar Tiongkok sebesar -4.096271 lebih besar dari critical value 5% sebesar -3.489228. Nilai ADF statistik untuk variabel KURS atau Kurs Tengah mata uang Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok sebesar -5.898817 lebih besar dari critical value 5% sebesar -3.487845.

4.9.Hasil Uji Kointegrasi

Pengujian kointegrasi Johansen dengan menggunakan aplikasi EViews 7 dengan kelemban 1 didapatkan hasil uji trace statistic menunjukkan terdapat satu kointegrasi pada tingkat α 5% dimana nilai trace statistic sebesar 51.16971 lebih besar dari nilai critical value-nya sebesar 47.85613. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, tingkat suku bunga Tiongkok, tingkat inflasi Indonesia, dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China terdapat hubungan kointegrasi pada lag 1.

4.10.Hasil Uji Kausalitas Granger

(57)

Tabel 4.3

Hasil Uji Kausalitas Granger

Nilai

Proba-bility Keputusan Hubungan

0.7219 INF tidak menyebabkan perubahan EKS

Tidak Ada 0.3787 EKS tidak menyebabkan perubahan INF

0.1157 INT tidak menyebabkan perubahan EKS

Satu Arah 0.0246 EKS menyebabkan perubahan INT

0.0099 KURS menyebabkan perubahan EKS

Satu Arah 0.5653 EKS tidak menyebabkan perubahan KURS

0.1249 INT tidak menyebabkan perubahan INF

Tidak Ada 0.5581 INF tidak menyebabkan perubahan INT

0.2270 KURS tidak menyebabkan perubahan INF

Satu Arah 0.0012 INF menyebabkan perubahan KURS

0.0260 KURS menyebabkan perubahan INT

Satu Arah 0.0536 INT tidak menyebabkan perubahan EKS

Sumber : Hasil Olah Data Eviews7

(58)

4.11.Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok

(59)

Gambar 4.1 Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok Januari 2011 – Mei 2016

Gambar 4.2 Tingkat Inflasi Indonesia Januari 2011-Mei 2016

Jika dilihat dari kondisi empirisnya tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2013 hingga masuk tahun 2014 menurun lebih dikarenakan oleh pengaruh perlambatan ekonomi dunia yang terjadi pada saat itu yang mengakibatkan tekanan imported inflation menurun dan bukan karena ekspor Indonesia ke Tiongkok. Sedangkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih dsebabkan oleh turunnya volume ekspor seperti komoditi batubara dan karet karena kebijakan pembatasan

0

11/11 02/12 05/12 08/12 11/12 02/13 05/13 08

/13

11/13 02/14 05/14 08/14 11/14 02/15 05

/15

08/15 11/15 02/16 05/16

Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok

0

11/12 02/13 05/13 08/13 11/13 02/14 05/14 08/14 11/14 02/15 05/15 08/15 11/15 02/16 05/16

(60)

batu bara atau permintaan yang berkurang dari industri ban Tiongkok oleh karena itu tidak terdapat hubungan kausalitas antara tingkat inflasi dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.

4.12.Hubungan Kausalitas antara Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan Tingkat Suku Bunga Tiongkok

Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok menyebabkan perubahan tingkat suku bunga Tiongkok. Hal tersebut tidak sesuai teori karena, meningkatnya tingkat suku bunga mengurangi arus modal keluar neto yang berarti berkurangnya penawaran dolar di pasar valuta asing sehingga menyebabkan kurs riil mengalami apresiasi dan ekspor neto turun. (Mankiw, 2006:150)

Namun kegiatan ekspor yang meningkat dan mampu memberi surplus perdagangan dapat meningkatkan kurs nominal sebuah negara artinya harga barang di negara tersebut relatif mahal dibanding barang luar negeri (Tiongkok). Jika inflasi Tiongkok turun dan tidak sesuai target maka untuk meningkatkannya dapat menggunakan instrumen suku bunga dengan cara menurunkannya. Secara kondisi empirisnya adalah kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok sedang mengalami trend menurun yang merupakan sebagai salah satu langkah Tiongkok dalam menanggapi perlambatan ekonomi Tiongkok yang sedang menurun sehingga sangat wajar kenapa tingkat suku bunga Tiongkok tidak menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.

(61)

ke Tiongkok, sedangkan pola fluktuasi data yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok (Gambar 4.1) tidak terjadi pada tingkat suku bunga Tiongkok yang cenderung menurun (Gambar 4.4) sehingga yang terjadi adalah hubungan satu arah dari tingkat suku bunga Tiongkok dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.

4.13.Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China.

Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China memiliki hubungan satu arah dengan tingkat inflasi Indonesia yaitu tingkat inflasi Indonesia menyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hasil tersebut sesuai dengan jurnal yang berjudul “FDI, Inflation, Exchange Rate And Growth In Ghana: Evidence From Causality And Cointegrated Analysis” (Amoah, 2015) hasil penelitiannya menemukan terdapat hubungan dua arah antara inflasi dengan nilai tukar dan jurnal berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012” (Puspitaningrum, 2014) hasil penelitiannya menemukan bahwa inflasi berpengaruh terhadap nilai tukar.

(62)

terhadap Amerika Serikat, satu dolar akan membeli jumlah mata uang asing yang semakin lama semakin banyak sepanjang waktu, artinya semakin tinggi tingkat Inflasi Indonesia maka yuan China akan membeli rupiah Indonesia yang semakin banyak.

Gambar 4.3. Tingkat Impor Indonesia periode 2012-2016

Secara empirisnya kondisi tingkat inflasi Indonesia kurang mendapat tekanan inflasi yang cukup besar dari luar. Hal tersebut dikarenakan perlambatan ekonomi yang terjadi diperiode penelitian yang menyebabkan permintaan barang dunia menurun sehingga tekanan dari imported inflation tidak terlalu cukup besar. Turunnya permintaan impor barang (Gambar 4.3) juga mengakibatkan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi Indonesia.

4.14.Hubungan Kausalitas antara Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok dengan Tingkat Inflasi Indonesia

Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan tdak

0 50000 100000 150000 200000 250000

2012 2013 2014 2015 2016

(63)
(64)

Gambar 4.4 Tingkat Suku Bunga Tiongkok

4.15.Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok.

Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok terdapat hubungan kausalitas dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hubungan yang terjadi adalah hubungan satu arah yaitu hubungan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok. Hal tersebut sesuai dengan beberapa jurnal yaitu jurnal berjudul “Determinants of Export Performance in Tanzania” (EPAPHRA, 2016) yang menunjukkan hasil bahwa nilai tukar real menyebabkan perubahan ekspor dan jurnal berjudul“The Influence of Exchange Rate on Indonesia’s Exports”(Ginting, 2013) yang menemukan bahwa nilai tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor.

Sesuai dengan pernyataan (Mankiw,2006:131) hubungan antara kurs riil dan

0 1 2 3 4 5 6 7

11/11 02/12 05/12 08/12 11

/12

02/13 05/13 08/13 11/13 02/14 05/14 08/14 11/14 02/15 05/15 08/15 11/15 02/16 05/16

(65)

ekspor neto, semakin rendah kurs, semakin murah harga barang domestik relatif terhadap barang-barang luar negeri, dan semakin besar ekspor neto kita. Selanjutnya (Mankiw, 2006:135) juga memberi pernyataan bahwa berdasarkan nilai kurs riil, jika tingkat harga domestik meningkat, maka kurs nominal akan turun. Artinya jika kurs nomilnal Indonesia turun (terdepresiasi) maka semakin semakin banyak rupiah yang harus ditukarkan untuk mendapatkan yuan China sehingga barang ekspor Indonesia akan semakin terlihat murah harganya ketika dijual ke negara Tiongkok karena untuk mendapatkan barang ekspor dari Indonesia, Tiongkok hanya perlu menukarkan sedikit yuan China untuk mendapatkan rupiah Indonesia ketika rupiah Indonesia terdepresiasi.

Gambar 4.5 Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China

Melihat pola data menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki trend yang menurun dengan fluktuasi data (Gambar 4.1) sedangkan pola data nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menunjukkan trend menurun dengan fluktuasi yang sangat sedikit sekali (Gambar 4.5). Hal tersebut

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

11/11 02/12 05/12 08/12 11/12 02/13 05/13 08/13 11/13 02/14 05/14 08/14 11/14 02/15 05/15 08/15 11/15 02/16 05/16

(66)

menjadi alasan mengapa hubungan yang terjadi antara nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki arah hubungan dari nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok ke total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, hal ini dikarenakan pola trend menurun yang terjadi pada nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok diikuti oleh trend menurun total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok bukan sebaliknya yaitu fluktuasi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok diikuti oleh nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China.

4.16.Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok.

Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan tingkat suku bunga dasar Tiongkok terdapat hubungan satu arah dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China yaitu hubungan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan tingkat suku bunga dasar Tiongkok. Hal tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012” (Puspitaningrum, 2014) yaitu tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap nilai tukar.

(67)

5.1.Simpulan

1. Tidak terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan inflasi Indonesia. Jika dilihat dari pola data, trend data tingkat inflasi Indonesia berfluktuasi seperti total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, namun yang jadi perbedaan disini adalah fluktuasi yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih sering terjadi dibanding tingkat inflasi Indonesia dan trend penurunan lebih terlihat pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dibanding dengan tingkat inflasi Indonesia, hal tersebut menjadi alasan tidak adanya hubungan kausalitas antara tingkat inflasi dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.

2. Terdapat hubungan satu arah antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok. Pola data tingkat suku bunga tingkat suku bunga dasar Tiongkok menunjukkan trend menurun dan juga terjadi pada data total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, sedangkan pola fluktuasi data yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok tidak terjadi pada tingkat suku bunga Tiongkok yang cenderung menurun sehingga dapat disimpulkan bahwa turunnya tingkat suku bunga Tiongkok akan diikuti oleh turunnya total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.

(68)

terjadi adalah hubungan nilai tukar rupiah Indonesia terhadap Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Pola data menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki trend yang menurun dengan fluktuasi data sedangkan pola data nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menunjukkan trend menurun dengan fluktuasi yang sangat sedikit. Hal tersebut menjadi alasan mengapa hubungan yang terjadi antara nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki arah hubungan dari nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok ke total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, hal ini dikarenakan pola trend menurun yang terjadi pada nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok diikuti oleh trend menurun total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok bukan sebaliknya yaitu fluktuasi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok diikuti oleh nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Jadi jika

dilihat dari data maka turunnya nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China akan diikuti oleh turunnya total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. 5.2.Saran

(69)

Indonesia terhadap yuan China dengan cara menjaga makroekonomi Indonesia pada kondisi yang cukup stabil seperti menjaga tingkat inflasi sesuai target inflasi dengan cara memberi subsidi seperti alat-alat yang dapat digunakan dalam proses produksi agar biaya produksi lebih hemat, tax holiday agar pajak yang dibebankan pada konsumen dalam bentuk naiknya harga barang dapat berkurang, menjaga agar tidak terjadi kecurangan pedagang yang mengakibatkan kenaikan inflasi, dan mengatur arus modal keluar ataupun arus barang agar nilai tukar rupiah tetap stabil.

2. Hasil uji kausalitas menunjukkan tingkat suku bunga Tiongkok menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok artinya pemerintah harus memperkuat daya jual produk ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk merespon perubahan dari tingkat suku bunga Tiongkok yang turun salah satunya disebabkan oleh perlambatan ekonomi Tiongkok. Cara untuk meningkatkan daya jual produk ekspor dapat melalui peningkatan tekonologi, peningkatan kualitas produk, forcesting produk potensial atau unggulan untuk pasar ekspor barang ke Tiongkok.

(70)
(71)

DAFTAR PUSTAKA

Amoah, Emmanuel; Eric Nyarko,dan Kwabena Asare.2015.”FDI, Inflation, Exchange Rate And Growth In Ghana: Evidence From Causality And Cointegrated Analysis” Dalam European Scientific Journal. Volume 11 No.31. Hal 294-304.

Badan Pusat Statistik. 2012a. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi Negara Oktober 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi Negara November 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi Negara Desember 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012d. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Januari 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2012e. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Januari 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012f. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Februari 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012g. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Februari 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Maret 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2012i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Maret 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

(72)

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara April 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Mei 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2012i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Mei 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012j. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Juni 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2012k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juni 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012l. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Juli 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2012m. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juli 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012n. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Agustus 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2012o. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Agustus 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2012p. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi dan Negara September 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013a. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System September 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Oktober 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2013c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

(73)

---. 2013d. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System November 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013e. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi dan Negara November 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013f. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Desember 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013g. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Desember 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Januari 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2013i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Januari 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013j. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Februari 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Februari 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013l. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System Maret 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2013m. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Maret 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

---. 2013n. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut Harmonized System April 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ---. 2013o. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor

Menurut Kelompok Komoditi dan Negara April 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Gambar

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tabel 1.2 Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia
Tabel 1.3 Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia
Tabel 1.4 Nilai Ekspor Indonesia ke Tiga Negara Tujuan Ekspor Terbesar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum dewasa ini tetap mengikuti prinsip yang berlaku dalam memilih bentuk suatu kurikulum tertentu. Di antara prinsip itu adalah:.. a) Kurikulum selain memberikan

Metoda pelaksanaan pengabdian masyarakat adalah (1) pemberian pre test Bank Sampah, (2) pemberian Materi Teori dengan judul Mengubah Pola Pikir Pengelolaan Sampah

sebagai bentuk intervensi dari komunitas internasional terhadap kedaulatan suatu negara, namun pembentukan lembaga peradilan ECCC ini didasari oleh ketidakmampuan

Materi pembelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB) dalam kurikulum (2013) diantaranya adalah mengenal bangun datar

Fase gerak dapat digolongkan menurut ukan kekuatan teradsorbsinya  pelarut atau $ampuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang  banyak digunakan

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

neck bunga di mana tampak bahwa serapan hara yang tinggi pada tanaman mawar mini yang ditanam pada media tanam moss dan arang sekam (4:1 v/v) memengaruhi pertumbuhan

1) Jaga asupan yang akurat dan catatan keluaran, Rasional: bertujuan untuk memantau asupan yang masuk dan keluar. 2) monitor tanda-tanda vital, Rasional : untuk mengetahui