• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Harga Diri Remaja pada Siswa LakiLaki Kelas X SMA N 1 Ampel Kabupaten Boyolali T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Harga Diri Remaja pada Siswa LakiLaki Kelas X SMA N 1 Ampel Kabupaten Boyolali T1 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

Tinjauan Pustaka 2.1 Ruang Lingkup Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, adolensence memiliki arti yang lebih luas lagi yaitu mencakup kematangan emosional sosial, fisik dan mental (Hurlock, 1992). Dalam perkembangan kepribadian seseorang masa remaja mempunyai arti khusus. Masa remaja memiliki tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Masa remaja tidak termasuk dalam golongan anak tetapi ia tidak pula termasuk dalam golongan orang dewasa maupun golongan tua. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.

Menurut Remplein (dalam Monks et al., 2001) krisis remaja adalah suatu masa yang ditandai dengan adanya pembelokan dalam perkembangan, suatu kepekaan dan labilitas yang meningkat.

2.1.2 Batasan Remaja

(2)

19-8

22 tahun. WHO membagi kurun waktu usia remaja dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 ahun. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja. Di Indonesia batasan remaja mendekati batasan perserikatan bangsa-bangsa tentang pemuda, yaitu kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam sensus penduduk tahun 2010 (Sarwono,2002).

Tabel Batasan Remaja Menurut Para Peneliti

No Peneliti Pra remaja

(Tahun)

Remaja awal

(Tahun)

Remaja pertengahan

(Tahun)

Remaja ahkir

(Tahun)

1 Monk et al.(2001) 10-12 13-15 15-18 18-21

2 Konopka cit

Yusuf(2001)

- 12-15 15-18 19-22

3 WHO(2011) - 10-14 - 15-20

2.1.3 Tahap perkembangan Remaja

Menurut Sarwono (2002) dalam proses penyesuaian diri remaja menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan, yaitu :

1. Remaja Awal (Early Adolescence)

(3)

9 berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para

remaja awal ini sulit dimengerti dan mengerti orang dewasa.

2. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia akan merasa senang jika banyak teman menyukainya. Terdapat kecenderungan narcistic, yaitu dengan menyukai diri sendiri dengan teman-teman yang memiliki kesamaan sifat dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana, peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja membebaskan dirinya dari Oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.

3. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini merupakan masa tahapan menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu :

- Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. - Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

- Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. - Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain pada tahap ini seorang remaja sangat terlihat sifat egonya.

- Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

(4)

10 2.1.4 Perubahan Sosial Pada Masa Remaja

Salah satu tugas perkaembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya mengikuti kebiasaan teman-temannya yang merokok didalam kelompoknya, maka kesempatan untuk diterima dikelompoknya lebih besar (Hurlock, 1999)

Kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah (dalam hurlock, 1999).

1) Teman Dekat

Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain.

2) Kelompok Kecil

Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya, terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.

3) Kelompok Besar

(5)

11

Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar.

5) Kelompok Geng

Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

2.2 Ruang Lingkup Perilaku Merokok 2.2.1 Perilaku

Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motorik, emosional dan kognitif (Singgih, 2004). Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia untuk menanggapi stimulus yang diterimanya.

2.2.2 Merokok

Merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nifas atau kertas (Poerwadarminta dalam Sianturi, 2003). Merokok adalah

menghisap asap tembakau yang dibakar dalam dan

(6)

12

Menurut Tery dan Horn (dalam Permaisih, 2003), di dalam sebatang rokok yang dihisap terdapat kurang lebih sebanyak tiga ribu macam bahan kimia, baru 760 macam yang dikenal. Sampai saat ini belum diketahui persis berapa banyak diantaranya yang berbahaya terhadap kesehatan.

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berkaitan erat dengan perilaku kesehatan (Notoatmojo, 2005). Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang dapat membahayakan kesehatan. Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas pada masyarakat Indonesia. Perokok berasal dari berbagai jenis kelas yang meliputi : kelompok umum, sosial dan jenis kelamian. Hal ini menjadi dasar bahwa kebiasaan merokok sulit untuk dihilangkan.

2.2.3 Fenomena merokok pada remaja

Sitepoe (2002), menglasifikasikan perilaku merokok pada remaja menjadi empat tahap. Empat tahap perilaku merokok pada remaja adalah :

1. Tahap persiapan

Tahap ini berlangsung pada saat remaja belum pernah merokok. Pada tahap ini, remaja mulai membentuk opini tentang rokok dan perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan sikap pada remaja munculnya tujuan mengenai rokok, dan sitra perilaku merokok yang diperoleh remaja.

2. Tahap inisiasi

(7)

13

3. Tahap menjadi seorang perokok

Pada tahap ini remaja memberikan identitas pada dirinya sebagai seorang perokok. Remaja juga sudah mulai ketergantungan rokok Burton et, al (1989). Remaja yang menggambarkan dirinya sebagai seorang perokok, maka besar kemungkinan akan tetap menjadi seorang perokok di masa yang akan datang (Okoli et,al, 2011). 4. Tahap tetap menjadi perokok

Tahap ini dipengaruhi oleh faktor psikologis dan biologis. Faktor pisikologis yang mempengaruhi remaja untuk terus merokok adalah: adanya kebiasaan, stres,

depresi, kecanduan, menurunkan kecemasan,

ketegangan, upaya untuk memiiki teman (Hedman et, al, 2007). Faktor biologis yang mempengaruhi remaja untuk tetap menjadi perokok yaitu efek dan level dari nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah (Laily,2007).

Setiap orang memiliki tingkatan merokok yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari seberapa sering seseorang merokok, jumlah rokok yang dihisap dan

lamanya merokok. Tingkatan-tingkatan merokok

seseorang dapat dilihat dari tipe-tipe perokok yang telah ada

Tipe-tipe perokok menurut Mu’tadin (2002) yaitu:

a. Perokok sangat berat yaitu perokok yang mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang sehari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.

(8)

14

c. Perokok sedang yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

d. Perokok ringan yang menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja

Aktivitas merokok merupakan perilaku yang

membahayakan kesehatan/ ironisnya, fakta ini menjadi kontradiksi dengan realita yang terjadi saat ini pada masyarakat Indonesia. Rokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas dimasyarakat Levy (1984). Setiap individu memiliki kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan indivdu untuk merokok (Nasution, 2007).

Perilaku merokok disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari internal dan eksternal. Terdapat tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja, yaitu : (1)kepuasan psikologis (2) sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja (3) pengaruh teman sebaya (Komalsari & Helmi, 2000). Hedmen et,al (2007) menyebutkan, faktor resiko pencetus remaja merokok adalah memiliki keluarga yang merokok atau memiliki teman yang juga sebagai perokok.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Mu’tadin (2002)yang

(9)

15

1 Pengaruh orang tua

Remaja yang tinggal dengan orang tua yang tidak memperhatikan anak dan adanya hukuman fisik yang keras dalam keluarga, akan lebih nudah untuk menjadi perokok

(Mu’tadi,2002). Selain itu, salah satu faktor resiko pencetus bagi remaja untuk merokok adalah memiliki keluarga yang merokok (Hedman et, al. 2007). Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak. Sebab,anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang dicontohkan oleh orang tua.

2. Pengaruh teman

Hedman et, al (2007) menyebutkan bahwa salah satu faktor resiko pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga sebagai perokok. Al Bachri (1991) menyebutkan, diantara remaja perokok terdapat 87 % di antaranya memilki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan remaja bukan perokok.

3. Faktor kepribadian

Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja untuk mengonsumsi rokok dan obat – obatan, adalah sifat konfirmitas sosial (Widianti, 2007). Menurut Atkinson (1991), individu yang memilki nilai tinggi pada berbagai tes konfirmitas sosial lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat – obatan dibandingkan dengan individu yang memiliki skor rendah.

4. Pengaruh iklan

(10)

16

elektronik, yang menggambarkan bahwa perokok terlihat janta dan gagah (Laily,2007)

2.2.5 Dampak Perilaku Merokok

Ogden (2000) mengklasifikasi dampak perilaku merokok menjadi dua bagian yaitu :

1. Dampak positif

Smet (1994) menyebutkan, manfaat rokok bagi perokok adalah mengurangi ketegangan yang individu rasakan, membantu konsentrasi untuk mengjasilkan sebuah karya, upaya memperoleh dukungan sosial, dan menjadi relaksasi yang menyenangkan. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Soesmalijah dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menyebutkan, rokok dapat membuat perokok menjadi lebih dewasa, mudah konsentrasi dan dapat memunculkan ide-ide atau inspirasi (Cahanar & Suhanda, 2006).

2. Dampak negatif

Meskipun saat ini sudah tersedia rokok yang memiliki kandungan tar dan nikotin yang rendah, tetapi tidak ada rokok yang aman bagi kesehatan. Penyakit yang diakibatkan oleh rokok, seperti : kanker mulut, kanker faring, kanker faring, kanker paru, kanker prostat, gangguan kehamilan dan janin,

penyakit jantung koroner, pneumonia dan lainnya

(11)

17 2.3 Ruang Lingkup Harga Diri

2.3.1 Harga Diri

Harga diri menurut Coopersmith (dalam Anggoro 2006) adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan dengan sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukan bagaimana remaja tersebut meyakini dirinya itu mampu, penting dan berharga. Dapat dikatan, harga diri merupakan suatu penilaian pribadi pada perasaan berharga yang diekspresikan dan dipegang oleh remaja.

Harga diri menurut Clemes dan Hedge (dalam Santoso, 2007) merupakan proses penilaian yang dibuat dan dipertahankan individu tentang dirinya. Proses penilaian tersebut berasal dari interaksi dengan lingkungan serta menyangkut aspek-aspek seperti penerimaan, perlakuan dan penghargaan orang lain terhadap dirinya. Menurut Worchel (dalam Santoso, 2007) harga diri dinyatakan sebagai komponen evaluatif dari konsep diri, yang terdiri dari evaluasi positif dan negatif tentang diri sendiri yang dimiliki seseorang.

(12)

18 2.3.2 Tingkat harga diri

Menurut Coopersmith (dalam Dewi, 2010), harga diri dibagi dalam tiga tingkat yaitu:

1. Harga diri tinggi

Individu yang memiliki harga diri tinggi memiliki ciri: mandiri, kreatif, yakin akan gagasan-gagasannya, tingkat kecemasan rendah, mempunyai keyakinan yang tinggi, melihat dirinya sebagai orang yang berguna dan mempunyai harapan-harapan yang tinggi, lebih berorientasi pada kebutuhan, mempunyai pendapat sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

2. Harga diri sedang

Individu yang memiliki harga diri menengah hampir memiliki ciri sama dengan harga diri tinggi, namun disertai sifat-sifat memandang lebih baik dari kebanyakan orang dan kurang yakin terhadap dirinnya sendiri dan selalu bergantung pada penilaian orang.

3. Harga diri rendah

Individu yang memiliki harga diri rendah memiliki ciri: kurang mandiri, kreatif, mempunyai rasa cemas yang tinggi, merasa dirinya kurang berguna kepada orang lain, kurang berorientasi pada kebutuhan, harapan-harapan rendah, kurang percaya diri, malas menyatakan diri jika mempunyai gagasan-gagasan baru.

Di pihak lain, Clemes (1995) membagi harga diri dalam dua

tingkat yaitu :

(13)

19

dengan prestasinya, menunjukan sederet perasaan dan emosinya yang luas, kecemasan rendah, menghadapi tantangan baru dengan penuh antusias, melihat dirinya sebagai rang yang berguna, mempunyai harapan-harapan yang tinggi, lebih berorientasi kepada kebutuhan, mempunyai pendapat sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

2. Harga diri rendah, yaitu individu dengan ciri kurang mandiri, kurang kreatif, selalu berfikir negatif, mempunyai rasa cemas yang tinggi, merasa dirinya kurang berguna bagi orang lain, mudah dipengaruhi orang lain, kurang berorientasi pada kebutuhan dan kurang percaya diri.

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri.

Coopersmith (1998) menyebutkan faktor-faktor yang

melatarbelakangi harga diri terdiri atas empat komponen, empat komponen tersebut yaitu:

1. Lingkungan

Lingkungan yang membuat remaja merasa diterima, dihargai dan dihormati, akan menjadikan remaja merasa bahwa dirinya bernilai untuk dirinya sendiri dan orang lain. Yusuf (2000) menyebutkan, lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua, teman sebaya dan lingkungan sekitar.

2. Pola asuh

(14)

20

keluarga yang tidak konsisten serta perilaku orang tua yang selalu membandingkan anak dapat menurunkan harga diri anak tersebut ( Potter & Perry, 2005).

3. Pengalaman

Yusuf (2000) mendefinisikan pengalaman sebagai suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan kejadian yang pernah dialami individu: dirasalan bermakna san meninggalkan kesan dalam hidup individu (Sriati & Hernawati, 2007). Pengalaman individu yang positif dapat meningkatkan harga diri, seperti restasi yang diraih dan kompetisi diri dalam berbagai hal. Sedangkan, pengalaman individu yang negatif dapat menurunkan harga diri, seperti : merasa dirinya tidak diterim, tidak kompeten dan tidak bernilai.

4. Sosial ekonomi

Individu dengan latar belakang sosial ekonomi tinggi, akan merasa dirinya lebih berarti dan berharga, dibandingkan dengan orang lain dengan status sosial ekonomi di bawahnya. Sosial ekonomi merupakan suatu hal yang mendasari perbuatan individu untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial (Sriati & Hernawaty, 2007). Sianturi (2004) menyebutkan, faktor yang mempengaruhi pembentukan harga diri remaja, yaitu :

 Pengalaman negatif yang berulang

(15)

21

menyelesaikan tugasnya secara berulang, akan menyebabkan individu yang tidak berharga kerena merasa tidak memiliki kompetensi yang memadai.

 Penyakit mental dan fisik

Penyakit yang dialami remaja akan mempengaruhi remaja mulai dari dirinya. Remaja akan malu untuk berhubungan dan bergaul dengan teman-temannya. Adanya penyakit, pembedahan atau kecelakaan yang mengubah pola hidup dapat menurunkan harga diri individu (Potter & Perry, 2005).

 Ketidak hadiran orang yang dipercaya saat dibutuhkan. Remaja seringkali merasa tidak ada orang lain yang peduli dan menyayanginya. Hal ini dikarenakan tidak adanya orang yang mendukung remaja saat remaja membutuhkan seseorang seseorang untuk membantu menyelesaikan masalah.

 Sistem keluarga yang disfungsional

(16)

22 2.3.4 Keaslian penelitian

N o

Judul penelitian Peneliti Asal Metodolog i

Tahun Variabel Hasil

1 Hubungan

Hasil penelitian menunjukan bahwa harga diri dan kondisi psikologis memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok pada remaja di Korea.

2 Hubungan

Tidak ada hubungan antara merokok dengan harga diri remaja.harga diri pada remaja di kota Bheru, Kelantan lebih dipengaruhi oleh kondisi keluarga dan lingkungan.

3 Hubungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga diri menunjukan adanya hubungan dengan awal mula dan keberlanjutan dalam

(17)

23 2.4 Kerangka teori

Kombinasi teori Komalasari & Helmi (2000) dan Coopersmith (1998).

Faktor yang mempengaruhi harga diri:

- Pengalaman - Pola asuh - Lingkungan - Sosial ekonomi Faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok:

- Kepuasan psikologis - Pengaruh orang tua - Pengaruh teman

sebaya

- Faktor kepribadian - Pengaruh iklan

Harga diri Perilaku merokok

Tingkat harga diri:

- Harga diri tinggi - Harga diri rendah Fenomena tahapan merokok

pada remaja:

- Tahap persiapan - Tahap inisiasi

- Tahap menjadi seorang perokok

(18)

24 2.4 Hipotesis

1. Hipotesis Nol (H0)

Hipotesis Nol (H0) dalam penelitian ini adalah tidak

ada hubungan antara merokok perilaku merokok dengan harga diri remaja.

2. Hipotesis (H1)

Hipotesis (H1) apabila dalam penelitian ini antar

Gambar

Tabel Batasan Remaja  Menurut Para Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perbandingan antara denyut jantung pada saat proses pengeprasan dengan denyut jantung pada saat istirahat, terlihat bahwa operator A memiliki nilai IRHR sebesar 1,26

2 Muhammad Agus Sholahuddin, Ulumul Hadis,( Bandung:CV Pustaka Setia,2009).hlm.45.. sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Sunnah juga

The Effectiveness Of Teacher Indirect Feedback In Improving Students’ Writing Skill In Writing Recount Texts.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara penundaan waktu (inap) terhadap kandungan total karoten, dimana semakin lama penundaan waktu

Berat karkas ayam broiler tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, walaupun demikian terdapat berat karkas yang tertinggi yaitu jamu probiotik lengkap (1,25

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Potensi biomassa tanaman terubuk adalah jika ketersediaan limbah terubuk rata-rata

Strategi relokasi bagi pedagang kaki lima (PKL) yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, bertujuan untuk menata kota. Strategi relokasi ini harus

Berdasarkan pembahasan secara teoritis dan empiris dari data hasil penelitian tentang pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi