BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mencapai sekitar 90 persen dari bisnis di dunia dan. UMKM adalah mesin utama penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, terutama setelah krisis keuangan global.( ifc.org, 2012 )
Meskipun pentingnya UMKM untuk penciptaan lapangan kerja dan produksi, sebagian besar UMKM masih menghadapi hambatan yang lebih tinggi untuk pembiayaan. Data survei menunjukkan bahwa akses untuk mendapatkan kredit dari bank tidak hanya menimbulkan hambatan pembiayaan, tetapi juga membatasi perkembangan UMKM. Perusahaan kecil merasa sulit untuk memperoleh pembiayaan bank komersial, terutama pinjaman jangka panjang, untuk sejumlah alasan, termasuk kurangnya jaminan, kesulitan dalam pembuktian kredit, arus kas kecil, tidak memadai sejarah kredit, premi risiko tinggi, hubungan bank peminjam terbelakang dan tinggi biaya transaksi (ifc.org, 2009).
mikro dan kecil yang sebenarnya yakin bisa memperluas pasar namun terhambat keterbatasan modal. (bbc.com, 2014)
Saat ini, Indonesia dihadapkan pada keterbukaan ekonomi dunia. Hal ini membuka peluang akses pasar dan peningkatan pendapatan (devisa). Situasi ini berdampak kepada pelaku ekonomi domestik, termasuk sektor UMKM. Sektor UMKM didorong terhubung dengan rantai nilai global (Global Value
Chain/GVC) dan meningkatkan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Di sisi
lain, peningkatan keterlibatan UMKM dalam GVC masih dihadapkan pada
kendala permodalan dan pemasaran.(kemenkeu.go.id, 2015)
Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia diakui sebagai salah satu sektor yang memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian di Indonesia. Selain ini, sektor ini juga mampu menyerap banyak tenaga kerja di dalam negeri. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Asmawi Syam mengatakan, saat terjadi krisis ekonomi pada 1998 lalu, sektor ini mampu bertahan dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut. Pada 1998, UMKM dikenal sebagai sektor yang tahan krisis, yang menjadi pelampung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kemudian juga pada 2015 di mana terjadi perlambatan, sektor ini juga jadi pelampung pertumbuhan ekonomi. Salah satu penyebabnya dikarenakan sektor ini tidak terpengaruh pada
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai penerapan bunga murah
merupakan salah satu hal penting dalam mengawali upaya pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), di samping pengembangan dari sisi masyarakat dan infrastruktur. (analisadaily.com, 2014)
Otoritas Jasa Keuangan menyatakan fokus pada pengembangan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah dalam rangka penguatan kegiatan ekonomi masyarakat pada tahun 2016 ini. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan OJK untuk lebih fokus dalam pengembangan UMKM, antar lain kontribusi segmen tersebut terhadap pendapatan domestik bruto yang hampir mencapai 60%. (finansial.bisnis.com, 2016)
Pemerintah telah memperluas Bank yang akan menyalurkan kredit usaha
rakyat (KUR). Hal ini karena akses modal bagi unit usaha usaha mikro kecil
menengah (UMKM) kerap menjadi hambatan bagi mereka untuk melebarkan
usaha yang digeluti. Dengan penambahan jumlah Bank dari tiga menjadi 19,
pemerintah berharap penyerapan KUR bisa lebih meningkat. Terlebih dan KUR
yang awalnya dipatok sebesar Rp 100 triliun kini bertambah menjadi Rp 103,4
triliun. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan,
sejauh ini memang masih sedikit bank yang berani memberikan kredit kecil dalam
jumlah banyak. Hal ini kemudian ditanggapi Bank Indonsia (BI) dengan
memberikan kewajiban kepada bank untuk menyalurkan 20 persen dana kredit
Sekretaris kementrian Koperasi dan UMKM, Agus Muharram, baru-baru ini mengatakan pemerintah telah mengaluarkan kebijakan pentaluran kredit usaha rakyat (KUR) 2016 dan menurunkan suku bunga kredit menjadi 9% atau turun 3% dari tahun sebelumnya. Namun pemerintah tidak bisa sendirian dalam melakukan peningkatan jumlah pelaku wirausaha, tapi perlu dukungan dari semua pihak termasuk kelompok industri. Kerja sama antar pihak tersebut juga bisa meningkatakan kualitas para pelaku UMKM dalam mengarungi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). (medanbisnisdaily.com, 2016)
Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memberikan kontribusi 26,19 persen terhadap total kredit perbankan Sumut senilai Rp 169,42 triliun per Agustus 2015. Pelaku 44,38 triliun per Agustus 2015. Melihat hal tersebut, Bank yang sangat besar dalam penyaluran kredit di sektor
persen dari portofolio kredit
.
(medan.tribunnews.com,2015)
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Peran Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kota Pematangsiantar . “
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum pengusaha UMKM Kota Pematangsiantar sebelum dan setelah menerima kredit perbankan?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi pelaku UMKM penerima
kredit perbankan dalam pengembangan usahanya?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengembangan pengusaha UMKM sebelum dan sesudah menerima kredit perbankan.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi pelaku
UMKM yang menerima kredit perbankan dalam pengembangan
usahanya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan informasi kepada pembaca mengenai peranan Kredit Perbankan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Pematangsiantar.
2. Bagi pihak perbankan, penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat khususnya bank – bank di Kota Pematangsiantar.